Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KERAJAAN BANTEN DI INDONESIA

KERAJAAN BANTEN

ANGGOTA KELOMPOK
1. Mifthaqul Nidzar D.P
2.Raihan Raizaki M.
3.Muhammad Riski A

SMK NEGERI 5 MADIUN

KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.Tak lupa
sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad
saw.Makalah ini kami beri judul “ KERAJAAN BANTEN” yang
disesuaikan dengan materi tugas sejarah kami. Semoga dengan adanya
makalahini kami dapat memahami sejarah islam di Indonesia.Kesempurnaan
hanyalah milik Allah, kekurangan dan kelemahan adalah milik kami, karena itu
kami berharap kritik dan saran, guna meningkatkan mutudan kualitas kinerja
kami, agar dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya,menjadi makalah yang
lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..... iv
A. Latar Belakang……………………………………………………………. iv
B. Tujuan…………..………………………………………………………… iv
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………. 1
A. Awal Berdirinya………………………………………………………… 1
B.Letak Kerajaan Banten……………………………………………. 2
C. Masa Pemerintahan……………………………………………………….. 4
D. Masa Kejayaan……………………………………………………………. 6
E. Masa Perkembangan Kerajaan Banten........................................... 7
F. Masa Keruntuhan…………………………………………………………. 10
G. Peninggalan………………………………………………………………..11
BAB III PENUTUP………………………………………………………….. 12
A.Kesimpulan………..……...…………………………………………….…. 12
B.Saran………………………………………………………………….…… 12

BAB I
iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesultanan Banten merupakan kerajaan Islam yang pernah berdiri dan berjaya
di ujung barat pulau Jawa, yaitu di Provinsi Banten saat ini. Kesultanan Banten
didirikan pada abad ke-16 Masehi oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah,
meski sang sunan tidak pernah menjadi raja di sana. Raja pertama Kesultanan Banten
adalah Sultana Maulana Hasanuddin (1552-1570 Masehi), yang juga putra Sunan
Gunung Jati. Adapun raja terbesar Kesultanan Banten adalah Sultan Ageng Tirtayasa,
yang berkuasa pada periode 1651-1683 Masehi.

Kesultanan Banten berdiri sebagai manifestasi dari penyebaran Islam dan


kemenangan pasukan Demak mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Sebelum menjadi
daerah Islam, Banten merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran. Dalam catatan sejarah
disebutkan, Pajajaran menjalin kerja sama dengan Portugis yang saat itu sudah berkuasa
di Malaya. Dari kerja sama ini, Pajajran berharap dapat bantuan Portugis untuk
membendung pengaruh Demak yang sudah mencapai Jawa bagian barat. Namun, usaha
Pajajaran tersebut gagal. Portugis yang sudah berada di Sunda Kelapa berhasil diusir
tentara gabungan Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah. Di Pelabuhan Banten
juga demikian. Belum sempat Portugis bercokol di pelabuhan itu, Sunan Gunung Jati
keburu menguasainya dari Pajajaran.

B. Tujuan

Karya ini disusun bertujuan untuk mengulas kembali tentang Kerajaan Banten
yang ada di pulau jawa. Khususnya di jawa . Juga untuk memberikan gambaran
bagaimana keadaan kehidupan masyarakat jawa tengah pada masa kerajaan Banten,
bagaimana kehidupan social, budaya, maupun politiknya.

