Anda di halaman 1dari 12

Makalah

SEARAH KERAJAN BANTEN

DI SUSUN

O
L
E
H

NAMA : ARIF W HABU


KELAS : X (IPS4)
TTL : GORONTALO, 24 MARET 2005
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tapat waktu. Tanpa pertolongannya
tentunya kami tidak akan sanggupuntuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya diakhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limphan nikmat sehat baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran , sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah sebagai tugas makalah islam dan budaya banten dengan judul “SEJARAH
KERAJAAN BANTEN”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalah serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya penulis lebih
baik lagi dalam menulis makalah. Kemudian apabila banyak kesalahan dalam makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.terima kasih


DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 LatarBelakang.............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah........................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................2
2.1 Asal Mula Kerajaan Banten .......................................................................2
2.2 Masuknya Islam Ke Banten........................................................................3
2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Banten................................................................4
2.4 Keruntuhan Kerajaan Banten......................................................................5
2.5 Peninggalan Kerajaan Banten.....................................................................6

BAB III
PENUTUP..............................................................................................................9
4.1 Kesimpulan.................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kesultanan Banten awalnya hanya sebuah kadipaten yang berada di bawah


kekuasaan Kerajaan Padjajaran yang bercorak Hindu. Wilayah kerajaan ini merupakan
salah satu wilayah yang berpengaruh dalam jalur perdagangan internasional. Banten
merupakan salah satu pelabuhan terpenting kerajaan ini dan wilayah lain, di antaranya,
Pontang, Tangerang, Kalapa, Cimanuk, dan Cirebon. Ekspor utama pelabuhan Banten
adalah lada dan beras. Posisi Banten yang sangat strategis membuat wilayah ini menjadi
tempat transit pedagang dari negara-negara lain seperti Maladewa serta kerajaan-
kerajaan lain.

1.2  Rumusan Masalah

Terkait dengan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan


untuk mengetahui lebih jelas tentang Kerajaan Banten.

a.      Bagaiman asal usul dari Kerajaan Banten.

b.     Bagaimana masuknya Islam ke Banten

c.      Bagaimana kejayaan Kerajaan Banten

d.     Bagaimana keruntuhan Kerajaan Banten

e.      Apa peninggalan dari Kerajaan Banten

1.3  Tujuan

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan ini yaitu sebagai berikut;

a.      Untuk memperluas wawasan pengalaman bagi siswa

b.     Membantu siswa agar lebih aktif dalaam mengemukakan pendapat.

c.      Untuk mengetahui secara umum tentang Kerajaan Banten


BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Asal Mula Kerajaan Banten

Pada awalnya banten adalah daerah kekuasaan kerajaan pajajaran. Pajajaran


mengadakan hubungan dagang dengan portugis dimalaka guna membendung meluasnya
kekuasaan demak.akibatnya,pada tahun 1526 sultan tranggono dari demak mengutus
paletehan dan pangeran carbon(masih mempunyai hubungan darah dengan keluarga raja
pakuan pajajaran yang beragama islam) untuk merebut banten dan pantai utara jawa
barat.usaha itu berasil dengan gemilang.banten,sunda kela,dan Cirebon jatuh ke tangan
paletehan. Sejak itu agama islam berkembang pesat dijawa barat. Banten segera tumbuh
menjadi bandar yang penting diselat sunda setelah malaka jatuh ditangan portugis(1511)
karena pedagang-pedagang dari Gujarat,india,timur tengah,arab,dan sebagainya dan
sebagain enggan melabuh ke malaka.1

Pada tahun 1522 Jorge d’ Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka, mengirim


Henrique menemui Raja Samiam di Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang
dengannya. Pada tanggal 21 Agustus kesepakatan dagang antara Portugis dan Sunda
Kelapa akhirnya disepakati. Dalam perjanjian ini, Kerajaan Sunda berkewajiban
membayar 1000 bahar lada setiap tahunnya dan Kerajaan Sunda Padjajaran memberikan
sebuah wilayah untuk dijadikan benteng Portugis. Sebagai imbalannya, Portugis akan
melindungi Kerajaan Sunda Padjajaran dari serangan Kerajaan Islam yang saat itu telah
berkembang di Pulau Jawa bagian  tengah. Akhrinya, Portugis diberikan izin untuk
mendirikan kantor dagang di Sunda kelapa.

Perjanjian dagang antara Portugis dan Sunda Kelapa tersebut tidak berhasil. Hal
ini dikarenakan pada tahun 1925 wilayah Banten berhasil direbut dari kekuasan Sunda
Padjajaran oleh pasukan dari Kesultanan Demak, salah satu kerajaan Islam di pulau
Jawa. Pasukan ini dipimpin oleh seorang guru besar serta panglima militer yang handal
yang berasal dari sebenarnya berasal dari Pasai, yaitu Fatahillah. Beliau diutus langsung
oleh Kerajaan Demak yang saat itu diperintah oleh seorang sultan yang bernama Sultan
Trenggono. Alasan mengapa Fatahillah diutus untuk menaklukkan Jawa Barat
sebenarnya adalah untuk menghalau pengaruh Portugis yang saat itu sudah melakukan
perjanjian dagang dengan kerajaan Sunda Padjajaran.

Pada tahun 1526, Sultan Trenggono mengutus Syarif Hidayatullah beserta


pasukannya untuk menaklukkan Jawa Barat agar Portugis tidak dapat memasuki wilayah
tersebut. Penyerangan yang dilakukan oleh Fatahillah beserta pasukannya berhasil.
1
Prof.Dr.m Habib mustopo dkk,sejarah(ghalia Indonesia,2002) hlm 68
Wilayah Banten akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Demak. Sebagai orang yang
memimpin penaklukan tersebut, Syarif Hidayatullah langsung diberikan wewenang oleh
Sultan Trenggono untuk memimpin wilayah Banten.

Pada tahun 1552, Syarif Hidayatullah diharuskan kembali ke Cirebon. Cirebon


merupakan wilayah yang dipimpin oleh Syarif Hidayatullah sebelum Banten. Setelah
berhasil menaklukkan Banten, Syarif Hidayatullah diperintahkan oleh Sultan Trenggono
untuk mengatur wilayah tersebut sehingga wilayah Cirebon diserahkan kepada salah
seorang putra dari Syarif Hidayatullah yang bernama Pangeran Pasarean. Namun, putra
yang diberikan mandat untuk memimpin wilayah Cirebon tersebut wafat mendahului
ayahnya. Alhasil, Syarif Hidayatullah pun hijrah ke Cirebon untuk menggantikan
putranya tersebut. Daerah Banten diserahkan kepada putra lainnya yang bernama
Hassanudin.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggono, Sultan kerajaan Demak gugur dalam
penyerangan Kerajaan Demak ke Pasuruan. Hal ini menyebabkan terjadinya kekacauan
dalam tubuh Kerajaan Demak sendiri. Negara-negara bagian atau kadipaten berusaha
untuk memisahkan diri. Kerajaan Banten yang saat itu dipimpin oleh Hassanudin
merupakan salah satu kadipaten yang ikut berusaha melepaskan diri dari kerajaan
induknya, Demak. Akhirnya pada tahun 1568, Banten benar-benar terlepas dari kerajaan
Demak. Pada tahun tersebut pula, Kerajaan Banten resmi berdiri dengan Maulana
Hassanudin sebagai Sultan pertamanya.

2.2  Masuknya Islam ke Banten

Sebelum zaman islam, yakni ketika masih berada dibawah kekuasaan raja-raja
sunda (dari pajajaran,atau mungkin sebelumnya),banten sudah menjadi kota yang
berarti.berdirinya kerajaan islam banten ini bemula dari upaya sunan gunung jati dari
Cirebon pada tahun 1524 atau 1525 yang meletakan dasar bagi pengenbangan agama dan
kerajaan islam serta bagi perdagangan orang-orang islam disana. Menurut sumber
tradisional, bahwa penguasa pajajaran dibanten menerima sunan gunung jati dengan
ramah tamah dan tertarik masuk islam. Dia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman
disana.atas dasar dukungan ini, maka dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa atas
kota itu dengan bantuan tentara jawa yang memang dimintanya.2

Peran ulama sejak berdirinya kesultanan banten sangat menentukan.bahkan


secara historis, berdirinya kesultanan banten itu pada awalnya didahuluhi dengan upaya
penyebaran agama islam. Seperti telah diuraikan pendiri kerajaan banten adalah salah
seorang dari wali sanga yaitu syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Putranya yaitu

2
Prof.Dr H. abuddin Nata M.A (kencana,2011) hlm 247
maulana hasanudin,juga ikut menjadi penyebar islam. Dilingkungan birokrasi kerajaan,
dikenal dengan jabatan khadhi (hakim agung).3

Cirebon, mulai berdakwah di tanah Pasundan. Di Banten, beliau menikah dengan


adik dari Bupati setempat yang bernama Nyai Kawunganten. Dari penikahannya ini,
lahirlah dua anak, yakni Ratu Winahon dan Hassanudin. Bersama putranya, Syarif
Hidayatullah menyebarkan agama Islam hingga ke arah Gunung Pulosari.

Setelah Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon, perjuangan dakwah Islam di


Banten dilanjutkan oleh Hassanudin. Beliau berkelana dari Gunung Pulosari hingga
Ujung Kulon. Dalam menyebarkan ajaran Islam, Hasanuddin menggunakan budaya
penduduk setempat. Karena itu, dakwahnya cepat diterima oleh masyarakat. Cara ini
terus dilakukan oleh Hasanuddin hingga pada tahun 1525, beliau berhasil merebut
kekuasaan Banten dari kerajaan Sunda Padjajaran dan mendirikan Kesultanan
Islam. Mulai saat itu, Islam disebarkan di Banten melalui kekuasaan.

Sultan maulan hasanudin banten menyebarkan agama islam, dan karenanya


perhatian orang-orang banten tertarik untuk memeluk agama islam. Setelah banyak
orang-orang yang memluk agama islam ia memproklamasikan berdirinya kerajaan
sebuah kerajaan yang disebut kesultanan banten.4

Sultan kedua yang memimpin Banten adalah Maulana Yusuf. Beliau adalah putra
pertama dari Sultan Maulana Hassanudin dengan seorang putri Sultan Trenggono. Sama
seperti ayahnya yang menggantikan kakeknya, beliau juga mewarisi tahta ayahnya.
Sedangkan adiknya, Sunan Parwoto, menjadi Pangeran Jepara. Maulana Yusuf
memerintah selama 10 tahun mulai tahun 1570 hingga akhir hayatnya pada tahun 1580.

seperti halnya islam masuk kewilayah Indonesia,islam masuk ke wilayah banten juga
dilakukan melalui beberapa cara seperti para pedagang, perkawinan, pendidikan,
dakwah, dan akulturasi dan asimilasi perdagangan.5

2.3   Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng


Tirtayasa. Kejayaan tersebut berhasil diraih dalam berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, perdagangan, kebudayaan, maupun keagamaan. Dalam bidang politik
misalnya, Banten selalu membangun hubungan persahabatan dengan daerah-daerah
lainnya. Daerah-daerah sahabat Banten yang berada di wilayah nusantara antara lain
3
Ikot sholehat M.Hum,perdagangan internasional kesultanan banten akhir abad xvi-xvii,(uwais inspirasi
Indonesia 2019)hlm 125
4
Waluyo suwardi (intan pariwara 2008) hlm 68
5
Ahmad fakhri hurauruk,sejarah Indonesia,yayasan kita menulis 2020,hlm 160
Cirebon, Lampung, Gowa, Ternate, dan Aceh. Selain itu, Kesultanan Banten juga
menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara lain yang jauh dari nusantara.
Salah satunya adalah dengan mengirim utusan diplomatik ke Inggris yang dipimpin oleh
Tumenggung Naya Wipraya dan Jaya Sedana pada 10 November 1681.

Dalam bidang ekonomi, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengembangkan


perdagangan Banten. Pada masanya, Banten menjadi salah satu tempat transit utama
perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari berbagai negara, seperti Inggris,
Perancis, Denmark, Portugis, Iran, India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Malayu, dan
Turki datang ke sini untuk memasarkan barang komoditas dari negeri mereka. Walaupun
saat itu Banten menghadapi persaingan dengan VOC, tetapi Sultan Ageng Tirtayasa tetap
mampu menarik pedagang mancanegara tersebut untuk tetap berdagang di Banten. Hal
ini disebabkan Banten tidak menerapkan monopoli perdagangan seperti yang dijalankan
oleh VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa juga mendirikan keraton baru di wilayah Tirtayasa untuk
memperkuat pertahanan kesultanannya. Dengan pembangunan keraton ini, wilayah
Tirtayasa terus dibuka. Beliau membangun jalan dari Pontang ke Tirtayasa. Tidak hanya
itu, Sultan Ageng juga membuka lahan-lahan persawahan sepanjang jalan tersebut serta
mengembangkan pemukiman warga di daerah Tangerang.

2.4 Keruntuhan Kerajaan Banten

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa, Belanda sudah memulai taktik
untuk menghancurkan Banten dari dalam, yakni dengan menghasut Sultan Haji, putra
dari Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda mengadu domba Sultan Haji dengan ayahnya.
Mereka menyebarkan isu bahwa orang yang akan menjadi pewaris tahta Banten adalah
Pangeran Purbaya saudara Sultan Haji. Hal ini membuat Sultan Haji merasa iri hati dan
memutuskan untuk melancarkan serangan melawan ayahnya sendiri.

Dengan bantuan Belanda, Sultan Haji akhirnya dapat melumpuhkan kesultanan


Banten. Bahkan, karena peperangan antara ayah dan anak ini, Keraton Surosowan yang
dibangun oleh nenek moyangnya hancur rata dengan tanah. Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya dipenjara di Batavia hingga meninggal pada tahun 1692. Alhasil, Sultan Haji
yang bekerja sama dengan Belanda pun naik tahta.

Sejak saat itu, Kesultanan Banten sangat dipengaruhi oleh Belanda. Terlebih lagi
setelah Sultan Haji mengadakan perjanjian dengan pihak Belanda. Namun, perjanjian
yang dilakukan oleh Sultan Haji dengan Belanda ini justru merugikan Sultan Haji. Beliau
harus membayar 12.000 ringgit dan menyetujui pendirian Benteng Speelwijk. Akibatnya,
ekonomi dan politik Banten di monopoli oleh Belanda. Pergantian sultan selalu
dicampuri dengan kepentingan Belanda. Pemberontakan pun terus terjadi. Kesultanan
Banten perlahan-lahan mulai mengalami kemunduran. Puncaknya, pada tahun 1808
Belanda menghancurkan Istana Surosowan dan menggantinya dengan Kabupaten
Serang, Waringin, dan Lebak di bawah pemerintahan Hindia-Belanda. Pada tahun 1813,
Pemerintahan Inggris membubarkan Kesultanan Banten dan Pangeran Syafiudin yang
sedang berkuasa dipaksa untuk turun tahta. Saat itulah Kesultanan Banten runtuh.

2.5  Peninggalan Kerajaan Banten

Peninggalan pertama dari Kesultanan Banten adalah Masjid Agung Banten.


Masjid Agung Banten jdibangun oleh Sultan Banten, yakni Maulana Hassanuddin dan
putranya Maulana Yusuf  pada bulan Dzulhijjah tahun 966 H atau 1566 M. Masjid
Agung ini merupakan salah satu peninggalan yang sangat penting dikarenakan itu adalah
salah satu dari 4 komponen utama  yang “wajib” ada di pusat kota Jawa zaman
dahulu. Masjid ini berlokasi di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang,
Provinsi Banten.

Masjid Agung Banten memiliki keunikan arsitektur tersendiri. Hal ini


dikarenakan Masjid Agung Banten dirancang oleh tiga orang arsitek yang berasal dari
tiga bangsa yang berbeda. Tiga orang arsitektur tersebut adalah Raden Sepat, seorang
arsitek yang berasal dari Majapahit yang juga menggarap Masjid Cirebon, Tjek Ban Tjut
yang berasal dari Cina serta Hendrik Lucaz Cardeel, seorang Belanda yang sudah masuk
Islam dan menjadi anggota kesultanan. Masjid ini memiliki tiga corak arsitektur yang
berbeda. Yang pertama, arsitektur lokal yang bisa terlihat dari empat sakaguru yang
menopang masjid ini. Di tengahnya terdapat mimbar berukiran lokal. Arsitektur kedua
adalah Cina yang terlihat dari bentuk atap paling atas masjid yang khas dengan bentuk
atap Cina. Selain menegaskan kebudayaan Cina, atap masjid yang bertingkat lima juga
menyimbolkan rukun Islam. Arsitektur yang ketiga adalah Belanda yang dipoleskan pada
Menara setinggi 24 m yang berdiri tegak di sebelah timur masjid. Dengan model tangga
spiral serta kepala dua tingkatnya, menara ini menjadi pelengkap tiga kebudayaan yang
diabadikan. Pada zaman dahulu menara ini difungsikan untuk mengumandangkan adzan
serta sebagai menara pandang lepas pantai atau mercusuar. Karena hasil karyanya ini,
dua dari mereka dianugerahi gelar Bangsawan yaitu Tjek Ban Tjut yang diberi nama
Pangeran Adiguna dan Hendrik Lucaz Cardeel dengan nama Pangeran Wiraguna.

Selain bangunan-bangunan di atas, di kompleks masjid ini juga ada sebuah


paviliun di sebelah selatan masjid yang bernama Tiyamah. Bangunan ini berbentuk
persegi empat bertingkat. Bangunan ini biasanya digunakan untuk musyawarah tentang
permasalahan keagamaan. Di kawasan ini terdapat juga makam Raja- raja Kesultanan
Banten. Kini masjid ini menjadi salah satu objek wisata yang padat dikunjungi oleh
masyarakat dari berbagai daerah yang biasanya bermaksud untuk berziarah. Namun,
tidak jarang juga masjid ini menjadi tujuan bagi turis-turis asing yang ingin melihat
keindahan sisa-sisa kejayaan Kesultanan Banten. Peninggalan lain dari Kesultanan
Banten adalah Keraton Surosowan. Keraton Surosowan pertama  kali didirikan oleh
Sultan Hassanudin (1552-1570). Nama Surosowan diberikan oleh sultan sendiri dengan
petunjuk dari ayahnya, Sunan Gunung Jati. Surosowan juga memiliki nama-nama lain
seperti gedong kedaton Pakuwuan dan "Fort Diamond" yang berarti kota intan. Nama
“Fort Diamond” diberikan oleh orang-orang Belanda.

Sejak pertama kali dibangun, Keraton Surosowan telah mengalami berbagai


perubahan bentuk. Mengikuti pola yang sama dengan pusat kota Jawa pada umumnya,
keraton ini terletak di sebelah selatan alun-alun dengan masjid di sebelah barat keraton,
pasar karatangu di sebelah timurnya, dan dilengkapi dengan pelabuhan yang ada di
sebelah utara. Di keraton ini juga diletakkan sebuah batu keramat yang juga terdapat di
alun-alun bernama Watu Gilang. Konon, batu ini merupakan mandat dari Sunan Gunung
Jati. Jika batu ini bergeser dari tempatnya, itu berarti tidak lama lagi Kesultanan Banten
akan mengalami keruntuhan. Pada tahun 1596, keraton ini masih terlihat sangat
sederhana yakni berupa bangunan rumah yang dikelilingi oleh pagar dan beberapa
bangunan yang berada di selatan alun-alun.

Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Keraton ini mengalami


kehancuran total hingga rata dengan tanah akibat adanya perang antara Sultan dengan
anaknya sendiri yakni Sultan Haji. Setelah Sultan Haji naik tahta, keraton Surosowan
dibangun kembali dengan bantuan Belanda. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek
Belanda yang bernama Hendrik Lucaszoon Cardeel pada tahin 1680-1681. Namun, pada
tahun 1808, keraton ini kembali dihancurkan oleh Belanda setelah terjadi perselisihan
antara Sultan dengan Belanda. Dan sekarang sisa-sisa reruntuhan Keraton Surosowan ini
kita lihat di Kampung Kasemen, kecamatan Kasemen, kabupaten Serang.

Selain dua peninggalan di atas, masih ada beberapa peninggalan lainnya. Salah
satunya adalah Benteng Speelwijk. Benteng ini didirikan pada tahun 1684-1685.
Namanya diambil dari nama seorang gubernur Jenderal VOC yang bernama Speelma.
Bangunan ini diarsitekturi oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel yang juga merancang
arsitektur Masjid Agung Banten. Benteng Speelwijk merupakan lambang keruntuhan
kedaulatan dan independensi Kesultanan Banten. Dengan didirikannya benteng ini oleh
VOC, berarti Kesultanan Banten sudah berada di bawah kendali VOC.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

pada tahun 1546, sultan tranggono, sultan kerajaan demak gugur dalam
penyerangan kerajaan demak kepasuruan.hal ini menyebabkan terjadinya kekacauan
dalam tubuh kerajaan demak sendiri. Negara-negara bagian atau kadipaten berusaha
untuk memisahkan diri.kerajaan banten yang pada saat itu dipimpin oleh sultan
hasanudin merupakan salah satu kadipaten yang ikut berusaha

melepaskan diri dari kerajaan induknya, demak.akhirnya pada tahun 1568, banten
benar-benar telepas dari kerajaan demak.pada tahun tersebut pula, kerajaan banten resmi
berdiri dengan sultan maulana hasanudin sebagai sultan pertamanya.

Islam telah memasuki wilayah banten sebelum kesultanan banten berdiri. Agama
ini dibawa oleh para pedagang arab pada akhir abad ke 15. Karena itu, posisi sebagai
jalur perdagangan internasional sangat menentukan dalam penyebaran islam ketanah
banten ini.

DAFTAR PUSTAKA
prof.Dr M.habib mustopo dkk, sejarah (ghalia Indonesia,2002)
prof.Dr H abuddin nata, sejarah pendidikan islam (kencana 2011)
Ikot sholihat M.Hum, perdagangan internasional kesultanan banten akhir abad xvi-xvii
(uwais inspirasi Indonesia, 2019)
Waluyo suwardi,ilmu pengetahuan social (intan pariwara,2008)
Ahmad fakhri hurahuruk, sejarah Indonesia (yayasan kita menulis 2020)

Anda mungkin juga menyukai