Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Kerajaan Islam Di Indonesia Dan Riau Serta Bukti


Pengaruh Islam Yang Masih Ada Sampai Sekarang

Kelompok 2 (dua) :

1. Deswita Salsabila
2. Dila winata
3. Elvianto indra
4. Erina Damayanti
5. Fiona putri enjelika

X Keperawatan

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR


TP 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah, makalah yang berjudul “Sejarah Kerajaan-Kerajaan islam
di Indonesia dan Kerajaan Riau” dapat terselesaikan sesuai waktu yang
disediakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis mengharapkan adanya masukan baik itu saran ataupun kritik yang
bersifat membangun, serta bimbingan lebih lanjut yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini
terdapat kesalahan baik itu penulisan maupun penyusunan yang telah penulis
lakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Rengat Barat, November 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk
dipelajari. Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang
bagaimana masuk dan berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori
tersebut adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori
tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu dan siapa yang menyebarkan
agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat ditarik suatu
persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan Islam
muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
Makalah ini kami susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah
Indonesia dan agar pembaca lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia.
Islam dipahami sebagai satu bentuk keberagaman yang memiliki
karakteriatik dan watak seperti ajarannya yang terbuka (inklusif), dapat
menampung dan menerima ajaran agama terdahulu yang masih sesuai dengan
ajaran islam(akomodatif), bersifat efaliter, reformatif dan lain sebagainya. Hal ini
sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri yang memposisikan semua ajaran sebgai
rahmat bagi seluruh alam.
Oleh karena itu, makalah yang kami susun ini akan membahas tentang
Kerajaan Islam Di Indonesia Dan Riau Serta Bukti Pengaruh Islam Yang Masih
Ada Sampai Sekarang.

B. Rumusan Masalah
1. Kerjaan Islam Di Indonesia Dan Riau?
2. Bukti Pengaruh Islam Yang Masih Ada Sampai Sekarang?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Islam di Indonesia dan Bukti Pengaruhnya

1. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1524)


Kerajaan Samudera Pasai merupakan Kerajaan Islam pertama dan tertua di
Indonesia. Berdiri pada abad 13 Masehi, terletak di Kabupaten Lhokseumawe,
Aceh Utara. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh atau Meurah Silu
(nama sebelum masuk Islam) yang juga merupakan raja pertama Samudera Pasai.
Sebelumnya, kerajaan Samudera Pasai terdiri dari atas kerajaan berbeda yakni
Kerajaan Samudera (Peurlak) dan Pasai (Pase). Kedua kerajaan bersatu setelah
kedatangan para pedagang islam dan menyebarnya islam di Aceh. Wilayah
kekuasaan Samudera Pasai cukup luas, mencapai seluruh wilayah Aceh. Pada
masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perdagangan penting yang sering
dikunjungi pedagang dari Cina, India, Siam, Arab, dan Persia, dengan komoditas
utama saat itu adalah lada.
Samudera Pasai meninggalkan bukti arkeologis cukup banyak di antaranya
makam Sultan Malik Al-Saleh. Koin emas dirham yang merupakan mata uang
Kerajaan Samudera Pasai saat itu, Lonceng Cakra Donya, dan Hikayat Raja-raja
Pasai.

2. Kerajaan Aceh Darussalam (1496-1903)


Kerajaan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada
1496. Kerajaan Aceh sudah ada lebih dulu dari Samudera Pasai. Pengaruh dan
kekuasaan Kesultanan Aceh semakin besar setelah mengambil alih Samudera
Pasai pada 1524 M. Meski diperintah oleh Sultan, namun Kerajaan Aceh saat itu
di kendalikan oleh para orang kaya atau yang disebut dengan Hulubalang. Dalam
cerita rakyat Aceh, disebutkan terjadi penumpasan terhadap para Hulubalang yang
dilakukan oleh Alaiddin Riayat, karena berlawanan dengan sistem
kepimpinannya.

2
Sementara masa kejayaan Kerajaan Aceh terjadi saat diperintah oleh
Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Sultan Iskandar Muda menakluk kan wilayah
Pahang yang kaya akan timah. Kemudian Sultan Iskandar Muda menyerang
pasukan Portugis yang berada di Melaka, serangan ini dimaksudkan memperluas
pengaruh Kesultanan Aceh atas semenanjung Melayu. Namun sayang, serangan
ini gagal.
Bukti arkeologis Kesultanan Aceh di antaranya Masjid Raya
Baiturrahman, Taman Sari Gunongan, Pintu Khop, Makam Sultan Iskandar Muda,
dan Uang Emas Kerajaan Aceh.

3. Kerajaan Demak (1475-1548)


Umat muslim mengikuti pengajian Ramadan di serambi Masjid Agung
Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah, Minggu (20/5). Masjid yang didirikan
Raja Demak Raden Patah bersama Sembilan Wali (Wali Songo) yang sekaligus
berperan sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-15
tersebut menjadi sentra kegiatan peribadatan serta keagamaan warga setempat
maupun luar kota terutama pada bulan suci Ramadan. Kerajaan Demak adalah
kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak memiliki peran penting
dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Penyebarannya digagas oleh Sembilan
orang wali atau lebih dikenal dengan Wali Songo. Raden Patah sebagai pendiri
Kerajaan Demak adalah putra Prabu Brawijaya, raja terakhir dari Majapahit. Usai
keruntuhan Majapahit, sejumlah daerah melepaskan diri, salah satunya Demak.
Letak Demak yang berada di pesisir utara Pulau Jawa, menjadikan Demak kuat
secara maritim. Berada di kawasan strategis jalur pelayaran dan memiliki
Pelabuhan besar, mendongkrak ekonomi Kerajaan Demak saat itu dengan
komoditi dagang berupa beras, garam, dan kayu jati.
Puncak kejayaan Kerajaan Demak terjadi saat masa pemerintahan Sultan
Trenggono, dimana Sultan Trenggono berhasil menguasai Sunda Kelapa, Tuban,
Surabaya, Pasuruan, Malang, dan Blambangan. Sepeninggalnya Sultan Trenggono
terjadi konflik perebutan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan, yang
berdampak melemahnya kerajaan Demak. Runtuhnya Kerajaan Demak terjadi saat
pemindahan kekuasaan dari Demak ke wilayah Pajang. Namun demikian,

3
Kerajaan Demak juga meninggalkan benda bersejarah. Peninggalan Kerajaan
Islam ini berupa Masjid Agung Demak, Pintu Bledeg, Makam Sunan Kalijogo,
Soko Guru, Pawestren.

4. Kerajaan Cirebon (1430-1677)


Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke 15 dan 16 M. Berlokasi di pantai
utara Pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi jembatan antara 2 kebudayaan
yaitu, Jawa dan Sunda Berdasarkan Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah
Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dusun kecil
yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa.
Ki Gedeng Tapa menamakan perkampungan tersebut dengan Caruban
(Dalam bahasa Sunda berarti: Campuran). Para pendatang di perkampungan
tersebut datang dari beragam suku, agama, bahasa, dan adat istiadat Namun
demikian, bukanlah Ki Gedeng Tapa yang mendirikan kerajaan Cirebon. Kerajaan
Cirebon didirikan oleh Pangeran Walangsungsang. Pangeran Walangsungsang
merupakan anak Prabu Siliwangi, penguasa kerajaan Padjadjaran. Prabu Siliwangi
kemudian mengutus Walangsungsang untuk menjadi adipati di Cirebon
Penyebaran agama Islam di Jawa Barat, dibantu oleh keponakan Pangeran
Walansungsang, yang bernama Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal
dengan Sunan Gunung Jati. Kesultanan Cirebon tetap bertahan hingga kini meski
tak lagi memerintah
Peninggalan kerajaan Islam Cirebon cukup banyak di antaranya, Keraton
Kasepuhan Cirebon, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebon, Keraton Keprabon,
Kereta Singa Barong Kasepuhan, Masjid Sang Cipta Rasa, dan Makam Sunan
Gunung Jati.

5. Kerajaan Mataram Islam (1586-1755)


Kerajaan Mataram Islam berbeda dengan Kerajaan Mataram Hindu.
Kerajaan ini berdiri di tanah Jawa pada abad ke-17. Pada awalnya, Mataram
adalah daerah Kadepaten di bawah Kerajaan Pajang. Daerah tersebut adalah

4
hadiah dari Sultan Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan, karena
keberhasilannya membantu menumpas Arya Penangsang.
Penumpasan Arya Penangsang dilakukan oleh anak Ki Ageng Pamanahan
bernama Sutawijaya. Atas kehebatannya, Sultan Adiwijaya (Jaka Tingkir)
mengangkatnya sebagai anak dan saudara dari putra mahkota yakni Pangeran
Benawa. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, posisinya digantikan oleh
Sutawijaya. Di bawah kepemimpinannya Mataram Islam berkembang pesat.
Keruntuhan kerajaan Mataram Islam disebabkan oleh perpecahan dalam tubuh
Kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yang meninggalkan sejarah pada dua kota
berbeda, yaitu Yogyakarta dan Solo.
Peninggalan Kerajaan Islam tersebut yang hingga kini masih dapat
dijumpai adalah Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Pathok
negara Sulthoni Plosokuning, Masjid Agung Surakarta, dan Masjid Al Fatih
Kepatihan Solo.

