KELOMPOK 9 :
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui proses masuknya islam di wilayah Asia Tenggara
2. Memahami proses islamisasi di wilayah Asia Tenggara
3. Mengetahui asal usul kedatangan islam di wilayah Asia Tenggara
BAB II
PEMBAHASAN
Peradaban Islam di Asia Tenggara tergolong sebagai salah satu bukti bahwaIslam demikian
kuat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dikawasan ini. Halini salahsatunyadisebabkan proses
masuknya Islam di kawasan Asia Tenggaraberbeda dengan proses masuknya Islam di kawasan
lainnya yang disebarluaskanmelalui penaklulan Arab dan Turki.Mengenai kedatangan Islam di
negara-negara yang ada di Asia Tenggarahampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat
di wilayah kepulauandengan para pedagangArab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan
ArabiaSelatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi
tempatpersinggahanpara pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalinhubungan dengan
masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yangdimanfaatkan para pedagang Muslim yang
singgah untuk menyebarkan Islam padawarga sekitar pesisir.Dalam proses masuknya Islam di Asia
Tenggara, ada beberapa jalur yangdigunakan. Jalur-jalur tersebut semua menyesuaikan dengan
budaya timur yangmengedepankan keramahtamahan. Sehingga hal ini memudahkan Islam
untukmasuk dan berkembang di kawasan ini.Berkaitan dengan hal inimaka Uka TjandraSasmita
mengemukakan ada beberapa saluran masuknya Islam ke Asia Tenggarayang berkembang ada enam,
yaitu:
A. Saluran PerdaganganSejak abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka,
telahmemiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran danperdagangan
internasional karena posisinya yang menghubungkan negeri-negeri diAsia Timur Jauh, Asia
Tenggara, dan Asia Barat.Kesibukan lalu-lintas perdagangankawasan laut Asia
Tenggarahingga pada abad ke-7 hingga ke-16 itu, membuatpedagang-pedagang Muslim
(Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalamperdagangan dari negeri-negeri bagian
Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi melalui perdagangan menjadi salah
satu penyebabkuatnya pengaruh peradaban Islam di Asia Tenggara. Hubungan dalam
jalurperdagangan inilah yang menciptakan interaksi antara pedagang Islam danpenduduk asli
di Asia Tenggara. Dariinteraksiitu, kemudian muncul pengaruh yangkuat dari satu pihak pada
pihak lainnya. Dalam hal ini,pihak yang memberikanpengaruh adalah para pedagang dan
ulama dari Arab.Pengaruh inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam
sistemkehidupanmasyarakatAsia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan
berjaya,kepercayaan yang dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namundengan
adanya pengaruh dari pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudianberalih menganut
monotheisme.Salah satukerajaanyang memiliki peran dalam penyebaran sejarahperadaban
Islam di Asia Tenggara adalah Samudera Pasai. Kerajaan ini, hinggasejarahsaat ini dipercaya
sebagai kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia,dan juga kawasan Asia Tenggara.
Kerajaan yang berpusat di Aceh ini dipimpinseorang raja yang menganut Islam, yaitu Sultan
Malikus Shaleh.
B. Saluran PerkawinanDari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial
yanglebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutamaputeri-
puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyaiketurunan, lingkungan mereka
makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung,daerah-daerah dan kerajaan Muslim.Dalam
perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawinioleh keturunan bangsawan;
tentu saja setelah mereka masukIslam terlebih dahulu.Jalur perkawinan ini jauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslimdengan anak bangsawan atau anak raja dan
anak adipati, karena raja dan adipati ataubangsawan itu kemudian turut mempercepat proses
Islamisasi. Demikianlahyangterjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai
Manila, Sunan GunungJati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa
yang mempunyaiketurunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
C. Saluran TasawufAjaran Islam sampai ke Alam Melayu, sangat dipengaruhi oleh
ajarantasawuf. Para sejahrawan menyatakan bahawa inilah yang menyebabkan Islammenarik
kepada mereka di Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahawa tasawufdengan ajaran dan
amalannya menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di AsiaTenggara. H. John ahli sejarah
Australia itu menyatakan bahawa Islamisasi tersebutberlaku adanya dakwah yang cerdas
dilakukan oleh para penyebar sufi yang datangbersama-sama dengan para pedagang
muslim.Pengajar-pengajar tasawuf atau parasufi mengajarkan teosofi yangbercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.Mereka mahir dalam soal magis
dan mempunyai kekuatan-kekuatanmenyembuhkan. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang
diajarkan kepada pendudukpribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnyamenganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima.Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandungpersamaan
dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri diAceh, Syekh Lemah
Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti inimasih dikembangkan di abad
ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
D. Saluran PendidikanIslamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren
maupunpondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.
Dipesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikanagama.
Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masingatau berdakwak
ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yangdidirikan oleh Raden rahmat
di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.Keluaran pesantren ini banyak yang
diundang ke Maluku untuk mengajarkanAgama Islam.
