DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
2. FAHRI RIYANTO(13)
3. KHAERULL FADHIL(18)
SMAN 2 KEBUMEN
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perkembangan Islam Di Indonesia” ini dengan tepat waktu.
Di tugas kali ini kami akan menyatakan tentang perkembangan Islam di Indonesia. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan banyak perbaikan. Pada kesempatan ini, dengan tulus ikhlas kami
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua kami, guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam , teman-teman kelas , dan semua orang yang telah turut
serta membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap semua pihak dapat
mendukung berjalannya tugas kami ini, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menjadikan tugas kami menjadi lebih baik kedepannya.
Kami selaku penyusun berharap semoga karya tulis ini ada guna dan manfaatnya bagi
para pembaca. Serta kami minta maaf apabila ada beberapa hal yang belum tepat atau
salah.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................1
A. LATAR BELAKANG…………….........................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................1
C. TUJUAN PENULISAN………….......................................1
D. MANFAAT PENULISAN……………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................3
A. KESIMPULAN.............................................................15
B. SARAN.......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia.
Selain itu, penganutnya juga terus menerus mengalami peningkatan dan
perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut
terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh geografis, etnis, dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa agama Islam diturunkan oleh
Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sejak saat itulah,
rasulullah SAW mulai menyebarkan keseluruh penjuru dunia khususnya Jazirah Arab.
Agama Islam lahir dan berkembang di Jazirah Arab. Dalam
perkembangannya, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim dari Arab dan India
sekitar abad ke-7M. Para pedagang muslim tersebut melakukan kegiatan
perdagangan sambil menyebarkan agama Islam.
Kehadiran agama Islam pada abad ke-6 Masehi membawa kemajuan
peradaban di Jazirah Arab dan sekitarnya. Peradaban dunia Arab yang semula
terbelakang, menjadi peradaban yang maju dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Seiring dengan perkembangan Daulah Islamiah, wilayah kekuasaan
Islam semakin luas, hingga mencapai daratan Eropa. Dalam perkembangan
selanjutnya, Islam tersebar sampai keseluruh benua di dunia.
Mengenai sejarah awal mula masuknya Islam di Indonesia sedikit mengalami
kerancuan antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya bukti yang
kuat. Sehingga menimbulkan beberapa teori yang mutlak kebenarannya dan diterima
oleh para ahli sejarah. Sebagai warga negara Indonesia dan umat Islam yang baik,
maka kita harus mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Indonesia.
Teori yang dicetuskan oleh G.W.J. Drewes yang lantas dikembangkan oleh
Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P. Moquette, hingga Sucipto
Wirjosuparto ini meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang
dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi. Kaum saudagar Gujarat datang
melalui Selat Malaka dan menjalin kontak dengan orang-orang lokal di bagian
barat Nusantara yang kemudian melahirkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai
kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Salah satu bukti yang mendukung teori ini adalah ditemukannya makam Malik
As-Saleh dengan angka 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum masuk Islam
adalah Marah Silu. Ia merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.
Dikutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita,
corak batu nisan Sultan Malik As-Saleh memiliki kemiripan dengan corak batu
nisan di Gujarat. Selain itu, hubungan dagang antara Nusantara dengan India
telah lama terjalin.
Selain Hurgronje, pada tahun 1912, giliran J.P. Moquetta memberikan afirmasi
atas Teori Gujarat dengan bukti sebuah batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang
wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurut
Moquetta, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat
tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan
yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu
nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat
atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya
adalah kesamaan mahzab Syafi’i yang dianut oleh masyarakat muslim di Gujarat
dan Indonesia.
Pendapat Moquetta tersebut mendapat dukungan dari para sarjana lain seperti:
Kern, Winstedt, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke, dan Hall. Mereka ini
sependapat dengan Moquette, dalam hal Gujarat sebagai tempat datangnya
Islam di Nusantara, tentu saja dengan beberapa tambahan. Kendati demikian,
Teori Gujarat tak lepas dari kritik. Argumentasi Moquette, misalnya, ditentang
oleh S.Q. Fatimi. Ia berpendapat, mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai,
termasuk yang ada di makam Maulana Malik al-Saleh, dengan Gujarat adalah
keliru. Menurut penelitian Fatimi, yang berjudul Islam Comes to Malaysia (2009),
bentuk dan gaya batu nisan Malik la-Saleh berbeda sepenuhnya dengan batu
nisan yang terdapat di Gujarat dan batu-batu nisan lain yang ditemukan
Nusantara. Fatimi berpendapat bentuk dan gaya batu nisan itu justru mirip
dengan batu nisan yang terdapat di Bengal. Oleh karena itu, Fatimi
menyimpulkan, seluruh batu nisan itu hampir bisa dipastikan berasal dari Bengal.
Di kawasan yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya itu juga ditemukan nisan
kuno bertuliskan nama Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M. Teori dan bukti
yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan
bahwa kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas perdagangan ke
wilayah Nusantara. Sebagian dari pedagang Arab tersebut kemudian menikah
dengan warga lokal dan membentuk komunitas muslim. Mereka bersama-sama
kemudian melakukan kegiatan dakwah Islam di berbagai wilayah di Nusantara.
