Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KERAJAAN BANJAR

Disusun Oleh:
Arya Rafa Junaedi
Kelas : IX B

SMP NEGERI 2 KESUGIHAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN CILACAP
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehinga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Kerajaan Banjar ini sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliah
menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk
itu sudah sepantasnya kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya buat
mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses pembuatan makalah Kerajaan
Mataram Islam ini dari awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan
luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah Kerajaan
Banjar ini kedepannya.

Akhirnya, besar harapan kami makalah Kerajaan Banjar ini dapat memberikan manfaat
yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Cilacap, 5 Oktober 2022


Penyusun

Arya Rafa Junaedi


DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar....................................................................................2
B. Kehidupan Politik, Sosial, Agama Kerajaan Banjar.............................................................3
1. Kehidupan Politik Kerajaan Banjar..................................................................................3
2. Kehidupan Sosial Kerajaan Banjar..................................................................................5
3. Kehidupan Agama Kerajaan Banjar................................................................................5
C. Masa Kejayaan Kerajaan Banjar.........................................................................................5
D. Masa Awal Runtuhnya Kerajaan Banjar.............................................................................7
BAB III......................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BIODATA DIRI.....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat
Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah
Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh
Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden
Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada saat
berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Kesultanan Banjar mulai mengalami masa
kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang,yang di
pimpin oleh Sultan Mustain Billah . Faktor penyebabnya karena telah dikalahkannya Sultan
Muhammad Seman oleh Belanda pada tahun 1905, praktis seluruh wilayah kerajaan Banjar
jatuh ke tangan Belanda dan Kerajaan Banjar runtuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Banjar?

2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, agama Kerajaan Banjar?

3. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Banjar?

4. Bagaimana awal runtuhnya Kerajaan Banjar?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar


Kerajaan Banjar dapat dikatakan sebagai penerus kerajaan bercorak Hindu di
Kalimantan, yaitu Negara Daha. Di akhir abad ke-15, Kalimantan Selatan masih berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Sukarama, raja keempat Kerajaan
Daha. Sejarah Kerajaan Banjar pun tidak lepas dari Negara Daha. Kala itu, terjadi perebutan
takhta Negara Daha antara dua orang anak Raja Sukarama, yakni Pangeran Mangkubumi dan
Pangeran Tumenggung. Akan tetapi, Raja Sukarama berwasiat agar penerusnya ialah
cucunya, Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden
Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Maharaja
Sukarama. Wasiat Raja Sukarama membuat nyawa Raden Samudera terancam. Pasalnya,
Pangeran Tumenggung sudah sangat berambisi untuk menjadi penguasa Daha.Sadar bahwa
keselamatannya terancam, Raden Samudera kemudian memilih untuk meninggalkan istana
dan menyamar menjadi nelayan di pesisir Pantai Serapat, Kuin Belandian dan Banjar.Saat
Raden Samudera beranjak dewasa, dia bertemu dengan Patih Masih, seorang penguasa
Bandar yang sudah memeluk ajaran agama Islam.Selanjutnya, Patih Masih berunding dengan
Patih Balit, Patih Balitung, dan patih Kuin. Hasil dari perundingan itu adalah adanya
kesepakatan untuk mengangkat Raden Samudera menjadi Raja Banjar pada tahun 1526 di
Banjarmasin. Pengangkatan ini menjadi titik balik perjuangan Raden Samudra. Dia sukses
membangun kekuatan politik baru sebagai tandingan untuk mendapatkan haknya sebagai
Raja di Nagara Daha. Di sisi lain, Pangeran Tumenggung yang mendengar kabar ada
kerajaan baru di Banjarmasin, marah besar dan tak mau tinggal diam. Dia pun menyiapkan
armada perang dan mengirimnya ke Sungai Barito dan Ujung Pulau Lalak untuk menyerang
Raden Samudera.Untuk menghadapi serangan tersebut, Raden Samudera meminta saran dari
Patih Masih, mengingat armada Kerajaan Banjar masih belum mampu melawan pasukan
Pangeran Tumenggung. Patih kemudian menyarankan kepada Raden Samudera untuk
meminta bantuan kepada Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Sultan Trenggana.
Kerajaan Demak bersedia membantu Kerajaan Banjar asalkan Raja beserta rakyatnya
bersedia memeluk agama Islam. Raden Samudera pun menyanggupi syarat tersebut dan
Kerajaan Demak mengirimkan seribu pasukan bersenjata serta penghulu bernama Khatib
Dayaan untuk mengislamkan masyarakat Banjar. Dengan bantuan tersebut, pasukan Pangeran
Tumenggung dapat dikalahkan dan Kerajaan Daha jatuh ke tangan Raden Samudera. Sejak
saat itu, Kesultanan Banjar berdiri dan daerah-daerah lain mulai tunduk. Pada 1526, Raden
Samudera memindahkan rakyat Negara Daha ke Kuin, Banjarmasin, sebagai pusat
pemerintahan dan mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Kesultanan Banjar dengan gelar
Sultan Suriansyah. Setelah Sultan Suriansyah wafat pada 1545, takhta kerajaan kemudian
diambil alih oleh Sultan Rahmatullah, yang berkuasa antara 1545-1570 M. Sistem
pemerintahan Kesultanan Banjar masih mengikuti pendahulunya, Negara Daha.
Jabatan raja diturunkan pada keturunannya atau pewaris yang sah, sedangkan jabatan
tertinggi setelah raja adalah perdana menteri yang bergelar mangkubumi. Melihat sejarahnya,
pengaruh agama Islam oleh Khatib Dayan dari Kesultanan Demak di Banjar menjadi sangat
dominan. Hal ini terbukti dari peninggalan Kesultanan Banjar berupa masjid yang memiliki
ragam arsitektur menyerupai masjid agung Demak.

Gambar 1.1. Masjid Sultan Suriansyah


(Sumber: Rindu Masjid)

B. Kehidupan Politik, Sosial, Agama Kerajaan Banjar

1.Kehidupan Politik Kerajaan Banjar


Sejak awal didirikanya kesultanan banjar telah menjalin ikatan dengan
kesultanan Demak di Jawa. Hubungan tersebut adalah salah satu sikap politik yang diambil
oleh Sultan Samudra untuk menghindari ancama dari luar misalnya penduduk pedalaman
Kalimantan Selatan. Selain itu sikap yang menempatkan agama Islam sebagai agama resmi di
Banjar hal tersebut agar Kesultanan Banjar mudah dalam menjalin hubungan dengan kerajaan
Islam di Nusantara. Dan sistem pemerintahan Banjar mirip dengan sistem kesultanan di Jawa
yang mana kraton merupakan miniatur kosmis yang raja atau sultan sebagai pusatnya. Raja
diganti oleh puteranya, sedangkan jabatan Mangkubumi (jabatan tertinggi setelah raja)
diputuskan dari rakyat biasa yang mempunyai jasa besar terhadap kerajaan. Saudara raja
dapat menjadi Adipati (raja kecil di daerah kekuasaan/taklukan) tetapi mereka tetap di bawah
Mangkubumi. Kaum bangsawan yang bergelar Pangeran dan Raden boleh selalu ikut serta
dalam sidang membicarakan masalah negara dan ikut serta memberikan kesejahteraan bagi
rakyat. Mangkubumi dalam perkembangannya disebut juga Perdana Menteri kemudian
berkembang pula sebutan Wazir, ketiga sebutan ini memiliki tingkat jabatan yang sama
hanya berbeda nama. Sebutan untuk sultan dalam penyebutan acara resmi adalah Yang Mulia
Paduka Seri Sultan. Calon pengganti Sultan disebut Pangeran Mahkota, pada masa
pemerintahan Sultan Adam disebut Sultan Muda.
Sistem pemerintahan kesultanan banjar juga mengatur tentang perdagangan di
banjar,dimana sultan mengangkat seorang kepala pelabuhan yang sering di sebut dengan kiai
pelabuahan yanag mengatur perdagangan dalan wilayah banjar dan seorang Syahbandar yang
mengatur perdagangan luar negeri.

Dan menurut Amir hasan kiai bondan (yang di kutif di dalam edham ae al eds 2003 di
melayu .com) pada saat banjar di perintah oleh Sultan Adam Al Wasik Billah (awal abad 19)
terjadi perubahan sistem pemerintahan yang menghasilkan beberapa jabatan yaitu:

a. Mufti adalah hakim tertinggi


b. Qadi adalah kepala urusan agama
c. Penghulu adalah hakim rendah
d. Lurah adalah pembantu lalawangan (kepala distrik)
e. Pembakal adalah kepala kampung
f. Mentri adalah orang yangberjasa
g. Tutliakampung adalah orang yang terkemuka
h. Panakwan adalah orang kepercayaan sulatan yang bebas dari pajak.

Sistem politik Elite Birokrasi sudah diterapkan di Kerajaan Banjar ini. Di mana setiap
daerah kekuasaan sudah memiliki pemimpin sendiri-sendiri. Ada Adipati yanng membawahi
provinsi, Lalawangan atau lurah, dan juga pambakal yang memimpin desa. Dari segi
keamanan, sistem politik yang digunakan adalah membentuk pasukan yang diberi nama
Mamagasari. Dalam satu keanggotaan terdiri dari 40 jiwa. Itu untuk keamanan rakyat, kalau
khusus keamanan keraton, nama pasukannya adalah Sarawisa dengan anggota 50 jiwa.
Pemidahan pusat pemerintahan juga dilakukan oleh pembesar Kerajaan Banjar. Di mana ini
adalah taktik untuk memajukan kerajaan. Dulu pusat pemerintahan Banjar ada di
Banjarmasin, lalu pada tahun 1612 pindah ke Pemakuan. Dirasa masih belum berkembang
dan oleh raja yang baru, pusat pemerintahan lalu dipindah ke Tambangan di tahun 1622.
Terakhir berada di Martapura sejak 1632. Diduga Martapura adalah lokasi terkahir, ternyata
masih ada Sungai Pangeran, Kayu Tangi, Sungai Mesa, Karang Intan, dan Amuntai yang
disinggahi sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Banjar.

Gambar 1.2. Keraton Banjar


(Sumber: Wikipedia)
2. Kehidupan Sosial Kerajaan Banjar
Dalam masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi
tiga piramid. Lapisan teratas adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas.
Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para
pemuka agama yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara
golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain sebagainya.
Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada
abad-16 sampai abad-17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk
mencapai suatu kemakmuran kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang
strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada merupakan komoditas
ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Dalam hal industri, Kerajaan Banjar juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam
dan besi ini terdapat di daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam
seperti perunggu, yang dapat menghasilkan bermacam barang-barang untuk di ekspor. Sejak
abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya,
seperti golok, kapak, cangkul dan lain-lain. Selain itu, keahlian membuat kendi sebagai
bentuk kerajinan yang telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani.
Kemudian dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok,
tukang sirap, dan lain sebagainya.

3. Kehidupan Agama Kerajaan Banjar


Sultan Suriansyah adalah raja pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya
agama resmi kerajaan. Tetapi, hukum Islam belum melembaga dalam pemerintahan. Karena
pada saat itu belum ada ulama yang mendampinginya. Setelah Sultan Tahmidullah II
berkuasa, barulah hukum Islam itu melembaga. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan
dalam pemerintahan, terutama setelah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari datang dari
Mekkah. Ia sangat disegani oleh sultan karena kedalaman ilmunya. Kitab Sabilul Muhtadin
yang ditulis atas permintaan sultan yang berkuasa pada saat itu dijadikan pedoman hukum
meskipun masih terbatas dalam bidang-bidang tertentu, seperti hukum waris dan pernikahan.
Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam
masyarakat Banjar ajaran fiqh dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi
hukum adat rakyat. Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk
Mahkamah Syari’ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang
mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum. Dalam penyebaran dan
islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan.
Ia adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak
mengirimnya adalah untuk mengislamkan orang Banjar.

C. Masa Kejayaan Kerajaan Banjar


Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17
dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau
Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan Banjar
membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus
Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban pada tahun 1615
untuk menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya, tetapi
gagal karena mendapat perlawanan yang sengit. Sultan Agung dari Mataram (1613–1646),
mengembangkan kekuasaannya atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhan-pelabuhan
pantai utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura (1924) dan
Surabaya (1625). Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program penjajahannya
terhadap kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau Kalimantan, dan Sultan
Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan Sukadana tahun 1622. Seiring dengan hal
itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk
menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana,
Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai,
Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari kerajaan
Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636. Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap
menghadapi serangan Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana
serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi migrasi
dari pulau Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi politik Sultan Agung.
Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang sangat besar sehingga pelabuhan-
pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat difusi kebudayaan Jawa. Disamping
menghadapi rencana serbuan-serbuan dari Mataram, kesultanan Banjarmasin juga harus
menghadapi kekuatan Belanda. Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan
perdamaian setelah hubungan yang tegang selama bertahun-tahun. Perang Makassar (1660-
1669) menyebabkan banyak pedagang pindah dari Somba Opu, pelabuhan kesultanan Gowa
ke Banjarmasin. Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebut doit. Sebelum dibagi
menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah asal Kesultanan Banjar meliputi provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan
Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan
Kesultanan Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya bergelar
Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar Sultan. Kesultanan-
kesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk Kesultanan Pasir
yang ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda. Kesultanan Banjarmasin merupakan
kerajaan terkuat di pulau Kalimantan. Sultan Banjar menggunakan perkakas kerajaan yang
bergaya Hindu.
D. Masa Awal Runtuhnya Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah
kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu
juga dapat mengakibatkan perpecahan di kalangan istana. Kehadiran pihak Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa
unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan
dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu
penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda. Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan
pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial
dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak
yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di
wilayah Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang
Banjar”. Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama
berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari
tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir
dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat
Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang
telah berdiri sejak tahun 1520.

