Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH INDOENSIA BARU 1

Disusun guna memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Sejarah Indonesia Baru 1
Sesi 202110460154

LAHIRNYA KERAJAAN ISLAM DEMAK


DOSEN PENGAMPU:
Drs.Zul Asri, M.Hum

Abdul Salam, M.Hum

Di Susun Oleh:

Kelompok 5:

Disusun Oleh:

An.Nisaa Nirmala (20046038)

Fikram Eka Putra (20046058)

Nur Rahmi (20046040)

Wahyuni Savitri (20046102)

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kemudahan dalam segala bidang
sehingga kita dapat menjalankan perkuliahan hari ini dengan baik dengan mata kuliah “Sejarah
Indonesia Baru 1”. Tanpa karunia dan rahmatnya tentu kita tidak akan bisa melakukan
perkuliahan hari ini. Shalawat serta salam tidak lupa juga kita berikan dan kita hadiahkan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah berjuang mati-matian untuk menegakan agama islam.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zul Asri, M.Pd. selaku dosen Sejarah
Indonesia Baru 1 yang telah memberikan waktu kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, bisa bermanfaat bagi orang banyak dan dapat
memperluas pengetahuan dan juga menambah pengalaman untuk para pembaca sehingga untuk
kedepannya kami dapat memaksimalkan lagi bentuk maupun isi dari makalah ini supaya lebih
baik kedepannya
Kami menyadari bahwasanya makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari pada itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran dan
juga tanggapan yang bisa membangun makalah kami kedepannya.
Padang, 20 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR IS ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
2.1 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Aceh ................................................................. 4
2.2 Pemerintahan dan Masyarakat .................................................................................... 4
2.3 Hubungan Kerajaan Aceh dengan Bangsa Asing ....................................................... 8
2.4 Hubungan dengan Kerajaan Indonesia Lainnya ....................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 13
3.2 Saran ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1526, Islam tumbuh pesat di Pulau Jawa. Berkembangnya agama Islam ini
juga berakibat pada timbulnya kerajaan- kerajaan Islam di Nusantara spesialnya di Pulau Jawa.
Dari sekian banyak kerajaan Islam di Pulau Jawa, penulis merasa tertarik dengan Kerajaan
Banten. Kesultanan Banten ini ialah salah satu kerajaan di Pulau Jawa yang terbilang lumayan
besar. Buat lebih lanjutnya, silahkan ikuti bahasan berikut ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Islam Banten?
1.2.2 Seperti Apakah Bentuk Kepemimpinan dan Masyarakat Kerajaan Islam Banten?
1.2.3 Bagaimana Hubungan Kerajaan Islam Banten dengan bangsa asing?
1.2.4 Bagaimana Hubungan Kerajaan Islam Banten dengan Kerajaan Lain di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami latar belakang berdiri Kerajaan Islam Banten
1.3.2 Mengetahui bagaimana pemerintahan dan masyarakat pada masa Kerajaan Islam
Banten
1.3.3 Mengetahui dan memahami hubungan Kerajaan Islam Banten dengan bangsa asing
1.3.4 Mengetahui hubungan Kerajaan Islam Banten dengan kerajaan lain yang ada di
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Banten

Pada awalnya banten adalah daerah kekuasaan kerajaan pajajaran. Pajajaran mengadakan
hubungan dagang dengan portugis dimalaka guna membendung meluasnya kekuasaan
demak.akibatnya,pada tahun 1526 sultan tranggono dari demak mengutus paletehan dan
pangeran carbon(masih mempunyai hubungan darah dengan keluarga raja pakuan pajajaran yang
beragama islam) untuk merebut banten dan pantai utara jawa barat.usaha itu berasil dengan
gemilang.banten,sunda kela,dan Cirebon jatuh ke tangan paletehan. Sejak itu agama islam
berkembang pesat dijawa barat. Banten segera tumbuh menjadi bandar yang penting diselat
sunda setelah malaka jatuh ditangan portugis (1511) karena pedagang-pedagang dari
Gujarat,india,timur tengah,arab,dan sebagainya dan sebagain enggan melabuh ke malaka.

