Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat
Rahmat dan Karunia-Nya maka buku Sejarah Kerajaan di Indonesia dapat
tersusun.
Kami menyadari, bahwa buku yang kami sajikan ini mungkin masih banyak
kekurangan, untuk itu kami mohon koreksi dari pihak-pihak terkait.
Demikian buku ini disusun, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih dan
semoga bermanfaat.
Daftar Isi...................................................................................................................3
Bab I
Pembahasan..............................................................................................................4
Daftar Pustaka.................................................................................................123
b. Pemerintahan Kerajaan
Berdasarkan Bustanus Salatin (1637 M) karangan Naruddin Ar-Raniri yang
berisi silsilah sultan – sultan Aceh, dan berita – berita Eropa, Kerjaan Aceh
telah berhasil membebaskan diri dari Kerajaan Pedir. Raja – raja yang
pernah memerintah di Kerajaan Aceh :
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Politik
Kerajaan Aceh pada awalnya didirikan oleh tokoh yang bernama
Sultan Ali Mughayat Syah. Kemudian Aceh di bawah pimpinan Sultan
Alauddin (1537-1568) menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap
Sultan Johor, namun kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Kerajaan
Aceh. Pada saat Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan
Belanda yang dipimpin oleh "Cornelis de Houtman" untuk meminta izin
bergabung di kerajaan ini. Selanjutnya, Sultan Ali Riayat pengganti dari
sultan Alauddin, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Pada masa inilah
Kehidupan Ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang
pesat.Dearahnya yg subur banyak menghasilkan lada.Kekuasaan Aceh atas
daerah-daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor
ladanya.Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka
menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.
Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yang merupakan jalan
dagang internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing
lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga
berdagang dengan Aceh. Barang – barang yang di ekspor Aceh seperti
beras, lada (dari Minangkabau), rempah – rempah (dari Maluku).Bahan
impornya seperti kain dari Koromendal (India), porselin dan sutera (dari
Jepang dan Cina), minyak wangi (dari Eropa dan Timur Tengah).Kapal-kapal
Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.
Letak Kerajaan Aceh sangat strategis, yakni di Pulau Sumatra bagian
Utara dan dekat dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada
masa itu.Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan
mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Iskandar
Muda.Perkembangan yang sangat pesat ini tidak terlepas dari letak
Kerajaan Aceh yang sangat strategis.Kerajaan Aceh sebagai pusat
perdagangan membuat perkembangan kehidupan di Kerajaan Aceh dalam
segala bidang, hal ini membuat persaingan muncul dengan Kerajaan Johor
di Semenanjung Malaya.
Kehidupan Sosial
Meningkatnya kekmakuran telah menyebabkan berkembangnya
sisitem feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh.Kaum bangsawan yang
memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku,
Kehidupan Budaya
Kejayaan yang dialami oleh kerajaan Aceh tersebut tidak banyak
diketahui dalam bidang kebudayaan.Walupun ada perkembangan dalam
bidang kebudaaan, tetapi tidak sepesat perkembangan dalam ativitas
perekonomian.Peninggalan kebuadayaan yang terlihat nyata adala Masjid
Baiturrahman.
d. Kejayaan Kerajaan
Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja
Sultan Iskandar Muda tepatnya pada tahun 1607-1636. Saat ia memerintah,
Kerajaan Aceh berhasil mengalami peningkatan di beberapa aspek yaitu meliputi
bidang ekonomi, politik, hubungan internasional, perdagangan, militer, dan
perkembangan agama Islam. Selain itu, Aceh juga berhasil mendesak kedudukan
Portugis di wilayah Selat Malaka akibat perkembangan yang berlangsung saat
dipimpin oleh Iskandar Muda.
Dalam pemerintahan-nya, Sultan Iskandar memperluas wilayah teritorial-
nya dan terus meningkatkan perdagangan rempah-rempah menjadi suatu
komoditas ekspor yang berpotensi bagi kemakmuran masyarakat Kerajaan
Aceh.Ia mampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah tahun 1619, serta
Perak pada tahun 1620, dimana daerah tersebut merupakan penghasil timah.
bBahkan dimasa kepimpinannya, Kerajaan Aceh mampu menyerang kedudukan
kerajaan Johor dan Melayu hingga Singapura tahun 1613 dan 1615.
e. Kemunduran Kerajaan
Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh :
Kematian Sultan Iskandar Muda pada tahun 1630, setelah kematian
tersebut tidak ada lagi raja yang berhasil mengendalikan wilayah kerajaan
Aceh yang sangat luas. Setelah kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Iskandar
Thani pada tahun 1637 sampai 1641, Kerajaan Aceh mulai mengalami
kemunduran. Bahkan setelah Iskandar Thani kemunduran sangat terasa
pada kerajaan ini.
Munculnya pertikaian yang terjadi di Kerajaan Aceh yang berlangsung
terus menerus antara golongan ulama (teungku) dan bangsawan (teuku)
membuat kerajaan ini semakin melemah. Pertikaian yang terjadi
disebabkan oleh perbedaan aliran keagamaan yaitu antara aliran Sunnah
wal Jama'ah dan Syiah.
2. Benteng Indrapatra
Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya adalah Benteng
Indrapatra.Benteng ini merupakan benteng pertahanan yang sebetulnya
sudah mulai dibangun sejak masa kekuasaan Kerajaan Lamuri, kerajaan
Hindu tertua di Aceh, tepatnya sejak abad ke 7 Masehi.Benteng yang kini
terletak di Desa Ladong, Kec. Masjid Raya, Kab. Aceh Besar ini pada
masanya dulu memiliki peranan penting dalam melindungi rakyat Aceh
dari serangan meriam yang diluncurkan kapal perang Portugis.
Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2 benteng yang masih
kokoh berdiri. Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70 meter dengan
tinggi 4 meter dan tebal sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan
bersejarah, benteng Indrapatra kini juga dikenal sebagai objek wisata
unggulan Kab. Aceh Besar. Gaya arsitekrur serta keunikan konstruksinya
yang hanya terbuat dari susunan batu gunung ini membuat banyak orang
penasaran dan tertarik untuk mengunjunginya.
3. Gunongan
Gunongan adalah peninggalan Kerajaan Aceh yang berupa sebuah
taman lengkap dengan bangunan keratonnya. Taman ini berdasarkan
2) Kerajaan Malaka
a. Sejarah Kerajaan
Kesultanan Malaka merupakan kerajaan islam kedua di Asia Tenggara.
Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke- 15 M. Kerajaan ini cepat berkembang,
bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan
Samudera Pasai.
Pembentukan negara Malaka ada kaitannya dengan perang saudara di
Majapahit setelah Hayam Wuruk (1360-89 M) meninggal dunia. Sewaktu perang
saudara tersebut, Parameswara, Putra raja Sriwijaya turut terlibat karena ia
menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Parameswara kalah dalam perang
tersebut dan melarikan diri ke Tumasik (sekarang Singapura) yang berada di
bawah pemerintahan Siam saat itu. Beliau membunuh penguasa Tumasik, yang
bernama Temagi dan kemudian menobatkan dirinya sebagai penguasa baru.
Persoalan ini diketahui oleh Kerajaan Siam dan memutuskan untuk menuntut
balas atas kematian Temagi. Parameswara dan pengikutnya mengundurkan diri ke
Muar dan akhirnya sampai di Malaka lalu membuka sebuah kerajaan baru di sana
pada tahun 1402 M. Menurut versi ini, kedatangan islam ke Malaka terjadi tahun
1406 M, ketika Parameswara menganut Islam dan mengganti nama menjadi
Muhammad Iskandar Syah. Pengislamannya diikuti oleh pembesar-pembesar
istana dan rakyat jelata. Dengan demikian Islam mulai tersebar di Malaka.
Parameswara (Muhammad Iskandar Syah) memerintah selama 12 tahun. Baginda
mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan meninggalkannya sebagai
sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat Malaka, sehingga orang-
orang Arab menggelarinya sebagai malakat (perhimpunan segala
pedagang). Kitab sejarah melayu (The Malay Annals), turut menceritakan bahwa
raja Malaka, Megat Iskandar Syah, adalah orang pertama di kesultanan itu yang
memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya baik
yang berkedudukan tinggi maupun rendah untuk menjadi Muslim.
b. Pemerintahan Kerajaan
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Politik
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata
para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai
(co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup
Kehidupan Ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional
yang melalui Selat Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya
kekuatan Majapahit dan Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki
persaingan dalam perdagangan. Tidak adanya saingan di wilayah tersebut,
mendorong kerajaan Malaka membuat aturan-aturan bagi kapal yang
sedang melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka. Aturan tersebut
adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk setiap barang yang datang dari
wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti untuk pedagang yang
berasal dari wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat keorganisasian
pelabuhan ditingkatkan dengan membuat peraturan tentang syarat-syarat
kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan nama jabatan dan tanggung
jawab bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan sebagainya.
Raja dan pejabat kerajaan turut serta dalam perdagangan dengan
memiliki kapal dan awak-awaknya. Kapal tersebut disewakan kepada
pedagang yang hendak menjual barangnya ke luar negeri. Selain
peraturan-peraturan tentang perdagangan, kerajaan Malaka
memberlakukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam perdagangan
dan diplomatik.
Kehidupan Sosial
Dalam pemerintahannya, raja menunjuk seorang patih untuk
mengurusi kerajaan, dari patih diteruskan kepada bawahannya yang terdiri
dari bupati, tumenggung, bendahara raja, dan seterusnya.
Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai
wilayah tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan
urusan perkapalan diurus oleh laksamana. Kekayaan para raja dan pejabat
kerajaan semakin bertambah akibat dari penarikan upeti dan usaha
menyewakan kapal. Uang yang didapat dipakai untuk membangun istana
kerajaan, membuat mesjid, memperluas pelabuhan, dan digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari yang cenderung mewah. Gejala timbulnya
kecemburuan sosial disebabkan oleh dominasi para bangsawan dan
d. Kejayaan Kerajaan
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai
dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di
Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara
akhirnya masuk Islam pada tahun 1406M. Dengan masuknya raja ke dalam agama
Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga
banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Lambat laun dengan melalui berbagai keadaan akhirnya malaka
berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga
mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—
1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam.
Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk
agama Islam.
e. Kemunduran Kerajaan
Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota
kerajaan tersebut diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de
Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada
24 Agustus 1511. Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan
ibukota baru di sana. Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan
Sultan kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian.
Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada
tahun 1512, Sultan Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka,
namun gagal merebut kembali wilayah ini dari Portugis. Sejarah Melayu tidak
berhenti sampai di sini. Sultan Melayu segera memindahkan pemerintahannya ke
Muara, kemudian ke Pahang, Bintan Riau, Kampar, kemudian kembali ke Johor
dan terakhir kembali ke Bintan. Begitulah, dari dahulu bangsa Melayu ini tidak
dapat dipisahkan. Kolonialisme Baratlah yang memecah belah persatuan dan
kesatuan Melayu.
b. Pemerintahan Kerajaan
Sultan Malik al-Saleh
Berikut daftar nama raja dan berbagai peristiwa penting semasa pemerintahannya:
Penyerangan ke
1326 –
3 Sultan Ahmad I Kerajaan Karang Baru,
133?