iv
v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Berdirinya

Kesultanan Banten adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa bagian barat yang
berdiri pada abad ke-16. Pendiri Kesultanan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau
Sunan Gunung Jati. Namun, Sunan Gunung Jati tidak menjadi raja dan mengangkat
Sultan Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama Kesultanan Banten. Karena posisinya
yang strategis, yaitu di jalur pelayaran dan perdagangan, Banten segera berkembang
menjadi kerajaan besar di Pulau Jawa. Bahkan pada masanya, Kerajaan Banten menjadi
saingan berat bagi VOC di Batavia. Kota Nusantara Kesultanan Banten mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, yang berkuasa
antara 1651-1683 M. Sultan Ageng Tirtayasa pula yang berhasil memajukan kekuatan
politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Hal itu yang kemudian
mendorong Belanda melakukan politik adu domba hingga menjadi salah satu penyebab
runtuhnya Kerajaan Banten. Berdirinya Kesultanan Banten Sejak masih berada di
bawah kekuasaan raja-raja Sunda atau sebelum periode Islam, Banten telah menjadi
kota yang penting. Dalam Carita Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang
yang dihubungkan dengan Banten, sebuah kota pelabuhan di ujung barat pantai utara
Jawa. Banten yang saat itu masih dalam kekuasaan Pajajaran, berperan sebagai
pelabuhan lada. Kedudukannya menempati urutan kedua setelah Sunda Kelapa.
Mengetahui Portugis sangat berkepentingan dengan kedua pelabuhan tersebut,
Kerajaan Pajajaran pun mengajak untuk bekerjasama. Sebab, Kerajaan Pajajaran
memandang Portugis akan dapat membantunya dalam menghadapi orang Islam di Jawa
Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan Majapahit.
Oleh karena itu, pada 1522 Raja Pajajaran resmi mengadakan perjanjian persahabatan

1
dengan Portugis. Namun, sebelum Portugis sempat mengambil manfaat dari perjanjian
dengan mendirikan pos perdagangan, pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa telah
diduduki oleh orang-orang Islam. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada
1525-1526 M dan Sunda Kelapa pada 1527 M.Kedatangan Sunan Gunung Jati ke
Banten adalah bagian dari misi Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir
Portugis dari nusantara. Sebelum ke Banten, Fatahillah sebagai panglima perang
Demak singgah di Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati. Gabungan pasukan
Demak dan Cirebon bersama pasukan Maulana Hasanuddin yang melawan penguasa
Pajajaran membuat Banten sangat mudah mereka kuasai. Setelah berhasil menguasai
Banten, Sunan Gunung Jati segera menyingkirkan bupati Sunda untuk mengambil alih
pemerintahan. Akan tetapi, Sunan Gunung Jati tidak mengangkat dirinya sebagai raja,
bahkan ia hanya tinggal di Banten sampai 1552 M. Ini disebabkan putranya, Pangeran
Pasareyan, yang dijadikan wakilnya di Cirebon meninggal. Semenjak itu, Sunan
Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra keduanya,
Sultan Maulana Hasanuddin. Pada 1552, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat
sebagai raja pertama Kerajaan Banten. Oleh karena itu, Sultan Maulana Hasanuddin
yang dianggap sebagai pendiri dinasti sultan-sultan Banten, bukan Sunan Gunung Jati.
Sebab, Sunan Gunung Jati tidak lama berkedudukan di Banten dan Sultan Maulana
Hasanuddin-lah yang melepaskan diri dari segala ikatan Demak. Setelah menjadi raja,
Sultan Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk meluaskan pengaruh
Islam di tanah Banten.

B. Letak Kerajaan Banten

Kerajaan Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa, pusat


kekuasaannya diperkirakan terletak di pantai utara. Lebih tepatnya dekat
dengan Cilegon dan Pelabuhan Merak saat ini. Pada puncak kekuasaannya,
Banten melancarkan ekspedisi untuk menaklukkan Sumatra. Khususnya
daerah Lampung, Bengkulu, dan Tulangbawang. Ekspedisi sempat

2
dilancarkan menuju Palembang namun mengalami kegagalan. Di Jawa,
Kerajaan Banten berkuasa atas wilayah Pakuan dan pelabuhan penting
Sunda Kelapa (Jayakarta) serta berbatasan dengan wilayah Kesultanan
Cirebon.

