Anda di halaman 1dari 7

Menurut sejarah Aceh sebelum abat ke 13 sudah ada kerajaan-kerjaan yang

berkembang sangat gemilang dan dikenal negeri yang amat kaya dan makmur.
Pada zaman itu kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan –
kerajaan barat termasuk Inggris, Ottoman dan Belanda.  Kerajaan Aceh
berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai
Kerajaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau
Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional
pada masa itu.

a.      Letak Kerajaan

         Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami


kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat
yang dicapai Kerajaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis,
yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan
internasional pada masa itu. Ramainya aktivitas pelayaran perdagangan melalui
bandar – bandar perdagangan Kerajaan Aceh, mempengaruhi perkembangan
kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya.

b.      Kehidupan Politik

          Berdasarkan Bustanus salatin ( 1637 M ) karangan Naruddin Ar-Raniri


yang berisi silsilah Sultan – Sultan Kerajaan Aceh, dan berita – berita Eropa,
Kerjaan Aceh telah berhasil membebaskan diri dari Kerajaan Pedir. Raja – raja
yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh :

1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1528 M)

Sultan Ali Mugayat Syah adalah Raja Kerajaan Aceh yang pertama. yang
memerintah tahun 1514 – 1528 M. Di bawah kekuasaannya  Kerjaan Aceh
melakukan perluasan kekuasaan wilayah ke beberapa daerah antara lain daerah
Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap bangsa Portugis di
Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.

 Sultan Salahuddin

Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemerintahan beralih kepada putranya yg


bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 – 1537 M, selama
menduduki tahta kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya.
Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh
karena itu, Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin
Riayat Syah al-Kahar.

 Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar

Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 – 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk


perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.
Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah
kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap  Kerajaan Malaka ( tetapi
gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya,
kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan
kekuasaan sering terjadi.

 Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 – 16 36 M. Di


bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh
tumbuh menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn
menjadi bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia
barat. Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Ace, Sultan Iskandar Muda
meneruskan perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di
Semenanjung Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat
Malaka dan menguasai daerah – daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda
juga menolak permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir
Sumatera bagian barat. Selain itu, kerajaan Aceh melakukan pendudukan
terhadap daerah – daerah seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri,
sehingga di bawah pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang
sangat luas.

Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace,


yaitu Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-
Syamsi. Setelah Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan
oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani

 Sultan Iskandar Thani.

Ia memerinatah Aceh tahun 1636 – 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan,


ia melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa
pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri.
Ia menulis buku sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin.  Sebagai ulama besar,
Nuruddin ar-Raniri sangat di hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan
keluarganya serta oleh rakyat Aceh. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta
kerjaan di pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar Thani ) dgn gelar
Putri Sri Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).

 Sultan Sri Alam (1575-1576).

Sultan Sri Alam adalah Sultan aceh ke-6 yang memerintah dari tahun 1575
hingga tahun 1576, menurut Lombard, ia hanya berkuasa pada tahun 1579. Sri
Alam merupakan putera dari  Sultan Alauddin Al-Qahhar yang merupakan
Sultan Aceh ke 3   selain itu ia juga menjabat sebagai Raja Priaman atau
Priaman.

Sultan Sri Alam , juga dikenal sebagai Sultan Mughal (w. 1579) adalah Sultan
Aceh keenam di Sumatera bagian utara . Dia memimpin pemerintahan yang
sangat singkat pada tahun 1579 sebelum digulingkan dan dibunuh.
Sultan Mughal adalah salah satu dari lima putra Sultan Alauddin Al-Qahhar.
Sebelum aksesi dia memerintah Priaman, sebuah kota pelabuhan di pantai
barat Sumatera. Ia menikah dengan Raja Dewi, putri Munawwar Syah dari
kerajaan Indrapura. Ketika kakak laki-lakinya Ali Ri’ayat Syah I meninggal pada
tahun 1579, dia digantikan sebentar oleh putranya yang masih bayi, Sultan
Muda. Yang terakhir segera meninggal, dan tahta jatuh ke tangan Sultan
Mughal yang mengambil nama pemerintahan Sultan Sri Alam. Menurut
babad Hikayat Aceh dia terlalu dermawan. Terutama dia memberikan kekayaan
kepada para uleëbalangs(kepala suku) Barus, namun merupakan kota
pelabuhan di pantai barat. Sejak perbendaharaan dikosongkan, dua kakek dari
kerajaan yang disebut Maharaja dan Malik az-Zahir menemukannya tidak cocok
dan menggulingkannya setelah pemerintahan yang sangat
singkat. [1] Kronik Bustanus Salatin menceritakan bahwa ia pemarah dan tidak
layak untuk memerintah, dan karena itu dicabut dari takhta serta
nyawanya. [2] Ia digantikan oleh keponakannyaZainul Abidin. Dia adalah nenek
moyang dari para sultan Indrapura kemudian. [3] Menurut silsilah kemudian ia
memiliki seorang putra Syekh Muhyuddin Fadlil Syah, yang cucu buyutnya
memerintah Aceh sebagai Kamalat Syah (1688-1699).

Sultan Sri Alam sebelumnya bernama Sri Alam Firman Syah yang dinikahkan


dengan Raja Dewi, putri Sultan Munawar Syah dari Inderapara. Hulubalang dari
Inderapura disebut-sebut berkomplot dalam pembunuhan putra dari Sultan
Huasain Ali Riayat Syah yang bernama Sultan Muda, sehingga melancarkan
jalan buat suami Raja Dewi naik tahta dengan nama Sultan Sri Alam pada
1576. Namun kekuasaannya hanya berlangsung selama tiga tahun sebelum
disingkirkan dengan dukungan para ulama.

Namun pengaruh Inderapura tak dapat disingkirkan begitu saja. Dari 1586
sampai 1588 saudara Raja Dewi yang bernama Sultan Buyong memerintah
dengan gelar Sultan Ali Ri’ayat Syah II, sebelum akhirnya terbunuh oleh intrik
ulama Aceh.[2]
7.      Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).
8.      Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589)
9.      Sultan Buyong (1589-1596)
10.    Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604).
11.    Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12.    Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636).
13.    Iskandar Thani (1636-1641).
14.    Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675).
15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678)
16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688)
17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699)
18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)
21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)
22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)
23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735)
24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760)
25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)
26. Sultan Badr al-Din (1781-1785)
27. Sultan Sulaiman Syah (1785-…)
28. Alauddin Muhammad Daud Syah.
29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815) dan (1818-1824)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)

c.      Kehidupan Ekonomi


      Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang pesat.
Dearahnya yg subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah –
daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya.
Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan
bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.

      Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka  yang merupakan jalan dagang
internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti
Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dgn Aceh.
Barang – barang yg di ekspor Aceh seperti beras, lada ( dari Minagkabau ),
rempah – rempah ( dari Maluku ). Bahan impornya seperti kain dari
Koromendal  ( india ), porselin dan sutera ( dari Jepang dan Cina ), minyak
wangi ( dari Eropa dan Timur Tengah ). Kapal – kapal Aceh aktif dalam
perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.

d.      Kehidupan Sosial

Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem


feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang
kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku,  sedabg kaum
ulama yg memegang peranan penting dalam agama disebut golongan
Teungku.  Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi
persaingan yg kemudian melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak
( abad ke-12 M s/d ke-13 M ) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn
Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pd masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran
Syiah memperoleh perlindungan & berkembang sampai di daera – daerah
kekuasaan Aceh.

Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yang di teruskan oleh muridnya yg
bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran Sunnah
wal Jama’ah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga
menulis buku sejarah Aceh yg berjudul Bustanussalatin  ( taman raja – raja dan
berisi adat – istiadat Aceh besrta ajarn agama Islam )
e.      Kehidupan Budaya

Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang
kebudayaan. Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk
sepesat perkembangan dalam ativitas perekonomian. Peninggalan kebuadayaan
yg terlihat nyata adala Masjid Baiturrahman.

Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh

 Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1036, tdk ada raja – raja
besar yg mampu mengendalikan daerah Aceh yg demikian luas. Di
bawah Sultan Iskandar Thani ( 1637 – 1641 ), sebagai pengganti
Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu mulai terasa & terlebih lagi
setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani.
 Timbulnya pertikaian yg terus menerus di Aceh antara golongan
bangsawan ( teuku ) dgn golongan utama ( teungku ) yg
mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh. Antara golongan ulama
sendiri prtikaian terjadi karena prbedaan aliran dlmm agama ( aliran
Syi’ah dan Sunnah wal Jama’ah )
 Daerah kekuasaannya banyak yg melepaskan diri seperti Johor,
Pahang, Perlak, Minangkabau, dan Siak. Negara – negara itu
menjadikan daerahnya sbg negara merdeka kembali, kadang – kadang
di bantu bangsa  asing yg menginginkan keuntungan perdagangan yg
lebuh besar.

Kerajaan Aceh yg berkuasa selama kurang lebih 4 abad, akhinya runtuh karena
dikuasai oleh Belanda awal abad ke-20.

Anda mungkin juga menyukai