Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SEJARAH

KESULTANAN ACEH DARUSSALAM

X MIPA 3
KELOMPOK 2
Nama Kelompok:
1. Ida Bagus Arisudha Krishna Kanaka (03)
2. I Gusti Ngurah Bagus Arya Dwipa (05)
3. Gusti Ngurah Deva Wirandana Putra (08)
4. I Putu Ronny Eka Wicaksana (21)

SMA N 1 MENGWI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran. Dalam
makalah ini, penulis akan menjelaskan makalah yang berjudul
"KESULTANAN ACEH DARUSSALAM ”. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan dan disusun dalam berbagai keterbatasan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga mendorong penulis untuk bisa memperbaikinya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Penulis berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
penulis, dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.

Mengwi, Februari 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan…………...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.Awal Perkembangan Kerajaan Aceh………………………………….


B. Masa Keemasan Aceh…………………………………………………
C. Silsilah Raja Raja Kerajaan Aceh Darussalam………………...……...
D.Kemunduran kerajaan Aceh darussalam………………………………
E. Runtuhnya Aceh Darussalam…………………………………………
F. Peninggalan Kerajaan Aceh…………………………………………..
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Sejarah merupakan hal penting yang harus diketahui di masa


perkembangan setelahnya. Perkembangan islam di indonesia juga tidak terlepas
dari sejarah kerajaan islam terdahulu yang sudah menjadi cikal bakal
berkembangnya agama islam di indonesia.

Kerajaan aceh adalah salah satu dari beberapa kerajaan yang sangat
mendukung dalam penyebaran islam di indonesia. Kerajaan yang bertahan
sampai awal abad ke 20 ini menjadi kan aceh di masa sekarang begitu unik dan
tak terelakan karena masih menggunakan hukum islam. Aceh adalah daerah
yang tidak menjadi lupa jati dirinya sebagai muslim dan menjadikan inti
ajarannya sebagai hukum yang berjalan dalam setiap sendi
kehidupannya.Kerajaan aceh juga menjadi simbol sebagai kebesaran islam di
masa lalu.

b. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Kerajaan Aceh ?


2. Bagaimana kehidupan Sosial, Politik dan Ekonomi dari kerajaan Aceh?
3. Hal Apa saja yang mengakibatkan Kerajaan Aceh mengalami kemunduran?
4. Siapa saja raja dalam kerajaan Aceh Darussalam?

c. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana Kerajaan Aceh dirintis serta perkembangannya


hingga mencapai masa kejayaan
2. Mengetahui kehidupan social, politik dan ekonomi dari Kerajaan Aceh
3. Mengetahui factor-faktor apa saja yang mengakibatkan kerajaan Aceh
mengalami kemunduran.
4. Mengetahui siapa saja raja dalam kerajaan Kesultanan Aceh Darussalam.
BAB II
PEMBAHASAN
  