6. Kerajaan Banten (1526-1813)


Kerajaan Banten merupakan salah satu Kerajaan Islam yang ada di
provinsi Banten, dan pada awalnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak.
Hingga awal abad ke-16, penduduk wilayah Banten masih menganut agama
Hindu. Hal ini dikarenakan Banten masih bagian dari wilayah Kerajaan Pajajaran
yang berpusat di Bogor. Lalu pada 1526, Sultan Trenggono menugaskan anaknya
Fatahillah untuk menaklukan Pajajaran dan memperluas wilayah Demak. Berhasil
menaklukan Pajajaran dan melepaskan diri dari Demak, Fatahillah kemudian
menunjuk putranya Maulana Hasanuddin untuk memimpin Kerajaan Banten
(1522-1570).
Sultan Hasanuddin menjadikan Banten sebagai pusat perdagangan di barat
Pulau Jawa, karena letaknya yang dekat pesisir. Dengan komoditi utama saat itu
adalah Lada. Setelah wafatnya Sultan Hasanuddin, kepimpinan Kerajaan Banten
mengalami pergantian pemimpin sebanyak empat kali. Puncak kejayaan Kerajaan
Banten terjadi saat masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang berhasil
membangun hubungan dagang dan diplomatik dengan negara lain.

5
Keruntuhan Kerajaan Banten terjadi pada masa pemerintahan Sultan Haji,
anak dari Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda berhasil menghasut Sultan Haji untuk
mengkhianati ayahnya. Alhasil perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa berakhir
dengan penangkapan dan dipenjara oleh Belanda di Batavia hingga akhir hayatnya
pada 1692.
Tidak banyak peninggalan budaya yang diwariskan Kerajaan Banten.
Namun, kita masih dapat melihatnya melalui seni bangunan seperti Masjid Agung
Banten, Kompleks Makam Raja-raja Banten, Istana Keraton Surosowan, Istana
Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara.

7. Kerajaan Ternate (1257-1950)


Kerajaan Ternate sebelumnya dikenal dengan Kerajaan Gapi. Kerajaan
Gapi merupakan salah satu dari empat kerajaan Islam tertua di Maluku Utara,
selain Tidore, Jailolo, dan Bacan. Raja pertama Ternate adalah Momole Ciko
yang menyandang gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Pada awal abad ke-
13, Pulau Ternate ramai dikunjungi oleh para pedagang dan penduduk eksodus
dari Halmahera. Hal ini dikarenakan, letak Ternate cukup strategis, dengan diapit
Sulawesi dan Papua yang saat itu merupakan salah satu jalur pelayaran dan
perdagangan penting di Indonesia bagian timur. Namun demikian, tidak diketahui
waktu pasti kapan peralihan kesultanan menjadi bercorak islam. Catatan sejarah,
hanya mencatat Raja Ternate pertama Kolono Marhum (1465-1486) memeluk
agama Islam.
Gejolak di Kerajaan Ternate mulai terjadi pada 1512, saat Portugis untuk
pertama kali menginjakkan kaki di Ternate. Misi awal berdagang Portugis,
berubah menjadi ambisi menaklukkan Maluku Utara.
Puncak dari konflik ini, adalah terjadinya perang saudara demi perebutan takhta.
Hingga akhirnya, terjadi pemberontakan di bawah kepimpinan Sultan Baabullah
(1570-1583). Pemberontakan terjadi setelah Portugis membunuh Sultan Khairun.
Didukung rakyat Ternate, Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis untuk
selamanya dari Ternate pada 1575. Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau,
menjadikan Kesultanan Ternate sebagai Kerajaan Islam terbesar di Indonesia
Timur.

6
Kesultanan Ternate hingga kini masih bertahan, namun hanya sebatas
simbol budaya. Bukti sejarah Peninggalan Kerajaan Islam Ternate berupa Istana
Sultan Ternate, Masjid Jami Sultan Ternate, Makam Sultan Baabullah, dan
Benteng Tolukko.

8. Kesultanan Malaka (1405-1511)


Kerajaan Malaka menjadi salah satu kerajaan yang berkontribusi dalam
penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Kesultanan Malaka didirikan oleh
Parameswara, yang merupakan orang Melayu beragama Hindu keturunan Raja
Sriwijaya. Parameswara kemudian berganti nama menjadi Muhamad Iskandar
Syah setelah masuk Islam.
Kesultanan Malaka berhasil didirikan setelah melalui dua kali kekalahan
dalam perang yang dialami Parameswara atau Muhamad Iskandar Syah. Dalam
pelarian kedua, Parameswara lari ke suatu daerah dan mendirikan kerajaan yang
kemudian dikenal sebagai Kerajaan Malaka.
Untuk memperkuat pertahanan kerajaannya, Iskandar Syah kemudian melakukan
pendekatan ke Tiongkok dengan taktik perkawinan politik.
Keruntuhan Kesultanan Malaka terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Alauddin
Syah (1477-1488), lantaran banyak daerah taklukan melepaskan diri. Hingga pada
1511, armada perang Portugis yang dipimpin Alfonso d'Albuqerque berhasil
menguasai dan mengakhiri kejayaan Kesultanan Malaka.
Peninggalan Kerajaan Islam Malaka berupa Masjid Raya Baiturrahman
Aceh, Masjid Agung Deli, dan Johor Baru.

B. Kerajaan-kerajaan Islam di Riau


Ada beberapa kerajaan Islam yang ada di Riau dan Kepulauan Riau,
contohnya Kerajaan Siak, Kerajaan Kampar, Kerajaan Indragiri. Kerajaan-
kerajaan ini menjadi kerajaan bercorak Islam di abad ke 15. Pengaruh Islam di
tiga kerajaan ini berasal dari kerajaan Samudera Pasai dan kesultanan Aceh
Darussalam. Tiga kerajaan di pesisir Sumatra Timur ini berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Malaka di masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah yang
meninggal pada tahun 1477.

7
Bahkan di masa pemerintahan anaknya, Sultan Ala’uddin Ri’ayat Syah
banyak orang di Selat Malaka maseuk ke wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka.
Kerajaan Siak banyak menghasilkan madu, padi, lilin, rotan, emas, dan bahan-
bahan apotek. Sedangkan kerajaan Kampar banyak menghasilkan barang
dagangan seperti lilin, emas, kayu gaharu, dan yang lainnya. Kerajaan Indragiri
menghasilkan barang yang sama seperti kerajaan Kampar.
Kerajaan Islam Samudera Pasai dan Malaka kerajaan yang berkembang dan
berpengaruh terhadap masuk nya islam ke daerah-daerah yang kecil. Kerajaan
yang ada di Riau membuat Tome Pires membuat berita terbagi nya daerah-daerah
yang telah menganut islam diantaranya Siak, Kampar, dan Indragiri.
Pada abad ke 13 dan ke 14 Siak dikuasai oleh Kerajaan Melayu dan Singasari
Majapahit, dan sejak abad ke-15 kerajaan-kerajaan tersebut tumbuh menjadi
kerajaan bercorak Islam. Kerajaan yang di Pesisir Sumatera Timur ini dikuasai
oleh Kerajaan Malaka ketika masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah yang wafat
pada tahun 1477. Ketika masa pemerintahan putra nya Sultan Ala’uddin Ri’ayat
Syah wafat pada tahun 1488. Pulau yang ada di Selat Malaka termasuk Lingga-
Riau juga masuk kedalam kekuasaan Kerajaan Malaka.

1. Kerajaan Siak
Kerajaan melayu Islam yang berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau yaitu
Kerajaan Siak yang merupakan kerajaan yang bercorak islam pada abad ke 15.
Kerajaan Siak ini juga menghasilkan padi, madu, timah, dan emas. Kerajaan ini
adalah kerajaan bawahan Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan
Mansyur Syah.
Kerajaan Siak di masa pemerintahan Sultan Sa’id Ali telah banyak berjasa
oleh rakyatnya. Dia banyak memakmurkan kerajaannya dan Sultan ini dikenal
sebagai seorang yang jujur. Sultan Said Ali mundur sebagai raja dan digantikan
oleh anaknya, Tengku Ibrahim. Kerajaan-kerajaan ini hilang nggak berbekas di
bawah kekuasaan Hindia Belanda yang menjadikan jalan pemerintahannya
dijalankan oleh pemerintah Belanda tanpa terkecuali.

8
2. Kerajaan Pekantua (1380-1505)
Kerajaan Pelalawan ini adalah Kerajaan Pekantua yang dibangun di daerah
yang bernama Pematang Tuo. Kerajaan ini juga masuk ke Desa Tolam,
Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan. Kerajaan ini berhasil membangun
kerajaan pertama di Pekantua, Maharaja Indera (1380-1420) yang membangun
candi Hyang di Bukit Tuo sebagai gambaran wujud rasa syukur.
Dalam kerajaan ini banyak barang dagangan yang dihasilkan, terutama hasil
hutan yang menjadikan Kerajaan Pekantua lebih dikenal, dengan perlahannya
kerajaan ini menjadi pesaing yang penting di Selat Malaka pada saat itu, yaitu
Malaka. Sebab itu Raja Malaka, Sultan Mansyur Syah (1459-1477) ingin
menguasai Kerajaan Pekantua sebagai bahan perkokoh kekuasaan yang berada di
Pesisir Timur Sumatera. Dengan pimpinan panglima Sri Nara Diarja Malaka
berhasil menguasai kerajaan Pekantua.

3. Kerajaan Tanjung Nageri (1675-1725)


Ketika masa pemerintahan Maharaja Lela Utama, ibu kotanya kerajaan
dipindahkan ke Sungai Nilo. Kerajaan yang diberi nama Kerajaan Tanjung
Negeri. Setelah Maharaja Lela Utama digantikan dengan putranya Maharaja
Wangsa Jaya (1686-1691). Masa pemerintahan Raja ini banyak wilayah Tanjung
Negeri ini yang diserang dengan wabah penyakit, sehingga membuat banyak
korban di kerajaan tersebut. Ketika masa ini banyak keinginan untuk
memindahkan pusat kerajaan di Tanjung Negeri tapi tidak disepakati oleh
pembesar kerajaan.

4. Kerajaan Kandis
Kerajaan ini adalah kerajaan yang tertua di Indonesia yang berdiri pada abad
pertama Masehi lebih tua dari kerajaan Kutai. Kerajaan ini berada di tengah-
tengah pulau sumatera. Walaupun telah ditemukan bukti kuat untuk eksistensi
kerajaan ini, pemerintah masih belum berani untuk memasukannya ke materi
Kerajaan Kandis ke kurikulum pembahasan mata pelajaran sejarah baik dari SD
sampai SMA. Kerajaan kandis yang berbentuk lingkaran bertingkat sama persis
dengan deskripsi kota Atlantis.

9
Terdapat duo teori yang menjelaskan fenomena ini. Yang pertama adalah Kota
Atlantis yang membuat misteri kuno global kalau kerajaan Kandis yang ada di
indonesia dan yang kedua adalah sang Zuqamaen yang menceritakan kerajaan
Kandis dengan perjalanan ke kota Atlantis ke dua putranya.
Dalam mencakupi kebutuhan ekonominya, kerajaan ini membuka sebuah
tambang emas yang diberi nama dengan tambang titah yang berdasarkan titah
raja. Dan sampai sekarang kita masih bisa melihat dan berkunjung untuk melihat
bekas pertambangan.

5. Kerajaan Indragiri
Kerajaan ini berada di Kabupaten Indaragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu,
Provinsi Riau. Kerajaan yang berdiri sejak tahun 1298 yang didirikan oleh Raja
Kecik Mambang atau bisa disebut dengan Raja Merlang. Kerajaan ini berkembang
karena kerajaan ini bercorak islam pada abad ke 15.
Peninggalan Kerajaan Indragiri
 Istana Indragiri
 Rumah Tinggi
 Masjid Raja Peranap

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan kerajaan Islam di Indonesia

1. Kerajaan Samudera Pasai

2. Kerajaan Demak

3. Kerajaan Aceh Darussalam

4. Kerajaan Islam Panjang

5. Kerajaan Islam Mataram

6. Kerajaan Islam Cirebon

7. Kerajaan Islam Banten

8. Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan kerajaan Islam di Indonesia

1.Kerajaan Siak

2. Kerajaan Pelalawan

3.Kerajaan Tambusai

4.kerajaan kandis

5.Kerajaan Indragiri

11
DAFTAR PUSTAKA

Asiah, Nur. (2019). Ensiklopedia Kerajaan Indonesia Jilid 2. Jakarta: Penerbit


Mediantara Semesta. Sidiq, Ricu, Najuah, dan Pristi Suhendro Lukitoyo. (2020).
Sejarah Indonesia Periode Islam. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Anonim. “Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di Riau”. Diakses pada 19
Maret 2016 pukul 10.51 dari
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpntanjungpinang/2014/06/08/kuntudarussala
m-kerajaan-islam-pertama-di-riau/.
Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Bandung:
Penerbit Mizan.
Boland , E. J.. 1985. Pergumulan Islam di Indonesia : 1945-1972. Jakarta: Grafiti
Pers

12

Anda mungkin juga menyukai