Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Islam Di Indonesia
Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam

OLEH :

Hijrana Dahlan

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN


TARBIYAH DAN KEGURUAN SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul “Islam di
Indonesia” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Kebudayaan Islam.

Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penulis. Tidak lupa pula kami ucapkan banyak terimah kasih kepada orang tua yang selalu
mendukung kami dan juga dosen pengampu mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam yakni Bapak
Iqbal, S.Hum., M.Hum. yang selalu memberi arahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari
berbagai pihak untuk perbaikan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

Kelompok 13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
Tujuan Makalah...........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia.........................................................................................4
Metode Penyebaran Agama Islam di Indonesia...........................................................................6
Teori Masuknya Islam ke Nusantara............................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................................................12
Saran...........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai Negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah panjang tentang
bagaimana agama Islam masuk ke Indonesia. mulai dari awal mula masuknya Islam ke Indonesia
hingga sekarang menjadi agama dengan pemeluk terbesar di nusantara. Ada juga berbagai teori
yang menyebutkan tentang bagaimana awal mula agama Islam masuk ke Indonesia dan menjadi
agama yang banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat di nusantara pada kala itu. Teori-teori
tersebut juga memiliki bukti sehingga dipercaya agama Islam memang masuk ke nusantara
sesuai dengan teori-teori yang ada. Indonesia sebagai bangsa yang besar yang terdiri dari suku,
agama maupun ras yang beragam, tentu juga mempunyai beragam tradisi dan kebudayaan yang
beragam pula. Berbagai tradisi dan kebudayaan ini tentu ada sejara sendiri. Mulai dari kapan di
mulainya, siapa yang mengawalinya sampai pesan apa yang terdapat dalam sejarah tradisi atau
budaya yang telah ditinggalkan oleh para leluhur kita. Salah satu kebudayaan yang ada di
Indonesia ialah budaya Islam yang sudah menjadi tradisi sendiri bagi masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia?
2. Bagaimana Metode Penyebaran Agama Islam di Indonesia?
3. Bagaimana Teori Masuknya Islam ke Nusantara?
4. Bagaimana Strategi Penyebaran Islam di Nusantara?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia?
2. Untuk Mengetahui Metode Penyebaran Agama Islam di Indonesia?
3. Untuk Mengetahui Teori Masuknya Islam ke Nusantara?
4. Untuk Mengetahui Strategi Penyebaran Islam di Nusantara?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia


Ada berbagai teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Agama Islam masuk
ke Nusantara Indonesia melewati perjalanan panjang dan dibawa oleh kaum muslim dari
berbagai belahan bumi. Kini, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia. menurut beberapa teori yang ada, ajaran Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang
dari berbagai bangsa. Sebagian dari mereka ada yang datang ke Nusantara untuk berdagang
sembari berdakwah. Ada pula kaum ulama atau ahli agama yang memang datang ke Nusantara
guna mensyiarkan ajaran agama Islam.

Sedangkan menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya
Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon
telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam
hal perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah
sampai ke Kanton. Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan
8 Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12. Artinya
dakwah di Nusantara sudah merentang selama beberapa abad di masa-masa awal.

Sejarah masuknya Islam awalnya dibawa oleh pedagang Gujarat lalu diikuti oleh pedagang
Arab dan Persia. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama Islam ke tempat mereka
berlabuh di seluruh Indonesia. Banyak yang berspekulasi jika Islam masuk ke Indonesia di abad
ke 7 atau 8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan Islam yang ada di sekitar selat
Malaka. Selain dengan cara berdagang ada juga dengan cara mendakwah, seperti penyebaran di
tanah jawa yang dilakukan oleh para walisongo. Mereka lah sang pendakwah dan sang ulama
yang menyebarkan Islam dengan cara pendekatan sosial budaya.

