Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH KERAJAAN
ACEH DARUSSALAM

KELOMPOK 2:
1.FAHMI AL MULTAZAM(13)
2.MUHAMMAD ZAENUL MAZNI(21)
3.RADITYA RIZKI ALAMSYAH(26)
4.RAFA SETIA GUNAWAN(27)
KELAS

7.4
Kerajaan Aceh Darussalam, sebuah entitas yang kuat dan
berpengaruh di kawasan Nusantara, memiliki warisan sejarah yang
kaya dan kompleks. Dengan kedudukan strategis di ujung barat
laut Sumatera, kerajaan ini tidak hanya menjadi pusat
perdagangan dan kekuasaan regional tetapi juga menonjol sebagai
benteng Islam yang tangguh. Melalui makalah ini, kami akan
melakukan perjalanan melintasi rentang waktu yang
mengagumkan, dari awal kemunculan hingga puncak kejayaan,
serta menggali akar penyebab yang mengarah pada keruntuhan
kerajaan yang pernah megah ini.

1.ASAL USUL KERAJAAN ACEH DARUSSALAM


Kesultanan Aceh Darussalam memulai pemerintahannya ketika
Kerajaan Samudera Pasai sedang dalam masa keruntuhan.
Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit hingga
mengalami kemunduran pada sekitar abad ke-14, tepatnya pada
1360. Pada masa akhir riwayat kerajaan Islampertama di
nusantara itulah benih-benih Kesultanan Aceh Darussalam mulai
lahir. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing
kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya,
seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan
Indra Patra,dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri).Sultan Ali
Mughayat mendirikan Kesultanan Aceh pada tahun 1496 yang
pada mulanya kerajaan ini berdiri atas wilayah kerajaan lamuri.
Pemerintahaan kesultanan Aceh kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup
Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah
Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh
diikuti dengan Aru.

2.LETAK DAN WILAYAH KEKUASAAN


Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, wilayah
kekuasaan Kerajaan Aceh telah mencakup hampir seluruh wilayah
Aceh, termasuk Tamiang, Pedir, Meureudu, Samalanga, Peusangan,
Lhokseumawe, Kuala Pase, serta Jambu Aye.seluruh negeri di
sekitar Selat Malaka seperti wilayah Pahang, Kedah, dan Johor,
juga menjadi taklukkan Kerajaan Aceh.Sedangkan di sebelah timur
Malaya, kekuasaan Kerajaan Aceh meliputi wilayah Deli, Batu
Bara, Natal, Paseman, Asahan, Tiku, Pariaman, Salida, Indrapura,
Siak, Indragiri, Riau, Lingga, Palembang, dan Jambi.Wilayah
Kesultanan Aceh masi meluas dan menguasai seluruh pantai barat
Sumatera hingga Bengkulu.

Pada masa Sultan Iskandar Muda, wilayah kekuasaan Kerajaan


Aceh dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu:
1.Wilayah Aceh Raja
2.Daerah luar Aceh Raja
3.Daerah yg berdiri sendiri

3.RAJA-RAJA ACEH DARUSSALAM


Kerajaan Aceh Darussalam memiliki sistem pemerintahan monarki
atau dari garis keturunan Berikut ini 35 sultan dan sultanah yang
berkuasa menjadi raja Kerajaan Aceh:
1.Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
2.Sultan Salahudin (1528-1537 M)
3.Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M)
4.Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575 M)
5.Sultan Muda (1575 M)
6.Sultan Sri Alam (1575 – 1576 M)
7.Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M)
8.Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)
9.Sultan Buyong (1589-1596 M)
10.Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604
M)
11.Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
12.Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-
1636 M)
13.Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)
14.Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)
15.Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)
16.Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)
17.Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)
18.Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)
19.Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)
20.Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)
21.Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)
22.Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)
23.Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)
24.Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)
25.Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)
26.Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)
27.Sultan Sulaiman Syah (1785-…)
28.Alauddin Muhammad Daud Syah
29.Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815 M) dan (1818-1824
M)
30.Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)
31.Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)
32.Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M)
33.Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)
34.Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)
35.Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)

4.MASA KEJAYAAN ACEH DARUSSALAM


Kerajaan Aceh menjalani masa keemasan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607
sampai tahun 1636. Pada masa ini, kerajaan aceh mengalami
banyak kemajuan di berbagai bidang, baik dalam hal wilayah
kekuasaan, ekonomi, pendidikan, politik luar negeri, maupun
kemiliteran kerajaan.Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah
teritorialnya dan terus meningkatkan perdagangan rempah-
rempah menjadi suatu komoditi ekspor yang berpotensial bagi
kemakmuran masyarakat Aceh. La mampu menguasai Pahang
tahun 1618, daerah Kedah tahun 1619, serta Perak pada tahun
1620, dimana daerah tersebut merupakan daerah penghasil timah.
Bahkan dimasa kepemimpinannya Kerajaan Aceh mampu
menyerang Johor dan Melayu hingga Singapura sekitar tahun 1613
dan 1615. La pun diberi gelar Iskandar Agung dari Timur.Kemajuan
dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar Muda, salah
satunya yaitu Aceh yang bergaul dengan Turki, Inggris, Belanda
dan Perancis. La pernah mengirimkan utusannya ke Turki dengan
memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada sekarung, lalu
dibalas dengan kesultanan Turki dengan memberikan sebuah
meriam perang dan bala tentara, untuk membantu Kerajaan Aceh
dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan sebuah
bintang jasa pada sultan Aceh.Dalam lapangan pembinaan
kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa
ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama
dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam
bukunya Tabyan Fi Ma’rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani
dalam bukunya Miraj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri
dalam bukunya Sirat al- Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili
dalam bukunya Mi’raj al-Tulabb Fi Fashil.Dalam hubungan
ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki, Arab, juga dengan
Perancis, Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang. Komoditas-
komoditas yang diimpor antara lain: beras, guci, gula (sakar), sakar
lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi, tekstil dari
katun, kain batik mori. pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium,
air mawar, dan lain-lain yang disebut-sebut dalam Kitab Adat Aceh.
Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri antara lain kayu
cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah perca, obat-
obatan.Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan
aman, tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah pelabuhan
yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai
dari pantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang
terletak di sebelah selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini
menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai pusat
pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara.

5.KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN ACEH


Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang
pesat. Dearahnya yg subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan
Aceh atas daerah daerah pantai timur dan barat Sumatera
menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas
beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan
bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.Aceh dapat
berkuasa atas Selat Malaka yg merupakan jalan dagang
internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing
lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga
berdagang dgn Aceh. Barang-barang yg di ekspor Aceh seperti
beras, lada (dari Minangkabau ), rempah rempah (dari Maluku).
Bahan impornya seperti kain dari Koromendal(india), porselin dan
sutera (dari Jepang dan Cina ), minyak wangi (dari Eropa dan Timur
Tengah). Kapal – kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan
pelayaran sampai Laut Merah.

6.KEHIDUPAN SOSIAL KERAJAAN ACEH


Meningkatnya kekmakuran telah menyebabkan berkembangnya
sisitem feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh. Kaum
bangsawan yg memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil
disebut golongan Teuku, sedabg kaum ulama yg memegang
peranan penting dlm agama disebut golongan Teungku. Namun
antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yg
kemudian melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak
(abad ke-12 M s/d ke-13 M) telah terjadi permusuhan antara aliran
Syiah dgn Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pd masa kekuasaan Sultan
Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan &
berkembang sampai di daera – daerah kekuasaan Aceh.Aliran ini di
ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yg di teruskan oleh muridnya yg
bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Mud wafat,
aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan islam beraliran
Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yg berjudul
Bustanussalatin (taman raja – raja dan berisi adat istiadat Aceh
besrta ajarn agama Islam)

7.KEHIDUPAN AGAMA KERAJAAN ACEH


Agama Islam menjadi landasan utama dalam segala aspek
kehidupan, mulai dari tatanan sosial, ekonomi, hingga politik.
Pusat keagamaan seperti masjid dan madrasah menjadi tempat
penting bagi penduduk untuk memperdalam ajaran Islam dan
menjalankan ibadah secara khusyuk. Para ulama dan qadi
memegang peranan penting dalam memberikan panduan
keagamaan serta menegakkan hukum syariah. Ketaatan terhadap
ajaran agama tercermin dalam adat dan tradisi yang dijaga
dengan ketat, menciptakan keselarasan antara kehidupan spiritual
dan materi di dalam kerajaan ini.

8.KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN ACEH


Kehidupan politik Kerajaan Aceh sebelum dan sesudah
pemerintahan Sultan Iskandar Muda sangat berbeda. Pada periode
awal, konsentrasi politik lebih tercurah untuk pembentukan
kekuatan militer dalam upaya mempertahankan keberadaannya
dari ancaman yang datang dari dalam ataupun luar. Di samping
itu, kekuatan militernya diperlukan untuk ekspansi ke daerah
sekitar guna menambah wilayah kekuasaan. Ketika Sultan Iskandar
Muda berkuasa, ia tidak hanya melanjutkan kegiatan ekspansi
wilayah seperti para pendahulunya. Sultan Iskandar Muda juga
berusaha menata rapi sistem politik dalam kerajaan, terutama
yang berkaitan dengan konsolidasi dan peletakan pengawasan
terhadap wilayah-wilayah yang dikuasainya.

9.BAHASA YG DIGUNAKAN
Bahasa resmi yang digunakan dalam kerajaan Aceh pada abad ke-
16 adalah bahasa Aceh, Melayu dan Arab, ketiga bahasa tersebut
telah menjadi alat komunikasi yang digunakan secara luas, baik
dengan orang Aceh sendiri yang memiliki beberapa dialek yang
berbeda-beda seperti Gayo, Tamiang, Kluet, Simeulu dan lain-lain.

10.KERUNTUHAN KERAJAAN ACEH


Pada 1641, atau sepeninggal Sultan Iskandar Thani, Kerajaan
Aceh mengalami kemunduran. Faktor kejatuhan Kerajaan Aceh
paling utama adalah adanya perebutan kekuasaan di antara para
pewaris takhta. Selain itu, kekuasaan Belanda di Pulau Sumatera
dan Selat Malaka semakin menguat. Pada masa pemerintahan raja
terakhir Kerajaan Aceh, Belanda terus melancarkan perang
terhadap Aceh. Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun,
Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke pangkuan kolonial Belanda.

11.PENINGGALAN KERAJAAN ACEH


1.Masjid Raya Baiturrahman
2 .Taman Sari Gunongan
3.Benteng Indra Patra
4. Meriam Kesultanan Aceh
5.Makam Sultan Iskandar Muda
6.Uang emas Kerajaan Aceh

Anda mungkin juga menyukai