Anda di halaman 1dari 5

Kesultanan Banten

Kerajaan Banten atau lebih dikenal sebagai Kesultanan Banten adalah kerajaan bercorak
Islam. Kerajaan ini memiliki sejarah panjang semenjak pada 1552 oleh Syarif
Hidayatullah. Sebelum menjadi kesultanan Banten, di wilayah yang terdapat di paling barat
pulau Jawa telah memiliki kerajaan kuno yang pusat pemerintahannya terletak di daerah
Banten Girang.
 Pendirian Kesultanan Banten
Kesultanan Banten berawal sekitar tahun 1526
ketika Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan
pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa
kawasan pelabuhan dan menjadikannya pangkalan
militer serta kawasan perdagangan. Pasukan Demak
dipimpin oleh panglima perangnya Fatahillah, menantu
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati). Fatahillah
mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan
Surosowan yang kelak menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan
yang mandiri. Sebelum dikuasai oleh Demak, Banten adalah kadipaten dari kerajaan
Pajajaran/Sunda yang bercorak Hindu. Semasa menjadi kadipaten Pajajaran, penganut
Islam sudah banyak ditemui di Banten. Hal ini tidak terlepas dari syiar yang dilakukan oleh
Syekhs Syarif Hidayatullah dari Cirebon (Sunan Gunung Djati). Dalam buku The Sultanate
of Banten (1990), H.A. Ambary dan J.Dumarcay, mengungkapkan, Sultan Gunung Jati
atau Syarif Hidayatullah menyebarkan pengaruh Islam ke Banten yang awalnya dikuasai
oleh Kerajaan Pasundan (Pakuan-Pajajaran). Aksi penyebaran Islam tidak dilakukannya
seorang diri. Bersama dengan putranya yang bernama Maulana Hasanuddin, ia menyiarkan
agama Islam di Bnaten untuk bisa menarik minat dan perhatian penduduk sekitar. Aksi
penyebaran Islam ini tidak dilakukannya seorang diri. Bersama dengan putranya yang
bernama Maulana Hasanuddin, ia menyiarkan agama Islam di Banten untuk memimpin
kerajaan Banten yang baru didirikan. Menurut situs Kabupaten Serang, pernyataan yang
disampaikan oleh Syarif Hidayatullah ini telah berhasil memindahkan pusat pemerintahan
yang awalnya di Banten Girang ke Surosowan Banten Lama (Banten Lor). Pusat
kepemimpinan ini kurang lebih sekitar 10 Km di sebelah utara kota Serang.
 Kehidupan Politik
Atas penunjukan sultan Demak, pada 1526, Maulana Hassanuddin diangkat sebagai
adipati Banten. Pada 1552 Banten diubah menjadi kerajaan bawahan atau vasal dari Demak
dengan Maulana Hasanuddin sebagai pemimpinnya. Maulana Hasanuddin juga melakukan
perluasan kekuaasaan ke daerah penghasil lada di Lampung.
Seiring kemunduran Demak, terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten
yang sebelumnya vasal Demak melepaskan diri dan menjadi kesultanan yang mandiri.Kota
Surosowan didirikan sebagai ibu kota atas petunjuk Syarif Hidayatullah dan Maulana
Hasanuddin menjadi sultan pertama (memerintah 1552-1570). Meskipun demikian,
Fatahillah tetap dianggap sebagai peletak dasar Kesultanan Banten.
Setelah menjadi kerajaan mandiri, patih, serta syahbandar dengan perannya masing-
masing dalam bidang pemerintahan.Maulana Hasanuddin berandil besar dalam meletakkan
fondasi Islam di Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan berbagai bangunan masjid dab sarana-
sarana pendidikan Islam, seperti pesantren. Ia juga dikenal sebagai sultan yang secara
berkala megirim mubalig ke berbagai daerah yang telah dikuasainya. Penyebarluasan Islam
dan pembangunan Banten itu dilanjutkan oleh para penerusnya. Pada masa jayanya, wilayah
kekuasaan Kesultanan Banten meliputi Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tangerang.
Maulana Yusuf, putra dari Maulana Hasanuddin naik takhta pada tahun 1570
(memerintah 1570-1580) berhasil menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579. Maulana
Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (memerintah 1580-1596). Karena usianya
masih sangat muda, pemerintahan dijalankan oleh semacam dewan yang terdiri atas badan
pengadilan dan empat orang menteri. Ketika sudah dewasa, Maulana Muhammad memimpin
sendiri pasukannya untuk menyerang Palembang, daerah penghsil lada. Serangan gagal,
bahkan Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran. Pada akhir masa pemerintahannya,
kapal dengan berbendera Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman untuk pertama
kalinya berlabuh di Banten (1596).
Maulana Muhammad digantikan oleh putranya Pangeran Ratu (memerintah 1596-
1651). Sultan ini dikenal karena melakukan hubungan diplomasi dengan nera-negara lain
termasuk Raja Inggri James I tahun 1605 dan tahun 1629 dengan Charles I. Pangeran Ratu
digantikan oleh Sultan Agen Tirtayasa (memerintah 1651-1692). Pada masa
pemerintahannya, Banten mengalami masa kejayaan. Pada tahun 1671, Sultan Ageng
mengangkat putranya, Sultan Haji sebagai sultan muda (memerintah 1671-1686). Ia
ditugaskan untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari, sementara Sultan Agen Tirtayasa
bertindak sebagai penasihat dan pengawas. Berbeda dari ayahnya, sultan Haji cendeurung
membangun hubungan baik dengan VOC. VOC pun leluasa memengaruhi kebijakan
pemerintahannya.Sultan Ageng sangat kecewa hingga bernit mencabut kembali kekuasaan
putranya. VOC memanfaatkan konflik ini dengan mendukung sultan Haji. Namun sultan
Haji berhasil mempertahankan kekusasnnya, sementara Sultan Ageng terpaksa menyingkir
dari istana dan pindah kewaasn yang disebut Tirtaya (1682), Sultan Ageng tertangkap lalu
ditahan di Batavia.
Dukungan VOC dibayar mahal, Banten menyerahkan Lampung kepada VOC 1682.
Sultan Haji diwajibkan menggnatikan kerugian perang sebesar 12.000 ringgit. Pasca
mangkatnya Sultan Haji pada 1867, VOC semakin mencengkramkan pengaruhnya di
Banten, di antaranya pengangkatan sultan Banten harus mendapatka persetujuan dari
Gubernur jenderal Hindia-Belanda di Batavia. Kalangan istana dan rakyat Banten kecewa
lingkaran istana menyerah begitu saja kepada kesewang-wenangan VOC.
 Kehidupan Sosial dan Budaya
Dalam kehidupan pada masyarakat Banten terdapat kelompok bangsawan yang
bergelar tubagus (ratu bagus), ratu atau sayid. Golongan khusus lainnya yang mendapat
kedudukan istimewa adalah kaum ulama, pamong praja, dan kaum jawara.
Maulana Hasanuddin berandil besar dalam meletakkan fondasi Islam di Nusantara. Hal
ini dibuktikan dengan berbagai bangunan masjid dab sarana-sarana pendidikan Islam, seperti
pesantren. Ia juga dikenal sebagai sultan yang secara berkala megirim mubalig ke berbagai
daerah yang telah dikuasainya. Penyebarluasan Islam dan pembangunan Banten itu
dilanjutkan oleh para penerusnya. Pada masa jayanya, wilayah kekuasaan Kesultanan
Banten meliputi Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tangerang. Maulana Yusuf berhasil
menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579 .Islam mulai masuk ke wilayah pedalaman
Sunda. Namun, tidak semua orang pajajaran bersedia masuk islam. Mereka yang tidak
bersedia menyingkir ke wilayah Banten bagian selatan. Banyak orang menganggap suku
Badui sebagai keturunan mereka. Suku Badui saat ini masih memeluk agama Pasundan atau
Sunda Wiwitan, yaitu agama nenek moyang mereka hasil alkulturasi antara agama Hindu
dan kepercayaan asli orang Sunda.
Dalam bidang sosial-budaya, Islam menjadi pilar kesultanan. Para ulama berpengaruh
besar dalam kehidupan masyarakat. Tarekat dan tasawuf berkembang baik, dan budaya
masyarakat pun menyerap Islam sebagai bagian dari kehidupan mereka. Beberapa tradisi
yang ada dipengaruhi oleh perkembangan Islam di masyarakat terlihat, misalnya pada
kesenian bela diri debus. Sementara itu, kadi bereperan pentiing dalam pemerintahan. Selain
bertanggung jawab daam penyelesaiaan sengketa rakyat di pengadilan agama, juga berperan
dalam mengakkan hukum islam, seperti hudud. Meski demikian, toleransi umat beragama
di Banten berkembang dengan baik Komunitas tertentu diperkenankan membangun sarana
peribadatan. Sekitar tahun 1673, misalnya telah beridir beberapa kelenteng di kawasan
sekitar Pelabuhan Banten.