E. Saluran KesenianSaluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukanwayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalammementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi iameminta
para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimatsyahadat.Sebagian besar cerita
wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di
sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat
Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dansebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
F. Saluran Politik kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebihdahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Disamping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur,
demikepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan nonIslam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik pendudukkerajaan bukan Islam itu
masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana prosesmasuknya agama Islam di AsiaTenggara ini, ada 3 teori
diharapkan dapat membantu memperjelas tentangpenerimaan Islam yang sebenarnya:
1. Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka dibeberapa
wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yangkemudian melakukan
asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluargapenguasa lokal yang telah
menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalamanlnternasional terhadap perusahaan
perdagangan para penguasa pesisir.Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah
dari penguasa lokal yangberusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi
persekutuan dalambersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa
tokoh diwilayah pesisir tersebut menjadikan konversi keagama lslam untukmelegitimasi
perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untukmelepaskan diri dari pemerintahan
beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
2. Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia.Kedatangan para sufi
bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagaipedagang dan politisi yang memasuki
lingkungan istana para penguasa,perkampungan kaum pedagang, dan memasuki
perkampungan di wilayahpedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama
mereka dalambentuknya,yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di
wilayahAsia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke
AsiaTenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.
3. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari padabagi kalanganelit
pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagikebajikan lndividual,
bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, danbagi lntegrasi kelompok parochial
yang lebih kecil menjadi masyarakat yanglebih besar (Lapidus, 1999:720-721).
Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadisemuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda
antara satu daerahdengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal
bagipenyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufipengembara, pengaruh
para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknyamerupakan faktor penyebaran lslam yang
sangat penting.Tentang Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan IndonesiaSejak abadpertama,
kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyaikedudukan yang sangat
penting dalam kegiatan pelayaran dan perdaganganinternasional yang dapat menghubungkan negeri-
negeri di Asia Timur Jauh, AsiaTenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasionalyang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itukelihatan
sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaituChina dibawah Dinasti Tang
(618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), danDinasti Umayyah(660-749).Mulai abad ke-7 dan
ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia danArab sudah turut serta dalam kegiatan
pelayaran dan perdagangan sampai ke negeriChina. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650)
kaisar ke-2 dari Dinasti Tang,telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yangpertama,
bertempat diCanton (Guangzhou), yangkeduamenetap dikota Chow, yangketigadankeempatbermukim
di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalahseorang muballigh dan
sahabat NabiMuhammad saw. dalam sejarah Islam di China.Ia bukan saja mendirikan masjid di
Canto, yang disebut MasjidWa-Zhin-Zi(MasjidKenangan atas Nabi). Karena itu, sampai sekarang
kaum Muslim Chinamembanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka,
yangdibawalangsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad saw. sendiri, sejak abad ke-7
dansesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagaipedagang
maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam.Sejak abad ke-7 dan abad
selanjutnya. Islam telah datang di daerah bagianTimur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China
Selatan. Namun inimenimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia
Tenggara.Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudahmempunyai
kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan mubalighArab dan Persia yang sampai
di China Selatan juga menempuh pelayaran melaluiSelat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara
dapat dihubungkan denganpemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan
perjalanandengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia
kemudianberlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di SumateraSelatan).
Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yangterdapat laporan yang
menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untukmenyerang kerajaan Ho-Ling di bawah
pemerintahan Ratu Sima (674).Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaituPo-SsedanTa-
Shih.Menurutbeberapa ahli, yang dimaksud denganPo-sseadalah Persia dan yang dimaksuddenganTa-
Shihadalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadirdi Asia Tenggara sejak abad-
7 dengan membawa ajaran Islam.Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang
tempat orangTa Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera ataudi
Palembang. Namun adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerahTerengganu. Terlepas
dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada dibagian Barat Asia Tenggara. Juga ada
pemberitaan China (sekitar tahun 758) dariHikayat Dinasti Tang yang melaporkan peristiwa
pemberontakan yang dilakukanorangTa-ShihdanPo-Se.Mereka mersak dan membakar kota Canton
(Guangzhoo)untuk membantukaum petani melawan pemerintahan Kaisar Hitsung (878-899).Setelah
melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orangTa-ShihdanPo-Semenyingkir dengan
kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untukmeminta perlindungan dari kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan berita ini terlihat bahwaorang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim
itu mampumelakukan kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China. Ada beberapa
pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam keIndonesia:
1) Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7M (684 M).
Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkokdan sudah mempunyai
pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masukpertama kali ke Indonesia di Sumatera
Utara.
2) Menurut Dr. Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M.Berdasarkan
catatan Tiongkok , saat itu datang seorang utusan raja Arab TaCheh (kemungkinan Muawiyah
bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling(Kaling/Kalingga) untuk membuktikan keadilan,
kemakmuran dan keamananpemerintah Ratu Shima di Jawa.
3) Menurut Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun670 M karena di
Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim yang berarti tahun 670
M.4.Seminar tentang masuknya Islam keIndonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963,
mengambil kesimpulan bahwaIslam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7 M langsung
dari Arab.
Sejarah dan peradaban islam di Asia Tenggara dapat kita lihat pada beberapa negara seperti Filipina,
Thailand, Singapura dan Malaysia. Minoritas muslim di Filiphina dan di Thailand merupakan
kedudukan yang tak menyenangkan karena berada pada palu Separatis yang penuh semangat yang
didukung oleh gerilya dan landasan-landasan persatuan nasional.Lingkungan politik di Malaysia ini
kelihatannya telah menandai kelangsungan kebangkitan Islam. Meskipun sangat diragukan bahwa
kalangan radikal dan fundamentalis akan mampu mencapai tujuan mereka. Barangkali kita akan
melihat kekerasan sporadis yang berlanjut karena aktivitas-aktivitas yang frustasi. Yang lebih penting,
kebijakan-kebijakan di Malaysia telah membantu meningkatkan rasa identitas Islam dan ini akan
menimbulkan pengaruh jangka panjang dalam sistem-sistem politik mereka.