A. Awal Perkembangan Kerajaan Aceh
Aceh semula menjadi daerah taklukkan Kerajaan Pedir. Akibat Malaka
jatuh ke tangan Portugis, pedagang yang semula berlabuh di pelabuhan Malaka
beralih ke pelabuhan milik Aceh. Dengan demikian, Aceh segera berkembang
dengan cepat dan akhirnya lepas dari kekuasaan Pedir. Aceh berdiri sebagai
kerajaan merdeka. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri
Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).
Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan lada
yang semula melalui Laut Merah, Kairo, dan Laut Tengah diganti menjadi
melewati sebuah Tanjung Harapan dan Sumatra. Hal ini membawa perubahan
besar bagi perdagangan Samudra Hindia, khususnya Kerajaan Aceh. Para
pedagang yang rata-rata merupakan pemeluk agama Islam kini lebih suka
berlayar melewati utara Sumatra dan Malaka. Selain pertumbuhan ladanya yang
subur, disini para pedagang mampu menjual hasil dagangannya dengan harga
yang tinggi, terutama pada para saudagar dari Cina. Namun hal itu justru
dimanfaatkan bangsa Portugis untuk menguasai Malaka dan sekitarnya. Dari
situlah pemberontakan rakyat pribumi mulai terjadi, khususnya wilayah Aceh.
Pada saat itu Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat
Syah atau Sultan Ibrahim, berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan
Pedir pada tahun 1520. Dan pada tahun itu pula Kerajaan Aceh berhasil
menguasai daerah Daya hingga berada dalam kekuasaannya. Dari situlah
Kerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan penaklukan untuk memperluas
wilayahnya serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa
Portugis. Sekitar tahun 1524, Kerajaan Aceh bersama pimpinanya Sultan Ali
Mughayat Syah berhasil menaklukan Pedir dan Samudra Pasai. Kerajaan Aceh
dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah tersebut juga mampu
mengalahkan kapal Portugis yang dipimpin oleh Simao de Souza Galvao di
Bandar Aceh.
Namun meski aceh kala itu sebagai kerajaan islam yang baru, aceh begitu
cepat mendapatkan perhatian karena banyak kian membesar.Aceh cepat tumbuh
menjadi kerajaan besarkarena didukung oleh faktor sebagai berikut:
1. Letak Ibu kota Aceh yang sangat strategis.
2. Pelabuhan Aceh ( Olele ) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan
dagang.
3. Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang
penting.
4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang
singgah ke Aceh.
B. Masa Keemasan Aceh

Kerajaan Aceh menjalani masa keemasan pada masa


pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607 sampai
tahun 1636. Pada masa ini, kerajaan aceh mengalami banyak
kemajuan di berbagai bidang, baik dalam hal wilayah kekuasaan,
ekonomi, pendidikan, politik luar negeri, maupun kemiliteran
kerajaan.

Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah teritorialnya dan


terus meningkatkan perdagangan rempah-rempah menjadi suatu
komoditi ekspor yang berpotensial bagi kemakmuran masyarakat
Aceh. Ia mampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah tahun
1619, serta Perak pada tahun 1620, dimana daerah tersebut
merupakan daerah penghasil timah. Bahkan dimasa
kepemimpinannya Kerajaan Aceh mampu menyerang Johor dan
Melayu hingga Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Ia pun diberi
gelar Iskandar Agung dari Timur.

Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar


Muda, salah satunya yaitu Aceh yang bergaul dengan Turki, Inggris,
Belanda dan Perancis. Ia pernah mengirimkan utusannya ke Turki
dengan memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada sekarung,
lalu dibalas dengan kesultanan Turki dengan memberikan sebuah
meriam perang dan bala tentara, untuk membantu Kerajaan Aceh
dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan sebuah
bintang jasa pada sultan Aceh.

Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama,


Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan
mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti
Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan,
Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-
Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan
Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil.
Dalam hubungan ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki,
Arab, juga dengan Perancis, Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang.
Komoditas-komoditas yang diimpor antara lain: beras, guci, gula
(sakar), sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi,
tekstil dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas,
kertas, opium, air mawar, dan lain-lain yang disebut-sebut dalam
Kitab Adat Aceh. Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri antara
lain kayu cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah perca,
obat-obatan.
Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman,
tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah pelabuhan yang menjadi
titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat
Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di sebelah
selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini menjadi kaya raya,
rakyat makmur sejahtera, dan sebagai pusat pengetahuan yang
menonjol di Asia Tenggara.
C. Silsilah Raja Raja Kerajaan Aceh Darussalam
Berikut adalah silsilah sultan sultan yang berkuasa di kerajaan aceh
darussalam, silsilahnya adalah sebagai berikut :
1. Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah 916-936 H (1511 - 1530 M)
2. Sultan Salahuddin 939-945 H (1530 - 1539M)
3. Sultan Alaidin Riayat Syah II, terkenal dengan nama AL Qahhar 945 - 979 H
(1539 - 1571M)
4. Sultan Husain Alaidin Riayat Syah III, 979 - 987 H (1571 - 1579 M)
5. Sultan Muda Bin Husain Syah, usia 7 bulan, menjadi raja selama 28 hari
6. Sultan Mughal Seri Alam Pariaman Syah,987 H (1579M) selama 20 hari
7. Sultan Zainal Abidin, 987 - 988 H (1579 - 1580 M)
8. Sultan Aialidin Mansyur Syah, 989 -995H (1581 -1587M)
9. Sultan Mugyat Bujang, 995 - 997 H (1587 - 1589M)
10. Sultan Alaidin Riayat Syah IV, 997 - 1011 H (1589 - 1604M)
11. Sultan Muda Ali Riayat Syah V 1011 - 1015 H (1604 - 1607M)
12. Sultan Iskandar Muda Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah 1016 - 1045H
(1607 - 1636M)
13. Sultan Mughayat Syah Iskandar Sani,1045 - 1050 H (1636 - 1641M)
14. Sultanah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat, 1050-1086H
(1641 - 1671M)
15. Sultanah Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (anak angkat Safiatuddin),
1086 - 1088 H (1675-1678 M)
16. Sultanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (putri dari Naqiatuddin)
1088 - 1098 H (1678 - 1688M)
17. Sultanah Sri Ratu Kemalat Syah (anak angkat Safiatuddin) 1098 - 1109 H
(1688 - 1699M)
18. Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamalul Lail 1110 - 1113 H (1699 -1702M)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtoi Bin Syarif Ibrahim. 1113 - 1115H (1702 –
1703 M)
20. Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Bin Syarif Hasyim 1115 - 1139 H (1703 –
1726M)
21. Sultan Jauharul Alam Imaduddin,1139H (1729M)
22. Sultan Syamsul Alam Wandi Teubeueng
23. Sultan Alaidin Maharaja Lila Ahmad Syah 1139 - 1147H (1727 - 1735H)
24. Sultan Alaidin Johan Syah 1147 - 1174 (1735-1760M)
25. Sultan Alaidin Mahmud Syah 1174 -1195 H (1760 - 1781M)
26. Sultan Alaidin Muhammad Syah 1195 -1209 H (1781 - 1795M)
27. Sultan Husain Alaidin Jauharul Alamsyah,1209 -1238 H (1795-1823M)
28. Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah 1238 - 1251 H (1823 - 1836M)
29. Sultan Sulaiman Ali Alaidin Iskandar Syah 1251-1286 H (1836 - 1870 M)
30. Sultan Alaidin Mahmud Syah 1286 - 1290 H (1870 - 1874M)
31. Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah, 1290 -.....H (1884 -1903 M)
D. Kemunduran kerajaan Aceh darussalam
Setelah era kebesaran sultan iskandar muda berakhir, belanda mencium
peluang kembali untuk mendapatkan wilayah aceh dan sekitarnya. Memasuki
abad ke-18, aceh mulai terlibat konflik dengan belanda dan inggris, lalu
memasuki akhir abad akhir ke-18, wilayah aceh di semenanjung Malaya, yaitu
kedah dan pulau pinang dikuasai inggris. Tahun 1871 belanda mengancam aceh.
Dan pada 26 maret 1873 belanda secara resmi menyatakan perang dengan
kerajaan aceh. Dalam perang tersebut belanda gagal menaklukan aceh. Pada
1883, 1892, dan 1893, perang kembali meletus, namun, lagi lagi belanda gagal
merebut aceh.

Setelah mangkatnya sultan iskandar tsani (1636-1641), aceh masuk dalam


kepemimpinan sultanah. Diawali oleh janda dari sultan iskandar tsani, yang
merupakan anak dari sultan iskandar muda- ratu safiatudin tajul alam- hingga
ratu zainattudin kamalat syah, tanah rencong mengalami kegoncangan. Setelah
ini, aceh dipimpin oleh sebelas orang sultan yang tidak berarti. Tiga orang
keturunan arab (1699-1726), dua orang melayu (1726), dan enam orang bugis
(1727-1838). Pada masa kepemimpinan mereka wilayah aceh yang luas sudah
tak terkendali dengan baik.negeri negeri tetangga seperti johor dan
minangkabau terus terusan menggerogoti wilayah kekuasaan aceh, hingga pada
akhir abad ke 18 aceh tak lebih besar dari wilayah provinsi naggroe aceh
darussalamnya itu sendiri kala ini. Bahkan beberapa wilayah aceh seperti di
meulabouh dan tapaktuan masuk ke dalam koloni dagang minangkabau.

