Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI ACEH

KELOMPOK 2

Di Susun Oleh :
 Rika Fitri
 Baghavad Gita El Shofa
 Muhammad Fauzi Adiputra

Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan


Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.hamka
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah sejarah
Indonesia madya yang berjudul “ pertumbuhan dan perkembangan kerajaan aceh” tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu merina sebagai dosen pengampu mata
kuliah sejarah Indonesia madya yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai sejarah Indonesia madya Tak
hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kata, kami berharap semoga makalah sejarah Indonesia madya ini bisa
memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan
terima kami kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Jakarta, 3 maret 2023


Pendahuluan

Kerajaan Islam di Aceh merupakan salah satu kerajaan Islam tertua dan terbesar di Indonesia.
Kerajaan ini didirikan pada awal abad ke-13 oleh seorang ulama dan pedagang Arab bernama
Syamsuddin al-Sumatrani, yang kemudian bergelar Sultan Malik al-Saleh. Pada awalnya,
kerajaan ini masih kecil dan hanya menguasai wilayah sekitar Banda Aceh, namun seiring
berjalannya waktu, kerajaan ini berkembang pesat dan berhasil menguasai sebagian besar
wilayah Aceh dan bahkan pernah memperluas wilayah ke wilayah Sumatera bagian utara dan
Semenanjung Malaysia.

Pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di Aceh tidak terlepas dari faktor-faktor sosial,
politik, dan ekonomi yang ada pada masa itu. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kerajaan ini adalah perdagangan. Aceh memiliki letak strategis sebagai pelabuhan
transit antara dunia Timur dan Barat. Selain itu, Aceh juga terkenal dengan produksi rempah-
rempah yang melimpah, seperti lada, cengkeh, dan pala, sehingga membuat Aceh menjadi pusat
perdagangan yang ramai.

Selain faktor perdagangan, faktor keagamaan juga menjadi salah satu faktor penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di Aceh. Islam telah masuk ke Aceh sejak abad
ke-7, namun baru pada abad ke-12 Islam mulai diterima dan berkembang pesat di Aceh. Seorang
ulama bernama Sheikh Burhanuddin adalah salah satu tokoh yang memperkenalkan Islam di
Aceh. Ia datang ke Aceh pada awal abad ke-12 dan berhasil mendirikan pondok pesantren
pertama di Aceh.

Dalam perkembangan kerajaan Islam di Aceh, terdapat beberapa sultan yang memimpin Aceh
dengan penuh kebijakan dan strategi, sehingga membuat kerajaan ini semakin kuat dan maju.
Salah satu sultan terkenal dari Aceh adalah Sultan Iskandar Muda, yang memerintah pada abad
ke-17. Selama masa pemerintahannya, Aceh mencapai puncak kejayaannya, bahkan pernah
menjadi kekuatan laut terbesar di Asia Tenggara.

Namun, pada akhir abad ke-19, Aceh mengalami masa krisis dan kehancuran akibat kolonialisasi
oleh Belanda. Pemerintahan Belanda di Aceh berlangsung selama lebih dari 30 tahun, namun
perjuangan rakyat Aceh untuk merdeka dari penjajahan Belanda terus berlanjut hingga akhirnya
Aceh merdeka pada tahun 1949.

Dalam kesimpulannya, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di Aceh sangat


dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi yang ada pada masa itu. Kerajaan ini
berkembang pesat berkat faktor perdagangan dan keagamaan yang kuat, serta kebijakan dan
strategi para sultan yang memimpin Aceh dengan bijaksana. Meski mengalami masa krisis dan
kehancuran pada
Daftar isi
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………2
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Awal masuknya islam di aceh …………………………………………….5
Islam saat samudra pasai …………………………………………………….7
Islam saat kesultanan aceh ………………………………………………….8
islam di aceh pada saat zaman kolonial belanda dan jepang ……….9
BAB III KESIMPULAN
PEMBAHASAN

