Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“SKI di Madrasah”
Dosen Pengampu:
Dr. Najahah, M.Ag.

Disusun oleh Kelompok 12 kelas PAI-B


1. Nabila Dian Aprilia (22201081)
2. M. Kanzul Fahmi Nur Maksum (22201082)
3. Amjat Faquh Sabil Al Haq (22201083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas segala limpahan rahmat dan anugerahnya kami senantiasa diberikan sehat
jasmani dan rohani sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara” ini dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam, yang diampu oleh Ibu Dr. Najahah, M.Ag. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Dr. Najahah, M.Ag karena telah memberikan ilmu dan
bimbingan kepada penulis untuk menulis makalah ini dengan baik. Tanpa ilmu dan
bekal dari beliau mungkin makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Kemudian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak memiliki kekurangan,karena kesempurnaan hanya milik Allah
semata. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
agar dapat menjadi refleksi dan koreksi untuk penulisan makalah kedepannya. Terakhir,
kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat bagi semua pembacanya. Sekian,
kami ucapkan terimakasih.

Kediri, 5 Juni 2023

Hormat Kami,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

A. Sejarah Awal Masuk Islam di Asia Tenggara................................................ 6


B. Perkembangan Islam di Asia Tenggara ......................................................... 8
C. Pengaruh Islam di Asia Tenggara .................................................................. 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

iii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang yang
mempunyai sikap sosial dan kepercayaan yang beragam. Secara sosial budaya
penduduk di kawasan ini mayoritas beragama Islam, akan tetapi
realitas sosial, budaya dan keyakinan yang berkembang di
dalamnya menunjukkan keragaman dan heterogen1. Islam di negara-negara Asia
Tenggara, sangat diperhitungkan karena jumlah kuantitasnya, hampir seluruh
negara yang ada di Asia Tenggara, penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas
memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi
Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, dan di Indonesia (Sekitar 90% menganut
agama Islam).
Islam masuk di Asia Tenggara pada abad VII sebagai tahap awal pembentukan
komunitas muslim yang terdiri dari pedagang. Kemudian pada Abad XIII sampai
abad XVI, tampaklah kerajaan bercorak Islam yang merupakan hasil dari
penyebaran Islam. Negara yang mayoritas penduduknya muslim dikarenakan
Islam diterima dan disebarkan oleh penguasa kerajaan kemudian disosialisasikan
dan berkembang kepada masyarakat bawah. atau dengan pola top dawn. Hal itu
terlihat pada perkembangan dan kehidupan keagamaan di Brunai Darussalam dan
Malaysia relatif baik dan aman, dibandingkan dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya, seperti Indonesia, Singapure dan Myanmar. .Masuknya Islam di
Asia Tenggara, bukan saja berpengaruh terhadap politik, tetapi juga dalam sosial,
budaya dan ekonomi.

1
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik Dan GeoPolitik (Jakarta: PT
Rajawali Press:2009), 333-334.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah awal masuk Islam di Asia Tenggara ?
2. Bagaimana perkembanagan Islam di Asia Tenggara ?
3. Apa saja pengaruh Islam di Asia Tenggara ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui awal masuk Islam di Asia Tenggara.
2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Asia Tenggara.
3. Untuk mengetahui pengaruh Islam di Asia Tenggara.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah awal masuk Islam di Asia Tenggara


Islam masuk di Asia Tenggara sejak Abad VII didasarkan bukti arkiologis
berupa batu nisan yang bertuliskan arab kufi dengan menyebut nama Ahmad bin
Abu Ibrahim bin Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada hari Kamis 29 safar
431H. ditemukan di jalur pelayaran dan perdagangan di Pharang, Campa Selatan,
yang kini masuk daerah Vietnam. Batu nisan yang kedua, keadaannya sudah rusak
dan tulisannya lebih mirip tulisan jawi (Arab-Melayu) yang isinya mengenai
pembayaran pajak, utang piutang dan tempat tinggal. Dari bukti arkiologis itu
terlihat bahwa Islam telah datang di daerah Campa dan membentuk komunitas
muslim2. Peninggalan-peninggalan berupa batu nisan juga di temukan di
pekuburan dekat jalan Resedensi Bandar Sri Begawan, yang memuat tulisan seperti
di Campa, pada nisan itu disebutkan nama seorang wanita yang bernama
Makhdarah yang wafat pada tahun 440 H/1048 M. dan masih banyak lagi
penemuan-penemuan yang lain.
Kedatangan Islam sejak abad VII di beberapa daerah di Asia Tenggara dapat
dikatakan baru pada tahap pembentukan komunitas muslim yang terdiri dari
pedagang. Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang
berlangsung selama berabad-abad. Islam masuk melalui jalur perdagangan,
perkawinan, dakwah dan pembauran masyarakat Muslim.
Masuknya Islam ke berbagai wilayah Asia Tenggara tidak berada
dalam satu waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung selama ber abad-abad,
dan tidak merata di seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah Asia Tenggara pada
saat itupun berada dalam situasi politik dan kondisi budaya yang berbeda-beda.
Misalnya, pada paruh kedua abad ke-13, para penguasa Sumatera Utara (sekarang
Aceh) sudah menganut Islam. Pada saat yang sama hegemoni politik di Jawa Timur
masih di tangan raja-raja beragama Syiwa dan Budha seperti Kerajaan Kediri dan
Kerajaan Singasari. Begitupula kerajaan Islam Demak baru berdiri bersamaan
dengan melemahnya kekuasaan Majapahit, karena itu tidaklah mudah menjawab