 Kehidupan Ekonomi
Sebagai kesultanan maritim, kesultanan Banten semakin mengandalkan dan
mengembangkan perdagangan. Momopoli atas lada di Lampung menempatkan Banten
sebagai pedagangan, perantara dan salah satu pusat niaga yang penting. Hal tidak terlepas
dari armada laut yang mengesankan, yang dibangun mencontoh armada laut Eropa. Pada
masa ini, Banten berusha keluar dari tekanan VOC (Vereenidfge Oostindische Compagnie)
yang sebelumnya memblkade kapal-kapal dagang menuju Banten. Banten berusaha keras
mengusir armada dagang Belanda dari Banten, meski gagal.
Banten menerapkan pajak atas kapal-kapal yang singgah ke Banten. Pemungutan ini
dilakukan oleh Syahbandar yang berada dikawasan yang dinamakan pabean. Selain
dibidang pelayaran (perdagangan), Banten juga memperkenalkan pembukaan sawah
didaerah pedalaman, seperti Lebak. Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian
mengisahkan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu), dan panyadap
(penyadap). Ketiga istilah ini jelas mengacu pada sistem ladang, begitu juga dengan nama
peralatannya seperti kujang, patik baliung, kored, dan sadao. Pada masa Sultan Ageng pula
pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk menunjang pertanian.
 Sebab Akibat Runtuhnya Kerajaan Banten
Perang saudara adalah salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Sekitar
tahun 1680 terjadi perselisihan dalam Kesultanan Banten. Anak dari Sultan Ageng Tirtayasa,
yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang ayah. Perpecahan ini
dimanfaatkan oleh kompeni VOC dengan memberi dukungan dan bantuan persenjataan
kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara menjadi tak terhindarkan.Akibat sengketa
tersebut, Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah bersama putranya yang
lain Pangeran Purbaya. Kemudian pada 1683 Sultan Ageng ditangkap VOC dan ditahan di
Batavia. Perang saudara yang berlangsung di Banten menyisakan ketidakstabilan dan konflik
di masa pemerintahan berikutnya.
VOC semakin ikut campur dalam urusan Banten bahkan meminta kompensasi untuk
menguasai Lampung sekaligus hak monopoli perdagangan lada di sana. Usai Sultan Haji
meninggal, VOC semakin menekan Kerajaan Banten. Hal tersebut pun membuat pengaruh
Kerajaan Banten memudar dan ditinggalkan.

Anda mungkin juga menyukai