Awal masuknya islam di aceh


Islam masuk ke Aceh pada abad ke-7 melalui perdagangan dan hubungan dengan bangsa
Arab di Laut Merah. Pada abad ke-13, Islam semakin berkembang di Aceh melalui pengaruh
kesultanan Melayu Melaka yang memperkenalkan Islam di wilayah tersebut. Faktor geografis
yang menentukan perkembangan Islam di Aceh antara lain: Lokasi Aceh yang strategis sebagai
pusat perdagangan internasional di wilayah selatan Asia dan utara Australia menjadikan Aceh
menjadi tempat pertemuan budaya dan agama. Hal ini memungkinkan pengaruh Islam dari
bangsa Arab dan India untuk masuk ke wilayah Aceh. Kondisi geografis Aceh yang terletak di
tepi Selat Malaka dan Lautan Hindia membuat Aceh menjadi pusat perdagangan rempah-rempah
dan jalan perdagangan internasional.

Para pedagang Muslim dari Arab dan India memanfaatkan kondisi ini untuk menyebarkan
agama Islam. Faktor politik juga mempengaruhi perkembangan Islam di Aceh. Kesultanan Aceh
yang kuat dan berdaulat, mendorong masyarakat Aceh untuk memeluk Islam sebagai agama
resmi kesultanan. Kesultanan Aceh juga melakukan kerja sama dengan kesultanan-kesultanan
Muslim di wilayah Nusantara, sehingga memperkuat pengaruh Islam di Aceh. Kehadiran ulama
dan pendakwah Muslim dari Arab, India, dan Melayu juga mempengaruhi perkembangan Islam
di Aceh. Mereka membawa ajaran Islam yang lebih murni dan menarik minat masyarakat Aceh
untuk memeluk Islam.

Dalam kesimpulannya, faktor geografis seperti lokasi strategis Aceh sebagai pusat
perdagangan internasional, kondisi geografis Aceh yang memungkinkan pengaruh Islam dari
bangsa Arab dan India, faktor politik, dan kehadiran ulama dan pendakwah Muslim
mempengaruhi masuknya Islam di Aceh dan perkembangan Islam di Aceh pada abad ke-7
hingga ke-13.

Proses masuknya Islam di Aceh

Proses masuknya Islam di Aceh terjadi secara bertahap melalui beberapa tahap, antara
lain:
Penyebaran Islam melalui perdagangan: Islam masuk ke Aceh melalui perdagangan dengan
pedagang Arab dan Gujarat pada abad ke-7. Para pedagang Muslim ini membawa ajaran Islam
dan mulai menyebarluaskannya di Aceh. Pengaruh Kesultanan Melayu Melaka: Pada abad ke-
13, kesultanan Melayu Melaka yang sudah memeluk agama Islam menjadi salah satu pengaruh
utama dalam penyebaran Islam di Aceh. Hubungan perdagangan antara Aceh dan Melaka
memudahkan penyebaran ajaran Islam di Aceh. Kedatangan Ulama dari Timur Tengah: Pada
abad ke-16, kedatangan ulama Islam seperti Syiah Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri
memperkuat pengaruh Islam di Aceh. Mereka membawa ajaran Islam yang lebih murni dan
menarik minat masyarakat Aceh untuk memeluk Islam.

Islam saat samudra pasai

Perkembangan Islam pada masa samudra pasai Samudra Pasai adalah salah satu kerajaan
Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pantai utara Pulau Sumatera dan berkembang
pada abad ke-13 hingga ke-16. Berikut adalah beberapa perkembangan Islam pada masa
Samudra Pasai:

Penyebaran Islam: Salah satu perkembangan Islam yang terjadi pada masa Samudra Pasai adalah
penyebaran agama Islam ke daerah-daerah sekitar kerajaan. Hal ini terjadi karena banyaknya
pedagang Muslim yang datang ke Samudra Pasai untuk berdagang, sehingga membawa pengaruh
dan dakwah Islam. Selain itu, raja-raja di Samudra Pasai juga mendukung penyebaran Islam dan
membangun masjid-masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.