2
Busman Edyar Dkk, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Asatrus 2009), 184.

6
“kapan, dimana, mengapa, dan dalam bentuk apa” Islam mulai menimbulkan
dampak pada masyarakat Asia Tenggara untuk pertama kalinya. Banyak peneliti
yang mengatakan bahwa Islam telah datang ke Asia Tenggara sejak abad pertama
hijriah (7M) seperti diyakini oleh Arnold. Ia mendasarkan pendapatnya ini pada
sumber-sumber Cina yang menyebutkan bahwa menjelang akhir perempat ketiga
abad ke 7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab
Muslim di pesisir pantai Sumatera3.
Kemudian pada abad ke-13 M, terjadi penyebaran Islam yang lebih luas di Asia
Tenggara melalui jalur perdagangan maritim. Kerajaan-kerajaan yang ada di
wilayah tersebut, seperti Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di
Jawa, memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan dunia Muslim. Melalui
perdagangan ini, agama Islam secara bertahap diperkenalkan kepada masyarakat
setempat. Selain melalui perdagangan, Islam juga menyebar melalui jalur
pelayaran dan pernikahan. Para pedagang Arab yang menetap di wilayah tersebut
menikahi perempuan setempat dan mengenalkan Islam kepada keluarga mereka.
Hal ini juga berkontribusi pada penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.
Perkembangan dan penerimaan Islam di Asia Tenggara berlangsung secara
bertahap. Beberapa kerajaan seperti Kesultanan Malaka, Kesultanan Demak, dan
Kesultanan Aceh menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah tersebut. Raja-raja
dan bangsawan di kerajaan-kerajaan ini secara sukarela memeluk agama Islam dan
mendorong rakyatnya untuk mengikutinya. Pada umumnya, penyebaran Islam di
Asia Tenggara didasarkan pada pendekatan yang terbuka dan akomodatif terhadap
kebudayaan setempat. Agama Islam menyatu dengan budaya dan tradisi lokal,
sehingga memunculkan variasi dalam praktik keagamaan di berbagai wilayah.
Dengan berjalannya waktu, Islam berkembang menjadi salah satu agama utama di
Asia Tenggara. Hingga saat ini, sebagian besar penduduk di Indonesia, Malaysia,
dan Brunei adalah Muslim, sementara Islam juga memiliki pengikut yang
signifikan di Filipina, Thailand selatan, Singapura, dan wilayah lain di Asia
Tenggara.

3
Leo Suryadinata, Laksamana Chengho Dan Asia Tengggara (Jakarta: LP3ES 2007).

7
B. Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Berikut beberapa negara dalam perkembangan Islam di Asia Tenggara:
1. Perkembangan Islam di Indonesia
Asal-usul Islam di Indonesia serta siapa pembawanya menjadi perdebatan
para ahli sejarah. Pada paparan berikut setidaknya ada tiga teori mengenai asal-
usul Islam di Indonesia. Teori pertama mengungkapkan bahwa agama Islam
masuk ke Nusantara berasal dari Persia. Teori ini di dukung oleh kenyataan
bahwa di Sumatera bagian utara (Aceh) terdapat perkumpulan orang-orang
Persia sejak abad XV. Marrison menguatkan teori pertama ini dengan dasar
adanya pengaruh Persia yang jelas dalam kesusasteraan Melayu. Kedatangan
ulama besar bernama AlQadhi Amir Sayyid Asyirazi dari Persia di kerajaan
Samudera Pasai ikut juga sebagai pengamat dan penegas teori Persia.
Teori kedua berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Nusantara berasal
dari Negara India. Snouck Hurgronje (Belanda) misalnya mengungkapkan
bahwa agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari kota Dakka, India. Walau
berbeda dengan Snouck Hurgronje ahli sejarah lain yaitu Pijnappel dan
Moquette keduanya juga sama dari Belanda ini berpendapat bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia berasal dari Gujarat dan Malabar, India. Pembawa-nya
adalah orang Arab yang telah lama tinggal di wilayah tersebut. Penggagas teori
kedua ini mendasarkan penelitiannya pada kesamaan mazhab yang dianut oleh
kaum muslimin di Indonesia dan di Gujarat. Teori ketiga berpendapat bahwa
agama Islam masuk ke Nusantara berasal dari Mesir. Ia mendasarkan teorinya
pada kesamaan mazhab, yaitu mazhab Syafi’iyah. Sementara itu Niemann dan
de Holander menyatakan Hadramaut sebagai tempat Islam berasal. Pada
umumnya para ahli di Indonesia setuju teori Arab ini.
Tetapi para ahli menyimpulkan bahwasanya Islam masuk ke Nusantara
pada abad VII M dan langsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama kali
disinggahi adalah pesisir Sumatera. Agama Islam disebarkan oleh para saudagar
muslim yang juga bertidak sebagai muballigh, dan dilakukan dengan cara
damai. Sedangkan, Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan
kepercayaan seperti animisme, dinamisme, hindu dan budha, sudah banyak
dianut oleh bangsa Indonesia bahkan di berbagai wilayah kepulauan Indonesia
telah berdiri kerajaan bercorak hindu dan budha, misalnya kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur, kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan sebagainya. Namun

8
Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena
Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara
manusia (tidak ada kasta), dan yang paling penting adalah masuk ke dalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimat syahadat dan tidak
ada paksaan. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara
damai. Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan banyak
cara, diantaranya melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik,
kesenian, tasawuf, yang kesemuanya mendukung meluasnya ajaran agama
Islam. Peradaban Islam semakin maju dengan ditandainya ormas-ormas Islam
semakin banyak dan berkualitas. Ormas-ormas Islam bisa mengembangkan
dirinya, kembali ke asas Islam dan tidak terkekang ke salah satu asas saja4.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Umat Islam yang
menjadi bagian terbesar masyarakat Indonesia pun tidak terlepas dari
kemajemukan. Berbagai golongan dan madzhab berkembang dalam tubuh umat
Islam Indonesia. Golongan-golongan tersebut secara jelas tampak pada berbagai
organisasi sosial, politik dan kemasyarakatan. Jika membahas mengenai
bagaimana kondisi umat Islam Indonesia saat ini, khususnya dalam hal
moralitas, maka akan ditemukan satu kenyataan yang rasanya tidak cukup
memuaskan. Saat ini, terdapat beberapa warga muslim yang terlena dengan
ilmu-ilmu pengetahuan dan tidak di imbangi dengan akhlak dan pemahaman
yang benar, pada akhirnya dapat menjauhkan mereka sendiri dari nilai-nilai
keislaman yang sebenarnya. Di lain pihak, golongan umat yang lebih sedikit
mengenyam pendidikan justru menjadi fanatis terhadap Islam dan kemudian
melakukan tindakan-tindakan yang menjurus pada radikalisme. Dari kondisi ini,
dapat terlihat bahwa masih terdapat umat muslim yang terjebak dalam suatu
ketersesatan karena tidak sanggup menunjukkan nilai-nilai keislamannya
meskipun sudah mengakui Islam sebagai agamanya. Bisa dilihat dari bagaimana
maraknya kasus-kasus besar yang telah menjangkiti para pemimpin bangsa
Indonesia saat ini. Mulai dari kasus kerusuhan atas dalih agama, dan lain-lain.

4
Abu Bakar Istianah, Sejarah Peradaban Islam (Malang: UIN Malang Press. 2008), 20.

9
Semua ini bisa terjadi karena masih kurangnya pemahaman akan moralitas yang
benar tentang agama Islam oleh sebagian besar umat Islam Indonesia. Dengan
kata lain, penanaman benih-benih keislaman umat melalui pendidikan tidaklah
cukup berhasil dalam prakteknya. Penanaman benih-benih Islam dalam umat
tidak harus dilakukan dalam sekolah-sekolah yang berbasiskan Islam saja,
namun bisa juga di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan umum. Yang
menjadi permasalahannya ialah kurangnya kesadaran untuk menjalani
kehidupan bernegara yang sekaligus beragama.
Konsep negara pada dasarnya adalah konsep yang dibawa dari Barat, yang
sebelumnya masih sangat asing bagi orang-orang Indonesia. Karena
itu, konsep negara ini harus bisa diselaraskan dengan Islam sebagai tempat
bernaung umat sebelum konsep negara itu dapat diterima oleh setiap muslim
Indonesia. Berbagai macam permasalahan negara dan umat tersebut menjadi
sesuatu yang sangat disayangkan dan disesalkan, karena dapat dilihat bagai-
mana moral umat saat ini sudah demikian jatuh. Dan kalaupun menun-jukkan
kemajuan, sayangnya itu hanya berlaku untuk segolongan umat saja, apalagi
dalam dunia politik. Padahal, para pemimpin dan penggerak umat pada masa-
masa menuju kemerdekaan sanggup menggerakkan dan membangkitkan umat
Islam Indonesia untuk satu tujuan yang mulia.
2. Perkembangan Islam di Malaysia
Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategis di Kawasan
Asia Tenggara. Di samping ber-ada pada kedudukan geografi yang menjadi lalu
lintas perdagangan antara bangsa sejak zaman dahulu. Negara Malaysia adalah
negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang berpenghasilan
menengah ke bawah, tetapi beberapa sektor mendapat prestasi dunia yang telah
dicapai Malaysia yaitu record kembar Petronis tertinggi di dunia, selain itu
posisi mata uang ringgit cukup tangguh. Malaysia terdiri dari dua kawasan,
Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Negara ini dipisahkan oleh Laut Cina
Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei,
dan Filipina. Malaysia terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropis. Kepala
negara Malaysia adalah Yang di Pertuan Agung dan pemerintahannya dikepalai
oleh seorang Perdana Menteri.
Penduduknya terdiri dari suku Melayu pribumi dan pendatang dari
Indonesia, India, Cina, Pakistan, Persia dan Turki, Mayoritas penduduknya

10
adalah muslim Suni pengikut Mazhab Syafií, Islam agama resmi. Sejarah
masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu,
jauh sebelum datangnya bangsa Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini
dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, sekitar abad kesembilan, sedang
Islam masuk di Indonesia pada abad ketujuh5. Dari sini dipahami bahwa Islam
di Indonesia sudah terlebih dari pada Malaysia. Sebelum Islam datang wilayah
Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang
menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China,
dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat
penting6. Maka tidak mengherankan jika wilayah ini juga menjadi pusat
bertemu berbagai keyakinan dan agama yang berinteraksi secara kompleks7.
Agama dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi susunan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik di wilayah ini. Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh para
pedagang India, Persia, dan Arab melalui suatu proses damai. Menurut T. W.
Arnold, penyebar Islam tidak datang sebagai penakluk dengan menggunakan
kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam, sebagaimana yang terjadi di
wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika8. Mereka juga tidak menguasai
hak-hak penguasa setempat untuk menekan rakyat, sebaliknya mereka hanya
sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran dan peradaban mereka yang
lebih tinggi untuk kepentingan penyebaran Islam dengan memperkenalkan
toleransi dan persamaan antara manusia. Bagi penganut Hindu, yang agama
mereka mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang baru
mereka kenal adalah amat menarik perhatian, khususnya di kalangan pedagang
yang cenderung kepada orientasi kosmopolitan9. Itulah sebabnya penerimaan
orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkaitan erat dengan keluhuran
agama tersebut.
Secara konstitusinal, Islam menikmati status resmi sebagai agama negara
Federasi Malaysia. Seperti di banyak negara muslim lain. Islam telah menjadi

5
Sidi Ibrahim Boechari, Pengaruh Timbal Balik Antara Pendidikan Islam Dan Pergerakan Nasional
Di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981), 32.
6
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah Dan Perkembangannya
Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990), 24.
7
Kenneth Perry Landon, Southeast Asia: Cross-Roads of Religion, (Chicago: University of Chicago
Press, 1949), 149.
8
W. Arnold Thomas, Sejarah Da’wah Islam, Diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta: Penerbit
Widjaya, 1981), 319.
9
Taufik Abdullah Dkk, Sejarah Ummat Islam Indonesia (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1991), 38.

11
ideologi utama kaum oposisi. Pengaruh Islam terhadap penduduk asli Malaysia,
yaitu berakal dalam-dalam. Sejak mereka dibuang kepercayaan animesme dan
memeluk Islam selama masa kerajaan Malaka (abad XV), bangsa Melayu tak
pernah berubah agama. Barangkali tak semua mereka itu muslim yang taat, tapi
kesetiaan, nilai-nilai, keyakinan dan sentimen Islami selalu hadir dan menembus
kebudayaan Melayu serta sistem nilai dalam berbagai tingkat. Walau Agama
Islam sebagai agama resmi di Malaysia, namun konstitusi Malaysia menjamin
bahwa agama-agama lain dapat di amalkan dengan aman dan damai diseluruh
Malaysia.
3. Perkembangan Islam di Brunei Darussalam
Kesultanan Brunei terletak di Asia Tenggara yang penduduknya yang
mayoritas beragama Islam. Brunei merdeka pada tahun 1984 dari penjajahan
Inggris. Ditemukan beragam versi dan pendapat tentang sejarah awal masuknya
Islam di Brunei. Azyumardi Azra menulis bahwa sejak tahun 977 Kerajaan
Borneo (Brunei) telah mengutus P'u Ali ke Istana Cina. P'u Ali yang dimaksud
adalah pedagang muslim yang nama sebenarnya adalah Abu 'Ali. Pada tahun
yang sama, diutus lagi tiga duta ke Istana Sung, salah seorang di antaranya
Bernama Abu ' Abdullah10. Dari segi namanya saja, sudah jelas bahwa kedua
orang yang diutus tadi adalah orang Islam. Namun tidak ditemukan data lebih
lanjut tentang asal usul utusan tersebut, apakah dia orang pribumi melayu asli
sekaligus pendakwah Islam, atau pedagang muslim dari luar (Hadramaut) dan
tinggal di Brunei kemudian diutus ke Istana Cina untuk misi perdagangan.
Versi lain menerangkan bahwa sekitar abad VII pedagang Arab dan
sekaligus sebagai pendakwah penyebar Islam telah datang ke Brunei.
Kedatangan Islam di Brunei, melegatimasikan bagi rakyat Brunei untuk
menikmati Islam yang tersusun dari adat. Maksudnya, adat atau tradisi yang
telah menjadi anutan masyarakat tetap dijalankan selama dapat memperkaya
khazanah keislaman. Karena itu, sampai sekarang secara jelas terlihat
pengamalan ajaran Islam di sana beralkulturasi dengan adat, misalnya dalam
acara pesta dilaksanakan berdasarkan syariat Islam, tanpa mengabaikan tradisi
setempat. Kemudian dalam Ensiklopedi Oxpord yang ditulis dan diedit John L.

10
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan XVII
(Jakarta: Kencana, 2005), 72.

12
Esposito, seorang pakar Islam dari kalangan orientalis menyatakan bahwa,
orang Melayu Brunei menerima Islam pada abad XIV atau XV setelah
pemimpin mereka diangkat menjadi sultan Johor. Sultan sebagai pemimpin
kerajaan dan sekaligus pemimpin agama, dan bertanggung jawab menjunjung
tinggi pelaksanaan ajaran agama di wilayah kerajaannya11.
Berdasar dari data-data dan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa
sebenarnya, Islam telah menjadi perhatian raja Brunei sejak masa lalu. Raja
Brunei justru mengutus orang Islam dalam misi perdagangan, dan karena itu
maka ketika pedagang Islam dari Arab datang ke Brunei mendapat sambutan
dari masyarakat setempat, selanjutnya setelah raja Brunei dikukuhkan menjadi
sultan, maka orang Melayu di sana secara luas menerima Islam. Artinya bahwa
peta perkembangan Islam di Brunei berdasar pada pola top down.
Ahmad M. Sewang merumuskan, pola top down adalah pola penerimaan
Islam oleh masyarakat elite, penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan dan
berkembang kepada masyarakat bawah. Di samping top down, ada juga yang
disebut bottom up, yakni Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan
bawah, kemudian berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas, atau
elite penguasa kerajaan12. Oleh karena pola top down yang menjadi pola
Islamisasi di Brunei, praktis agama Islam di Brunei cepat sekali perkem-
bangannya.
Dalam pada itu, kerajaan Brunei dalam konstitusinya secara tegas menya-
takan bahwa kerajaan tersebut adalah negara Islam(‫ )برنى دارالسالم‬yang beraliran
Sunni (Ahlu sunnah wa al-Jamaah). Perkembangan Islam di negara Brunei,
didukung sepenuhnya oleh pihak pemerintah kesultanan yang menerapkan
konsep kepemimpinan sunni yang ideal dengan menerapkan prinsip-prinsip
ketatanegaraan dan pemerintahan dalam Islam. Sejak akhir abad XIX sampai
abad XX, terlihat perkembangan kehidupan keagamaan pada masyarakat Brunei
yang sangat signifikan, baik pada tingkat kelembagaan maupun penerapan ide-
ide reformis. Ketika Inggris datang pada dalam masa itu, sebagian besar
masyarakat Islam Brunei menghormati Inggris sebagai penyelamat negara
mereka. Di sinilah letak keunikan masyarakat Islam Brunei, sekaligus sebagai

11
John L Esposito, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World (New York: Oxford
University, 1995), III.
12
Ahmad M Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005).

13
indikasi bahwa Islam di Brunei bisa berkembang tanpa ada hambatan, karena
masyarakatnya menghindari zhu'u zhanny (perangka buruk) yang berlebihan
terhadap Inggris, justru dengan sikap tasamuh (toleran) masyarakat muslim
menyebabkan negara Brunei benar-benar menjadi Darussalam (negara yang
selamat) dari berbagai goncangan dan malapetaka.
Jadi dapat dipahami bahwa Islam di Brunei dari masa ke masa mengalami
perkembangan dari sejarah kedatangan Islam sampai ke pemerintahan Sultan
Haji Omar Ali Saifuddien. Kemudian diteruskan pula oleh Yang Mulia Paduka
Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Wadaulah, Sultan dan
yang Di-Pertuan Negara Brunei dengan wawasan yang lebih luas, jauh dan
mantap lagi. Sri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Wa Daulah,
menekankan pentingnya MIB (Malayu Islam Beraja, atau Kerajaan Islam
Malayu). Menurutnya, interpretasi MIB harus menegaskan Brunei Darussalam
“Identitas dan citra yang kokoh di tengahtengah negara-negara non-sekuler
lainnya di dunia”.
Salah satu bukti lagi, di samping buktibukti lain bahwa Islam di Brunei
mengalami perkembangan yang cukup signifikan di antara negara-negara
muslim lainnya. Hal itu dapat terlihat ketika Brunei menjadi tuan rumah bagi
Pertemuan Komite Eksekutif Dewan Dakwah Islam Asia Tenggara, dan Pasifik
dan kehadiran Sultan di perayaan Festival Budaya Islam di Jakarta dan
Konvensi Islam OKI yang diselenggarakan di Qatar. Aktivitas-aktivitas yang
telah disebutkan di atas, tentu berfungsi untuk memperkokoh pengembangan
Islam, dan posisi sentral Islam, baik sebagai komponen penting dalam ideologi
maupun sebagai prinsip yang mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat
Brunei.
C. Pengaruh Islam di Asia Tenggara
Pengaruh Islam di Asia Tenggara dalam berbagai bidang kehidupan manusia
sangat signifikan. Sejak kedatangan agama Islam di wilayah ini pada abad ke-13
melalui perdagangan dan perkawinan dengan pedagang Arab, Islam telah menjadi
agama mayoritas di beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia,
dan Brunei. Berikut ini adalah beberapa pengaruh Islam di Asia Tenggara dalam
berbagai bidang:
1. Agama dan kehidupan spiritual:

14
a. Penyebaran Agama Islam: Penyebaran agama Islam di Asia Tenggara
secara perlahan namun konsisten membawa perubahan besar dalam agama
dan kehidupan spiritual masyarakat setempat. Islam menjadi alternatif bagi
keyakinan sebelumnya seperti agama Hindu-Budha atau kepercayaan
tradisional, dan banyak orang yang memeluk Islam sebagai agama baru
mereka13.
b. Pengaruh dalam Praktik Keagamaan: Islam membawa pengaruh dalam
praktik keagamaan di Asia Tenggara. Misalnya, ritual-ritual Islam seperti
salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji dijalankan secara luas oleh
umat Muslim di wilayah ini. Selain itu, adat-istiadat lokal juga terpengaruh
oleh nilai-nilai Islam, yang tercermin dalam berbagai tradisi seperti
pernikahan, upacara kematian, dan perayaan hari raya14.
c. Tradisi Keagamaan dan Budaya: Pengaruh Islam juga terlihat dalam
budaya dan tradisi Asia Tenggara. Seni, musik, tari, dan sastra tradisional
di wilayah ini sering mencerminkan nilai-nilai Islam. Contohnya, seni rupa
Islam seperti seni ukir kayu, seni kaligrafi Arab, dan seni arsitektur dengan
elemen- elemen Islami seperti masjid-masjid yang megah.
d. Pendidikan Islam: Seiring dengan penyebaran agama Islam di Asia
Tenggara, lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren (sekolah
agama Islam), madrasah, dan universitas Islam, telah berkembang pesat.
Lembaga-lembaga ini memberikan pendidikan keagamaan dan spiritual
kepada generasi muda Muslim, memainkan peran penting dalam
pemahaman dan praktik Islam di wilayah ini.
e. Identitas Keagamaan dan Kesatuan: Islam juga mempengaruhi identitas
keagamaan dan kesatuan di Asia Tenggara. Di negara-negara dengan
mayoritas Muslim, Islam menjadi bagian integral dari identitas nasional.
Hal ini tercermin dalam undang-undang dan kebijakan yang mengatur
kehidupan Muslim, seperti penetapan hari libur keagamaan, regulasi
tentang pakaian Muslim, dan sistem hukum berbasis syariah15.