Mundurnya angkatan perang aceh juga disebabkan oleh pudarnya


dominasi turki di lautan tengah. Negara negara barat macam inggris dan
belanda, sudah tak takut lagi dengan pengaruh militer Turki utsmani di aceh.

Kemunduran kerajaan aceh juga dikait kaitkan karena terlalu berhasilnya


kerajaan aceh di masa sebelumnya. Terlalu luasnya wilayah aceh hingga banyak
memberikan celah kemerosotan, baik itu di bidang kekuasaan karena banyaknya
pemberontakan, maupun perekonomian di karenakan banyaknya rakyat yang
kekurangan lahan dan tanah potensial, di bidang pertanian dan kurang
strategisnya lahan dagang. Kekuasaan luas juga menyusahkan kerajaan aceh
yang sudah tanpa kepala tegak itu mengatur orang orang kaya dan berkuasa di
sekitar wilayah aceh baru. Namun dengan terus melemahnya aceh, dan
hilangnya taring dan gema nya, aceh masih tetap aceh, aceh berulang kali di
serang dan masih bertahan meski tidak seluas dan sehebat di masa sebelumnya
terutama daerah aceh besar.
E. Runtuhnya Aceh Darussalam

Setelah berulang kali mengirimkan pasukan untuk terus merebut aceh, belanda tetap
mengalami kegagalan. Akhirnya belanda memutuskan untuk mengirimkan pengintai atau
mata mata yang bisa mempelajari dan melemahkan kerajaan aceh yang notabene adalah
kerajaan islam dan dihuni penduduknya yang notabene muslim juga untuk mengetahui
kelemahan masyarakat kerajaan aceh.

Adalah dr. Snouck hurgronje, dr. Snouck hurgronje sendiri adalah salah seorang
sarjana ahli tentang islam, snouuck hurgronje lahir di tholen, provinsi oosterhout, 8 februari
1857. Snouck melanjutkan pendidian di bidang teologi. Namun sejak awal ia tertarik
mempelajari islam, dan menuntut ilmu tentang agama islam ke mekkah. Karena peraturan
pemerintah arab yang melarang orang yang bukan beragama islam/ non muslim untuk
menetap di kota suci mekkah, dengan segala akal busuknnya snouck menggunakan nama
samaran dengan memeluk islam dan berganti nama menjadi abdul gaffar.

Setelah belajar berbagai hal tentang islam dan aceh yang menjadi tujuan utamanya, dr.
Snouck menyrankan kepada pemerintahan belanda untuk mengubah arah serangan yag
biasanya di arahkan kepada sultan untuk di rubah kepada ulama, karena menurutnya ulama
adalah tulang punggung kekuatan perlawanan rakyat aceh.
Secara detail, dr. Snouck hurgronje menyarankan kepada pemerintah dan gubernur belanda
yang ada disana untuk, antara lain :

“Hentikan usaha mendekati sultan dan orang besarnya. Jangan mencoba coba
mengaskan rundingan dengan musuh aktif terutama jika mereka terdiri dari para ulama.
Rebut lagi aceh besar. Untuk mencapai simpati rakyat aceh, giatkan pertanian, kerajinan,
dan perdagangan. Membentuk biro informasi untuk staf staf sipil, yang keperluannya
memberi mereka penerangan dan mengumpulkan pengenalan mengenai hal ihwal rakyat dan
negeri aceh. Membentuk kader kader pegawai negeri yang terdiri dari anak bangswan aceh
dan membikin korps pangrehpraja senantiasa meereasa diri kelas memerintah.”

