Anda di halaman 1dari 9

1

MAKALAH
SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

OLEH :
NAMA

SYAFARUDDIN MARPAUNG (1238.19.0647)

NAUFAL FADHLURRAHMAN

KELAS : B.19 ( MALAM )

DOSEN PEMBIMBING : ARIVAIE RAHMAN, S.Ud.,MA

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-KIFAYAH RIAU


TAHUN AKADEMIK : 2020/2021
2
3

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara
dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Makalah ini di susun dengan segala kemampuan dan semaksimal kami. Mungkin
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Pekanbaru , 09 – 04 – 2021

PENYUSUN
4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
A. Profil Negara Indonesia.................................................................................................................5
B. Masuk nya Islam di Indonesia.......................................................................................................5
1. Teori India..................................................................................................................................5
2. Teori Arab..................................................................................................................................5
3. Teori Persia................................................................................................................................6
4. Teori Cina...................................................................................................................................6
C. Karakteristik islam di indonesia.....................................................................................................7
D. Hubungan islam dengan Negara....................................................................................................8
5

A. Profil Negara Indonesia


Republik Indonesia atau yang lebih umum dikenal Indonesia adalah negara yang
terletak di Asia Tenggara yang dilalui oleh garis Khatulistiwa dan berada di antara benua
Asia dan benua Australia serta samudera Hindia dan Pasifik. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah, atau istilah yang
sering disebut dengan nama nusantara.

B. Masuk nya Islam di Indonesia


Ada beberapa teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Agama Islam
masuk ke Nusantara Indonesia melewati perjalanan panjang dan dibawa oleh kaum muslim
dari berbagai belahan bumi. ke-4 teori terkait masuknya Islam di Indonesia tersebut antara
lain

1. Teori India (Gujarat) Teori yang dicetuskan oleh G.W.J. Drewes yang lantas
dikembangkan oleh Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P.
Moquette, hingga Sucipto Wirjosuparto ini meyakini bahwa Islam dibawa ke
Nusantara oleh para pedagang dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi. Kaum
saudagar Gujarat datang melalui Selat Malaka dan menjalin kontak dengan orang-
orang lokal di bagian barat Nusantara yang kemudian melahirkan Kesultanan
Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Salah satu bukti
yang mendukung teori ini adalah ditemukannya makam Malik As-Saleh dengan
angka 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum masuk Islam adalah Marah Silu.
Ia merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.
2. Teori Arab (Mekah) ini didukung oleh J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W.
Arnold, hingga Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka. Menurut Buya
Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam
bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang
menunjukkan bahwa Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Bukti
yang diajukan Hamka adalah naskah kuno dari Cina yang menyebutkan bahwa
sekelompok bangsa Arab telah bermukim di kawasan Pantai Barat Sumatera pada
625 M. Di kawasan yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya itu juga ditemukan
nisan kuno bertuliskan nama Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M. Teori dan
bukti yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang
menyatakan bahwa kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas
6

perdagangan ke wilayah Nusantara. Sebagian dari pedagang Arab tersebut


kemudian menikah dengan warga lokal dan membentuk komunitas muslim.
Mereka bersama-sama kemudian melakukan kegiatan dakwah Islam di berbagai
wilayah di Nusantara. Baca juga: Kisah Buya Hamka dan Awka: Kakak Ulama,
Adik Pendeta Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya
Wali Songo dan Jalan Setapak Syekh Siti Jenar
3. Teori Persia (Iran) Teori bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa
Persia (atau wilayah yang kemudian menjadi negara Iran) pada abad ke-13 Masehi
didukung oleh Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat. Abdurrahman Misno
dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di
Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat bahwa tradisi dan
kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu
contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam
di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatera Barat
yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi,
ajaran Islam yang masuk dari Persia kemungkinan adalah Syiah. Kesamaan tradisi
tersebut serupa dengan ritual Syiah di Persia yang saat ini merujuk pada negara
Iran. Teori ini cukup lemah karena mayoritas pemeluk Islam di Indonesia adalah
bermazhab Sunni. Baca juga: Tan Go Wat: Datang Dari Cina, Lalu
"Mengislamkan" Jawa Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di
Jawa Chengho, Panglima Islam Kekaisaran Cina Merambah Nusantara
4. Teori Cina Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari Cina.
Ajaran Islam berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa
oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman
bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para
pendakwah muslim dari Cina. Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China
menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Cina
terjadi pada 713 M. Diyakini bahwa Islam memasuki Nusantara bersamaan
migrasi orang-orang Cina ke Asia Tenggara. Mereka dan memasuki wilayah
Sumatera bagian selatan Palembang pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah
banyak pendakwah Islam keturunan Cina yang punya pengaruh besar di
Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan
Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka
7