13
Laffan M.F, Kebangsaan Islam Dan Indonesia Kolonial (Routledge. 2015).
14
Hefner R.W, Civil Islam: Muslim Dan Demokratisasi Di Indonesia (Pers Universitas Princeton, 2000).
15
Andaya Andaya, L.Y B.W, Sejarah Asia Tenggara Modern Awal, 1400-1830., (Pers
Universitas Cambridge, 2015).

15
2. Kebudayaan, seni, dan arsitektur
a. Seni Islam:
- Seni Kaligrafi: Kaligrafi Arab menjadi bentuk seni yang sangat penting
dalam seni Islam di Asia Tenggara. Seni kaligrafi dipakai untuk
menghiasi bangunan, seni rupa, dan naskah-naskah keagamaan.
- Seni Mosaik: Seni mozaik dengan motif geometris dan floral yang
ditemukan di masjid-masjid dan bangunan Islam di Asia Tenggara
adalah salah satu ciri khas seni Islam.
- Seni Patung: Islam mendorong penggunaan seni patung tanpa
representasi figur manusia. Seni patung ini banyak ditemukan dalam
bentuk ukiran kayu dan batu16.
b. Arsitektur Islam:
- Masjid: Masjid merupakan simbol kehadiran Islam di Asia Tenggara.
Gaya arsitektur masjid di wilayah ini mencakup pengaruh budaya
setempat, seperti penggunaan bahan bangunan tradisional dan gaya
arsitektur lokal yang diadaptasi dengan elemen-elemen arsitektur
Islam.
- Istana dan Rumah Tradisional: Pengaruh Islam juga terlihat dalam
arsitektur istana dan rumah tradisional di Asia Tenggara, terutama
dalam penggunaan elemen arsitektur seperti kolam dan halaman
terbuka dengan pengaruh Arab dan Persia.
- Kuburan dan Makam: Seni arsitektur Islam juga terlihat dalam desain
kuburan dan makam, yang seringkali menggunakan ukiran-ukiran
kaligrafi dan ornamen-ornamen Islam17.
3. Sistem politik dan sosial
a. Sistem Politik:
- Pembentukan negara-negara Islam: Pada masa lampau, kerajaan-
kerajaan Islam seperti Kerajaan Samudera Pasai di Indonesia,
Kesultanan Malaka di Malaysia, dan Kesultanan Sulu di Filipina

16
Jelani Harun, Seni Islam Di Asia Tenggara," Dalam Islam & Seni: Perspektif Sejarah Dan
Kontemporer, Ed. Elizabeth Mansfield (Florida: University Press of Florida, 2004).
17
Imran Bin Tajudeen, Islam Di Asia Tenggara: Arsitektur Dan Urbanisme Dalam Konteks Yang
Berubah," Dalam The Islamic World: From Classical to Contemporary Times, Ed. Christoph
Marcinkowski (Berlin: Walter de Gruyter GmbH, 2017).

16
mengontrol wilayah-wilayah mereka berdasarkan prinsip-prinsip
Islam18.
- Hukum Islam: Di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia,
Malaysia, dan Brunei, hukum Islam memiliki peran penting dalam
sistem hukum nasional. Hukum keluarga, hukum waris, dan hukum
pidana sebagian besar didasarkan pada prinsip-prinsip Islam19.
b. Sistem Sosial:
- Identitas dan budaya: Islam telah menjadi bagian integral dari identitas
dan budaya masyarakat di Asia Tenggara. Nilai-nilai dan praktik Islam
tercermin dalam seni, arsitektur, adat istiadat, dan upacara keagamaan.
- Pendidikan: Pendidikan Islam memiliki peran yang penting dalam
masyarakat Muslim di Asia Tenggara. Sekolah-sekolah agama dan
pesantren (pondok pesantren) memberikan pendidikan agama kepada
generasi muda dan memainkan peran penting dalam menjaga tradisi
keagamaan.

18
Feillard Madinier, R. A., Politik Agama Di Indonesia: Sinkretisme, Ortodoksi, Dan Pertentangan
Agama Di Jawa Dan Bali (Routledge, 2013).
19
Hefner Horvatich, P R.W., Islam Di Era Negara-Bangsa: Politik Dan Pembaruan Agama Di Asia
Tenggara Muslim (Universitas Hawai'i Press., 2018).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam masuk di Asia Tenggara sejak Abad VII didasarkan bukti arkiologis
berupa batu nisan yang bertuliskan arab kufi dengan menyebut nama Ahmad bin
Abu Ibrahim bin Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada hari Kamis 29 safar
431H. ditemukan di jalur pelayaran dan perdagangan di Pharang, Campa Selatan,
yang kini masuk daerah Vietnam.
Kemudian pada abad ke-13 M, terjadi penyebaran Islam yang lebih luas di Asia
Tenggara melalui jalur perdagangan maritim. Kerajaan-kerajaan yang ada di
wilayah tersebut, seperti Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di
Jawa, memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan dunia Muslim.
Pada umumnya, penyebaran Islam di Asia Tenggara didasarkan pada
pendekatan yang terbuka dan akomodatif terhadap kebudayaan setempat. Agama
Islam menyatu dengan budaya dan tradisi lokal, sehingga memunculkan variasi
dalam praktik keagamaan di berbagai wilayah. Kemudian dengan berjalannya
waktu, Islam berkembang menjadi salah satu agama utama di Asia Tenggara.
Adapun pengaruh Islam di Asia Tenggara dalam berbagai bidang kehidupan
manusia sangat signifikan. Sejak kedatangan agama Islam di wilayah ini pada abad
ke-13 melalui perdagangan dan perkawinan dengan pedagang Arab. beberapa
pengaruh Islam di Asia Tenggara terdapat dalam bidang agama dan kehidupan
spiritual, kebudayaan, seni, dan arsitektur dan masih banyak lainnya.

18
B. Saran
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca
memahami materi – materi yang telah di uraikan di atas, dengan berbagai
keterbatasan sumber dan bahan yang dikumpulkan dan kekurangan dalam hal
penulisan. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan. Sebagai
pertimbangan penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari berbagai
literatur lain demi melengkapi materi terkait yang belum secara sempurna
dibahas di makalah ini

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Dkk, Taufik, Sejarah Ummat Islam Indonesi (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991)

Andaya, L.Y, Andaya, B.W, Sejarah Asia Tenggara Modern Awal, 1400-1830., 2015

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII Dan XVII (Jakarta: Kencana, 2005)

Bakar Istianah, Abu, Sejarah Peradaban Islam (Malang: UIN Malang Press. 2008)

Bin Tajudeen, Imran, Islam Di Asia Tenggara: Arsitektur Dan Urbanisme Dalam
Konteks Yang Berubah," Dalam The Islamic World: From Classical to
Contemporary Times, Ed. Christoph Marcinkowski (Berlin)

Edyar Dkk, Busman, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Asatrus 2009)

Esposito, John L, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World (New York:
Oxford University, 1995), III

Haji Abdullah, Abdul Rahman, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah Dan
Perkembangannya Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1990)

Harun, Jelani, Seni Islam Di Asia Tenggara," Dalam Islam & Seni: Perspektif Sejarah
Dan Kontemporer, Ed. Elizabeth Mansfield (Florida)

Horvatich, P, Hefner, R.W., Islam Di Era Negara-Bangsa: Politik Dan Pembaruan


Agama Di Asia Tenggara Muslim

Ibrahim Boechari, Sidi, Pengaruh Timbal Balik Antara Pendidikan Islam Dan
Pergerakan Nasional Di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981)

Madinier, R., Feillard, A., Politik Agama Di Indonesia: Sinkretisme, Ortodoksi, Dan
Pertentangan Agama Di Jawa Dan Bali.

M.F, Laffan, Kebangsaan Islam Dan Indonesia Kolonial (Routledge. 2015)

20
Perry Landon, Kenneth, Southeast Asia: Cross-Roads of Religion, (Chicago: University
of Chicago Press, 1949)

R.W, Hefner, Civil Islam: Muslim Dan Demokratisasi Di Indonesia.

Sewang, Ahmad M, Islamisasi Kerajaan Gowa (Jakarta)

Suryadinata, Leo, Laksamana Chengho Dan Asia Tengggara (Jakarta: LP3ES 2007)

Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik Dan GeoPolitik
(Jakarta: PT Rajawali Press, 2009)

Thomas, W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, Diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta:


Penerbit Widjaya, 1981)

21

Anda mungkin juga menyukai