Pengaruh Arab: Samudra Pasai memiliki hubungan erat dengan dunia Arab, terutama kota
Mekah dan Madinah. Banyak ulama dan saudagar Arab yang datang ke Samudra Pasai untuk
berdakwah dan berdagang. Hal ini memperkuat pengaruh Islam di kerajaan tersebut.

Pembangunan Masjid: Pada masa Samudra Pasai, banyak dibangun masjid-masjid yang menjadi
pusat kegiatan keagamaan. Salah satu masjid terkenal yang dibangun pada masa itu adalah
Masjid Raya Samudra Pasai. Masjid ini menjadi salah satu pusat pembelajaran agama dan
menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan jemaah.
Kitab-kitab Islam: Pada masa Samudra Pasai, banyak ditulis dan disalin kitab-kitab Islam. Kitab-
kitab tersebut diperoleh dari Arab dan India dan disalin dalam bahasa Melayu. Kitab-kitab
tersebut menjadi sumber pengetahuan dan panduan bagi umat Islam di Samudra Pasai.

Pengaruh Hindu-Buddha: Meskipun Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam, namun pengaruh
Hindu-Buddha masih terasa dalam kebudayaan dan adat istiadat di kerajaan tersebut. Hal ini
terlihat dari arsitektur bangunan dan tradisi-tradisi yang masih dipraktikkan.

Perkembangan Islam pada masa Samudra Pasai menunjukkan bahwa agama Islam berhasil
menyebar dan berkembang di Indonesia melalui kontak-kontak perdagangan dengan negara-
negara Muslim di Asia Tenggara dan dunia Arab. Pengaruh Islam dalam bidang agama, sosial,
dan budaya di Samudra Pasai sangat besar dan masih terasa hingga saat ini.

Islam saat kesultanan aceh

Saat Kesultanan Aceh, Islam menjadi agama resmi dan dominan di wilayah Aceh.
Kesultanan Aceh sendiri didirikan pada awal abad ke-16 oleh Sultan Ali Mughayat Syah, yang
kemudian menjadi sultan pertama Kesultanan Aceh. Sejak awal berdirinya, Kesultanan Aceh
telah mengadopsi Islam sebagai agama negara dan secara aktif mempromosikan agama tersebut.
Kesultanan Aceh juga menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam di wilayah tersebut,
dengan banyak ulama dan penyebar agama Islam yang datang ke Aceh untuk berdakwah.

Selama berabad-abad, Kesultanan Aceh menjadi salah satu kekuatan Islam terbesar di Asia
Tenggara, dengan memperluas pengaruhnya ke seluruh kepulauan Indonesia dan wilayah Asia
Tenggara lainnya. Kesultanan Aceh juga memiliki sistem hukum Islam yang berbasis pada
syariah, dengan banyak pengadilan syariah yang beroperasi di wilayah tersebut. Namun,
Kesultanan Aceh juga dikenal sebagai wilayah yang sering mengalami konflik dengan kekuatan
asing, terutama dengan Portugis, Belanda, dan Inggris. Konflik ini sering kali terkait dengan
kepentingan perdagangan dan pengaruh politik di wilayah Aceh, dan akhirnya berakhir dengan
penjajahan oleh Belanda pada akhir abad ke-19. Meskipun Kesultanan Aceh telah runtuh, namun
warisan sejarah Islam dan budaya Aceh tetap bertahan hingga saat ini.

Islam memainkan peran yang sangat penting selama masa Kesultanan Aceh. Kesultanan Aceh
adalah sebuah kerajaan Islam yang berada di wilayah Aceh, Sumatera, Indonesia. Kerajaan ini
didirikan pada abad ke-16 oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Selama masa pemerintahan
Kesultanan Aceh, Islam berkembang pesat di wilayah Aceh dan sekitarnya. Sultan-sultan Aceh
adalah pemimpin-pemimpin Muslim yang taat dan memperjuangkan Islam sebagai agama yang
dominan di wilayah mereka. Mereka membangun masjid-masjid, madrasah-madrasah, dan
lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya, serta mendukung para ulama dalam
memperjuangkan dan mempertahankan agama Islam.
Kesultanan Aceh juga terkenal sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan yang strategis di Asia
Tenggara. Selain itu, Kesultanan Aceh memiliki pasukan laut yang kuat yang memperluas
pengaruh dan kekuasaannya ke wilayah-wilayah lain di Nusantara dan bahkan hingga ke Lautan
Hindi. Dalam hal kebudayaan, Kesultanan Aceh juga memiliki warisan yang kaya dan beragam,
dengan seni dan sastra Islam sebagai pusat perhatian. Beberapa karya sastra terkenal dari
Kesultanan Aceh adalah Hikayat Prang Sabi dan Hikayat Aceh. Secara keseluruhan, Islam
memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah Kesultanan Aceh, yang memungkinkan
mereka untuk menjadi kekuatan yang kuat di Asia Tenggara pada masanya.

islam di aceh pada saat zaman kolonial belanda dan jepang


Islam di Aceh pada saat zaman kolonial Belanda dan Jepang memiliki pengaruh yang
signifikan dalam sejarah Aceh dan Indonesia pada umumnya. Perkembangan Islam di Aceh pada
masa kolonial mengalami perubahan yang signifikan, terutama setelah terjadinya perang Aceh
antara Belanda dan Kesultanan Aceh pada akhir abad ke-19. Sebelum terjadinya perang, Aceh
merupakan pusat kebudayaan Islam di Asia Tenggara, dengan banyaknya sekolah-sekolah Islam,
pusat perdagangan, dan lembaga-lembaga keagamaan.

Setelah terjadinya perang Aceh, Belanda mulai mengendalikan Aceh dan memperkenalkan
berbagai perubahan dalam sosial, politik, dan ekonomi. Salah satu perubahan yang signifikan
adalah pembatasan kebebasan beragama dan pengawasan ketat terhadap lembaga-lembaga
keagamaan Islam. Belanda juga memperkenalkan sistem pendidikan modern, dengan tujuan
untuk mempengaruhi dan mengubah cara pandang masyarakat Aceh.

Namun, meskipun Belanda berusaha mengendalikan perkembangan Islam di Aceh, agama ini
tetap bertahan dan terus berkembang. Salah satu faktor penting dalam perkembangan Islam di
Aceh adalah dukungan dari ulama dan pemimpin agama, seperti Teuku Nyak Arif dan Teungku
Chik di Tiro. Mereka memainkan peran penting dalam mempertahankan kebudayaan dan
identitas Islam Aceh.

Perkembangan Islam di Aceh pada masa kolonial Jepang pada dasarnya tidak berbeda jauh
dengan masa kolonial Belanda. Namun, ada beberapa perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II. Pada awalnya, Jepang memandang
Islam sebagai ancaman bagi kekuasaannya di Aceh. Namun, setelah beberapa waktu, Jepang
mengubah pendekatannya dan mulai mengakui pentingnya Islam sebagai agama mayoritas di
Aceh. Jepang bahkan membentuk kelompok-kelompok Islam yang mendukung kekuasaan
Jepang di Aceh.

Meskipun Jepang berusaha untuk mengendalikan kegiatan agama di Aceh, namun para ulama di
Aceh tetap berperan penting dalam mempertahankan kebudayaan Islam di Aceh. Para ulama di
Aceh terus mengajarkan agama Islam kepada masyarakat dan menumbuhkan semangat
perlawanan terhadap Jepang. Selain itu, pada masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan dalam
sistem pendidikan di Aceh. Jepang menghapuskan sistem pendidikan tradisional yang
mengajarkan agama Islam dan menggantinya dengan sistem pendidikan modern yang lebih
sekuler. Hal ini membuat beberapa orang di Aceh khawatir akan hilangnya nilai-nilai agama
Islam dari pendidikan di Aceh. Pada akhirnya, setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia
II, Aceh bersama dengan seluruh wilayah Indonesia merdeka dari penjajahan. Meskipun
demikian, perkembangan Islam di Aceh tetap menjadi salah satu aspek penting dalam sejarah
Aceh dan Indonesia pada umumnya.

Selain itu, pada awal abad ke-20, gerakan modernis Islam, seperti Muhammadiyah, juga
masuk ke Aceh dan mempengaruhi perkembangan Islam di sana. Gerakan ini membawa
pemikiran-pemikiran baru dan pendekatan yang lebih terbuka terhadap kemajuan dan
modernisasi, sementara tetap mempertahankan identitas dan kebudayaan Islam. Perkembangan
Islam di Aceh pada masa kolonial dapat dilihat sebagai perjuangan antara otoritas kolonial dan
umat Muslim untuk mempertahankan kebudayaan dan identitas mereka. Meskipun terdapat
pengaruh dari Belanda dan gerakan modernis Islam, Aceh tetap mempertahankan tradisi dan
kebudayaan Islamnya. Saat ini, Islam masih menjadi agama mayoritas di Aceh dan memainkan
peran penting dalam kehidupan masyarakat Aceh.
KESIMPULAN
Aceh, yang terletak di ujung utara Sumatera, Indonesia, merupakan daerah yang memiliki
sejarah panjang dalam hal perkembangan Islam. Islam pertama kali masuk ke Aceh pada abad
ke-7 melalui pedagang Arab dan India. Namun, Islam baru benar-benar menyebar secara luas
pada abad ke-13 melalui para ulama yang datang dari berbagai wilayah di Timur Tengah.

Sejarah perkembangan Islam di Aceh dapat dilihat dari tiga periode utama, yaitu periode awal
(abad ke-7 hingga ke-13), periode Kesultanan Aceh (abad ke-16 hingga ke-19), dan masa
kolonial Belanda dan Jepang (abad ke-19 hingga ke-20). Pada periode awal, Islam di Aceh
berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan pedagang Arab dan India. Namun, Islam
baru benar-benar menyebar secara luas pada abad ke-13 melalui para ulama yang datang dari
berbagai wilayah di Timur Tengah. Ulama-ulama ini membawa ajaran Islam yang lebih murni
dan membantu memperkuat posisi Islam di Aceh.

Pada periode Kesultanan Aceh, Islam menjadi sangat kuat di Aceh. Kesultanan Aceh adalah
salah satu kerajaan Islam terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-16 hingga ke-19. Kesultanan
Aceh memiliki banyak hubungan dengan negara-negara Muslim lainnya, dan ulama-ulama dari
berbagai wilayah datang ke Aceh untuk bergabung dengan kesultanan ini. Selain itu, Kesultanan
Aceh juga mendirikan banyak masjid dan pesantren, yang menjadi pusat pendidikan Islam di
Aceh.

Pada masa kolonial Belanda dan Jepang, Aceh mengalami banyak perubahan dalam hal
perkembangan Islam. Pada awalnya, Belanda mencoba memasukkan Aceh ke dalam wilayah
Hindia Belanda dan membatasi praktik Islam di Aceh. Namun, Aceh memberontak dan memulai
perang Aceh melawan Belanda yang berlangsung selama beberapa dekade. Setelah perang usai,
Jepang menduduki Aceh dan memperbolehkan praktik Islam di Aceh. Setelah Jepang kalah
dalam Perang Dunia II, Aceh menjadi bagian dari Indonesia dan Islam kembali berkembang
secara pesat di sana.

Secara keseluruhan, perkembangan Islam di Aceh terus berlanjut hingga saat ini. Aceh menjadi
salah satu provinsi Indonesia yang menerapkan syariat Islam secara resmi. Aceh juga memiliki
banyak masjid, pesantren, dan institusi pendidikan Islam lainnya yang terus berkontribusi dalam
memperkuat posisi Islam di sana

Anda mungkin juga menyukai