Anda di halaman 1dari 14

KESULTANAN BANTEN

Disusun Oleh :

X IPS 1

MATA PELAJARAN

SMAN 1 BANJARAN

1
Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tapat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami
tidak akan sanggupuntuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya diakhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limphan nikmat sehat baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran , sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
sebagai tugas makalah islam dan budaya banten dengan judul “SEJARAH BERDIRINYA
KERAJAAN BANTEN”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalah serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya penulis lebih baik lagi dalam menulis
makalah. Kemudian apabila banyak kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.terima kasih

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kesultanan Banten awalnya hanya sebuah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Padjajaran yang bercorak Hindu. Wilayah kerajaan ini merupakan salah satu wilayah
yang berpengaruh dalam jalur perdagangan internasional. Banten merupakan salah satu
pelabuhan terpenting kerajaan ini dan wilayah lain, di antaranya, Pontang, Tangerang, Kalapa,
Cimanuk, dan Cirebon. Ekspor utama pelabuhan Banten adalah lada dan beras. Posisi Banten
yang sangat strategis membuat wilayah ini menjadi tempat transit pedagang dari negara-negara
lain seperti Maladewa serta kerajaan-kerajaan lain.

Banten tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi
pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak dikaji oleh
peneliti dari dalam maupun manca. Daerah yang dikenal dengan permainan tradisional debusnya
ini, banyak sekali dibahas dalam literaturliteratur asing. Banten adalah negeri yang kaya sekali
akan sumbersumber sejarah. Kerajaan ini bukan hanya telah menulis sejarahnya sendiri,
melainkan juga merangsang banyak tulisan dari pengunjung-pengunjung asing, khususnya
Eropa.

Kekhasan dan keunikan sumber sejarah Banten yang beraneka ragam tidak bisa lepas dari
letak geografis yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan berbatasan Pulau Sumatera dengan
Selat Sunda sebagai pemisah kedua wilayah. Letak geografisnya menjadikan Banten -meminjam
istilah Guillot- termasuk ke dalam “dua dunia” yaitu Jawa dan Sumatera yang keduanya
memiliki perbedaan mendasar.

Posisi Banten berada di perbatasan antara dua tradisi utama nusantara, yaitu tradisi Kerajaan
Jawa dan tempat perdagangan Melayu. Keunikan itu ternyata mempengaruhi komposisi budaya
masyarakat Banten yang multikultural dan sejak dahulu menjadi daerah ataupun kota
kosmopolitan yang mempunyai jaringan dagang sampai ke negeri Inggris pada abad ke-16.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Kerajaan Banten

Pada awalnya banten adalah daerah kekuasaan kerajaan pajajaran. Pajajaran mengadakan
hubungan dagang dengan portugis dimalaka guna membendung meluasnya kekuasaan
demak.akibatnya,pada tahun 1526 sultan tranggono dari demak mengutus paletehan dan
pangeran carbon(masih mempunyai hubungan darah dengan keluarga raja pakuan pajajaran yang
beragama islam) untuk merebut banten dan pantai utara jawa barat.usaha itu berasil dengan
gemilang.banten,sunda kela,dan Cirebon jatuh ke tangan paletehan. Sejak itu agama islam
berkembang pesat dijawa barat. Banten segera tumbuh menjadi bandar yang penting diselat
sunda setelah malaka jatuh ditangan portugis(1511) karena pedagang-pedagang dari
Gujarat,india,timur tengah,arab,dan sebagainya dan sebagain enggan melabuh ke malaka.1

Pada tahun 1522 Jorge d’ Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka, mengirim


Henrique menemui Raja Samiam di Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengannya.
Pada tanggal 21 Agustus kesepakatan dagang antara Portugis dan Sunda Kelapa akhirnya
disepakati. Dalam perjanjian ini, Kerajaan Sunda berkewajiban membayar 1000 bahar lada setiap
tahunnya dan Kerajaan Sunda Padjajaran memberikan sebuah wilayah untuk dijadikan benteng
Portugis. Sebagai imbalannya, Portugis akan melindungi Kerajaan Sunda Padjajaran dari
serangan Kerajaan Islam yang saat itu telah berkembang di Pulau Jawa bagian  tengah. Akhrinya,
Portugis diberikan izin untuk mendirikan kantor dagang di Sunda kelapa.

Perjanjian dagang antara Portugis dan Sunda Kelapa tersebut tidak berhasil. Hal ini
dikarenakan pada tahun 1925 wilayah Banten berhasil direbut dari kekuasan Sunda Padjajaran
oleh pasukan dari Kesultanan Demak, salah satu kerajaan Islam di pulau Jawa. Pasukan ini
dipimpin oleh seorang guru besar serta panglima militer yang handal yang berasal dari
sebenarnya berasal dari Pasai, yaitu Fatahillah. Beliau diutus langsung oleh Kerajaan Demak
yang saat itu diperintah oleh seorang sultan yang bernama Sultan Trenggono. Alasan mengapa
Fatahillah diutus untuk menaklukkan Jawa Barat sebenarnya adalah untuk menghalau pengaruh
Portugis yang saat itu sudah melakukan perjanjian dagang dengan kerajaan Sunda Padjajaran.

4
Pada tahun 1526, Sultan Trenggono mengutus Syarif Hidayatullah beserta pasukannya
untuk menaklukkan Jawa Barat agar Portugis tidak dapat memasuki wilayah tersebut.
Penyerangan yang dilakukan oleh Fatahillah beserta pasukannya berhasil. Wilayah Banten
akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Demak. Sebagai orang yang memimpin penaklukan
tersebut, Syarif Hidayatullah langsung diberikan wewenang oleh Sultan Trenggono untuk
memimpin wilayah Banten.

Pada tahun 1552, Syarif Hidayatullah diharuskan kembali ke Cirebon. Cirebon


merupakan wilayah yang dipimpin oleh Syarif Hidayatullah sebelum Banten. Setelah berhasil
menaklukkan Banten, Syarif Hidayatullah diperintahkan oleh Sultan Trenggono untuk mengatur
wilayah tersebut sehingga wilayah Cirebon diserahkan kepada salah seorang putra dari Syarif
Hidayatullah yang bernama Pangeran Pasarean. Namun, putra yang diberikan mandat untuk
memimpin wilayah Cirebon tersebut wafat mendahului ayahnya. Alhasil, Syarif Hidayatullah
pun hijrah ke Cirebon untuk menggantikan putranya tersebut. Daerah Banten diserahkan kepada
putra lainnya yang bernama Hassanudin.

Pada tahun 1546, Sultan Trenggono, Sultan kerajaan Demak gugur dalam penyerangan
Kerajaan Demak ke Pasuruan. Hal ini menyebabkan terjadinya kekacauan dalam tubuh Kerajaan
Demak sendiri. Negara-negara bagian atau kadipaten berusaha untuk memisahkan diri. Kerajaan
Banten yang saat itu dipimpin oleh Hassanudin merupakan salah satu kadipaten yang ikut
berusaha melepaskan diri dari kerajaan induknya, Demak. Akhirnya pada tahun 1568, Banten
benar-benar terlepas dari kerajaan Demak. Pada tahun tersebut pula, Kerajaan Banten resmi
berdiri dengan Maulana Hassanudin sebagai Sultan pertamanya.

B.  Masuknya Islam ke Banten

Sebelum zaman islam, yakni ketika masih berada dibawah kekuasaan raja-raja sunda
(dari pajajaran,atau mungkin sebelumnya),banten sudah menjadi kota yang berarti.berdirinya
kerajaan islam banten ini bemula dari upaya sunan gunung jati dari Cirebon pada tahun 1524
atau 1525 yang meletakan dasar bagi pengenbangan agama dan kerajaan islam serta bagi
perdagangan orang-orang islam disana. Menurut sumber tradisional, bahwa penguasa pajajaran
dibanten menerima sunan gunung jati dengan ramah tamah dan tertarik masuk islam. Dia
meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman disana.atas dasar dukungan ini, maka dengan segera

5
ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan tentara jawa yang memang
dimintanya.2

Peran ulama sejak berdirinya kesultanan banten sangat menentukan.bahkan secara


historis, berdirinya kesultanan banten itu pada awalnya didahuluhi dengan upaya penyebaran
agama islam. Seperti telah diuraikan pendiri kerajaan banten adalah salah seorang dari wali
sanga yaitu syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Putranya yaitu maulana hasanudin,juga
ikut menjadi penyebar islam. Dilingkungan birokrasi kerajaan, dikenal dengan jabatan khadhi
(hakim agung).3

Cirebon, mulai berdakwah di tanah Pasundan. Di Banten, beliau menikah dengan adik
dari Bupati setempat yang bernama Nyai Kawunganten. Dari penikahannya ini, lahirlah dua
anak, yakni Ratu Winahon dan Hassanudin. Bersama putranya, Syarif Hidayatullah
menyebarkan agama Islam hingga ke arah Gunung Pulosari.

Setelah Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon, perjuangan dakwah Islam di Banten


dilanjutkan oleh Hassanudin. Beliau berkelana dari Gunung Pulosari hingga Ujung Kulon.
Dalam menyebarkan ajaran Islam, Hasanuddin menggunakan budaya penduduk
setempat. Karena itu, dakwahnya cepat diterima oleh masyarakat. Cara ini terus dilakukan oleh
Hasanuddin hingga pada tahun 1525, beliau berhasil merebut kekuasaan Banten dari kerajaan
Sunda Padjajaran dan mendirikan Kesultanan Islam. Mulai saat itu, Islam disebarkan di Banten
melalui kekuasaan.

Sultan maulan hasanudin banten menyebarkan agama islam, dan karenanya perhatian
orang-orang banten tertarik untuk memeluk agama islam. Setelah banyak orang-orang yang
memluk agama islam ia memproklamasikan berdirinya kerajaan sebuah kerajaan yang disebut
kesultanan banten.

Sultan kedua yang memimpin Banten adalah Maulana Yusuf. Beliau adalah putra
pertama dari Sultan Maulana Hassanudin dengan seorang putri Sultan Trenggono. Sama seperti
ayahnya yang menggantikan kakeknya, beliau juga mewarisi tahta ayahnya. Sedangkan adiknya,
Sunan Parwoto, menjadi Pangeran Jepara. Maulana Yusuf memerintah selama 10 tahun mulai
tahun 1570 hingga akhir hayatnya pada tahun 1580.

6
seperti halnya islam masuk kewilayah Indonesia,islam masuk ke wilayah banten juga dilakukan
melalui beberapa cara seperti para pedagang, perkawinan, pendidikan, dakwah, dan akulturasi
dan asimilasi perdagangan.

C. Kehidupan Kerajaan Banten

a. Kehidupan Sosial
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial
masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah
Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah
pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah
Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut
Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan
tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam.

Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena
sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan
Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai
kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat
ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-
gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan
Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam.
Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.

b. Kehidupan Politik
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah tahun
1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara Demak yang pernah
diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa Barat. Pada waktu
Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak.
Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan
diri dari pengaruh kekuasaan Demak.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim


memindahkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan. Hasanuddin
memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di Sumatra Selatan

7
yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia
telah meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada
tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat.

Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di


bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukkan dan
menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung setia Kerajaan Pajajaran
menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan, mereka dikenal dengan Suku
Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan elite Sunda memeluk agama Islam.
Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir
kekuasaannya, Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha
menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad tewas dan selanjutnya putra
mahkotanya yang bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir
Mahmud Abdul Kadir. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra
Pangeran Ratu yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang
kekuasaan Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang-orang Belanda yang telah
membentuk VOC serta menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan
Ageng Tirtayasa mengalami kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa,
Banten mulai dikuasai oleh Belanda di bawah pemerintahan Sultan Haji.

c. Kehidupan Ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi
bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya
ialah:
1. letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan.
2. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi
singgah di Malaka namun langsung menuju Banten.
3. Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat,
Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk
perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab
mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang
Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

8
C.   Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Kejayaan tersebut berhasil diraih dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, perdagangan,
kebudayaan, maupun keagamaan. Dalam bidang politik misalnya, Banten selalu membangun
hubungan persahabatan dengan daerah-daerah lainnya. Daerah-daerah sahabat Banten yang
berada di wilayah nusantara antara lain Cirebon, Lampung, Gowa, Ternate, dan Aceh. Selain itu,
Kesultanan Banten juga menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara lain yang jauh
dari nusantara. Salah satunya adalah dengan mengirim utusan diplomatik ke Inggris yang
dipimpin oleh Tumenggung Naya Wipraya dan Jaya Sedana pada 10 November 1681.

Dalam bidang ekonomi, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengembangkan perdagangan


Banten. Pada masanya, Banten menjadi salah satu tempat transit utama perdagangan
internasional. Pedagang-pedagang dari berbagai negara, seperti Inggris, Perancis, Denmark,
Portugis, Iran, India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Malayu, dan Turki datang ke sini untuk
memasarkan barang komoditas dari negeri mereka. Walaupun saat itu Banten menghadapi
persaingan dengan VOC, tetapi Sultan Ageng Tirtayasa tetap mampu menarik pedagang
mancanegara tersebut untuk tetap berdagang di Banten. Hal ini disebabkan Banten tidak
menerapkan monopoli perdagangan seperti yang dijalankan oleh VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa juga mendirikan keraton baru di wilayah Tirtayasa untuk
memperkuat pertahanan kesultanannya. Dengan pembangunan keraton ini, wilayah Tirtayasa
terus dibuka. Beliau membangun jalan dari Pontang ke Tirtayasa. Tidak hanya itu, Sultan Ageng
juga membuka lahan-lahan persawahan sepanjang jalan tersebut serta mengembangkan
pemukiman warga di daerah Tangerang.

D. Keruntuhan Kerajaan Banten

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa, Belanda sudah memulai taktik untuk
menghancurkan Banten dari dalam, yakni dengan menghasut Sultan Haji, putra dari Sultan
Ageng Tirtayasa. Belanda mengadu domba Sultan Haji dengan ayahnya. Mereka menyebarkan
isu bahwa orang yang akan menjadi pewaris tahta Banten adalah Pangeran Purbaya saudara
Sultan Haji. Hal ini membuat Sultan Haji merasa iri hati dan memutuskan untuk melancarkan
serangan melawan ayahnya sendiri.

9
Dengan bantuan Belanda, Sultan Haji akhirnya dapat melumpuhkan kesultanan Banten.
Bahkan, karena peperangan antara ayah dan anak ini, Keraton Surosowan yang dibangun oleh
nenek moyangnya hancur rata dengan tanah. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya dipenjara di
Batavia hingga meninggal pada tahun 1692. Alhasil, Sultan Haji yang bekerja sama dengan
Belanda pun naik tahta.

Sejak saat itu, Kesultanan Banten sangat dipengaruhi oleh Belanda. Terlebih lagi setelah
Sultan Haji mengadakan perjanjian dengan pihak Belanda. Namun, perjanjian yang dilakukan
oleh Sultan Haji dengan Belanda ini justru merugikan Sultan Haji. Beliau harus membayar
12.000 ringgit dan menyetujui pendirian Benteng Speelwijk. Akibatnya, ekonomi dan politik
Banten di monopoli oleh Belanda. Pergantian sultan selalu dicampuri dengan kepentingan
Belanda. Pemberontakan pun terus terjadi. Kesultanan Banten perlahan-lahan mulai mengalami
kemunduran. Puncaknya, pada tahun 1808 Belanda menghancurkan Istana Surosowan dan
menggantinya dengan Kabupaten Serang, Waringin, dan Lebak di bawah pemerintahan Hindia-
Belanda. Pada tahun 1813, Pemerintahan Inggris membubarkan Kesultanan Banten dan Pangeran
Syafiudin yang sedang berkuasa dipaksa untuk turun tahta. Saat itulah Kesultanan Banten runtuh.

E.  Peninggalan Kerajaan Banten

Peninggalan pertama dari Kesultanan Banten adalah Masjid Agung Banten. Masjid
Agung Banten jdibangun oleh Sultan Banten, yakni Maulana Hassanuddin dan putranya Maulana
Yusuf  pada bulan Dzulhijjah tahun 966 H atau 1566 M. Masjid Agung ini merupakan salah satu
peninggalan yang sangat penting dikarenakan itu adalah salah satu dari 4 komponen utama  yang
“wajib” ada di pusat kota Jawa zaman dahulu. Masjid ini berlokasi di Desa Banten Lama,
Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.

Masjid Agung Banten memiliki keunikan arsitektur tersendiri. Hal ini dikarenakan
Masjid Agung Banten dirancang oleh tiga orang arsitek yang berasal dari tiga bangsa yang
berbeda. Tiga orang arsitektur tersebut adalah Raden Sepat, seorang arsitek yang berasal dari
Majapahit yang juga menggarap Masjid Cirebon, Tjek Ban Tjut yang berasal dari Cina serta
Hendrik Lucaz Cardeel, seorang Belanda yang sudah masuk Islam dan menjadi anggota
kesultanan. Masjid ini memiliki tiga corak arsitektur yang berbeda. Yang pertama, arsitektur
lokal yang bisa terlihat dari empat sakaguru yang menopang masjid ini. Di tengahnya terdapat
mimbar berukiran lokal. Arsitektur kedua adalah Cina yang terlihat dari bentuk atap paling atas
masjid yang khas dengan bentuk atap Cina. Selain menegaskan kebudayaan Cina, atap masjid
yang bertingkat lima juga menyimbolkan rukun Islam. Arsitektur yang ketiga adalah Belanda
yang dipoleskan pada Menara setinggi 24 m yang berdiri tegak di sebelah timur masjid. Dengan
model tangga spiral serta kepala dua tingkatnya, menara ini menjadi pelengkap tiga kebudayaan

10
yang diabadikan. Pada zaman dahulu menara ini difungsikan untuk mengumandangkan adzan
serta sebagai menara pandang lepas pantai atau mercusuar. Karena hasil karyanya ini, dua dari
mereka dianugerahi gelar Bangsawan yaitu Tjek Ban Tjut yang diberi nama Pangeran Adiguna
dan Hendrik Lucaz Cardeel dengan nama Pangeran Wiraguna.

Selain bangunan-bangunan di atas, di kompleks masjid ini juga ada sebuah paviliun di
sebelah selatan masjid yang bernama Tiyamah. Bangunan ini berbentuk persegi empat
bertingkat. Bangunan ini biasanya digunakan untuk musyawarah tentang permasalahan
keagamaan. Di kawasan ini terdapat juga makam Raja- raja Kesultanan Banten. Kini masjid ini
menjadi salah satu objek wisata yang padat dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah
yang biasanya bermaksud untuk berziarah. Namun, tidak jarang juga masjid ini menjadi tujuan
bagi turis-turis asing yang ingin melihat keindahan sisa-sisa kejayaan Kesultanan Banten.

Peninggalan lain dari Kesultanan Banten adalah Keraton Surosowan. Keraton Surosowan
pertama  kali didirikan oleh Sultan Hassanudin (1552-1570). Nama Surosowan diberikan oleh
sultan sendiri dengan petunjuk dari ayahnya, Sunan Gunung Jati. Surosowan juga memiliki
nama-nama lain seperti gedong kedaton Pakuwuan dan "Fort Diamond" yang berarti kota intan.
Nama “Fort Diamond” diberikan oleh orang-orang Belanda.

Sejak pertama kali dibangun, Keraton Surosowan telah mengalami berbagai perubahan
bentuk. Mengikuti pola yang sama dengan pusat kota Jawa pada umumnya, keraton ini terletak
di sebelah selatan alun-alun dengan masjid di sebelah barat keraton, pasar karatangu di sebelah
timurnya, dan dilengkapi dengan pelabuhan yang ada di sebelah utara. Di keraton ini juga
diletakkan sebuah batu keramat yang juga terdapat di alun-alun bernama Watu Gilang. Konon,
batu ini merupakan mandat dari Sunan Gunung Jati. Jika batu ini bergeser dari tempatnya, itu
berarti tidak lama lagi Kesultanan Banten akan mengalami keruntuhan. Pada tahun 1596, keraton
ini masih terlihat sangat sederhana yakni berupa bangunan rumah yang dikelilingi oleh pagar dan
beberapa bangunan yang berada di selatan alun-alun.

Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Keraton ini mengalami kehancuran
total hingga rata dengan tanah akibat adanya perang antara Sultan dengan anaknya sendiri yakni
Sultan Haji. Setelah Sultan Haji naik tahta, keraton Surosowan dibangun kembali dengan
bantuan Belanda. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda yang bernama Hendrik
Lucaszoon Cardeel pada tahin 1680-1681. Namun, pada tahun 1808, keraton ini kembali
dihancurkan oleh Belanda setelah terjadi perselisihan antara Sultan dengan Belanda. Dan
sekarang sisa-sisa reruntuhan Keraton Surosowan ini kita lihat di Kampung Kasemen, kecamatan
Kasemen, kabupaten Serang.

11
Selain dua peninggalan di atas, masih ada beberapa peninggalan lainnya. Salah satunya
adalah Benteng Speelwijk. Benteng ini didirikan pada tahun 1684-1685. Namanya diambil dari
nama seorang gubernur Jenderal VOC yang bernama Speelma. Bangunan ini diarsitekturi
oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel yang juga merancang arsitektur Masjid Agung
Banten. Benteng Speelwijk merupakan lambang keruntuhan kedaulatan dan independensi
Kesultanan Banten. Dengan didirikannya benteng ini oleh VOC, berarti Kesultanan Banten
sudah berada di bawah kendali VOC.

12
KESIMPULAN

pada tahun 1546, sultan tranggono, sultan kerajaan demak gugur dalam penyerangan
kerajaan demak kepasuruan.hal ini menyebabkan terjadinya kekacauan dalam tubuh kerajaan
demak sendiri. Negara-negara bagian atau kadipaten berusaha untuk memisahkan diri.kerajaan
banten yang pada saat itu dipimpin oleh sultan hasanudin merupakan salah satu kadipaten yang
ikut berusaha melepaskan diri dari kerajaan induknya, demak.akhirnya pada tahun 1568, banten
benar-benar telepas dari kerajaan demak.pada tahun tersebut pula, kerajaan banten resmi berdiri
dengan sultan maulana hasanudin sebagai sultan pertamanya.

Islam telah memasuki wilayah banten sebelum kesultanan banten berdiri. Agama ini
dibawa oleh para pedagang arab pada akhir abad ke 15. Karena itu, posisi sebagai jalur
perdagangan internasional sangat menentukan dalam penyebaran islam ketanah banten ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

prof.Dr M.habib mustopo dkk, sejarah (ghalia Indonesia,2002)


prof.Dr H abuddin nata, sejarah pendidikan islam (kencana 2011)
Ikot sholihat M.Hum, perdagangan internasional kesultanan banten akhir abad xvi-xvii (uwais
inspirasi Indonesia, 2019)
Waluyo suwardi,ilmu pengetahuan social (intan pariwara,2008)
Ahmad fakhri hurahuruk, sejarah Indonesia (yayasan kita menulis 2020)
https://bantenhariini.id/sejarah-kerajaan-banten-kehidupan-politik-ekonomi-sosial-budaya/

14

Anda mungkin juga menyukai