C. Masa pemerintahan

1. Maulana Yusuf (1570-1585)

3
Maulana Yusuf adalah raja kedua Kesultanan Banten yang berkuasa antara
1570-1580 M. Ia adalah putra mahkota yang naik takhta setelah ayahnya, Sultan
Maulana Hasanuddin, wafat pada 1570 M. Selama satu dekade kekuasannya,
Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan
wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada
1579 M. Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam
hingga ke pedalaman Banten. Sejak saat itu, agama Islam semakin tersebar luas di
Jawa Barat.

2. Maulana Muhammad (1585-1596)

4
Setelah resmi menjadi raja, Sultan Maulana Muhammad bercita-cita untuk
memakmurkan Banten dan menyebarkan Islam ke seluruh nusantara. Oleh karena
itu, peranan dan pencapaiannya lebih banyak terpusat dalam bidang spiritual.
Sebagai sultan yang dikenal taat beragama, Sultan Maulana Muhammad banyak
mengarang kitab-kitab agama dan membagikannya ke masjid-masjid serta kepada
orang yang membutuhkan. Karakternya itu sedikit banyak dibentuk oleh sang guru,
Kiai Dukuh atau Syaikh Muhammad Madani Syah.

3. Pangeran Ratu (1596-1647)

Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir atau dikenal dengan Pangeran Ratu


atau Sultan Agung adalah raja ke-4 Kesultanan Banten yang bertakhta dari tahun
1596 hingga 1651. Dia merupakan putra Sultan Maulana Muhammad[1] yang
menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang menggunakan gelar "Sultan". Sultan
Abdulmafakhir wafat pada tanggal 10 Maret 1651 dan dimakamkan di Pemakaman
Kenari Banten

4. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682)

Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan Banten ke-6 yang berhasil membawa
Kerajaan Banten menuju puncak kejayaannya. Sultan Ageng Tirtayasa atau
Pangeran Surya berkuasa antara tahun 1651-1683. Selama berkuasa, perannya tidak
sebatas memajukan Kesultanan Banten. Raja dari Banten yang gigih menentang
VOC adalah Sultan Ageng Tirtayasa.Berkat kegigihannya dalam membela bangsa
Indonesia, ia bahkan dicap sebagai musuh bebuyutan Belanda.

5
D. Masa Kejayaan

Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan


Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa pada 1651-1683 M. Beberapa hal yang
dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa untuk memajukan Kesultanan Banten, antara lain:
- Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau
Sumatra dan Kalimantan.
- Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang mempertemukan
pedagang lokal dengan pedagang Eropa
- Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam.
- Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas
Cardeel.
- Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan
serangan pasukan Eropa.
Tak hanya itu saja, Sultan Ageng Tirtayasa juga dikenal sebagai raja yang gigih
menentang pendudukan VOC di Indonesia. Hal ini diketahui karena VOC menerapkan
perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten, teman-teman.
Di bawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, kekuatan politik dan angkatan perang
Banten maju sangat pesat.

E. Masa Perkembangan Kerajaan Banten


a. Bidang Ekonomi
Nama Banten telah disebut-sebut dalam sumber-sumber China dari awal bad
ke-15, sebagai pelabuhan penting yang masuk dalam jaringan pelayaran dan
perdagangan internasional. Itulah mengapa dalam kehidupan perekonomian
Kerajaan Banten bertumpu pada perdagangan. Ketika Kerajaan Banten didirikan,
Malaka telah jatuh ke tangan bangsa Portugis. Dengan penguasaan Malaka oleh
Portugis, Banten semakin berarti bagi pelayaran dan perdagangan internasional
melalui Selat Sunda. Pasalnya, Portugis telah memonopoli perdagangan di Malaka
dan mengenakan pajak yang sangat tinggi bagi pedagang Muslim yang melalui
Selat Malaka, sehingga aktivitas perdagangan dan pelayaran berpindah ke Banten.
Sejak itu, kehidupan ekonomi Kerajaan Banten semakin berkembang karena

