Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH PERADAPAN ISLAM

PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10


1. ELMA CHINTIA (2260206015)
2. RIZAL PANANI (2260206046)

DOSEN PENGAMPU : AZWAR ARIFIN .M.pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI) BATURAJA OKU
TAHUN AJARAN : 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Sejarah yang berjudul “ Sejarah
peradapan islam pada masa kerajaan islam di indonesia ”. Makalah ini kami susun dalam
memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah peradapan islam.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada guru mata pelajaran Sejarah kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami
perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang

Baturaja, Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Proses masuknya islam ke indonesia...................................................................2
B. Kerajaan-kerajaan islam di indoneisa.................................................................3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari.
Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan
berkembangannya agama Islam di Indonesia.  Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori
Makkah, dan Teori  Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu
dan siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat
ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan
Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini
kami susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah peradapan islam dan agar
pembaca lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.   Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia ?
2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan islam di indonesia?
C. Tujuan
1.   Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke Indonesia
2.   Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia
3. Agar pembaca dapat lebih memahami perkambangan kerajaan-kerajaan islam di indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

 A. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
1.Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah :
1.     Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia
2.     Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay-
Timur Tengah-Eropa.
3.     Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
2. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
1.  Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam (Arab)
2.  Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’I
terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
3.  Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir
3. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah :
1.     Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
2.     Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu Al-
Hallaj.
3.     Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda
bunyi Harakat.
4.     Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5.     Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah satu
pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

2
 B. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang
berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan
mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas
wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan
Sultan Ahmad Malik aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan
India-Cina (kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama
Islam yaitu:
·   Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang menetap di
Samudera Pasai.
·   Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan dengan
berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang
menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan
pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai
·   Tempat merambah perbekalan.
·   Tempat mengurus masalah perkapalan.
·   Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.Tempat menyimpan
barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang
pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha
mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan
perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada
masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh
memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya,
Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya,
Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah
dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra
Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan

3
Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul
kemudian
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan
terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis. 

2. Kerajaan Aceh
          Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku. Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan
mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan
dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau
Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata
pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.
Corak pemerintahannya terdiri atas,
·            Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
·            Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
·            Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk memperkuat
kerajaan Aceh.
·            Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya kerajaan
Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera dikuasainya
sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke Minaangkabau.
·            Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama
dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka, yaitu VOC dan EIC
untuk membuka kantor cabangnya di Aceh.
·            Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintan
pada tahun 1614.Mendirikan
·            Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh
mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia

4
kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah
mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku,
serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.

3. Kerajaan Demak
Awal Perkembangan Kerajaan Demak, Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari
Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang
terakhir. Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri
sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden
Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang
menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang
pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke
Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama,
Raden Patah mangkat dan digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati
Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus
hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa.
Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik
takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa
Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak. Beliau mengutus Faletehan beserta
pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan
berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian,
seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak. Faletehan kemudian
diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan
berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat
kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan Bupati Madura,
yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir.
Sultan Trenggana   mangkat pada tahun 1546 M. Mangkatnya Beliau menimbulkan
kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan
para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan
muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.

5
A. Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil
kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran
Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid
Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
C. Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan
oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir).
Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak
karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan
tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang
tidak lain adalah Aria Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak
saat itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.

4. Kerajaan Pajang
         Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan
Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia
kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau
pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka
yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang
dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar
Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati.
Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya
diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik,
Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama
Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai

6
Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada
tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya. Dalam perkembangnya di
Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka
Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran
Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo.
pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan
kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena
tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.

5. Kerajaan Mataram
Awal Perkembangan Kerajaan Mataram, Islam Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa
di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas
keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng
Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat
pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati,
Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa,
sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan
Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan
Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta
pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra
Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat
pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan
Mataram.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi
rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya
tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi,
Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram
berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan
(Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu
cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul

7
kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya,
Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro. Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan
Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta
penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625
M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon,
dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia
dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.

B. Aspek Kehidupan Sosial


Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,
dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-
anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
C. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir
utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi
arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa
Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang
berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-
Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan
karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari
hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
D. Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat
tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

6. Kerajaan Banten

8
Awal Perkembangan Kerajaan Banten, Semula Banten menjadi daerah kekuasaan
Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka
untuk membendung meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak
berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera
tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di
Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis. Pada tahun 1552 M, Faletehan
menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan
Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya
meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan
oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah kekuasaannya ke
pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya
direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di
Jawa Barat. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan.
Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti
dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan
membuat saluran irigasi. Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah
mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa
itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun
diangkat menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi. Masa pemerintahan Maulana
Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang
masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana
Menggala wafat, Banten mengalami kemunduran.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena
menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan Arab
banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi
oleh sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah
perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
C. Kemunduran Kerajaan Banten
Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten
Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara
saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai

9
hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti
Maulana Yusuf.

7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh
salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan
pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa,
Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah
diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean.
Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya. Pada tahun 1679, Cirebon
terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Dengan politik de vide at impera yang
dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman
dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan
Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil
dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

8. Kerajaan Makassar
Awal Perkembangan Kerajaan Makassar, Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16
terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan
Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja
Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya. Kerajaan Gowa
dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut
Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan
salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-
tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639 M). Raja
berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin

10
(1654-1660 M). Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan
menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai dan
banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang.
Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk
bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi
setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar diundang untuk
suatu perjamuan di  atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah
perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan meruncing
sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering mengalami
kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka
(Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil perekonomian
terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan Sombaupu ( Makassar )
banyak didatangi kapal-kapal dagang sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.
Dengan demikian, masyarakatnya hidup aman dan makmur. Dalam menjalankan
pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate Salapanga (Majelis Sembilan) yang diawasi oleh
seorang paccalaya (hakim). Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalah
pabbicarabutta (mangkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima
tertinggi disebut anrong guru lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali
raten yang juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat bidang
keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan bilal. Hasil kebudayaan yang
cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah keahlian masyarakatnya membuat perahu
layar yang disebut pinisi dan lambo.
C. Kemunduran Kerajaan Makassar
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan VOC yang
berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang memperalat Aru Palakka ( Raja
Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar sedang
bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

9. Kerajaan Banjar

11
           Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan,
tepatnya di Klimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin. Kata
Banjarmasin meru[pakan paduan dari dua kata, yaitu Bandar dan masih. Nama Bandar Masih
diambil dari nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan
berwibawa. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah diperintahkan oleh tujuh
orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata (1438-1460) dan raja terakhir ialah
Pangeran Tumenggung (1588-1595). Selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi
politik di Kerajaan Banjar berada dalam keadaan rawan. Pangeran Samudera yang berada di
pengasingan secara diam-diam menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran
Tumenggung. Akibatnya, pada tahun 1595 terjadi perang saudara yang berakhir dengan
kemenangan di pihak Pangeran Samudera (Pangeran Suriansyah). Keberhasilan Pangeran
Samudera tidak terlepas dari dukungan umat Islam di wilayah Banjar serta dukungan Patih
Masih dengan prajurit Kerajaan Demak. Setelah masuk Islam, Pangeran Samudera berganti
nama menjadi Pangeran Suriansyah. Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke suatu
tempat yang diberi nama Bandar Masih, sekarang Banjarmasi. Perpindahan pusat
pemerintahan Kasultanan Banjar juga terjadi pda masa pemerintahan sultan-sultan
berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (1650), pusat pemerintahan
dipindahkan ke Batang Mengapan, yang sekarang menjadi Muara Tambangan dekat
Martapura. Pada masa Sultan Tamjidillah (1745-1778) pusat pemerintahan dipindahkan ke
Martapura pada tahun 1766. Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah
Pangeran Tamjidillah (1857-1859). Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh
Belanda mendapat tantangan dari masyarakat, sehingga menimbulkan pergolakan. Karena
tidak dapat memenuhi keinginan Belanda, ia diturunkan dari takhta. Pada tanggal 11 Juni
1860, Belanda mengahapus kesultanan. Meskipun demikian, peperangan terus berkobar.      

10. Kerajaan Malaka
             Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Palembang
bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari Majapahit. Ia
mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya, Parameswara adalah seorang
raja yhang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama
Islam, Muhammad Syah (1400-1414). Raja pertama ini kemudian digantikan oleh Sultan
Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya raja-raja yang berkuasa di Malaka adalah Sultan
Muzafar Syah (1424-1444), Sultan Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah
(1477-1511).

12
              Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka. Ciri-ciri
perdagangan di Malaka :
·         Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang
·         Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal barang.
·         Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan modal
dalam bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri lain.
Kedua, pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada nahkoda yang akan
membagi keuntungannya dengan pedagang pemberi modal.
·         Kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan di
Kerajaan Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.

11. Kerajaan Ternate dan Tidore


Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja
Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak.
Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang
terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan
rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama
cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak
berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan
berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis
yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan
membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan
Tidore sebagai sekutunya. Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan
Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama
ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa
Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka.
Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570).
Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh
Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali.
Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa
pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari
bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate

13
sampai ke Filipina. Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke
Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian. Dengan masuknya Spanyol dan
Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada
Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore.

BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari.
2.      Meski terdapat perbedaan teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, namun dapat
diambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai.
3.      Kerajaan Islam merupakan salah satu bukti dari perkembangan Islam di Indonesia
begitu pesat.

2. Saran
1.    Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah
2.    Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga akan lebih memahami
kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan mengambil setiap pelajaran dari sejarah tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. “ Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia”. http:// dahlanforum.


wordpress.com/2009/ 05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/.

Firwan, Andi.  “Sejarah Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia”.http://boyzstudent.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-perkembangan-kerajaan-
kerajaan.html.

Informasiana. “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia”. http://informasiana.com/sejarah-


kerajaan-islam-di-indonesia/# .

Solihin, Akhmad. “Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia”.http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kerajaan-kerajaan-islam-
di.html.

15

Anda mungkin juga menyukai