Tamiang
1438 – Sultan
8
1462 Shalahuddin
1462 –
9 Sultan Ahmad II
1464
1466 –
11 Sultan Ahmad IV
1466
1466 –
12 Sultan Mahmud
1468
Sultan
1474 –
14 Muhammad
1495
Syah II
1495 –
15 Sultan Al-Kamil
1495
1495 –
16 Sultan Adlullah
1506
Sultan
1506 –
17 Muhammad Memiliki 2 makam
1507
Syah III
1507 –
18 Sultan Abdullah
1509
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Politik
Tercatat dalam sejarah bahwa Samudera Pasai berkembang pesat menjadi
pusat perdagangan dan pusat studi silam di daerah Selat Malaka. Banyak
sekali pedagang dari luar daerah yang datang ke Samudera Pasai, diantaranya
ada yang datang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, China serta daerah
lainnya.Setelah semakin kuat dengan pertahanannya, Samudera Pasai
kemudian meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah pedalaman, seperti:
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 21
Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua,
Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dengan
perluasan wilayah tersebut bertujuan Islamisasi di daerah pedalaman.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat di Kerajaan Samudera Pasai ini bersumber
dari perdagangan dan pelayaran. Hal tersebut disebabkan karena Kerajaan
Samudera Pasai berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur utama
pelayaran dunia saat ini. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka untuk
menghubungkan berbagai pedagang yang berasal dari Arab, India dan China.
Selain itu Samudera Pasai juga menyiapkan beberapa bandar-bandar dagang
yang digunakan untuk menambah perbekalan dalam berlayar selanjutnya,
mengumpulkan berang dagangan untuk dijual ke luar negeri, mengurus
masalah perkapalan dan menyimpan barang-barang perdagangan sebelum
diantar ke beberapa tempat di wilayah nusantara.
Kehidupan Sosial dan Budaya
Selain hanya berdagang, para pendatang juga ada yang menetap
sementara waktu di daerah Pasai. Sehingga para pedagang dari berbagai
negara pun saling bergaul dan juga menyebarkan berbagai budaya dari daerah
mereka masing-masing. Dengan demikian budaya masyarakat Kerajaan
Samudera Pasai semakin banyak dan banyak lahir karya-karya sastra disana
yang bernuansa Islam
Corak arsitektur yang terdapat di Sumatera sendiri pun kebanyakan juga
bernuansa Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pahatan-
pahatan yang terdapat di batu nisan makam Raja-raja Kerajaan Samudera
Pasai.
selain itu banyak juga karya-karya sastra dan buku-buku Islam yang dikarang
oleh para ilmuan-ilmuan Pasai. Contohnya seperti Hikayat Raja-raja Pasai,
Sulalatus Shalatin dan masih banyak lagi.
d. Kejayaan Kerajaan
Tepatnya pada tahun 1383 sampai tahun 1405 Kerajaan Samudera Pasai
mulai bangkit dibawah pimpinan Sultan Zain Al-Abidin Az-Zahir. Selain itu
menurut catatan dari negeri China dalam bentuk kronik China Sultan Zain Al-
Abidin Malik Az-Zahir dikenal dengan nama cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Kemudian
masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir berakhir dan saat itu
kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda Sultan Zain Al-Abidin
b.Pemerintahan Kerajaan
Raja-raja yang pernah berkuasa adalah :
1. Panembahan Senopati (1584-1601 M)
2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Sultan
Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman (1613-1646 M)
4. Amangkurat I (1646- 1676 M)
5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M
7. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M)
8. Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9. Paku Buwana II (1727-1749 M)
10. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-
kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
o Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Usaha ini dimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep,
Sampang, Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya
mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan
ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya
Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari.
o Anti penjajah Belanda
Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda.
Hal ini terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang
pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini
mengalami kegagalan. Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
Kehidupan Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:
1. Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras.
Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari
daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik.
2. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah
kekuatan politik, tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi
Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga
karena pelayaran dan perdagangan.
Kehidupan Sosial
Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:
1. Timbulnya kebudayaan kejawen
2. Perhitungan Tarikh Jawa
3. Berkembangnya Kesusastraan Jawa
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Politik
Puncak kegemilangan Kerajaan Makassar terjadi saat Sultan
Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan. Di tangannya, Kerajaan
Makassar berkembang menjadi sebuah kerajaan dengan jaringan
perdagangan yang kuat dan pengaruh yang luas. Sultan Hasanuddin adalah
seorang raja yang antimonopoli, sehingga ketika Belanda datang ingin
menguasai jaringan perdagangan yang telah lama terbentuk, ia menentang
dengan keras. Keinginan VOC untuk memonopoli perdagangan diIndonesia
bagian timur jelas tidak bisa diterima oleh sultan. Konflik terjadi dan
Hasanuddin berhasil menghalau pasukan VOC dari kawasan Maluku.
Namun, upaya Belanda untuk menguasai jaringan perdagangan di kawasan
Indonesia bagian timur itu tidak pernah surut. Dengan siasat adu domba,
Belanda berhasil memanfaatkan Aru Palaka (Raja Bone) untuk
memasukkan pengaruhnya.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang
sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang
oleh beberapa faktor :
o letak yang strategis,
Kehidupan Sosial
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar
adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan
taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar
memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan
hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma
adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar
diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG.
Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma
tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal
pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan
bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”,
sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan
benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang
Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai
mancanegara.
d. Kejayaan Kerajaan
e. Kemunduran Kerajaan
Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu
dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan
Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang
merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
5) Kerajaan Ternate-Tidore
a. Sejarah Kerajaan Ternate & Tidore
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa
menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku
yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate
yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin
oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan
Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu
berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di
sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki
peran yang menonjol dalammenghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 33
menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini
bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate
dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan
cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh
Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan
Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh
Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa
Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada
masa Sultan Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam
perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-
masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
b. Pemerintahan Kerajaan
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-
raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Syahadati alias Muhammad
Naqal yang naik takhta pada tahun 1081. Baru saat Raja Ternate yang kesembilan,
Cirililiyah bersedia memeluk agama Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Setelah masuk Islam bersama para pembesar kerajaan, Cirililiyah mendapat gelar
Sultan Jamalluddin. Putra sulungnya Mansur juga masuk Islam. Agama Islam
masuk pertama kali di Tidore pada tahun 1471 (menurut catatan Portugis).
5) Kehidupan Politik
6) Kehidupan Ekonomi
Tanah di kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar Maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu
mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
d. Kemunduran Kerajaan
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
8) Kerajaan Jambi
Bersama dengan berdirinya Kesultanan Aceh,di Jambi berdiri pula Kerajaan
Melayu Jambi. Kerajaan ini berdiri setelah Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di
Palembang mengalami kemunduran. Pusat kerajaan ini ada di hulu sungai Batanghari,
Jambi. Nama lain Kerajaan Melayu Jambi adalah Kerajaan Dharmasraya.
Agama Islam yang menyebar di Jambi berasal dari Samudra Pasai.Jambi secara resmi
dinyatakan masuk Islam ketika berada dalam kekuasaan Rangkayo Hitam (1500-1515).
Akan tetapi, pada tahun 1615 Pangeran kedah mulai menggunakan gelar sultan Abdul
Kahar. Pangeran Kedah saat itu baru saja diangkat sebagai Raja Melayu Jambi yang
pertama.Oleh sebab itu, tahu 1615 selalu dianggap sebagai tahun berdirinya Kerajaan
Melayu Jambi.
Sultan Abdul Kahar memerintah sampai tahun 1643.Pada jamannya, kerajaan melayu
Jambi terus mengalami kemajuan.Hal ini disebabkan karena Portugis menguasai malaka
pada tahun 1511.Akhirnya, para pedagang itu memilih Jambi.
9) Kesultanan Banjar
Kerajaan Islam yang berpusat di Kalimantan bagian Selatan pada tahun 1520 -
1905.Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri pada Tahun 1520,
dihapuskan sepihak oleh Belanda pada 11 Juni 1860. Namun rakyat Banjar tetap
mengakui ada pemerintahan darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905.
Namun sejak 24 Juli 2010, Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan
Khairul Saleh .Wilayah terakhir Kesultanan Banjar pada masa Sultan Adam yang telah
menyusut antara tahun 1826-1860 sebelum dibubarkan Hindia Belanda, karena wilayah
sekelilingnya telah diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banjar. Wilayah Banjar
yang lebih kuno terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kerajaan Banjar
adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar
sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian
dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir diMartapura. Ketika beribukota di
Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi. Wilayah terluas kerajaan ini pada masa
kejayaannya disebut empire/kekaisaran Banjar membawahi beberapa negeri yang
berbentuk kesultanan, kerajaan, kerajamudaan, kepengeranan, keadipatian dan daerah-
daerah kecil yang dipimpin kepala-kepala suku Dayak.
Sejarah Banjar
Menurut Hikayat Sang Bima, wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah Sang
Dewa bersaudara dengan wangsa yang menurunkan raja-raja Bima (Sang Bima), raja-raja
Bali (Sang Kuala), raja-raja Dompu(Darmawangsa), raja-raja Gowa (Sang Rajuna) yang
merupakan lima bersaudara putera-putera dari Maharaja Pandu Dewata.
Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan telah berdiri suatu
pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga
daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda pada 11 Juni 1860, yaitu :
Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah berwasiat agar penggantinya adalah
cucunya Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden
Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Maharaja
Sukarama. Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera terancam keselamatannya
karena para putra Maharaja Sukarama juga berambisi sebagai raja yaitu Pangeran
Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung.
Dibantu oleh Arya Taranggana, Pangeran Samudra melarikan diri dengan sampan ke hilir
sungai Barito. Sepeninggal Sukarama, Pangeran Mangkubumi menjadi Raja Negara Daha,
selanjutnya digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Pangeran
Samudra yang menyamar menjadi nelayan di daerah Balandean dan Kuin, ditampung
oleh Patih Masih di rumahnya. Oleh Patih Masih bersama Patih Muhur, Patih Balitung
diangkat menjadi raja yang berkedudukan di Bandarmasih.
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 38
Pangeran Tumenggung melakukan penyerangan ke Bandarmasih. Pangeran Samudra
dibantu Kerajaan Demak dengan kekuatan 40.000 prajurit dengan armada sebanyak
1.000 perahu yang masing-masing memuat 400 prajurit mampu menahan serangan
tersebut.[21]) Akhirnya Pangeran Tumenggung bersedia menyerahkan kekuasaan
Kerajaan Negara Daha kepada Pangeran Samudra. Kerajaan Negara Daha kemudian
dilebur menjadi Kesultanan Banjar yang beristana di Bandarmasih. Sedangkan Pangeran
Tumenggung diberi wilayah di Batang Alai.
Masa Kejayaan
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17
dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur
pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan
Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang
penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban pada tahun 1615
untuk menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya,
tetapi gagal karena mendapat perlawanan yang sengit.
