Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“Perkembangan Islam di Indonesia”

Disusun
O
L
E
H
ADISTI PUTRI JUNAIDI
XII IPA 6
SMAN 2 MANDAU TP 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyeselesaikan penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam
dengan judul "Perkembangan Islam di Indonesia" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi Bapak Kander Nassution selaku guru Mata
Pelajaran yang ingin memberi saran maupun kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan dapat menuntaskan tugas kami sebagai pelajar di Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam.

Duri, 23 November 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….…….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB 1 : PENDAHULUAN ……………………………..……………………………………......1

BAB 2 : ISI…………………..…………………………………………………............................3

BAB 3 : PENUTUP………..…………………………………………………………….……....12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...…….........12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Islam di
Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya.
Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut
yang begitu besar ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang. Pada abad 7-12 M di
beberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha. Ketika
masa itu, agama Islam belum masuk ke Indonesia. Berbagai macam agama dan kepercayaan
dianut pada masa itu seperti Animisme, Dinamisme, Hindu dan Buddha.

Berdasarkan hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesiai” pada tanggal 17-20 Maret 1963
di Medan selama empat hari yang dihadiri para sejarawan, ilmuwan dari berbagai perguruan
tinggi dan tokoh ulama se-Indonesia menyimpulkan, Islam untuk pertama kali telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama Hijriah (sekitar 8 M) langsung dari Arab. Sedangkan daerah
pertama yang didatanginya adalah pesisir Sumatra. Berawal dari daerah itu Islam mulai
menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu : wilayah-wilayah Pulau Sumatra lainnya, Pulau
Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau KalimantanMenurut hasil seminar tersebut, Islam masuk ke
Indonesia melalui dua jalur, yaitu :

 Jalur Utara, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) – Damaskus – Bagdad –
Gujarat (Pantai Barat India) – Srilangka – Indonesia.
 Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) – Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia.

Teori lain juga datang dari para ahli sejarah yang menyebutkan jika sejarah masuknya
Islam ke Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini juga didasarkan pada
berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para
pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa
perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7.

Dengan demikian, dalam waktu yang tidak terlalu lama Islam telah tersebar ke seluruh
pelosok kepulauan Indonesia, sehingga mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam. Hal tersebut
dapat disebabkan antara lain sebagai berikut :

1. Adanya dorongan kewajiban bagi setiap Muslim/Muslimah, khususnya para


ulama, untuk berdakwah mensyiarkan Islam sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
2. Adanya kesungguhan hati dan keuletan para juru dakwah untuk berdakwah secara
terus-menerus kepada keluarga, para tetangga dan masyarakat sekitarnya.

1
3. Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah, karena seseorang telah
dianggap masuk Islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
4. Tidak adanya perbedaan kasta atau diskriminasi dalam ajaran Islam.
5. Banyak raja di kerajaan Islam yang ada di berbagai wilayah Indonesia ikut
berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan dakwah islamiah.

Oleh karena itu, mempelajari sejarah berkembangnya Islam dibutuhkan oleh para
generasi muslim saat ini sebagai pembelajaran yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana kita ketahui, penting nya memahami materi “Perkembangan Islam di


Indonesia” sangat berpengaruh dalam pola pikir pembaca. Karena dari Perkembangan Islam di
Indonesia ini pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah nya dan menerapkan hal-hal positif
di kehidupan dunia.

C. Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun yang menjadi tujuan dari pada pembuatan makalah yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan dan mengetahui betapa panjangnya periode perkembangan


Islam di Indonesia.
2. Mengambil nilai-nilai yang dapat di terapkan di kehidupan sehari-hari.
3. Memperkuat keimanan dengan meyakini bahwa Islam merupakan agama yang tidak ada
paksaan dan kekerasan, bijaksana, baik, dan dapat menjadi pedoman hidup. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT yang artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang
baik dengan yang batil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik.” (Q.S. An-Nahl, 16: 125)

2
BAB 2
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

1. SUMATERA
A. KEADAAN MASYARAKAT SUMATRA SEBELUM MASUKNYA ISLAM

Sumatera Utara memiiki letak geografis yang strategis. Hal ini membuat Sumatera Utara
menjadi pelabuhan yang ramai, menjadi tempat persinggahan saudagar-saudagar muslim Arab
dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu. Sebelum masuk agama Islam ke
Sumatera Utara, masyarakat setempat telah menganut agama Hindu. Hal ini dibuktikan dengan
kabar yang menyebutkan bahwasanya Sultan Malik As-Shaleh, Sultan Samudera Pasai pertama,
menganut agama Hindu sebelum akhirnya diIslamkan oleh Syekh Ismael. Sama halnya dengan
Sumatera Utara, Sumatera Selatan juga memiliki letak geografis yang strategis. Sehingga
pelabuhan di Sumatera Selatan merupakan pelabuhan yang ramai dan menjadi salah satu pusat
perniagaan pada masa dahulu. Oleh karena itu, otomatis banyak saudagar-saudagar muslim yang
singgah ke pelabuhan ini.

Sebelum masuknya Islam, Sumatera Selatan telah berdiri kerajaan Sriwijaya yang bercorak
Buddha. Kerajaan ini memiliki kekuatan maritim yang luar biasa. Karena kerajaannya bercorak
Buddha, maka secara tidak langsung sebagian besar masyarakatnya menganut Agama Buddha.
Letak yang strategis menyebabkan interaksi dengan budaya asing, yang mau tidak mau harus
dihadapi. Hal ini membuat secara tidak langsung banyak budaya asing yang masuk ke Sriwijaya
dan mempengaruhi kehidupan penduduknya dan sistem pemerintahannya. Termasuk masuknya
Islam. Bangsa Indonesia yang sejak zaman nenek moyang terkenal akan sikap tidak menutup
diri, dan sangat menghormati perbedaan keyakinan beragama, menimbulkan kemungkinan besar
ajaran agama yang berbeda dapat hidup secara damai. Hal-hal ini yang membuat Islam dapat
masuk dan menyebar dengan damai di Sumatera selatan khususnya dan Pulau Sumatera
umumnya.

B. MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI SUMATERA UTARA

Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada
abad ke- 7 M. Sehingga Sumatera Utara menjadi salah satu tempat berkumpul dan singgahnya
para saudagar-saudagar Arab Islam. Dengan demikian dakwah Islamiyah berpeluang untuk
bergerak dan berkembang dengan cepat di kawasan ini. Hal ini berdasarkan catatan tua Cina
yang menyebutkan adanya sebuah kerajaan di utara Sumatera namanya Ta Shi telah membuat
hubungan diplomatik dengan kerajaan Cina. Ta Shi menurut istilah Cina adalah istilah yang
diberikan kepada orang-orang Islam. Dan letaknya kerajaan Ta Shi itu lima hari berlayar dari
Chop’o (bagian yang lebih lebar dari malaka) di seberang selat Malaka.

3
Ini menunjukkan Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah Ta Shi Sumatera Utara, bukan
Ta Shi Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di capai dalam waktu lima hari. Islam semakin
berkembang di Sumatera Utara setelah semakin ramai pedagang – pedagang muslim yang datang
ke Nusantara, karena Laut Merah telah menjadi Laut Islam sejak armada rome dihancurkan oleh
armada muslim di Laut Iskandariyah.

Disamping itu, terdapat satu faktor besar yang menyebabkan para pedagang Islam Arab
memilih Sumatera Utara pada akhir abad ke- 7 M. Yaitu karena terhalangnya pelayaran mereka
melalui Selat Malaka karena disekat oleh tentara laut/Sriwijaya kerajaan Budha sebagai
pembalasan atas serangan tentara Islam atas kerajaan Hindu di Sind. Maka terpaksalah mereka
melalui Sumatera utara dengan pesisir barat Sumatera kemudian masuk selat Sunda melalui
Singapura menuju Kantun, Cina.

