Anda di halaman 1dari 13

ISLAMISASI DI NUSANTARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“Sejarah Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu :

Dr. Mu’awanah, M.Pd

Disusun Oleh:

Alwi Firdaus Syah (22501003)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. karena atas ridho-Nya makalah kami yang
bertemakan “Islamisasi Indonesia” dapat diselesaikan. Kami juga mengucapkan
terimaksih kepada semua pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah ini.
Tanpa pihak lain, mungkin makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Kami
berharap apa yang ditulis dalam makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca
terutama tentang bagaimana atau apasaja isu-isu yang ada dalam kebijakan
pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat sangat baik bagi para pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih banyak yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar kedepannya bisa lebih
baik lagi.

Kediri, 29 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Teori tentang Masuknya Islam di Indonesia ............................................... 3

B. Saluran Penyebaran Islam di Indonesia ....................................................... 4

C. Perkembangan Islam di Indonesia ............................................................... 7

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 9

B. Saran .......................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedatangan Islam di Indonesia menurut Azyumardi Azra sangatlah kompleks,


artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu
yang bersamaan. Fenomena ini menjadi menarik karena kemudian ditemukan
keragaman teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia. Oleh karenanya, meski
kesimpulan tentang awal masuknya Islam ke Indonesia telah disahkan dalam
“Seminar Nasional Masuknya Islam ke Indonesia di Medan” tahun 1963, namun
proses-proses kedatangan dan perkembangan Islam di Indonesia merupakan sebuah
kajian yang dapat berubah. Hal ini tentunya, tidak membuat stagnannya penelitian dan
diskusi tentang masuknya Islam, karena masih ada ruang yang sangat luas untuk
mengkoreksi atau menguatkan teori-teori yang ada. Berkenaan dengan pembahasan
kedatangan dan perkembangan Islam ke Indonesia banyak aspek yang saling berkaitan
yaitu: darimana Islam berasal? Daerah mana yang pertama kali menjadi tempat
kedatangan Islam? Siapa pembawanya dan kapan Islam sampai ke Indonesia? Karena
perbedaan sudut pandang dan bukti-bukti yang ditunjukkan tentunya akan
menghasilkan kesimpulan tentang teori-teori masuknya Islam ke Indonesia yang
berbeda. Keragaman teori-teori sejarawan tersebut di satu sisi menimbulkan
perbedaan pandangan tentang teori manakah yang dinilai lebih kuat dibanding teori
lain? Serta siapa dan bagaimanakah sosok aktor sentral dalam proses kedatangan dan
perkembangan Islam ke Indonesia? Tulisan ini akan mencoba menganalisis teori-teori
kedatangan Islam: teori Gujarat, teori Arab, teori Persia, teori Cina, teori Turki, tidak
dengan cara “membenturkan” diantara teori-teori yang ada, melainkan dengan
langkah “mengawinkan” diantara teori yang memiliki sinkronisasi. Dengan asumsi
bahwa teori-teori tersebut pada dasarnya saling menguatkan dan menyempurnakan.
Perbedaan hanya ditimbulkan oleh sudut pandang yang berbeda. Di sisi lain,
efektifitas perkembangan Islam di Indonesia tentunya tidak terlepas dari aktor sentral
yang memainkan peran dalam proses islamisasi tersebut. Oleh karena itu tulisan ini

1
mencoba menjawab siapa dan bagaimana sosok aktor sentral dalam proses kedatangan
dan perkembangan Islamisasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Islamisasi di Indonesia?

2. Apa Saja Teori-Teori Masuknya Islam di Indonesia?

3. Bagaimana Persebaran Islam di Indonesia?

4. Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui Bagaimana Proses Islamisasi di Indonesia.

2. Mengetahui Apa Saja Teori-Teori Masuknya Islam di Indonesia.

3. Mengetahui Persebaran Islam di Indonesia.

4. Mengetahui Perkembangan Islam di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori tentang Masuknya Islam di Indonesia

1. Teori Gujarat

Teori Gujarat dikemukakan oleh Snouck Hurgronje yang mengungkapkan


bahwa kedatangan Islam dari Gujarat India. Ia memfokuskannya di sekitar Gujarat
yang diidentikkan dengan beberapa hal yaitu; 1) tidak ada realitas yang
mengungkapkan peran orang Arab dalam menyebarkan Islam ke Nusantara; 2)
Antara Indonesia dan India cukup lama sudah memiliki hubungan perdagangan; 3)
Enkripsi terkait Islam yang ditemukan di Sumatra adanya garis besar koneksi yang
dijalin Sumatra dan Gujarat. W. F. Stutterheim, mengungkapkan bahwa perjalanan
Islam ke Indonesia dimulai dari Gujarat pada abad ke13 M. Ditegaskan dengan
adanya batu nisan para penguasa utama Kerajaan Samudra, khususnya Malik Al-
Saleh yang wafat pada 1297 M.1

2. Teori Arab

Teori Arab mengungkapkan kemunculan Islam ke Indonesia langsung dari


Makkah, yang terjadi sekitar abad ke-7 M. Di Selat Malaka pada saat itu telah ramai
oleh pedagang dari Arab. Mereka adalah Muslim, dalam prosesnya mereka tidak
hanya berdagang, terutama rempah, mereka juga menyebarkan ajaran agama.
Berita dari China juga mengabarkan ramainya pedagang Arab di Selat Malaka.
Salah satu tokoh pendukung teori ini adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Hamka). Menurut beliau, pedagang yang datang kemungkinan adalah utusan Bani
Umayyah. Ramainya perdagangan di Malaka bersamaan dengan 3 kerajaan besar,
Dinasti Tang di Cina pada 618-907 M, Sriwijaya pada abad ke-7 M sampai dengan
ke-14 M, Dinasti Umayyah pada 660-749 M. Jadi tidak menutup kemungkinan jika
interaksi itu menjadi bagian penting dalam perjalanannya, selain berdagang itu juga
misi dakwah. Bukti lain, di Barus Tapanuli Selatan ditemukan makam bertuliskan
huruf ha’ dan mim' dengan angka Arab 670 M.2

1
Mubarok, F, “Pemikiran dan Peradaban Islam di Nusantara,” 54.
2
Mursan, S, “Teori Kedatangan Islam dan Proses Islamisasi di Nusantara,” 55–56.

3
3. Teori Persia

Teori ini digagas oleh P. A. Hoesin Djajadiningrat yang menyatakan bahwa


adanya kebudayaan yang sama antara kelompok Muslim Indonesia dan Persia.
Sebagian dari persamaannya yaitu, pertama, amalan memuji pada 10 Muharram
atau Asyuro, yakni hari suci Syiah dengan wafatnya Husain bin Ali. Kedua, antara
pelajaran Syekh Siti Jenar danpelajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, pemanfaatan
bahasa Persia dalam ejaan huruf arab, tanda bunyi harakat dalam pengajian. 3

4. Teori Cina

Peran orang Tionghoa dalam Islamisasi di Indonesia membutuhkan


pertimbangan luar biasa. Banyaknya komponen budaya Tionghoa dalam
komponen budaya Islam di Indonesia itu penting dipertimbangkan. Dalam hal ini
"Teori Cina" dalam Islamisasi tidak bisa diabaikan (Husda, 2017). Berdasarkan
pada banyaknya kebudayaan Cina yang terdapat pada kebudayaan dalam Islam di
Indonesia (Amin, 2018). Banyak bentuk yang menyebutkan kemunculan Islam di
Indonesia. Hal ini dapat dipandang sebagai tanda bahwa jalan masuk Islam ke
Indonesia tidaklah terjadi pada satu waktu, bentuk, dan satu sebab.4

B. Saluran Penyebaran Islam di Indonesia


Islam merupakan agama mayoritas yang pengikutnya banyak ditemukan di
Indonesia. Dalam proses penyebarannya memiliki banyak saluran yang berbeda.
Saluran ini kemudian mempertegas proses dan berkembangnya Islam di Indonesia.
Saluran-saluran tersebut sangat berkontribusi bagi meluasnya proses penyebaran
Islam dan diterima dengan begitu mudah oleh masyarakat Indonesia. Proses tersebut
dapat dijelaskan melalui beberapa saluran di bawah ini.

1. Perdagangan
Jalur ini adalah tahap awal yang mendasari kemunculan Islam di Indonesia
dan terjadi sekitar abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Islam dibawa oleh pedagang
muslim dengan jalur yang damai.5

3
Rumahuru, Y. Z, “Kontekstualisasi dalam Penyebaran Islam: Analisis Pola Pembentukan Islam di
Nusantara,” 123–29.
4
Solihin, M, “Memahami Kronologi Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara,” 87–102.
5
Herniti, E, “Islam dan Perkembangan Bahasa Melayu,” 81–96

4
Pada waktu itu, terdapat banyak pedagang Muslim yang berdagang ke
Indonesia hingga akhirnya mereka membentuk sebuah pemukiman. Di sini, mereka
semua bekerja sama dan menyebarkan Islam. Di tempat inilah, mereka semua
berinteraksi dan menyebarkan agama Islam. Para pedagang Muslim ini telah
melaksanakan aktivitas ganda, aktivitas pokoknya sebagai pedagang dan di sisi lain
melaksanakan dakwah Islam.
Di awali dengan berdagang, selanjutnya kegiatan dakwah dilakukan lewat
aktivitas pendidikan informal. Pada aktivitas pendidikan informal ini terjadi kontak
personal antara pedagang yang merangkap sebagai mubaligh dengan masyarakat
sekitar. Dari kontak personal tersebut terjadi komunikasi pendidikan. Pendidikan
yang berjalan secara informal, tentu dalam hal ini pendidikan informal tidak
membutuhkan sarana seperti yang dimiliki oleh lembaga formal. Tidak dibutuhkan
tempat tertentu, tidak butuh kurikulum/silabus tidak memerlukan waktu tertentu,
dapat berlangsung di mana dan kapan saja. Inti dari pendidikan informal itu adalah
pergaulan antara pendidik (pedagang yang merangkap sebagai mubaligh) dan
peserta didik, yakni masyarakat sekitar. Dalam hal ini pendidik (mubaligh)
mentransferkan ilmu, nilai, dan keterampilan. 6 Proses ini kemudian membuat Islam
diterima secara luas oleh masyarakat.

2. Perkawinan
Saluran perkawinan adalah salah satu proses Islamisasi yang tak terasa dan
mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan ikatan pernikahan adalah ikatan yang
lahir batin. Pernikahan dapat membentuk keluarga baru yang dapat menjadi pertanda
perkembangan masyarakat yang besar dan dapat membentuk masyarakat muslim.
Berdasarkan pandangan ekonomi, pedagang Muslim mendapatkan posisi yang lebih
daripada masyarakat pribumi. Hal inilah yang menyebabkan khususnya para gadis
terhormat, mereka ingin menjadi pasangan dari pedagang tersebut. Tetapi sebelum
terjadinya pernikahan, maka wanita yang akan menikah tersebut terlebih dahulu
harus mengucapkan syahadat sebagai bentuk penerimaan terhadap Islam. 7

3. Pendidikan

6
Daulay, H. P., Dahlan, Z., Supriadi, S., Suridah, S., & Hasanah, U, “Proses Islamisasi di Indonesia:
Tinjauan dari Berbagai Aspeknya,” 41–48.
7
Binarto, “Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia. Prosiding Nasional,” 287–302.

5
Pesantren merupakan fondasi yang paling strategis dalam kemajuan Islam di
Indonesia. Islamisasi melalui jalur pendidikan yaitu, dengan adanya pesantren
ataupun pondok dan dilaksanakan oleh para guru agama, kyai, atau para ulama.
Setelah mereka selesai menjalani pendidikan mereka akan keluar dari pesantren
tersebut, dan mereka akan kembali ke daerah mereka atau mereka akan pergi ke
suatu wilayah untuk menyebarkan dan untuk mengajarkan Islam. 8 Proses ini
merupakan jalur formal setelah Islam berkembang dan dapat dianggal sebagai jalur
penegas setelah Islam dikenal secara luas di masyarakat Indonesia.

4. Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran yang berusaha mendekatkan umatnya kepada Allah
SWT, Sang Pencipta. Tasawuf pada saat itu sangat efektif dan mampu
mengadapatasi, mendiseminasi, dan mempercepat penyebaran Islam dalam
masyarakat umumnya, dan dalam lingkungan kerajaan khususnya. Pendekatan
sufistik dalam dakwah dinilai mampu mengakomodasi budaya (tata nilai, norma,
tradisi, adat-istiadat, kearifan lokal) dan keyakinan lokal yang tumbuh sebelumnya.
Daya adaptasi sufisme inilah yang melahirkan percepatan akulturasi antara Islam
sebagai agama baru di satu pihak dengan Hindu, Buddha, dan indigenous faiths yang
dianut dan berkembangan jauh sebelumnya. 9

5. Politik
Politik merupakan metode penyebaran Islam dengan kekuasaan, beralihnya
agama penguasa menjadi muslim sangat berpengaruh dan rakyat serta
pendukungnya akan mengikuti dengan cepat. Penguasa juga dapat memengaruhi
para penguasa lainnya untuk menganut agama Islam sehingga dalam hal ini Islam
akan mengalami perkembangan yang sangat cepat.10
Berdasarkan pendapat para pakar sejarah menyatakan bahwa dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia tak terlepas dari banyaknya dukungan yang
sangat kuat dari para penguasa.11

6. Seni dan Budaya

8
Mubarok, F, “Pemikiran dan Peradaban Islam di Nusantara,” 67.
9
Jannah, M., Hadi, M. N., “Islamisasi Nusantara dan Proses Pembentukan Masyarakat Muslim,”
27–38.
10
11 Susmihara, S, “Wali Songo dan Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara,” 151–68.
11
Gunawan, S, “Perkembangan Islam di Indonesia (Suatu Diskursus Tentang Awal Mula Islam Ke
Nusantara),” 13–29.

6
Untuk penggunaan jalur kesenian sebagai media dalam berdakwah adalah
sesuatu daya tarik yang lain. Menurut seorang sejarawan dari Persia yang tinggal di
Malabar pada abad ke-15 M, yaitu Zainuddin al-Ma`bari. Ia menulis dalam sebuah
bukunya yaitu, Tuhfat al-Mujahidin menyatakan bahwa banyak penduduk di India
Selatan dan juga di Nusantara tertarik untuk memeluk agama Islam setelah mereka
menyaksikan serta mendengar pembacaan mengenai riwayat kehidupan serta
perjuangan Nabi Muhammad SAW yang disampaikan melalui sebuah bentuk syair
dan dinyanyikan.12 Syair diketahui sebelum Islam dating sudah ada terutama pada
masyarakat Melayu. Hal ini membuka jalan bagi diterimanya Islam secara lebih
cepat.

C. Perkembangan Islam di Indonesia


Perkembangan Wilayah dan Kekuatan Politik Islam Menurut Prof. Haidar,
bahwa masuknya Islam ke berbagai daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang
bersamaan. Namun para sejarawan sepakat bahwa Sumatera adalah daerah pertama
yang didatangi Islam, kemudian berlanjut ke tanah jawa. Hal ini dikarenakan situasi
politik di tanah Jawa yaitu melemahnya kerajaan Majapahit yang menyebabkan
Bupati-bupati di daerah Pesisir memeluk Islam. Seiring waktu Islam menjadi
kekuatan baru dalam proses perkembangan masyarakat Jawa. Modus
ekonomi/perdagangan membawa perkembangan Islam ke belahan Timur Indonesia,
Maluku pada abad ke-14 Masehi, Sulawesi Selatan abad ke-15 dan kemudian
berlanjut ke daerah Kalimantan, Banjarmasin pada awal abad ke-16 tepatnya tahun
1550.13
Proses islamisasi yang dilakukan para da’i melahirkan komunitas-komunitas
muslim di berbagai daerah yang mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Menurut Prof. Haidar perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan politik. Kerajaan-kerajaan Islam sebagai kekuatan politik disatu sisi
dan semangat dakwah para muballigh sangat memengaruhi proses islamisasi di
Indonesia. Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Perlak yang berdiri pada 1
Muharram 225 H/840 M. Secara sosio-politik puncak pengaruh Islam, paling mudah
dibuktikan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam diberbagai wilayah
Indonesia.

12
Supriono, I. A, “Islam di Nusantara dan Transformasi Kebudayaan Melayu Indonesia,” 177–99.
13
Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, 15.

7
Terlepas dari polemik tanpa akhir oleh para ahli sejarah tentang jalur
masuknya Islam ke Indonesia tidak mengubah satu hal bahwa Islam mengalami
perkembangan yang sangat signifikan dan menjadi agama mayoritas penduduk
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam sebagai
sebuah kekuatan politik. Dalam catatan sejarah masing-masing kerajaan Islam
tersebut memiliki peran dalam perkembangan Islam di Indonesia. Gelombang
perkembangan berikutnya terjadi sekitar abad ke-13 Masehi hingga abad ke-16
Masehi oleh para da’i professional dari kalangan Sufi. Pada taraf ini juga diketahui
bahwa para Sufi memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan melakukan
penyebaran dengan cara persuasif. Gelombang para da’i dari golongan Sufi ini
berjasa besar dalam meningkakan intensitas Perkembangan Indonesia secara
signifikan. Secara sepesifik Hasan berpendapat bahwa kombinasi rintisan para
pedagang dan upaya yang lebih terorganisisr oleh para da’i Sufi ini menghasilkan
gelombang besar perkembangan abad ke 15 Masehi dan seterusnya. 14

Gelombang perkembangan berikutnya terjadi sekitar abad ke-13 Masehi


hingga abad ke-16 Masehi oleh para da’i professional dari kalangan Sufi. Pada taraf
ini juga diketahui bahwa para Sufi memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan
melakukan penyebaran dengan cara persuasif. Gelombang para da’i dari golongan
Sufi ini berjasa besar dalam meningkakan intensitas Perkembangan Indonesia secara
signifikan. Secara sepesifik Hasan berpendapat bahwa kombinasi rintisan para
pedagang dan upaya yang lebih terorganisisr oleh para da’i Sufi ini menghasilkan
gelombang besar perkembangan abad ke 15 Masehi dan seterusnya.15

14
Asari, Sejarah Pendidikan Islam, 92.
15
Asari, 94

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islamisasi di Indonesia dilakukan dengan cara yang damai meskipun pada
saat itu telah terjadi pemanfaatan kekuasaan oleh penguasa muslim di Indonesia.
Mereka dapat menerima keberadaan Islam tanpa melepaskan keyakinan dan praktik
keagamaan yang telah ada sebelumnya. Adapun kedatangan Islam ke Indonesia dapat
dilihat dari beberapa teori yaitu; teori Gujarat, teori Arab, teori Persia, dan teori Cina.
Teori tersebut tidak untuk meniadakan satu sama lain tetapi memperkuat bahwa Islam
memang hadir di Indonesia dibawa dari berbagai wilayah. Untuk proses Islamisasinya
dan penyebaran Islam yang ada di Indonesia dilakukan dengan beberapa jalur yaitu;
jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, politik, serta seni dan budaya.
Sisi lain ulama merupakan tokoh sentral dalam proses kedatangan dan perkembangan
Islam di Indonesia. Kedatangan dan perkembangan Islam di Indonesia dilakukan
pertama kali oleh pedagang pedagang Arab yang kemudian dilanjutkan oleh para da’i
dari kalangan Sufi profesional. Sosok ulama Sufi melekat kuat pada dua sosok:
pertama, saudagar yang menyebarkan Islam melalui perdagangan sekaligus pemompa
detak jantung perekonomian rakyat; dan kedua, pada sosok sultan yang menyebarkan
Islam melalui kekuasaannya. Karakteristik yang mengkristal pada diri da’i, inilah yang
membuat perkembangan Islam berlangsung secara efektif.

B. Saran
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari masih banyaknya kekurangan
dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini di kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asari, Hasan. Sejarah Pendidikan Islam. Medan: Perdana Publishing, 2018.

Binarto. “Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia. Prosiding Nasional” 3 (2020).

Daulay, H. P., Dahlan, Z., Supriadi, S., Suridah, S., & Hasanah, U. “Proses Islamisasi di
Indonesia: Tinjauan dari Berbagai Aspeknya.” Jurnal Kajian Islam Kontemporer
(JURKAM) 1, no. 2 (2020).

Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di


Indonesia. Bandung: Ciptapustaka Media, 2018.

Gunawan, S. “Perkembangan Islam di Indonesia (Suatu Diskursus Tentang Awal Mula


Islam Ke Nusantara).” Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi 4, no. 1 (2018).

Herniti, E. “Islam dan Perkembangan Bahasa Melayu.” Jurnal Lektur Keagamaan 15, no.
1 (2017).

Jannah, M., Hadi, M. N. “Islamisasi Nusantara dan Proses Pembentukan Masyarakat


Muslim.” Multicultural of Islamic Education 2, no. 1 (2018).

Mansur. Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004.

Mubarok, F. “Pemikiran dan Peradaban Islam di Nusantara.” OSF Preprints, 2021.

Mursan, S. “Teori Kedatangan Islam dan Proses Islamisasi di Nusantara.” DIRASAT,


Jurnal Studi Islam dan Peradaban 13, no. 02 (2018).

Rumahuru, Y. Z. “Kontekstualisasi dalam Penyebaran Islam: Analisis Pola Pembentukan


Islam di Nusantara.” International Journal of Islamic Thought 14 (2018).

Solihin, M. “Memahami Kronologi Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara.” JOIES:


Journal of Islamic Education Studies 2, no. 1 (2017).

Supriono, I. A. “Islam di Nusantara dan Transformasi Kebudayaan Melayu Indonesia.”


Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 5, no. 2 (2015).

Susmihara, S. “Wali Songo dan Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara.” Rihlah:


Jurnal Sejarah dan Kebudayaan 5, no. 2 (2017).

10

Anda mungkin juga menyukai