1. FILIPINA
Islam masuk di Filipina sejak tahun 1360 melalui Malaysia dan Indonesia di bagian selatan,
tengah, dan utara Filipina. Jelasnya setelah mundurnya Majapahit, yang dibawa oleh muballigh
Brunei dan Johor Malaysia.Berdasarkan berita Sulu, agama islam masuk di pulau Sulu dibawa oleh
Syarif Al-Makhdum, seorang mubaligh Arab, pada tahun 1380M, lalu dilanjutkan oleh Syarif Abu
Bakar sebagai mubaligh keliling. Demi kelangsungan perjuangan umat Islam di masa mendatang,
Syarif Abu Bakar mendirikan sebuah kerajaan Islam di bawah pimpinan Muhammad kebungsuan. Ia
sebagai sultan mindanau, namun belum lama berdiri, datanglah bangsa Portugis ke Filipina yang
dipimpin oleh Villa Jobos dengan membawa ajaran Nasrani tahun 1543 M di samping ingin mengeruk
kekayaan dengan menguasai ekonomi dan perdagangan negara yang di jajah dan mendapat
perlawanan dari putera Muhammad Kebungsuan yang bernama Syarif Makaalang. Tahun 1891
Negara Amerika Serikat menjajah dibawah pimpinan Commodore Dedey yang berhasil
menghancurkan angkatan laut Spanyol di Manila.
Pemaksaan untuk membuka tanah orang filiphina selatan yang hanya untuk kepentingan
orang Katholik sangat ditentang keras oleh orang Islam. Orang-orang Islam merasa berpikiran modern
ditempat lain yang sedang menghadapi situasi serupa, dan dengan kreativitas mereka sendiri
menemukan pemecahan yang diridhoi Tuhan, yang dapat menentramkan hati nurani mereka sebagai
Muslim. Sesungguhpun demikian seperti dinyatakan oleh Profesor Smith dengan jitu sekali mengenai
minoritas Muslim di India:
....Sesungguhnya semua Muslim secara keseluruhan mempunyai situasi serupa dengan umat manusia
lain. Sekarang ini, kemerdekaan relatif bagi peradaban telah mati. Setiap kebudayaan manusia perlu
mengembangkan suatu unsur baru, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri. Barat barangkali
banyak belajar mengenai hal ini, tetapi tidak ada peradaban yang terkecualikan. Pada masa lampau,
peradaban-peradapan hidup dalam isolasi, berdekatan atau konflik. Kini kita harus belajar hidup
dalam kolaborasi. Islam seperti yang lain-lain harus membuktikan dirinya kreatif dalam hal ini, dan
barangkali ia akan mempelajari hal ini di India.
Mungkin juga ia akan mempelajari hal ini, di Filiphina dan Thailand.Di pihak lain, pemerintah dan
rakyat non muslim Filiphina dan Thailand harus mengakui, memahami dan memberikan kelonggaran
untuk menangani kesulitan-kesulitan khusus yang dialami oleh kaum minoritas Muslim dalam
menyesuaikan peranan mereka sebagai warga negara yang penuh dan berjanggung jawab.
Bagaimanapun kaum muslim tersebut adalah warga negara yang tidak mempunyai pilihan karena
pendirian negara itu tanpa keikutsertaan mereka, dan karena itu, sebagai suatu fakta sejarah, mereka
ditaklukan. Karena itu mereka benar-benar meraskan, dalam artian yang sangat nyata, sebagai
Norma-norma kewajaran manusia, dan prasyarat perdamaian serta stabilitas di Asia Tenggara,
menuntut kepada umat Kristen Filiphina dan kaum Budhis di Thailand serta pemerintah mereka agar
melakukan upaya yang lebih baik dibanding masa lampau, dalam membantu kaum Muslim untuk
melihat diri mereka sebagai mitra penuh dalam pembangunan nasional dan berhak penuh atas warisan
nasional terisolir dengan pembuatan UU Pax America yaitu membolehkan daerah-daerah Islam
didiami kaum Kristen dan melarang umat Islam yang berada diluar ke daerah itu.
Wilayah yang ditempati muslim ini merupakan daerah yang subur, sehingga walaupun
masyarakat muslim ingin melepaskan diri dari pemerintah Filiphina, pemerintah tepat tidak akan
melepaskannya.
2. THAILAND
Agama Islam datang di Thailand pada abad 10 M, dibawa oleh pedagang-pedagang Arab dan
Hindustan. Umat Islam Thailand bertempat tinggal di Bangkok Noi (Bangkok kecil) dengan izin raja,
karena mereka tidak suka hidup bersama penduduk asli yang masih memelihara babi. Bangsa
Thailand menyebut umat Islam Khek Islam. Di Bangkok Noi, umat Islam mendirikan masjid agung
yang pertama kali di Thailand. Pengikut umat Islam pada umumnya keturunan dari saudagar-saudagar
Arab dan Hindustan dalam perkawinannya dengan putripenduduk asli Thailand. Anak keturunan
mereka pada akhirnya sebagai penerus perjuangan agama Islam di Thailand.Ketika Thailand diserbu
Birma di bawah pimpinan raja Alaung Phya dan berhasil menduduki kota Ayuthaya, umat Islam
Thailand ikut membantu Phya Thaksin berhasil mengusirnya. Kemudian ia membangun kota Islam,
Phiya Thaksin membari kebebasan umat Islam menyebarkan agama Islam dan bebas datang ke
Thailand.Pengembangan Islam dilakukan juga oleh tawanan-tawanan dari samudera pasai ketika raja
Zainal Abidin di boyong oleh kerajaan Siam/Thailand. Selama tawanan samudera pasai di Thailand,
mereka menyebarkan agama Islam kepada penduduk Thailand. Pelarian tentara Hasanudin Makasar
akibat kekalahannya menghadapi Belanda, ikut aktif juga menyebarkan agama Islam di Thailand.
Penduduk Samsam bertempat tinggal di Thailand yang berdekatan dengan Malaya sudah masuk
Islam, karena pengaruh dari Malaya. Dengan demikian, pengembangan agama Islam di Thailand
bertambah maju.
3. SINGAPURA
Singapura adalah suatu negara yang berbentuk Republik sejak 9 Agustus 1965. sebelum menjadi
Republik, Singapura merupakan bagian dari kerajaan Malaya. Singapura merupakan kepulauan yang
dipisahkan oleh Selat Johor dari Malaysia, ibu kota Singapura adalah Singapura, penduduknya terdiri
dari 80 % Cina dan yang lain Melayu. Yahudi, Pakistan, Arab, Benggali, dan peranakan Eropa.
Agama yang dipeluk penduduknya adalah agama Tao, Islam, Hindu dan Kristen.Di Singapura
terdapat suatu mahkamah Islam yang disebut dengan Mahkamah Syariah. Mahkamah ini bertugas
untuk mengurusi dan memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan Islam, antara lain
tentang zakat, wakaf, nikah, dll.
Organisasi yang lain adalah PERDAUS (Persatuan Pelajar-pelajar Agama Dewasa). Organisasi
ini menyelenggarakan pendidkan luar sekolah seperti kursus ketrampilan atau semacam kursus
dakwah. Lewat dakwah ini angka perceraian dari tahun ke tahun semakin menurun karena pernah
diadakan kursus bagi umat Islam yang akan menjalani perkawinan. Organisasi Islam yang lain dapat
dikemukakan misalnya MENDAKI, di dirikan pada tahun 1981 oleh 9 anggota Parlemen Muslim
Melayu. Tujuannya adalah meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat muslim yang lemah dan
kurang terdidik.
4. MALAYSIA
Manifestasi terpenting dari gerakan kebangkitan Islam di Malaysia dewasa ini adalah
munculnya banyak organisasi dakwah dan sejumlah kebijakan pemerintah yang memberikan
perhatian lebih besar tentang pentingnya Islam. Islam merupakan agama yang di anut oleh kira-kira
setengah dari jumlah penduduk dan berkaitan erat dengan etnis melayu. Hampir semua orang melayu
adalah Muslim, dengan sejumlah kecil muslim dari kalangan pribudi yang lain. Dan sejumlah muallaf
china ditambah orang-orang keturuna arab dan Pakistan.
Penduduk lainnya, terutama orang China (sekitar 35%) dan India. Dengan konservatisme
yang tinggi dan tekan npada unsur-unsur ritual kepercayaan, Malaysia terlihat lebih Homogen. Baru-
baru ini, pengaruh teologi regional yang ekstrim kurang berarti terhadap Islam Malaysia karena
memberinya kepicikan tertentu. Akhirnya masih terdapat dasar kepercayaan animistik yang
substansial yang mempengaruhi sikap atau perilaku di kalangan umat Islam, unsur-unsur Hindu dan
Budha tampaknya tidak begitu kuat. Lingkungan politik sangat mempengaruhi kebangkitan Islam di
Malaysia yang merupakan demokrasi kompetitif yang dibatasi sejak kemerdekaan diperintah oleh
suatu koalisi multirasial (sekarang disebut Front Nasional) yang pada gilirannya telah didominasi oleh
mitra melayunya UMNO (United Malaysia National Organization).
Ciri-ciri pluralis dari front nasional yang terdiridari partai melayu. Cina dan India, menuntut
adanya perimbangan kebijakan-kebijakan agar dapat memelihara dan mempertahankan stabilitas
dalam koalisi itu. Oposisinya berasal dari kalangan Cina, yang memandang mitra Cina front itu,
Asosiasi Cina Malaysia (MCA) dan gerakan, sebagai kompromi kepentingan kalangan mereka dan
dari partai Islam Se-Malaysia (PAS), sebagai partai muslim melayu yang menginginkan dukungan
yang lebh besar untuk kepentingan etnik keagamaan mereka.
Oleh karena itu, kepentingan UMNO berkewajiban untuk bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan
dari para pemilih muslim melayunya di dalam dan diluar partai itu dan untuk memelihara
keseimbangan dalam koalisi.Penilaian mengenai manifestasi kebangkitan Islam akan dipusatkan pada
5 aspek pokok:
1)Kelompok-kelompok radikal
2)Dakwah dan ekspresi keagamaan
3)Pengaruh-pengaruh internasional
4)Perubahan praktek dan sikap perseorangan
5)Ketegangan-ketegangan politik
(Sejarah dan peradaban islam 2995)
Ada empat teori utama tentang asal-usul Islam di Nusantara yang diperdebatkan dalam
membahas kedatangan, penyebaran dan Islamisasi Nusantara, yaitu: “Teori India”, “Teori Arab”,
“Teori Persia”, dan “Teori Cina”.37Pertama, Teori India diusung oleh sejumlah sarjana Belanda
diantaranya Pijnappel [Gujarat dan Malabar], Snouck Hurgronje [Deccan], T.W. Arnold
[Corommandel dan Malabar], D.G.E Hall [Gujarat], R.O. Winstead [Gujarat], Brian Harrison
[Gujarat], dan H.E. Wilson [Gujarat], J.P. Moquette [Gujarat], G.E. Morrison [Corommandel], de
Jong, W.F. Wertheim [Corommandel], S.Q. Fāṭīmī (Bengal), Keyzer (Bengal), dan G.W.J. Drewes
(Bengal). Kedua, Teori Arabia dikemukakan sejumlah sarjana Belanda, Indonesia, dan Malaysia
seperti Marsden [Arabia], Crawfurd [Arabia], Keijzer [Arabia], Niemman [Arabia], De Hollander
[Arabia], al-‘Aṭṭās [Arab atau Persia], Hashimi, dan Saifudin Zuhri dan Hamka (Arabia). Teori .
Ketiga,Teori Persia diusung oleh Hoesin Djayadiningrat [Persia]. Keempat, Teori Cina diusung oleh
H.J. de Graaf, Slamet Muljana, dan Denys Lombard.
1. Teori India
Teori India yang secara umum menyatakan bahwa Islam berasal dari India. Meskipun
demikian, para sarjana pendukung teori ini masih memperdebatkan daerah-daerah di India (Anak
Benua India) yang menjadi asal-usul, para pembawa dan kurun waktu kedatangan Islam. Perbedaan
ini merupakan konsekuensi dari perbedaan alat bukti historiografi yang digunakan dan perbedaan
penafsirannya. Kebanyakan sarjana orientalis yang menekuni kajian Islam di Asia Tenggara
mendukung Teori India dan berpendapat bahwa tempat asal-usul agama Islam di Kepulauan
Nusantara adalah dari Anak Benua India; bukan Arab atau Persia.
Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Pijnappel yang merupakan professor pertama tentang
studi Melayu di Universitas Leiden.Pijnappel berargumen bahwa penyebaran Islam ke seluruh
Nusantara berafiliasi pada madzhab fiqh Shāfi’ī Arab dari Gujarat dan Malabar.40Hal ini dikarenakan
daerah-daerah tersebut sangat sering ditemukan dalam sejarah awal Nusantara. Meskipun demikian,
Pijnappel tetap beranggapan bahwa para da’i (proselytizer) yang awal mula menyebarkan Islam
adalah orang-orang Arab dari Gujarat dan Malabar, bukan orang-orang India sendiri.
Teori Pijnappel kemudian dikembangkan oleh sarjana Belanda lainnya yaitu Snouck
Hurgronje yang juga berpendapat bahwa Islam dibawa ke Nusantara dari India, dan bukan langsung
dari Arab.Menurut Hurgronje (1883), India Selatan adalah asal-usul Islam di Nusantara. Hurgronje
berargumen bahwa ketika Islam telah menguasai kota-kota pelabuhan di India Selatan, sejumlah
orang Islam dari Decca yang tinggal di sana diperlakukan sebagai “orang-orang menangah”
(middlemen) dalam perdagangan antara negaranegara Muslim Timur Dekat (Near-Estearn Muslim
states) dan Nusantara (Malay Archipelago). Para pedagang muslim inilah yang merupakan orang-
orang yang pertama kali mengislamkan penduduk di Nusantara. Setelah itu barulah bangsa Arab
terutama dari zuriat Raulullah s.a.w. yang menyelesaikan dakwah Islam baik sebagai seorang
“pendakwah,” “pangeran pendakwah” atau Sulṭān.
Menurut Hurgronje, tahun 1200 adalah periode waktu paling awal yang mungkin bagi
terjadinya Islamisasi penduduk atau orang-orang Nusantara. Proses Islamisasi yang paling awal telah
dilakukan oleh orang-orang India yang telah memiliki hubungan dengan Nusantara selama berabad-
abad lamanya.Penyebar paling awal Islam ke Nusantara adalah para pedagang-pedakwah (trader-
missionaries) dan masuk secara damai karena menarik bagi orang-orang Indonesia yang secara
kultural merupakan orang-orang inferior.Berbeda dengan para pendahulunya, J.P. Moquette (1912)
mengatakan bahwa agama Islam dibawa ke Nusantara dari Gujarat, India. Teori Moquette tersebut
berdasarkan temuan gaya batu nisan di Pasai khususnya yang berangka tahun 1424 yang sama persis
dengan gaya batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (w. 1419) di Gresik. Bukti
ini diperkuat oleh temuan yang menyatakan bahwa batu nisan di Pasai dan Gresik ternyata memiliki
kesamaan dengan batu nisan yang ditemukan di Cambay, Gujarat.