disebut Wali Songo. Dalam buku Sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna
diungkapkan, Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja
Majapahit dari istri seorang perempuan asal Cina yang telah masuk Islam. Raden
Patah yang memiliki nama Cina, Jin Bun, memimpin Demak bersama Wali Songo
sejak 1500 M.

C. Karakteristik islam di indonesia


Islam di Indonesia memiliki watak dan karakteristik yang khas, dan berbeda dengan
islam di kawasan lain, khususnya di Timur tengah yang merupakan jantung dunia muslim.
Hal ini disebabkan oleh adanya proses adaptasi dengan kondisi lokal sehingga membentuk
dinamika islam yang khas.

Azyumardy Azra menyebutkan bahwa watak islam di Indonesia pada dasarnya lebih
damai, ramah dan toleran. Azyumardy menambahkan hal ini terjadi karena perbedaan metode
penyebaran islam di Indonesia dan wilayah lainnya seperti di Afrika, Eropa dan lain-lain,
yang disebut “FUTUH” atau “pembebasan” yang dalam praktiknya sering menggunakan
kekuatan militer.

Sebagai contoh, perebutan Konstantinopel oleh kaum muslimin di bawah pimpinan


Muhammad Al-Fatih. Dalam peperangan ini, selain untuk menguasai Konstantinopel yang
menjadi pusat perdagangan pada waktu itu, tujuan lainnya juga adalah untuk menyebarkan
agama islam. Dimana Konstantinopel pada abad ke-15 juga menjadi salah satu pusat agama
kristiani. Hal ini sangat jauh berbeda dengan penyebaran islam di Indonesia pada khususnya
dan Asia Tenggara pada umumnya yang dilakukan secara damai dan tidak pernah disebut
FUTUH, sehingga memunculkan konsekuensi yang disebut Azyumardy Azra sebagai “Islam
Indonesia yang jinak, damai dan toleran”, atau bahkan sangat “Akomodatif” terhadap
kepercayaan, praktik keagamaan, tradisi dan budaya lokal.

Hal ini apabila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahwa dalam penyebaran agama
islam yang dilakukan oleh para pedagang maupun para Wali baik terhimpun di dalam Wali
Songo, maupun yang tidak, mereka menyebarkan islam melalui pendekatan kebudayaan
Nusantara. Misalnya saja Sunan Bonang yang memiliki nama asli Raden Maulana Makhdum
Ibrahim Asmara, menyebarkan islam dengan menggunakan alat musik Bonang (alat musik
khas Jawa) yang sampai sekarang masih dapat disaksikan. Beliau juga menciptakan lagu
yang sampai sekarang masih sering diperdengarkan yakni “Tomba Ati”. Kemudian juga
8

Sunan Kalijaga, yang dalam penyebaran agamanya menggunakan pendekatan kebudayaan


seperti seni wayang purwa yang pada awalnya menceritakan kisah Mahabarata dan
Ramayana, namun oleh Sunan Kalijaga dijadikan wayang ini sebagai alat penyebaran islam.
Dan masih banyak lagi metode yang dilakukan oleh para wali dalam menyebarkan islam di
Nusantara. Sehingga tidak heran apabila dalam perkembangannya, islam sangat erat dengan
kebudayaan masyarakat Nusantara.

Jadi dalam memandang peristiwa sejarah ini maka, tidak heran apabila kita melihat
banyak sekali perbedaan antara kebudayaan islam di Timur tengah dengan kebudayaan islam
di Nusantara, karena itu tadi, dalam proses penyebarannya memang menggunakan
pendekatan kebudayaan. Intinya bahwa islam di Indonesia memberikan contoh yang baik
bagaimana sebuah agama dapat berkembang dam masyarakat yang plural dan multi etnis. Di
tengah-tengah perbedaan itu, islam di Indonesia mengadopsi budaya lokal untuk memperkaya
khasanah pengalaman keislamannya. Sehingga tidak mengherankan jika islam di Indonesia
mempunyai variasi karakter keislaman yang khas; ada Aceh, Jawa, Bugis, Mandar, Banten,
Sunda dan lain sebagainya.

D. Hubungan islam dengan Negara


Hubungan Islam dengan Negara telah terjadi sejak lama. Dalam Islam sudah sejak
abad 7 muncul melalui gagasan Rosulullah SAW yang melahirkan Piagam Madinah sehingga
banyak tokoh atau ilmuwan barat yang mengapresasi kepemimpinan dan keteladanan Rasul
dalam mengurus kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ia sebagai negarawan tidak pernah
memunculkan kata Islam.

Satu bukti nyata dari sikap kenegaraan sejati kenegarawannya Rasulullah dalam Piagam
Madinah yang 46 pasal itu kita tidak akan menemenukan kata-kata Islam, bahkan jika kita
melihat dari segi hukum Piagam Madinah ini masuk ke dalam syariah, bukan fiqh.

Konsitusi Madinah merupakan contoh teladan dalam sejarah kemanusiaan untuk


membangun masyarakat yang bercorak majemuk. Ini tidak hanya sekedar dialektika yang
terobsesi dalam pikirna nabi, tatapi juga tampak dalam prakteknya ketika memimpin
masyarakat Madinah.

Di Indonesia, hukum Islam tidak bisa dimatikan dalam sistem hukum kenegaraan
kita.”kita akan kaji bahwa Islam tidak pernah meninggalkan negara. Dalam konteksnya,
terdapat 3 pandangan posisi agama dan negara yaitu;
9

Pertama, agama tidak mendapat tempat sama sekali dalam kehidupan bernegara.
Agama dipandang sebagai sesuatu yang berbahaya bagaikan candu bagi masyarakat. Agama
dipandang sebagai ilusi belaka yang diciptakan kaum agamawan yang berkolaborasi dengan
penguasa borjuis, dengan tujuan untuk meninabobokkan rakyat sehingga rakyat lebih mudah
ditindas dieksploitir dan. Agama dianggap khayalan, karena berhubungan dengan hal-hal
ghaib yang non-empirik. Segala sesuatu yang ada, dalam pandangan ini, adalah benda
(materi) belaka. Inilah pandangan ideologi Komunisme-Sosialisme, yang menganut ideologi
serupa- sudah bermetamorfosis menjadi kapitalisme.

Kedua, Agama Terpisah dari Negara. Pandangan ini tidak menafikan agama, tetapi
hanya menolak peran agama dalam kehidupan publik. Agama hanya menjadi urusan pribadi
antara manusia dengan Tuhan, atau sekedar sebagai ajaran moral atau etika bagi individu,
tetapi tidak menjadi peraturan untuk kehidupan bernegara dan bermasyarakat, seperti
peraturan untuk sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial, dan sebagainya.

Ketiga, Agama Tidak Terpisah dari Negara, sebab agama mengatur segala aspek
kehidupan, termasuk di dalamnya aspek politik dan kenegaraan. Agama bukan sekedar
urusan pribadi atau ajaran moral yang bersifat individual belaka, melainkan pengatur bagi
seluruh interaksi yang dilakukan oleh manusia dalam hidupnya, baik interaksi manusia
dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, maupun manusia yang satu dengan manusia
yang lain. Keberadaan negara bahkan dipandanng sebagai syarat mutlak agar seluruh
peraturan agama dapat diterapkan. Inilah pandangan ideologi Islam, yang pernah diterapkan
sejak Rasulullah Saw. berhijrah dan menjadi kepala negara Islam di Madinah

Anda mungkin juga menyukai