Pada tahun 1522 Jorge d’ Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka, mengirim


Henrique menemui Raja Samiam di Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengannya.
Pada tanggal 21 Agustus kesepakatan dagang antara Portugis dan Sunda Kelapa akhirnya
disepakati. Dalam perjanjian ini, Kerajaan Sunda berkewajiban membayar 1000 bahar lada setiap
tahunnya dan Kerajaan Sunda Padjajaran memberikan sebuah wilayah untuk dijadikan benteng
Portugis. Sebagai imbalannya, Portugis akan melindungi Kerajaan Sunda Padjajaran dari
serangan Kerajaan Islam yang saat itu telah berkembang di Pulau Jawa bagian tengah. Akhrinya,
Portugis diberikan izin untuk mendirikan kantor dagang di Sunda kelapa.

Perjanjian dagang antara Portugis dan Sunda Kelapa tersebut tidak berhasil. Hal ini
dikarenakan pada tahun 1925 wilayah Banten berhasil direbut dari kekuasan Sunda Padjajaran
oleh pasukan dari Kesultanan Demak, salah satu kerajaan Islam di pulau Jawa. Pasukan ini
dipimpin oleh seorang guru besar serta panglima militer yang handal yang berasal dari
sebenarnya berasal dari Pasai, yaitu Fatahillah. Beliau diutus langsung oleh Kerajaan Demak
yang saat itu diperintah oleh seorang sultan yang bernama Sultan Trenggono. Alasan mengapa
Fatahillah diutus untuk menaklukkan Jawa Barat sebenarnya adalah untuk menghalau pengaruh
Portugis yang saat itu sudah melakukan perjanjian dagang dengan kerajaan Sunda Padjajaran.
Pada tahun 1526, Sultan Trenggono mengutus Syarif Hidayatullah beserta pasukannya
untuk menaklukkan Jawa Barat agar Portugis tidak dapat memasuki wilayah tersebut.
Penyerangan yang dilakukan oleh Fatahillah beserta pasukannya berhasil. Wilayah Banten
akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Demak. Sebagai orang yang memimpin penaklukan
tersebut, Syarif Hidayatullah langsung diberikan wewenang oleh Sultan Trenggono untuk
memimpin wilayah Banten.

Pada tahun 1552, Syarif Hidayatullah diharuskan kembali ke Cirebon. Cirebon


merupakan wilayah yang dipimpin oleh Syarif Hidayatullah sebelum Banten. Setelah berhasil
menaklukkan Banten, Syarif Hidayatullah diperintahkan oleh Sultan Trenggono untuk mengatur
wilayah tersebut sehingga wilayah Cirebon diserahkan kepada salah seorang putra dari Syarif
Hidayatullah yang bernama Pangeran Pasarean. Namun, putra yang diberikan mandat untuk
memimpin wilayah Cirebon tersebut wafat mendahului ayahnya. Alhasil, Syarif Hidayatullah
pun hijrah ke Cirebon untuk menggantikan putranya tersebut. Daerah Banten diserahkan kepada
putra lainnya yang bernama Hassanudin.

Pada tahun 1546, Sultan Trenggono, Sultan kerajaan Demak gugur dalam penyerangan
Kerajaan Demak ke Pasuruan. Hal ini menyebabkan terjadinya kekacauan dalam tubuh Kerajaan
Demak sendiri. Negara-negara bagian atau kadipaten berusaha untuk memisahkan diri. Kerajaan
Banten yang saat itu dipimpin oleh Hassanudin merupakan salah satu kadipaten yang ikut
berusaha melepaskan diri dari kerajaan induknya, Demak. Akhirnya pada tahun 1568, Banten
benar-benar terlepas dari kerajaan Demak. Pada tahun tersebut pula, Kerajaan Banten resmi
berdiri dengan Maulana Hassanudin sebagai Sultan pertamanya.

