Anda di halaman 1dari 2

KERAJAAN ACEH DARUSSALAM

 Letak dan Pendiri Kerajaan


Kerajaan Aceh berpusat di wilayah Banda Aceh sekarang. Menjadikannya titik penyebaran pengaruh,
sekaligus bandar dalam berhubungan dengan negara-negara Islam di luar sana. Pendiri kerajaannya
adalah Sultan Ali Mughayat Syah, yang dikenal Portugis dengan Sultan Brahim. Kepemimpinannya
yang cemerlang membuat Aceh mampu bangkit dalam waktu singkat dan mendominasi kawasan
tersebut. Wilayah kekuasaannya dari Pidie sampai ke Sumatera Timur.
 Raja-Raja Kerajaan Aceh
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1520-1530)
Sultan Ali Mughayat Syah adalah pendiri dari Kerajaan Aceh.
2. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (1537-1571)
3. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Munawar Syah (1588-1604)
4. Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
5. Sultan Iskandar Thani (1636-1641)
 Kehidupan Masyarakat Kerajaan Aceh
Kehidupan Politik
Secara politik, sultan-sultan Aceh merupakan pemimpin yang agresif dan bercita-cita besar dalam
menguasai kawasan. Keinginan ini diterjemahkan dalam pembangunan angkatan perang yang besar,
dibarengi dengan peperangan yang banyak terjadi di wilayah sekitar. Aceh secara terbuka menantang
hegemoni Portugis di Malaka sebagai penguasa perdagangan kawasan. Aceh juga berupaya
membangun hubungan politik dengan negara-negara Islam di Timur Tengah agar memperoleh
dukungan dan bantuan dalam memperluas pengaruh.
Kehidupan Ekonomi
Selain politik, pengaruh Aceh juga terasa secara rill dalam bidang ekonomi. Pada masa kekuasaan
Iskandar Muda, Aceh mulai menerbitkan kepingan uang secara luas dan menetapkan nilainya agar
tidak berubah-ubah. Uang ini mempermudah perdagangan dalam dan luar negeri, bahkan nilainnya
dapat bersaing dengan ringgit Portugis. Aceh memperdagangkan lada sebagai komoditas utamanya.
Kehidupan Sosial
Dalam bidang sosial, Kerajaan Aceh memberikan perhatian serius dalam bidang agama. Sultan
Iskandar Muda dan Iskandar Thani memberikan jalan mulus bagi kalangan sufi untuk memimpin
dakwah di Aceh. Sehingga masyarakat luas dapat mengakses ajaran Islam yang penuh. Aceh juga
dikenal menerapkan syariat Islam secara ketat dalam berbagai aspek kehidupan.
 Masa Kejayaan Kerajaan Aceh
Masa kejayaan Kerajaan Aceh terjadi pada periode kekuasaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Pada masa ini beliau menerapkan penguatan dalam berbagai bidang. Ekonomi misalnya,
menciptakan uang dinar dan dirham (emas) sebagai alat tukar yang sah sehingga memudahkan
perdagangan. Aceh juga menjalin hubungan politik dengan negara Islam di luar, misalnya Turki.
Disinyalir bahwa beberapa armada Aceh merupakan bantuan dari Turki, yang kemudian digunakan
untuk menguasai kawasan sekitar Aceh-Malaya. Aceh secara luas memperdagangkan lada sebagai
komoditas ekonomi utama. Aceh terang menjadi pesaing utama Malaka dan Portugis sebagai bandar
dagang, karena pedagang muslim memilih untuk singgah di Banda Aceh.
 Runtuhnya Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh mulai berjalan selepas Sultan Iskandar Muda wafat. Putranya, Iskandar Thani tidak
dapat menjalankan kekuasaan yang amat besar. Sehingga pengaruh Aceh di kawasan tersebut lambat
laun semakin melemah. Munculnya VOC sebagai penguasa Malaka sejak tahun 1641, juga menjadi
sebab utama semakin terpuruknya Aceh. Pada periode pemerintah kolonial, Batavia kerap mengirim
tentara untuk menaklukkan Aceh. Meskipun Aceh baru teraneksasi pada awal abad ke-20. Setelah
runtuh, wilayah Aceh menjadi bagian dari Pax Nederlandica.
 Peninggalan Kerajaan Aceh
1. Masjid Agung Baiturrahman
Masjid Agung Baiturrahman semula merupakan Masjid Raya yang dibangun pada masa kekuasaan
Sultan Iskandar Muda. Masih berupa masjid yang sederhana bagi pusat kesultanan. Masjid ini
kemudian rusak ketika terjadi penyerbuan oleh Belanda, sehingga dibangun kembali pada 1879.
Masjid ini menjadi ikon utama wilayah Aceh, dan menjadi symbol rekonsiliasi dan rekonstruksi
pasca tsunami 2004.
2. Makam Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda adalah raja terbesar Aceh, dengan berbagai jasa dan pencapaiannya
makamnya dikhususkan oleh kesultanan dan masyarakat sekitar. Makam ini terletak di sebelah
kediaman Gubernur Aceh, yang mana baru ditemukan pada tahun 1952. Sebelumnya dihilangkan
oleh Belanda pada masa pendudukan. Beberapa Sultan Aceh seperti Iskandar Thani juga memiliki
komplek pemakaman khusus (Kandang).
3. Hikayat Prang Sabi
Hikayat Prang Sabi merupakan naskah sastra/hikayat yang menceritakan mengenai jihad yang
perlu dilakukan oleh umat Islam. Ia terdiri dari bagian nasehat dan bagian epos. Bagian epos berisi
kisah-kisah kepahlawanan yang terjadi di Aceh sepanjang masa.

Anda mungkin juga menyukai