Masukan ini di laksanakan dengan baik oleh gubernur belanda dan pemerintahan
belanda kala itu, dan hasilnya sangat luar biasa. Aceh kalah telak dan takluk di tangan
belanda, dan lalu setelah sultan M.daur menyerahkan diri kepada belanda, karena
keluarganya sudah di sandera belanda, setaun kemudian aceh benar benar kalah dan lumpuh
oleh belanda, tepatnya di tahun 1904.
F. Peninggalan Kerajaan Aceh
1.      Masjid Raya Baiturrahman
Masjid ini adalah masjid yang menjadi sangat terkenal karena pada waktu tsunami
yang terjadi tahun 2004 lalu, masjid ini menjadi saksi bisu yang tetap kokoh dalam musibah
dahsyat ini. Namun tidak banyak yang tahu bahwa bangunan sekarang ini adalah kreasi
belanda.
Bangunan ini dibuat oleh Sultan Iskandar Muda tahun 1022 H/1612 M terletak tepat
di pusat Kota Banda Aceh dan menjadi pusat kegiatan keagamaan di Aceh Darussalam.
Sewaktu agresi tentara Belanda kedua pada 10 April 1873, Masjid Raya Baiturrahman
sempat dibakar. Namun kemudian, Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman
pada tahun 1877 untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh.

2.      Makam Raja Aceh Sultan Iskandar Muda

Makam keramat yang masih di jaga sekarang adalah makan Sultan Iskandar Muda,
makam ini senantiasa di jaga dan di lestarikan sebagai bukti sejarah berjayanya islam di Aceh
pada masa lalu.
Sultan Iskandar Muda lahir di tanah Aceh pada 27 September 1636, beliau merupakan
sultan terbesar dalam sejarah kejayaan Kesultanan Aceh, saat itu kesultanan Aceh menjadi
salah satu pusat perdagangan dan pembelajaran Islam di Nusantara. Makan Sultan Iskandar
Muda berada di baperis, kelurahan peuniti, kecamatan baiturrahman, banda Aceh. Untuk
menjangkau lokasi pemakaman sangat mudah karena banyak opsi transportasi yang bisa
digunakan.
3.      Benteng Indra Patra
Benteng peninggalan sejarah ini memang sudah lapuk di makan usia, namun benteng
ini masih memiliki bentuk dan masih dinikmati sebagai objek wisata.
Benteng ini terletak di desa Ladong, Kec Masjid Raya, Kab Aceh Besar. Disana
terdapat sebuah situs sejarah peninggalan kesultanan Aceh yang hingga kini masih berdiri
kokoh dan menjadi objek wisata lokal. Meskipun sempat dihantam Tsunami, benteng ini
tatap kokoh tak  lapuk dimakan usia meskipun sudah berumur ratusan tahun. Sebenarnya
benteng ini dibangun oleh Raja Kerajaan Lamuri, Benteng Indra Patra ini bahkan
berlangsung hingga masa Islam di Aceh benteng ini juga dipergunakan sebagai benteng
pertahanan bagi Kerajaan Aceh Darussalam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerajaan Aceh merupakan
kerajaan bercorak Islam yang letaknya sangat strategis di jalur pelayaran dan perdagangan
internasional. Aceh juga memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas, sehingga Kerajaan ini
sangan maju terutama di bidang perekonomiannya. Perkembangannya sangat pesat terlebih
saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Dibawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh
tumbuh menjadi kerajaan yang besar dan berkuasa atas perdagangan Islam. Bahkan telah
menjadi Bandar transito yang dapat menghubungkan seluruh pedagang dunia barat.
 Saran
Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh

http://awal-berdiri-kerajaan-aceh.blogspot.com/

http://awal-berdiri-kerajaan-aceh.blogspot.co.id /

http://khairulnova.blogspot.co.id/2008/08/raja-yang-pernah-memerintah-di-kerajaan.html/

http://www.atjehcyber.net/2011/04/kesultanan-aceh-darussalam-full.html/

Anda mungkin juga menyukai