2.2 Pemerintahan Pada Masa Kerajaan Banten

Kerajaan Banten atau sering juga disebut sebagai Kesultanan Banten dipimipin oleh
Seorang Sultan dan kekuasaan bercorak Monarki Absolut. Nama-nama Sultan Banten yang
tercatat dalam Sejarah adalah sebagai berikut;

1.Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin (1552-1570 M)

2.Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1580 M)

3.Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana (1580-1596 M)


4.Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu (1596-1647 M)

5.Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Anom (1647-1651 M)

6.Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683 M)

7.Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687 M)

8.Sultan Abu al-Fadhi Muhammad Yahya (1687-1690 M)

9.Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin (1690-1733 M)

10.Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin (1733-1750 M)

11.Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin (1750-1752 M)

12.Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika (1752-1753
M)

13.Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulsyiqin (1753-1773 M)

14.Sultan Aliyuddin atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (1773-1799 M)

15.Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1801 M)

16.Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1801-1802 M)

17.Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803 M)

18.Sultan Aliyuddin II atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin (1803-1808 M)

19.Sultan Wakil Pangeran Suramenggala (1808-1809 M)

20.Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (1809-1816 M)

Sedangkan Raja-raja /Sultan Kerajaan Banten yang terkenal diantaranya adalah;

1. Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M)


Sultan Maulana Hasanuddin resmi menjadi raja pertama Kerajaan Banten pada 1552 M.
Selama 18 tahun pemerintahannya, Kesultanan Banten berhasil menguasai Lampung
yang banyak menghasilkan rempah-rempah.
Selain itu, Banten berkembang menjadi bandar perdagangan dan penyebaran agama
Islam.
2. Sultan Maulana Yusuf (1570-1580 M)
Setelah Sultan Maulana Hasanuddin wafat, peran raja digantikan oleh Sultan Maulana
Yusuf. Sultan Maulana Yusuf dikenal sangat memerhatikan perkembangan perdagangan
dan pertanian serta menyebarkan agama Islam. Pada 1579, Banten berhasil menaklukkan
Pakuan Pajajaran dan membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat. Sultan
Maulana Yusuf wafat pada 1580 M karena sakit.
3. Sultan Maulana Muhammad (1580-1596 M)
Saat Sultan Maulana Muhammad diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya, usianya
baru sembilan tahun. Oleh karena itu, untuk sementara waktu roda pemerintahan
dijalankan oleh Pangeran Arya Jepara, pamannya. Setelah dewasa, Sultan Maulana
Muhammad resmi memerintah Banten. Semasa pemerintahannya, Banten menyerang
Palembang yang dijadikan batu loncatan untuk menguasai Selat Malaka. Namun,
serangan itu gagal dan Maulana Muhammad wafat dalam pertempuran pada 1596 M.
4. Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683 M)
Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten
di antaranya, sebagai berikut.
 Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau
Sumatera dan Kalimantan
 Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan
pedagang lokal dengan pedagang Eropa
 Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam
 Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas
Cardeel
 Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan
serangan pasukan Eropa
5. Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687 M)
Meski Sultan Haji diangkat menjadi Sultan Banten selanjutnya, namun pengangkatan
tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat
itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin
berat. Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji
diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.
1
Pengembangan Pemukiman Masyarakat Di Kesultanan Banten Pada Masa Sultan
Maulana Yusuf
a. Lapisan Masyarakat di Kesultanan Banten
Pada masyarakat kerajaan yang masih bersifat tradisional atau pra-industrial,
penggolongan masyarakat jauh lebih bersahaja daripada masyarakat industri. Sifat
sistem lapisan di dalam masyarakat kerajaan umumnya bersifat tertutup. Khususnya
dalam kerajaan bercorak Hindu yang menekankan sistem kasta dalam penggolongan
masyarakat. Lambat laun sistem kasta memudar seiring dengan tumbuhnya pengaruh
Islam di kerajaan-kerajaan Nusantara. Islam lebih luwes dalam menempatkan
seseorang pada status dan peranannya. Bahkan, dalam status di hadapan Tuhan,
bukanlah dinilai dari tingginya kekayaan dan kedudukan. Tetapi berdasarkan
ketinggian akhlak seorang muslim. Meskipun bersifat luwes, pelapisan sosial dalam
masyarakat kerajaan bercorak Islam masih terpengaruh oleh tradisi Hindu yang
bersifat tertutup. Khususnya pada status diri seorang sultan yang masih dianggap
sebagai wakil dewa di bumi. Penggolongan masyarakat kota-kota zaman
pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia,
terutama di Kesultanan Banten itu dapat dibagi atas: (a) golongan raja-raja dan
keluarganya (b) golongan elite (c) golongan non elite, dan (d) golongan budak.
Tidak ketinggalan peran perempuan di Kesultanan Banten merupakan unsur
pendukung dalam lapisan sosial masyarakat. Peran perempuan tersebut meliputi:
sebagai ibu suri, penasehat sultan, pemimpin politik (Dewan Perwalian), pengajar dan
penyebar agama Islam, pengawal keraton, pembawa bunga di makam keramat
(bedhaya).

1
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/01/170622379/raja-raja-kerajaan
banten?page=all&jxconn=1*c7kr2l*other_jxampid*OVJuLXo3SjJ1MVUybE9qU09qaWJnaFg1WjgxM1VBOFM2bnJY
bEZLT2o3OHY0RG50Ym0zSE9UWkpMWGR6ZjZNMg..#page2 diakses pada 20 September 2021
b. Penyediaan Pemukiman Masyarakat Berdasarkan Pengelompokkan Lapisan
Masyarakat
1. Pengelompokkan atas dasar ras dan suku, seperti: Pecinan, Pekojan, Karoya,
Kebalen, dan Bugis.
2. Pengelompokkan atas dasar sosial-ekonomi, seperti: Pamarican, Pabean, dan
Kagongan.
3. Pengelompokkan atas dasar status dalam. pemerintahan dan masyarakat, seperti:
Keraton, Kesatrian, Kawangsan, dan Kawiragunaan.
4. Pengelompokkan atas dasar keagamaan, seperti: Kapakihan dan Kasunyatan.
c. Pemukiman Kasunyatan Sebagai Pemukiman Agama
1. Pemukiman Agama di Kerajaan Islam.
2. Disebut juga Kauman, Pekauman, Kampung Santri, Desa Pesantren, Kampung
Arab, dan Kampung Pekojan.
3. Kenampakan umum di Kerajaan Islam, yang terdapat di dekat masjid utama
kesultanan (masjid gedhe).
4. Kasunyatan sebagai Kauman-nya Kota Banten.
5. Berarti sunyi, sunyata atau kenyataan, dan sunat (tempat penyunatan para muallaf
di Kesultanan Banten).
6. Tempat pembelajaran dan pendidikan agama Islam di Kesultanan Banten2.

2.3 Hubungan dengan Bangsa Asing

Pada masa pemerintahan Abdul Mufakir Kesultanan Banten mengirimkan utusan ke


Mekah, yaitu Lebe Panji danTisnajaya, untuk menanyakan isi kitab-kitab antara lain wujudiyyah
dan memohon dikirimkan seorang ahli hukum islam (fakih), tetapi permintaan ini tidak
dikabulkan oleh Syarif Mekah.3 Utusan itu berlayar melalui Maladewa, Keling (India Selatan),
Surat (India Barat) dan Jiddah. Sepulangnya dari Mekah, utusan dari Kesultanan Banten tersebut

2
Tubagus Umar Syarif Hadiwibowo dan M. Nur Rokhman, Ringkasan Skripsi Perkembangan Kesultanan Banten
Pada Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580), UNY: 2013
3
Hadi,Abdul. Dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah: Jilid 3. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. hlm. 42.
membawa hadiah yaitu sehelai bendera dari Nabi Ibrahim, sepotong kiswah Ka’bah, dan
sepotong kain penutup makam Nabi Muhammad, kemudian tiga buah kitab yang telah ditulis
pengertiannya serta pemberian gelar sultan kepada Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir.

Pada masa Sultan Abdul Fattah atau Sultan Ageng Tirtayasa kesultanan Banten mencapai
masa kejayaannya dalam bidang politik, ekonomi, serta keagamaan. Pada tanggal 10 November
1681, Kesultanan Banten oleh Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan utusan diplomatiknya ke
Inggris di bawah pimpinan Tumenggung Naya Wipraya dan Jaya Sedana. Kesultanan Banten
juga menjalin hubungan perdaganagan dengan negeri-negeri di Nusantara maupun dengan
negeri-negeri asing. Kesultanan Banten semakin meningkatkan hubungannya dengan Persia
(Iran), Hindustan, Arab, Denmark, Inggris, Prancis, Jepang, Myanmar, Filipina, Cina dan
sebagainya.

Kemajuan kesultanan Banten dalam bidang perdagangan tidak hanya tercatatpada harian
Belanda (dagregisters) tetapi juga pada temuan pecahan keramik dan benda lainnya baik Cina,
Jepang maupun Eropa.

2.4 Hubungan Kerajaan Banten Dengan Kerajaan Indonesia Lainnya

2.4.1 Hubungan Kerajaan Banten dengan Lampung

Hubungan Kerajaan Banten dengan Lampung sebetulnya sudah berlangsung lama. Hal ini
dibuktikan dengan adannya prasasti bertulisakan huruf Arab yang ditemukan di Lampung dan
menunjukkan ppengaruh dari Banten ketika terjadinya proses Islamisasi di Lampung.
Disisi lain, hal yang memeprkuat hubungan Kerajaan Banten dengan Lampung adalah
letaknya yang berdekatan. Disamping itu, Lampung termasuk penghasil rempah-rempah
terutama lada. Lampung dan Kerajaan Banten melakukan kerjasama dalam jalur perdagangan
sekaligus memperluas wilayah kekuasaaan Kerajaan Banten. Selain adanya hubungan
perdagangan dan perluasan wilayah juga terjadinya proses Islamisasi.

2.4.2 Hubungan Kerajaan Banten dengan Demak

Hubungan Kerajaan Banten dengan Demak diawali dengan penunjukkan Sultan Demak
pada tahun 1526, Maulana Hasanuddin meruapakan adipati Banten. Kemudian pada tahun 1552
Banten menjadi bawahan Demak dan Sultan Hasanuddin di tunjuk untuk melakukan ekspedisi ke
Lampung.
Selain yang disebutkan diatas Kesultanan Banten juga menjalin kerjsama dengan
Kerajaan Demak. Dengan cara menikahi putri Kerajaan Demak dan membantu Demak dalam
melakukan perlawanan kepada Pasuruan. selain itu Kerajaan Banten juga memiliki hubungan
diplomatic dengan Cirebon dam Mataram dalam bidang perluasan wilayah dan perkenomomian
yang diselingi dengan penyebaran agama Islam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banten merupakan salah satu kerajaan Islam yang ada di Pulau Jawa yang merupakan
pelabuhan penting dan termasuk dalam jaringan dan pelayaran jalur Sutra. Ditambah lagi dengan
dikuasainya Malaka oleh Portugis menambah semakin pentingnya Banten terhadap pelayaran
dan perdagangan di Selat Sunda.

Selama berdirinya Kerajaan Banten, telah mengalami pergantian kepemimpinan. Kerajaan


Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dan
mengalami kemunduran sejak terjadinya perang saudara antara Sultan Haji yang dibantu oleh
VOC dengan Ayahnya.

Kesultanan Banten juga giat menjalin hubungan dengan negeri asing seperti Persia (Iran),
Hindustan, Arab, Denmark, Inggris, Prancis, Jepang, Myanmar, Filipina, Cina dan sebagainya.
Dan juga hubungan dengan kerajaan Indonesia lainnya seperti Demak, Banten dan Lampung.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan diantaranya adalah
kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang kurang detail. Dan kiranya makalah
kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwibowo, Tubagus Umar Syarif dan M. Nur Rokhman. 2013. Perkembangan Kesultanan
Banten Pada Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580). Ringkasan Skripsi.
Yogyakarta: UNY

Ningsih, Widya Lestari. 2021. Raja-raja Kerajaan Banten.


https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/01/170622379/raja-raja-kerajaan
banten?page=all&jxconn=1*c7kr2l*other_jxampid*OVJuLXo3SjJ1MVUybE9qU09qaWJnaFg1
WjgxM1VBOFM2bnJYbEZLT2o3OHY0RG50Ym0zSE9UWkpMWGR6ZjZNMg..#page2
diakses pada 20 September 2021

Hadi,Abdul. Dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah: Jilid 3. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Sholehat, Ikot.2019.Perdagangan Internasional Kesultanan Banten Akhir Abad XVI-XVII.Jawa


Timur:Uwais Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai