Makalah ini ditulis untuk menempuh tugas salah satu mata kuliah Sejarah
Islam. Pokok bahasan makalah ini berkaitan dengan tahap-tahap perkembangan
Islam di kawasan Asia Tenggara mulai dari awal masuk hingga perkembangan
agama Islam di sana. Penulis hendak menyampaikan terimakasih yang setingginya
kepada Allah SWT dan keluarga atas dukungan yang tiada henti. Selain itu,
penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada keseluruhan pihak
yang telah turut andil terselesaikannya makalah ini. Tentu tulisan ini tidaklah
sempurna dan memerlukan kritik maupun saran dari semua pembaca untuk
mendukung tulisan kami di lain waktu.
13 Maret 2023
Pemakalah,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Gambaran Teori Tentang Proses Masuk Islam di Kawasan Asia Tenggara.4
B. Perkembangan Agama dan Peradaban Agama Islam di Kawasan Asia
Tenggara...............................................................................................................9
BAB 3. KESIMPULAN.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asia Tenggara menjadi wilayah yang sangat besar dan sangat berpengaruh di
pandangan dunia. Kawasan di Asia Tenggara dipilih dalam 2 grup, yaitu Asia
Tenggara bagian Daratan, yaitu Laos, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Serta
wilayah Maritim Asia Tenggara, seperti Filipina, Brunei Darussalam, Indonesia,
Singapura, Malaysia, dan Timor Leste. Wilayag Asia Tenggara menjadi satu
wilayah dengan sikap dan keyakinan sosial yang beragam. Meskipun populasi
wilayah ini didominasi Muslim dari perspektif sosio-kultural, realitas sosial,
budaya, dan kepercayaan yang muncul di sana menunjukkan keragaman dan
variabilitas. Menurut bukti arkeologis berupa batu nisan bertuliskan bahasa Arab
prasasti kufi Ahmad bin Abu Ibrahim bi Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada
Kamis, 29 Safar 431 Hijriah, Islam pertama kali menyebar ke Asia Tenggara pada
abad ke-7. Ini dapat ditemukan di rute perdagangan dan maritim di Pharang,
Campa Selatan, yang saat ini berada di wilayah Vietnam.
Temuan atas batu nisan kedua rusak, dan prasastinya turut bermasalah yang
mencakup pembayaran pajak, hutang, dan domisili, ditulis lebih dalam gaya
tulisan jawi (Arab-Melayu). Terbukti dari data arkeologis bahwa Islam memasuki
wilayah Campa dan mendirikan komunitas Muslim. Di pemakaman dekat Jalan
Bandar Sri Begawan itu juga ditemukan peninggalan berbentuk batu nisan. Batu
nisan ini termasuk prasasti yang mirip dengan yang ditemukan di campa, dan
salah satunya menyebutkan nama seorang wanita bernama Makhdarah yang
meninggal pada tahun 440 Hijriah/1048 Masehi. Ada juga lebih banyak penemuan
(Herawati, 2018). Dapat dikatakan bahwa pembentukan masyarakat Muslim yang
terdiri dari pedagang baru saja dimulai di berbagai bagian Asia Tenggara sejak
kedatangan Islam pada abad ketujuh. Kemudian, sebagai hasil dari kedatangan
Islam, ada sebuah kerajaan dengan desain Islam dari abad kedelapan hingga
keenam belas. Setelah melewati dua tahap berikut, terwujud: Kedua, umat Islam
hidup dalam masyarakat Hindu-Budha yang masih memiliki desa atau bentuk
pemerintahan lokal lainnya di mana orang-orang dipersatukan oleh ide-ide
1
animisme dan dinamisme. Kedua, pada abad kesembilan, atau sekitar tahun 25
Hijriah (847 Masehi), sebuah negara Islam yang dipimpin oleh delapan Sultan
muncul di Perlak. Putri Perlak menikah dengan Merah Seu, juga dikenal sebagai
Sultan Malikus As-Sholeh, pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Amin
Syah (125-1263 Masehi). Dialah yang mendirikan kerajaan Samudera Pasai.
Sejarawan mengakui kerajaan ini sebagai negara Islam pertama di Asia Tenggara
saat berkembang dan berkembang.
2
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini di antaranya :
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini di antaranya:
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ada banyak rute yang diambil untuk penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Semua rute memperhitungkan peradaban timur yang menghargai keramahan.
Akibatnya, sekarang lebih mudah bagi Islam untuk menyebar ke seluruh daerah
ini. Menurut Uka Tjandra Sasmita, kini ada enam cara bagi umat Islam untuk
masuk ke Asia Tenggara. Ini adalah sebagai berikut (Rahmawati, 2014):
o Jalur Perdagangan
4
Timur di benua Asia selama aktivitas perdagangan aktif wilayah laut Asia
Tenggara dari abad ke-7 hingga ke-16.
Salah satu alasan efek luar biasa peradaban Islam di Asia Tenggara adalah
jalur Islamisasi melalui perdagangan. Keterlibatan antara penduduk asli Asia
Tenggara dan pedagang Islam disebabkan oleh hubungan ini di sepanjang jalur
perdagangan. Interaksi yang mengakibatkan satu pihak memiliki dampak yang
signifikan terhadap pihak lainnya. Pedagang dan ulama Arab adalah orang-orang
yang dalam keadaan ini memegang kekuasaan.
Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan yang berperan dalam sejarah
kebudayaan Islam yang tersebar di Asia Tenggara. Kerajaan ini diperkirakan
merupakan kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia dan seluruh kawasan
Asia Tenggara hingga sejarahnya saat ini. Sultan Malikus Shaleh, raja kerajaan
dengan ibu kotanya di Aceh, adalah seorang Islamis.
o Jalur Pernikahan
5
dengan Putri Nyai Manila dan Raden Rahmat atau Sunan Ampel, Sunan Gunung
Jati dan Putri Kawunganten, Brawijaya dan Putri Campa, dan lain-lain yang
merupakan keturunan Raden Patah (Raja Damak pertama).
o Jalur Tasawuf
Hamzah Fansuri, seorang guru sufi dari Aceh, Syekh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung, seorang guru sufi dari Jawa, hanyalah beberapa dari guru sufi
yang telah berbagi ajaran yang mirip dengan pola pikir Indonesia pra-Islam.
Ajaran mistik semacam itu bertahan hingga abad kedua puluh setelah diproduksi
pada abad kesembilan belas.
o Jalur Pendidikan
6
o Jalur Kebudayaan dan Seni
Agar bisa lebih jauh memahami proses msuknya agama Islam dia Asia
Tenggara maka terdapat 3 teori yang bisa dijadikan acuan diantaranya :
1. Teori Gujarat
7
yang ada di Gujarat, pada saat yang sama mendukung teori sekolah ini. Mereka
mampu membuktikan bahwa Islam yang menyebar ke seluruh nusantara pasti
berakar di sana berkat bukti ini (Helmiati, 2014).
2. Teori Bengal
4. Teori Arabia
8
menyebarkan Islam. Hal ini didasarkan pada teks-teks Cina yang mengklaim
bahwa seorang pedagang Arab menjadi kepala pemukiman Arab-Muslim di pantai
barat Sumatra menjelang akhir abad ke-7 (Thomas, 1982).
5. Teori Persia
Teori ini juga didasarkan pada teori sekolah. Peninggalan kultus agama yang
diilhami Syiah telah ditemukan di Sumatera dan Jawa. Dua ahli fiqh yang dekat
dengan Sultan dan keturunan Persia juga terdaftar. Satu dari Isfahan, sedangkan
yang lainnya dari Shiraz (Helmiati, 2014).
6. Teori Mesir
Argumen yang dikemukakan oleh Kaijzer juga didasarkan pada teori mazhab,
yang menurutnya ada kesejajaran antara sekte Syafi'i dengan masyarakat Mesir
dan Nusantara. Niemann dan de Hollander sama-sama mendukung gagasan Arab-
Mesir ini. Namun, mereka berdua membuat perubahan, mengklaim bahwa
Hadramaut, bukan Mesir, adalah tempat di mana Islam Nusantara berasal.
Seminar tentang pengenalan Islam ke Nusantara yang diadakan pada tahun 1969
dan 1978 mengarah pada kesimpulan bahwa itu dibawa ke sana langsung dari
Arab, bukan melalui India (Hasymi, 1989).
9
menjadi tempat peristirahatan bagi pendekar pedang Cina atau sebaliknya pada
abad kelima SM. Munculnya kerajaan thalassocratic Sriwijaya pada abad ketujuh
dan kapasitasnya untuk memastikan keamanan pelayaran melalui Selat Malaka
menyebabkan pentingnya wilayah ini sebagai pusat perdagangan dunia. Kehadiran
pedagang Muslim dalam perdagangan daerah itu sekitar akhir abad ke-9 adalah
buktinya (Rahmawati, 2014).
10
minimal. Kaum bangsawan tidak lagi memiliki akses eksklusif ke pendidikan.
Pendidikan Islam mengikuti tradisi yang merangkul semua aspek masyarakat.
Dari Aceh hingga Mindanao, huruf-huruf Arab diperkenalkan dan digunakan, dan
diharapkan setiap Muslim dapat membaca Alquran dan memahami prinsip-prinsip
Islam secara rasional. Kosakata dan gaya Arab ditambahkan oleh bahasa asli. Asia
Tenggara secara khusus menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari
dan sebagai wahana untuk pengajaran agama. Bahasa Melayu memainkan peran
penting dalam menyatukan seluruh wilayah. Gagasan dan institusi yang diambil
dari Alquran dan teks-teks lslam andal lainnya telah menggantikan budaya politik
Hindu-Buddha yang merupakan tradisi politik wilayah Nusantara. Setelah
menjadi agama resmi, konsep kepemimpinan lslam-pernapasan diadopsi, dan
hukum lslam diberlakukan, tetapi masih eksklusif. Undang-Undang Malaka, yang
dirancang pada tahun 1450, secara tegas menyatakan bahwa administrasi Malaka
harus beroperasi sesuai dengan hukum lslam (Azyumardi, 1999).
Undang-undang Pahang berisi sekitar empat puluh dua ketentuan yang hampir
identik dengan hukum Mashab Shafii, dan terus diterapkan di wilayah Muangthai
Pattani, di mana ada juga 2000 masjid yang telah terdaftar. Di Malaysia, pengaruh
lslam terhadap politik lebih terlihat. Dalam upayanya mendirikan Negara Islam,
partai Islam (PAS) mengklaim memiliki dukungan publik yang kuat di negara-
negara yang dicalonkan Muslim seperti Kelantan, Trengganu, Kedah, dan Perlis.
Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang mengendalikan front
Nsional, mempraktikkan politik kelulusan, menjunjung tinggi konstitusi Malaysia
sebagai suci sambil dengan bijaksana memasukkan prinsip-prinsip Islam.
Pemerintah Singapura mempromosikan gagasan kebebasan beragama dan
membela keyakinan masyarakat. Singapore Council of Clerics lslam (MUIS)
bertugas mengawasi pelaksanaan legislasi lslam di Singapura, termasuk
pengumpulan zakat maal dan zakat fitra, perencanaan ibadah haji, mendirikan
lembaga keagamaan, dan pemberian beasiswa. Juga memiliki izin untuk
mengeluarkan fatwa, MUIS mengawasi setiap masjid di Singapura. Selain itu,
pemerintah telah menunjukkan bahwa adalah kepentingan terbaik semua orang
untuk mendidik Muslim Singapura dengan lebih baik sehingga mereka nantinya
dapat berkontribusi pada kemakmuran Singapura (Rahmawati, 2014).
11
Moro, yang sebagian besar adalah petani dan nelayan, melahirkan Gerakan
Independen Muslim (MIM), Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), yang
berjuang untuk menegakkan dan meningkatkan pembangunan, kesejahteraan, dan
penerapan hukum keluarga bagi umat Islam di Filifina. Umat Islam di Filifina ini
menguburkan diri. Sebagian besar penduduk Brunei Darussalam adalah Muslim,
meskipun organisasi di sana sebagian besar diciptakan untuk kepentingan partai
dan masyarakat Burma secara keseluruhan daripada hanya untuk Muslim.
Wilayah itu melahirkan ulama pribumi yang dengan cepat mengambil alih
kendali lslam di daerah itu di bawah pengawasan ulama Arab dan bantuan negara.
Islam, yang kemudian memunculkan cara hidup Muslim yang khas di daerah
tersebut, dapat dianggap bertanggung jawab atas perkembangan ini. Cara hidup
ini masih menekankan keunggulan Islam, tetapi juga memungkinkan intelektual
pribumi untuk memasukkan ide-ide atau kebudayaan local setempat. Mengenai
identitas, Islam tampaknya merupakan penyatuan sempurna dari semangat dan
identitas subjektif mereka sebagai hasil dari internalisasi Islam, atau setidaknya
elemen eksternalnya, oleh hunian pulau-pulau.
Di era ilmiah, teknologi, dan industri saat ini, yang sangat merepotkan karena
hanya lslam yang tersisa sebagai agama yang menganut tradisi besar dan tradisi
rakyat sekaligus, peradaban lslam biasanya merupakan peradaban defensif.
Menurut Gelner, tradisi besar Islam dapat dimodernisasi, dan metode
operasionalnya dapat disajikan sebagai kelanjutan dan kelanjutan dari dialog lama
dalam Islam, yaitu antara ortodoksi dan penyimpangan, pengetahuan dan
12
ketidaktahuan, tatanan politik dan anarki, peradaban dan barbarisme, kota dan
desa, hokum Tuhan dan adat istiadat manusia, dan lainnya yang kadang-kadang
diam dan sebagainya (Rahmawati, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan penjelasan pada poin pembhasan di atas berpusat
pada setidaknya tiga poin penting, yang meliputi hal-hal berikut: 1) Penyebaran
Islam di negara-negara Asia Tenggara, yang tidak dapat dipisahkan dari
pengusaha Muslim dari Arab yang melakukan bisnis di sana dan memberikan
Islam kepada penduduk setempat. 2) Kesultanan Islam, yang menempati hampir
seluruh Asia Tenggara, juga mendukung perluasan Islam, khususnya di
Semenanjung Malaka dan Nusantara. Samudra Pasai adalah kesultanan Islam
pertama yang didirikan di Nusantara, dan kemudian diikuti oleh Aceh, Demak,
Malaka, Johor, Patani, Bolkiah, Sulu, dan banyak negara lainnya. Di wilayah
Semenanjung Indo-Cina, satu kerajaan. 3) Kolonisasi orang Eropa, seperti
Portugis, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Belanda, yang pengaruhnya menyelimuti
seluruh wilayah Asia Tenggara, kecuali Thailand, membuat hidup sulit bagi
orang-orang Muslim di Asia Tenggara.
13
perdagangan dan beberapa menikahi putri-putri raja di negara itu. Demikian
penjelasan mengenai masuknya Islam di Asia Tenggara.
Di beberapa wilayah ini, ada juga gerakan pemurnian Islam yang kuat
yang memiliki kecenderungan terhadap modernisasi, sehingga sulit untuk
menggeneralisasi fenomena dan dinamika Muslim Asia Tenggara. Selain itu,
sebagai akibat dari berlalunya waktu, Muslim Asia Tenggara juga menunjukkan
perubahan dalam perilaku, sudut pandang, kerangka acuan, dan sikap mereka.
Akibatnya, dapat diklaim bahwa Muslim di Asia Tenggara bereaksi berbeda
terhadap perubahan tergantung pada keadaan sosial budaya, politik, hukum, dan
ekonomi di negara mereka yang terpisah.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Azis, A., Amalina, S. N. & Azharotunnafi., 2021. Islamic Historical Studies: The
Beginning of the Emergence of Islam and the Development of Islamic
culture in Southeast Asia. Riwayat: Educational Journal of History and
Humanities, 4(2), pp. 117-125.
Azyumardi, A., 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan
Kekuasaan. 1 ed. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasymi, A., 1989. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. 1 ed.
Bandung: Al-Ma'arif.
Herawati, A., 2018. Keberadaan Islam Di Asia Tenggara. Ash-Shabah, 4(2), pp.
119-129.
Meirison, Rais, Z., Fatarib, H. & Muhammadi, Q., 2021. Muslim occupation in
france according to arabic literature and western historical evidences.
Journal of Al-Tamaddun, 16(1), pp. 17-26.
Rahmawati, 2014. Islam di Asia Tenggara. Jurnal Rihlah, 2(1), pp. 56-70.
Thomas, M., 1982. The Crescent in The East : Islam in Asia Major. 1 ed. Ne
York: Curzon Pressa and Humanities Press.
15