Kesultanan Banjar mengalami kemunduran karena intervensi pemerintahan kolonial


Belanda. Wilayah Kesultanan Banjar yang kaya akan batu bara menjadi incaran pemerintah
kolonial apalagi batu bara menjadi komoditas strategis di masa revolusi industri. Pemerintah
kolonial Belanda banyak menyelesaikan sengketa-sengketa di Kesultanan Banjar dengan jasa
tersebut pemerintah kolonial semakin mengatur internal Kesultanan Banjar. Kondisi ini
memuncak ketika Pangeran Hidayatullah II dicurangi oleh Belanda sehingga tidak menjadi
sultan, Antasari membela sang pangeran. Pangeran Hidayatullah II yang usianya jauh lebih
muda dianggap Antasari layak dan sah menjadi sultan. Belanda lebih suka mengangkat
Pangeran Tamjidillah II karena memberikan konsesi batu bara yang lebih besar. Pada 18
April 1859, Pangeran Antasari memimpin penyerangan benteng dan tambang batubara
Belanda di Pengaron dan pecahlah perang Banjar. Pasca Perang Banjar berakhir
pemerintahan kolonial belanda menghapus penuh kedaulatan Kesultanan Banjar. Dengan
demikian, keruntuhan kesultanan Banjar dikarenakan adanya intervensi pemerintah kolonial
Belanda yang besar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam pertama di Kalimantan. Kerajaan ini
merupakankelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Berdirinya Kerajaan Banjar
karena adanya perebutan kekuasaan antara putera mahkota yang sah dengan pamannya, yang
terkenal dengan “Hikayat Banjar”. Sultan pertama Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah,
yang menjadikan Islam

sebagai agama resmi kerajaan.Budaya yang berkembang pada masa Kerajaan ini
bercorak Islam. Karena pemerintah sendiripunsangat memberi perhatian kepada Islam dan
hukum-hukumnya. Hukum-hukum Islam terbentuk atas bantuan ulama-ulama, yang terkenal
yakni Syeikh al-Banjari. Kerajaan Banjar dari masa ke masa terus berkembang, tetapi masa
kejayaan itu melemah dengan kedatangannya Belanda ke Kalimantan.

B. Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Banjar di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka
kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku
dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan
dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin
kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu
marilah kita bersama-sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/10097213

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/25/204144279/sejarah-berdirinya-
kesultanan-banjar?page=all

https://voi.id/memori/40993/kerajaan-banjar-sejarah-pendiri-masa-jaya-dan-raja

https://sejarahnasionalindonesiaiii.blogspot.com/2013/11/kesultaan-banjar.html

https://brainly.co.id/tugas/29458727

https://www.dosenpendidikan.co.id/kerajaan-banjar/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#:~:text=Kesultanan%20Banjar%20mulai
%20mengalami%20masa,membayar%20upeti%20pada%20kerajaan%20Banjarmasin

https://www.dosenpendidikan.co.id/kerajaan-banjar/

https://roboguru.ruangguru.com/question/kemunduran-kerajaan-banjar-terjadi-akibat-dari-
_QU-RY7Q1DEK

https://id.scribd.com/document/384026987/Makalah-Kerajaan-Banjar
BIODATA DIRI

• Nama lengkap : Arya Rafa Junaedi

• Nama panggilan : Arya

• Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 7 Juli 2007

• Agama : Islam

• Alamat : Jalan Lawet no.11 RT01/RW05 Slarang, Kesugihan

• Nomor telepon : 085759301335

• Hobi : Traveling, Menggambar

• Cita-cita : Pengusaha

• Sosial media : IG @aryarfajun77_


https://prezi.com/p/zdm-zh7ysyzx/proposal-proyek-penguatan-profil-pelajar-pancasila-10b/?
webgl=0 PROPOSAL
GAYA HIDUP BERKELANJUTAN
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Kelas : XE 5

SMA NEGERI 1 ADIPALA


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN CILACAP
2022/2023

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehinga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Kerajaan Banjar ini sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliah
menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk
itu sudah sepantasnya kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya buat
mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses pembuatan makalah Kerajaan
Mataram Islam ini dari awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan
luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah Kerajaan
Banjar ini kedepannya.

Akhirnya, besar harapan kami makalah Kerajaan Banjar ini dapat memberikan manfaat
yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Cilacap, 5 Oktober 2022


Penyusun

Arya Rafa Junaedi

DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar....................................................................................2
B. Kehidupan Politik, Sosial, Agama Kerajaan Banjar.............................................................3
1. Kehidupan Politik Kerajaan Banjar..................................................................................3
2. Kehidupan Sosial Kerajaan Banjar..................................................................................5
3. Kehidupan Agama Kerajaan Banjar................................................................................5
C. Masa Kejayaan Kerajaan Banjar.........................................................................................5
D. Masa Awal Runtuhnya Kerajaan Banjar.............................................................................7
BAB III......................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BIODATA DIRI.....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
C. Latar Belakang
Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat
Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah
Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh
Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden
Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada saat
berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Kesultanan Banjar mulai mengalami masa
kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang,yang di
pimpin oleh Sultan Mustain Billah . Faktor penyebabnya karena telah dikalahkannya Sultan
Muhammad Seman oleh Belanda pada tahun 1905, praktis seluruh wilayah kerajaan Banjar
jatuh ke tangan Belanda dan Kerajaan Banjar runtuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Banjar?

2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, agama Kerajaan Banjar?

3. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Banjar?

4. Bagaimana awal runtuhnya Kerajaan Banjar?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar


Kerajaan Banjar dapat dikatakan sebagai penerus kerajaan bercorak Hindu di
Kalimantan, yaitu Negara Daha. Di akhir abad ke-15, Kalimantan Selatan masih berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Sukarama, raja keempat Kerajaan
Daha. Sejarah Kerajaan Banjar pun tidak lepas dari Negara Daha. Kala itu, terjadi perebutan
takhta Negara Daha antara dua orang anak Raja Sukarama, yakni Pangeran Mangkubumi dan
Pangeran Tumenggung. Akan tetapi, Raja Sukarama berwasiat agar penerusnya ialah
cucunya, Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden
Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Maharaja
Sukarama. Wasiat Raja Sukarama membuat nyawa Raden Samudera terancam. Pasalnya,
Pangeran Tumenggung sudah sangat berambisi untuk menjadi penguasa Daha.Sadar bahwa
keselamatannya terancam, Raden Samudera kemudian memilih untuk meninggalkan istana
dan menyamar menjadi nelayan di pesisir Pantai Serapat, Kuin Belandian dan Banjar.Saat
Raden Samudera beranjak dewasa, dia bertemu dengan Patih Masih, seorang penguasa
Bandar yang sudah memeluk ajaran agama Islam.Selanjutnya, Patih Masih berunding dengan
Patih Balit, Patih Balitung, dan patih Kuin. Hasil dari perundingan itu adalah adanya
kesepakatan untuk mengangkat Raden Samudera menjadi Raja Banjar pada tahun 1526 di
Banjarmasin. Pengangkatan ini menjadi titik balik perjuangan Raden Samudra. Dia sukses
membangun kekuatan politik baru sebagai tandingan untuk mendapatkan haknya sebagai
Raja di Nagara Daha. Di sisi lain, Pangeran Tumenggung yang mendengar kabar ada
kerajaan baru di Banjarmasin, marah besar dan tak mau tinggal diam. Dia pun menyiapkan
armada perang dan mengirimnya ke Sungai Barito dan Ujung Pulau Lalak untuk menyerang
Raden Samudera.Untuk menghadapi serangan tersebut, Raden Samudera meminta saran dari
Patih Masih, mengingat armada Kerajaan Banjar masih belum mampu melawan pasukan
Pangeran Tumenggung. Patih kemudian menyarankan kepada Raden Samudera untuk
meminta bantuan kepada Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Sultan Trenggana.
Kerajaan Demak bersedia membantu Kerajaan Banjar asalkan Raja beserta rakyatnya
bersedia memeluk agama Islam. Raden Samudera pun menyanggupi syarat tersebut dan
Kerajaan Demak mengirimkan seribu pasukan bersenjata serta penghulu bernama Khatib
Dayaan untuk mengislamkan masyarakat Banjar. Dengan bantuan tersebut, pasukan Pangeran
Tumenggung dapat dikalahkan dan Kerajaan Daha jatuh ke tangan Raden Samudera. Sejak
saat itu, Kesultanan Banjar berdiri dan daerah-daerah lain mulai tunduk. Pada 1526, Raden
Samudera memindahkan rakyat Negara Daha ke Kuin, Banjarmasin, sebagai pusat
pemerintahan dan mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Kesultanan Banjar dengan gelar
Sultan Suriansyah. Setelah Sultan Suriansyah wafat pada 1545, takhta kerajaan kemudian
diambil alih oleh Sultan Rahmatullah, yang berkuasa antara 1545-1570 M. Sistem
pemerintahan Kesultanan Banjar masih mengikuti pendahulunya, Negara Daha.
Jabatan raja diturunkan pada keturunannya atau pewaris yang sah, sedangkan jabatan
tertinggi setelah raja adalah perdana menteri yang bergelar mangkubumi. Melihat sejarahnya,
pengaruh agama Islam oleh Khatib Dayan dari Kesultanan Demak di Banjar menjadi sangat
dominan. Hal ini terbukti dari peninggalan Kesultanan Banjar berupa masjid yang memiliki
ragam arsitektur menyerupai masjid agung Demak.

Gambar 2.1. Masjid Sultan Suriansyah


(Sumber: Rindu Masjid)

D. Kehidupan Politik, Sosial, Agama Kerajaan Banjar

1.Kehidupan Politik Kerajaan Banjar


Sejak awal didirikanya kesultanan banjar telah menjalin ikatan dengan
kesultanan Demak di Jawa. Hubungan tersebut adalah salah satu sikap politik yang diambil
oleh Sultan Samudra untuk menghindari ancama dari luar misalnya penduduk pedalaman
Kalimantan Selatan. Selain itu sikap yang menempatkan agama Islam sebagai agama resmi di
Banjar hal tersebut agar Kesultanan Banjar mudah dalam menjalin hubungan dengan kerajaan
Islam di Nusantara. Dan sistem pemerintahan Banjar mirip dengan sistem kesultanan di Jawa
yang mana kraton merupakan miniatur kosmis yang raja atau sultan sebagai pusatnya. Raja
diganti oleh puteranya, sedangkan jabatan Mangkubumi (jabatan tertinggi setelah raja)
diputuskan dari rakyat biasa yang mempunyai jasa besar terhadap kerajaan. Saudara raja
dapat menjadi Adipati (raja kecil di daerah kekuasaan/taklukan) tetapi mereka tetap di bawah
Mangkubumi. Kaum bangsawan yang bergelar Pangeran dan Raden boleh selalu ikut serta
dalam sidang membicarakan masalah negara dan ikut serta memberikan kesejahteraan bagi
rakyat. Mangkubumi dalam perkembangannya disebut juga Perdana Menteri kemudian
berkembang pula sebutan Wazir, ketiga sebutan ini memiliki tingkat jabatan yang sama
hanya berbeda nama. Sebutan untuk sultan dalam penyebutan acara resmi adalah Yang Mulia
Paduka Seri Sultan. Calon pengganti Sultan disebut Pangeran Mahkota, pada masa
pemerintahan Sultan Adam disebut Sultan Muda.
Sistem pemerintahan kesultanan banjar juga mengatur tentang perdagangan di
banjar,dimana sultan mengangkat seorang kepala pelabuhan yang sering di sebut dengan kiai
pelabuahan yanag mengatur perdagangan dalan wilayah banjar dan seorang Syahbandar yang
mengatur perdagangan luar negeri.

Dan menurut Amir hasan kiai bondan (yang di kutif di dalam edham ae al eds 2003 di
melayu .com) pada saat banjar di perintah oleh Sultan Adam Al Wasik Billah (awal abad 19)
terjadi perubahan sistem pemerintahan yang menghasilkan beberapa jabatan yaitu:

a. Mufti adalah hakim tertinggi


b. Qadi adalah kepala urusan agama
c. Penghulu adalah hakim rendah
d. Lurah adalah pembantu lalawangan (kepala distrik)
e. Pembakal adalah kepala kampung
f. Mentri adalah orang yangberjasa
g. Tutliakampung adalah orang yang terkemuka
h. Panakwan adalah orang kepercayaan sulatan yang bebas dari pajak.

Sistem politik Elite Birokrasi sudah diterapkan di Kerajaan Banjar ini. Di mana setiap
daerah kekuasaan sudah memiliki pemimpin sendiri-sendiri. Ada Adipati yanng membawahi
provinsi, Lalawangan atau lurah, dan juga pambakal yang memimpin desa. Dari segi
keamanan, sistem politik yang digunakan adalah membentuk pasukan yang diberi nama
Mamagasari. Dalam satu keanggotaan terdiri dari 40 jiwa. Itu untuk keamanan rakyat, kalau
khusus keamanan keraton, nama pasukannya adalah Sarawisa dengan anggota 50 jiwa.
Pemidahan pusat pemerintahan juga dilakukan oleh pembesar Kerajaan Banjar. Di mana ini
adalah taktik untuk memajukan kerajaan. Dulu pusat pemerintahan Banjar ada di
Banjarmasin, lalu pada tahun 1612 pindah ke Pemakuan. Dirasa masih belum berkembang
dan oleh raja yang baru, pusat pemerintahan lalu dipindah ke Tambangan di tahun 1622.
Terakhir berada di Martapura sejak 1632. Diduga Martapura adalah lokasi terkahir, ternyata
masih ada Sungai Pangeran, Kayu Tangi, Sungai Mesa, Karang Intan, dan Amuntai yang
disinggahi sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Banjar.

Gambar 2.2. Keraton Banjar


(Sumber: Wikipedia)
2. Kehidupan Sosial Kerajaan Banjar
Dalam masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi
tiga piramid. Lapisan teratas adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas.
Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para
pemuka agama yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara
golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain sebagainya.
Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada
abad-16 sampai abad-17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk
mencapai suatu kemakmuran kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang
strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada merupakan komoditas
ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Dalam hal industri, Kerajaan Banjar juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam
dan besi ini terdapat di daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam
seperti perunggu, yang dapat menghasilkan bermacam barang-barang untuk di ekspor. Sejak
abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya,
seperti golok, kapak, cangkul dan lain-lain. Selain itu, keahlian membuat kendi sebagai
bentuk kerajinan yang telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani.
Kemudian dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok,
tukang sirap, dan lain sebagainya.

3. Kehidupan Agama Kerajaan Banjar


Sultan Suriansyah adalah raja pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya
agama resmi kerajaan. Tetapi, hukum Islam belum melembaga dalam pemerintahan. Karena
pada saat itu belum ada ulama yang mendampinginya. Setelah Sultan Tahmidullah II
berkuasa, barulah hukum Islam itu melembaga. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan
dalam pemerintahan, terutama setelah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari datang dari
Mekkah. Ia sangat disegani oleh sultan karena kedalaman ilmunya. Kitab Sabilul Muhtadin
yang ditulis atas permintaan sultan yang berkuasa pada saat itu dijadikan pedoman hukum
meskipun masih terbatas dalam bidang-bidang tertentu, seperti hukum waris dan pernikahan.
Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam
masyarakat Banjar ajaran fiqh dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi
hukum adat rakyat. Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk
Mahkamah Syari’ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang
mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum. Dalam penyebaran dan
islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan.
Ia adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak
mengirimnya adalah untuk mengislamkan orang Banjar.

C. Masa Kejayaan Kerajaan Banjar


Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17
dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau
Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan Banjar
membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus
Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban pada tahun 1615
untuk menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya, tetapi
gagal karena mendapat perlawanan yang sengit. Sultan Agung dari Mataram (1613–1646),
mengembangkan kekuasaannya atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhan-pelabuhan
pantai utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura (1924) dan
Surabaya (1625). Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program penjajahannya
terhadap kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau Kalimantan, dan Sultan
Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan Sukadana tahun 1622. Seiring dengan hal
itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk
menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana,
Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai,
Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari kerajaan
Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636. Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap
menghadapi serangan Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana
serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi migrasi
dari pulau Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi politik Sultan Agung.
Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang sangat besar sehingga pelabuhan-
pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat difusi kebudayaan Jawa. Disamping
menghadapi rencana serbuan-serbuan dari Mataram, kesultanan Banjarmasin juga harus
menghadapi kekuatan Belanda. Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan
perdamaian setelah hubungan yang tegang selama bertahun-tahun. Perang Makassar (1660-
1669) menyebabkan banyak pedagang pindah dari Somba Opu, pelabuhan kesultanan Gowa
ke Banjarmasin. Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebut doit. Sebelum dibagi
menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah asal Kesultanan Banjar meliputi provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan
Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan
Kesultanan Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya bergelar
Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar Sultan. Kesultanan-
kesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk Kesultanan Pasir
yang ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda. Kesultanan Banjarmasin merupakan
kerajaan terkuat di pulau Kalimantan. Sultan Banjar menggunakan perkakas kerajaan yang
bergaya Hindu.
D. Masa Awal Runtuhnya Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah
kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu
juga dapat mengakibatkan perpecahan di kalangan istana. Kehadiran pihak Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa
unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan
dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu
penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda. Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan
pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial
dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak
yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di
wilayah Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang
Banjar”. Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama
berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari
tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir
dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat
Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang
telah berdiri sejak tahun 1520.

Kesultanan Banjar mengalami kemunduran karena intervensi pemerintahan kolonial


Belanda. Wilayah Kesultanan Banjar yang kaya akan batu bara menjadi incaran pemerintah
kolonial apalagi batu bara menjadi komoditas strategis di masa revolusi industri. Pemerintah
kolonial Belanda banyak menyelesaikan sengketa-sengketa di Kesultanan Banjar dengan jasa
tersebut pemerintah kolonial semakin mengatur internal Kesultanan Banjar. Kondisi ini
memuncak ketika Pangeran Hidayatullah II dicurangi oleh Belanda sehingga tidak menjadi
sultan, Antasari membela sang pangeran. Pangeran Hidayatullah II yang usianya jauh lebih
muda dianggap Antasari layak dan sah menjadi sultan. Belanda lebih suka mengangkat
Pangeran Tamjidillah II karena memberikan konsesi batu bara yang lebih besar. Pada 18
April 1859, Pangeran Antasari memimpin penyerangan benteng dan tambang batubara
Belanda di Pengaron dan pecahlah perang Banjar. Pasca Perang Banjar berakhir
pemerintahan kolonial belanda menghapus penuh kedaulatan Kesultanan Banjar. Dengan
demikian, keruntuhan kesultanan Banjar dikarenakan adanya intervensi pemerintah kolonial
Belanda yang besar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam pertama di Kalimantan. Kerajaan ini
merupakankelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Berdirinya Kerajaan Banjar
karena adanya perebutan kekuasaan antara putera mahkota yang sah dengan pamannya, yang
terkenal dengan “Hikayat Banjar”. Sultan pertama Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah,
yang menjadikan Islam

sebagai agama resmi kerajaan.Budaya yang berkembang pada masa Kerajaan ini
bercorak Islam. Karena pemerintah sendiripunsangat memberi perhatian kepada Islam dan
hukum-hukumnya. Hukum-hukum Islam terbentuk atas bantuan ulama-ulama, yang terkenal
yakni Syeikh al-Banjari. Kerajaan Banjar dari masa ke masa terus berkembang, tetapi masa
kejayaan itu melemah dengan kedatangannya Belanda ke Kalimantan.

B. Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Banjar di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka
kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku
dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan
dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin
kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu
marilah kita bersama-sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/10097213

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/25/204144279/sejarah-berdirinya-
kesultanan-banjar?page=all

https://voi.id/memori/40993/kerajaan-banjar-sejarah-pendiri-masa-jaya-dan-raja

https://sejarahnasionalindonesiaiii.blogspot.com/2013/11/kesultaan-banjar.html

https://brainly.co.id/tugas/29458727

https://www.dosenpendidikan.co.id/kerajaan-banjar/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#:~:text=Kesultanan%20Banjar%20mulai
%20mengalami%20masa,membayar%20upeti%20pada%20kerajaan%20Banjarmasin

https://www.dosenpendidikan.co.id/kerajaan-banjar/

https://roboguru.ruangguru.com/question/kemunduran-kerajaan-banjar-terjadi-akibat-dari-
_QU-RY7Q1DEK

https://id.scribd.com/document/384026987/Makalah-Kerajaan-Banjar
BIODATA DIRI

• Nama lengkap : Arya Rafa Junaedi

• Nama panggilan : Arya

• Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 7 Juli 2007

• Agama : Islam

• Alamat : Jalan Lawet no.11 RT01/RW05 Slarang, Kesugihan

• Nomor telepon : 085759301335

• Hobi : Traveling, Menggambar

• Cita-cita : Pengusaha

• Sosial media : IG @aryarfajun77_

Anda mungkin juga menyukai