 KERAJAAN PERLAK

Kata Perlak berasal dari nama pohon kayu besar yaitu “Kayei Peureulak” (Kayu Perlak).
Kayu ini sangat baik digunakan untuk bahan dasar pembuatan perahu kapal, sehingga banyak
dibeli oleh perusahaan-perusahaan perahu kapal. Dan di Perlak banyak tumbuh jenis pepohonan
ini, sehingga disebut negeri Perlak (Perlak). Perlak merupakan salah satu pelabuhan perdagangan
yang maju dan aman pada abad ke- 8 M. sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal
pedagang muslim. Dengan demikian, secara tidak langsung berkembanglah masyarakat Islam di
daerah ini. Faktor utamanya yaitu karena sebab pernikahan antara saudagar-saudagar muslim
dengan perempuan-perempuan pribumi. Sehingga menyebabkan lahir keturunan-keturunan yang
beragama Islam.

Hal ini semakin berkembang sehingga berdirinya kerajaan Islam Perlak yaitu pada hari
selasa bulan muharram tahun 225 H (840 M). dan sultannya yang pertama adalah Syed Maulana
Abdul Aziz Shah yang bergelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah. Kemudian
Bandar Perlak diganti namanya menjadi Bandar Khalifah. Islam terus berkembang di Perlak, dan
hal ini terlihat jelas pada abad ke – 13 M. pada abad ini, perkembangan Islam di Perlak melebihi
dari daerah-daerah lain di Sumatera. Hal ini bersumber pada riwayat Marco Polo yang tiba di
Sumatera pada tahun 1292 M. Ia mengatakan bahwa pada saat iu di Sumatera terbagi dalam
delapan kerajaan, yang semuanya menyembah berhala kecuali satu, itu kerajaan Perlak.
Kerajaan Perlak terus berdiri hingga akhirnya bergabung dalam kerajaan Islam Samudera Pasai
pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Dzahir (1289 – 1326 M).

 KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Raja pertamanya adalah Sultan Malik as Shaleh. Beliau adalah keturunan dari Raja Islam
Perlak, yaitu Makhdum Sultan Malik Ibrahim Syah Joan (365 – 402 H/976 – 1012 M). Ada
beberapa hal yang masih simpang siur mengenai Sultan Malik as Shaleh. Ada yang menyebutkan
beliau memeluk agama Hindu yang kemudian diIslamkan oleh Syekh Ismail. Ada pula yang
menyebutkan bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak awal. Sebelum bernama Samudra
4
Pasai, kerajaan ini bernama kerajaan Samudra saja. Kerajaan Samudra merupakan kerajaan yang
makmur dan kaya. Juga memiliki angkatan tentara laut dan darat yang teratur.

Kerajaan Samudra semakin bertambah maju, yang kemudian dikenal dengan nama
“Samudera Pasai”, yaitu setelah dibangunnya Bandar Pasai pada masa pemerintahan Raja
Muhammad. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dengan Kerajaan Perlak sangatlah baik. Dan
hal ini makin dipererat dengan menikahnya Sultan Malik as Shaleh dengan putri raja Perlak.
Puncak kejayaan kerajaan Samudra Pasai yaitu pada masa pemerintahan Sultan Al Malik Al
Zahir (1326—1349/757—750 H).

 KERAJAAN ACEH

Kerajaan ini berdiri pada abad ke- 13 M. Pada awalnya Aceh merupakan daerah taklukan
kerajaan Pidir. Namun berkat jasa Sultan Ali Mughiyat Syah, Aceh akhirnya mampu melepaskan
diri dan berdaulat penuh menjadi Kerajaan. Atas jasa beliau, akhirnya Sultan Mghiyat Syah
dinobatkan menjadi Raja pertama. Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607—1638 M).

C. MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI SUMATERA SELATAN

Palembang adalah kota yang memiliki letak geografis yang sangat strategis. Sejak masa
kuno, Palembang menjadi tempat singgah para pedagang yang berlayar di selat Malaka, baik
yang akan pergi ke negeri Cina dan daerah Asia Timur lainnya maupun yang akan melewati jalur
barat ke India dan negeri Arab serta terus melewati jalur barat ke India dan negeri Arab serta
terus ke Eropa. Dan selain pedagang, para peziarah pun banyak menggunakan jalur ini.
Persinggahan ini yang memungkinkan terjadinya agama Islam mulai masuk ke Palembang
(Sriwijaya pada waktu itu) atau ke Sumatera Selatan.

