BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah dan peradaban bangsanya,
dan berusaha melestarikannya sehingga di kenal pula oleh Bangsa-bangsa lain di
dunia. Sebagaimanahalnya Aceh yang dulunya merupakan negara Islam termasyhur
di kawasan Asia Tenggara dengan julukan “Serambi Mekkah” bahkan dikenal pula
sebagai salah satu negara yang Makmur di antara lima negara terkuat di dunia, yaitu :
Aceh, Aqra, Maroko, Istanbul, dan Isfahan (Persia).Aceh yang terletak di ujung pulau
Sumatra sekarang merupakan salah satu provinsi dalam negaraIndonesia yang
disebut Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Aceh sebelum bergabung
denganIndonesia pada tahun 1945 merupakan wilayah kerajaan Islam yang
beribukota Banda Aceh.Asal nama Aceh juga terdapat cerita di dalam sebuah buku
bangsa Pegu (Hindia Belakang) yangmenceritakan perjalanan Budha ke Indo Cina dan
kepulauan Melayu. Mereka melihat di atasgunung di pulau Sumatra. Sebuah pancaran
cahaya beraneka ragam warna dari gunung itu, sehingga mereka berseru : “Acchera
Bata (Atjaram Bata Bho = Alangkah indahnya) jadi dari kata itulah kemudian menjadi
asal sebutan nama Aceh. Gunung yang bercahaya itu di ceritakanterletak dekat pasai
yang sekarang tidak ada lagi karena telah di tembak hancur dengan meriamoleh kapal
perang Portugis.
j. Kreemer dalam bukunya “Atjeh” (Leiden 1922) mengatakan bahwa kerajaan Aceh
pasti belum tahun 1500 sudah berdiri dengan kuat dan megahnya, untuk
mengetahui dari manatepatnya asalnya mula orang Aceh belum di dapat data-data
yang relative akurat dalam sejarah kinimungkin seseorang menemukan di antara
penduduk Pribumi Aceh orang dengan ciri-ciri bangsaMelayu, Pakistan, India, Cina
dan bahkan dalam jumlah yang lebih kecil orang-orang dengan ciri-ciri Portugis,
Turki, Arab, dan Parsi.
Rumusan Masalah1.2.1
Bagaimana Sejarah Bedirinya Kerajaan Aceh ?1.2.2
Tujuan1.3.1
Kerajaan Aceh dirintis oleh Mudzaffar Syah. Ketika awal kedatangan Bangsa Portugis
diIndonesia, tepatnya di Pulau Sumatra, terdapat dua pelabuhan dagang yang besar
sebagai tempat transit para saudagar luar negeri, yakni Pasai dan Pedir. Pasai
danPedir mulai berkembang pesat ketikakedatangan bangsa Portugis serta negara-
negara Islam. Namun disamping pelabuhan Pasai dan Pedir, Tome Pires
menyebutkan adanya kekuatan ketiga, masih muda, yaitu “Regno dachei” (Kerajaan
Aceh).Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan lada yang
semula melalui LautMerah, Kairo, dan Laut Tengah diganti menjadi melewati sebuah
Tanjung Harapan dan Sumatra. Hal inimembawa perubahan besar bagi perdagangan
Samudra Hindia, khususnya Kerajaan Aceh. Para pedagangyang rata-rata merupakan
pemeluk agama Islam kini lebih suka berlayar melewati utara Sumatra danMalaka.
Selain pertumbuhan ladanya yang subur, disini para pedagang mampu menjual
hasildagangannya dengan harga yang tinggi, terutama pada para saudagar dari
Cina.Namun hal itu justrudimanfaatkan bangsa Portugis untuk menguasai Malaka dan
sekitarnya. Dari situlah pemberontakanrakyat pribumi mulai terjadi, khususnya
wilayah Aceh (Denys Lombard: 2006, 61-63)Pada saat itu Kerajaan Aceh yang
dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim, berhasil melepaskan diri
dari kekuasaan Kerajaan Pedir pada tahun 1520. Dan pada tahun itu pulaKerajaan
Aceh berhasil menguasai daerah Daya hingga berada dalam kekuasaannya. Dari
situlahKerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan penaklukan untuk
memperluas wilayahnya serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan
bangsa Portugis. Sekitar tahun 1524, Kerajaan Aceh bersama pimpinanya Sultan Ali
Mughayat Syah berhasil menaklukan Pedir dan Samudra Pasai. KerajaanAceh
dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah tersebut juga mampu mengalahkan
kapal Portugisyang dipimpin oleh Simao de Hingga akhirnya Sultan Ibrahim
meninggal pada tahun 1528 karena diracun oleh salah seorangistrinya. Sang istri
membalas perlakuan Sultan Ibrahim terhadap saudara laki-lakinya, Raja Daya. Dan ia
pun digantikan oleh Sultan Alauddin Syah (William Marsden, 2008: 387-388)Sultan
Alauddin Syah atau disebut Salad ad-Din merupakan anak sulung dari Sultan Ibrahim.
Iamenyerang Malaka pada tahun 1537, namun itu tidak berhasil. Ia mencoba
menyerang Malaka hingga duakali, yaitu tahun 1547 dan1568, dan berhasil
menaklukan Aru pada tahun 1564. Hingga akhirnya ia wafat 28 September 1571.
Sultan Ali Ri’ayat Syah atau Ali Ri’ayat Syah, yang merupakan anak bungsu
dariSultan Ibrahim menggantikan kedudukan Salad ad-Din.
2. Kehidupan Politik
Aceh tumbuh secara cepat menjadi kerajaan besar karena didukung oleh letaknya
yangstrategis, kemudian Kerajaannya memiliki Bandar pelabuhan. Aceh juga memiliki
daerah yangkaya akan tanaman lada. Tanaman ini sendiri merupakan komoditi ekspor
yang sangat penting.Selain itu, jatuhnya malaka ke tangan Portugis menyebabkan
pedagang Islam banyak singgah keAceh, ditambah Jalur pelayaran beralih melalui
sepanjang pantai barat Sumatera.
3. Kehidupan Ekonomi
3. Silsilah Raja
–
Raja Kerajaan Aceh
Berikut adalah silsilah sultan sultan yang berkuasa di kerajaan aceh darussalam,
silsilahnyaadalah sebagai berikut :
Sultan Alaidin Riayat Syah II, terkenal dengan nama AL Qahhar 945 - 979 H (1539 -
1571M)4.
Sultan Husain Alaidin Riayat Syah III, 979 - 987 H (1571 - 1579 M)5.
Sultan Muda Bin Husain Syah, usia 7 bulan, menjadi raja selama 28 hari6.
Sultan Iskandar Muda Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah 1016 - 1045H (1607
1636M)13.
Sultanah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat, 1050-1086H (1641
1671M)15.
Sultanah Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (anak angkat Safiatuddin), 1086 - 1088 H
(1675-1678 M)16.
Sultanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (putri dari Naqiatuddin) 1088 - 1098 H (1678
-1688M)17.
Sultanah Sri Ratu Kemalat Syah (anak angkat Safiatuddin) 1098 - 1109 H (1688
1699M)18.
Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamalul Lail 1110 - 1113 H (1699 - 1702M)19.
Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtoi Bin Syarif Ibrahim. 1113 - 1115H (1702 -1703 M)20.
Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Bin Syarif Hasyim 1115 - 1139 H (1703 - 1726M)21.
Sultan Alaidin Maharaja Lila Ahmad Syah 1139 - 1147H (1727 - 1735H)24.
Sultan Sulaiman Ali Alaidin Iskandar Syah 1251-1286 H (1836 - 1870 M)30.
Kerajaan Aceh menjalani masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda, yaitusekitar tahun 1607 sampai tahun 1636. Pada masa ini, kerajaan aceh
mengalami banyak kemajuan di berbagai bidang, baik dalam hal wilayah kekuasaan,
ekonomi, pendidikan, politik luar negeri, maupunkemiliteran kerajaan.Sultan Iskandar
Muda memperluas wilayah teritorialnya dan terus meningkatkan
perdaganganrempah-rempah menjadi suatu komoditi ekspor yang berpotensial bagi
kemakmuran masyarakat Aceh. Iamampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah
Kedah tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620, dimanadaerah tersebut merupakan
daerah penghasil timah. Bahkan dimasa kepemimpinannya Kerajaan Acehmampu
menyerang Johor dan Melayu hingga Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Ia pun
diberi gelarIskandar Agung dari Timur.Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era
Sultan Iskandar Muda, salah satunya yaitu Acehyang bergaul dengan Turki, Inggris,
Belanda dan Perancis. Ia pernah mengirimkan utusannya ke Turkidengan
memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada sekarung, lalu dibalas dengan
kesultanan Turkidengan memberikan sebuah meriam perang dan bala tentara, untuk
membantu Kerajaan Aceh dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan
sebuah bintang jasa pada sultan Aceh.Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan
dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapaulama ternama, yang karangan
mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, sepertiHamzah Fansuri
dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam
bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-
Mustaqim, dan SyekhAbdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi
Fashil.Dalam hubungan ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki, Arab, juga
dengan Perancis,Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang. Komoditas-komoditas yang
diimpor antara lain: beras, guci, gula(sakar), sakar lumat, anggur, kurma, timah putih
dan hitam, besi, tekstil dari katun, kain batik mori
pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium, air mawar, dan lain-lain yang
disebut-sebut dalam KitabAdat Aceh. Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri
antara lain kayu cendana, saapan, gandarukem(resin), damar, getah perca, obat-
obatan.Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan
lancar. Terutamadaerah-daerah pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian
Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan
yang terletak di sebelah selatan. Hal inilah yangmenjadikan kerajaan ini menjadi kaya
raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai pusat pengetahuanyang menonjol di Asia
Tenggara.
Setelah era kebesaran sultan iskandar muda berakhir, belanda mencium peluang
kembali untukmendapatkan wilayah aceh dan sekitarnya. Memasuki abad ke-18, aceh
mulai terlibat konflik dengan belanda dan inggris, lalu memasuki akhir abad akhir ke-
18, wilayah aceh di semenanjung Malaya, yaitukedah dan pulau pinang dikuasai
inggris. Tahun 1871 belanda mengancam aceh. Dan pada 26 maret 1873 belanda
secara resmi menyatakan perang dengan kerajaan aceh. Dalam perang tersebut
belanda gagalmenaklukan aceh. Pada 1883, 1892, dan 1893, perang kembali meletus,
namun, lagi lagi belanda gagalmerebut aceh.Setelah mangkatnya sultan iskandar
tsani (1636-1641), aceh masuk dalam kepemimpinansultanah. Diawali oleh janda dari
sultan iskandar tsani, yang merupakan anak dari sultan iskandar muda-ratu
safiatudin tajul alam- hingga ratu zainattudin kamalat syah, tanah rencong mengalami
kegoncangan.Setelah ini, aceh dipimpin oleh sebelas orang sultan yang tidak berarti.
Tiga orang keturunan arab (1699-1726), dua orang melayu (1726), dan enam orang
bugis (1727-1838). Pada masa kepemimpinan merekawilayah aceh yang luas sudah
tak terkendali dengan baik.negeri negeri tetangga seperti johor danminangkabau
terus terusan menggerogoti wilayah kekuasaan aceh, hingga pada akhir abad ke 18
aceh taklebih besar dari wilayah provinsi naggroe aceh darussalamnya itu sendiri
kala ini. Bahkan beberapawilayah aceh seperti di meulabouh dan tapaktuan masuk ke
dalam koloni dagang minangkabau.Mundurnya angkatan perang aceh juga
disebabkan oleh pudarnya dominasi turki di lautan tengah. Negara negara barat
macam inggris dan belanda, sudah tak takut lagi dengan pengaruh militer
Turkiutsmani di aceh.Kemunduran kerajaan aceh juga dikait kaitkan karena terlalu
berhasilnya kerajaan aceh di masasebelumnya. Terlalu luasnya wilayah aceh hingga
banyak memberikan celah kemerosotan, baik itu di
bidang kekuasaan karena banyaknya pemberontakan, maupun perekonomian di
karenakan banyaknyarakyat yang kekurangan lahan dan tanah potensial, di bidang
pertanian dan kurang strategisnya lahandagang. Kekuasaan luas juga menyusahkan
kerajaan aceh yang sudah tanpa kepala tegak itu mengaturorang orang kaya dan
berkuasa di sekitar wilayah aceh baru. Namun dengan terus melemahnya aceh,
danhilangnya taring dan gema nya, aceh masih tetap aceh, aceh berulang kali di
serang dan masih bertahanmeski tidak seluas dan sehebat di masa sebelumnya
terutama daerah aceh besar.
Makam keramat yang masih di jaga sekarang adalah makan Sultan Iskandar
Muda,makam ini senantiasa di jaga dan di lestarikan sebagai bukti sejarah berjayanya
islam di Aceh pada masa lalu. Sultan Iskandar Muda lahir di tanah Aceh pada 27
September 1636, beliaumerupakan sultan terbesar dalam sejarah kejayaan
Kesultanan Aceh, saat itu kesultanan Acehmenjadi salah satu pusat perdagangan
dan pembelajaran Islam di Nusantara.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kerajaan Aceh di perkirakan berdiri pada tahun 1511 M, dengan raja pertamanya
SultanAli Mughayat Syah (1514-1528). Pada masa pemerintahannya kerajaan Aceh
berkembang selamaempat abad, sampai Belanda mengalahkannya dalam perang
Aceh (1873-1912). Sultan IskandarMuda (1607-1636) adalah pengganti Sultan Ali
Mughayat Syah, yang pada masa pemerintahannya Aceh mengalami puncak
kejayaannya. Ia berhasil menaklukkan SemenanjungMalaka Yakni : Pahang, Kedah,
Perlak, Johor, dan sebagainya. Kehidupan ekonomi yang utamamasyarakat Aceh
pelayaran dan perdagangan. Aceh juga penghasil Lada dan Timah, sehingga
perdagangan-perdagangan Barat bisa membeli Lada dari Aceh.Salah satu masjid
terindah di Indonesia adalah Mesjid Baiturrahman yang dibangun padamasa Sultan
Iskandar Muda.Mesjid ini pernah dibakar dan dikuasai oleh Belanda pada masa
perang Aceh. Namun dibangun kembali pada tahun 1875. Aliran Ahli Sunnah Wa
ljama’ah adalah
aliran agama terbesar dalam islam, mengaku sebagai pengikut tradisi Nabi
Muhammad Saw.Aliran Syiah adalah pengikut Ali Bin Ani Thalib, sekarang salah satu
aliran besar dalam agamaislam yang menyakini kepemimpinan (imamah) Ali dan
keturunannya setelah Nabi.
3.2
Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Aceh di nusantara pada masa yang lalu. Maka kita
wajibmensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan
perilaku dengan hatiyang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut
berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berartikita ikut mengangkat derajat
dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama
–
sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi
kebanggaan kita semua