DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. MICHAEL ELWUAR
2. MUH. FATHURRAHMAN
X IPA 4
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata pelajaran Sejarah Wajib dengan judul: “Kerajaan Samudra Pasai”.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan seluruh anggota
kelompok 7 yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami semua menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
masukan saran bahkan kritik yamg membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
bahwa makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang kita miliki.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3. 1 Kesimpulan ........................................................................................... 19
3. 2 Saran ..................................................................................................... 19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya
tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Indonesia. Kerajaan
Islam tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan islam di Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome
Pires dalam Sume Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama
disepanjang pesisir selat Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam
baik yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican,
Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongakal, Indragiri,
Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus. 1
Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan bahkan ada yang
sedang mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya.
Berdasarkan sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang
sudah tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam
Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari
letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional
melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad ke-7
dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri
Timur Tengah mulai memegang peranan penting. Dari latar belakang inilah akan dibahas
lebih jauh mengenai kerajaan islam kedua di Indonesia yang sangat memiliki pengaruh
terhadap kerajaan islam lainnya di Nusantara.
1
Cortesao, Armando, The Suma Oriental of Tome Pires An Account Of The East, From The Red Sea to Japan Written
in Malacca and India (1512-1515), volume 1, Hakluyt Society, 1944 Kraus Reprint Limited
Nendeln/Liechtenstein,1967, hlm. 135-136
1
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal masuk Islam di Kerajaan Samudra Pasai?
2. Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di berbagai bidang?
3. Siapa saja Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai?
4. Bagaiamana keadaan Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai?
5. Faktor apa yang mempengaruhi Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai?
6. Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai?
1. 3 Tujuan Penulisan
1. 4 Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu mengenai Kerajaan Samudra
Pasai
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
bertujuan untuk menguasai pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka,
Syekh Ismail bersama Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya
dapat merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai
yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan
menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah gelar
yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al
Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar
Marah Silu. Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya
sabda Rasulullah yang menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah
Merah Silu yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan
sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari Syiah
menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang semula
Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.
4
mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh juga
Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.
a. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar
sultan Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan
Sultan Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur
dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik
kerajaan Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295,
Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan
Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra pasai
berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada
Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat
untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar –
bandar yang digunakan untuk :
Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu
juga merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai
juga berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan
diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat,
sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di
5
sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat
perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan –
aturan dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan
dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan
inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak.
Sumber-sumber sejarah mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan
kerajaan pertama. Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga
meninggalkan peninggalan arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama
mengenai telah berdirinya kerajaan ini.
Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al
Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan
makamnya yang menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan
Ramadhan 676 tahun sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan
Marcopolo ke negeri ini dalam perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh.
Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan
bernama Marahsilu. Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri
Betung. Putri Betung mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu
dibantun oleh Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti
mengalir, maka menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat
Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad karena marah segera mengerahkan
orang-orangnya untuk mencari dan menangkap Marah Gajah. Marah Gajah yang takut
karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta perlindungan dari ayah
angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad
6
adalah dua orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas, maka kedua
orang bersaudara itu akhirnya berperang. Keduanya tewas dan Marah Gajah sendiri juga
tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung meninggalkan dua orang putra yaitu
Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan
mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu
akhirnya dapat merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan istana
kerajaannya di atas bukit yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh rakyat di
sekitarnya disebut Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya maka negara itu kemudian
dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita
ketahui bahwa agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu
itu adalah agama Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan Islam
mahzab Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang
beraliranmahzab Syafi’i pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra
Utara bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai,
Syekh Ismail berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk
memeluk agama Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu
sebagai Sultan pertama di kerajaan Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh.
Pengikut Marah Silu yang bernama Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab
Syafi’i dan berganti nama pula menjadi Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh
Ismail ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh
meninggal pada 1297 ia digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad,
yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir yang memerintah
sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian
Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra
Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah
adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan Delhi di
India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika
melakukan perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam
7
catatan-catatan Ibnu Batutah kita dapat mengetahui bagaimana
peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya. Sebagai bandar
utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai
banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-
daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling
bertemu, transit, membongkar serta memuat barang-barang
dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi
dari India dan Persia. Keraton dan Istana Kerajaan Samudra Pasai
dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat terlihat dari
gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri
menggunakan gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja
bergelar amir, bahkan di antara pembesar-pembesar kerajaan terdapat
pula orang Persia.
8
7 1428 – 1438 Sultan Zainal Abidin II
9
Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini
ditandai dengan adanya perkembangan dibidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra
pasai, seperti ;
10
buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu.
c. Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari
Timur Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara.
Berdasarkan hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam
menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh
ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun
memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja. Karena
wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam di
wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
d. Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik
dengan Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan
dua orang untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din.
Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan
negeri-negeri Timur Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir,
ahli agama mulai dari berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran)
yang bernama Qadi Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan
persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat
hubungan perkawinan.
11
Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia,
Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan
pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar
dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam
meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama
Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan
yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru
tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan
yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan
Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh
Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan
Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin
meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada
di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.
b. Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan
digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir.
Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya
menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa
terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina. Beberapa
faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang
dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan
Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di
Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan
darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu
melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk
segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri
akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah
12
menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi
bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2. Faktor Eksternal kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a. Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan
Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di
Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat
oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika
Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada
menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah
Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh
Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang
kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan
pesatnya kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada
mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai.
Desas-desus tentang serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa,
terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh.
Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih
Gajah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami
kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai.
Namun, Gajah Mada tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari
tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada
mendaratkan pasukannya dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang
dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan
jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan
Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang
terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami
13
kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan
yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga
karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat
Kerajaaan Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat
menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera
Pasai telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu
bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya
pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat
mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan
dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan
ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah menempati kedudukan
sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah
berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat
penting dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami
kemerosotan dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu
Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai
menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu
yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan
Kerajaan Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan
perniagaannya menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak
tahun 1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai
perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil
menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
b. Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai
salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk.
14
Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas
ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera
bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak
Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang
digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat
perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke
Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya
yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang
sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik /
kekuasaan) dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan
Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan
kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra
Pasai dan menjalin hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa
pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari
segala penjuru angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu
diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing
yang hendak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad
ke-15 dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan
saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis.
15
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan
melalui selat Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez
de Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-
perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan
untuk memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi
semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya
bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi.
16
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas
permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas mencerminkan sekelumit peran yang telah
dimainkan oleh Samudra Pasai dalam posisinya sebagai pusat pertumbuhan Islam di Asia
Tenggarapada masa itu.
Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh
para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama
adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang
emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Uang dirham
juga menjadi peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang menandakan kekuatan ekonomi pada
saat itu. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik Al-Zahir.
Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter Dirham itu sekitar 10 mm
dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam. Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra Pasai
yang merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai. Beberapa makam terseut adalah :
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km
sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak
1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam Malik
Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya
dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.
c. Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang pucuk
pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta dengan sifat
keibuan dan penuh kasih sayang. Harkat dan martabat perempuan begitu mulia pada masanya
sehingga banyak yang menjadi penyiar agama pada masa tersebut. Makamnya terletak di
Gampông Kuta Krueng, Kecamatan Samudera ± 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak
17
jauh dari Makam Malikussaleh . Surat Yasin dengan kaligrafi yang indah terpahat dengan
lengkap pada nisannya. Tercantum pula ayat Qursi, Surat Ali Imran ayat 18 19, Surat Al-
Baqarah ayat 285 286, dan sebuah penjelasan dalam aksara Arab yang artinya, “Inilah makam
yang suci, Ratu yang mulia almarhumah Nahrisyah yang digelar dari bangsa chadiu bin Sultan
Haidar Ibnu Said Ibnu Zainal Ibnu Sultan Ahmad Ibnu Sultan Muhammad Ibnu Sultan
Malikussaleh, mangkat pada Senin 17 Zulhijjah 831 H” (1428 M).
d. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
Teungku Sidi Abdullah Tajul Milah berasal dari Dinasti Abbasiyah dan merupakan cicit
dari khalifah Al-Muntasir yang meninggalkan negerinya ( Irak ) karena diserang oleh tentara
Mongolia. Beliau berangkat dari Delhi menuju Samudera Pasai dan mangkat di Pasai tahun 1407
M. Ia adalah pemangku jabatan Menteri Keuangan. Makamnya terletak di sebelah timur Kota
Lhokseumawe. Batu nisannya terbuat dari marmer berhiaskan ukiran kaligrafi, ayat Qursi yang
ditulis melingkar pada pinggiran nisan. Sedangkan di bagian atasnya tertera kalimat Bismillah
serta surat At-Taubah ayat 21-22.
e. Makam Naina Hasanuddin
Naina Hasamuddin wafat pada bulan Syawal 823 H ( 1420 M ). Makam beliau
terletak di Gampong Mns. Pie Kecamatan Samudera kabupaten Aceh Utara , dalam
komplek makam terdapat 12 batu pusara. Situs makam ini berhiaskan ornamen dan
kaligrafi ayat Kursi di atas batu pualam, ditambah dengan sepotong sajak berbahasa Parsi
berisikan petuah mati bagi yang hidup, Sajak tersebut ditulis penyair Iran Syech Muslim
Al-Din Sa’di (1193-1292) yang diterjemahkan oleh sejarawan Ibrahim Alfian: Tiada
terhitung bilangan tahun melintasi bumi, Laksana mata air mengalir dan semilir angin
lalu, Bila kehidupan hanyalah separangkat kumpulan hari-hari manusia, Mengapa
penyinggah bumi ini menjadi angkuh? Oh, sahabat! Jika kau lewat makam seorang
musuh, Janganlah bersuka cita, sebab hal yang sama jua akan menimpamu, Wahai yang
bercelik mata dengan kesombongan, Debu-debu akan merasuki tulang belulang Laksana
pupur cetak memasuki kotak penyimpanannya. Barangsiapa menyombongkan diri
dengan hiasan bajunya, Esok hari jasadnya yang terkubur hanya tinggal menguap.
Dunia sarat persaingan dan sedikit kasih sayang, Ketika tersadar ia terkapar tanpa daya.
Demikianlah sesungguhnya jasad yang kau lihat terbujur berkalang tanah Barang
siapa memenuhi peristiwa penting ini dari kehidupannya nanti, Kemanakah ia harus
18
menghindar? Tak ada yang mampu memberi pertolongan, kecuali amal shaleh. Saidi
bernaung dibawah bayang Allah yang maha pemurah Yaa Rabbi, janganlah siksa
hambamu-Mu yang malang dan tak berdaya ini Dosa senantiasa berasal dari kami,
sedang engkau penuh limpahan belas kasih.
19
BAB 3
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3. 2 Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah yang dapat kami paparkan, besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mengenai Kerajaan
Samudra Pasai. . Karena kurangnya pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Dan apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf
sebesar-besarnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Vannisa. 2018. Sejarah Kerajaan Samudra Pasai Lengkap Beserta Raja dan
Olivia Yunita. 2019. Kerajaan Islam Indonesia: Masa Kejayaan hingga Runtuhnya
2020)
2020)
21