8) Kesultanan Pajang
Kerajaan Pajang adalah satu
kerajaan yang berpusat di Jawa
Tengah sebagai kelanjutan
Kerajaan Demak. Kompleks
keratonnya pada zaman ini
tinggal tersisa berupa batas-
batas fondasinya saja yang
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada tahun 1582, takhta Pajang menjadi rebutan antara
Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) dan Arya Pangiri (menantu Hadiwijaya). Arya
Pangiri merasa tidak puas dengan hanya menjabat sebagai adipati di Demak. Pangeran
Benawa disingkirkan dan hanya dijadikan adipati di Jipang. Selama berkuasa (1582 –
1586), Arya Pangiri banyak melakukan tindakan yang meresahkan rakyat, sehingga
menimbulkan berbagai perlawanan.Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan
wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah
Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan
ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan
terkahir diMartapura. Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Wilayah terluas kerajaan ini pada masa kejayaannya disebut empire/kekaisaran Banjar
membawahi beberapa negeri yang berbentuk kesultanan, kerajaan, kerajamudaan,
kepengeranan, keadipatian dan daerah-daerah kecil yang dipimpin kepala-kepala suku
Dayak.
Sejarah Cirebon
Sehingga Kesultanan Cirebon memiliki suatu kebudayaan yang khas tersendiri, yaitu
kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan
Sunda.
Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja
pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh
kecil yang awalnya didirkan oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang
menjadi sebuah perkampungan ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda:
campuran).
Dinamakan Caruban karena di sana ada percampuran para pendatang dari berbagai
macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, latar belakang dan mata pencaharian
yang berbeda. Mereka datang dengan tujuan ingin menetap atau hanya berdagang.
Pada awal abad ke-16, daerah pajajaran yang beragama hindu. pusat kerajaan ini
berlokasi di pakuan ( sekarang bogor ). kerajaan pajajaran memiliki bandar-bandar
penting seperti banten, sunda kelapa ( jakarta ) dan cirebon.
Kerajaan pajajaran telah mengadakan kerja sama dengan portugis. oleh kerena itu,
portugis diizinkan mendirikan kantor dagang dan benteng pertahanan di sunda kelapa.
untuk membendung pengaruh portugis di pajajaran, sultan trenggono dari demak
memrintahkan fatahilah selaku panglima perang demak untuk menaklukan bandar-
bandar pajajaran. pada tahun 1526, armada demak berhasil menguasai banten.
Pasukan fatahillah juga berhasil merebut pelabuhan sunda kelapa pada tanggal 22 juni
1527. sejak saat iru nama “sunda kelapa” diubah menjadi “jayakarta” atau “jakarta” yang
berarti kota kemenanggan. tanggal itu ( 22 juni ), kemudian dijadikan hari jadi kota
jakarta.
Dalam waktu singkat. seluruh pantai utara jawa barat dapat dikuasai fatahillah,agama
islam lambat laun tersebar di jawa barat. fatahillah kemudian menjadi wali ( ulama besar
1. Sultan hasanuddin
Sultan hasanuddin menjadi raja banten yang pertama. ia memerintah banten selama 18
tahun, yaitu tahun 1552 – 1570 M. di bawah pemerintahannya, banten berhasil
menguasai lampung ( di sumatra ) yang banyak menghasilkan rempah-rempah dan selat
sunda yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan.
2. Maulana Yusuf
Maulana yusuf memerintah banten pada tahun 1570-1580 M. pada tahun 1579,
maulana yusuf menaklukan kerajaan pajajaran di pakuan ( bogor ) dan sekligus
menyinggirkan rajanya yang bernama prabu sedah. akibatnya, banyk rakyat pajajaran
yang menyinggir ke pegunungan. mereka inilah yang sekarang dikenal sebagai orang-
orang baduy atau suku baduy di rangkasbitung banten.
3. Maulana muhammad
Setelah sultan maulana yusuf wafat,putranya yang bernama maulana muhammad naik
tahta pada usia 9 tahun. karena maulana muhammad masih sangat muda, pemerintahan
dijalankan mengkubumi jayanegara sampai maulana muhammad dewasa ( 1580-1596 ).
enam belas tahun kemudian, sultan maulana muhammad menyerang kesultanan
palembang yang di dirikan oleh ki gendeng sure, seorang bangsawan demak. kerajaan
banten yang juga keturunan demam merasa berhak atas daerah palembang. akan tetapi,
banten mengalami kekalahan. sultan maulana muhammad tewas dalam pertempuran
itu.
Pangeran ratu,yang berusia 5 bulan, menjadi sultan banten yang ke empat ( 1596-1651 ).
sampai pangeran ,dewasa, pemerintahan dijalankan oleh mangkubumi ranamanggala.
Sultan ageng tirtayasa memerintah banten paada tahun 1651-1682bM, kerajaan banten
pada masa beliau mencapai masa kejayaan. sultan ageng tirtayasa berusaha
memperluas wilayah kerajaannya ini pada tahun 1671 M, sultan ageng tirtayasa
mengangkat putranya menjadi raja pembantu dengan gelar sultan abdul kahar atau
sultan haji. sultan haji menjalin hubungan baik dengan belanda. melihat hal itu, sultan
ageng tirtayasa kecewa dan menarik kembali jabatan raja pembantu bagi sultan haji,
akan tetapi, sultan haji berusaha mempertahankan dengan meminta bantuan kepada
belanda. akibatnya terjadilah perang saudara. sultan ageng tirtayasa tertangkap dan
dipenjarakan di batavia hingg beliau wafat pada tahun 1691 M.
Pada masa awal kedatangannya ke Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung
Jati) bersama dengan Pangeran Walangsungsang sempat melakukan syiar Islam di
wilayah Banten yang pada masa itu disebut sebagai Wahanten, Syarif Hidayatullah dalam
syiarnya menjelaskan bahwa arti jihad (perang) tidak hanya dimaksudkan perang
melawan musuh-musuh saja namun juga perang melawan hawa nafsu, penjelasan inilah
yang kemudian menarik hati masyarakat Wahanten dan pucuk umum (penguasa)
Wahanten Pasisir.Pada masa itu di wilayah Wahanten terdapat dua penguasa yaitu Sang
Surosowan (anak dari prabu Jaya Dewata atau Silih Wangi) yang menjadi pucuk umum
(penguasa) untuk wilayah Wahanten Pasisir dan Arya Suranggana yang menjadi pucuk
umum untuk wilayah Wahanten Girang.
Di wilayah Wahanten Pasisir Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nyai Kawung anten
(putri dari Sang Surosowan), keduanya kemudian menikah dan dikaruniai dua orang anak
yaitu Ratu Winaon (lahir pada 1477 m) dan Pangeran Maulana Hasanuddin yang lahir
pada 1478 m. Sang Surosowan walaupun tidak memeluk agama Islam namun sangat
toleran kepada para pemeluk Islam yang datang ke wilayahnya. Syarif Hidayatullah
kemudian kembali ke kesultanan Cirebon untuk menerima tanggung jawab sebagai
Penguasaan Banten
Pada tahun 1522, Maulana Hasanuddin membangun kompleks istana yang diberi nama
keraton Surosowan, pada masa tersebut dia juga membangun alun-alun, pasar, masjid
agung serta masjid di kawasan Pacitan. Sementara yang menjadi pucuk umum
(penguasa) di Wahanten Pasisir adalah Arya Surajaya (putra dari Sang Surosowan dan
paman dari Maulana Hasanuddin) setelah meninggalnya Sang Surosowan pada 1519 m.
Arya Surajaya diperkirakan masih memegang pemerintahan Wahanten Pasisir hingga
tahun 1526 m.
Pada tahun 1524 m, Sunan Gunung Jati bersama pasukan gabungan dari kesultanan
Cirebon dan kesultanan Demak mendarat di pelabuhan Banten. Pada masa ini tidak ada
pernyataan yang menyatakan bahwa Wahanten Pasisir menghalangi kedatangan
pasukan gabungan Sunan Gunung Jati sehingga pasukan difokuskan untuk merebut
Wahanten Girang.
Dalam Carita Sajarah Banten dikatakan ketika pasukan gabungan kesultanan Cirebon dan
kesultanan Demak mencapai Wahanten Girang, Ki Jongjo (seorang kepala prajurit
penting) dengan sukarela memihak kepada Maulana Hasanuddin.
Dalam sumber-sumber lisan dan tradisional di ceritakan bahwa pucuk umum (penguasa)
Banten Girang yang terusik dengan banyaknya aktifitas dakwah Maulana Hasanuddin
yang berhasil menarik simpati masyarakat termasuk masyarakat pedalaman Wahanten
yang merupakan wilayah kekuasaan Wahanten Girang, sehingga pucuk umum Arya
Suranggana meminta Maulana Hasanuddin untuk menghentikan aktifitas dakwahnya
dan menantangnya sabung ayam (adu ayam) dengan syarat jika sabung ayam
dimenangkan Arya Suranggana maka Maulana Hasanuddin harus menghentikan aktifitas
dakwahnya. Sabung Ayam pun dimenangkan oleh Maulana Hasanuddin dan dia berhak
melanjutkan aktifitas dakwahnya Arya Suranggana dan masyarakat yang menolak untuk
masuk Islam kemudian memilih masuk hutan di wilayah Selatan.Sepeninggal Arya
Suranggana, kompleks Banten Girang digunakan sebagai pesanggrahan bagi para
penguasa Islam, paling tidak sampai di penghujung abad ke-17.
Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, ia menjadi raja pertama di
Pulau Jawa yang mengambil gelar “Sultan” pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al-
Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif
melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, salah
satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I tahun 1605 dan tahun
1629 kepada Charles I.
Perang Saudara
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan
kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji.
Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang
memberikan dukungan kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara tidak dapat
dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar
Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya, menemui Raja Inggris di
London tahun 1682 untuk
mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan.[1] Dalam perang ini Sultan Ageng
terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa,
namun pada 28 Desember 1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC.
Sultan Ageng bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari
Makasar mundur ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan
Ageng tertangkap kemudian ditahan di Batavia.
Kerajaan Banten mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1682). Dimana, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi
upah kepada pekerja Eropa. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda
yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah
memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli
Lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain
sehingga Banten menjadi wilayah yang multi etnis dan perdagangannya berkembang
dengan pesat.
Kerajaan Banten mengalami kemunduruan berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng
dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan
oleh VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Kemudian Sultan Ageng bersama dua
putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan
pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil
ditangkap dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga
berhasil ditawan oleh VOC dan Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri.
Atas kemenangannya itu, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa
penyerahan Lampung pada tahun 1682. Kemudian pada 22 Agustus 1682 terdapat surat
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 46
perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ketangan VOC. Sultan
Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga
pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian
Belanda di Batavia.
Setelah dihapuskannya Kesultanan Banten, wilayah Banten menjadi bagian dari kawasan
kolonialisasi. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tahun 1817 Banten dijadikan
keresidenan, dan sejak tahun 1926 wilayah tersebut menjadi bagian dari Provinsi Jawa
Barat. Kejayaan masa lalu Kesultanan Banten menginspirasikan masyarakatnya untuk
menjadikan kawasan Banten kembali menjadi satu kawasan otonomi,
Nama Perlak diambil dari nama Kayu Perlak. Kayu jenis ini merupakan kayu khas daerah
Perlak. Atas dasar ini lah kemudian daerah penghasil kayu Perlak disebut dengan Negeri
Perlak. Setelah perdagangan semakin ramai di Selat Malaka, maka pedagang-pedagang
pun menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar Perlak. Kitab Negarakertagama menyebut
negeri itu dengan nama Parlak. Sementara Marcopolo yang berkunjung ke negeri itu
pada tahun 1292 mencatatnya dengan nama Negeri Ferlec.
Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di wilayah Perlak telah berdiri sebuah kerajaan
bercorak Hindu-Buddha yang sederhana bernama Kerajaan Perlak. Raja yang berkuasa di
kerajaan ini bergelar Meurah yang berarti maharaja.
Berdasarkan naskah Idhar al-Haq, sekitar tahun 790 M, sebuah kapal layar berlabuh di
Bandar Perlak. Kapal tersebut membawa seratus juru dakwah yang dipimpin oleh
nakhoda dari kekhalifahan Abbasiyah. Kapal itu datang dari Teluk Kambay, Gujarat dan
berlabuh di Bandar Perlak.
Salah seorang juru dakwah tersebut bernama Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq. Ia
adalah seorang muslim Syiah yang melakukan pemberontakan kepada khalifah al-
Makmun. Namun, usahanya itu menemui kegagalan, akibatnya ia diperintahkan untuk
berdakwah keluar dari negeri Arab sebagai hukumannya.
Setelah beberapa waktu berdakwah di Bbandar Perlak, Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq
menikah dengan putri istana Perlak. Putra pertama hasil dari pernikahan itu bernama
Syed Maulana Abdul Azz Syah. Ia berhasil mendirikan Kesultanan Perlak pada tahun 840
M, sebagai Kesultanan Islam (Syiah) pertama di Nusantara. Setelah berhasil mendirikan
Kesultanan Perlak, ia memperoleh gelar Sultan Alaiddin Syed Maulanan Abdul Azis Syah.
b. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Politik
Kerajaan Perlak didirikan oleh Sultan Aladdin Syed Maulana Abdul Aziz Shah pada tahun
840. Ia merupakan sultan yang menganut aliran Syiah. Aliran ini datang di Indonesia
melalui para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia. Pada masa pemerintahan Sulatan
Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913), aliran Suni mulai masuk di Kerajaan
Perlak. Setelah ia meninggal pada tahun 913, Kerajaan Perlak mengalami pergolakan
antara kaum Suni dan Syiah. Pergolakan ini dimenangkan oleh kaum Suni sehinga sultan-
sultan berikutnya beraliran Suni.
Pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II
Johan Berdaulat (1230-1267), Kerajaan Perlak melakukan politik persahabatan dengan
negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan putrinya yang bernamam Putri Ganggang Sari
dengan Raja Samudera Pasai, Sultan Malik As-Saleh. Keputusannya tersebut
memperlihatkan sikap cinta damai. Uapay memperluas wilayah tidak harus dilakukan
Sultan terakhir Kerajaan Perlak adalah Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan
Berdaulat (1267-1292). Setelah ia meninggal, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan
Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik Az-Zahir, putera Sultan
Malik As-Saleh.
Perlak sangat terkenal dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah ditambah lagi
dengan lokasinya yang sangat strategis.
Apalagi, Kerajaan Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu
yang sangat bagus untuk membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat para
pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk datang ke daerah ini.
Masuknya para pedagang juga membawa ajaran Islam di di wilayah Kerajaan Perlak ini.
Kedatangan mereka mulai mempengaruhi terhadap kehidupan social dan budaya
masyarakat Perlak pada saat itu.
Pada saat itu masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya
berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat
maju.
Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari
membaurnya antara masyarakat asli pribumi dengan masyarakat pendatang.
Masa kejayaan Kerajaan Perlak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Jouhan Berdaulat yakni pada tahun 1225
sampai 1262 Masehi. Pada masa pemerintahan beliau, Kerajaan Perlak mengalami
kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, yakni dalam bidang pendidikan Islam
dan bidang perluasan dakwah Islamiah.
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 49
d. Runtuhnya Kerajaan Perlak
Sementara itu, runtuhnya kerajaan Perlak karena banyak terjadi perang saudara antara
dua golongan yang berbeda yaitu aliran Syiah dan aliran Sunni. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, pada masa sultan ke 17 Kerajaan Perlak melakukan strategi politik
persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga sehingga penggabungan kerajaan
perlak dengan kerajaan samudra pasai tidak dapat dihindarkan.
Sumber sejarah Kerajaan Perlak yakni naskah berbahasa melayu serta berbagai macam
bukti peninggalan sejarah misalnya Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai, karangan Sayid
Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Berikut ini adalah bukti peninggalan sejarah Kerajaan Perlak terdiri atas :
1.Mata uang
Mata uang perlak terdiri dari emas, perak, dan tembaga. Peninggalan mata uang ini
menunjukkan bahwa kerajaan perlak merupakan kerajaan yang telah maju.
2.Stempel kerajaan
Stempel kerajaan bertuliskan kalimat “ Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah
512 ”. Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari Kerajaan perlak.
Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang setelah naik takhta bergelar Sultan
Alam Akbar al Fatah. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V
(Raja Majapahit terakhir) dengan putri dari Campa Pada masa pemerintahannya, Demak
berkembang pesat. Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak
berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak
mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu
Malaka karena kepentingannya turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka.
Namun, serangan itu gagal. Di bidang keagamaan, Raden Patah dibantu Wali Sanga,
Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521) Adipati Unus
meninggal tanpa meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya,
Pangeran Sekar Seda Lepen. Namun, Pangeran ini dibunuh oleh utusan kemenakannya
yang lain, yaitu Raden Mukmin (nama kecil Sunan Prawoto) anak Pangeran Trenggana,
Akibatnya yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adipati Unus, yakni Pangeran
Trenggana. la setelah naik takhta bergelar Sultan Trenggana. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas,
meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa
Timur.
Raden Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak terkenal dengan nama
Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi pendiri kerajaan Demak raja bergelar Sultan Alam
Akbar al Fatah. kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran
agama Islam yang penting Pada masa pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga
membangun Masjid Agung Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun Demak.
Kedudukan Demak semakin penting peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam
setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Namun, walaupun begitu hal itu suatu saat
juga menjadi ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu pada tahun 1513, Raden Patah
mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus dan para armadanya diutus untuk menyerang
Portugis di Malaka. Walau Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang
tetapi gagal dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai dibanding Portugis
di Malaka.
Pada tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian pemerintahan Kerajaan
Demak digantikan putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati Unus sangat terkenal sebagai
panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap
Portugis yang telah menguasai Malaka. dan karena keberaniannya itu Pati Unus
mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan
blokade terhadap Portugis di Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan
makanan.
Ketika Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi tahta kerajaan digantikan oleh
adiknya yang bernama Raden Trenggono. dan di bawah pemerintahan Sultan Trenggono
inilah pemerintahan Demak mencapai masa kejayaannya. Raden Trenggono dikenal
sebagai raja yang sangat bijaksana dan gagah berani. dan berhasil memperlebar wilayah
kekuasaannya yang meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah
pimpinan Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda kelapa.
Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang
artinya kemenangan yang sempurna danampai saat ini dikenal dengan nama Jakarta.
Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak
dan untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah cerdas sebagai
berikut :
- menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang ) dipimpin
Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil karena Sultan
Trenggono meninggal
- menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin Fatahillah
mengadakan perkawinan politik.
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa,
tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam
memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan
pedalaman di nusantara.
Di bawah Pimpinan Pati Unus( Pangeran sabrang Lor ) Demak di bawah Pati Unus adalah
Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai
kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam
dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan
armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya,
Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari
Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban
(1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan,
kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Trenggana meninggal
pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian
digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah
Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana.
Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana
untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin
menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam
di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke
Kudus.
Setelah sultan trenggono wafat, terjadi konflik perebutan kekuasaan di antara anggota
kerajaan. Penggnti sultan trenggono adalah Pangeran sedo lepen yang adalah saudara
dari sultan trenggono, Ia di bunuh oleh anak dari sultan trenggono yaitu Pangeran
Prawoto. Perebutan tahta terus berlanjut dan berkembang menjadi perang suadara.
Putra dari pangeran sedo lepen yang bernama arya penangsang membunuh pangeran
prawoto, dan mengambil alih tampuk kekuasaan.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang
keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa
bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda
tertentu juga masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau benda
peninggalan kerajaan Demak yaitu sebagai berikut :
Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh
hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi
salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat
pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda tertarik untuk melihat keunikan
arsitektur dan nilai-nilai filosofisnya , datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa
Kauman, Demak – Jawa Tengah.
2. Pintu Bledek
Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari
Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu bledek
tak lain karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini,
pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan
karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan
kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.
Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai
penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang
digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh
Kanjeng Sunan Kalijaga.
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan
peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan. Kedua alat ini
digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid
agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah adzan dikumandangkan.
Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan
tersebut dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5
waktu secepat orang naik kuda.
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini dahulunya
digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke
Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs tersebut sudah tidak digunakan
lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah Maksurah
adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak.
Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo
Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan dalam kaligrafi tersebut
bermakna tentang ke-Esa-an Allah.
b. Pemerintahan Kerajaan
Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:
1. Raja Kudungga
adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Raja kudungga
masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa
pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke
wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku.
Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur
pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja,
sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.
2. Raja Aswawarman
Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja
yang cakap dan kuat.Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan
Kutai diperluas lagi.Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara
Asmawedha pada masanya.Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India
pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas
wilayahnya.Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan
tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai (ditentukan
dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan politik
Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di
Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari
pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi
Kehidupan Budaya
Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan
Kutai sudah maju.Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan
(pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut
Vratyastoma.Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman
karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya,
sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli,
dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India.Tetapi pada masa
Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin
oleh kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana
asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya
tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada
dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih
merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
d. Kejayaan Kerajaan
e. Kemunduran Kerajaan
Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama
Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi
Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.
2) Kerajaan Tarumanegara
a. Sejarah kerajaan
Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan
salah satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan
Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan raja Sunda dalam
tahun 536 M, merupakan gejala bahwa ibukota sundapura telah berubah status menjadi
sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara
telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan rajatapura
atau salakanagara (kota perak), yang disebut argyre oleh ptolemeus dalam tahun 150 M.
Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari
Dewawarman I - VIII). Ketika pusat pemerintahan beralih dari rajatapura ke
Tarumanegara, maka salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah.
Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu raja Dewawarman
VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari salankayana di India yang mengungsi ke nusantara
karena daerahnya ditaklukkan maharaja samudragupta dari kerajaan magada.
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669
c. Kehidupan Kerajaan
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman
telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar
artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk
memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
3. Kehidupan Ekonomi
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan
sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat
kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya,
keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan
tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
Runtuhnya kerajaan Tarumanegara tidak diketahui secara lengkap, karena prasasti yang
ditemukan sebagian hanya menyampaikan berita saat pemerintahan raja Purnawarman
dan sisanya belum dapat ditafsirkan secara lengkap.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun
669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih
menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri
Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu
Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan
kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk
berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
1. Prasasti Ciaruteun
a. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ditemukannya prasasti tersebut).
2. Prasasti Jambu
Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor .
Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan
tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
7. Prasasti Tugu
3) Kerajaan Kediri
Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir
pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan,
melainkan pindah ke Daha. Kerajaan ini merupakan salah satu dari dua kerajaan
pecahan Kahuripan pada tahun 1045 Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan
Kerajaan Kahuripan.
