Anda di halaman 1dari 17

Kesultanan Aceh

 Adit
 Rayhan
 Reswa
 Zulfan
Sejarah Berdirinya Kesultanan Aceh

Ketika awal kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia,


tepatnya di Pulau Sumatra, terdapat dua pelabuhan dagang
yang besar sebagai tempat transit para saudagar luar negeri,
yakni Pasai dan Pedir.
Pasai dan Pedir mulai berkembang pesat ketika
kedatangan bangsa Portugis serta negara-negara Islam.
Namun disamping pelabuhan Pasai dan Pedir, Tome Pires
menyebutkan adanya kekuatan ketiga, masih muda,
yaitu “Regno dachei” (Kerajaan Aceh).
Awal mula berdirinya Kerajaan Aceh yaitu pada 1496
 yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah Kemudian
Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah dengan
menundukan beberapa wilayah di sekitar kerajaan, seperti
wilayah Kerajaan Dayak, Kerajaan Pedir, Kerajaan Lidie,
Samudra Pasai. dan Kerajaan Nakur.
Dari situlah Kerajaan Aceh mulai melakukan
peperangan dan penaklukan untuk memperluas wilayahnya
serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan
bangsa Portugis.
Sultan-Sultan Kerajaan Aceh

1. Sultan Ali Mughayat Syah

Sultan Ali Mughayat Syah adalah sultan pertama dari Kerajaan Aceh. Ia
memegang tampuk kekuasaan dari tahun 1514-1528 M. Di bawah kuasanya,
Kerajaan ini memiliki wilayah mencakup Banda Aceh- Aceh Besar.

Selain itu, Kerajaan Aceh juga melakukan perluasan ke beberapa wilayah di


Sumatera Utara, yaitu daerah Daya dan Pasai. Sultan Ali juga melakukan
serangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka dan juga menaklukkan
Kerajaan Aru.
2. Sultan Salahuddin

Salahuddin merupakan anak dari Sultan Ali Mughayat Syah. Setelah


meninggalnya Sultan Ali Mughayat Syah, pemerintahan dilanjutkan oleh
putranya tersebut. Sultan Salahuddin memerintah dari tahun 1528-1537 M.
Sayangnya, Sultan Salahudin kurang memperhatikan Kerajaannya saat
berkuasa. Maka dari itu, Kerajaan ini sempat mengalami kemunduran.
Akhirnya di tahun 1537 M, tampuk kekuasaan pindah ke tangan saudaranya,
Sultan Alaudin Riayat Syah.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah

Sultan Alaudin Riayat Syah berkuasa  dari tahun 1537-1568 M.  Di bawah
kekuasaannya, Kerajaan ini berkembang pesat menjadi Bandar utama di Asia
bagi pedagang Muslim mancanegara. Lokasi Kerajaan Aceh yang strategis
menjadi peluang untuk menjadikannya sebagai tempat transit bagi rempah-
rempah  Maluku. Dampaknya, Kerajaan Aceh saat itu terus menghadapi
Portugis.
Kerajaan Aceh dibawah kepemimpinan Alaudin Riayat Syah juga memperkuat
angkatan laut. Selain itu, Kerajaan ini juga membina hubungan diplomatik
dengan Kerajaan Turki Usmani.
4. Sultan Iskandar Muda

Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda,


Kerajaan ini mengalami puncak kejayaannya. Iskandar
Muda memimpin dari tahun 1606 – 1636 M. Sultan
Iskandar Muda melanjutkan kepemimpinan dari sultan
Alauddin Riayat Syah.
5. Sultan Iskandar Thani

Sultan Iskandar Tahani memerintah dari tahun 1636-1641


M. Berbeda dengan sultan-sultan sebelumnya yang
mementingkan ekspansi, Iskandar Thani memperhatikan
pembangunan dalam negeri.
Kondisi Politik
Melakukan ekspansi-ekspansi.
Menjadi sentral kekuasaan di Sumatera Utara.
Telah tersusun pemerintahan yang terstruktur, sistematis,
dan koordinatif antara pusat dan daerah pada masa Sultan
Iskandar Muda.
Menjalin hubungan diplomatik dengan Turki, India dan
Parsi serta menjalin hubungan kekerabatan dengan
Pahang.
Menjalin hubungan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan
Islam lain di Nusantara, khususnya di Jawa.
Kondisi Ekonomi
Sultan Iskandar Muda membendung penetrasi dan menekan arus perdagangan
bangsa Eropa.
Bandar Aceh dijadikan pelabuhan internasional dalam upaya memakmurkan
perekonomian.
Memonopoli perdagangan di pesisir Sumatera Barat sampai Inderapura.
Pusat perdagangan bagi pedagang Nusantara, Cina maupun Barat.
Penduduk Aceh ada yang bermatapencaharian sebagai pedagang dan
pertukangan.
Lapisan masyarakat yang paling menonjol dibedakan menjadi Umara dan
Ulama.
Diterapkan UU tentang tata pemerintahan yang diberi nama Adat Makuta Alam
yang berdasarkan hukum syara.
Komoditasnya lada dan rempah serta banyak lagi barang-barang yang diekspor
ke luar negeri dari Aceh.
Kebudayaan

Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekah, karena


Islam masuk pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling
barat pulau Sumatera ini. Orang Aceh mayoritas beragama Islam
dan kehidupan mereka sehari-hari sangat dipengaruhi oleh ajaran
Islam ini. Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu sendi
kehidupan masyarakat Aceh. Pengaruh Islam yang sangat kuat
juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh.
Kesultanan Aceh menjadi pusat tumpuan pengajian Islam dan
Al-Quran dan banyak karya-karya Islam diterjemahkan
dalam Bahasa Melayu. Sasterawan Aceh yang terkemuka
ialah Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdurrauf
Singkil dan Nuruddin ar-Raniri
Masa Kejayaan
Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa
Sultan Iskandar Muda (1607-1638 M). Dia dapat
mengembalikan daerah-daerah yang melepaskan diri dari
Aceh akibat perebutan kekuasaan sepeninggalan Sultan
Alauddin Ri’ayat Syah di akhir abad ke-16 serta terjadinya
serangan Portugis yang sewaktu itu ada di Malaka.
Dia pun dapat menguasai sepanjang pantai Sumatera
mengatur perdagangan lada dan letak Kerajaan Aceh yang
strategis yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat
jalur pelayaran perdagangan internasional menyebabkan
Kerajaan Aceh sebagai kerajaan Islam mengalami masa
kejayaan.
Runtuhnya Kerajaan Aceh
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak meninggalnya sultan
Iskandar Thani. Hal itu dikarenakan tidak ada lagi generasi yang mampu
mengatur daerah milik Kerajaan Aceh yang begitu luas. Akibatnya,
banyak daerah taklukan yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, dan
Minangkabau.
Selain itu, terjadi pertikaian terus menerus antara golongan ulama
(Teungku) dan bangsawan (Teuku). Pertikaian ini dipicu oleh perbedaan
aliran keagamaan (aliran Sunnah wal Jama’ah dan Syiah).
Meskipun begitu, Kerajaan Aceh tetap berdiri sampai abad ke 20.
Kerajaan Aceh juga sempat dipimpin beberapa Sultanah (Ratu). Ratu
yang pernah memimpin Kerajaan Aceh yaitu  Sri Ratu Safiatuddin Tajul
Alam (1641-1675 dan Sri Ratu Naqiatuddin Nur Alam (1675-1678).
Sayangnya, pertikaian yang terjadi terus menerus serta wilayah
Kerajaan Aceh yang terus berkurang membuat Kerajaan Aceh runtuh di
awal abad 20 dan dikuasai oleh Belanda.
Peninggalan Kerajaan Aceh
1. Masjid Raya
Baiturrahman

Masjid raya Baiturrahman


ini dibangun oleh Sultan
Iskandar Muda pada tahun
1612 Masehi. Letaknya tepat
di tengah  pusat Kota Banda
Aceh. Mesjid ini pernah
dibakar saat Agresi Militer II
dan akhirnya dibangun
kembali oleh pihak Belanda.
2. Gunongan

Gunongan ini
merupakan bangunan
yang juga dibangun
oleh Sultan Iskandar
Muda. Bangunan ini
dibangun atas dasar
cinta Sultan Iskandar
Muda pada seorang
Putri dari Pahang
(Putroe Phaang).  
3. Mesjid Tua Indrapuri

Masjid ini awalnya adalah


sebuah candi peninggalan
dari Kerajaan Hindu di Aceh.
Namun pada masa
pemerintahan Sultan
Iskandar Muda, candi ini
diubah fungsinya menjadi
masjid. Anda masih dapat
melihat bangunan yang
strukturnya mirip dengan
candi namun berpadu dengan
nuansa Islami ini di
Indrapuri, Aceh Besar.
SOAL
1) Apa latar terbentuknya Gunongan?
2) Apa yang menyebabkan runtuhnya kesultanan
Aceh?

Anda mungkin juga menyukai