Teori bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa Persia (atau wilayah
yang kemudian menjadi negara Iran) pada abad ke-13 Masehi didukung oleh
Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat. Abdurrahman Misno dalam
Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia
(2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat bahwa tradisi dan kebudayaan
Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia.
Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan
bercorak Islam di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di
Sumatera Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam.
Akan tetapi, ajaran Islam yang masuk dari Persia kemungkinan adalah Syiah.
Kesamaan tradisi tersebut serupa dengan ritual Syiah di Persia yang saat ini
merujuk pada negara Iran. Teori ini cukup lemah karena mayoritas pemeluk
Islam di Indonesia adalah bermazhab Sunni.
Teori Cina
Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari Cina. Ajaran Islam
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa oleh panglima
muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan,
yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah
muslim dari Cina. Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut
relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Cina terjadi
pada 713 M.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Khusus :
Untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 12
b. Tujuan Umum :
1. Mengetahuii tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia
2. Mengetahui bagaimana perkembangan Islam pada awal masuknya di
Indonesia
3. Dapat mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia
D. MANFAAT PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
ك
َ س
َ م ْ اغوتِ َو ُيْؤ مِن بِاهللِ َف َق ِد
ْ اس َت ُ َّمن يَ ْك ُف ْر بِالطَ ِن ا ْلغَيِّ َف
َ ش ُد م َ َّين َقد تَّبَي
ْ ن ال ُّر ِ دِّ َآلِإ ْك َرا َه فِي ال
م
ٌ ع َعلِيٌ سمِي ُ م لَ َها َو
َ هللا َ صا َ بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَى ال َ ا ْن ِف
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256)
1. Saluran Perdagangan
2. Saluran Perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih
baik dari pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk
pribumi yang tertarik dengan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-
putri raja dan bangsawan. Proses Islamisasi ini dilakukan sebelum adanya
pernikahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada
akhirnya mereka mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah
atau bahkan kerajaan-kerajaan Islam.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar
muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan,
raja, dan adipati dapat mempercepat proses masuknya Islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai
manila. Sunan Gunung Jati dengan Putri Kaunganten. Brawijaya dengan Putri
Campa yang menurunkan Raden Fatah ( Raja pertama Demak ).
3. Saluran Tasawuf
4. Saluran Pendidikan
5. Saluran Kesenian
6. Saluran Politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa
maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam
secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Jalur utara, dengan rute: Arab (Mekah dan Madinah) – Damaskus – Bagdad
– Gujarat (Pantai Barat India) – Srilangka – Indonesia
Jalur selatan, dengan rute: Arab (Mekah dan Madinah) – Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai
Sumatera bagian utara.
Berawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia,
yaitu: wilayah-wilayah Pulau Sumatera (selain pantai Sumatera bagian utara), Pulau
Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dalam
kurun waktu yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan antara lain sebagai berikut:
1. Sumatera
2. Jawa
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun
1401 M dan wafat pada tahun 1481 M serta dimakamkan di di desa
Ampel. Sunan Ampel menikah dengan seorang putri Tuban bernama Nyi
Ageng Manila dan dikaruniai empat orang anak, yaitu: Maulana Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Nyi Ageng Maloka,
dan putri yang menjadi istri Sunan Kalijaga.
Jasa-jasa Sunan Ampel antara lain:
Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
Berperan aktif dalam membangun masjid agung Demak, yang
dibangun pada tahun 1479 M.
Memelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut
menobatkan Raden Fatah sebagai sultan pertamanya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah Maulana Makdum Ibrahim, putra
Sunan Ampel. Lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. semasa
hidupnya beliau mempelajari Islam dari ayahnya sendiri, kemudian
bersama Raden Paku merantau ke Pasai untuk mendalami Islam. Jasa
beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.
4. Sunan Giri (1365-1428)
Beliau adalah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa,
terutama di Jawa Timur. Ayahnya, Maulana Ishak, berasal dari Pasai dan
ibunya, Sekardadu, putri Raja Blambangan Minak Sembayu. Belajar Islam
di pesantren Ampel Denta dan Pasai.
Sunan Giri (Raden Paku) mendirikan pesantren di Giri, kira-kira 3 km
dari Gresik. Selain itu, beliau mengutus para mubalig untuk berdakwah ke
daerah Madura, Bawean, Kangean, bahkan ke Lombok, Makassar,
Ternate, dan Tidore.
5. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan
Bonang. Beliau berjasa dalam mensyiarkan Islam dan mendidik para
santri sebagai calon mubalig.
7. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, lahir pada pertengahan abad ke-15
dan wafat pada tahun 1550 M (960 H). Beliau berjasa dalam
menyebarkan Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, Jawa Tengah bagian
utara. Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang terkenal sebagai
Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang
sastrawan, di antara karya sastranya yang terkenal adalah gending
Maskumambang dan Mijil.
8. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga
yang terkenal karena berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau
adalah seorang mubalig yang berdakwah sambil berkelana. Di dalam
dakwahnya Sunan Kalijaga sering menggunakan kesenian rakyat
(gamelan, wayang, serta lagu-lagu daerah). Belau wafat pada akhir ke-16
dan dimakamkan di desa Kadilangu sebelah timur laut kota Demak.
9. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau
seorang mubalig yang berdakwah ke pelosok-pelosok desa dan daerah
pegunungan. Di dalam dakwahnya beliau menggunakan sarana gamelan
serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, yang
terletak di sebelah utara kota Kudus.
3. Sulawesi
Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak
kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian masih memeluk kepercayaan Animisme
dan Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal dan besar
adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama,
kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros,
Mandar, dan Luwu. Pada masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-
kelompok masyarakat Muslim dalam jumlah yang cukup besar. Atas jasa Dato
Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam lebih
intensif dan mendapat kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605
Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian
bergelar Sultan Alaudin. Beliau berhubungan baik dengan Ternate, bahkan
secara pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Babullah dari Ternate.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan
kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan pada tahun 1611
M. Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.
4. Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat
kerajaan-kerajaan Hindu yang berpusat di negara Dipa, Daha, dan Kahuripan
yang terletak di hulu sungai Nagara dan Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini
sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan salah seorang raja
Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih. Hal tersebut tercatat dalam Kitab
“Negara Kertagama” karya Empu Prapanca.
Menjelang kedatangan Islam, Kerajaan Daha diperintah oleh Maha Raja
Sukarana. Setelah beliau meninggal digantikan oleh Pangeran Tumenggung. Hal
ini menimbulkan kemelut keluarga, karena Pangeran Samudra (cucu Maha Raja
Sukarama) merasa lebih berhak atas takhta kerajaan. Akhirnya Pangeran
Samudra dinobatkan menjadi Raja Banjar oleh para pengikut setianya, yang
membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin dan Balitung, yang terletak di hilir
sungai Nagara.
Berdasarkan hikayat Banjar, Pangeran Samudra meminta bantuan Kerajaan
Demak (Sultan Trenggono) untuk memerangi Kerajaan Daha, dengan perjanjian
apabila Kerajaan Daha dapat dikalahkan maka Pangeran Samudra beserta
rakyatnya bersedia masuk Islam. Ternyata berkat bantuan tentara Demak,
Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Daha dapat ditundukkan sesuai dengan
perjanjian, akhirnya Raja Banjar, Pangeran Samudra beserta segenap rakyatnya
masuk Islam dan bergelar Sultan Suryamullah. Menurut A.A Cense dalam
bukunya, “De Kroniek van Banjarmasin 1928,” peristiwa itu terjadi pada tahun
1550 M.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian.
Daerah-daerah Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau
Waigio dan Pulau Gebi.
1. Masa Penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan
Dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas masyarakat Indonesia,
ajaran Islam telah banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-perubahan
itu antara lain:
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan
raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri kepada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, (lihat Q.S. An-
Nahl: 90), mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya
menganut system kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap
anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat, dan hak-hak yang
sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam
dengan semboyan “Habbul Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian
dari iman) mampu mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia,
khususnya para pemuda, yang dulunya bersifat sekatrian (lebih
mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara).
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang
cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong
masyarakat Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan
kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17-20 Maret
1963 di Medan menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali
pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi).
Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya
yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Para tokoh yang
menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu wali songo (Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung
Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
Sedangkan masuknya Islam di Indonesia menurut Uka Tjandrasasmita dilakukan
dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran
tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam
saluran di ataslah Islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang
salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai
sekarang seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh
kesenian.
B. SARAN
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru
dengan cara damai berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini
kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah
segala pertengkaran yang dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
2. http://rangkumanbukuagamaIslamxxx.blogspot.co.id/p/bab-6.html?m=1
3. http://tradentriolanwijaya.blogspot.co.id/?m=1
4. http://m2mexacta.blogspot.co.id/2013/07/metode-metode-masuknya-Islam-di.html?
m=1
5. Affandie, Wini Sopiani. Historiografi Islam Indonesia Telaah Historiografi Api Sejarah
Karya Ahmad Mansur Suryanegara. Skripsi, UIN Bandung, 2017.
6.
7. Al Adhim, Alik. Kerajaan Islam di Jawa. Surabaya: Jape Press Media Utama, 2012.
8.
9. Al-‘Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media, 2003. Amstrong, Karen.
Islam: Sejarah Singkat. Yogyakarta: Jendela, 2003.
10. Anas, Ahmad. “Dakwah Nabi Muhammad terhadap Masyarakat Madinah Perspektif
Komunikasi Antarbudaya,” Ilmu Dakwah, 2017.
11.
12. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta,1998.
13.
14. Burhanudin, Jajat. Islam dalam Arus Sejarah Indonesia. Jakarta: Kencana, 2017.
Darmawijaya. Kesultanan Islam Nusantara. Jakartan: Pustaka Al-Kautsar, 2010.
15.
16. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
17.
18. Huda, Nor. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,
2015.