6
pelabuhannya banyak dikunjungi oleh pedagang asing dari Iran, India, Arab, China,
dan sebagainya.
b. Bidang Politik
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang
memerintah tahun 1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara
Demak yang pernah diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa
Barat. Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian
dari Kerajaan Demak. Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran,
Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim
memindahkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan
Sultan Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan.
Hasanuddin memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di
Sumatra Selatan yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat.
Dengan demikian, ia telah meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten
sebagai pelabuhan lada. Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat.
Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra
Hasanuddin. Di bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil
menaklukkan dan menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung
setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan,
mereka dikenal dengan Suku Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan
elite Sunda memeluk agama Islam.

d. Bidang Sosial Budaya


Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan
sosial masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam.
Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah
pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah
Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut
Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan
tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup
baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun
setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam
berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat
ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan
gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun
oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut
agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.

7
F. Masa Keruntuhan

Sejarah keruntuhan Kerajaan Banten memiliki latar belakang yang menarik. Berikut 4
penyebab runtuhnya Kerajaan Islam Banten:

1. Konflik Internal
Dalam buku Sandyakala Kejayaan dan Kemashyuran Kerajaan Nusantara (2018) yang ditulis
oleh Joko Darmawandan dan Rita Wigira Astuti diceritakan bahwa campur tangan VOC dalam
urusan rumah tangga Kerajaan Banten membuat Sultan Ageng Tirtayasa murka. Namun
masuknya pengaruh VOC yang dipimpin Kapten Francois Tack ternyata dibawa oleh Pangeran
Gusti.

Puncak konflik berupa penyerangan Tirtayasa ke Pendopo Pangeran Gusti. Perang saudara
pecah selama 3 tahun hingga Sultan Ageng Tirtayasa menyerah pada tahun 1672.

2. Pelemahan Kekuasaan Kerajaan


Pangeran Gusti menggantikan kedudukan Sultan Ageng Tirtayasa dengan gelar Sultan Abdul
Nasr Abdul Kahar yang memerintah pada tahun 1672–1687 M. Sultan yang baru ini hanya
menjadi boneka penjajahan Belanda.

3. Pemberontakan

8
Pemberontakan terus terjadi setelah Pangeran Gusti turun tahta. Konflik diperuncing oleh
aturan bahwa semua sultan yang diangkat harus mendapat persetujuan VOC.

Sultan Banten kala itu lalu meminta bantuan VOC untuk menangani berbagai pemberotakan.
Permintaan bantuan kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) tersebut secara tak
resmi menjadikan Banten sebagai wilayah kekuasaan Hindia Belanda (vasal) pada tahun 1752.

4. Pergantian Penjajah
Kerajaan Islam Banten benar-benar runtuh setelah dihapus oleh Thomas Stamford Raffles pada
tahun 1813, yaitu ketika Banten dipimpin oleh Sultan Rafiuddin. Raffles adalah pemimpin
penjajahan Inggris di Jawa setelah mendapat peralihan kekuasaan dari Belanda yang dipimpin
oleh Daendels.

G. Peninggalan- Peninggalan
Peninggalan dari Kerajaan Banten Beberapa peninggalan kerajaan Banten adalah
sebagai berikut:

1. Masjid Agung Banten

2. Vihara Avalokitesvara Banten

9
3. Istana Surosowan

4. Meriam Ki Amuk

5. Istana Keraton Kaibon

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
kerajaannya terletak di daerah banten,jawa barat mencapai masa kejayaannya pada
pemerintahan sultan ageng trisatya masa keruntuhannya karena pertentangan antara
sultan ageng trisatya dengan putranya yang bernama sultan haji,peninggalannya
berupa meriam ki aki,benteng speelwijk.

B. Saran

11
Kita sebagai siswa khususnya pendidikan sejarah harus mengetahuitentang awal
`berdirinya suatu kerajaan . Kita bisa belajar tentang bagaimana suatu kerajaan dalam
memulai suatu pemeritahan hingga mencapai puncak kejayaan yang memerlukan
waktu yangsangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut
untukkehidupan yang akan datang

12

Anda mungkin juga menyukai