Tentang:
Oleh Kelompok 13 :
1. Wirdatun Nisa 2314040020
2. Andini Fadillah 2314040023
Dosen Pengampu:
Dr. Sudarman, S. Hum, MA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Sejarah dan Peradaban Islam di
Asia Tenggara ( Indonesia, Malaysia, dan Brunai Darussalam ).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Sejarah dan Peradaban Islam di Asia
Tenggara ( Indonesia, Malaysia, dan Brunai Darussalam) ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh benua dan negara yang
ada di permukaan bumi ini Karena memang di dalam ajaran islam itu sendiri menuntut kepada
orang yang memeluk agama islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang
belum kenal islam,maka orang islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebarannya
agar penduduk sekitar mau menerima agama Islam.Salah satu fakta tentang orang yang paling
berpengaruh di seluruh dunia adalah Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW beliau menyebarkan
agama islam sendirian di mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah
menjadi masyarakat yang berakhlak baik dengan memeluk agama islam yang dibawa oleh
beliau. Dari sinilah sejarah penyebaran islam semakin luas ke seluruh dunia hingga hampir ke
Asia Tenggara.
Asia Tenggara adalah tempat tinggal bagi penduduk muslim terbesar di dunia Islam
merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam Secara geografis,
kawasan Asia Tenggara merupakan tempat yang unik dan menarik bagi perkembangan agama-
agama dunia,sehingga hampir seluruh agama terutama agama besar pernah singgah dan
mendapat pengaruh di beberapa tempat kawasan ini, termasuk agama Islam. Bahkan tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa penduduk muslim terbesar ada di kawasan Asia Tenggara. Saat
ini ada sekitar 240 juta muslim di Asia Tenggara atau sekitar 42% dari jumlah populasi penduduk
Asia Tenggara Jumlahnya sekitar 25% dari total penduduk muslim dunia yang berjumlah 1.57
miliar jiwa
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan Peradaban Islam di Indonesia ?
2. Bagaimana Sejarah dan Peradaban Islam di Malaysia ?
3. Bagaimana Sejarah dan Peradaban Islam di Brunai Darussalam ?
C. Tujuan
1. Memahami dan mengetahui Sejarah dan Peradaban Islam di Indonesia.
2. Memahami dan mengetahui Sejarah dan Peradaban Islam di Malaysia.
3. Memahami dan mengetahui Sejarah dan Peradaban Islam di Brunai Darussalam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indonesia
1. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi.
Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui
penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Indonesia dengan jalan damai, terbuka dan tanpa
pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Indonesia. Mulai abad ke-7 dan
ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan
pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Trung (627-
650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari Jazirah Arab. Yang
pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga
dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa'ad bin Abi Waqqas,
adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China.
Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa- Zhin-Zi (masjid kenangan
atas Nabi).
Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim Cina membanggakan sejarah perkembangan
Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri
Cina baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran
Islam. Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di dacraft hagian Timur Asia,
yaitu di negeri Cina, khususnya Cina Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang
kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara Sebagaimana dikemukakan di atas Selat Malaka
sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para
pedagang dan mubaligh Arab dan Persia yang sampai di Cina Selatan juga menempuh
pelayaran melalui Selat Malaka.
Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari 1-Cing,
seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang disebutnya kapal
Po-Sse di Canton pada tahun. la kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga
daerah Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin- Ting-Shu
dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat
untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima .Dari sumber tersebut,
ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-
Sse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang
Persia dan Arab sudah hadır di Indonesia sejak abad 7 M dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahlı sejarah lentang tempat orang Ta Shih. Ada
yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau di Palembang. Namun
adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah Terengganu.
Terlepas dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada di bagian Barat Asia
Tenggara Juga ada pemberitaan Cina (sekitar tahun 758) dari Hikayat Dinasti Tang yang
melaporkan peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Sse. Mereka
merusak dan membakar kota Canton (Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan
pemerintahan Kaisar Hitsung (878. 899).
Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang Ta-Shih dan Po-Sse
menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untuk meminta perlindungan dari
kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan berita ini terlihat bahwa orang Arab dan Persia yang sudah
merupakan komunitas Muslim itu mampu melakukan kegiatan politik dan perlawanan
terhadap penguasa Cina. Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya
Islam ke Indonesia:
1. Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M
(684 M). Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah
mempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama kali ke
Indonesia di Sumatera Utara.
2. Menurut Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan
catatan Tiongkok, saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh (kemungkinan
Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk
membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa.
3. Menurut Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 M karena
di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim yang berarti
tahun 670 M.
4. Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963,
mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/abad 7 M
langsung dari Arab Daerah pertama yang didatangi ialah pasisir Sumatera.
Sedangkan perkembangan Agama Islam di Indonesia sampai berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam dibagi menjadi tiga fase, antara lain :
a. Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan- pelabuhan Nusantara Sumbernya
adalah berita luar negeri, terutama Cina.
b. Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia.
Sumbernya di samping berita-berita asing juga makam-makam Islam.
c. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Sedangkan di Indonesia sendiri terdapat beberapa Teori tentang masuknya Islam di
Indonesia yaitu:
1) Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di
Nusantara. Dinamakan Teon Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang
mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan
pelakunya adalah pedagang India Muslim. Bukti-bukti dari teori ini, yaitu bukti batu nisan
Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297. relif
nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di
Gujarat dan adanya kenyataan bahwa agama Islan disebarkan melalui jalan dagang antara
Indonesia-Cambas (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa
2) Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka, la lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan
pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia,
kemudian dikuti oleh orang Persia dan Gujarat Gujarat dinyatakan sebagai tempat
singgah semata, dan Mekah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan
ajaran Islam Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada
abad 13 M, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan
politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi
atau pada abad pertama Hijriyah Pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan
Arab Islam di Pantai Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina. Kemudian berita Cina
ini ditulis kembali oleh T. W Arnold (1896), J. C van Leur (1955) dan Hamka (1958).
Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan
laut Arab.Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti
di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab
Islam di pantai Barat Sumatera di abad ke-7 M, maka terbukalah kemungkinan peranan
bangsa Arab dalam memasukkan Islam ke Nusantara.
3) Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P. A. Hoesein Djajadiningrat Teori ini berpendapat bahwa
agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat,
sedangkan waktunya sekitar abad ke-13 M. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya
kepada kebudayaan yang hidup dikalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan
memiliki persamaan dengan Persia.Di antaranya adalah: Peringatan 10 Muharram atau
Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Adanya kesamaan ajaran
antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah
meninggal pada 310 H/922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi,
sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat
mempelajarinya
2. Proses Islamisasi ke Indonesia
a) Saluran perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga ke-16 M. membuat pedagang-pedagang
Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri
bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini
sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan
perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham Mereka berhasil mendirikan
masjid dan mendatangkan mullah-malah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak,
dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.
Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit
yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam. Bukan karena hanya faktor
politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapı karena faktor hubungan ekonomi dengan
pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih
perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
b) Saluran perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari
pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri putern bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawını mereka duslamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas,
akhirnya timbul kampung-kampung, daerah- daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan, tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu Jalur perkawinan ini jauh
lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja
dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan ito kemudian turut mempercepat
proses Islamisası. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan
Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri
Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
c) Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magik
dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka juga ada yang
mengawini puteri-puteri bangsawan setempat Dengan tasawuf, "bentuk" Islam yang diajarkan
kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan
dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah
Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad
ke-19 M bahkan di abad ke-20 M
Kegemilangan tasawuf tersebut tentu saja tidak terlepas dari peranan dan kontribusi
tokoh-tokoh tasawuf Tokoh- tokoh yang memiliki sifat dan watak yang lebih kompromis dan
penuh kasih sayang Tasawuf memang memiliki kecenderungan yang tumbuh dan berorientasi
kosmopolitan. tidak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan letak geografis.
Dakwah Islam yang dilakukan kaum sufi berkembang cukup berhasil dan keberhasilan
itu terutama ditentukan oleh pergaulan dengan kelompok-kelompok masyarakat dari rakyat
kecil dan keteladanan yang melambangkan puncak kesalehan dan ketekunan dengan
memberikan pelayanan pelayanan sosial, sumbangan, dan bantuan dalam semangat
kebersamaan dan rasa persaudaraan murni Kaum sufi itu ibarat pakar psikologi yang
menjelajahı segenap penjuru negeri demi menyebarkan kepercayaan Islam Dari kemampuan
memahami spirit Islam sehingga dapat berbicara sesuai dengan kapasitas (keyakinan dan
budaya) audiensnya itulah, mereka kemudian melakukan modifikasi adat istiadat dan tradisi
setempat sedemikian rupa seperti contoh di atas agar tidak bertentangan dengan dasar-dasar
Islam. Dengan kearifan dan cara pengajaran dan pendidikan yang persuasif tersebut, tokoh-
tokoh tasawuf telah berhasil membumikan kalam Allah sebagaimana yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW.
d) Saluran prendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru- guru agama, kiai-kiai dan ulama Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren,
mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan
Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan
Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk
mengajarkan Agama Islam.
e) Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang Dia
tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan
Islam. Kesenian- kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad
dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir 6 Saluran politik.
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur,
demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam
itu masuk Islam.
B. Malaysia
1. Sejarah Masuknya Islam ke Malaysia
Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali
menyebar di negara ini Berikut ini pendapat beberapa ahli, antara lain:
a) Wan Hussein Azmi, dalam kitabnya Islam di Malaysia Kedatangan dan Perkembangan
(Abad 7-20 M). beragumen bahwa Islam datang pertama kali ke Malaysia sejak abad ke 7
M. Pendapat in berdasarkan pada sebuah argumen bahwa pada pertengahan abad tersebut
pedagang Arab sudah sampai pada gugusan pulau-pulau Melayu.
b) Hashin Abdullah dalam kitabnya Perspektif Islam di Malaysia, menegaskan para
pedagang Arab singgah di pelabuhan-pelabuhan sumatera untuk mendapatkan barang-
barang keperluan dan sementara menanti perubahan angin mosun. Ada diantara mereka
yang singgah di pelabuhan-pelabuhan tanah melayu seperti Kedah, Trengganu dan
Malaka c. S.Q Fatimu, dalam bukunya Islam Comes To Malaysia, menjelaskan bahwa
Islam masuk ke Malaysia sekitar abad ke 8 H (14 M).
c) Majul juga berpendapat bahwa Islam pertama kali tiba di Malaysia sekitar abad ke 15 dan
16 M.
Sejauh menyangkut penyebaran Islam di Malaysia, peranan Malaka sama sekali tidak
dapat dikesampingkan Karena koversi Melayu terjadi terutama selama periode kesultanan
Malaka pada abad ke 15 M, dari sekitar tahun 1402 hingga 1511 M.
Pengamalan islam menjadi lebih tampak jelas terutama setelah kebangkitan Islam di
Malaysia yang terjadi pada tahun 1970-an. Dan mencapai puncaknya pada tahun 1980 an.
Kebangkitan Islam di Malaysia terlihat jelas pada upaya muslim Malaysia untuk
mengamalkan ajaran islam secara lebih serius seperti: aktif solat berjemaah di masjid,
menghadiri wirid pengajian, banyak beramal sholeh, mengucapkan salam saat bertemu,
berhati-hati saat membeli makanan agar tidak termakan pada yang haram, memakai busana
muslim seperti jubah, jilbab atau baju kurung dan telekung bagi wanita, memakai sarung,
serban dan peci atau pakaian lainnya yang jelas jelas mencirikan ketaatan sebagai muslim.
Gerakan kebangkitan islam juga terlihat dikalangan mahasiswa di kampus-kampus
Malaysia. Dilatar belakangi oleh pendekatan dan pandangan internasionalis FOSIS yang
umum tentang islam, sementara mahasiswa asal Malaysia membutuhkan persiapan diri untuk
perjuangan islam di Malaysia setelah kembali, diawal tahun 1975, dua orgamsasi islam yang
baru yang lebih militan terbentuk dikalangan mahasiswa Malaysia di London, yaitu Suara
Islam dan Islam RepresentationCouncil (IRC), Berpegang pada ajaran-ajaran al-maududi,
serta terinspirasi dari jamaah islami dari Indo-Pakistan dan Ikhwan al-muslimin dari mesir,
para mahasiswa yang tergabung dalam dua organisasi ini menjadi punya interpresentasi Islam
yang radikal. Terutama Suara Islam,saat itu berobsesi untuk melaksanakan perjuaangan islam
di Malaysia (revolusiislam), dengan perjuangan ideology yang akan menyoroti konflik
fundamental antara cara islam dan bukan Islam.
Berbeda dengan suara Islam, IRC dengan mengikuti garis Ikhwanus muslimin, berupaya
mendirikan sel-sel rahasia sebagai alat terbaik untuk menyebarluaskan ajaran Islam . Strategi
mereka adalah menyelinap kedalam organisası yang ada dan berupaya memprakarsai
perubahan melalui partai politik islam, IRC menekankan pendidikan, dengan
menyebarluaskan alternativeislam sebagai milik tunggal jalan sejati menuju cara hidup yang
sempurna, melalui penyebaran sel-sel rahasia kecil dikalangan mahasiswa.
Kuatnya nuansa dan etos Islam di Malaysia dapat ditunjukkan dengan melihat kenyataan
bahwa dibandingkan dengan sejumlah negara yang punya jumlah penduduk Muslim dan non-
muslim yang hampir seimbang, hanya Malaysia yang memberikan banyak tekanan pada
simbol- simbol, lembaga dan pengamalan islam, Kenyataan ini dapat dilihat terutama sejak
kebangkitan Islam di Malaysia yang berlangsung sejak tahun 1970-an dan mencapai
puncaknya pada tahun 1980-an. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintahan
untuk merevisi sistem hukum nasionalagar lebih selaras dengan Hukum Islam (1978).
Deklarasi pemerintahan untuk menyusun kmbali moel dan sistem ekonomi Malaysia menjadi
model Islam (1980) selanjutnya diikuti oleh penyediaan infrastruktur dan institusi-institusi
Islam seperti Bank IslamAsuransi Islam, Pegadaian Islam, Yayasan Ekonomi Islam,
pembentukan kelompok Sumber Daya Islam seta kelompok Khusus Penegakaan Islam (1981-
1982), Pembangunan Sekolah Guru Islam (1980), pengadaan tempat yang permanen untuk
Kamp Training Islam Internasional (1982), kesponsoran pemerintah terhadap Rumah Sakit
Pusat Islam (1983). Pendirian Universitas Islam Internasional (1983), deklarasi resmi tentang
'Islamisasi Tubuh Pemerinthan" (1984) deklarasi bahwa 'Hanya Islam yang mendapat jatah
waktu siaran Radio dan TV Malaysia' (1988).
Dalam perkembangan terakhir, dukungan pemerintah terhadap Islam dapat dilihat dari
pembangunan secara besar- besaran pusat Islam di Putrajaya, serta intensifikasi program-
program dan kegiatan keislaman melalui lembaga itu.
C. Brunei Darussalam
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang makmur di bagian utara Pulau
Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan negara Malaysia Mayoritas penduduknya adalah
Melayu, sebagian lainnya adalah pendatang seperti Cina Negara kaya yang menumpukan
perekonomiannya pada sektor minyak bumi dan gas ini, menerapkan system politik monarki
absolut, dimana keluarga raja bertindak selaku pemegang kepemimpinan kerajaan Brunei juga
terkenal sangat selektif dan berhati-hati terhadap pengaruh dan luar, sehingga mendukung dan
menjaga kemapanan tradisi masyarakat feodal yang diterapkan. Sebagian besar Muslim di
negara ini adalah Sunni yang menganut mazhab Syafi'i.