Ada sebuah catatan sejarah Cina yang ditulis oleh It’sing, ketika ia berlayar ke India dan
akan kembali ke negeri Cina dan tertahan di Palembang. Kemudian ia membuat catatan tentang
kota dan penduduknya. Ada dua tempat di tepi selat Malaka pada permulaan abad ke– 7 M yang
menjadi tempat singgah para musafir yang beragama Islam dan diterima dengan baik oleh
penguasa setempat yang belum beragama Islam yaitu Palembang dan Keddah. Dengan demikian
dapat disimpulkan, pada permulaan abad ke- 7 M di Palembang sudah ada masyarakat Islam
yang oleh penguasa setempat (pada waktu itu Raja Sriwijaya) telah diterima dengan baik dan
dapat menjalankan ibadah menurut agama Islam.

Selain itu, ada sumber yang menyebutkan bahwa telah ada hubungan yang erat antara
perdagangan yang diselenggarakan oleh kekhalifahan di Timur Tengah dengan Sriwijaya. Yaitu
dengan mempertimbangkan sejarah T’ang yang memberitakan adanya utusan raja Ta-che
(sebutan untuk Arab) ke Kalingga pada 674 M, dapatlah dipastikan bahwa di Sumatera Selatan
pun telah terjadi proses awal Islamisasi. Apalagi T’ang menyebutkan telah adanya kampung
Arab muslim di pantai Barat Sumatera.

5
Sesuai dengan keterangan sejarah, masuknya Islam ke Indonesia tidak mengadakan
invasi militer dan agama, tetapi hanya melaui jalan perdagangan. System penyebaran Islam yang
tidak kenal misionaris dan tidak adanya system pemaksaan melalui perang, melinkan hanya
melaui perdagangan saja memungkinkan Sriwijaya sebagai pusat kegiatan penyebaran agama
Budha, dapat menerima kehadiran Islam di wilayahnya.

Berdasarkan sejarah, Sriwijaya terkenal memiliki kekuatan maritim yang tangguh.


Walaupun ada yang meragukan hal tersebut karena melihat kondisi maritime bangsa Indonesia
sekarang.Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan putra pribumi ikut berlayar bersama para
pedagang Islam ke pusat agama Islam yaitu mekkah. Dan tidak menutup kemungkinan pula,
putera pribumi mengadakan ekspedisi ke timur tengah untuk memperdalam keilmuan agama
Islam. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa bangsa Indonesia tidak serta merta menunggu para
pedagang Islam baik itu dari bangsa Arab ataupun sekitarnya untuk mencari tambahan
pengetahuannya tentang ajaran agama Islam.

 KESULTANAN PALEMBANG

Pada waktu daerah Palembang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit, di daerah ini
ditempatkan seorang Adipati bernama Ario Damar. (14—15 H/1447 M). Pada awalnya ia
beragama Hindu, lalu kemudian memeluk Islam. Hal ini menunjukkan bahwasanya pada waktu
itu, Islam sudah dominan di Palembang. Pada suatu hari, Ario Damar mendapat hadiah salah
seorang selir dari Prabu Kertabumi, yang bernama Putri Campa yang sedang hamil tua. Yang
kemudian lahir dari rahimnya seorang anak yang bernama Raden Patah. Pada tahun 1473, raden
Patah bersama adiknya Raden Kusen (Ario Dillah), menghadap Prabu Kertabumi. Mereka
mendapat kepercayaan untuk membangun desa Bintoro, yang nantinya berkembang dengan pesat
dan menjadi kerajaan Islam Demak yang pada akhirnya menghancurkan Majapahit.

Pada tahun 1528, Demak di serang oleh kerajaan Pajang dan mengalami kekalahan. Para
pembesar kerajaan dipimpin oleh Pangeran Sedo Ing Lautan bermigrasi ke Palembang yang
kemudian mendirikan kerajaan Islam Palembang. Pada akhirnya kesultanan Palembang hilang
karena dihapus status kesultanannya oleh 6olonial Belanda.