Berdasarkan fakta tersebut, Moquette berasumsi bahwaproduksi batu nisan Gujarat tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, namun juga telah diekspor ke pasar luar negeri,
khususnya pasar-pasar di Sumatra dan Jawa.Berdasarkan contoh-contoh temuan di Pasai-Sumatera,
Gresik-Jawa, dan Cambay-Gujarat tersebut, Moquette berkesimpulan bahwa dengan mengimpor batu
nisan dari Gujarat, orang-orang Nusantara juga mengambil Islam dari Gujarat.46Kesimpulan
Moquette bahwa agama Islam di Asia Tenggara berasal dari India, yaitu Gujarat ini ditentang keras
oleh Fatimi yangberargumen bahwa keliru mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk batu
nisan Mālik al-Shālih dengan batu nisan Gujarat. Menurut penelitiannya, bentuk dan gaya batu nisan
Mālik al-Shālih berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat diGujarat dan batu-batu nisan
lain yang ditemukan di Nusantara. Fatimi berpendapat, bentuk dan gaya batu nisan Gujarat justru
mirip dengan batu nisan yang terdapat di Bengal.Karena itulah, Fatimi menyimpulkan bahwa Islam
yang datang ke Nusantara berasal dari wilayah Bengal, bukan Gujarat.Dalam kaitannya dengan “teori
batu nisan” ini, Fatimi juga mengkritik para sarjana yang tampak mengabaikan adanya batu nisan Siti
Fatimah (berangka tahun 475/1082) yang ditemukan di Laren, Jawa Timur.Para sarjana yangdikritik
oleh Fatimi umumnya beranggapan bahwa batu-batu nisan yang ditemukan di daerah pesisir laut
Nusantara tersebut adalah batu-batu yang digunakan sebagai pemberat kapal dalam pelayaran. Para
sarjana tersebut jelas telah mengabaikan banyaknya jumlahbatu-batu nisan yang ditemukan
sebagaimana layaknya sebuah kompleks pemakaman muslim.
2. Teori Arabia
Meskipun demikian, Coromandel dan Malabar bukan merupakan satu-satunya tempat yang
menjadi asal-usul agama Islam di Nusantara, tetapi juga agama Islam berasal langsung dari Arabia.
Menurut Arnold, sebagaimana dikutip Azra, bahwa para pedagang Arab juga menyebarkan Islam
ketika mereka mendominasi perdagangan di Barat-Timur sejak beberapa abad awal Hijriah atau abad
ke-7 dan ke-8 Masehi.Meski tidak terdapat rekaman sejarah tentang kegiatan mereka dalam
penyebaran Islam, namun kita dapat mengasumsikan bahwa mereka terlibat pula dalam penyebaran
Islam kepada penduduk lokal di Nusantara. Asumsi ini didukung oleh fakta yang disebut-sebut oleh
sumber Cina yang menjelaskan adanya seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah
pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera pada perempat akhir abad ke-7. Beberapa
pedagang Arab ini dilaporkan telah menikah dengan penduduk lokal, sehingga mereka membentuk
komunitas muslim yang merupakan campuran pendatang dari Arab dan penduduk lokal. Anggota-
anggota komunitas muslim ini juga aktif melakukan kegiatan penyebaran Islam.Dalam konteks ini
kitab ‘Ajāib al-Hindmerupakan sumber Timur Tengah (aslinya berbahasa Persia) yang paling awal
tentang Nusantara yang menjelaskan eksistensi komunitas muslim lokal di wilayah Kerajaan Hindu-
Buddha Zabaj (Sriwijaya). Kitab yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar al-Rahurmuzi sekitar tahun
390/1000 inimeriwayatkan tentang kunjungan para pedagang muslim ke Kerajaan Zabaj yang
menyaksikan kebiasaan penduduknya “bersila” ( )برسيالketika ingin menghadap raja.66Kata “bersila”
yang ditulis dengan aksara Arab menunjukkan sudah adanya pengaruh Islam dalam budaya Melayu
Nusantara.Teori Arabia juga dipegang oleh Crawfurd yang menyatakan bahwa interaksi penduduk
Nusantara dengan kaum muslim yang berasal dari pantai timur India juga merupakan fakrtor penting
dalam penyebaran Islam di Nusantara. Sementara itu, Keijzer memandang Islam di Nusantara berasal
dari Mesir atas dasar pertimbangan kesamaan kepemelukan penduduk muslim di kedua wilayah pada
madhhab fiqh Syāfi’ī. Teori Arab ini juga dipegang oleh Niemman dan de Hollander yang sedikit
melakukan revisi dengan menyatakan bahwa Islam di Nusantara bukan berasal dari Mesir, melainkan
berasal dari Haḍramawt. Sebahagian ahli Indonesia setuju dengan teori Arab ini yang menyatakan
bahwa Islam di Nusantara datang langsung dari Arabia, tidak dari India, tidak pada abad ke 12 atau
ke-13, melainkan dalam abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Kesimpulan ini dihasilkan dari
seminar tentang kedatangan Islam ke Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1969 dan
1978.Dalam hal ini, Hamka menolak keras terhadap teori Gujarat sebagiama dikemukakan dalam
Seminar Sejarah Masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan dari tanggal 17 sampai
dengan 20 Maret 1963. Hamka juga menolak teori yang menyatakan Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-13 karena itu ia berpendapat bahwa Islam telah datang ke Indonesia jauh sebelumnya, yaitu
pada abad ke-7 Masehi.
Diantara pembela “teori Arab” yang juga sebagai penentang “teori India” adalah S.M.N.
al-‘Aṭṭās. Sebagaimana Morison al-‘Aṭṭas tidak bisa menerima temuan epigrafis Moquette pada batu
nisan di Pasai dan Gresik yang berasal dari Gujarat untuk dijadikan sebagai bukti langsung bahwa
Islam telah dibawa ke Pasai dan Gresik oleh orang-orang muslim India. Batu-nisan dan barang-barang
lainnya yang dibutuhkan oleh penduduk wilayah itu sengaja dibawa dari India karena kedekatan
jaraknya ke Nusantara jika dibandingkan dengan Jazirah Arab. Meskipun demikian, al-‘Aṭṭās
menyatakan bahwa bukti yang paling penting yang dapat dikaji ketikamempertimbangkan kedatangan
Islam ke Nusantara adalah berdasarkan karakteristik-karakteristik “internal” dari agama Islam itu
sendiri.Argumen al-‘Aṭṭas yang menyatakan kelangsungan asal susul agama Islam di Asia Tenggara
dari Arab tersebut selaras dengan narasi historiografi lokal tentang Islamisasi di dunia mereka yang
sering bercampur dengan mitos dan legenda. Meskipun demikian, data historigrafi lokal darisejumlah
manukrip/naskah tersebut tetap relevan seperti naskah Hikayat Raja-raja Pasai(>1350),Sejarah
Melayu(>1500),Hikayat Merong Mahawangsa(>1630),Tarsilahdari Kesultanan Sulu,Tuhfah al-Nafis,
Hikayat Habīb Husin al-Qadrī dan lain-lainya Menurut al-‘Aṭṭās sejak abad ke-17 ke belakang tidak
ada bukti-bukti literatur yang ditemukan berasal dari pengarang India atau karya yang berasal dari
India. Beberapa pengarang yang digambarkan sebagai “orang India” atau karya yang “berasal dari
India” oleh sarjana Barat sebenarnya adalah Arab atau Pesia secara etnis atau budaya. Nama-nama
para pendakwah awal juga menunjukkan bahwa mereka adalah orang Arabatau Persia. Beberapa
pendakwah diantaranya ada yang datang melalui India, sebagaimana ada juga yang datang langsung
dari Arab atau melalui Persia yang kemudian melalui Cina. Beberapa karya memang ada yang ditulis
di India, tetapi asal-usul meraka adalah orang Arab atau Persia; atau mereka bias jadi merupakan
orang Turki atau Afrika (Maghrībī) dan yang paling penting adalah isi keberagamaan mereka adalah
Timur Tengah, bukan India.Dengan demikian Teori Arabia dikemukakan oleh T.W. Arnold,
Crawfurd, Keijzer, Niemman, De Holander, al-‘Aṭṭās, Hashimi, dan Hamka.
3. Teori Persia
Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang di Nusantara berasal dari Persia, nukan India
atau Arabia. Teoeri ini didasarkan pada kesamaan unsur budaya Persia, khususnya Shiah yang ada
dalam unsur kebudayaan Islam Nusantara, khususnya di Indonesia dengan Persia. Diantara
pendukung teori ini adalah Hoesin Djajadiningra yang menyatakan tiga alasan. Pertama, ajaran
manunggaling kawula gustiSheikh Siti Jenar dan/atau waḥdah al-wujūd Hamzah al-Fansūrī dalam
mistik Islam (sufisme) Indonesia adalah pengaruh sufisme Persia dari ajaran waḥdah al-wujūdal-
Hallāj Persia.Kedua, penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Arab, terutama
untuk tanda bunyi harakat dalam pengajaranal-Qur’an sepeti kata “jabar”dalam bahasa Persia
untukkata “fathah” dalam bahasa Arab, kata “jer”dalam bahasa Persia ” untuk “kasrahdalambahasa
Arab, dan pes dalam bahasa Perisa untuk “ḍammah”dalam bahasa Arab. Ketiga,tradisi peringatan 10
Muharram atau ‘Ashshūrā sebegai hari peringatan Shiah terhadap shahidnya Husein bin Ali bin Abi
Thalib di Karbala. Teori Persia ini dibantah oleh Saifuddin Zuhri yang menyatakan bahwa Islam
masuk ke Kepulauan Nusantara pada abad ketujuh Hijriyah, yaitu masa kekuasaan Bani Umayyah,
sehingga tidak mungkin Islam berasal dari Persia pada saat keuasaan politik dipegang oleh bangsa
Arab.
4. Teori Cina
Teori ini didasarkan pada argument yang relatif sama dengan Teori Persia, yaitu banyaknya
unsur kebudayaan Cina dalam beberapa unsur kebudayaan Islam di Indonesia. Menurut H.J. de Graaf
yang telah menyunting beberapa literatur Jawa Klasik (Catatan Tahunan Melayu) memperlihatkan
adanya peranan orang-orang Cina dalam pengembangan Islam di Inonesia. Dalam tulisan tersebut
disebtkan bahwa tokoh-tokoh besar seperti Sunan Ampel (Raden Rahmat/Bong Swi Hoo), Dan Raja
Demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan orang-orang keturnan Cina. Pandangan ini didukung oleh
Slemat Muljana dalam bukunya yang kontroverisal, Runtuhnya Kerajaan Hindu jawa dan Timbulnya
Negara-negara Islam Nusantara. Sementara Denys Lombard menunjukkan banyaknya silang budaya
Cina dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, seperti makanan, pakaian, bahasa, seni,
bangunan, dan sebagainya.
5. Teori Akomodasi
Sejumlah perbedaan yang tampak dalam perdebatan tentang kedatangan, penyebaran, dan
Islamisasi Asia tenggara tersebut telah mendorong sejumlah sarjana untuk melakukan akomodasi.
Teori akomodasi ini menyatakan bahwa tahap permulaan Islam diNusantara telah terjadi pada abad
ke-7M, sedangkan abad ke-13 merupakan proses penyebaran dan terbentuknya masyarakat Islam di
Nusantara. Para pembawa Islam yang datang pada abad ke-7 sampai abad ke-13 tersebut adalah
orang-orang muslim yang berasal dari Arabia, Persia, dan India (Gujarat, Bengal). Dalam konteks ini,
Uka Tjandrasasmita menyatakan bahwa sebelum abad ke-13 merupakan tahap proses Islamisasi,
sedangkan abad ke-13 merupakan masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam yang
pertama diIndonesia. Sementara Hasan Muarif Ambary membagi fase Islamisasi menjadi tiga, yaitu:
(1) fase kehadiran para pedagang muslim pada abad ke-7 sampai abad ke-11; (2) fase terbentuknya
kerajaan Islam pada abad ke-13 sampai ke-16, dan (3) fase perlembagaan Islam terjadi sesudah abad-
abad tersebut.Setidaknya ada dua teori akomodasi lainnya yang juga patut dipertimbangkan adalah
teori “mata air” dan “rempah-rempah”. Teori pertama ini dikemukakan oleh Azyumardi Azra. Teori
“mata air” untuk menyatkan bahwa penyebaran sama Islam seperti air yang mengalir dari Asal usul
kedatangan Islam di wilayah Asai Tenggara sebagai sebuah “mata air” yang boleh jadi berasal dari
Cina sebagaimana dikemukakan Slamet Muljana. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
adanya “mata air” lain yang menjadi asal-usul kedatangan Islam di kawasan Nusantara seperti
Kelantan, Benggali, Persia, dan Mesir. Sementara “mata air” terbesar adalah dari Arabia yang
mencakup Irak, Yaman, sampai Makkah dan Madinah.81Sementara teori “rempah-rempah” yang
diusung oleh Budi Sulistiono menunjukkan eksistensi para pedagang muslim di kawasan nusantara
dalam jalur perdagangan rempah-rempah (spicy-road) dan juga dalam jalur perdagangan sutera (silk-
road). Asia Tenggara pernah mengalami pencapaian yang disebut oleh Sejarawan Asia Tenggara
Anthoni Reid sebagai “Era Perdagangan” (Age of Commerce)82ini Age of Commerce di Asia
Tenggara yang ditandai dengan adanya dinamika perdagangan global yang melibatkan orang-orang
luar dan para profesional yang datang dariseluruh penjuru Dunia. Pencapaian ini terjadi pada abad ke-
14 sampai ke-16 pada saat Asia Tenggara menjadi pusat perdagangan dunia yang paling sejahtera (the
world’s most prosperous trading centres). Berdasarkan bukti-bukti arkeologis, Budi Sulistiyo
menunjukkan adanya kesinambungan sejarah kesultanan Nusantara dari masa ke masa. Budi Sulistyo
menyatakan bahwa kesultanan-kesultanan Islam sesunagguhnya telah berdiri di Nusantara sejak abad
ke-8 Hijriah yang diawali oleh Kesultanan Peureulak di Aceh Timur pada tahun 840-1108 M,
Samudra Pasai di Pasai Aceh pada 1267 M, yang raja pertamanya Sultan Mālik al-Ṣālih wafat pada
tahun 1296 M. Secara kronologis, kesultanan itu muncul silih berganti jika dilihat dari masa sejak
sebelum kelahiran Kerajaan Majapahitdan masa sesudahnya.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, pada term penyebaran Islam di AsiaTenggara yang tidak
terlepas dari interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauandengan para pedagang Arab dan India.
Di abad ke-5 SM kepulauan Melayu telahmenjadi tempat persinggahan para pedangan Cina atau
sebaliknya. Denganmunculnya kerajaanthalassocraticSriwijaya di bada ke-7 dan kemampuan
kerajaanini untuk menjamin keamanan pelayaran Selat Malaka membuat pelayaran dan
jalurperdagangan internasional di wilayah ini kemudian menjadi lebih penting. Padaakhir abad ke-9,
keterlibatan para saudagar Muslim dalam perdagangan kawasan inimembuktikan hal itu.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Islam masuk dan berkembangan di Asia Tenggara mempunyai proses denganberbagai macam
saluran dalam penyebarannya, seperti melalui saluran perdagangan,saluran perkawinan, saluran
tasawuf, saluran pendidikan, saluran kesenian dan saluranpolitik,akan tetapi lslam adalah agama yang
diilhami dalam Alqurani sehingga mudahditerimah oleh masyarakat setempat.Keseluruhan perjalanan
sejarah umat Islam di Asia Tenggara telah menyebabkanterjadinya pergumulan sekaligus artikulasi
dan asimilasi dengan budaya lokal, sehinggamembuahkan budaya baru yang dinamis dan unik, sebuag
peradaban Asia Tenggara.Dengan diterimanya lslam secara damai maka, seiring pula dengan
perkembanganperadaban lslam di berbagai aspeknya. Karenanya, Asia Tenggara merupakan
medanpergumulan, sekaligus akulturasi dan asimilasi budaya local, maupun antar sesamebudaya
local. Oleh karena itu di Asia Tenggaralah hidup dan berkembang berbagaisistem keagamaan.Di
samping itu telah didirikan berbagai lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi lslam diberbagai
negara di Asia Tenggara yang merupakan pembahasandalam makalah ini menujukkan bahwa
kebangkitan lslam di Asia Tenggara telahmengalami perkembangan yang merupakan periode
kejayaan lslam dimana kaummuslim mendominasi bidang perdagangan dan mengontrol pelayaran,
mempunyaikekuasaan dan pengaruh politik yang besar, datang dengan semangat misi
keagamaan.Mereka adalah orang-orang yang berbudaya, terpelajar dan lain-lainnya. Karenanya,Asia
Tenggara merupakan medan pergumulan, sekaligus akulturasi dan asimilasi budaya local, maupun
antar sesame budaya local. Oleh karena itu,di Asia Tenggaralah hidup dan berkembang berbagai
sistem keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA