Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA DAN PERAN WALISONGO DALAM

PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran SKI MTs/MA

Dosen Pengampu : Ubaidilah. M.S.I

Disusun oleh

1. Melina Afifatun Ifadah 2119205


2. Maghfiroh 2119207
3. Umi Fitriyah 2119217
4. Saifudin 2119225

Kelas G

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Perkembangan Islam di Indonesia dan Peran Walisongo
Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada sebaik-baik manusia, nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Pembelajaran SKI
MTs/MA. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber dan pihak lain, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Ubaidilah, M.S.I selaku dosen pengampu
mata kuliah Perkembngan Pembelajaran SKI MTs/MA dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah kami masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, inspirasi,
dan menambah pemahaman kepada pembaca. Amin yaa robbal ‘alamin.

Pekalongan, 19 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

A. Latar belakang......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3

C. Tujuan...................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

A. Situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam.....................................................................5

B. Jalur masuknya islam di Indonesia.......................................................................................6

C. Strategi dakwah islam di Indonesia......................................................................................8

D. Fase perkembangan islam di Indonesia..............................................................................10

E. Biografi walisongo..............................................................................................................13

F. Strategi dakwah walisongo.................................................................................................17

G. Peran walisongo..................................................................................................................18

H. Teladan spiritual dan intelektual.........................................................................................20

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21

A. Kesimpulan.........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk agama
islam, budaya nya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak. Sejarah
masuknya islam awalnya dibawa oleh pedagang Gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab
dan Persia. Sambil berdagang mereka menyeberkan agama islam ke tempat mereka
berlabuh di seluruh Indonesia. Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke Indonesia
di abad ke 7 atau 8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam disekitar
selat malak. Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwakh, seperti penyebaran di
tanah jawa yang di lakukan oleh para walisongo. Merekalah sang pendakwah dan sang
ulama yang menyebarkan islam dengan cara pendekatan sosial budaya.

Dijawa islam masuk melalui pesisir utara pulau jawa dengan di temukannya
makam Fatimah binti maimunah. Dimojokerto juga telah ditemukanya ratusan makam
islam kuno. Di perkirakan makam ini adalah makam para keluarga istana majapahit. Di
Kalimantan, islam masuk melalui Pontianak pada abad 18. Di hulu sungai pawan,
Kalimantan barat ditemukan pemakaman islam kuno. Di Kalimantan timur islam masuk
melalui kerajaan kutai, di Kalimantan selatan melalui kerajaan banjar, dan dari
Kalimantan tengah di temukan nya masjid gede di kota waringin yang di bangun pada
tahun 1434 M. di Sulawesi islam masuk melalui raja dan masyarakat gorontalo.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam?
2. Bagaimana jalur masuknya islam di Indonesia ?
3. Bagaimana strategi dakkwah islam di Indonesia?
4. Bagaimana fase perkembangan islam di Indonesia?
5. Bagaimana biografi Walisongo?
6. Bagaimana strategi dakwah walisongo?
7. Bagaimana peran walisongo terhadap peradapan islam Indonesia?
8. Bagaiana Teladan spiritual dan intelektual?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam?
2. Untuk mengetahui masuknya islam di Indonesia ?
3. Untuk mengetahui strategi dakkwah islam di Indonesia?
4. Untuk mengetahui fase perkembangan islam di Indonesia?
5. Untuk mengetahui biografi Walisongo?
6. Untuk mengetahui strategi dakwah walisongo?
7. Untuk mengetahui peran walisongo terhadap peradapan islam Indonesia?
8. Untuk mengetahui Teladan spiritual dan intelektual?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Situasi dan kondisi sebelum kedatangan islam
Sebelum islam datang, masyarakat jawa menganut agama budha dan hindu.
Kepercayaan masyarakat pada satat itu sebelum datangnya islam ke Indonesia adalah
kepercayaan terhadap adanya dewa-dewa. Masyarakat nusantara sebelum datangnya
islam, merupakan masyarakat majemuk. Kontak antara agama dengan agama dan antara
agama dengan kepercayaan yang telah ada sebelumnya mengakibatkan terjadinya saling
mempengaruhi bahkan terjadi pola sinkretisasi.
Diskursus mengenai kedatangan islam di nusantara sampai sekarang diwarnai
perdebatan panjang yang berpijak pada tiga hal persoalan yaitu tempat asal kedatangan
islam, para pembawa dan waktu kedatangannya.1 Begitu pula masuknya islam kejawa
sampai sekarang masih belum bisa ditentukan dengan pasti. Ada kemungkinan bahwa
agama islam masuk kejawa pada abad ke-11 M, hal tersebut dapat di buktikan melalui
temuan batu nisan dari leran gresik yang bertuliskan huruf arab, tertulisa bahwa makam
tersebut merupakan makam seorang wanita muslim bernama Fatimah binti maimunah
dengan tahun 475 H atau 1082 M.
Metamorfosa perkembangan islam pada masa awal di Indonesia selalu menarik
untuk dikaji dan diteliti. Hal tersebut di karenakan islam yang hadir di perairan nusantara
ini mampu dengan cepat beradaptasi sehingga tidak memunculkan benturan budaya
dengan adat istiadat dan tradidi lokal yang sudah ada sebelumnya. Hal tersebut
merupakan usaha untuk memperluas agama islam, karena sebelumnya masyarakat
Indonesia menganut kepercayaan hindu dan budha.
Waktu masuknya islam di nusantara sudah berlangsung sejak abad ke 7 dan 8
Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke 11 dan 12,
artinya dakwah di nusantara sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa
awal.

B. Jalur masuknya islam di Indonesia


Proses perkembanganwilayah pengaruh islam nusantara dapat dilakukan antara
lain melalui beberapa jalur, sebagai berikut:
1. Jalur Perdagangan
Proses masuknya islam diwilayah nusantara tidak lepas dari kegiatan perdagangan.
Kepulauan nusantara yang terkenal dengan berbagai hasil buminya, menjadi daya tarik
bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Antara lain china, india arab dan Persia.
Mereka berdatangan ke kepulauan nusantara untuk berdagang. Kedatangan mereka
melalui selat malaka yang lamban laun tumbuh dan berkembang sebagai salah satu jalur
perdagangan internasional. Melaui selat malaka para pedagang mengunjungi pusat-pusat
1
Abdul Karim. Sejarah Perkembangan dan Peradaban Islam (Yogyakarta : Bagaskara,2015) hlm, 25
perdagangan antara lain di pulau jawa, misalnya jepara, tuban, gresik. Dari sana
pelayaran dilanjutkan seperti ke Banjarmasin, goa, ambon, dan ternate yang dikenal
sebagai pusat penghasil rempah-rempah. Melalui hubungan dagang itulah, padagang
Persia, arab dan Gujarat yang telah memeluk agama islam dapat memperkenalkan agama
dan budaya islam kepada penduduk nusanta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masuknya islam di nusantara berlangsung secara damai melalui hubungan perdagangan.
Hanya saja, persoalan kapan agama islam mulai pertama diperkenalkan belum dapat
diketahui dengan pasti. Hal ini sangat berkaitan antara lain soal keletakan setiap wilayah
secara geografis. Misalnya, selat malaka, sudah dikenal sebagai jalur pelayaran dan
perdagangan sejak berkembangnya kerajaan sriwijaya.
Pusat perdagangan di pantai atau pelabuhan merupakan terminal dan tempat
penghubung dengan daerah-daerah pedalaman. Pelabuhan pada umunya terletak di muara
sungai, karenanya hubungan dagang dengan daerah pedalaman lebih banyak dilakukan
melalui sungai. Mulamula para pedagang hanya menyebarkan islam pada masyarakat
pelabuhan, tetapi karena transaksi dagang masyarakat pedalaman dengan masyarakat
pesisir berlangsung terus menerus, maka lama kelamaan dakwah islamiyah dapat
disampaikan hingga kewilayah masyarakat pedalaman. Misalnya, terdapat pemukiman
masyarakat muslim di sentono rejo, troloyo, kecamatan trowulan, kabupaten mojokerto,
jawa timur. Selain makambertuliskan arab, terdapat batu-batu nisan bertuliskan huruf
jawa berupa angka (tahun wafat) yang tertua 1203 caka atau 1281 M, sedangkan angka
(tahun wafat) yang termuda sebagaimana tertera pada batu nisan 1533 caka atay 1611 M.
dan berupa angka tahun dan tulisan arab tersebut dapat disimpulkan bahwa kehadiran
pemukiman masyarakat muslim di pusat pemerintahan majapahit ini telah berlangsung
sangat lama, selama lebih dari 300tahun, yakni dari abad ke 14 hingga abad ke 17 M,
suatu bentangan waktu dimulai awal munculnya kerajaan majapahit. 2
hingga masa
kemundurannya, bahkanketika kerajaan tersebut hilang sama sekall dalam percaturan
politik di jawa abad ke 17 M.
2. Jalur Dakwah
Sesuai dengan ajaran agama islam, setiap muslim adalah dai. Para muballigh,
guru agama islma mempunyai tugas khusus menyiarkan agama islam. keberadaan
2
Mattulada, sulaesi di Sulawesi selatan, dalam taufik Abdullah, (ed) agama dan perubahan sosial, (Jakarta :
Rajawali Press, 1985) hlm 13
mereka secara khusus telah mempercepat proses berkembangnya wilayah pengaruh
islam, antara lain melalui strategi mendirikan pesantren islam. dipulau jawa,
penyiaran agama islam dilakukan terutama oleh para wali yang dikenal dengan
sebutan walisongo. Strategi dakwah yang mereka terapkan telah berhasil meluaskan
wilayah pengaruh islam ke Banjarmasin, hitu, ternate serta Lombok
3. Jalur Perkawinan
Semakin berkembangnya perdagangan, semakin banyak pula para pedagang islam
dari Persia, arab dan Gujarat datang ke nusantara, bahkan banyak diantara mereka
yang kemudian menetap dibbagai wilayah nusantara. Daerah permukiman mereka
disebut pekojan. Banyak diantara mereka kemudian menikah dengan anggota
masyarakat setempat. Jika wanita yang dinikahinya itu berasal dari golongan elite,
setidajnya akan berpengaruh dan mendukung bagi proses dakwah islamiyah terhadap
masyarakat.
4. Jalur Kesenian
Penyebaran agama islam dengan menggunakan sarana kesenian, disesuaikan
dengan kondisi pada masanya. Saat itu kebudayaan pra islam (pra sejarah klasik)
masih sangat kuat dan menyebabkan para muballigh memanfaatkan kesenian sebagai
sarana syiar agama. Misalnya di jawa menggunakan wayang kulit, gamelan dan
sebagainya. 3 seperti sunan kali jaga memakai model dakwah kultural yang berkaitan
erat dengan kebudayaan raktay setempat. Alasan sunan kalijaga memakai model
dakwah kultural sebagai jalan dakwahnya karena beranggapan bahwa lebih mudah
menyebarkan agama islam dengan cara memadukan dengan unsur kebudayaan
masyarakat setempat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam.pelaksanaan
dakwah kultural ini diharapkan dapat segera menarik hati masyarakat setempat yang
masih banyaj memeluk agama lama, yaitu agama hindu dan budha.

C. Strategi dakwah islam di Indonesia


Ada tiga contoh strategi dakwah yang mengakulturasikan budaya setempat dengan
ajaran agama islam, yakni arsitektur masjid sebagai representasi tatanan sosial
egaliter/sederajat, wayang sebagai sarana membangun teologi umat, dan kreasi seni islam
bernuansa budaya lokal. Metode dakwah setiap walisongo itu berbeda-beda. Ada yang
3
Noorduyn, islamisasi makasar, (terj), (Jakarta : Bhratara, 1972) hlm 55
menggunakan metode structural, kultural dan tasawuf, ada juga yang menggunakan
metode akulturasi budaya. 4
Adapun bentuk dakwahnya wali songo yaitu:
1. Sunan gresik/ Maulana Malik Ibrahmi
Metode dakwah yang dilakukan dengan cara mendirikan masjid di gresik, kemudian
mendampingi dan mengajak raja majapahit masuk agama islam. mendirikan
pesantren untuk mendidik kader-kader pemimpin umat dan penyebar islam.
2. Sunan Ampel/ Raden Rahmat
Metode dakwah yang digunakan antara lain: mendirikan masjid sebagai pusat dakwah
dan pendidikan di dekat pelabuhan, yang merupakan tempat strategis, melalui factor
pendekatan dengan kerajaan dan bangsawan membuat sunanampel lebih mudah di
kenal dan mudah dalam menyebarkan ajaran islam, menggunakan jalur pernikahan
dengan putri-putri kaum bangsawan. Hal lain yang dilakukan adalah beradaptasi
dengan budaya lokal seperti penggunaan langgar supaya terdengar mirip dengan
sanggar, shalat disebut dengan sembahyang yang mirip dengan kata sembah hyang
(dalam kepercayaan agama hindu), mengutus para santri untuk berdakwah di
perkampungan , membuat lembaga dakwah penyebaran islam yang disebut wali
sanga.
3. Sunan giri/ Muhammad Ainul Yakin
Beberapa ciptaan hasil karya sunan giri dalam berdakwah: gendhing asmaradana dan
pucung yang merupakan tembang berisikan nasihat-nasihat kehidupan, menciptakan
permainan untuk anak-anak seperti ,menciptakan tembang untuk anak-anak dolanan
bocah, padang bulan, yang memiliki makna bahwa agama islam telah datang
memberi penerangan hidup, maka segeralah mengambil manfaat dari ilmu agama
islam agar terhindar dari kebodohan.
4. Sunan Bonang/ Maulana Makdum Ibrahim
Dakwah awal yang dilakukan sunan boning di daerah Kediri yang menjadi pusat
ajaran Bhairawa-Tantra (sekte sinkretisme antara aliran Mahayana agama budha dan
aliran Ciwa agama hindu) membangun masjid, mengembangkan dakwah
dipedalaman yang masyarakatnya masih menganut ajaran tantrayana (ajaran dalam

4
Sulistiono, B walisongo dalam pentas sejarah nusantara. Di akses dari http://repository.uinjkt.ac.id.
agama budha). Dakwah sunan boning memadukan ajaran agama dengan kesenian,
seperti gamelan boning yang dipukul dengan kayu, kemudian menabuhnya.
5. Sunan Drajat/Raden Qosim
Metode dakwahnyanya menyampaikan secara langsung di langgar/masjid, meberikan
dakwah dan pendidikan di pesantren. Kemudian beliau juga memberikan fatwa
terhadap permasalahan yang diketengahkan kepada beliau.
6. Sunan Kalijaga/ Raden Said
Dalam berdakwah, ia menggunakan pola yang sama dengan sunan boning dengan
menggunakan kesenian dan kebudayaan. Ia sangat toleran pada budaya lokal dan
berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka
mereka harus didekati secara bertahap mengikuti sambil mempengaruhi. Dialah
pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, laying kalimasada, lakon
wayang petruk jadi raja. Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini sebagai karya sunan kalijaga.
7. Sunan Gunung jati/ Syarif Hidayatullah
Metode dakwahnya menggunakan metode structural, kultural dan tasawuf. Metode
structural dengan cara memobilisasi masyarakat masuk islam. ia juga tampil sebagai
tabib mengobati masyarakat yang sakit dengan meggunakan daun-daun dan akar dan
secara batiniyah dengan cara mengobati dengan jampi-jampi atau mantra menjadi
doa-doa islami
8. Sunan Kudud/ Ja’far Shadiq
Beliau mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan, kerajinan emas, pande
besi, membuat keris pusaka dan mengajarkan hukum-hukum agama yang tegas,
pengajaran kepada masyarakat tetap menggunakan symbol-simbol hindu-budha,
seperti arsitektur masjid kudus dari bentuk menaranya, gerbang dan pancuran wudhu
yang melambangkan delapan jalan budha
9. Sunan Muria/ Raden Umar Said
Berdakwah melalui jalur budaya, di kenal sangat piaway menciptakan berbagai jenis
tembang cilik jenis sinom dan kinanthi berisi nasehat-nasehat dan ajaran tauhid. Serta
sangat piawai dalam mendalang dengan membawakan lakon-lakon carangan karya
sunan kalijaga. 5

D. Fase perkembangan islam di Indonesia


Proses masuknya agama Islam ke nusantara tidak berlangsung secara
revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambatlaun, dan sangat beragam.
Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi
menjadi:
1. Teori Mekah, mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah
atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim
Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka
mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada
dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh
anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia
tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA
adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Dalam hal ini, teori HAMKA
merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah
curiga terhadap prasangkaprasangka penulis orientalis Barat yang cenderung
memojokkan Islam di Indonesia. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori
Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah
(kaum pengembara) yang telah melakukan Islamisasi awal di Indonesia.
2. Teori Gujarat, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain
barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang mensosialisasikan teori ini
kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori
ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-
orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal
Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut
Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah

5
Jurnal Forum Ilmiah Volume 18 Nomor 2, karya Rahma Ningsih Mei 2021, diakses pada tanggal 19 mei
12.07.
memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. teori Pijnapel ini
disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje.
Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua
India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan
Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje,
kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang
ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid”
atau “syarif ” di depan namanya. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh
J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik
Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh.
Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat
tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang
terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang
Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan
mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3. Teori Persia, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein
lebih menitik beratkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain:
tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas
kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam
tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari
bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik
yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah
dengan ajaran sufi AlHallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum
oleh penguasa setempat karena ajaranajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan
lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada
kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam
awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut
mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
4. Teori Cina, bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis
Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui
kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di
mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-
Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah
Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat
sejumlah pemukiman Islam. Menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa
raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan
keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang
termasuk Vietnam). Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai
arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama
di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik,
misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan
pedagang Cina.6

Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.


Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masingmasing teori tersebut.
Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang
dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan
tidak dalam waktu yang bersamaan.

E. Biografi walisongo
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia
disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali
Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim
menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan

6
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (AlMa’arif, 1989), hlm. 7-10
catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri
dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik
Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin
As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik
Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib
Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid
Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-
Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin
Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal
Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib,
binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-
14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada
yang memanggilnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri
bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti
Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2.
Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul
Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi,
memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana
Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha (Sunan Santri/ Raden
Santri) dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman
Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera
Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan
banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun
pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi
Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan
seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa
Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin
Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid
Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali
Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid
Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin
Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin
Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti
Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh
para wali lainnya.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu
pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati
yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan
menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan
Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo,
berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti
Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti
Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin
(Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan
Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel,
Surabaya.
3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23
dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui
kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan
sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering
dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan
rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden
menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau
Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun
mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun
1525.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari
Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat,
Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai
ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah
Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan
Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai
Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi
Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah
bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath
bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad
Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin
Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah
Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus
memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai
panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan
negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara
yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya
Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah
Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan
Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23
dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan
dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik;
yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia
timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal
ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan
Bima.
7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia
adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang
suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai
hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan
Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti
Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah
putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana
Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan
Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak
ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari
Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat
dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil
mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga
kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.7

F. Strategi dakwah walisongo


Strategi yang digunakan Wali Songo bervariasi dan tergantung pada wilayah dan
kondisi sosialnya. Akan tetapi, metode dakwah yang digunakan para Wali Songo
beradaptasi dengan luwes supaya diterima oleh masyarakat.
1. Wilayah dakwah
Wilayah atau daerah persebaran dakwah menjadi salah satu hal penting dalam
menyebarkan agama Islam oleh Wali Songo. Penentuan wilayah atau tempat dakwah
dipertimbangkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah geografis. Jawa Timur
menjadi daerah yang menjadi tujuan utama para Wali menyebarkan Islam.8
Beberapa tokoh yang berdakwah di Jawa Timur di antaranya Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Wilayah yang
menjadi daerah dakwah mereka adalah Gresik, Surabaya, Tuban, dan sedayu. Di Jawa
Tengah, fokus dakwah Islam berada di kota pesisir, seperti Demak, Kudus dan
Lasem. Adapun Sunan Kalijogo dan Sunan Muria berperan penting dalam
penyebaran di wilayah tersebut. Sedangkan di Jawa Barat, Sunan Gunung Jati
berperan aktif untuk menyebarkan ajaran Islam di sana.
2. Asimilasi Budaya
Para Wali berani menggunakan sarana seni dan budaya sebagai alat dakwah
karena hal itu sudah mengakar bagi masyarakat Jawa saat itu. Strategi dakwah Islam
di Nusantara ini bertujuan menyisipkan pesan-pesan dari ajaran Islam melalui
berbagai seni dan budaya di Jawa. Salah satunya adalah dakwah dengan metode
pertunjukan wayang, macapat, berupa tembang, gamelan, sekaten, dll.
3. Pendidikan
Hal pertama yang dilakukan oleh para Wali saat akan berdakwah di suatu
tempat adalah dengan membangun sarana dakwah, salah satunya adalah langgar atau

7
Abdullah,Rachmad, Wali Songo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404 – 1482). (Surakarta :
Al-Wafi, 2015),hlm.30.
8
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/02/110000879/strategi-dakwah-wali-songo?page=3 diakses
pkl 16:51 tgl 19-05-2022
masjid. Langgar atau masjid tersebut dibangun berdekatan dengan rumah yang
mereka tinggali. Hal ini bertujuan untuk memudahkan untuk menyebarkan Islam.
Dalam perkembangannya, ketika persebaran Islam mulai diterima oleh masyarakat,
maka akan dibangun sarana pendidikan berupa pondok pesantren.

G. Peran walisongo
Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah
Jawa. Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan
didukung penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh
sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam
benar-benar menjadi agama yang mengakar. Para wali ini mendirikan masjid, baik
sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan agama. Konon, mengajarkan
agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya
lebih demokratis. Pada masa awal perkembangan Islam, sistem seperti ini
disebut ”gurukula”, yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid
yang duduk di depannya, sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh
Syekh Siti Jenar. Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral
juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri.9
Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan da’wah atau dewan mubaligh.
Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera
diganti oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha
dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan
Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta
dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding
yang lain. Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
penyebaran agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo
dalam penyebaran agama Islam antara lain:

9
Mukhlis PaeEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat), ( Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm 128
1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak
mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing.
2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam
di masa hidupnya.
3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam.
4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah
kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.
5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang
mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam.
6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para
muridnya.
7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.
8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya.10

Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.

H. Teladan spiritual dan intelektual


Walisongo telah menunjukan peranan yang sangat berharga dalam menyiarkan
Islam di tanah jawa. Melihat keberhasilan dakwah walisongo, maka sebagai generasi
muda Islam, harus dapat meneladani kepribadianya diantaranya melalui:
1. Sebagai generasi muda harus senantiasa mempertebal keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt., karena hal itu adalah modal yang paling utama yang harus
dimiliki.
2. Tuntutan perkembangan zaman mengharuskan generasi muda untuk memperdalam
penguasaan ilmu, baik ilmu agama maupun pengetahuan lainnya, sehingga dapat
memberikan manfaat baik bagi diri sendiri khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
3. Unutuk mendapatkan kemuliaan dihari esok, maka generasi muda harus bersedia
berjuang dalam rangka meninggikan agama Allah, sesuai bidang yang ditekuninya.

10
Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta: GRAHA
Pustaka, 2009), hlm 39
4. Mengembangkan jalinan silaturahmi dengan cara-cara yang bijaksana, sehingga akan
melahirkan ukhuwah Islamiyah.
5. Diperlukan keahlian untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan dengan
menggunakan cara-cara yang cerdas dan simpatik, sehingga mudah diterima orang
lain yang menjadi sasaran dakwah.11

Dalam setiap situasi dan keadaan senantiasa menunjukkan kepribadian yang luhur
serta menghindarkan diri dari sifat-sifat yang kurang terpuji. Demikian beberapa sikap
yang dapat diungkapkan, sebagai upaya meneladani kepribadian dan perjuangan
Walisongo. Wujudkan sikap-sikap tersebut dalam diri dan kepribadianmu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak yang berspekulasi jika islam pertama kali masuk ke Indonesia di abad ke
7 atau 8 masehi. Perkembangan islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah,
diantaraya yaitu Sumatra, jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Para tokoh yang
menyebarkan islam di Indonesia diantaranya yaitu Wali Songo (Maulana malik Ibrahim,
sunan ampel, sunan giri, sunan boning, sunan kalijaga, sunan gunung jati, sunan deajat,
sunan kudus dan sunan muria).
Saran Sedangkan masuknya islam di Indonesia dilakukan dengan empat jalur yaitu ;
jalur perdagangan, jalur perkawinan, jalurpendidikan dan jalur kesenian. Dari keempat
jalur tersebut islam bias menjangkau hampir seluruh pelosok Indonesia yang salah satu
pengarunya di akui sebagai kebudayaan insonesia sendiri sampai sekarang seperti
pengaruh bahasa dan nama, pengaruh adat-istiada dan pengaruh kesenian.

11
Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah Jawa,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008), hlm, 45
DAFTAR PUSTAKA
Hasymy, A. 1989. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. AlMa’arif
Karim, Abdul.2015. Sejarah Perkembangan dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Bagaskara
Mattulada.1985. Sulaesi di Sulawesi selatan, dalam taufik Abdullah, (ed) agama dan perubahan
sosial. Jakarta : Rajawali Press
Ningsih, Rahma. Jurnal Forum Ilmiah Volume 18 Nomor 2, diakses pada tanggal 19 mei 12.07.
Noorduyn. 1075. islamisasi makasar, (terj). Jakarta : Bhratara
PaeEni, Mukhkis. 2009. sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat). Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada
Rachmad, Abdullah. 2015. Wali Songo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404 – 1482).
Surakarta : Al-Wafi
Simon, Hasanu. 2008. Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah
Jawa, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Sulistiono, Walisongo dalam pentas sejarah nusantara. Di akses dari
http://repository.uinjkt.ac.id.
Sutrisno, Budiono Hadi. 2009. Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa.
Yogyakarta: GRAHA Pustaka
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/02/110000879/strategi-dakwah-wali-songo?page=3
diakses pkl 16:51 tgl 19-05-2022

Anda mungkin juga menyukai