2. JAWA
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya
makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082
Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah
adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga
ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal
pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur
Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah
makam keluarga istana Majapahit.

6
A. KEADAAN MASYARAKAT JAWA SEBELUM MASUKNYA ISLAM
a. Jawa Pra Hindu-Budha
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah
heterogen. Kepercayaan import maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa.
Sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak
animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada pembentukan
kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.
Di samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-
benda yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati,
dan mendapat perlakuan istimewa.

b. Jawa Masa Hindu-Budha


Pengaruh Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa
yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui
proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh terhadap
sistem agama. Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha bersifat
terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu baik, maka
sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat). Ciri
lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis.
Dalam kerajaan tradisional, agama dijadikan sebagai bentuk legitimasi. Pada jaman Hindu-
Budha diperkenalkan konsep dewa-raja atau raja titising dewa. Ini berarti bahwa rakyat harus
tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat. Agama diintegrasikan
ke dalam kepentingan kerajaan/kekuasaan. Kebudayaan berkisar pada raja, tahta dan keraton.
Raja dan kehidupan keraton adalah puncak peradaban pada masa itu. Di pulau Jawa terdapat tiga
buah kerajaan masa Hindu Budha, kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan
Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu aktivitas masyarakat adalah bertani
dan berdagang dalam proses integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah
berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu
sebagian besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.

B. PERANAN WALI SONGO DAN METODE PENDEKATANNYA


Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara
untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di
Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan
Islam di Jawa. Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali
ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para
wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah
tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan. Karena dekat dengan
kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi).
Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa
pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa
Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.

7
3. Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar
Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di
Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam
di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan
cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
6. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura,
Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli
seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak
antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa,
dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.

Salah satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah dengan
cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama
mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan menggunakan pendekatan sosial
budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang
dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan
pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.

C. ISLAM DI JAWA PASKA WALI SONGO

Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan
dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh nilai-
nilai Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu besar
manfa’atnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa menerima
ajaran Islam. Dari sini derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada awalnya tertindas
oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke pelosok desa setelah para
Wali berhasil mendidik murid-muridnya. Salah satu generasi yang meneruskan perjuangan para
Wali sampai Islam tersebar ke pelosok desa adalah Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling
menonjol setelah perjuangan para Wali songo adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai
Islam, salah satu diantaranya adalah tradisi Wayang Kulit.

8
3. SULAWESI
Pulau Sulawesi sejak aad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang Muslim dari
Sumatera, Malaka, dan Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi
banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya masih memeluk
kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan
terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.

Nama Gowa Tallo sebenarnya adalah nama dua kerajaan yang berdampingan dan selalu
bersatu, seolah-olah merupakan kerajaan kembar. Oleh karena letaknya berada di kota Makassar,
maka Gowa Tallo disebut juga Kerajaan Makassar, yang istananya terletak di Sumba Opu.

Pada tahun 1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, Kerajaan Gowa
Tallo berhasil menaklukkan daerah selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu. Pada masa
itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat dalam jumlah yang cukup
besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana penyebaran dan pengembangan
Islam menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September
1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan
Alaudin. Beliau menjalin hubungan baik dengan kerajaan Ternate, bahkan secara pribadi beliau
bersahabat baik dengan Sultan Babullah dari Ternate.

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan kekuasaannya.
Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan dan diislamkan. Demikian juga Bone, berhasil
ditaklukkan pada tahun 1611 M. Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat
ramai. Para pedagang dari Barat yang hendak ke Maluku singgah di Gowa untuk mengisi
perbekalan, bahkan kemudian rempah-rempah Maluku dapat diperoleh dari sana, terkadang
dengan harga yang lebih murah daripada di Maluku. Gowa menjadi pelabuhan dagang yang luar
biasa ramai, disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan mancanegara. Hal ini tentu saja
mendatangkan keuntungan yang sangat besar, ditambah lagi persembahan dan upeti dari daerah-
daerah taklukannya, maka kerajaan Gowa pun menjadi kerajaan yang kaya-raya dan disegani
pada masanya.