Jawa Islam masuk melalui pesisir utara pulau jawa dengan di temukannya makam Fatimah
binti Maimun bin Hibatullah. Di Mojokerto juga telah di temukannya ratusan makam islam
kuno. Di perkikan makam ini adalah makam para keluarga istana kerajaan Majapahit.

Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak, yaitu pada abad ke-18. Di hulu sungai Pawan,
Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Di kalimantan timur Islam masuk melalui
kerajaan Kutai, di Kalimantan Selatan melalui Kerajaan Banjar, dan dari Kalimantan Tengah
ditemukannya masjid gede di kota Waringin yang dibangun pada tahun 1434 M. Di sulawesi
Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.

Di Pulau Sulawesi, Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat dengan


para Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di Hadramaut
untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Selain itu, pengaruh dari para
ulama Minang di wilayah Selatan pulau Sulawesi turut mengantarkan Kesultanan Gowa dan
Kesultanan Bone untuk memeluk agama Islam.

Sementara itu, pengaruh dari Kesultanan Ternate turut berperan penting dalam penyebaran
agama Islam di pulau Sulawesi bagian tengah dan Utara. Salah satu buktinya adalah eksistensi
Kesultanan Gorontalo sebagai salah satu Kerajaan Islam paling berpengaruh di Semenanjung
Utara Sulawesi hingga ke Sulawesi bagian Tengah dan Timur (Mashadi, 2018: 435-458). Selain
pengaruh Kesultanan Ternate, Ulama-Ulama besar yang hijrah ke wilayah jazirah utara dan
tengah Sulawesi pun turut mempercepat penyebaran agama Islam di wilayah ini. Selain itu,
Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, telah berhasil
melakukan upaya penyebaran agama Islam hingga mencapai wilayah Semenanjung Onin di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

B. Metode Penyebaran Agama Islam di Indonesia


Untuk menjelaskan tentang bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold
mengutip catatan yang dikutip dari C. Semper bahwasanya para pedagang Muslim menggunakan
bahasa dan adat istiadat orang setempat. Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat,
pembebasan budak, maka ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan
persahabatan dengan golongan aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya. Para
pedagang ini, tidaklah datang sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai
kelas atas guna menekan kawula-kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan,
dan harta perdagangan yang mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah.

Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil
dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana. Bersamaan dengan
kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik, Malaka, dan juga Makassar berubah
dari kampung kecil menjadi kota-kota besar dengan penduduk 50 ribu jiwa. Begitupun untuk
Aceh, Patani, dan Banten.

Sedangkan dari sisi bahasa dan budaya adakah telah diketahui bahwa Islam sampai ke
Kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 dan berkembang di abad ke-12 dan kemudian ke-16. Pada
masa ini, selain kata serapan, sistem aksara yang disebut huruf Jawi dan aksara daerah juga
tercipta, suatu hal yang sebelumnya tidak ada. Pada masa ini, bahasa Melayu sebagai lingua
franca berpadu mengembangkan kebudayaan Islam di jazirah ini. Pengaruh Islam, lewat bahasa
Arab, juga memengaruhi perkembangan daerah di Indonesia, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda,
bahasa Bima, bahasa Bugis, bahasa Lampung dan bahasa Sasak.

Peranan wali dan ulama, salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara
mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga berperan sebagai
mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya.
Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat
objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk
akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di
dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren- pesantren sebagai sarana
pendidikan Islam.

Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). Wali ialah
orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut:

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik.

Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.

Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya.

Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang.

Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah.

Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa
Tenggara, dan Maluku.
Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.

Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara
Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.

Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon.

Itulah perkembangan agama islam dari sejarah terawal hingga masa Wali Songo.

C. Teori Masuknya Islam ke Nusantara


Pertama, teori Arab. Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke
Nusantara langsung dari Arab pada abad ke-7/8M, saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya. Tokoh-tokoh teori ini adalah Crawfurd, Keijzer, Niemann, de Hollander,
Hasymi, Hamka, Al-Attas, Djajadiningrat, dan Mukti Ali. Bukti-bukti sejarah teori ini
sangat kuat. Pada abad ke-7/8M, selat Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang muslim
dalam pelayaran dagang mereka ke neger-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur.
Berdasarkan berita Cina Zaman Tang pada abad tersebut, masyarakat muslim sudah ada di Kanfu
(Kanton) dan Sumatera. Ada yang berpendapat mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang
bertujuan penjajagan perdagangan. Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam masuk
ke Indonesia tahun 674 M. Berdasarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang seorang utusan raja
Arab bernama Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho
Ling (Kalingga) di Jawa yang diperintah oleh Ratu Shima. Ta Shih juga ditemukan dari berita
Jepang yang ditulis tahun 748 M. Diceritakan pada masa itu terdapat kapal-kapal Po-sse dan Ta-
Shih KUo. Menurut Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukan jenis bahasa Melayu sedangkan
Ta-Shih hanya menunjukan orang-orang Arab dan Persia bukan Muslim India. Juneid Parinduri
kemudian memperkuat lagi, pada 670 M, di Barus Tapanuli ditemukan sebuah makam
bertuliskan HaMim. Semua fakta tersebut tidaklah mengherankan mengingat bahwa pada abad
ke-7, Asia Tenggara memang merupakan lalu lintas perdagangan dan interaksi politik antara tiga
kekuasaan besar, yaitu Cina di bawah Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-
14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Dari uraian di atas dapat dipastikan bahwa bangsa Arab berperan penting dalam
perdagangan. Dan telah ditemukan bukti-bukti yang menunjukan bahwa telah terjadi interaksi
perdagangan antara Cina, Arab dan Nusantara. Sehingga Islam sudah mulai masuk ke dalam
kepulauan Nusantara.
Kedua, teori Cina. Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan
dalam proses penyebaran agama Islam di Nusantara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
pada teori Arab, hubungan Arab Muslim dan Cina sudah terjadi pada Abad pertama Hijriah.
Dengan demikian, Islam datang dari arah barat ke Nusantara dan ke Cina berbarengan dalam
satu jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan
Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa
kekuasaan Sriwijaya, dan datang ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan raja
Arab bernama Ta cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga yang di perintah oleh Ratu Sima. Dari uraian
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Islam datang ke Nusantara berbarengan dengan Cina.
Akan tetapi teori di atas tidak menjelaskan tentang awal masuknya Islam, melainkan peranan
Cina dalam pemberitaan sehingga dapat ditemukan bukti-bukti bahwa Islam datang ke Nusantara
pada awal abad Hijriah.
Ketiga, teori Persia. Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk kepada
aspek bahasa yang menunjukan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara dan bahasanya telah
diserap. Seperti kata „Abdas‟ yang dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan serapan dari
Persia yang artinya wudhu. Bukti lain pengaruh bahasa Persia adalah bahasa Arab yang
digunakan masyarakat Nusantara, seperti kata-kata yang berakhiran ta’ marbūthah apabila dalam
keadaan wakaf dibaca “h” seperti shalātun dibaca shalah. Namun dalam bahasa Nusantara dibaca
salat, zakat, tobat, dan lain-lain.
Keempat, teori India. Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan langsung dari
Arab melainkan melalui India pada abad ke-13. Dalam teori ini disebut lima tempat asal Islam di
India yaitu Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal. Teori India yang menjelaskan
Islam berasal dari Gujarat terbukti mempunyai kelemahan-kelemahan. Hal ini dibuktikan oleh
G.E. Marrison dengan argumennya “Meskipun batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat
tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengal, seperti yang dikatakan Fatimi.
Itu tidak lantas berarti Islam juga didatangkan dari sana”. Marrison mematahkan teori ini dengan
menuujuk pada kenyataan bahwa ketika masa Islamisasi Samudera Pasai, yang raja pertamanya
wafat pada 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu. Barulah setahun
kemudian Gujarat ditaklukan oleh kekuasaan muslim. Jika Gujarat adalah pusat Islam, pastilah
telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malikush Shaleh. Dari teori yang
dikemukakan oleh G.E. Marrison bahwa Islam Nusantara bukan berasal dari Gujarat melainkan
dibawa para penyebar muslim dari pantai Koromandel pada akhir abad XIII. Teori yang
dikemukakan Marrison kelihatan mendukung pendapat yang dipegang T.W. Arnold. Menulis
jauh sebelum Marrison, Arnold berpendapat bahwa Islam dibawa ke Nusantara, antara lain dari
Koromandel dan Malabar. Ia menyokong teori ini dengan menunjuk pada persamaan mazhab
fiqh di antara kedua wilayah tersebut. Mayoritas muslim di Nusantara adalah pengikut Mazhab
Syafi‟i, yang juga cukup dominan di wilayah Koromandel dan Malabar, seperti disaksikan oleh
Ibnu Batutah (1304-1377), pengembara dari Maroko, ketika ia mengunjungi kawasan ini.
Menurut Arnold, para pedagang dari Koromandel dan Malabar mempunyai peranan penting
dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Sejumlah besar pedagang ini mendatangi
pelabuhan-pelabuhan dagang dunia Nusantara-Melayu, mereka ternyata tidak hanya terlibat
dalam perdagangan, tetapi juga dalam penyebaran Islam.
Kelima, teori Turki. Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen yang dikutip dalam
Moeflich Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang Arab dan Cina, Indonesia juga
diislamkan oleh orang-orang Kurdi dari Turki. Ia mencatat sejumlah data. Pertama, banyaknya
ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di Indonesia dan kitab-kitab karangan ulama
Kurdi menjadi sumber-sumber yang berpengaruh luas. Misalkan, Kitab Tanwīr al-Qulūb
karangan Muhammad Amin al-Kurdi populer di kalangan tarekat Naqsyabandi di Indonesia.
Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-ulama Indonesia terekat Syattariyah
yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim al-Kurani. Ibrahim al-Kurani yang
kebanyakan muridnya orang Indonesia adalah ulama Kurdi. Ketiga, tradisi barzanji populer di
Indonesia dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan
tradisi-tradisi lainnya. Menurut Bruinessen, barzanji merupakan nama keluarga berpengaruh dan
syeikh tarekat di Kurdistan. Keempat, Kurdi merupakan istilah nama yang populer di Indonesia
seperti Haji Kurdi, jalan Kurdi, gang Kurdi, dan seterusnya. Dari fakta-fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa orang-orang Kurdi berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia. Dari
teori-teori tersebut tampak sekali bahwa fakta-fakta Islamisasi diuraikan dengan tidak
membedakan antara awal masuk dan masa perkembangan atau awal masuk dan pengaruh
kemudian. Kedatangan Islam ke Nusantara telah melalui beberapa tahapan dari individualis,
kelompok, masyarakat, negara kerajaan, sampai membentuk mayoritas. Teori Persia, India, Cina,
dan Turki semuanya menjelaskan tentang pengaruh-pengaruh setelah banyak komunitas dan
masyarakat muslim di Nusantara. Jadi, sebenarnya teori tersebut tidak menggugurkan atau
melemahkan teori sebelumnya, tetapi melengkapi proses Islamisasi.
D. Strategi Penyebaran Islam di Nusantara
Dalam penyebaran Islam di Nusantara terdapat strategi yang dilakukan sehingga Islam lebih
mudah diterima dibandingkan dengan agama lain. Strategi yang dilakukan bermacam-macam
dan tidak terdapat unsur paksaan. Di antara strategi penyebaran islam tersebut adalah:

Pertama, melalui jalur perdagangan. Awalnya Islam merupakan komunitas kecil yang
kurang berarti. Interaksi antar pedagang muslim dari berbagai negeri seperti Arab, Persia, Anak
Benua India, Melayu, dan Cina yang berlangsung lama membuat komunitas Islam semakin
berwibawa, dan pada akhirnya membentuk masyarakat muslim. Selain berdagang, para penyebar
agama Islam dari berbagai kawasan tersebut, juga menyebarkan agama yang dianutnya, dengan
menggunakan sarana pelayaran.

Kedua, melalui jalur dakwah bi al-hāl yang dilakukan oleh para muballigh yang merangkap
tugas menjadi pedagang. Proses dakwah tersebut pada mulanya dilakukan secara individual.
Mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban syari‟at Islam dengan memperhatikan kebersihan,
dan dalam pergaulan mereka menampakan sikap sederhana.

Ketiga, melalui jalur perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, muballigh
dengan anak bangsawan Nusantara. Berawal dari kecakapan ilmu pengetahuan dan pengobatan
yang didapati dari tuntunan hadits Nabi Muhammad Saw. ada di antara kaum muslim yang
berani memenuhi sayembara yang diadakan oleh raja dengan janji, bahwa barang siapa yang
dapat mengobati puterinya apabila perempuan akan dijadikan saudara, sedangkan apabila laki-
laki akan dijadikan menantu. Dari perkawinan dengan puteri raja lah Islam menjadi lebih kuat
dan berwibawa.

Keempat, melalui jalur pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka
menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu
berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat-pusat pendidikan dan
dakwah Islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi
pelajar-pelajar dan mengirim muballigh lokal, di antaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke
Jawa.
Kelima, melalui jalur kultural. Awal mulanya kegiatan islamisasi selalu menghadapi
benturan denga tradisi Jawa yang banyak dipengaruhi Hindu-Budha. Setelah kerajaan Majapahit
runtuh kemudian digantikan oleh kerajaan Islam. Di Jawa Islam menyesuaikan dengan budaya
lokal sedang di Sumatera adat menyesuaikan dengan Islam. Islam terus berkembang dan
menyebar dari masa ke masa hingga sekarang melalui tahapan-tahapan dan jasa para mubaligh.
Meskipun demikian masih terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara ibadah disebabkan oleh
faktor kultural. Maka apa yang harus dilakukan oleh para penerus bangsa Indonesia untuk dapat
menyatukan pemahaman tentang Islam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapatlah ditarik beberapa kesimpulan yaitu: pertama, ajaran Islam
yang meliputi aqidah, akhlaq, syariah mudah dimengerti sehingga mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara pada saat itu. Hal itu yang membedakan dengan agama lain. Kedua, teori
masuknya Islam ke Nusantara, berdasarkan tempat asal muasal dibawanya, terdiri atas teori
Arab, teori Cina, teori Persi, teori India, dan teori Turki. Ketiga, strategi penyebaran Islam di
Nusantara banyak dilakukan melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan, dan
islamisasi kultural. Keempat, tokoh-tokoh penyebaran Islam di Nusantara adalah para raja dan
para ulama. Di Pulau Jawa, para ulama penyebar Islam tergabung dalam Wali Songo (Sembilan
Wali), yang terdiri atas Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Raden Rahmat (Sunan Ampel),
Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Sahid (Sunan Kalijaga), Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati), Raden Qasim (Sunan Drajad), Raden Paku (Sunan Giri), Ja‟far Shadiq
(Sunan Kudus), Raden Umar Said (Sunan Muria).

B. Saran
Setelah makalah ini tersusun, kami berharap mendapatkan kritik dan saran dari pembaca
maupun dari dosen. Agar terciptanya makalah yang baik dan benar, sehingga pembaca dengan
mudah memahami apa yang kami susun ini dan kami berharap dengan adanya saran ini, dapat
membuat makalah ini lebih baik dan berfaedah. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, & Karim. (2007). Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Pubhlisher.
Abdullah, T. (1991). Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Hasbullah, & Moeflich. (2012). Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 3. (2012). Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Poesponegoro, Djoened, M., & dkk. (1984). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sunanto, & Musyrifah. (2012). Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sunyoto, & Agus. (2012). Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka Ilman.

Anda mungkin juga menyukai