Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI KAWASAN ASIA


TENGGARA

Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Munirul Abidin, M. Ag

Disusun oleh : Ari Sulaiman (220602110022)

Bulan Galuh Listyoningrum (220602110110)

Rohmatul Ilmia (220602110030)

PROGAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Makalah ini ditulis untuk menempuh tugas salah satu mata kuliah Sejarah
Islam. Pokok bahasan makalah ini berkaitan dengan tahap-tahap perkembangan
Islam di kawasan Asia Tenggara mulai dari awal masuk hingga perkembangan
agama Islam di sana. Penulis hendak menyampaikan terimakasih yang setingginya
kepada Allah SWT dan keluarga atas dukungan yang tiada henti. Selain itu,
penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada keseluruhan pihak
yang telah turut andil terselesaikannya makalah ini. Tentu tulisan ini tidaklah
sempurna dan memerlukan kritik maupun saran dari semua pembaca untuk
mendukung tulisan kami di lain waktu.

13 Maret 2023

Pemakalah,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Gambaran Teori Tentang Proses Masuk Islam di Kawasan Asia Tenggara.4
B. Perkembangan Agama dan Peradaban Agama Islam di Kawasan Asia
Tenggara...............................................................................................................9
BAB 3. KESIMPULAN.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asia Tenggara menjadi wilayah yang sangat besar dan sangat berpengaruh di
pandangan dunia. Kawasan di Asia Tenggara dipilih dalam 2 grup, yaitu Asia
Tenggara bagian Daratan, yaitu Laos, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Serta
wilayah Maritim Asia Tenggara, seperti Filipina, Brunei Darussalam, Indonesia,
Singapura, Malaysia, dan Timor Leste. Wilayag Asia Tenggara menjadi satu
wilayah dengan sikap dan keyakinan sosial yang beragam. Meskipun populasi
wilayah ini didominasi Muslim dari perspektif sosio-kultural, realitas sosial,
budaya, dan kepercayaan yang muncul di sana menunjukkan keragaman dan
variabilitas. Menurut bukti arkeologis berupa batu nisan bertuliskan bahasa Arab
prasasti kufi Ahmad bin Abu Ibrahim bi Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada
Kamis, 29 Safar 431 Hijriah, Islam pertama kali menyebar ke Asia Tenggara pada
abad ke-7. Ini dapat ditemukan di rute perdagangan dan maritim di Pharang,
Campa Selatan, yang saat ini berada di wilayah Vietnam.

Temuan atas batu nisan kedua rusak, dan prasastinya turut bermasalah yang
mencakup pembayaran pajak, hutang, dan domisili, ditulis lebih dalam gaya
tulisan jawi (Arab-Melayu). Terbukti dari data arkeologis bahwa Islam memasuki
wilayah Campa dan mendirikan komunitas Muslim. Di pemakaman dekat Jalan
Bandar Sri Begawan itu juga ditemukan peninggalan berbentuk batu nisan. Batu
nisan ini termasuk prasasti yang mirip dengan yang ditemukan di campa, dan
salah satunya menyebutkan nama seorang wanita bernama Makhdarah yang
meninggal pada tahun 440 Hijriah/1048 Masehi. Ada juga lebih banyak penemuan
(Herawati, 2018). Dapat dikatakan bahwa pembentukan masyarakat Muslim yang
terdiri dari pedagang baru saja dimulai di berbagai bagian Asia Tenggara sejak
kedatangan Islam pada abad ketujuh. Kemudian, sebagai hasil dari kedatangan
Islam, ada sebuah kerajaan dengan desain Islam dari abad kedelapan hingga
keenam belas. Setelah melewati dua tahap berikut, terwujud: Kedua, umat Islam
hidup dalam masyarakat Hindu-Budha yang masih memiliki desa atau bentuk
pemerintahan lokal lainnya di mana orang-orang dipersatukan oleh ide-ide

1
animisme dan dinamisme. Kedua, pada abad kesembilan, atau sekitar tahun 25
Hijriah (847 Masehi), sebuah negara Islam yang dipimpin oleh delapan Sultan
muncul di Perlak. Putri Perlak menikah dengan Merah Seu, juga dikenal sebagai
Sultan Malikus As-Sholeh, pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Amin
Syah (125-1263 Masehi). Dialah yang mendirikan kerajaan Samudera Pasai.
Sejarawan mengakui kerajaan ini sebagai negara Islam pertama di Asia Tenggara
saat berkembang dan berkembang.

Kerajaan Samudera Pasai terhubung dengan kerajaan Malaka melalui


pedagang Muslim dan juga didampingi oleh para guru muballig dan sufi, sehingga
Bandar Malaka menjadi lebih ramai dan raja Malaka Aramesywara masuk Islam.
Setelah memeluk Islam ia mengubah namanya dengan gelar Sultan Iskandar Syah.
Setelah Malaka menjadi kerajaan Islam, para mubalig, sufi, dan pedagang dari
timur tengah dan India semakin banyak datang ke kota Bandar Malaka dan
Samudera Pasai (Meirison, et al., 2021). Dari dua kota Bandar ini, Islam dibawa
ke Pattami dan tempat-tempat lain di semenanjung, seperti Perak, Johor, dan
Pahang. Membawa Islam pertama kali diperkenalkan ke Pattami oleh Syekh Said,
seorang muballiger Pasai yang berhasil menggulingkan penguasa kota yang
lumpuh, Paya Tu Ngapu. Setelah menjadi Islam, Paya bertemu dengan Sultan
Ismail Shah Zilullah dari Islam. Kesultanan Malaka berfungsi sebagai hub
perdagangan internasional antara timur dan barat, transit hub, dan point of entry
bagi beberapa negara Indonesia (Herawati, 2018).

Peradaban dan perkembangan Islam yang sangat terbawa dampak oleh


struktur kultur yang diambil oleh kalangan masyarakat. Unsur-unsur budaya dan
bahasa yang kuat yang diterapkan dalam kehidupan dalam kehidupan masyarakat
mempengaruhi penerimaan dan pelaksanaan kegiatan keagamaan. Bedasarkan
latar belakang tersebut tentu sangat menarik dalam makalah ini akan dibahas
beberapa topik yang akan mengankat kembali bagaimana alur atau sejarah yang
terjadi pada awal perkembangan agam Islam yang berada di kawasan Asia
Tenggara ini agar sehingga agama ini mampu survive di tengah keberagaman
masyarakat Asia Tenggara ini.

2
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini di antaranya :

1. Gambaran teori mengenai proses masuk Islam di Asia Tenggara,


2. Perkembangan agama dan peradaban agama Islam di kawasan Asia
Tenggara.

C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini di antaranya:

1. Memahami tentang gambaran teori mengenai proses masuk Islam di Asia


Tenggara,
2. Mengerti mengenai perkembangan agama dan peradaban agama Islam di
kawasan Asia Tenggara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Teori Tentang Proses Masuk Islam di Kawasan Asia


Tenggara
Salah satu indikasi bahwa Islam memiliki dampak yang signifikan terhadap
kehidupan masyarakat di kawasan ini adalah adanya budaya Islam di Asia
Tenggara. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa proses masuk Islam di
Asia Tenggara berbeda dari di tempat lain di mana ia telah menyebar karena
invasi Arab dan Turki. Interaksi antara penduduk Nusantara dan para pedagang
dari Arab, India, Benggala, Cina, Gujarat, Iran, Yaman, dan Arab Selatan
mendahului masuknya Islam di hampir semua negara Asia Tenggara. Kepulauan
Melayu telah berkembang sebagai lokasi persinggahan bagi para pedagang yang
bepergian ke Cina pada abad kelima SM, dan mereka telah menjalin hubungan
dengan penduduk setempat di sepanjang Pantai. Pedagang Muslim yang mampir
mengeksploitasi keadaan seperti ini untuk menyebarkan Islam kepada penduduk
setempat di sepanjang pantai (Mahamid, 2022).

Ada banyak rute yang diambil untuk penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Semua rute memperhitungkan peradaban timur yang menghargai keramahan.
Akibatnya, sekarang lebih mudah bagi Islam untuk menyebar ke seluruh daerah
ini. Menurut Uka Tjandra Sasmita, kini ada enam cara bagi umat Islam untuk
masuk ke Asia Tenggara. Ini adalah sebagai berikut (Rahmawati, 2014):

o Jalur Perdagangan

Karena lokasinya yang menghubungkan negara-negara Asia Timur Jauh, Asia


Tenggara, dan Asia Barat, wilayah maritim Asia Tenggara, khususnya Selat
Malaka, telah memainkan peran penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan internasional sejak abad pertama. Pedagang Muslim (Arab, Persia,
dan India) berpartisipasi dalam perdagangan dari wilayah Barat, Tenggara, dan

4
Timur di benua Asia selama aktivitas perdagangan aktif wilayah laut Asia
Tenggara dari abad ke-7 hingga ke-16.

Salah satu alasan efek luar biasa peradaban Islam di Asia Tenggara adalah
jalur Islamisasi melalui perdagangan. Keterlibatan antara penduduk asli Asia
Tenggara dan pedagang Islam disebabkan oleh hubungan ini di sepanjang jalur
perdagangan. Interaksi yang mengakibatkan satu pihak memiliki dampak yang
signifikan terhadap pihak lainnya. Pedagang dan ulama Arab adalah orang-orang
yang dalam keadaan ini memegang kekuasaan.

Pengaruhnya kemudian menyebabkan perubahan dalam cara hidup orang-


orang di Asia Tenggara. Mungkin di awal periode ketika kerajaan menang,
dinamisme adalah kepercayaan yang paling umum di antara penduduk. Namun,
banyak individu kemudian menganut monoteisme berkat pengaruh pedagang
Islam.

Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan yang berperan dalam sejarah
kebudayaan Islam yang tersebar di Asia Tenggara. Kerajaan ini diperkirakan
merupakan kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia dan seluruh kawasan
Asia Tenggara hingga sejarahnya saat ini. Sultan Malikus Shaleh, raja kerajaan
dengan ibu kotanya di Aceh, adalah seorang Islamis.

o Jalur Pernikahan

Penduduk pribumi, terutama para putri bangsawan, tertarik untuk menikahi


pedagang Muslim karena mereka memiliki peringkat sosial yang lebih tinggi
secara ekonomi daripada kebanyakan penduduk asli. Mereka digali sebelum
kawin. Setelah kelahiran keturunan mereka, lingkungan mereka tumbuh lebih
besar, dan akhirnya desa, provinsi, dan kerajaan Muslim muncul.

Kemudian, wanita Muslim yang menikah dengan pria kelahiran bangsawan


juga ada; tentu saja, mereka harus masuk Islam terlebih dahulu. Jika jalur
pernikahan ini melibatkan seorang saudagar Muslim dan anak bangsawan, putra
raja dan putra adipati, atau bangsawan dan pedagang, raja dan adipati atau
bangsawan akan membantu mempercepat proses Islamisasi. Inilah yang terjadi

5
dengan Putri Nyai Manila dan Raden Rahmat atau Sunan Ampel, Sunan Gunung
Jati dan Putri Kawunganten, Brawijaya dan Putri Campa, dan lain-lain yang
merupakan keturunan Raden Patah (Raja Damak pertama).

o Jalur Tasawuf

Ajaran tasawuf memiliki pengaruh yang signifikan terhadap doktrin Islam


hingga Alam Melayu. Dapat dikatakan bahwa tasawuf, dengan ajaran dan
praktiknya, berkontribusi pada pelaksanaan proses Islamisasi di Asia Tenggara
karena sejahrawan mengklaim bahwa inilah yang membuat Islam menarik bagi
mereka di wilayah itu. Menurut sejarawan Australia H. John, Islamisasi terjadi
sebagai akibat dari penginjilan yang cerdik oleh penyebar sufi yang bekerja sama
dengan pedagang Muslim.

Masyarakat Indonesia akrab dengan campuran teosofi jaran yang diajarkan


oleh para guru sufi atau sufi. Mereka memiliki kemampuan penyembuhan dan
terampil dalam masalah mistis. Tasawuf adalah "bentuk" Islam yang diajarkan
kepada masyarakat setempat yang menyerupai Hindu dalam beberapa hal,
sehingga memudahkan orang untuk memahami dan memeluk agama baru.

Hamzah Fansuri, seorang guru sufi dari Aceh, Syekh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung, seorang guru sufi dari Jawa, hanyalah beberapa dari guru sufi
yang telah berbagi ajaran yang mirip dengan pola pikir Indonesia pra-Islam.
Ajaran mistik semacam itu bertahan hingga abad kedua puluh setelah diproduksi
pada abad kesembilan belas.

o Jalur Pendidikan

Islamisasi juga dicapai melalui pendidikan, yang dilakukan di pesantren dan


gubuk yang dikelola oleh kiai dan ulama, atau guru agama. Calon ulama, pendidik
agama, dan kiai menerima pelatihan keagamaan di pesantren atau gubuk. Mereka
meninggalkan pesantren dan kembali ke desa mereka sendiri atau pergi ke suatu
tempat untuk mengajar Islam. Sebagai gambaran, Raden Rahmat mendirikan
pesantren di Giri dan Sunan Giri di Ampel Denta, Surabaya. Untuk mengedukasi
Islam, banyak dari pesantren ini yang diundang ke Maluku.

6
o Jalur Kebudayaan dan Seni

Pertunjukan wayang adalah contoh Islamisasi yang paling terkenal melalui


seni. Menurut legenda, Sunan Kalijaga adalah ahli pementasan wayang. Dia tidak
pernah meminta pembayaran untuk pertunjukan, tetapi dia meminta agar orang
banyak bergabung dengannya dalam mengucapkan kredo. Sebagian besar cerita
wayang masih diambil dari Ramayana dan Mahabarata, tetapi serita juga
mencakup ajaran tentang pahlawan Islam. Bentuk-bentuk seni lainnya, seperti
sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur dan seni ukir, juga
digunakan sebagai sarana Islamisasi.

o Jalur Diplomasi atau Politik

Mayoritas orang memeluk Islam ketika raja mereka melakukannya. Pengaruh


politik raja secara signifikan membantu pertumbuhan Islam di wilayah ini.
Apalagi kerajaan-kerajaan Islam terlibat dalam peperangan politik dengan
kerajaan-kerajaan non-Islam di Sumatera, Jawa, dan Indonesia Timur. Banyak
warga kerajaan non-Islam masuk Islam sebagai hasil dari kemenangan politik
kerajaan Islam.

Agar bisa lebih jauh memahami proses msuknya agama Islam dia Asia
Tenggara maka terdapat 3 teori yang bisa dijadikan acuan diantaranya :

1. Teori Gujarat

Beberapa akademisi Belanda, termasuk Pijnappel, Snouck Hurgronje, dan


Moquette, mengusulkan teori ini. Menurut gagasan ini, orang-orang Arab yang
pindah dan tinggal di tanah India sebelum membawa Islam ke Nusantara, daripada
Persia atau Arab, yang harus disalahkan atas perkembangan Islam di wilayah
tersebut. Teori-teori sekolah dan batu nisan berfungsi sebagai dasar untuk
pernyataan teori Gujarat ini. Ditemukan bahwa Muslim Gujarat dan Nusantara
memiliki kesamaan, mendukung gagasan ini. Kedua kelompok Muslim ini telah
menganut mazhab Syafi'i sebagai milik mereka. Teori batu nisan, yang
menggambarkan penemuan model dan bentuk batu nisan di makam di Pasai,
Semenanjung Malaya, dan Gresik, yang model dan bentuknya identik dengan

7
yang ada di Gujarat, pada saat yang sama mendukung teori sekolah ini. Mereka
mampu membuktikan bahwa Islam yang menyebar ke seluruh nusantara pasti
berakar di sana berkat bukti ini (Helmiati, 2014).

2. Teori Bengal

Menurut kepercayaan ini, wilayah Benggala adalah tempat Islam Nusantara


pertama kali muncul. Penulis hipotesis ini adalah S.Q. Fatimi. Hipotesis nisan
juga merupakan dasar dari teori Bengal Fatimi. Menurut Fatimi, bentuk dan
bentuk batu nisan Malik al-nisan—yang shalih dari raja Pasai—berbeda drastis
dengan yang ditemukan di Gujarat. Model dan bentuk penanda kuburan identik
dengan yang ada di Bengal. Dia menyimpulkan bahwa Islam pasti berakar di sana
juga. Dengan ide yang diusulkan sekolah, teori batu nisan Fatimi akhirnya
kehilangan sebagian kekuatannya. Menurut filosofi mazhab, ada perbedaan antara
mazhab yang diikuti oleh muslim Bengali, yang hanafi, dan muslim Nusantara,
yang mengikuti mazhab Syafi'i. Akibatnya, ide Bengal kehilangan kredibilitas
(Helmiati, 2014).

3. Teori Coromandel dan Malabar

Berdasarkan sudut pandang Thomas W. Arnold, Marrison mengemukakan


gagasan ini. Teori Coromandel dan Malabar, yang berpendapat bahwa Islam
berasal dari Coromandel dan Malabar dan menyebar ke seluruh nusantara, juga
menarik kesimpulan dari doktrin mazhab. Ada kesamaan antara mazhab Syafi'i
dengan mazhab yang diikuti umat Islam Malabar dan Coromandel. Bagi Marrison,
Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu pada saat Pasai masuk Islam pada tahun
1292. Karena itu, Gujarat tidak bisa menjadi tempat di mana Islam pertama kali
mulai menyebar (Helmiati, 2014).

4. Teori Arabia

Berdasarkan Thomas W. Arnold berpendapat bahwa Coromandel dan Malabar


bukan satu-satunya lokasi di mana Islam diperkenalkan. Karena pedagang Arab
mendominasi perdagangan antara Barat dan Timur mulai awal abad Hijriah, atau
abad ketujuh dan kedelapan Masehi, ia mengatakan bahwa mereka juga

8
menyebarkan Islam. Hal ini didasarkan pada teks-teks Cina yang mengklaim
bahwa seorang pedagang Arab menjadi kepala pemukiman Arab-Muslim di pantai
barat Sumatra menjelang akhir abad ke-7 (Thomas, 1982).

5. Teori Persia

Teori ini juga didasarkan pada teori sekolah. Peninggalan kultus agama yang
diilhami Syiah telah ditemukan di Sumatera dan Jawa. Dua ahli fiqh yang dekat
dengan Sultan dan keturunan Persia juga terdaftar. Satu dari Isfahan, sedangkan
yang lainnya dari Shiraz (Helmiati, 2014).

6. Teori Mesir

Argumen yang dikemukakan oleh Kaijzer juga didasarkan pada teori mazhab,
yang menurutnya ada kesejajaran antara sekte Syafi'i dengan masyarakat Mesir
dan Nusantara. Niemann dan de Hollander sama-sama mendukung gagasan Arab-
Mesir ini. Namun, mereka berdua membuat perubahan, mengklaim bahwa
Hadramaut, bukan Mesir, adalah tempat di mana Islam Nusantara berasal.
Seminar tentang pengenalan Islam ke Nusantara yang diadakan pada tahun 1969
dan 1978 mengarah pada kesimpulan bahwa itu dibawa ke sana langsung dari
Arab, bukan melalui India (Hasymi, 1989).

B. Perkembangan Agama dan Peradaban Agama Islam di Kawasan Asia


Tenggara
Dengan pengecualian Amerika Serikat, dunia telah didominasi oleh Amerika
Serikat sejak awal abad ke-20. Wilayah budaya Islam-Arab, Islam Persia, Islam-
Turki dengan beberapa wilayah penting yang strategis di Eropa Timur, seperti
Bosnia, Kosovo, dan daerah sekitarnya, Islam Afrika, Islam anak benua India, dan
akhirnya wilayah peradaban Islam yang dikenal sebagai Belahan Barat,
membentuk enam wilayah budaya Islam yang tersisa (wilayah budaya Islam di
Dunia Barat) (Azyumardi, 1999).

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, interaksi antara penduduk


Nusantara dengan pedagang Arab dan India sangat penting untuk memahami
penyebaran Islam di Asia Tenggara. Kepulauan Melayu telah berkembang

9
menjadi tempat peristirahatan bagi pendekar pedang Cina atau sebaliknya pada
abad kelima SM. Munculnya kerajaan thalassocratic Sriwijaya pada abad ketujuh
dan kapasitasnya untuk memastikan keamanan pelayaran melalui Selat Malaka
menyebabkan pentingnya wilayah ini sebagai pusat perdagangan dunia. Kehadiran
pedagang Muslim dalam perdagangan daerah itu sekitar akhir abad ke-9 adalah
buktinya (Rahmawati, 2014).

Tetapi dengan munculnya keluarga kerajaan Malaka, Islamisasi Asia Tenggara


mengambil arah baru. Kemudian, Malaka menguasai sejumlah monarki muslim,
termasuk Aru, Pedir, dan Lambri. Islam juga telah diadopsi di bagian-bagian baru
Sumatera yang akhirnya berada di bawah kendali Kerajaan Malaka, termasuk
Kampar, Indra Giri, Siak, Jambi, Bengkalis, Riau, dan Lingga. Daerah-daerah di
semenanjung Melayu yang mengakui kekuasaan kerajaan Malaka, termasuk
Pahang, Pattani, Kedah, dan Johor, juga mengadopsi Islam. Proses Islamisasi
mencapai pantai utara Jawa dari Malaka. Sebuah konfederasi negara-negara Islam
yang dipimpin oleh Demak menggulingkan monarki Majapahit pada tahun 1478
(Helmiati, 2014).

Mereka yang datang dari Demak untuk mempromosikan Islam kemudian


meng-islamkan Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Pada tahun 1498, orang
Maluku masuk Islam. Konversi sebelumnya terjadi di pulau Mindano, pada tahun
1460. Brunai telah memeluk Islam pada akhir abad ke-15. Islam pindah dari Sulu
dan Mindano ke Filipina utara, di mana ia dibentuk sebagai kerajaan. Bahkan
Manila diperintah oleh kaum Muslimin sebelum bangsa Eropa menghancurkannya
pada tahun 1570. Wilayah yang merupakan bagian dari wilayah Kesultanan
Brunei juga ditinggalkan. Sementara itu, orang Bugis serta penduduk pulau
Sumbawa dan Lombok diislamkan oleh Makassar, yang menurut lontara Bilang
Gowa-Tallo, beralih ke Islam pada tahun 1603. Bugis menyebarkan Islam ke
Flores setelah pindah agama. Setelah itu, Islam lambat laun dianut di seluruh
Jawa. Di seluruh nusantara, hanya kerajaan Hindu Bali yang masih ada (Azis, et
al., 2021).

Islamisasi Asia Tenggara memberikan kesamaan dalam bidang pendidikan


dengan peradaban Islam yang disebutkan di atas dengan konten pribumi yang

10
minimal. Kaum bangsawan tidak lagi memiliki akses eksklusif ke pendidikan.
Pendidikan Islam mengikuti tradisi yang merangkul semua aspek masyarakat.
Dari Aceh hingga Mindanao, huruf-huruf Arab diperkenalkan dan digunakan, dan
diharapkan setiap Muslim dapat membaca Alquran dan memahami prinsip-prinsip
Islam secara rasional. Kosakata dan gaya Arab ditambahkan oleh bahasa asli. Asia
Tenggara secara khusus menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari
dan sebagai wahana untuk pengajaran agama. Bahasa Melayu memainkan peran
penting dalam menyatukan seluruh wilayah. Gagasan dan institusi yang diambil
dari Alquran dan teks-teks lslam andal lainnya telah menggantikan budaya politik
Hindu-Buddha yang merupakan tradisi politik wilayah Nusantara. Setelah
menjadi agama resmi, konsep kepemimpinan lslam-pernapasan diadopsi, dan
hukum lslam diberlakukan, tetapi masih eksklusif. Undang-Undang Malaka, yang
dirancang pada tahun 1450, secara tegas menyatakan bahwa administrasi Malaka
harus beroperasi sesuai dengan hukum lslam (Azyumardi, 1999).

Undang-undang Pahang berisi sekitar empat puluh dua ketentuan yang hampir
identik dengan hukum Mashab Shafii, dan terus diterapkan di wilayah Muangthai
Pattani, di mana ada juga 2000 masjid yang telah terdaftar. Di Malaysia, pengaruh
lslam terhadap politik lebih terlihat. Dalam upayanya mendirikan Negara Islam,
partai Islam (PAS) mengklaim memiliki dukungan publik yang kuat di negara-
negara yang dicalonkan Muslim seperti Kelantan, Trengganu, Kedah, dan Perlis.
Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang mengendalikan front
Nsional, mempraktikkan politik kelulusan, menjunjung tinggi konstitusi Malaysia
sebagai suci sambil dengan bijaksana memasukkan prinsip-prinsip Islam.
Pemerintah Singapura mempromosikan gagasan kebebasan beragama dan
membela keyakinan masyarakat. Singapore Council of Clerics lslam (MUIS)
bertugas mengawasi pelaksanaan legislasi lslam di Singapura, termasuk
pengumpulan zakat maal dan zakat fitra, perencanaan ibadah haji, mendirikan
lembaga keagamaan, dan pemberian beasiswa. Juga memiliki izin untuk
mengeluarkan fatwa, MUIS mengawasi setiap masjid di Singapura. Selain itu,
pemerintah telah menunjukkan bahwa adalah kepentingan terbaik semua orang
untuk mendidik Muslim Singapura dengan lebih baik sehingga mereka nantinya
dapat berkontribusi pada kemakmuran Singapura (Rahmawati, 2014).

11
Moro, yang sebagian besar adalah petani dan nelayan, melahirkan Gerakan
Independen Muslim (MIM), Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), yang
berjuang untuk menegakkan dan meningkatkan pembangunan, kesejahteraan, dan
penerapan hukum keluarga bagi umat Islam di Filifina. Umat Islam di Filifina ini
menguburkan diri. Sebagian besar penduduk Brunei Darussalam adalah Muslim,
meskipun organisasi di sana sebagian besar diciptakan untuk kepentingan partai
dan masyarakat Burma secara keseluruhan daripada hanya untuk Muslim.

Kemudian sistem pendidikan Islam diciptakan. Masjid, atau Surau,


berkembang menjadi lembaga pendidikan yang signifikan dalam batas-batas
tertentu. Meskipun demikian, sejumlah organisasi dengan cepat muncul, seperti
pesantren Jawa dan pondok Semenanjung Melaya. Tidak butuh waktu lama untuk
menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan Islam. Sebelum masuknya Islam
di daerah itu, tradisi pengajaran Paripatetis tetap ada. Ziarah haji ke Tanah Suci
direncanakan, dan hubungan dengan Muslim Timur Tengah pada tingkat
intelektual, spiritual, emosional, dan psikologis segera menyusul. Selain itu, ada
arus masuk imigran Arab yang semakin besar ke daerah ini.

Wilayah itu melahirkan ulama pribumi yang dengan cepat mengambil alih
kendali lslam di daerah itu di bawah pengawasan ulama Arab dan bantuan negara.
Islam, yang kemudian memunculkan cara hidup Muslim yang khas di daerah
tersebut, dapat dianggap bertanggung jawab atas perkembangan ini. Cara hidup
ini masih menekankan keunggulan Islam, tetapi juga memungkinkan intelektual
pribumi untuk memasukkan ide-ide atau kebudayaan local setempat. Mengenai
identitas, Islam tampaknya merupakan penyatuan sempurna dari semangat dan
identitas subjektif mereka sebagai hasil dari internalisasi Islam, atau setidaknya
elemen eksternalnya, oleh hunian pulau-pulau.

Di era ilmiah, teknologi, dan industri saat ini, yang sangat merepotkan karena
hanya lslam yang tersisa sebagai agama yang menganut tradisi besar dan tradisi
rakyat sekaligus, peradaban lslam biasanya merupakan peradaban defensif.
Menurut Gelner, tradisi besar Islam dapat dimodernisasi, dan metode
operasionalnya dapat disajikan sebagai kelanjutan dan kelanjutan dari dialog lama
dalam Islam, yaitu antara ortodoksi dan penyimpangan, pengetahuan dan

12
ketidaktahuan, tatanan politik dan anarki, peradaban dan barbarisme, kota dan
desa, hokum Tuhan dan adat istiadat manusia, dan lainnya yang kadang-kadang
diam dan sebagainya (Rahmawati, 2014).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan penjelasan pada poin pembhasan di atas berpusat
pada setidaknya tiga poin penting, yang meliputi hal-hal berikut: 1) Penyebaran
Islam di negara-negara Asia Tenggara, yang tidak dapat dipisahkan dari
pengusaha Muslim dari Arab yang melakukan bisnis di sana dan memberikan
Islam kepada penduduk setempat. 2) Kesultanan Islam, yang menempati hampir
seluruh Asia Tenggara, juga mendukung perluasan Islam, khususnya di
Semenanjung Malaka dan Nusantara. Samudra Pasai adalah kesultanan Islam
pertama yang didirikan di Nusantara, dan kemudian diikuti oleh Aceh, Demak,
Malaka, Johor, Patani, Bolkiah, Sulu, dan banyak negara lainnya. Di wilayah
Semenanjung Indo-Cina, satu kerajaan. 3) Kolonisasi orang Eropa, seperti
Portugis, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Belanda, yang pengaruhnya menyelimuti
seluruh wilayah Asia Tenggara, kecuali Thailand, membuat hidup sulit bagi
orang-orang Muslim di Asia Tenggara.

Masuknya Islam di Asia Tenggara memunculkan beberapa pendapat di


antaranya sejarawan dan ahli. Banyak sejarawan memiliki pendapat berbeda
tentang asal usul Islam di Asia Tenggara. Perdebatan para sejarawan tentang asal-
usul Islam di Asia Tenggara adalah bahwa beberapa orang berpendapat bahwa
Islam memasuki Asia Tenggara berasal dari India dan berasal dari Arab. Ada juga
beberapa cara di mana Islam memasuki Asia Tenggara, ada yang melalui jalur
perdagangan, jalur pernikahan, jalur seni, dan masih banyak lainnya. Penyebaran
Islam di Asia Tenggara adalah melalui perdamaian dan tidak ada kekerasan dan
tidak ada paksaan. Islam di Asia Tenggara juga menyebar ke berbagai negara di
Asia Tenggara seperti, Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dll. Di
negara-negara ini Islam masuk dengan cara yang berbeda, beberapa melalui

13
perdagangan dan beberapa menikahi putri-putri raja di negara itu. Demikian
penjelasan mengenai masuknya Islam di Asia Tenggara.

Di beberapa wilayah ini, ada juga gerakan pemurnian Islam yang kuat
yang memiliki kecenderungan terhadap modernisasi, sehingga sulit untuk
menggeneralisasi fenomena dan dinamika Muslim Asia Tenggara. Selain itu,
sebagai akibat dari berlalunya waktu, Muslim Asia Tenggara juga menunjukkan
perubahan dalam perilaku, sudut pandang, kerangka acuan, dan sikap mereka.
Akibatnya, dapat diklaim bahwa Muslim di Asia Tenggara bereaksi berbeda
terhadap perubahan tergantung pada keadaan sosial budaya, politik, hukum, dan
ekonomi di negara mereka yang terpisah.

B. Saran

Demikian uraian makalah ini tentang Peradaban Islam di Asia Tenggara


yang dapat kami sampaikan, semoga dapat diambil manfaatnya. Kami sangat
menyadari tentunya masih banyak kekurangan dari kami pribadi, kami
mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah kami ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azis, A., Amalina, S. N. & Azharotunnafi., 2021. Islamic Historical Studies: The
Beginning of the Emergence of Islam and the Development of Islamic
culture in Southeast Asia. Riwayat: Educational Journal of History and
Humanities, 4(2), pp. 117-125.

Azyumardi, A., 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan
Kekuasaan. 1 ed. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hasymi, A., 1989. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. 1 ed.
Bandung: Al-Ma'arif.

Helmiati, 2014. Sejarah Islam Asia Tenggara. 1 ed. Pekanbaru: Lembaga


Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Univesitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.

Herawati, A., 2018. Keberadaan Islam Di Asia Tenggara. Ash-Shabah, 4(2), pp.
119-129.

Mahamid, M. N. L., 2022. Islam Dalam Bingkai Sejarah Asia Tenggara :


Perspektif Saifullah Dalam Buku SKI Di Asia Tenggara. Jurnal Kajian
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah, 7(1), pp. 46-52.

Meirison, Rais, Z., Fatarib, H. & Muhammadi, Q., 2021. Muslim occupation in
france according to arabic literature and western historical evidences.
Journal of Al-Tamaddun, 16(1), pp. 17-26.

Rahmawati, 2014. Islam di Asia Tenggara. Jurnal Rihlah, 2(1), pp. 56-70.

Thomas, M., 1982. The Crescent in The East : Islam in Asia Major. 1 ed. Ne
York: Curzon Pressa and Humanities Press.

15

Anda mungkin juga menyukai