4. KALIMANTAN
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ada disekitar abad 5 M di Kalimantan Timur telah ada
kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang lain adalah
kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan.
Pada abad 16 Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590 kerajaan
Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya adalah Sultan Giri
Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syafiuddin. Beliau banyak
berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan seorang muballigh bernama Syekh
Syamsudin.

9
Di kalimantan Selatan pada abad 16 M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara lain
Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha. Kerajaan-
kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera menyebarkan agama
Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti nama dengan
Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat mengalahkan Kerajaan
Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di Kalimantan.
Diatas telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai kerajaan
Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama Sombaopu, maka
Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam maka
para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh
mereka tidak menyianyiakan waktu untuk berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan
tersebar di Kalimantan Timur mulai abad 16.

5. MALUKU
Antara tahun 1400-1500 M (abad ke-15) Islam telah masuk dan berkembang di Maluku,
dibawah oleh para pedagang Muslim dari Pasai, Malaka, dan Jawa. Mereka yang sudah
beragama Islam banyak yang pergi ke pesantren-pesantren di Jawa Timur untuk mempelajari
Islam. Raja-raja di Maluku yang masuk Islam di antaranya :

 Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum (1465-1486). Setelah beliau
wafat, digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang besar jasanya dalam mensyiarkan
Islam di kepulauan Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Filipina.
 Raja Tidore, yang kemudian bergelar Sultan Jamaludin.
 Raja Jailolo, yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
 Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 dan bergelar Sultan Zaenal Abidin.

Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian, yang
disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang dan para mubalig yang juga berasal dari
Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau Waigio
dan Pulau Gebi.

6. PAPUA
Beberapa kerajaan di Kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di pulau Papua
menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak kepala-kepala suku di wilayah
Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang di bawah administrasi pemerintahan kerajaan
Bacan. Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-
kepala suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan
Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.

10
Hikmah yang Dapat Diambil dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Manfaat yang dapat ambil dari sejarah perkembangan islam di Indonesia:
 Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan ajaran
Islam di bumi nusantara memberikan nuansa baru bagi perkembangan suatu kepercayaan
yang sudah ada di nusantara ini. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkembang
dan tatanan kehidupan menjadi baik pula.
 Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
 Meneladani kesuksesan mereka dalam berkarya dan membuat masyarakat Islam gemar
membaca dan mempelajari Al Quran.
 Memperkaya dalam bentuk (arsitektur) bangunan, seperti masjid sebagai tempat ibadah.
 Mengajarkan tentang Islam harus dengan keramahan dan bijaksana serta membiasakan
masyarakat Islam bersikap konsisten.
 Memanfaatkan peninggalan sejarah, baik berupa, makam, masjid, dan peninggalan
lainnya untuk dijadikan tempat ziarah (pembelajaran) demi mengingat perjuangan
mereka.
 Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktekkan tingkah laku
yang penuh keteladanan sebagai ulama pendahulu di nusantara ini dalam
mempertahankan harga diri serta tanah air dari penjajahan.
 Mengajarkan sikap tetap bersatu, rukun, dan bersama-sama mempertahankan negara
Indonesia dari ancaman luar maupun dalam negeri.
 Menyadari bahwa perjalanan sejarah perlu dijadikan sebagai pemikiran dan peneladanan
orang-orang yang beriman terutama keteladanan dan perjuangan para ulama untuk
dipraktekkan oleh generasi mendatang dalam menentukan masa depan umat dan
masyarakat.
KESIMPULAN

Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah,
diantaranya sebagai berikut:

o Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.


o Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan
pekerja keras.
o Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap
memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam
Islam.

11
BAB 3

PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan,
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh. Kami banyak berharap kepada Bapak
Kander dapat memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Bapak dan Teman-teman semua.
Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

http://kismanabdulkarim.blogspot.com/2016/01/hikmah-yang-dapat-diambil-
dari-sejarah.html

http://azkyanz.blogspot.com/2011/05/sejarah-masuk-dan-berkembangnya-
islam.html

https://diammenakutkan.wordpress.com/2013/03/28/sejarah-perkembangan-
islam-di-pulau-jawa/

Syamsudi. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XII. Jakarta :
Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai