Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

XI MIPA 1
Disusun oleh:
Silvina Sugianti

SMA NEGERI 10 SAMARINDA


2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, saya panjatkan puji dan puja syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan saya rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia“.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini terutama kepada Ibu Noor Hikmah,
M.Pd.I.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa saya masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang sejarah perkembangan
Islam di Indonesia ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Penyebaran Islam di Indonesia 3

B. Cara masuknya Islam di Indonesia 4

C. Kerajaan Islam di Tanah Jawa 6

D. Kerajaan Islam di Indonesia 14

E. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Kebudayaan di Indonesia 21

F. Pengaruh Perkembangan Islam di Indonesia 25

G. Peranan umat islam pada masa penjajahan, masa kemerdekaan, dan masa
perkembangan 27

H. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia 34

I. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia 34

J. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia 36

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Beliau memulai dakwah menyebarkan agama Islam
dari tanah kelahirannya, Makkah Al Mukarramah. Pada awalnya dakwah
beliau hanya diikuti oleh beberapa orang terdekat saja. Banyak dari
kalangan orang-orang Quraisy yang menentang dakwah beliau. Bahkan
mereka memusuhi Nabi dan orang-orang yang mengikuti ajarannya.
Hingga berbagai usaha pembunuhan Nabi pun sering dilakukan orang-
orang Quraisy. Selama sekitar sepuluh tahun dakwah beliau di Makkah,
jumlah pengikut masih sangat sedikit.
Kemudian di tahun kesebelas kenabiannya, beliau dan para
pengikut melakukan hijrah ke Madinah. Disinilah Nabi Muhammad mulai
menyusun strategi dakwah untuk mengajak orang masuk islam. Pertama
kali yang beliau lakukan adalah membentuk pemerintahan. Dengan
kegigihan Nabi dan para sahabat dalam berdakwah, Islam pun semakin
menyebar luas ke tanah berbagai tanah arab. Dan jumlah umat Islam pun
semakin hari semakin bertambah. Hal ini dapat kita lihat dari peperangan-
peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW. Perang Badar yang
merupakan perang besar pertama umat Islam melawan orang-orang kafir
hanya membawa pasukan sekitar 300 orang, kemudian Perang Uhud
membawa pasukan 1000 orang. Dan peperangan-peperangan berikutnya
dengan jumlah pasukan yang semakin banyak.
Setelah Rasulullah wafat, dakwah Islam dilanjutkan oleh Khulafaur
Rasyidin. Di zaman para khalifah inilah Islam sudah mulai menambah ke
berbagai negara dan benua. Termasuk diantaranya negara Indonesia, yang
mulai dimasuki Islam pada zaman Khalifah Usman bin ‘Affan. Beliau
mengirimkan delegasi untuk menyampaikan Islam ke negeri Cina. Dan
sebelum sampai di negeri Cina para delegasi singgah di Nusantara. Dari

1
2

delegasi yang dikirim Khalifah Usman inilah Islam mulai berkembang di


Indonesia. Kemudian dakwah dilanjutkan oleh para pedagang dari India.
Sehingga jumlah umat Islam di Indonesia terus bertambah setiap harinya.
Hingga saat ini dakwah Islam di Indonesia masih terus berlanjut. Dan dari
berbagai survei menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Indonesia
adalah Muslim.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di
Indonesia?
3. Bagaimana peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.
2. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di
Indonesia.
3. Mengetahui peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia

D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan, pemahaman dan pendalaman
terhadap sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
2. Masyarakat
Mengetahui pengertian serta pemahaman dan pendalaman secara
umum tentang sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
3. Keilmuan
Mengetahui asal-usul sejarah serta perkembangan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebaran Islam di Indonesia


Penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-
rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan
sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
perhatian terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para
pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India.
Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku
dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para
pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatera, Sunda kelapa dan
Gresik di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal
dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang
dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam.
Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan
dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar
secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
Sebenarnya islam sudah masuk ke nusantara sejak abad ke-7 M.
Agama islam tersebut dibawa oleh pedagang dari Arab, Gujarat, dan
Persia. Pada saat itu islam masih menjadi agama minoritas di nusantara.
Belum banyak yang menganut islam karena memang masih merupakan
sesuatu yang baru di nusantara. Penyebaran islam di nusantara
berlangsung cukup lama, yaitu mulai dari abad ke-7 M sampai abad k-13
M. Pada abad ke-13 M itulah orang mulai mengenal dan mulai memeluk
agama islam.

3
4

Pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia itulah yang berperan


dalam penyebaran islam pertama kali di nusantara. Penyebaran agama
islam tersebut dimulai dari daerah-daerah pusat perdagangan, seperti
daerah pesisir yang dekat dengan pelabuhan-pelabuhan. Semenjak itu,
pengaruh islam di nusantara mulai menguat, hal itu dibuktikan dengan
mulai berdirinya kerajaan-kerajaan islam di nusantara.

B. Cara Masuknya Islam di Indonesia


Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan melalui berbagai
media. Sedangkan penyebar agama Islam di Indonesia dilakukan oleh
banyak golongan seperti para wali, ulama, pedagang dan guru. Namun
secara global, Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa cara yaitu
melalui perdagangan, perkawinan, ajaran Tasawuf, pendidikan, kesenian
dan politik.
Islam masuk ke Indonesia melalui cara-cara berikut ini:
 Jalur Perdagangan
Jalur perdagangan memungkinkan sebagai saluran islamisasi
karena masyarakat Indonesia telah lama menjalin hubungan perdagangan
dengan bangsa Arab. Melalui jalur inilah para ulama, kaum intelektual dari
Arab (misionaris) melakukan penyebaran Islam dengan melalui
perdagangan, supaya hubungan mereka tidak hanya sebatas sesama
pedagang namun lebih akrab bergaul dan berkomunikasi dengan
masyarakat Indonesia, terlebih ketika keakraban pedagang dengan raja-
raja di Nusantara telah tumbuh.
 Jalur Perkawinan
Selain perdagangan, para pendatang dari Arab juga menyiapkan
strategi untuk menyebarkan Islam melalui perkawinan. Perkawinan
merupakan salah satu saluran islamisasi yang paling efektif, karena ikatan
perkawinan itu merupakan ikatan lahir dan batin, tempat mencari
kedamaian antara dua individu. Kedua individu itu membentuk keluarga
yang justru menjadi inti masyarakat, yang dalam hal ini tentu yang
5

dimaksud adalah mayarakat Muslim. Mereka memanfaatkan sisi


ekonominya yang pada saat itu para saudagar muslim Arab lebih
berkecukupan daripada pribumi, sehingga para putri-putri bangsawan
sangat tertarik dengan mereka dan akhirnya mereka menikahkan putri-
putrinya yang kemudian diislamkan, seperti pernikahan Raja Brawijaya
dengan Putri Jeumpa yang melahirkan Raden Fatah. Bukan hanya itu,
mereka juga mengajak para keluarga putri-putri bangsawan pribumi
supaya memeluk agama Islam.
 Jalur Tasawuf
Melalui metode tasawuf, mereka mengajarkan indahnya Islam,
menjelaskan bahwa Islam itu ramah, tidak memandang kasta, syarat
masuknya pun tidak berat, hanya dengan mengucapkan dua
kalimat Syahadat. Mereka mengajarkan teosofi yang bercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Mereka juga
memilki kemahiran dalam hal magis serta kekuatan-kekuatan untuk
menyembuhkan orang sakit dengan selalu disandarkan kepada sang
pencipta. Dengan metode inilah ajaran tasawuf mudah diterima oleh
masyarakat Indonesia. 
 Jalur Pendidikan
Mengenai Islamisasi Indonesia, para ulama juga menerapkan
sistem pendidikan dengan cara merekrut masyarakat agar senang dan
semangat dalam mempelajari ilmu agama dengan mendirikan pesantren-
pesantren, masjid, surau dan tempat pengajian. Setelah mereka belajar dari
pesantren, mereka meneruskan perjuangan para ulama dengan berdakwah
ke tiap daerah supaya Islam semakin pesat tersebar di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan didirikannya Pondok Pesantren di Surabaya yang
didirikan oleh Sunan Ampel, pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan
Giri di Gresik dan lain-lain. para Alumni pesantren Giri inilah yang
banyak diundang sekaligus diutus untuk menyebarkan Islam di daerah
Maluku.
 Jalur Seni dan Budaya
Lewat jalur ini juga para ulama mampu mengakulturasikan
budaya-budaya setempat tanpa menghapus budaya itu sendiri, juga tidak
menentang
7

adat dan tradisi setempat. Seperti cara dakwahnya Sunan Kalijaga yang
mampu menyebarkan Islam melalui seni wayang dengan memasukkan
nilai-nilai Islam dan dengannya masyarakat Indonesia mengenal dan
memeluk Islam.
 Jalur Politik
Para penyebar Islam juga melakukan dakwahnya melalui jalur
politik, dengan cara mendekati para pembesar kerajaan di Indonesia diajak
untuk masuk Islam, baik itu dengan cara menikahi putrinya, membantu
para raja maupun bekerja sama dengan para pembesar kerajaan. Dengan
merayu pembesar kerajaan inilah Islam mudah masuk dan menyebar di
Indonesia, karena ketika rajanya masuk Islam maka rakyatnya pun akan
mengikuti (instruksi) rajanya sehingga memeluk Islam. Seperti yang kita
ketahui bahwa walisongo mampu melakukan strategi dakwah ke para
pembesar kerajaan Majapahit, Pajajaran, bahkan walisongo juga mampu
mendirikan kerajaan seperti kerajaan Giri Kedaton, Demak, Pajang,
Cirebon hingga Kerajaan Banten. Dari jalur inilah Islam dapat mudah
tersebar dengan cepat di Indonesia. 

C. Kerajaan Islam di Tanah Jawa


Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri
kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang cukup kokoh, kuat dan tangguh,
bahkan sampai saat ini hasil peradabannya masih dapat disaksikan.
Misalnya, candi Borobudur yang merupakan peninggalan Budha
Mahayana dan candi Roro Jonggrang di desa Prambanan. Demikian juga
halnya dari segi literatur, seperti buku Pararaton dan Negara Kertagama.
Wajarlah jika Vlekke menyebut kerajaan-kerajaan pra-Islam, khususnya
Singosari dan Majapahit, sebagai Empire Builders of Java.
Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit
semakin merosot pengaruhnya di Masyarakat, terjadilah pergeseran di
bidang politik. Menurut Sartono Kartodirjo, islamisasi menunjukkan suatu
proses yang terjadi cepat, terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai
8

perintis dan penyebar agama Islam di Jawa. Di samping kewibawaan


rohaniah, para wali juga berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada
yang memegang pemerintahan. Otoritas kharismatis mereka merupakan
ancaman bagi raja-raja Hindu di pedalaman.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dilakukan oleh para wali
dalam mengembangkan politiknya:
1. Seorang wali tidak mengembangkan wilayah dan tetap menjalankan
pengaruh secara luas, umpamanya Sunan Giri.
2. Seorang wali tidak mengembangkan pengaruh politik, dan selanjutnya
kekuasaan politik ada di tangan raja, umpamanya di Demak dan
Kudus.
3. Seorang wali mengembangkan wilayah dan melembagakannya sebagai
kerajaan, tanpa mengurangi kekuasaan religius, umpamanya Sunan
Gunung Jati.
Pengembangan politik para wali yang semula berkedudukan di
pantai-pantai, ternyata tidak dipertahankan oleh penerusnya. Akhirnya,
pusat aktivitas politiknya pindah ke pedalaman yang semula kuat ke-
Hinduannya bahkan sampai ke Madura dan kota-kota lain di Nusantara.
 Kerajaan Demak (1500-1550)
Pada waktu Sunan Ampel (Raden Rahmat) wafat, maka para wali
songo berkumpul di Ampel Denta, Surabaya, mereka sepakat untuk
mendirikan sebuah pusat pemerintahan yang mengatur urusan-urusan umat
Islam, juga sepakat untuk mendirikan masjid di Bintaro.
Raden Patah adalah anak Raja Prabu Brawijaya V (Raja
Majapahit). Beliau mempunyai saudara laki-laki, Raden Damar yang
menjadi penguasa Majapahit di Palembang. Kepada beliau inilah Prabu
Brawijaya menitipkan ibu Raden Patah yang sedang hamil, ia adalah
seorang selir Prabu Brawijaya, maka lahirlah putra yang diberi nama
Raden Joyowiseno. Setelah besar, dia ke Jawa dan belajar kepada Sunan
Ampel. Dan Sunan Ampellah yang memberi nama Abdul Fatah artinya
pembuka pintu gerbang kemenangan.
Raden Patah (Pangeran Jimbun) kemudian dikawinkan dengan
cucu
10

raden Rahmat. Setelah beberapa lama berguru kepada Raden Rahmat,


diutuslah beliau ke Bintaro. Di sana beliau hidup bersama isterinya
mengepalai satu masyarakat kecil kaum Islam. Keberangkatannya ke
Bintaro adalah hasil kesepakatan para wali, hendak membuat Bintaro
sebagai pusat kegiatan umat Islam. Akhirnya atas usul para wali Raden
Patah diangkat menjadi adipati Bintaro (Demak) pada tahun 1462 M. Dan
atas perintah Sunan Ampel, Raden Patah ditugaskan mengajar agama
Islam serta membuka pesantren di desa Glagat Wangi (Demak).
Lama-kelamaan Demak semakin penting karena menjadi pusat
penyiaran agama Islam tempat masjid Agung yang didirikan oleh Raden
Patah bersama para wali. Dijadikan pesantren tempat mendidik dan
mengajar kader-kader Islam dan menjadi pusat kegiatan dalam lapangan
politik bagi umat Islam. Sekarang masjid tersebut masih berdiri dengan
megahnya. Inilah masjid yang paling suci di mata orang Islam di Jawa.
Tiap tahun banyak orang pergi ziarah untuk mengenang dan menghormati
pejuang-pejuang Islam yang telah menumbangkan agama Hindu.
Akhirnya Raden Patah secara terang-terangan memutuskan segala
ikatannya dengan Majapahit, di tengah suasana interen kerajaan terjadi
konflik yang sedang dirobek oleh komplotan golongan petualang dalam
istana. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah
Islam, seperti Jepara, Tuban ,dan Gresik, akhirnya dapat merobohkan
Kerajaan Majapahit. Kemudian, beliau memindahkan semua alat upacara
kerajaan dan pusaka-pusaka Majapahit ke Demak. Dengan demikian, para
wali di Surabaya menetapkan atau mengangkat Raden Patah sebagai sultan
pertama Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada
tahun 1478 Demak diproklamirkan menjadi Kerajaan Islam pertama di
Jawa dengan beliau sebagai sultan pertamanya. Kerajaan ini bertahan
sampai tahun 1546 setelah terjadi perebutan kekuasaan antara Arya
Panangsang dengan Adiwijoyo. Sunan Kudus ulama yang besar rupanya
memihak kepada Arya Panangsang karena memang dia yang berhak
melanjutkan kesultanan. Akan tetapi Arya Panangsang dibunuh oleh
Adiwijoyo (Joko
12

Tingkir). Dengan tindakan ini berakhirlah Kerajaan Demak dan Joko


Tingkir memindahkannya ke Pajang.
 Kerajaan Pajang 
Secara resmi Keraton Demak dipindahkan ke pajang pada tahun
1568 sebagai tanda berdirinya Kerajaan Pajang. Joko Tingkir atau Sultan
Adiwijoyo menjadi raja pertama Kerajaan Pajang (dekat Solo sekarang).
Kedudukannya disyahkan oleh Sunan Giri dan segera mendapat
pengukuhan dari adipati-adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sultan Adiwijoyo mengangkat pula Arya Pengiri anak Sunan Prawoto
(cucu Trenggono) menjadi adipati di Demak, kemudian dikawinkannya
dengan putrinya.
Peralihan kekuasaan politik dari keturunan Sultan Demak kepada
Sultan Pajang Adiwijoyo diikuti oleh perubahan pusat pemerintahan dari
pinggir laut yang bersifat maritim, ke pedalaman yang bersifat pertanian.
Selama pemerintahan Joko Tingkir, kesusastraan dan kesenian
keraton yang sudah maju peradabannya di Demak dan Jepara, lambat laun
dikenal di pedalaman Jawa Tengah. Kesusastraan berkembang dengan
pesat dan seorang pujangga terkenala adalah Pangeran Karang Gayam.
Kyai Gede Pamanahan adalah pengikut Joko Tingkir yang paling
banyak jasanya dalam pembunuhan Arya Panangsang. Atas jasanya itulah
dihadiahkan daerah Mataram sekitar kota Gede Yogyakarta sekarang.
Dalam waktu singkat kota ini menjadi sangat maju. Ia meninggal 1575 M.
Anaknya Sutowijoyo menggantikannya dan melanjutkan usaha ayahnya
membangun kota tersebut. Ia orang yang gagah berani, mahir dalam
peperangan oleh karena itu, ia terkenal dengan nama Senopati Ing Alaga
(Panglima Perang).
Ketika Joko Tingkir wafat, ia digantikan oleh Arya Pengiri, namun
banyak masyarakat yang tidak menyukainya. Kesempatan itu
dipergunakan oleh Pangeran Benawa putra Joko Tingkir untuk merebut
kembali kekuasaannya. Ia minta bantuan kepada Senopati Mataram yang
dianggapnya sebagai kakak yang memang juga menginginkan lenyapnya
13

Kerajaan Pajang.
Terjadilah perang antara Pajang dan Mataram. Sultannya
menyerah, sedangkan Pangeran Benawa mengakui kekuasaan Senopati
Sutowijoyo. Segala alat kebesaran Majapahit dalam istana Pajang dibawa
ke Mataram. Maka daerah Pajang dapat dipersatukan dengan Mataram dan
mulailah riwayat Mataram pada tahun 1586 M.
 Kerajaan Mataram 
Sutowijoyo adalah merupakan raja pertama (1586-1601) dengan
gelar Panembahan Senapati Sayyidin Panotogomo (yang dipertuan
mengatur agama) dengan ibu kotanya Kota Gede (Yogyakarta). Pada masa
pemerintahannya, dia bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa di bawah
kekuasaan Mataram sebelum niat tersebut tercapai dia wafat. Lalu
digantikan oleh Mas Jolong atau Panembahan Seda Ing Krapyah dengan
gelar Sultan Anyokrowati (1601-1613).
Pada masa dia memerintah Mataram goncang. Demak dan
Ponorogo berontak namun beliau dapat mengatasinya. Tahun 1612,
Surabaya tidak bersedia lagi mengakui kedaulatan Mataram. Akhirnya
sultan menduduki Mojokerto, merusak Gresik dan membakar desa-desa
sekitar Surabaya. Namun Surabaya tetap bertahan, sultan mengalami
kegagalan dan wafat pada tahun 1613.
Sebagai penggantinya Raden Rangsang dengan gelar Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613-1645). Ia dikenal orang yang kuat, jujur dan adil.
Pada masanya, Mataram mengalami kejayaan sebagai kerajaan yang
terhormat dan disegani, tidak saja di pulau Jawa tetapi juga di pulau-pulau
lainnya. Sebagai orang muslim taat, beliau patuh menjalankan ibadah tidak
pernah melalaikan sembahyang Jumat ke Masjid bersama pembesar
keraton dan alim ulama. Para alim ulama sering dimintai pertimbangan-
pertimbangan mengenai soal-soal keagamaan dan pemerintahan. Dan pada
masa beliau Jawa Timur, Jawa Tengah dan di luar Jawa di bawah
kekuasaan beliau.
14

Pada masa pemerintahan beliau, usaha-usahanya antara lain:


1. Mempersatukan Jawa di bawah satu pemerintahan di Mataram
2. Perayaan Grebeg yang telah menjadi tradisi nenek moyang sejak sebelum
Islam, disesuaikan dengan perayaan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi
Muhammad, Saw.
3. Sejak Tahun 1633, ia mengadakan tareh baru. Tahun 1633 itu adalah tahun
caka 1555. Perhitungan tahun baru ini kemudian disebut tahun Jawa Islam.
4. Gamelan Sekaten yang semula hanya dibunyikan pada Grebeg Maulid itu,
atas kehendak beliau dipukul di halaman masjid besar.
5. Memperluas daerah pertanian dengan memindahkan penduduk dari Jawa
Tengah ke daerah lainnya.
6. Perdagangan dengan luar negeri tetap dijalankan melalui pelabuhan-
pelabuhan besar seperti Cirebon (Jawa Barat), Pekalongan dan Gresik.
Tahun 1645, beliau wafat di gantikan anaknya, Amangkurat I atau
Sunan Tegalwangi yang memerintah selama 32 tahun (1645-1677).
Amangkurat I terkenal sebagai raja yang lalim dan curiga terhadap siapa
saja. Sementara itu terjadi juga pemberontakan Trunojoyo yang mendapat
bantuan dari beberapa daerah seperti Banten. Pada tanggal 2 Juli 1677
Mataram jatuh ke tangan Trunojoyo. Namun Amangkurat II pada tahun
1677-1679 yang memerintah. Dia hendak merebut Mataram dengan
meminta bantuan Belanda, maka orang-orang Jawa yang kuat Islamnya
tidak mau mengakui Amangkurat II sebagai rajanya. Sebaliknya mereka
memandang Trunojoyo sebagai pelindung agama Islam.
Amangkurat II tetap bertekad untuk merebut kembali Mataram,
akhirnya cita-citanya terkabul. Adapun Trunojoyo dengan pengiringnya
melarikan diri dan pada tahun 1679 mereka menyerah kepada Belanda.
Kejayaan Mataram semakin menurun semasa pemerintahan Amangkurat
II. Satu demi satu wilayah kekuasaan Mataram dikuasai oleh VOC
(Belanda). Kemudian raja memindahkan pusat pemerintahan dari Mataram
ke Kartasura. Di tempat baru itu ia menjalankan pemerintahan terhadap
sisa-sisa wilayah Mataram, sampai ia wafat 1702. Keruntuhan Mataram
sudah
16

diambang pintu. Tahun 1755, dengan campur tangan VOC, kerajaan


Mataram dibagi menjadi dua wilayah melalui perjanjian Giyanti, yaitu
sebagai berikut;
1. Kesultanan Yogyakarta atau Ngayogyakarta Hadiningrat diperintah oleh
Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.
2. Kesultanan Surakarta atau Kasunanan Surakarta diperintah oleh Sri
Susuhunan Pakubuwono III.
Pada tahun 1757, kembali dengan campur tangan VOC, Mataram
terpecah belah lagi melalui perjanjian Salatiga. Mataram menjadi kerajaan
kecil sebagai berikut:
1. Kesultanan Yoyakarta
2. Kesultanan Surakarta
3. Kadipaten Pakualaman
4. Kadipaten Mangkunegaran.
Sehingga Kerajaan Mataram Islam akhirnya tinggal nama saja
sedangkan kekuasaan mutlak tetap di tangan Belanda. 
 Kerajaan Banten 
Kedatangan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah ke Banten
dari Demak adalah untuk meletakkan dasar bagi pengembangan agama
Islam dan perdagangan orang-orang Islam. Setelah itu, beliau kembali dan
menetap di Cirebon kemudian Banten diserahkan kepada putranya, yaitu
Hasanuddin. Sejak saat itu, Hasanuddin resmi menjadi sultan pertama di
Banten tahun 1552-1570 dan Banten diumumkan sebagai kerajaan Islam
(kesultanan) di Jawa. 
Sumber lain menyebutkan bahwa Hasanuddin menikah dengan
putri raja Demak dan kemudian dinobatkan sebagai penguasa Banten pada
tahun 1552. Pada tahun 1568, saat terjadi perebutan/peralihan kekuasaan
ke Pajang, Hasanuddin melepaskan diri dari kekuasaan Demak. Dengan
demikian, Hasanuddin merupakan pendiri dan sekaligus sebagai raja
pertama Kerajaan Banten.
Di bawah pemerintahannya, agama Islam serta pemerintahan
17

Banten makin lama makin kuat. Pelabuhan Banten menjadi Bandar dan
pusat perdagangan yang ramai dikunjungi saudagar-saudagar dari luar
negeri seperti dari Gujarat, Persia, Tiongkok, Turki, Pegu(Selatan
Myanmar), Keling, dan Portugis. Orang-orang Tiongkok ke Banten
dengan membawa porselin, sutra, beledru, benang mas, jarum, sisir,
paying, slop, kipas, kertas dan lain-lain. Sedangkan dari Banten mereka
membeli lada, nila, cendana, cengkeh, buah pala, penyu, dan gading.
Orang-orang Persia membawa permata dan obat-obatan. Orang Gujarat
menjual kain-kain kapas, sutra, batik koromandel, kain putih, kain mona
kemudian dibatik atau disulam oleh wanita-wanita Banten. Di Banten
merekapun membeli rempah-rempah dan lain-lain.
Sultan Hasanuddin menanamkan pengaruhnya di Daerah
Lampung. Pada tahun 1570 Sultan Hasanuddin wafat. Penggantinya
Pangeran Yusuf (1570-1580) anak beliau sendiri. Beliau menaklukan
Pajajaran yang masih belum Islam tahun 1579. Memajukan pertanian dan
pengairan. Mendirikan masjid Agung Banten dan membuat benteng dari
batu bata. Tahun 1580, beliau wafat, meninggalkan kerajaan yang sudah
kuat dan luas.
Maulana Muhammad (1580-1596) yang baru berumur 9 tahun
menggantikan ayahnya, didampingi oleh mangkubumi sebagai walinya.
Dalam tahun1596, beliau melancarkan serangan terhadap Palembang,
dengan maksud agar hasil bumi berada dalam kekuasaannya. Tetapi,
beliau tertembak mati, sehingga mengalami kegagalan.
Pada tanggal 22 juni 1596, mendaratlah orang Belanda di
pelabuhan Banten di Bawah Pimpinan Cornelis de Houtman. Kedatangan
Bangsa Belanda ini merupakan titik awal dari hari depan Indonesia yang
gelap. Yang memerintah pada waktu itu adalah anak Sultan Muhammad
yang baru berumur 5 bulan yang bernama Abu Mufakhir Mahmud Abdul
Kadir dengan didampingi oleh walinya/mangkubumi yang bernama
Jayanegara. Kemudian diganti oleh Abu Ma’ali. Abu Ma’ali digantikan
oleh Sultan Agung Tirtayasa. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Banten
mencapai puncak kejayaannya. Dalam upaya mempertahankan Banten
sebagai salah
19

satu pusat perdagangan di Nusantara, Sultan Agung Tirtayasa berani


bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda, Verenigde Oost
Indische Compagnie (VOC) yang berkedudukan di Batavia. Sultan Agung
Tirtayasa menolak kemauan VOC untuk menerapkan monopoli
perdagangan rempah-rempah.
Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang
meletusnya konflik sewaktu-waktu. Konflik itu dapat berupa perampokan,
perusakan, bahkan pertempuran. Misalnya, rakyat Banten membuat
kewalahan Belanda dengan mengadakan perusakan terhadap aset-aset
milik VOC.
Ternyata sikap tegas Sultan Agung Tirtayasa terhadap VOC tidak
diteruskan oleh putranya, Sultan Haji, ia cenderung berkompromi dengan
VOC. Perbedaan sikap itu memuncak terjadi perang saudara. Dalam
perang tersebut Sultan Haji dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Agung
Tirtayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan
Haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten. Setelah itu, Banten
berada di bawah pengaruh VOC.

D. Kerajaan Islam di Indonesia


Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul
kerajaan-kerajaan islam di Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh
Kerajaan Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-mubaligh yang telah
memeluk agama Islam terlebih mulai semakin gencar menyebarkan agama
islam ini di sekitar Malaka, dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan
islam di sekitar selat malaka, seperti Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka,
dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai
mengalami kemunduran, terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti
Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Islam Mataram, Kerajaan
Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lainnya. Berikut beberapa
kerajaan islam di Indonesia :
20

 Kerajaan Perlak
Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di
Indonesia, yang pada saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu
Perlak merupakan salah satu kota dagang yang sangat terkenal. Raja
pertama dari kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid Maulana Abdul
Aziz Syah. Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar
petengahan abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini
didirikan pada 1 Muharram 225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti
tertulis yang menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan islam
pertama di Indonesia.
1. Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan
oleh Syeh Syamsul Bahri Abdullah.
2. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah yang dikarangan oleh
Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
3. Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi, naskah yang dikarang
oleh Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak
merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia.
 Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini trletak di
Kabupaten Lokseumae, Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan gabungan
dari 2 kerajaan yang sedang mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase
dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa
daerah pada saat itu, Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu Syeh dari
Makkah, Syeh Ismail.
Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini,
raja yang mendapat gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik
al Saleh meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik al Tahir
(1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan dan
21

penyebaran agama islam.


Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal
digantikan oleh putranya Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik
al Tahir (1326-1348).
Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan
Samudra Pasai berkembang pesat, kerajaan ini banyak menjalin kerjasama
dengan beberapa kerajaan islam di dunia lainnya, seperti kerajaan-kerajaan
di India dan Arab. Pada tahun 1348 Sultan Ahmad meninggal dan
digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Namun, pada tahun 1521 M
kerajaan ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa
peninggalan, seperti makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal
Abidin, naskah surat Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra
donya, dan stempel kerajaan.
 Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini
terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh
Besar. Raja pertama Kerajaan Aceh, yaitu Raja Ibrahim (1514-1528), yang
bergelar Sultan Ali Mughayat Syah. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali
Kerajaan Aceh menjadi kerjaan yang besar dan kokoh. Namun, ia
memimpin dalam waktu yang tidak lama.
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan
oleh putranya Sultan Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan
oleh adiknya yang bernama Sultan Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568),
yang medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan keberhasilannya
mengusai beberapa wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa
kepemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), di bawah
kepemimpinannya Kerajaan Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang
sangat luat. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menjalin kerjasama
dengan para pemimpin islam di Arab. Hubungan yang terjalin tersebut
pada masa
23

kekhalifahan Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941.
Salah satunya adalah karena semakin menguatnya pengaruh Belanda di
Malaka. Kemunduran tersebut ditandai dengan jatuhnya beberapa wilayah
kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain karena faktor
tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan di antara pewaris
kerajaan. Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya
Baiturrahman, makam Sultan Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh,
Benteng indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan Gunongan.
 Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa.
Pada awalnya wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan
Kerajaan Majapahit. Karena semakin lemahnya pengaruh Kerajaan
Majapahit, hal tersebut mengakibatkan beberapa penguasa daerah mulai
membangun wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk penguasa islam di
pesisir pantai Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk
Raden Patah sebagai raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini.
Setelah diangkat menjadi raja, Raden Patah mendapat gelar Senopati
Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku,
Banjar, dan wilayah bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan
Kerajaan Demak. Pada saat ulama penempati peranan penting di dalam
kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah penasehat kerajaan.
Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh Putranya yang bernama Pati
Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau yang sering
dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh
menyerang Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya,
yaitu Sultan Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena
perebutan kekuasaan antar pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan
24

demak, yaitu Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu
Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam Wudhu,
dan Makrusah.
 Kerajaan Pajang
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya
atau yang lebih dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan
menantu dari Sultan Trenggono, setelah menikah dengan putri Sultan
Trenggono, Jaka Tingkir menjadi penguasa di Pajang. Setelah Sultan
Trenggono meninggal Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya
Penangsang, dan memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal
dan digantikan oleh putranya, Pangeran Benowo. Pada masa
kepemerintahan Pangeran Benowo, Pangeran Arya Pangiri dari Demak
mencoba untuk merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami kegagalan.
Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya,
Sutowijoyo.
 Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara
dari Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari
Pangeran Benowo. Sutowijoyo memiliki gelar Panembahan Senopati Ing
Alaga Sayidin Panatagama setelah naik tahta pada tahun 1586. Pada tahun
1601 Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas Jolang, yang
memiliki gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati
Martapura, karena sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya
meninggal. Selanjutnya ia digantikan oleh Raden Mas Rangsang yang
bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia mengganti
gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia
mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga
Ngaburrahman Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam
25

sangat luas. Kerajaan ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram


Hindu, namun Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan bercorak islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun
saka, kue kipo, kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong,
gapura makah kotagede, batu datar, dan sastra gendhing karya Sultan
Agung.
 Kerajaan Islam Cirebon
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden
Fatahillah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini
merupakan kerajaan islam pertama di Jawa Barat. Raden Fatahillah berjasa
dalam menyebarkan agama islam di Jawa Barat. Karena kedudukannya
sebagai Wali Songo, sehingga ia banyak dihormati oleh raja-raja lain di
pulau Jawa, seperti raja dari Demak dan Pajang. Di bawah
kepemimpinannya juga Kerajaan Cirebon ini memiliki banyak wilayah
kekuasaan.
Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan
oleh cicitnya yang bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650
Panembahan meninggal dan digantikan oleh putranya yang bergelar
Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya meninggal Kerajaan
Islam Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya,
Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu
Masjid Jami’ Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan,
Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makan, dan beberapa benda
pusaka.
 Kerajaan Islam Banten
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin,
yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Setelah berhasil
menaklukan Banten pada tahun 1525 Sunan Gunung Jati menyerahkan
kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat
dan memiliki banyak wilayah kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera
selatan dan Kelampung. Sultan Hasanudin menikah dengan putri Kerajaan
27

Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.


Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat
kepemimpinan Ki Ageng Tirtayasa.  Beberapa peninggalan Kerajaan Islam
Banten ini, yaitu Istana Keraton Surosowan Banten, Istana Keraton
Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara, Benteng
Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan
Keris Panunggul Naga.
 Kerajaan Islam Banjar
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan
Selatan. Dengan bantuan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banjar berhasil
meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Nagaradaha, kerajaan yang menguasai
Banjarmasin pada saat itu. Bantuan tersebut tidak diberikan secara gratis,
ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan Banjar, yaitu memeluk
agama islam.
Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra.
Setelah masuk islam mendapat gelar Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia
digantikan oleh Sultan Rahmatullah (1545-1570). Dalam waktu yang
cukup singkat agama islam juga mulai dianut olh masyarakat di
Kalimantan, seperti Bugis, dan masyarakat bagian timur Kalimantan.
Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah
dan Candi Agung Amuntai.
 Kerajaan Kutai Kalimantan Timur
Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja
pertama kerajaan tersebut adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-
1325). Sekitar abad ke-16 M, kerajaan ini pernah menaklukan Kerajaan
Kutai Martadipura (Kerajaan Kutai bercorak Hindu-Budha), sehingga
kedua kerajaan tersebut dapat disatukan dan namanya berubah menjadi
Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
ini sekitar abad ke-17 M, yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan.
Karena raja pada saat itu telah memeluk agama islam sehingga ia segera
28

membangun sebuah masjid di daerah tersebut. Selain membangun sebuah


masjid, ia juga membuka pengajaran agama islam.

E. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di Indonesia


Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan
mulai menggeliat pada tahun 1800 M. Pada masa tersebut kalangan kaum
muslimin banyak yang mengerahkan pemikirannya untuk kemajuan agama
Islam. para Ulama, Cendekiawan muslim di berbagai wilayah Islam
banyak yang intens terhadap study Islam sehingga keortodokannya mulai
ditinggalkannya. Sehingga pada masa pembaharuan tersebut ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan ajaran islam berkembang di berbagai
Negara seperti Negara India, Turki, Mesir.
Berikut ini Perkembangan Ajaran Islam, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan :
 Bidang Akidah
Salah satu pelopor dalam pembaruan di dunia Islam Arab adalah
suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad
ke-19. Pelopornya adalah Muhammad Abdul Wahab yang berasal dari
Nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang dikemukakan olehnya adalah upaya
untuk memperbaiki umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham
tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. paham tauhid mereka
telah tercamppur aduk oleh paham “Tarikat” yang sejak abad ke-13
tersebar luas di dunia islam.
Di setiap negara-negara Islam yang mereka kunungi banyak
makam syekh yang bertebaran di setiap kota maupun desa. Masyarakat
Islam banyaj yang mendatangi makam tersebut dalam setiap
menyelesaikan persoalan dalam hidupnya. Menurut Muhammad Abdul
Wahab, cara itu disebut musyrik dan itu termasuk sesat. Oleh karena itu
tidak mengherankan kalau Muhammad Abdul Wahab memusatkan
pperhatiannya untuk menangani masalah tersebut. Ia memiliki pokok-
pokok pikiran sebagai berikut.
1. Zat yang harus disembah adalah Allah swt., yang menyembah selain
30

Allah dinyatakan sebagai musyrik.


2. Kebanyakan umat Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang
ebenarnya tetapi berbau musyrik.
3. Menyebut nama nabi atau syekh termasuk bagian dari musyrik.
4. Meminta syafaat selain dari Allah swt. juga syirik.
5. Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Quran, hadis dan qiyas
(analog) merupakan kekufuran.
6. Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah swt. merupakan
kekufuran.
7. Menafsirkan Al-Quran dengan takwil atau interprestasi bebas juga
termasuk kekufuran.
Selanjutnya pemikiran-pemikiran yang mempunyai pengaruh pada
perkembangan pemikiran pembaruan di abad ke-19 adalah:
1. Hanya Al-Quran dan hadis yang menjadi sumber asli ajaran-ajaran
Islam, pendapat ulama bukan merupakan sumber.
2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup.
4. Muhammad bin Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif
berusaha mewujudkan pemikirannya, beliau meninggal pada tahun
1787 M.
 Bidang Ilmu Pengetahuan
Islam adalah agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan
kehidupan yang didasarkan pada rasionalitas atau akal dan iman. Ajaran
Islam mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam sejak zaman
klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode
modern (1800-sekarang).
Pada periode modern ini, kaum muslimin memiliki banyak sekali
tokoh-tokoh pembaruan yang ppokok-pokok pemikiran maupun jasa-
jasanya di berbagai bidang telah memberikan sumbangsih bagi umat Islam
di dunia. Beberapa tokoh yang terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan
antara lain:
32

1. Jamaluddin al Afgani (1838-1897 M).


Salah satu sumbangan terpenting di dunia Islam yaitu gagasan
mengilhami kaum Islam Turki, Iran, Mesir dan India, meskiun sangat anti
Imerealisme Eropa. Ia menggunakan pencapaian ilmu pengetahuan Barat,
ia tidak melihat kontradiksi antara Islam dan ilmu pengetahuan, namun
gagasannya untuk mendirikan universitas yang khusus mengajarkan ilmu
pengetahuan modern di Turki menghadapi tantangan kuat dari para ulama,
pada akhirnya dia diusir dari negara tersebut.
2. Muhammad Abduh (Mesir 1849-1905) dan Muhammad Rasyid Rida
(Suriyah 1865-1935).
Guru dan murid tersebut sempat mengunjungi beberapa Negara
Eropa dan amat terkesan pengalaman di sana. Rasyid Rida mendapatkan
pendidikan Islam tradisional dan menguasai bahasa asing (Perancis dan
Turki) yang menjadi jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan
modern secara umum. Oleh karena itu tidak sulit bagi Rida untuk
bergabung dengan gerakan pembaruan al Afgani dan Muhammad Abduh
diantaranya melalui penerbitan jurnal Al Urwah, Al Wusta yang
diterbitkan di Paris dan diterbitkan di Mesir.
3. Toha Husein (Mesir 1889-1973)
Toha Husein adalah seorang sejarawan dan filosuf yang amat
mendukung gagasan Muhammad Ali Pasya. Gagasan Toha Husein
dianggap sekularis karena menggunakan ilmu pengetahuan.
4. Syayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf al Qardawi
Al Qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan,
jika modernisasi yang dimaksud bukan berarti upaya pemberantasan dan
memiliki batasan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta
penerapan teknologinya, maka Islam tidak menolaknya bahkan
mendukungnya. Pandangan Al Qadarwi ini cukup mewakili pandangan
mayoritas kaum muslimin.
5. Sir Sayyid Ahmad Khan (India 1817-1898).
Beliau adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
33

muslim. Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslimin dengan


melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al-Quran.
Ia amat serius dengan upaya ini antara lain dengan menciptakan sendiri
metode baru penafsiran Al-Quran.
6. Sir Muhammad Iqbal (Punjabi 1873-1938)
Beliau ini merupakan salah seorang muslim pertama di anak benua
India yang sempat mendalami pemikiran barat modern dan mempunyai
latar belakang pendidikan yang bercorak tradisional intelektual Islam.
Kedua hal inilah yang muncul dari karya utamanya di tahun 1930 yang
berjudul “The Reconstruction of Religius Thought in Islam
Reconstruction”, ia mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan Islam
dalam bahasa modern untuk konsumsi generasi baru muslim.
 Perkembangan Kebudayaan pada Masa Pembaruan
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah Islam, dengan keberhasilannya
mendirikan dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Usmani.
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia,
Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengenal ajaran tentang
etika dan tata krama kehidupan kerajaan atau kehidupan pemerintahan.
Prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari kebudayaan Bizantium, sedang
dari kebudayaan Arab mereka mendapatkan ajaran tentang prinsip
ekonomi kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
Arsitektur di Turki Usmani berupa bangunan-bangunan masjid
yang indah seperti masjid Sultan Muhammad al Fath, masjid Sulaiman dan
Masjid Abu Ayub al Anshari.
Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah.
Salah satu masjid yang terkenal keindahannya adalah masjid yang awalnya
berasal dari gereja Ayu Sophia.
Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari
masa silam yang gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang
cukup diperhitungkan dunia dewasa ini. Toleransi beragama merupakan
salah satu
35

kebudayaan Islam dan tidak ada satupun ajaran Islam yang bersifat
rasisme dan etnosentrisme.

F. Pengaruh Perkembangan Islam di Indonesia


Masuknya pengaruh Islam di Indonesia memberikan dampak
dalam berbagai kehidupan masyarkat Indonesia apabila diperhatikan,
maka terlihat bahwa perkembangan agama Islam di Indonesia memberikan
pengaruh hingga saat sekarang dan itu tidak lepas dari perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Adapun pengaruh yang dapat terlihat akibat
perkembangan agama Islam di Indonesia sebagai berikut :
a. Bidang Sosial Politik
Dalam bidang sosial politik, perkembangan agama Islam membuat
letak geografis kota-kota yang mejadi pusat kerajaan berada diwilayah
atau muara sungai yang besar seperti Samudera Pasai, Pidie, Aeh, Demak,
Banten, Ternate, Goa dan Makasar merupakan pusat kerajaan yang
bercorak maritim. Dengan demikian, masyarakatnya lebih
menggantungkan kehidupan pada perdagangan sementara untuk kekuatan
militernya dititikberatkan pada angkatan laut.
Dari segi tata kota, umumnya ota-kota di atas terdiri dari tempat
peribadatan (masjid), pasar, tempat tinggal penguasa (kraton) serta
perkampungan penduduk. Perkampungan penduduk itu sendiri terbagi
berdasarkan status social ekonomi, keagamaan, kekuasaan dalam
pemerintahan. Umumnya, perkampungan untuk pedagang asing ditentukan
oleh penguasa kota. Adapun perkampungan-perkampungan yang ada
diberi nama berdasarkan fungsi dalam pemerintahan. Dalam kehidupan
pendudukan, masyarakat kota-kota kerjaan Islam itu terbagi juga dalam
stratifikasi, yaitu sebagai berikut :
1. Golonan raja dan keluarga. Mereka ini adalah golongan penguasa.
Umumnya, para penguasa Islam ini menggunakan gelar sultan. Gelar
sultan sendiri dipakai untuk pertama kali di Indonesia oleh Sultan
Malik As-Saleh.
36

2. Golongan elit, yaitu kelompok lapisan atas. Mereka ini terdiri atas
golongan tentara, ulama dan para saudagar. Dalam golongan ini, kaum
ulama merupakan kelompok yang menempati peran yang sangat
penting. Di antara mereka terdapat orang-orang yang dianggap wali
yang menjadi penasehat para sultan.
3. Golongan orang kebanyakan. Mereka ini merupakan lapisan
masyarakat yang terbesar. Golongan ini dalam masyarakat Jawa
disebut wong cilik. Mereka terdiri atas para pedagang, petani, tukang,
nelayan serta pejabat rendahan.
4. Golongan budak. Mereka ini umumnya berkerja di lingkungan istana
maupun bangsawan. Umumnya mereka berkerja di lingkungan ini
karena mereka tidak mampu mebayar hutang dan tawanan perang.
Dalam system birokrasi pemerintahan Islam, seorang pemimpin
Negara juga merangkap ssebagai pemimpin agama.
b. Bidang Ekonomi dan Intelektual
Kedatangan para pedagang muslim di berbagai kota-kota
pelabuhan mendorong terbentuknya kota dagang. Umumnya para
pedagang asing ini tinggal di kota-kota yang disinggahinya dalam waktu
yang relative lama untuk menunggu angin musim yang baik untuk kembali
berlayar kenegerinya. Dalam proses inilah terjadi interaksi yang cukup
mendalam antaa pedagang asing dengan pedagang pribumi dan
masyarakat setempat.
Kadang kala, di antara para pedagang asing ini ikut juga para
ulama yang datnag untuk menyebarkan Islam. Dengan demikian, tidak
mengherankan apabila selain menjadi pusat jaringan ekonomi, kota-kota
pelabuhan juga menjadi titik penting dalam kehidupan intelektual di
kepulauan Indonesia. Adapun kehidupan intelektual yang berkembang
terutama berkenaan dengan masalah agama. Para penguasa pribumi yang
tertarik mempelajari agama Islam umumnya mengundang para ulama
Islam untuk mengajarkan agama mereka di wilayahnya. Dalam proses
penyebaran berikutnya dilakukan oleh para ulama pribumi melalui mesjid
dan ponpes.
38

c. Bidang Kesusastraan
Pengaruh perkembangan Islam dalam bidang kesusastraan
Indonesia terutama melihat pada karya-karya sastra di bagian timur
Sumatera dan Pulau Jawa. Adapun jenis karya sastra yeng berkembang
adalah sebagai berikut :
1. Suluk, merupakan salah satu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran
tassawuf. Contoh dari bentuk sastra ibni adalah Suluk Wijil, yang
berisi nasehat Sunan Bonang kepada muridnya yang bernama Wijil,
seorang kerdil bekas abdi Kerajaan Majapahit.
2. Hikayat, pada dasarnya sama dengan dongeng atau cerita rakyat yang
sudah ada senelum masuknya pengaruh Islam. Cerita-cerita rakyat ini
keudian disesuaikan dengan ajaran dan pengaruh Islam
3. Babad, umumnya diartikansebagai kisah sejarah, yang kadang memuat
silsilah para raja dari sebuah kerajaan Islam.

G. Peranan umat Islam pada masa penjajahan, masa kemerdekaan dan


masa perkembangan.
 Masa Penjajahan
Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar
masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh
kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap
bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke
Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya
niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai
koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan
wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511
sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.
Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim
Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di
bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh
kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.
39

Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh


dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan
ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum
adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan
Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk
mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.
Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia
telah memberikan kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikap
mental dalam perjuangan kemerdekaan. Tertanamnya Ruhul Islam yang di
dalamnya memuat antara lain :
1. Jihad fi Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang
melawan penjajah (Sartono Kartodirdjo, 1982). Dengan semangat
Jihad, umat akan melawan penjajah yang dlolim, termasuk perang suci,
bila wafat syahid, sorga imbalannya.
2. Ijin Berperang Dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “ Telah diijinkan
berperang bagi orang- orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu
dijajah/ditindas, maka Allah akan membela mereka (yang diperangi
dan ditindas)”.
3. Symbol begrijpen (Simbol kalimat yang dapat menggerakkan rakyat),
yaitu “Takbir” Allahu Akbar, selalu berkumandang dalam era
perjuangan umat Islam di Indonesia.
4. “Khubul Wathon minal Iman”, cinta tanah air sebagian dari Iman,
menjadikan semangat Partiotik bagi umat Islam dalam melawan
penjajahan.
Pada kesimpulannya Dr. Douwwes Dekker (Setyabudi Danudirdja)
menyatakan bahwa: “Apabila tidak ada semangat Islam di Indonesia,
sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari Indonesia” (dalam
Aboebakar Atjeh: 1957, hlm.729). Contoh perlawanan yang dilakukan
oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:
1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera
Barat.
40

2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di


Jawa Tengah.
3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku
Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.
Dengan demikian ajaran Islam yang sudah merakyat di Indonesia
ini, punya peranan yang sangat penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan
dalam perjuangan di Indonesia.
 Peran Umat Islam Pada Masa Kemerdekaan
Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan
penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi
Islam yang diantaranya sebagai berikut:
a. Syarikat Dagang Islam
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat
Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. Samanhudi, A.M.
Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. Perkumpulan ini
berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia, terutama dalam dunia perniagaan atau perdagangan.
b. Jam’iatul Khair
Jami’atul Khair yang berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah
pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya
kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.
c. Al Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M
oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad
Sorkali.
d. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh
Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini
diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang
ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada
tahun 1930 M.
41

e. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh
KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330.
Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam
yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
f. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang
bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara
meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda
melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan
Islam seperti Pesantren.
Sebelum memesuki era Pergerakan Nasional, pihak kolonial
mencoba politik kemakmuran dan balasbudi. Munculah Politik Etische
oleh Van Deventer; Politik Assosiasi oleh Ch.Snouck Hurgronje; dan
Politik De Islamisasi (Dutch Islamic Polecy) oleh Christiaan Snouck
Hurgronje. Kelihatannya politik itu humanis untuk kesejahteraan rakyat,
namun karena landasannya tetap kolonialisme, maka jadinya tetap
eksploitatif dan menindas rakyat. Khusus politik De Islamisasai sangat
merugikan umat Islam, hal ini dikarenakan:
1. Memecah umat Islam jadi dua dikotomi Abangan dan Putihan
2. Membenturkan Ulama dengan Pemuka Adat.
3. Memperbanyak sekolah untuk memdidik anak-anak umat Islam agar
terpisah dari kepercayaan pada agama Islamnya.
4. Menindas segenap gerakan politik yang berdasar Islam.
5. Membikin masjid dan memberangkatkan haji gratis untuk meredam
gerakan Islam.( Snouck Hurgronje, Islam in de Nederlansch Indie )
Akibat dari politik kolonial di atas, maka perjuangan melawan
kolonial menjadi terpecah. Menurut Thesis Endang Syaifuddin
Anshari,MA. perjuangan di Indonesia terpecah jadi dua kelompok besar
yaitu: Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler. Kondisi inilah sampai
sekarang masih tampak dalam dinamika perpolitikan kita.
42

Pada tahun 1937 organisasi-organisasi Islam bersatu membentuk


MIAI ( Majlisul Islam A’la Indonesia ), diprakarsai oleh Muhammadiyah,
NU, Persis, Alwasliyah dan lainnya. Pada zaman Jepang MIAI diubah
namanya jadi MASJUMI ( Majlis Syurau Muslimin Indonesia ), dan
memiliki pasukan Hizbullah Sabilillah, sebagai modal perjuangan
bersenjata di kemuidian hari.
Dalam proklamasi kemerdekaan RI, secara jelas dapat digariskan
peranan umat Islam sebagai berikut:
1. Sumber proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah piagam
Jakarta 22 Juni 1945. Piagam tersebut kemudian menjadi pembukaan
UUD 1945 dengan perubahan beberapa kata. Sedangkan mengenai
sumbangan isi dan penandatanganan Piagam Jakarta itu, tokoh-tokoh
Islam mempunyai peranan penting atas penandatanganan tersebut.
2. Pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamirkan juga dihadiri oleh
tokoh-tokoh umat islam.
3. Masih dalam suasana Proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945
sidang PPKI memilih Bung Karno sebagai Presiden RI dan Bung Hatta
sebagai wakil presidan. Dalam siding tersebut juga membentuk
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Mr. Kasman
Singodimejo sebagai ketuanya. Jadi, umat Islam mempunyai peranan
besar dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
 Peran Umat Islam Pada Masa Pembangunan (Masa Sekarang)
Dalam mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa
Indonesia melakukan usaha- usaha pembangunan dalam berbagai bidang
demi tercapainya tujuan nasional yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Usaha-usaha pembangunan yang berencana dan terarah dimulai semenjak
Repelita I pada tahun 1969 hingga seterusnya.
Di masa perkembangan inilah, umat Islam juga memiliki peranan
yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-
peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.
a. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
43

- Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain:


1. Melakukan usaha agar masyarakat Indonesia berilmu
pengetahuan tinggi, berbudi luhur, dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa yaitu dengan mengadakan beberapa pengajian,
mendirikan sekolah-sekolah agama (madrasah), pesantren,
serta sekolah- sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMU.
2. Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, antara lain mendirikan Rumah Sakit, poliklinik,
BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), Panti Asuhan, dan Pos
Santunan Sosial.
- Usaha-usaha Nahdlatul Ulama di bidang agama, sosial, dan
kemasyarakatan:
1. Mendirikan beberapa madrasah, seperti madrasah Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi.
2. Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-
pesantren seperti Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa
Timur yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari pada tahun
1899 H.
3. Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.
- Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama
antara pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian,
khususnya agama Islam. Majelis Ulama Indonesia bergerak dalam
bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan awal
antara lain sebagai berikut sebagai lembaga yang memberikan
pembinaan mental dan agama bagi masyarakat dan ikut ambil
bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan semesta
berencana dalam rangka demokrasi terpimpin. Peranan Majelis
Ulama Indonesia dalam pembangunan adalah:
1. Memberikan fatwa dan nasehat keagamaan dalam masalah
sosial kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam
44

2. Indonesia pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi mungkar


dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.
3. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan
antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan nasional.
4. MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara serta
menjadi penerjemah timbal-balik antara pemerintah dan umat
Islam Indonesia guna menyukseskan pembangunan nasional.
b. Membentuk Departemen Agama Tujuan dan fungsi Departemen
Agama dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah
serta membimbing perguruan-perguruan agama.
2. Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan
agama dan keagamaan.
3. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.
c. Di Bidang Pendidikan
Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah
pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini
dipimpin oleh seorang kyai dan saat ini sudah banyak muncul
pesantren yang bersifat modern. Artinya, pendidikan Islam tersebut
memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan mulai dari
tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas
(aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
yang sekarang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Adapun
peranan-peranan kelembagaan Islam tersebut dalam pembangunan
antara lain:
1. Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia, khususnya
Islam bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
3. Memupuk persatuan dan kesatuan umat.
4. Mencerdaskan bangsa Indonesia.
46

5. Mengadakan pembinaan mental spiritual.

H. Hikmah sejarah Perkembangan Islam di Indonesia.


Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia
memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam
penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai
berikut:
1. Islam membawa  ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki
ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin
Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan
dengan ajaran dasar dalam Islam.
4. Memahami cara Islam masuk dan dipeluk oleh Bangsa Indonesia hingga
kini menjadi mayoritas.
5. Memahami ilmu politik, sosial, budya, dan ilmu pengetahuan.
6. Menjadi cermin untuk memeaju kehidupan yang lebih baik, memahaminya
dapat meningkatkan semangat dalam mempelajari Islam dan
mendakwahkannya sehingga menjadi bekal unruk mencapai kondisi lebih
baik.
7. Menghargai kerja Para Ulama yang telah bersusah payah menyebarkan
Agama Islam.

I. Manfaat dari Sejarah Perkembangan islam di Indonesia


Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan
diantaranya sebagai berikut:
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan
memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan
nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan
yang sudah ada di nusantara ini,
2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk
dijadikan sumber pengetahuan.
48

3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti
berikut;
4. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
5. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai
bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
6. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs
peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun
peninggalan sejarah lainnya.
7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan
tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan
dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
8. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun
dengan persenjataan yang tidak sebanding.
9. Menjadi contoh untuk memicu kehidupan yang lebih baik
10. Menjadi acuan penyelesain masalah
11. Meningkatkan sikap nasionalisme dan patriotism
12. Menumbuhkan sikap solidaritas
13. Menciptakan sikap positif dalam menghadapi persoalan
14. Mengetahui peranan umat islam dala perjuangan Indonesia
15. Mengetahui cara cra penyebaran islam
16. Mengetahui toko toko yang berperan dalam penyebaran islam
17. Mengetahui orang pertama yang menganut agama islam
18. Mengetahui daerah penyebaran islam pertama sampai terakhir
19. Mampu mengamalkan dan meneruskan perjuangan penyebara agama
islam
20. Mengingatkan kita bagaimana pedihnya perjuangan para pejuang islam
dalam mempertahankan dan menyebarkan agama islam
21. Memperoleh pengalaman hidup yang baik
22. Menambah wawasan tentang sejarah islam
49

J. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia


1. Menyikapi insiden masa kemudian dengan sikap sabar dan
menanamkan jihad yang sesuai dengan anutan al-Qur’an dan hadits.
2. Menjadikan sumber wangsit untuk menciptakan langkah-langkah
inovatif biar kehidupan insan menjadi hening dan sejahtera baik di
dunia maupun di akhirat.
3. Memotivasi diri terhadap masa depan biar memperoleh kemajuan serta
mengupayakan biar sejarah yang mengandung nilai negatif atau kurang
baik tidak akan terulang kembali.
4. Membangun masa depan menurut pijakan-pijakan yang telah ada di
masa kemudian sehingga sanggup membangun negara senantiasa
menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang baik
dan menerima ampunan dari Allah Swt.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi di masa pembaruan cukup canggih
dan menakjubkan sehingga melalui proses berguru akan sanggup
diperoleh kemajuan yang lebih baik bagi generasi-generasi muslim di
masa depan.
6. Mencari upaya antisipasi biar kekeliruan yang menjadikan kegagalan
di masa kemudian tidak terulang di masa yang akan datang.
7. Dalam sejarah, dikemukakan pula persoalan sosial dan politik yang
terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu biar menjadi
perhatian dan menjadi pelajaran saat menghadapi permasalahan yang
mungkin akan terjadi.
BAB III
KESIMPULAN

Setelah Islam datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan


yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih
di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta,
karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama.
Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik,
ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat
Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.

37

Anda mungkin juga menyukai