Disusun oleh
Kelas G
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Perkembangan Islam di Indonesia dan Peran Walisongo
Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada sebaik-baik manusia, nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Pembelajaran SKI
MTs/MA. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber dan pihak lain, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Ubaidilah, M.S.I selaku dosen pengampu
mata kuliah Perkembngan Pembelajaran SKI MTs/MA dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah kami masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, inspirasi,
dan menambah pemahaman kepada pembaca. Amin yaa robbal ‘alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
E. Biografi walisongo..............................................................................................................13
G. Peran walisongo..................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk agama
islam, budaya nya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak. Sejarah
masuknya islam awalnya dibawa oleh pedagang Gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab
dan Persia. Sambil berdagang mereka menyeberkan agama islam ke tempat mereka
berlabuh di seluruh Indonesia. Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke Indonesia
di abad ke 7 atau 8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam disekitar
selat malak. Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwakh, seperti penyebaran di
tanah jawa yang di lakukan oleh para walisongo. Merekalah sang pendakwah dan sang
ulama yang menyebarkan islam dengan cara pendekatan sosial budaya.
Dijawa islam masuk melalui pesisir utara pulau jawa dengan di temukannya
makam Fatimah binti maimunah. Dimojokerto juga telah ditemukanya ratusan makam
islam kuno. Di perkirakan makam ini adalah makam para keluarga istana majapahit. Di
Kalimantan, islam masuk melalui Pontianak pada abad 18. Di hulu sungai pawan,
Kalimantan barat ditemukan pemakaman islam kuno. Di Kalimantan timur islam masuk
melalui kerajaan kutai, di Kalimantan selatan melalui kerajaan banjar, dan dari
Kalimantan tengah di temukan nya masjid gede di kota waringin yang di bangun pada
tahun 1434 M. di Sulawesi islam masuk melalui raja dan masyarakat gorontalo.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam?
2. Bagaimana jalur masuknya islam di Indonesia ?
3. Bagaimana strategi dakkwah islam di Indonesia?
4. Bagaimana fase perkembangan islam di Indonesia?
5. Bagaimana biografi Walisongo?
6. Bagaimana strategi dakwah walisongo?
7. Bagaimana peran walisongo terhadap peradapan islam Indonesia?
8. Bagaiana Teladan spiritual dan intelektual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam?
2. Untuk mengetahui masuknya islam di Indonesia ?
3. Untuk mengetahui strategi dakkwah islam di Indonesia?
4. Untuk mengetahui fase perkembangan islam di Indonesia?
5. Untuk mengetahui biografi Walisongo?
6. Untuk mengetahui strategi dakwah walisongo?
7. Untuk mengetahui peran walisongo terhadap peradapan islam Indonesia?
8. Untuk mengetahui Teladan spiritual dan intelektual?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam
Sebelum islam datang, masyarakat jawa menganut agama budha dan hindu.
Kepercayaan masyarakat pada satat itu sebelum datangnya islam ke Indonesia adalah
kepercayaan terhadap adanya dewa-dewa. Masyarakat nusantara sebelum datangnya
islam, merupakan masyarakat majemuk. Kontak antara agama dengan agama dan antara
agama dengan kepercayaan yang telah ada sebelumnya mengakibatkan terjadinya saling
mempengaruhi bahkan terjadi pola sinkretisasi.
Diskursus mengenai kedatangan islam di nusantara sampai sekarang diwarnai
perdebatan panjang yang berpijak pada tiga hal persoalan yaitu tempat asal kedatangan
islam, para pembawa dan waktu kedatangannya.1 Begitu pula masuknya islam kejawa
sampai sekarang masih belum bisa ditentukan dengan pasti. Ada kemungkinan bahwa
agama islam masuk kejawa pada abad ke-11 M, hal tersebut dapat di buktikan melalui
temuan batu nisan dari leran gresik yang bertuliskan huruf arab, tertulisa bahwa makam
tersebut merupakan makam seorang wanita muslim bernama Fatimah binti maimunah
dengan tahun 475 H atau 1082 M.
Metamorfosa perkembangan islam pada masa awal di Indonesia selalu menarik
untuk dikaji dan diteliti. Hal tersebut di karenakan islam yang hadir di perairan nusantara
ini mampu dengan cepat beradaptasi sehingga tidak memunculkan benturan budaya
dengan adat istiadat dan tradidi lokal yang sudah ada sebelumnya. Hal tersebut
merupakan usaha untuk memperluas agama islam, karena sebelumnya masyarakat
Indonesia menganut kepercayaan hindu dan budha.
Waktu masuknya islam di nusantara sudah berlangsung sejak abad ke 7 dan 8
Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke 11 dan 12,
artinya dakwah di nusantara sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa
awal.
4
Sulistiono, B walisongo dalam pentas sejarah nusantara. Di akses dari http://repository.uinjkt.ac.id.
agama budha). Dakwah sunan boning memadukan ajaran agama dengan kesenian,
seperti gamelan boning yang dipukul dengan kayu, kemudian menabuhnya.
5. Sunan Drajat/Raden Qosim
Metode dakwahnyanya menyampaikan secara langsung di langgar/masjid, meberikan
dakwah dan pendidikan di pesantren. Kemudian beliau juga memberikan fatwa
terhadap permasalahan yang diketengahkan kepada beliau.
6. Sunan Kalijaga/ Raden Said
Dalam berdakwah, ia menggunakan pola yang sama dengan sunan boning dengan
menggunakan kesenian dan kebudayaan. Ia sangat toleran pada budaya lokal dan
berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka
mereka harus didekati secara bertahap mengikuti sambil mempengaruhi. Dialah
pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, laying kalimasada, lakon
wayang petruk jadi raja. Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini sebagai karya sunan kalijaga.
7. Sunan Gunung jati/ Syarif Hidayatullah
Metode dakwahnya menggunakan metode structural, kultural dan tasawuf. Metode
structural dengan cara memobilisasi masyarakat masuk islam. ia juga tampil sebagai
tabib mengobati masyarakat yang sakit dengan meggunakan daun-daun dan akar dan
secara batiniyah dengan cara mengobati dengan jampi-jampi atau mantra menjadi
doa-doa islami
8. Sunan Kudud/ Ja’far Shadiq
Beliau mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan, kerajinan emas, pande
besi, membuat keris pusaka dan mengajarkan hukum-hukum agama yang tegas,
pengajaran kepada masyarakat tetap menggunakan symbol-simbol hindu-budha,
seperti arsitektur masjid kudus dari bentuk menaranya, gerbang dan pancuran wudhu
yang melambangkan delapan jalan budha
9. Sunan Muria/ Raden Umar Said
Berdakwah melalui jalur budaya, di kenal sangat piaway menciptakan berbagai jenis
tembang cilik jenis sinom dan kinanthi berisi nasehat-nasehat dan ajaran tauhid. Serta
sangat piawai dalam mendalang dengan membawakan lakon-lakon carangan karya
sunan kalijaga. 5
5
Jurnal Forum Ilmiah Volume 18 Nomor 2, karya Rahma Ningsih Mei 2021, diakses pada tanggal 19 mei
12.07.
memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. teori Pijnapel ini
disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje.
Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua
India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan
Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje,
kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang
ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid”
atau “syarif ” di depan namanya. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh
J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik
Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh.
Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat
tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang
terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang
Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan
mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3. Teori Persia, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein
lebih menitik beratkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain:
tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas
kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam
tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari
bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik
yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah
dengan ajaran sufi AlHallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum
oleh penguasa setempat karena ajaranajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan
lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada
kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam
awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut
mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
4. Teori Cina, bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis
Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui
kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di
mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-
Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah
Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat
sejumlah pemukiman Islam. Menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa
raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan
keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang
termasuk Vietnam). Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai
arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama
di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik,
misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan
pedagang Cina.6
E. Biografi walisongo
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia
disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali
Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim
menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan
6
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (AlMa’arif, 1989), hlm. 7-10
catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri
dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik
Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin
As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik
Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib
Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid
Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-
Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin
Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal
Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib,
binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-
14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada
yang memanggilnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri
bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti
Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2.
Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul
Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi,
memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana
Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha (Sunan Santri/ Raden
Santri) dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman
Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera
Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan
banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun
pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi
Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan
seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa
Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin
Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid
Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali
Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid
Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin
Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin
Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti
Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh
para wali lainnya.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu
pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati
yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan
menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan
Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo,
berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti
Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti
Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin
(Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan
Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel,
Surabaya.
3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23
dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui
kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan
sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering
dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan
rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden
menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau
Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun
mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun
1525.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari
Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat,
Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai
ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah
Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan
Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai
Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi
Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah
bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath
bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad
Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin
Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah
Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus
memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai
panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan
negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara
yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya
Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah
Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan
Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23
dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan
dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik;
yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia
timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal
ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan
Bima.
7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia
adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang
suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai
hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan
Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti
Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah
putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana
Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan
Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak
ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari
Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat
dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil
mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga
kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.7
7
Abdullah,Rachmad, Wali Songo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404 – 1482). (Surakarta :
Al-Wafi, 2015),hlm.30.
8
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/02/110000879/strategi-dakwah-wali-songo?page=3 diakses
pkl 16:51 tgl 19-05-2022
masjid. Langgar atau masjid tersebut dibangun berdekatan dengan rumah yang
mereka tinggali. Hal ini bertujuan untuk memudahkan untuk menyebarkan Islam.
Dalam perkembangannya, ketika persebaran Islam mulai diterima oleh masyarakat,
maka akan dibangun sarana pendidikan berupa pondok pesantren.
G. Peran walisongo
Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah
Jawa. Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan
didukung penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh
sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam
benar-benar menjadi agama yang mengakar. Para wali ini mendirikan masjid, baik
sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan agama. Konon, mengajarkan
agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya
lebih demokratis. Pada masa awal perkembangan Islam, sistem seperti ini
disebut ”gurukula”, yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid
yang duduk di depannya, sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh
Syekh Siti Jenar. Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral
juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri.9
Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan da’wah atau dewan mubaligh.
Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera
diganti oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha
dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan
Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta
dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding
yang lain. Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
penyebaran agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo
dalam penyebaran agama Islam antara lain:
9
Mukhlis PaeEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat), ( Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm 128
1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak
mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing.
2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam
di masa hidupnya.
3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam.
4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah
kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.
5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang
mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam.
6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para
muridnya.
7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.
8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya.10
Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.
10
Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta: GRAHA
Pustaka, 2009), hlm 39
4. Mengembangkan jalinan silaturahmi dengan cara-cara yang bijaksana, sehingga akan
melahirkan ukhuwah Islamiyah.
5. Diperlukan keahlian untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan dengan
menggunakan cara-cara yang cerdas dan simpatik, sehingga mudah diterima orang
lain yang menjadi sasaran dakwah.11
Dalam setiap situasi dan keadaan senantiasa menunjukkan kepribadian yang luhur
serta menghindarkan diri dari sifat-sifat yang kurang terpuji. Demikian beberapa sikap
yang dapat diungkapkan, sebagai upaya meneladani kepribadian dan perjuangan
Walisongo. Wujudkan sikap-sikap tersebut dalam diri dan kepribadianmu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak yang berspekulasi jika islam pertama kali masuk ke Indonesia di abad ke
7 atau 8 masehi. Perkembangan islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah,
diantaraya yaitu Sumatra, jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Para tokoh yang
menyebarkan islam di Indonesia diantaranya yaitu Wali Songo (Maulana malik Ibrahim,
sunan ampel, sunan giri, sunan boning, sunan kalijaga, sunan gunung jati, sunan deajat,
sunan kudus dan sunan muria).
Saran Sedangkan masuknya islam di Indonesia dilakukan dengan empat jalur yaitu ;
jalur perdagangan, jalur perkawinan, jalurpendidikan dan jalur kesenian. Dari keempat
jalur tersebut islam bias menjangkau hampir seluruh pelosok Indonesia yang salah satu
pengarunya di akui sebagai kebudayaan insonesia sendiri sampai sekarang seperti
pengaruh bahasa dan nama, pengaruh adat-istiada dan pengaruh kesenian.
11
Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah Jawa,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008), hlm, 45
DAFTAR PUSTAKA
Hasymy, A. 1989. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. AlMa’arif
Karim, Abdul.2015. Sejarah Perkembangan dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Bagaskara
Mattulada.1985. Sulaesi di Sulawesi selatan, dalam taufik Abdullah, (ed) agama dan perubahan
sosial. Jakarta : Rajawali Press
Ningsih, Rahma. Jurnal Forum Ilmiah Volume 18 Nomor 2, diakses pada tanggal 19 mei 12.07.
Noorduyn. 1075. islamisasi makasar, (terj). Jakarta : Bhratara
PaeEni, Mukhkis. 2009. sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat). Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada
Rachmad, Abdullah. 2015. Wali Songo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404 – 1482).
Surakarta : Al-Wafi
Simon, Hasanu. 2008. Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah
Jawa, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Sulistiono, Walisongo dalam pentas sejarah nusantara. Di akses dari
http://repository.uinjkt.ac.id.
Sutrisno, Budiono Hadi. 2009. Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa.
Yogyakarta: GRAHA Pustaka
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/02/110000879/strategi-dakwah-wali-songo?page=3
diakses pkl 16:51 tgl 19-05-2022