Tidak ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi
beberapa bagian. Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima
bagian. Tetapi dalam perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut,
yaitu Kediri (Panjalu) dan Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah kerajaan
mendapat ibukota lama, yaitu Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi
Panjalu atau dikenal juga sebagai Kerajaan Kediri. Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukotaDaha tumbuh menjadi
besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada
nama Kediri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-
raja Kediri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina
berjudul Ling wai tai ta (1178).
Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.Tak banyak yang
diketahui peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136)
menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian,
berakhirlah Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan
yang cukup kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana, yang
dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji.
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 67
Nama Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata “Kedi” yang artinya “Mandul”
atau “Wanita yang tidak berdatang bulan”.Menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito,
‘Kedi” berarti Orang Kebiri Bidan atau Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno
pernah menyamar Guru Tari di Negara Wirata, bernama “Kedi Wrakantolo”.Bila kita
hubungkan dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng,
“Kedi” berarti Suci atau Wadad. Disamping itu kata Kediri berasal dari kata “Diri” yang
berarti Adeg, Angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan).
Untuk itu dapat kita baca pada prasasti “WANUA” tahun 830 saka, yang diantaranya
berbunyi :
Tatkala Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang
Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula kecil lalu
berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya terkenal
hingga sekarang.
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting
(1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat
desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari
prasasti itu diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap
masyarakat dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
2. Sri Bameswara
3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya.
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang
sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di DahonoPuro, bawah kaki
Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh
menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran
sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga
makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik
perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan
Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata
Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan
spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak
tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan
Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada
masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera
memegang teguh prinsip “tatwam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua)
itu, semua makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu
yang menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi kesatuan
adalah tidak benar.
5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah
sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja RakeHino Sri
AryeswaraMadhusudanawataraArijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya
berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu
Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri
selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri Gandra.
6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring,
yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama
gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat
seseorang dalam istana.
7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan
Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185
Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu
Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga
dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.
8. Sri Kertajaya
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan
Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta
bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh KenArok.
c. Kehidupan kerajaan
Sistem Peradilan Kerajaan
Sistem peradilan Kerajaan Kediri bertujuan untuk mencapai kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan kerajaan (Stutterheim, 1930:254). Dengan
adanya kepastian hukum, maka hak dan kewajiban semua warga kerajaan dapat
dijamin. Keseimbangan antara hak dan kewajiban warga kerajaan telah membuktikan
serta membuahkan ketentraman lahir dan batin. Aparat dan rakyat menghormati
hukum atau darma semata-mata demi terjaganya kepentingan bersama.
Semua keputusan dalam pengadilan diambil atas nama Raja yang disebut Sang
Amawabhumi artinya orang yang mempunyai atau menguasai negara. Dalam
Mukadimah Darmapraja ditegaskan demikian:
Semoga Sang Amawabhumi teguh hatinya dalam menerapkan besar kecilnya denda,
jangan sampai salah trap. Jangan sampai orang yang bertingkah salah, luput dari
tindakan. Itulah kewajiban Sang Amawabhumi, jika beliau mengharapkan
kerahayuan negaranya (Moedjanto, 1994:56).
Dalam soal pengadilan, Raja dibantu oleh dua orang Adidarma Dyaksa. Seorang
Adidarma Dyaksa Kasiwan dan seorang Adidarma Dyaksa Kabudan, yakni kepala
agama Siwa dan kepala agama Buda dengan sebutan Sang Maharsi, karena kedua
agama itu merupakan agama utama dalam Kerajaan Kadiri dan segala Perundang-
undangan didasarkan agama.
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 71
Kedudukan Adidarma Dyaksa boleh disamakan dengan kedudukan Hakim Tinggi.
Mereka itu dibantu oleh lima Upapati artinya : pembantu dalam pengadilan adalah
pembantu Adidarma Dyaksa. Mereka itu biasa disebut Pamegat atau Sang Pamegat
artinya : Sang Pemutus alias Hakim. Baik Adidarma Dyaksa maupun Upapati bergelar
Sang Maharsi. Mula-mula jumlahnya hanya lima yakni : Sang PamegatTirwan, Sang
PamegatKandamuhi, Sang PamegatManghuri, Sang Pamegat Jambi, Sang
PamegatPamotan.
Mereka itu semuanya termasuk golongan Kasiwan, karena agama Siwa adalah agama
resmi negara Kadiri dan mempunyai pengikut paling banyak. Pada zaman
pemerintahan Prabu Jayabhaya jumlah Upapati ditambah dua menjadi tujuh.
Keduanya termasuk golongan Kabudan, sehingga ada lima UpapatiKasiwan dan dua
UpapatiKabudan. Perbandingan itu sudah layak mengingat jumlah pemeluk agama
Buda kalah banyak dengan jumlah pemeluk agama Siwa. Dua UpapatiKabudan itu
ialah Sang PamegatKandangan Tuha dan Sang PamegatKandanganRare.
Lembaga peradilan kerajaan ini bertanggung jawab kepada Raja secara langsung.
Akan tetapi silang sengketa yang menyangkut kepenting¬an Raja dan keluarganya,
menggunakan peradilan khusus, sehingga kontaminasi dan intervensi terhadap hasil
putusan dapat dihindari. Dalam hal ini Raja mempunyai staf hukum yang mumpuni,
profesional dan tidak diragukan lagi integritas serta kredibilitasnya.
Empu Sedah adalah penyusun Kakawin Baratayudha pada tahun 1079 Saka atau 1157
Masehi, dengan sengkalan berbunyi Sangha Kuda SuddhaCandrama. Hanya saja,
Empu Sedah keburu meninggal sebelum karyanya selesai. Kakawin Baratayudha
dipersembahkan kepada Prabu Jayabhaya, MapanjiJayabhaya, Jayabhaya Laksana
atau Sri Warmeswara.
Tingkat kecerdasan rakyat memang berbeda-beda. Hukum positif yang disusun oleh
elit negara, kadang kala kurang bisa dipahami oleh rakyat awam. Keadaan ini disadari
oleh para Raja Kadiri. Oleh karena itu demi terciptanya susasana yang harmonis,
lantas diciptakan nasehat-nasehat simbolis berbau mistis. Kenyataannya pesan-pesan
spitirual Prabu Jayabhaya yang dibungkus dengan ramalan ghaib tadi dipercaya oleh
sebagian besar masyarakat. Sebagai pelengkap dan pengiring hukum positif, maka
budaya simbolik tersebut dapat digunakan untuk mencapai ketertiban sosial.
Selama Prabu Jayabaya memegang kendali pemerintahan dan tata praja, Nusantara
sungguh-sungguh diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara, Asia Tengah dan Asia
Selatan. Beliau berhasil mewujudkan negara yang Gedhe Obore, PadhangJagade,
DhuwurKukuse, AdohKuncarane, Ampuh Kawibawane. Masyarakat merasakan negara
yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja. Konsep Saptawa,
dijadikan sebagai program utama yaitu :
1. Wastra (sandang)
2. Wareg (pangan)
3. Wisma (papan)
4. Wasis (pendidikan)
5. Waras (kesehatan)
7. Wicaksana (kebijaksanaan).
Masyarakat Jawa percaya bahwa Prabu Jayabaya selalu bersikap arif dan bijaksana
serta menjunjung hukum yang berlaku. Semua golongan masyarakat bersatu padu
mendukung pemerintahannya. Refleksi kearifan warisan para leluhur raja Jawa
dijadikan referensi untuk membawa kebesaran Nusantara.
3. Prasasti Sirah Keting (1104 M), memuat pemberian hadiah tanah kepada
rakyat desa oleh Jayawarsa.
6. Prasasti Jaring (1181M), dari raja Gandra yang memuat sejumlah nama pejabat
dengan menggunakan nama hewan seperi Kebo Waruga dan Tikus Jinada.
8. Candi Penataran : Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di
lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450
meter dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini
dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200
Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan
Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
9. Candi Gurah : Candi Gurah terletak di kecamatan di Kediri, Jawa Timur. Pada
tahun 1957 pernah ditemukan sebuah candi yang jaraknya kurang lebih 2 km
dari Situs Tondowongso yang dinamakan Candi Gurah namun karena
kurangnya dana kemudian candi tersebut dikubur kembali.
11.Arca Buddha Vajrasattva : Arca Buddha Vajrasattva ini berasal dari zaman
Kerajaan Kediri (abad X/XI). Dan sekarang merupakan Koleksi Museum
fürIndischeKunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
13.Candi Tuban : Pada tahun 1967, ketika gelombang tragedi 1965 melanda
Tulungagung. Aksi Ikonoklastik, yaitu aksi menghancurkan ikon – ikon
kebudayaan dan benda yang dianggap berhala terjadi. Candi Mirigambar luput
dari pengrusakan karena adanya petinggi desa yang melarang merusak candi
ini dan kawasan candi yang dianggap angker.Massa pun beralih ke Candi
Tuban, dinamakan demikian karena candi ini terletak di Dukuh Tuban, Desa
Domasan, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Candi ini terletak
sekitar 500 meter dari Candi Mirigambar. Candi Tuban sendiri hanya tersisa
kaki candinya. Setelah dirusak, candi ini dipendam dan kini diatas candi telah
berdiri kandang kambing, ayam dan bebek.
4) Kerajaan Majapahit
a. Sejarah Kerajaan
Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan Agama hindu dan budha yang berada di
daerah Negara Indonesia. Kerajaan ini kurang lebih berdiri sekitar pada tahun 1293
sampai tahun 1500 Masehi dan dimasa awal kejayaan Majapahit, Kerajaan ini dipimpin
oleh seorang raja yang bernama Raden Wijaya.
Raden Wijaya memimpin Majapahit ini kurang lebih sekitar pada tahun 1293 hingga
pada tahun 1309. Selepas itu Kerajaan tersebut dikuasai oleh Jayanegara yang jahat dan
Jayanegara ini sempat menguasai Kerajaan Majapahit pada tahun 1309 hingga tahun
1328 Masehi.
Selepas Jayanegara dibunuh, maka kekuasan Majapahit ini diganti oleh Tribhuwana
Tungga Dewi yang mana beliaulah yang mengakibatkan Kerajaan Majapahit kembali
kepada masa-masa kejayaannya selama berdaulat pada tahun 1328 hingga pada tahun
1305 Masehi.
Ketika pada masa itu Majapahit dapat dibilang sebagai negara terbesar yang pernah ada
didalam sejarah Indonesia. Bersama dengan perdana mentri Gajah Mada, Majapahit
memiliki misi-misi besar yaitu misi-misi besar tersebut ialah mempersatukan nusantara.
wikimedia.org
Para pejabat-pejabat itu memegang beberapa bagian wilayah dari Kerajaan Majapahit
seperti pada wilayah Kembang Jenar, Matahun Pajang, Singhapura, Kelinggapura,
Wengker, Jagaraga, Daha, Kabalan, Keling, dan pada wilayah Kahuripan.
Pada masa itu Majapahit telah mencetak uang logamnya dari berbagai macam campuran
bahan seperti tembaga dan perak untuk dijadikan sebagai sarana transaksi.
Kebudayaan Majapahit
kompasiana.com
Kebudayaan pada masyarakat Majapahit ialah kebudayaan Hindu yang telah masuk pada
Agama Budha. Sehingga ketika dimasa kepemerintahannya kerap diadakan sebuah acara
kebudayaan seperti acara sebuah pemujaan. Pemujaan-pemujaan yang dilakukan ialah
pemujaan Siwa dan Waisnawa kepada Dewa Wisnu.
Selain dari itu, raja yang memimpin kekuasan kerajaan Majapahit dianggap sebagai
jelmaan Budha. Biasanya perenan-peranan tersebut diadakan di Trowulan dan lokasinya
di candi-candi. Candi-candi tersebut diantaranya ialah Candi Bajangratu trowulan,
Mojokerto dan Candi Tikus.
Candi-candi itu telah menggunakan arsitektur yang bagus dengan dilengkapi bahan-
bahan bangunan seperti bata, perekat gula, dan menggunakan getah pohon.
sejarah10abad.blogspot
.co.id
Majapahit adalah salah satu kerajaan yang bertepatan lokasi didaerah Jawa Timur sejak
dari tahun 1293 sampai tahun 1500 an.
Pada masa itu Majapahit sudah mendirikan kerajaan lain yang berada di wilayah selatan
Semenanjung Melayu, Sumatera, Bali, Kalimantan, Bali, Indonesia bagian tumur, dan di
Negara Filipina. Majapahit ini adalah kerajaan terakhir dari kerajaan-kerajaan hindu
lainnya.
Majapahit ini selain menjadi kerajaan terakhir pada masanya, kerajaan ini telah dianggap
bahwa kerajaan tersebut sebagai salah satu negara terbesar didalam sejarah Indonesia.
Pada masa itu penduduk-penduduk majapahit sudah mengembangkan kecanggihan-
kecanggihan tingkat tinggi baik itu didalam kegiatan artistik ataupun komersial.
Pada saat itu modal yang sudah dimiliki oleh para penduduk-penduduk Majapahit
diantaranya ialah seni dan sastra yang mana sastra dan seni itu memiliki perkembangan
Berlandaskan dari bidudidaya perdagangan. selain dari itu, juga didukung dengan ber-
anekaragam profesi dan industri. Ketika pada tahun 1527 Majapahit ini adalah kerajaan
yang disebut dengan kerajaan paling besar di nusantara ini bertekuk lutuk kepada
Kesultanan Demak.
Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra yang mana putra tersebut dihasilkan dari
pernikahan sebelumnya, yakni Pangeran Wirabhumi, yang juga ikut menyatakan tahta.
Adanya perang sipil seperti ini dan yang mana perang itu disebut sebagai Paregreg
diperkirakan telah terjadi kurang lebih sekitar pada tahun 1405 sampai 1406, dan
adanya peperangan itu menimbulkan Wikramawardhana sebagai pemenang yang
memenangkan peperangan tersebut, dan Wirabhumi ditangkan lalu dipenggal hidup-
hidup.
Yang terakhir ialah masuknya Agama Islam dari zaman Kerajaan yang berada di
daerah Kediri Jawa Timur yang mana kerajaan itu memperlihatkan kekuatan-
kekuatan baru yang berani melawan Majapahit. Hal ini merupakan kondisi
terburuk yang terjadi pada Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini memang benar-benar
sedang dalam ancaman kehancuran sesudah seluruh kerajaan-kerajaan Islam
bersatu dan menjadi satu.
kisahasalusul.blogspot.com
yukpiknik.com
Candi Cetho ialah candi yang dialokasi bagi orang yang beraga Hindu peninggalan masa-
masa akhir kepemerintahan Majapahit pada abad ke 15. Terdapat sebuah laporan ilmiah
pertama tentang candi cheto yang dibangun oleh Van de Vlies pada tahun 1842. A.J.
Bernet Kempers juga ikut melakukan penelitian tentangnya,
Penggalian pertama kalinya yang dilakukan untuk kepentingan rekonstruksi pada tahun
1928 yang dipimpin oleh Dinas Purbakala dari Hindia Belana. Berlandaskan kondisinya
ketika terjadinya reruntuhan candi tersebut mulai di analisa, ternyata usia dari candi ini
tidak berbeda jauh dengan usia candi sukuh.
Keberadaan lokasi candi ini adalah bertepatan di Dusun Ceto, Kecamatan Jenawi, Desa
Gumeng, Kabupaten Karanganyar, yang mana lokasi dari candi tersebut berada pada
ketinggian 1400 MDPL (meter diatas permukaan laut).
2. Candi Sukuh
flickr.com
Candi sukuh adalah komplek dari candi-candi yang beragama Hindu yang berada di
daerah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh ini termasuk didalam kategori
Candi Sukuh ini tergolong sebagai candi yang sangat polemis, karena bentuk dari candi
tersebut tidak biasa saja dan banyak juga obyek-obyek yoni dan lingga yang mewujudkan
seksualitas. Candi Sukuh ini sudah sejak lama untuk diusulkan ke UNESCO untuk
dijadikan salah satu situs warisan dunia dari tahun 1995.
3. Candi Pari
idsejarah.net
Candi Pari merupakan salah satu sebuah monumen peninggalan sejarah masa-masa
klasik negara Indonesia yang letaknya berada didaerah Desa Candi Pari, Kabupaten
Sidoarjo, Kecamatan Porong, Jawa Timur Indonesia. Keberadaan lokasi candi tersebut
berada kurang lebih di sekitar 2 KM kearah barat laut.
Ketika pada jaman dahulu kala, diatas gerbang candi itu terdapat sebuah batu serta
angka yang mewujudkan angka tahun 1293 (1371 M). Dan juga merupakan salah satu
monumen peninggalan dari jaman Kerajaan Majapahit yang mana waktu itu masih pada
kepemerintahan Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1350 sampai 1389 Masehi.
Waringin Lawang ini adalah bahasa Jawa dan apabila Waringin Lawang ini diartikan
kedalam bahasa Indonesia ini artinya adalah ‘Pintu Beringin’. Gapura besar ini dibuat
dari bahan utama batu-bata merah dengan luas lahan 13 x 11 meter dan tinggi dari
gapura tersebut sekitar 15,5 meter.
Lokasi candi hindu terletak di daerah Desa Jabung, Kabupaten Probolinggo, Kecamatan
Paiton, Provinsi Jawa Timur. Bentuk bangunan pada candi tersebut dibuat dari bahan
utama batu-bata merah, meskipun candi itu dibuat dari bahan-bahan batu-bata merah
tetapi usia kekokohan pada candi tersebut mampu bertahan sampai ratusan tahun.
Menurut keyakinan, Agama Budaha didalam sebuah kitab yang mana nama dari kitab
tersebut adalah Nagarakertagama menjelaskan bahwa Candi Jabung ini merupakan
sebuah sebutan dengan nama Bajrajinaparamitapura.
Didalam kitab Nagarakertagama menuliskan bahwa Candi Jabung ini sudah kunjungi oleh
Raja Hayam Wuruk pada kunjungan ketika beliau sedang keliling ke daerah Jawa Timur
pada tahun 1359 M.
Namun disebutkan didalam Kitab Pararaton bahwa Sajabung itu ialah merupakan
sebuah tempat pemakaman salah seorang anggota keluarga raja. Bentuk bangunan
candi ini hampir sama dengan bentuknya Candi Bahal yang ada didaerah Bahal, Provinsi
Sumatera Utara.
Letak Candi Brahu itu didaerah Dukuh Jambu Mente, Kecamatan Trowulan, Desa
Bejijong, Kabupaten Mojokerto. Letak lokasi Candi Brahu ini bertepatan dengan kantor
suaka peninggalan purbakala dan sejarah Jawa Timur. Sebagian dari orang memiliki
pendapat masing-masing bahwa umur Candi Brahu ini lebih tua apabila dibandingkan
dengan candi-candi lainnya di Trowulan.
Batu tulis ini dibuat kurang lebih pada tahun 939 Masehi atau 861 Saka diatas perintah
dari sang raja Mpu Sindok yang berasal dari Kerajaan Kahuripan. Konon katanya candi
inilah dijadikan sebagai tempat pembakaran raja-raja Brawijaya.
Akan tetapi, menurut analisa seseorang yang dikerjakan oleh para ahli tidak menjumpai
hasil adanya bekas abu-abu pembakaran jenazah atau mayat, lantaran tembok atau
dinding pada candi sekarang ada pada keadaan kosong.
Sastra Majapahit
kliping.co
Apakah kalian mengetahui bahwa ketika di jaman Majapahit aspek sastra memuai
dengan sangat cepat sekali. Berbagai macam karya-karya sastra dibuat dan hasil dari
karya sastra tersbut dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian jaman Majapahit
awal dan jaman Majapahit Akhir.
Penasaran dengan karya sastra yang telah dihasilkan di jaman Majapahit, berikut ini akan
ada pembahasan dan penjelasan tentang karya sastra Majapahit awal dan karya sastra
Majapahit akhir. Yuk, langsung saja simak ulasan dibawah ini.
Karya sastra majapahit awal yang mana karya sastra tersebut dibuat diawal kerajaan
Majapahit, berikut inilah karya-karya sastra peninggalan Majapahit awal.
Bukan hanya itu saja, didalam sebuah kitab mengatakan bahwa adanya upacara Sradda
untuk Putri Gayatri, menyinggung dengan kehidupan, kegamaan, dan kepemerintahan
Karena, tentang raja-raja yang berkuasa dimasa itu hanya dikatakan dengan cara singkat,
terutama para raja-raja di Singasari dan Majapahit lengak dengan tahun-tahunnya.
Lalu dia pun menghadap kepada Wairocana dan diizinkan untuk melihat neraka. Karena
dia sangat taat atau patuh kepada ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh agama
Buddha, dan pada akhirnya apa yang dia inginkan itu pun terkabul.
Kitab Parthayajna
Kitab Prthayajna ialah sebuah kitab yang mana kitab tersebut sampai saat ini belum ada
yang mengetahui siapa pengarang atau pencipta kitab tersebut. Isi dari kitab ini ialah
mengenai keadaan Pandawa sesudah kalah ketika sedang bermain dadu, dan pada akhir
cerita mereka melakukan kegiatan seperti mengembara di hutan-hutan.
Kitab Sotasoma
Kitab Sotasoma ialah sebuah kitab yang juga dikarang oleh Empu Tantular. Kitab ini
menceritakan mengenai riwayat hidup Sotasoma, dimana seorang anak raja menjadi
pendeta Buddha pada masa itu. Dia siap atau bersedia untuk berkorban atau
mengorbankan dirinya untuk mementingkan kepentingan seluruh umat manusia yang
mana seorang manusia itu sedang berada didalam kesulitan.
Maka dari itu, banyak manusia-manusia yang tertolong karena jasa beliau yang telah
mengorbankan dirinya. Didalam kitab ini selain membahas riwayat terdapat juga sebuah
ungkapan-ungkapan kata yang berbunyi “Bhinneka Tuggal Ika, TanHana Dharma
Mangrawa”, lalu digunakan sebagai motto Negara Indonesia hingga saat ini.
Berikut dibawah ini adalah peninggalan-peninggalan sastra karya Majapahit akhir, yuk
langsung saja kita simak pembahasannya.
Kitab Pararaton
Kitab Pararaton alah kitab yang isinya menceritakan kisah-kisah hidunya seorang raja
Majapahit dan seorang raja Singasari. Selain dari itu, didalam kitab Pararaton ini
menceritakan mengenai pemberontakan Sora dan Ranggalawe, Jayanegara dan
menceitakan peristiwa Bubat.
Kitab Sorandakan
Kitab Sorangakan adalah kitab yang ditulis dalam bentuk kidung, kitab Sorandakan ini
menceritakan mengenai pemberonkan Sora kepada Raja Jayanegara yang berada
didaerah Lumajang.
Kitab Sudayana
Isi dari kitab sudayana ini adalah menceritakan tentang Peristiwa Bubat, yaitu sebuah
agenda penikahan yang lalu berubah menjadi sebuah pertempuran antara Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan Pajajaran dibawah kepemimpinan seorang raja yang bernama
Gajah Mada.
Didalam pertempuran tersebut raja yang berasal dari tanah suda ini dengan para
pembesar-pembesarnya terbunuh, sedangkan Dyah Pitaloka meinggal dengan cara
melakukan bunuh diri.
Kitab Ranggalawe
Mungkin telinga kalian sudah tidak asing lagi ketika mendengar kitab ini. Kitab ini adalah
Kitab Ranggalawe, yang mana Kitab Ranggalawe ditulis dalam bentuk kidung dan
mencerutakan mengenai pemberontakan Tanggalawe dari Tuban kepada Jayanegara.
Dengan sendirinya Calon Arang pun terasa terhina dan menyebarluaskan penyakit di
seluruh negeri. Atas perintah dari Airlangga beliau bisa dibunuh oleh Empu Bharada.
5) Kerajaan Bali
a. Sejarah Kerajaan
Kerajaan Bali merupakan sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau
kecil yang tak jauh dari Jawa Timur dengan nama yang sama.Kerajaan Bali
umumnya bercorak agama Hindu. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali
mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak kedua pulau ini
berdekatan.Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak
rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap disana. Sampai sekarang
ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali dianggap sebagai
pewaris tradisi Majapahit.
Bali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala,
sebelum kedatangan majapahit terdapat sebuah kerajaan yang muncul
b. PemerintahanKerajaan
1. Khesari Warmadewa yang beristana di Singhadwala menurunkan
Wangsa Warmadewa
2. Ugrasena
3. Raja Haji Tabanendra Warmadewa ia di candikan di Air Mandu
4. Raja Jayasingha Wamadewa ia membangun pemandian di Desa
Manukraya yaitu Pemandian Tirta Empul dekat tampak Siring tahun 960
5. Raja Jayasadhu Warmadewa
6. Sri Maharaja Sri Wijaya Mahdewi
7. Raja Udayana yang memerintah bersama istrinya yakni
Gunapriyadarmapatni yang melahirkan Airlangga, Marakata, Anak
wungsu
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupanpolitik
Berita tertua mengenai Bali bersumber dari Bali sendiri, yakni
berupa beberapa buah cap kecil dari tanah liat yang berukuran 2,5 cm
yang ditemukan di Pejeng, Bali. Cap-cap itu dibuat pada abad ke-8 M.
Adapun prasasti tertua di Bali berangka tahun 882 M, memberitakan
perintah membuat pertapaan dan pasanggrahan di Bukit Cintamani. Di
dalam prasasti tersebut tidak ditulis nama raja yang memerintah pada
masa itu. Demikian juga prasasti yang berangka tahun 911 M, yang
isinya memberikan izin kepada penduduk Desa Turunan untuk
membangun tempat suci bagi pemujaan Bhattara Da Tonta.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali adalah sektor
pertanian. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata-kata yang terdapat
dalam berbagai prasasti yang menunjukkan usaha dalam sektor
pertanian, seperti suwah, parlak (sawah kering), gaga(ladang), kebwan
(kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).
Kehidupan Sosial
Kehidupan agama
Masyarakat Bali banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India,
terutama Hindu. Sampai sekarang, masyarakat Bali masih banyak yang
menganut agama Hindu. Namun demikian, agama Hindu yang mereka
anut telah bercampur dengan budaya masyarakat asli Bali sebelum
Hindu. Masyarakat Bali sebelum Hindu merupakan kelompok
masyarakat yang terikat oleh hubungan keluarga dan memuja roh-roh
nenek moyang yang mereka anggap dapat menolong dan melindungi
kehidupan keluarga yang masih hidup. Melalui proses sinkretisme ini,
lahirlah agama Hindu Bali yang bernama Hindu Dharma.
d. Kejayaan Kerajaan
Penyebab Kejayaan
1. Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, sistem
pemerintahan Kerajaan Bali semakin jelas.
2. Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang
merupakan putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga
kedudukan Kerajaan Bali semakin kuat.
e. Kemunduran Kerajaan
Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki
seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 92
Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di
bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih
Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat
sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan
tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh
dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke
sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai
ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian
Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343.
d. Sumber Sejarah
Prasasti Canggal
Prasasti yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka
Tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala. Menggunakan huruf pallawa dan bahasa
sangsekerta. Isi dari prasasti tersebut menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang
Syiwa) yang merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja oleh Raja
Sanya serta menceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah sena yang
kemudian digantikan oleh Sanjaya.
Prasasti Metyasih/Balitung
Prasasti ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M. Prasasti Metyasih yang
diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari
tembaga.. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah
kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena telah berjasa besar terhadap Kerajaan
serta memuat nama para raja-raja Mataram Kuno.
7) Kerajaan Singasari
A. SEJARAH KERAJAAN
Singasari merupakan salah satu kerajaan yang berhasil menguasai pulau Jawa hingga
luar Jawa di masa kejayaannya. Kerajaan Singasari juga dikenal dengan nama Kerjaan
Tumapel. Kerajaan ini pertama kali berdiri di tahun 1222. Awalnya kerajaan Singasari
merupakan bagian dari Kerajaan Kediri.
Akan tetapi, akuwu dari Tumapel yang saat itu bagian dari Kerajaan Kediri yaitu
Tunggul Ametung mati dibunuh oleh Ken Arok. Ken Arok pun kemudian mengangkat
dirinya sendiri menjadi pengganti Tunggul Ametung menjadi akuwu.
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Asal usul Ken Arok tidak jelas. Menurut
kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang wanita tani dari Desa Pangkur
(sebelah timur Gunung Kawi). Para ahli sejarah menduga ayah Ken Arok seorang
pejabat kerajaan, mengingat wawasan berpikir, ambisi, dan strateginya cukup tinggi.
Hal itu jarang dimiliki oleh seorang petani biasa. Pada mulanya Ken Arok hanya
merupakan seorang abdi dari Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Ken Arok
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 99
setelah mengabdi di Tumapel ingin menduduki jabatan akuwu dan sekaligus
memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Dengan menggunakan tipu muslihat
yang jitu, Ken Arok dapat membunuh Tunggul Ametung. Setelah itu, Ken Arok
mengangkat dirinya menjadi akuwu di Tumapel dan memperistri Ken Dedes yang saat
itu telah mengandung. Ken Arok kemudian mengumumkan bahwa dia adalah
penjelmaan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Hal itu dimaksudkan agar Ken Arok
dapat diterima secara sah oleh rakyat sebagai seorang pemimpin.
Tumapel pada waktu itu menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Kediri yang diperintah
oleh Raja Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken Arok ingin memberontak, tetapi
menunggu saat yang tepat. Pada tahun 1222 datanglah beberapa pendeta dari Kediri
untuk meminta perlindungan kepada Ken Arok karena tindakan yang sewenang-
wenang dari Raja Kertajaya. Ken Arok menerima dengan senang hati dan mulailah
menyusun barisan, menggembleng para prajurit, dan melakukan propaganda kepada
rakyatnya untuk memberontak Kerajaan Kediri.
1. Kitab Negarakartagama
2. Kitab Pararaton
Sumber sejarah kerajaan Singasari yang kedua adalah Kitab Pararaton. Kitab ini
berisikan dongeng dan mitos. Namun dari kitab ini, kita bisa mengetahui awal mula
Hal ini dilakukannya karena dia menginginkan istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes.
Kemudian dia melepaskan Kabupaten Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kediri yang
diperintah oleh raja Kertajaya. Pada akhirnya, Ken Arok menyerang Kerajaan Kediri,
membunuh raja Kertajaya dan mendirikan kerajaan Singasari.
3. Bangunan Candi
B. PEMERINTAHAN KERAJAAN
Pendiri Kerajaan Singasari ialah Ken Arok yang menjadi Raja Singasari dengan gelar
Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama
Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama
lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan
Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam
bangunan Siwa– Buddha.
2. Anusapati (1227–1248).
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak
banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya
menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra
Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 101
menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat
kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati
asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan
Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan
demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
3) Tohjoyo (1248)
4) Ranggawuni (1248–1268)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari.
5) Kertanegara (1268–-1292).
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita
untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar
Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga
orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i
sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti
pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh
Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria
Wiaraja.
Dengan gugurnya Kertanegara pada tahun 1292, Kerajaan Singasari dikuasai oleh
Jayakatwang. Ini berarti berakhirlah kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan
agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa-Buddha
(Bairawa) di Candi Singasari. Sedangkan arca perwujudannya dikenal dengan nama
Joko Dolog, yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.
C. KEHIDUPAN KERAJAAN
Merupakan raja pertama Kerajaan Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Bharata
Sang Amurwabhumi.
Menandai munculnya dinasti baru yaitu Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra
(Girindrawangsa) yaitu dinasti keturunan Siwa.
Pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, ia dibunuh oleh kaki tangan Anusapati
(anak tirinya) yang merupakan anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung.
Dimakamkan di Kagenengan.
Saat Anusapati sedang asyik dengan aduan ayamnya, tiba-tiba Tohjoyo mencabut
Keris Mpu Gandring yang dibawa Anusapati dan menusukkan ke punggung hingga
meninggal.
Tohjoyo (1248 M)
Ranggawuni dibantu oleh Mahesa Cempaka dan para pengikutnya akhirnya berhasil
menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana kerajaan.
Dibantu oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wong Ateleng) yang diberi gelar
Narasinghamurti.
Tahun 1268 Ranggawuni meninggal dan didharmakan di Candi Jago sebagai Budha
Amoghaphasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
Banyak wide yang dianggap masih memiliki hubungan denga Kediri diasingkan dan
diangkat menjadi Bupati Sumenep (Madura) dengan gelar Arya Wiraraja
Mengajak kerja sama lawan politik seperti Jayakatwang, keturunan Raja Kediri yang
diangkat menjadi raja kecil di Kediri
Melaksanakan Ekspedisi Pamalaya (1275 dan 1286 M). Untuk menguasai kerajaan
Melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya
Runtuhnya Raja Kertanegara akibat serangan Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri.
Tidak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri asing yang dapat memberi
keterangan secara jelas kehidupan perekonomian rakyat Singasari. Akan tetapi,
berdasarkan analisis bahwa pusat Kerajaan Singasari berada di sekitar Lembah Sungai
Brantas dapat diduga bahwa rakyat Singasari banyak menggantungkan kehidupan
pada sektor pertanian. Keadaan itu juga didukung oleh hasil bumi yang melimpah
sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah terutama tempat-
tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan.
Keberadaan Sungai Brantas dapat juga digunakan sebagai sarana lalu lintas
perdagangan dari wilayah pedalaman dengan dunia luar. Dengan demikian,
perdagangan juga menjadi andalan bagi pengembangan perekonomian Kerajaan
Singasari.
Peninggalan kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain berupa prasasti, candi, dan
patung. Candi peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi Jago, Candi Kidal,
dan Candi Singasari. Adapun patung-patung yang berhasil ditemukan sebagai hasil
kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken Dedes sebagai Dewi
Prajnaparamita lambang dewi kesuburan dan Patung Kertanegara sebagai
Amoghapasa.
Rakyat Singasari mengalami pasang surut kehidupan sejak zaman Ken Arok sampai
masa pemerintahan Wisnuwardhana. Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok,
kehidupan sosial masyarakat sangat terjamin. Kemakmuran dan keteraturan
kehidupan sosial masyarakat Singasari kemungkinan yang menyebabkan para
brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok ataskekejaman rajanya.
Dengan kerja keras dan usaha yang tidak henti-henti, cita-cita Kertanegara ingin
menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan Singasari tercapai juga
walaupun belum sempurna. Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa, Madura, Bali, Nusa
Tenggara.
Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan oleh dua sebab utama, yaitu tekanan luar
negeri dan pemberontakan dalam negeri. Tekanan asing datang dari Khubilai Khan
dan Dinasti Yuan di Cina. Khubilai Khan menghendaki Singasari untuk menjadi
taklukan Cina. Sebagai orang yang mengambil gelar sebagai maharajadiraja, tentu
Kertanegara menolaknya. Penolakan itu disampaikan dengan cara menghina utusan
Khubilai Khan yang bernama Meng-chi. Sejak itu konsentrasi Kertanegara terfokus
pada usaha memperkuat pertahanan lautnya. Di tengah usaha menghadapi serangan
dari Kekaisaran Mongol, tiba-tiba penguasa daerah Kediri yang bernama Jayakatwang
melakukan pemberontakan. Kediri sebagai wilayah kekuasaan terakhir Wangsa Isana,
memang berpotensi untuk melakukan pemberontakan. Sebetulnya Kertanegara telah
memperhitungkannya, sehingga mengambil menantu Ardharaja, anak Jayakatwang.
1. Candi Singosari
2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup
unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat
karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di
candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan
4. Arca Dwarapala
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga
situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja,
namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja
Singhasari.
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 109
5. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca
Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang
tersimpan di Museum Nasional Jakarta
Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang
berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota
Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga
lempeng di lapak penjual barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya.
Keseluruhan lempeng prasasti saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia,
Jakarta.
7. Prasastri Singosari
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti
ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan
letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu
sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
8. Candi Jawi
9. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca
Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut
Prasasti Wurare). Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka
atau 21 November 1289. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi
Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya telah
mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya ditulis
melingkar pada bagian bawahnya.
Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini
dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari
Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian Anusapati
dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga
diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupanpolitik
Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah
melakukan perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini dilakukan oleh
penguasa Sriwijaya, Dapunta Hyang pada tahun 664 M dengan
Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara.
Kehidupan Ekonomi
Kelompok | Error! No text of specified style in document. 114
Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran
dan perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti
penting bagi perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing
yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan,
istirahat, atau melakukan aktivitas perdagangan. Karena bertambah
ramainya kegiatan perdagangan di Selat Malaka, Sriwijaya membangun
ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu di Ligor yang dibuktikan
dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian ibukota Ligor tersebut bukan
berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya
untuk melakukan pengawasan lebih dekat terhadap aktivitas
perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang
dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah Genting Kra.
Kehidupan Sosial
Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha,
serta merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan
Asia Timur. Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya
adalah agama Budha Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang
pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M)
untuk belajar agama Budha dari seorang guru bernama Dharmapala.
Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India.
d. Kejayaan Kerajaan
Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak,
e. Kemunduran Kerajaan
Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan
menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke
seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya,
invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat
terlepasnya beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti
Kediri, sebuah kerajaan yang berbasiskan pada pertanian.
f. Benda PeninggalanKerajaan
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di
daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Prasasti dan situs
yang ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M),
Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga
Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs
Tanjung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di
Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi
Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi,
Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi.
Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah Prasasti Palas Pasemah
dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, ditemukan Candi Muara Takus yang
berbentuk stupa Budha.
b. Pemerintahan Kerajaan
Kerajaan kalingga dipimpin oleh Ratu Sima.Sepeninggal ratu sima, kalingga
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya.
c. Kehidupan Kerajaan
Kehidupan Ekonomi
Perekonomian kerajaan kalingga bertumpu pada sector
perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir pantai
utara jawa tengah menyebabkan kalingga mudah di akses oleh pedagang
luar negeri.kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak,
culabadak,dan gading gajah untuk dijual. Penduduk kalingga dikenal
pandai membuat minuman yang berasal dari bunga kelapa dan bunga
aren.
Kehidupan sosial
Kerajaan kalingga hidup dengan teratur,berkat kepemimpinan ratu
sima ketentraman dan ketertiban di kerajaan kalingga berlangsung dengan
baik. Dalam menegakkan hukum, ratu sima tidak membeda-bedakan
antara rakyat dengan kerabatnya sendiri.
Berita tentang ketegasan hukum ratu sima, raja yang bernama T-
shih ia adalah kaum muslim arad dan persia, ia menguji kebenaran berita
yang ia dengar.beliau memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan
satu kantong emas di jalan wilayah kerajaan kalingga. Selama tiga tahun
kantong tersebut tidak ada yang menyentuh, jika ada yang melihat kantong
itu ia berusaha menyingkir.
Tetapi pada suatu hari, putra mahkota tidak sengaja menginjak
kantong tersebut hingga isinya berceceran.Mendengar kejadian tersebut
Kehidupan politik
Pada abad ketujuh masehi kerajaan kalingga dipimpin oleh ratu
sima, hukum di kalingga ditegakkan dengan baik sehingga ketertiban dan
ketentraman di kalingga berjalan dengan baik.
Menurut naskah parahhayang, Ratu sima memiliki cucu bernama
sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari kerajaan galuh.
Sanaha memiliki anak bernama sanjaya yang kelas akan menjadi raja
mataram kuno. Sepeninggalan Ratu sima, kerajaan Kalingga ditaklukan
oleh kerajaan Sriwijaya.
d. Kejayaan Kerajaan
Masa kepemimpinan Ratu sima menjadi masa keemasan bagi kerajaan
kalingga sehingga membuat raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum,
sekaligus penasaran.Masa masa itu adalah masa keemasan bagi perkembangan
kebudayaan apapun. Agama buddha juga berkembang secara harmonis, sehingga
wilayah di sekitar kerajaan Ratu Sima juga sering disebut Di Hyang(tempat
bersatunya dua kepercayaan hindu dan buddha).
Dalam bercocok tanam Ratu Sima mengadopsi sistem pertanian dari
kerajaan kakak mertuanya.Ia merancang sistem pengairan yang diberi nama
subak. Kebudayaan baru ini yang kemudian melahikan istilah Tanibhala, atau
masyarakat yang mengolah mata pencahariannya dengan cara bertani atau
bercocok tanam.
e. Kemunduran Kerajaan
Kerajaan kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akibat serangan
sriwijaya yang menguasai perdagangan, serangan tersebut mengakibatkan
pemerintahan kijen menyingkir ke jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman
jawa bagian tengah antara tahun 742-755 M. Bersama melayu dan tarumanegara
yang sebelumnya telah ditaklukan kerajaan Sriwijaya.Ketiga kerajaan tersebut
menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
Syailendra adalah wangsa atau dinasti Kerajaan Mataram Kuno yang beragama
Budha. Wangsa Syailendra di Medang, daerah Jawa Tengah bagian selatan.
Wangsa ini berkuasa sejak tahun 752 M dan hidup berdampingan dengan Wangsa
Sanjaya.
b. Sumber Sejarah
Nama Syailendra pertama kali dijumpai dalam Prasasti Kalasan yang berangka
tahun 778 M. Ada beberapa sumber yang menyebutkan asal-usul keluarga
Syailendra, Yaitu :
Sumber India
Nilakanta Sastri dan Moes yang berasal dari India dan menetap di Palembang
menyatakah bahwa pada tahun 683 M keluarga Syailendra melarikan diri ke Jawa
karena terdesak oleh Dapunta Hyan.
Sumber Funan
Codes beranggapan bahwa Syailendra yang ada di Nusantara berasal dari Funan
(Kamboja). Kerusuhan yang terjadi di Funan mengakibatkan keluarga Kerajaan
Funan menyingkir ke Jawa dan menjadi penguasa di Mataram pada abad ke-8 M
dengan menggunakan nama Syailendra.
Sumber Jawa
Menurut Purbatjaraka, Keluarga Syailendra adalah keturunan dari Wangsa Sanjaya
di era pemerintahan Rakai Panangkaran. Raja-raja dari keluarga Sayilendra adalah
asli dari Nusantara sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut
agama Budha Mahayana. Pendapatnya tersebut berdasarkan Carita Parahiyangan
yang menyebutkan bahwa Sanjaya menyerahkan kekuasaanya di Jawa Barat
kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Rakai Tamperan atau Rakeyan
Panambaran dan memintanya untuk berpindah agama.
Selain dari teori tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa Prasasti yang
ditemukan, Yaitu :
Prasasti Sojomerto
Prasasti yang berasal dari pertengahan abad ke-7 itu berbahasa Melayu Kuno di
desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan yang menjelaskan bahwa Dapunta
Syailendra adalah penganut agamat Siwa
Prasasti Kalasan
Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Dinasti Syailendra ditafsirkan telah teratur. Hal
ini dilihat dari pembuatan Candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong
royong. Dari segi budaya Kerajaan Dinasti Syailendra juga banyak meninggalkan
bangunan-bangunan megah dan bernilai.
Adapun Raja-raja yang pernah berkuasa, yaitu :
1.Bhanu (752 – 775 M)
Raja Banu merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra
2.Wisnu (775 – 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Borobudur mulai dibangun tepatnya 778 M.
3.Indra (782 – 812
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Klurak yang berangka tahun 782
M, di daerah Prambanan
4.Samaratungga ( 812 – 833 M)
Sejak terjadi perebutan kekuasaan dan dipimpin oleh Rakai Pikatan, agama Hindu
mulai dominan menggantikan agama Budha. Sejak saat itulah berakhirnya masa
Wangsa Syailendra di Bumi Mataram.
Daftar Pustaka
1. http://anragogy.blogspot.com/2013/01/silsilah-kepemimpinan-kerajaan-gowa.html,
2. http://gowa-negeri1001cerita.blogspot.com/2013/07/asal-usul-kerajaan-gowa-dan-
silsilah.html
3. http://jejakcelebes.blogspot.com/2012/06/silsilah-raja-raja-tallo.html
4. Hapsari, Ratna, M.Adil. 2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
5. id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
6. suwandi-sejarah.blogspot.com/2010/09/kerajaan-gowa-tallo.html
7. id.shvoong.com › Seni & Humaniora › Sejarah
8. http://www.fahmiblogs.com/2011/09/kerajaan-bali.html
9. http://www.scribd.com/doc/36399255/Kerajaan-Bali
10. http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/penyebab-kejayaan-dan-kemunduran.html
11. http://hard-stnp.blogspot.com/2012/09/h.html
12. https://brainly.co.id/tugas/14258348