Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL MENGENAI PENINGGALAN-PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM

KOMPAS.com - Sejarah Indonesia baru tidak terlepas dari perkembangan kerajaan-kerajaan


Islam di wilayah nusantara, salah satunya adalah kerajaan Aceh. Dikutip dari situs resmi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan kerajaan Islam di Indonesia
terlihat dari adanya kerajaan-kerajaan berikut ini:

 Kerajaan Perlak
 Kerajaan Samudera Pasai
 Kerajaan Aceh Darussalam
 Kerajaan Ternate dan Tidore
 Kerajaan Demak
 Kerajaan Pajang dan Mataram
 Kerajaan Banten dan Cirebon
 Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan

Kerajaan Aceh berdiri terkait dengan runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai yang bersatu
dengan sejumlah daerah di sekitarnya. Kerajaan ini berdiri pada awal abad ke-16 bersamaan
dengan datangnya armada Portugis ke Malaka. Kerajaan Aceh Darussalam merupakan salah
satu kerajaan Islam yang berdiri di Pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Aceh. Kerajaan Aceh
didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496. Awalnya Kerajaan Aceh merupakan
kerajaan yang masuk wilayah Kerajaan Lamuri. Kemudian menundukan dan menyatukan
beberapa wilayah, seperti Daya, Pedir, Lidie, dan Naku. Kerajaan Aceh mencapai kejayaannya
pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ada beberapa peninggalan
budaya dari Kerajaan Aceh yang masih tersisa hinggasekarang.

Peninggalan Kerajaan Aceh Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekkah. Karena
Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui kawasan yang paling barang Pulau Sumatera.
Orang Aceh mayoritas beragama Islam dan kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
ajaran Islam. Dalam buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme (2020)
karya Ahmad Fakhri Hutauruk, kehidupan di Kerajaan Aceh tidak banyak diketahui. Karena
Kerajaan Aceh tidak banyak meninggalkan benda hasil budaya.

Adapun peninggalan budaya yang terlihat jelas dari Kerajaan Aceh, seperti Masjid Raya
Baiturrahman dan buku Bustanu's Salatin yang ditulis Nuruddin ar-Ranuri. Buku tersebut berisi
tentang sejarah raja-raja Kerajaan Aceh.
 Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid kebanggaan Aceh yang dibangun di masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada 1612. Masjid Raya Baiturrahman dibangun
ditengah-tengah Kota Banda Aceh atau di jantung kota Provinsi Nanggro Aceh Darussalam.
Baca juga: Faktor Kerajaan Aceh Berkembang Pesat dan Kemunduran Masjid Raya
Baiturrahman tidak hanya dipakai untuk kegiatan salat, tapi juga untuk kegiatan pengajian,
acara keagamaan seperti maulid Nabi Besar Muhammad SAW,.  Kemudian peringatan 1
Muharram, Musabaqah Tilawatil Qur’an, atau tempat berteduh bagi warga kota. Dilansir situs
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Masjid Raya Baiturrahman memiliki
lembaran sejarah dan memiliki nilai yang tinggi bagi rakyat Aceh. Karena sejak Sultan Iskandar
Muda memimpin hingga sekarang masih tetap berdiri megah. Dalam sejarahnya, Masjid Raya
Baiturrahman pernah dihanguskan oleh Belanda saat menyerang Koetaradja (Banda Aceh)
pada 10 April 1873. Kondisi itu membuat rakyat Aceh marah dan meletuslah perang yang sengit
melawan Belanda. Rakyat Aceh marah dan mati-matiam berjuang demi mempertahankan
masjid. Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara  Pada pertempuran
tersebut pihak Belanda kehilangan seorang panglimanya bernama Major General Johan
Harmen Rudolf Köhler pada 14 April 1873. Pihak Belanda berjanji akan membangun
membangun kembali masjid tersebut. Hal itu disampaikan oleh Jenderal Van Sweiten. Namun
janji tersebut baru terlaksana pada empat tahun setelah masjid terbakar. Waktu itu Belanda
dibawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Van Lansberge.

 Taman Sari Gunongan

Gunongan merupakan tempat bercengkeraman keluarga kerajaans di sebuah taman sari yang
sangat indah. Dalam buku Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya (2013), Gunongan
merupakan salah satu tempat bersejarah masa Kesultanan Aceh. Dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Gunongan dibangun Sultan Iskandar Muda untuk
memenuhi permintaan permaisuri dari Pahang Malaysia yang sangat cantik dan membuat
Sultan Iskandar Muda jatuh cinta. Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan
Terbesar di Utara Jawa Taman yang dibangun tersebut dilengkapi dengan gunongan sebagai
tempat untuk menghibur diri. Selain tempat untuk tempat bercengkeraman keluarga kerajaan,
Gunongan juga digunakan sebagai tempat berganti pakaian permaisuri setelah mandi di Sungai
Isyiki. Lihat Foto Taman Sari Gunongan Aceh(Kemendikbud)

 Meriam

Tiga meriam yang ditemukan belum lama ini di Desa Arongan, Kabupaten Aceh Barat diduga
merupakan peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam. Dikutip Antaranews, temuan situs sejarah
tiga buah meriam dan sisa puing bangunan diduga peninggalan pada masa pemerintah Sultan
Iskandar Muda. Meriam-meriam tersebut digunakan untuk mempertahankan Aceh dari
serangan-serangan penjajah.

Faktor berkembang pesat

Kerajaan Aceh memiliki wilayah yang luas. Selain itu, juga mampu melakukan perdagangan ke
wilayah China, India, Gujarat, Timur Tengah sampai ke Turki. Selama 20 tahun Sultan Iskandar
Muda, pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan Aceh, mampu menekan perdagangan orang-
orang Eropa. Sultan Iskandar Muda juga berhasil menerobos jalur perdagangan Portugis mulai
dari Selat Malaka sampai ke Teluk Persia. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh berkembang pesat menjadi kerajaan besar.
Beberapa faktor pendukung Kerajaan Aceh berkembang pesat yaitu:

 Letak ibu kota aceh strategis di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah
yang akan ke Malaka, China atau Jawa.
 Pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan baik sebagai pelabuhan dagang.
Pelabuhan itu terlindung dari ombak besar oleh Pulau We, Pulau Nasi dan Pulau
Breuen.
 Daerah Aceh kaya tanaman lada sebagai mata dagang ekspor yang penting dalam
mengadakan perdagangan internasional.
 Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang
singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang barat
Sumatera.

Faktor kemunduran

Sultan Iskandar Muda wafat pada 1636 dan digantikan menantunya, Iskandar Thani (1636-
1641). Pada masa pemerintahan Iskandar Thani Kerajaan Aceh justru mengalami kemunduran.
Sultan Iskandar Thani dinilai kurang memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat dalam
pengelolaan kerajaan Aceh. Pengawasan kepada para panglima yang mengurusi perdagangan
mengendur, daerah yang jauh dari pemerintah pusat kurang setia terhadap sultan, kehadiran
ahli tawasuf aliran ortodoks bernama Nur ar Din al Raniri (Nuruddin ar Raniri). Akhirnya pada
awal abad ke-20 (1935) Kerajaan Aceh dapat dikuasai oleh Belanda.

Faktor penyebab kemunduran Kerajaan Aceh antara lain:

 Kekalahan perang Aceh melawan Portugis di Malaka pada 1629 yang menimbulkan
korban jiwa dan harta benda (kapal-kapal) yang cukup besar.
 Tokoh pengganti Sultan Iskandar Muda kurang cakap
 Permusuhan antara kaum ulama penganut ajaran Syamsudin as Sumatrani dan
penganut ajaran Nuruddin ar Raniri.
 Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat melepaskan diri dari Aceh seperti
Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau dan Siak.
 Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa lain berhasil mendesak dan
menggeser daerah perdagangan Aceh yang berakibat perekonomian Aceh makin
lemah.

Aspek Politik

Corak pemerintahan Aceh terbagi atas pemerintahan sipil dan pemerintahan atas dasar
agama. Berikut ini penjelasannya:

 Pemerintahan sipil
Pemerintahan sipil dipimpin oleh kaum bangsawan. Setiap kampung (gampong)
dipimpin oleh seorang uleebalang (hulubalang). Beberapa gampong digabung menjadi
sagi yang dipimpin panglima sagi. Ia berkuasa atas daerahnya dan berhak memilih
sultan. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan sipil disebut teuku.

 Pemerintahan atas dasar agama


Pemerintahan atas dasar agama dilakukan dengan menyatukan beberapa gampong
dengan sebuah masjid yang disebut mukim. Kepala tiap-tiap mukim disebut imam.
Kaum ulama yang berkuasa dalam bidang keagamaan disebut teungku.

Aspek ekonomi

Setelah Sultan Ibrahim menaklukkan Pedir yang kaya lada putih, Aceh bertambah makmur.
Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun angkatan bersenjata yang kuat.
Kerajaan Aceh mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Dari
daerah taklukan diperoleh lada dan emas sehingga Aceh menjadi sumber komoditas lada dan
emas.

Aspek sosial

Letak Aceh yang strategis menjadi faktor penyebab perdagangan maju pesat. Kebudayaan
masyarakat makin maju karena sering berinteraksi dengan bangsa lain. Pada masa ini muncul
ahli tasawuf terkenal yaitu Hamzah Fansyuri dan muridnya Syamsudin as Sumatrani.
Penyusunan hukum adat dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam.
Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan harus semufakat hukum adat. Saat
seorang sultan dinobatkan, ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al Qur'an berdiri di
kanan sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri. Di Aceh, umumnya
pangkat sultan turun ke anak. Sultan diangkat oleh rakyat atas mufakat dan persetujuan ulama
serta orang-orang cerdik pandai.

Syarat-syarat orang bisa diangkat menjadi sultan dalam hukum agama Islam adalah:

1. Punya kecakapan menjadi kepala negara (merdeka, dewasa, berpengetahuan dan adil).
2. Cakap mengurus negeri, hukum dan perang.
3. Punya kebijaksanaan dalam mempertimbangkan serta menjalankan hukum dan adat.

Jika sultan wafat karena beberapa sebab sebelum ada pengganti maka yang menjadi wakil raja
adalah Panglima Sagi XXII Mukim. Tugasnya menjalankan pemerintahan dan menerima hasil
yang didapat dari Aceh sendiri dan daerah taklukan. Jika sudah ada yang patut diangkat
menjadi sultan dengan sendirinya berpindah pada yang berhak.

Hukum Adat Makuta Alam menerangkan kekuasaan Sultan Aceh sebagai berikut:

 Mengangkat panglima sagi dan uleebalang saat pengangkatan mereka mendapat


kehormatan bunyi dentuman meriam 21 kali.
 Mengadili perkara yang berhubungan dengan pemerintahan.
 Menerima kunjungan kehormatan termasuk pedagang-pedagang asing.
 Mengangkat ahli hukum (ulama).
 Mengangkat orang cerdik pandai untuk mengurus kerajaan.
 Melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan para pejabat kerajaan.

Dalam menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi dan
Dewan Kehakiman. Mereka bertugas memberi peringatan pada sultan terhadap
pelanggaran adat dan syara'. Sultan Iskandar Muda menanamkan jiwa keagamaan pada
masyarakat Aceh yaitu jiwa merdeka, semangat membangun, persatuan dan kesatuan,
serta semangat berjuang antipenjajahan yang tinggi. Sehingga Aceh mendapat sebutan
Serambi Mekah karena bangsa-bangsa barat tidak mampu menembus pertahanan Aceh
5W + 1H

1. Sebutkan apa apa saja kerajaan islam yang pernah berkembang di Indonesia?
JAWAB:
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan
kerajaan Islam di Indonesia terlihat dari adanya kerajaan-kerajaan berikut ini:
 Kerajaan Perlak
 Kerajaan Samudera Pasai
 Kerajaan Aceh Darussalam
 Kerajaan Ternate dan Tidore
 Kerajaan Demak
 Kerajaan Pajang dan Mataram
 Kerajaan Banten dan Cirebon
 Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan

2. Siapakah pendiri kerajaan aceh Darussalam?


JAWAB: Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun1496.

3. Kapan Kerajaan Aceh didirikan?


JAWAB: . Kerajaan ini berdiri pada awal abad ke-16

4. Dimana letak Kerajaan Aceh?


JAWAB: Kerajaan Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri
di Pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Aceh.

5. Mengapa Kerajaan Aceh Darussalam Mengalami Kemunduran?


JAWAB: Faktor penyebab kemunduran Kerajaan Aceh antara lain:
 Kekalahan perang Aceh melawan Portugis di Malaka pada 1629 yang menimbulkan
korban jiwa dan harta benda (kapal-kapal) yang cukup besar.
 Tokoh pengganti Sultan Iskandar Muda kurang cakap
 Permusuhan antara kaum ulama penganut ajaran Syamsudin as Sumatrani dan
penganut ajaran Nuruddin ar Raniri.
 Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat melepaskan diri dari Aceh seperti
Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau dan Siak.
 Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa lain berhasil mendesak dan
menggeser daerah perdagangan Aceh yang berakibat perekonomian Aceh makin
lemah.

6. Bagaimana cara seseorang dapat menjadi sultan dalam hokum agama islam?
JAWAB:
Syarat-syarat seseorang bisa diangkat menjadi sultan dalam hukum agama Islam
adalah:
1. Punya kecakapan menjadi kepala negara (merdeka, dewasa, berpengetahuan dan adil).
2. Cakap mengurus negeri, hukum dan perang.
3. Punya kebijaksanaan dalam mempertimbangkan serta menjalankan hukum dan adat.
TUGAS SEJARAH INDONESIA
Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Islam

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

KELOMPOK 2
Dwinta Nurul Fadillah Bintang
Ramamayanti
Miftahul jannah
Sahibun

SMAN 01 SIMPANG KIRI


KOTA SUBULUSSALAM

Anda mungkin juga menyukai