Anda di halaman 1dari 36

KELOMPOK 1 STUBAN 6C

o KAJIAN PENDEKATAN SOSILOGIS, FILOSOFIS, DAN SEJARAH TENTANG


BANTEN MASA LALU
o BERDIRINYA BANTEN DARI PEMERINTAHAN TRADISIONAL
o PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI ASPEK SEJARAH, PENDIDIKAN,
EKONOMI, DAN SOSIAL BUDAYA
ANGGOTA KELOMPOK

THOBY NUSABAHARI RYAN OCTAVIAN M. ZAKI AMINI


(1111170209) (1111170146) (1111170036)
ANGGOTA KELOMPOK

TANGGUH PERMANA MUHAMMAD FAUZAN GESTI NADILA


(1111170135) (1111170345) (1111170047)
ANGGOTA KELOMPOK

EGI YUSTIANDI JERICO IDOLA YUDIKA


(1111170234) (1111170157)
KAJIAN PENDEKATAN
SOSILOGIS, FILOSOFIS, DAN
SEJARAH TENTANG BANTEN
MASA LALU
KAJIAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS,
FILOSOFIS, DAN SEJARAH TENTANG
BANTEN MASA LALU
SOSIOLOGIS FILOSOFIS SEJARAH
1. Masyarakat Banten memiliki sifat 1. Masyarakat Banten sangat kental 1. Banten terkenal dengan
yang multikultural. Ini bisa dilihat dengan aktivitas keagamaan. pelabuhannya yang sangat
dari letak geografis Banten itu Aktivitas keagamaan yang paling besar. Pelabuhan di Banten ini
sendiri, dimana terletak pada menonjol ialah agama Islam. Ini terbesar kedua setelah
bisa dilihat dari banyaknya Pelabuhan Sunda Kelapa.
perbatasan 2 tradisi utama ulama-ulama yang ilmiah dan Pelabuhan tersebut juga
Nusantara, yakni tradisi Kerajaan bersifat pejuang yang berasal awalnya dikenal milik Kerajaan
Jawa dan tempat Perdagangan dari Banten. Misalnya saja Syekh Pajajaran. Pelabuhan di Banten
Bangsa Melayu. Nawawi Al-Bantani. Adapun awal terkenal mulai abad ke-12
masuknya Islam di Banten yakni sampai dengan abad ke-15
pada 1524-1525 M, yang mana (masih di bawah Kerajaan
berbarengan dengan munculnya Pajajaran).
2. Masyarakat Banten oleh karena kerajaan bercorak Islam, setelah
situasi dan kondisi yang ada, sebelumnya dari kerajaan Sunda. 2. Wilayah geografis Banten
maka terfokus pada aktivitas potensial akan kekayaan laut,
perdagangan dan pertanian. 2. Masyarakat Banten kental serta bahan-bahan non-migas
dengan hubungan perdagangan yang menjadi komoditi ekspor
dan pertanian. Banten.
BERDIRINYA BANTEN
DARI PEMERINTAHAN
TRADISIONAL
“DARI RAJA
MENJADI
GUBERNUR”
BERDIRINYA BANTEN DARI
PEMERINTAHAN TRADISIONAL
PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN
TRADISIONAL TRADISIONAL-MODERN
• Kerajaan sejak tahun 1420 (adanya • Pada tahun 1854, wilayah Banten
laporan berita Cina). Pada 1638, dibagi atas 4 kabupaten (Banten
mulai dikenal gelar “Sultan”. Utara, Banten Barat, Banten
• Dari tahun 1602-1799, berada di Tengah, Banten Selatan).
bawah kekuasaan Belanda (VOC). • Pada tahun 1926, wilayah Banten
Diseling oleh Inggris (1811-1816), termasuk ke dalam Jawa Barat, di
kemudian Belanda kembali sejak samping adanya wilayah Jawa
1816. Tengah dan Jawa Timur.
“DARI RAJA
MENJADI
GUBERNUR”
BERDIRINYA BANTEN DARI
PEMERINTAHAN TRADISIONAL
PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN
MODERN MODERN
• Dengan kemerdekaan Indonesia • Hingga pada akhirnya, setelah
pada tahun 1945, wilayah Banten hampir 50 tahun lamanya, tepatnya
terhimpun ke dalam Jawa Barat. pada tanggal 4 Oktober 2000 pukul
• Oleh adanya Konstitusi RIS pada 13.30 WIB, dengan berdasarkan
tahun 1949, wilayah Banten pada UU 23/2000, Banten resmi
terhimpun ke dalam Negara menjadi provinsi ke-30 RI, dengan
Pasundan. rincian 4 kabupaten, 4 kota, 154
• Setahun berselang, yakni tahun kecamatann, 262 kelurahan, dan
1950, wilayah Banten kembali ke 1273 desa, seluas 9.160,70 km2.
dalam Jawa Barat.
PEMERINTAHAN
KESULTANAN DARI ASPEK
SEJARAH, PENDIDIKAN,
EKONOMI, DAN SOSIAL
BUDAYA
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK SEJARAH

• Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri


di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun
1526, ketika Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan
menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian
menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan
perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara
Kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 m.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK SEJARAH (LANJUTAN)

• Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati berperan dalam


penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana
Hasanuddin mengembangkan benteng pertahanan yang
dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota
pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah
Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK SEJARAH (LANJUTAN)

• Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan


mencapai kejayaan yang luar biasa, yang di waktu bersamaan
penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan
pengaruhnya. Perang saudara dan persaingan dengan kekuatan
global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta
ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni
Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan
Banten akhirnya runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana
Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan
pada masa-masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak
lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia
Belanda.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK PENDIDIKAN
• Pendidikan masyarakat Banten semakin terpuruk di bawah kekuasaan
Belanda saat itu. Pendidikan yang didirikan Pemerintah Belanda tidak
terjangkau oleh masyarakat pribumi. Selain jumlah yang sangat sedikit
(hanya ada di kota-kota kewadanaan saja), juga syarat untuk dapat
belajar sangat berat, dan cenderung sengaja dipersulit dengan bermacam
persyaratan. Karena memang tujuan sesungguhnya dari didirikannya
sekolah oleh Belanda, hanyalah untuk memenuhi pekerja ambtenaryang
jumlahnya tidak perlu banyak. Rakyat pribumi sebagian besar hanya
dibutuhkan sebagai pekerja kasar yang tidak ada hubungannya dengan
menuntut ilmu di sekolah, dalam arti yang penting asal memiliki tenaga
yang kuat saja. Pondok Pesantren Pendidikan Islam yang masih ada dan
diselenggarakan oleh para ulama/kyai, inipun dilaksanakan secara
individual dan tradisional, yang dalam pelaksanaannya sangat terbatas.
Terbatas dari segi sarana, sumber dana, pengelolaan atau manajemennya,
ditambah lagi dengan kondisi yang tidak aman dari berbagai pengawasan
pemerintahan Belanda.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK PENDIDIKAN (LANJUTAN)

• Madrasah
1) Madrasah dan pesantren Mathla’ul Anwar;
2) Pondok pesantren Al-khairiyah; dan
3) Pesantren dan Madrasah Al-Djauharotunnaqiyyah Cibeber.
• Tokoh Pendidikan Islam Banten
1) Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi;
2) K.H. Asnawi Caringin Banten; dan
3) K.H. Mas Abdurahman.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK EKONOMI

• Saat berada di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten


mengalami perkembangan pesat dan menjadi bandar
perdagangan serta pusat penyebaran agama Islam, sebab letak lalu
lintas perdagangan sangat strategis dan jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis membuat para pedagang Islam tidak lagi pergi ke Selat
Malaka ,akan tetapi berpindah ke Banten dan Banten juga menjadi
pengekspor lada yang sangat penting.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK EKONOMI (LANJUTAN)

• Banten lalu semakin maju sebab dikunjungi oleh banyak pedagang


Arab, Persia, Gujarat, Cina, Turki, dan beberapa pedagang lainnya.
Sehingga di Banten akhirnya juga dibangun perkampungan seperti
asal bangsa pedagang tersebut seperti Arab yang mendirikan
Kampung Pakojan, Cina yang mendirikan Kampung Pecinan, dan
Indonesia yang mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa, dan
beberapa kampung lainnya.
PEMERINTAHAN KESULTANAN DARI
ASPEK SOSIAL BUDAYA

• Banten yang sudah di-Islamkan oleh Fatahillah di tahun 1527 lalu


mulai melandaskan hidup dengan dasar Islam dan sesudah berhasil
menaklukan Kerajaan Pajajaran. Islam semakin menguat sampai ke
pedalaman yang dikenal dengan Suku Badui, sementara mereka
yang ingin mempertahankan tradisi lama serta menolak pengaruh
Islam disebut dengan Pasundan Kawitan. Kehidupan sosial Banten
pada masa Sultan Ageng Tirtayasa sangat baik sebab Sultan sangat
perhatian dengan kesejahteraan rakyatnya. Akan tetapi saat Sultan
Ageng Tirtayasa meninggal dunia dan Belanda mulai campur tangan
kehidupan sosial masyarakat mulai merosot tajam.
PERKEMBANGAN
PERDAGANGAN PADA
MASA KESULTANAN BANTEN
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN

• Sekitar 500 tahun yang lalu, Banten pernah menjadi bandar terbesar di
pulau Jawa. Bangsa Portugis bukanlah pedagang asing pertama yang
mencari lada dan rempah-rempah lainnya di Karangantu, pelabuhan di
Banten. Karena jauh sebelumnya, mereka didahului saudagar-saudagar
Cina, Arab, Gujarat, dan Turki yang mengangkut rempah-rempah dari
bandar Karangantu yang ramai melalui Teluk Parsi. Kemudian mereka
menjualnya kepada pembeli Eropa yang sangat berhasrat.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Dalam buku "Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004", MC
Ricklefs menyatakan bahwa pada abad ke-XIV dan XV, Banten
kemungkinan secara politik telah didominasi oleh negara pedalaman
Pajajaran. Namun pada tahun 1500, tingkat perdagangan lada
internasional yang semakin berkembang memulihkan kembali
kekayaan Banten.
• Perdagangan dan pertanian merupakan tulang punggung perekonomian
Kesultanan Banten sebagai entitas kerajaan yang berada di wilayah pesisir
utara laut Jawa. Konsep perekonomian yang menekankan pada tiga pola
dasar, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi sangat dipengaruhi oleh sistem
sosial dan sistem politik atau struktur kekuasaannya.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Masa Sultan Maulana Hasanuddin
Penguasa Banten ke-2, Hasanuddin, memperluas kekuasaan Banten. Ia
melihat sumber kekayaan rempah jenis lada di Banten bisa menaikkan
perekonomian dan sekaligus kekuasaan Banten ke berbagai wilayah. Sultan
Maulana Hasanuddin yang merupakan putra Sunan Gunung Jati itu
memperluas kekuasaan ke wilayah penghasil lada di seperti Sumatera
Selatan dan Lampung. Hasanuddin memerintah Banten sekira tahun 1552-
1570.
Sebelum Banten melebarkan sayap menjadi bandar lada besar di Pulau
Jawa, Pajajaran telah menjalin kerja sama dengan wilayah lain di
Sumatera. Sultan Maulana Hasanuddin melanjutkan jalan tersebut. Terlebih
lagi, Hasanuddin memperluas kekuasaan dan disebut sebagai peletak dasar
kemakmuran Banten sebagai sebuah pelabuhan lada.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Masa Sultan Maulana Yusuf
Banten, mengalami masa jayanya pada masa Sultan Maulana Yusuf (1570-
1580). Ia putra Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kerajaan Islam Banten.
Begitu majunya perdagangan kala itu, hingga Banten menjadi tempat
penimbunan barang dari segala penjuru dunia, yang kemudian disebarkan
ke antero Nusantara. Karangantu menjadi Pelabuhan Banten utama sebagai
pintu gerbang dan tempat yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari
berbagai daerah.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Singkatnya, situasi perdagangan di Pelabuhan Internasional Karangantu
ialah sebagai berikut. Pedagang dari Cina membawa uang kepeng,
terbuat dari timah hitam yang juga disebut picis. Dengan jung-jung yang
tidak hentinya berdatangan ke Banten, mereka membawa porselen, sutera,
bludru, benang emas, kain sulaman, jarum, sisir, payung, kertas, dan
berbagai barang lainnya. Orang Arab dan Persia membawa permata dan
obat-obatan.
• Pedagang Gujarat (India) menjual kain, kapas, dan sutra. Orang Portugis
membawa kain dari Eropa dan India. Para pedagang ini kembalinya ke
negara mereka membawa lada dan rempah-rempah, yang mereka beli
dari para pedagang yang berdatangan dari Nusantara ke Banten.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Masa Sultan Maulana Muhammad
Sultan Maulana Muhammad (tahun 1580-1596) berniat untuk
mengembangkan perniagaan Kesultanan Banten dengan cara menguasai
rute pelayaran dari dan ke Selat Malaka, namun sebelum upaya tersebut
berhasil beliau lebih dahulu meninggal dunia di Palembang.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Masa Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir
Sultan Abdul Mufakhir dapat bersikap tegas misalnya ia menolak mentah-
mentah kemauan VOC Belanda yang hendak memaksakan monopoli
perdagangan di Banten. Keinginan VOC untuk melakukan monopoli
perdagangan lada merupakan sumber konflik antara Banten dan VOC.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Masa Sultan Abul Ma’ali Ahmad
Sultan Abul Ma’ali Ahmad berjasa mengedarkan uang Banten yang dibuat
dari besi dan timah. Beliau meninggal lebih dulu daripada ayahnya yakni
pada tahun 1650, sehingga hak kepewarisan tahta jatuh kepada anak beliau
atau cucu dari Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir, yakni kepada
Pangeran Surya yang bergelar Sultan Abul Fath Abdul Fattah alias Sultan
Ageng Tirtayasa.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Masa Sultan Ageng Tirtayasa
Pada saat kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa (tahun 1651-1683), Kerajaan
Islam Banten mencapai zaman keemasan. Pada masa itu, Banten merupakan
kerajaan Islam dengan perdagangan yang tersebar luas melintasi sekat
kebangsaan. Sultan Ageng Tirtayasa membangun armada kapal modern
mengadopsi model Eropa untuk mendukung perdaganan melalui jalur laut.
Kapal-kapal tersebut aktif berlayar untuk melakukan perdagangan dengan
wilayah-wilayah di Nusantara.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Selain dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, Banten menjalin
perdagangan dengan bangsa lain yaitu Persia, India, Siam, Vietnam,
Filipina, dan Jepang. Perdagangan-perdagangan jarak jauh tersebut
dilakukan kerajaan Banten melalui bantuan pihak Inggris, Denmark, dan
Cina.
• Selain memperkuat perekonomian kerajaan dengan perdagangan, Sultan
Ageng Tirtayasa tidak lupa untuk memperkuat ekonomi rakyat kecil melalui
pertanian. Ia gencar membangun pertanian di wilayah Banten menjadi
lebih modern. Ia membangun sistem irigasi besar-besaran untuk mendukung
sistem pertanian yang mumpuni di Banten.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
PADA MASA KESULTANAN BANTEN
(LANJUTAN)
• Sultan Ageng Tirtayasa membangun kanal-kanal sepanjang 30-40 kilometer
hingga mempekerjakan sebanyak 16.000 orang dalam satu pembangunan
sepanjang kanal-kanal itu, ia membangun 30 ribu hingga 40 ribu hektar
areal persawahan baru dan ribuan hektara perkebunan kelapa. Sekitar 30
ribu pendududuk ditempatkan untuk mengolah lahan-lahan baru tersebut.
HUBUNGAN BILATERAL
DENGAN CHINA, MALAKA,
KERAJAAN PERSIA, INDIA,
DAN NEGARA TETANGGA
LAINNYA
HUBUNGAN BILATERAL DENGAN CHINA,
MALAKA, KERAJAAN PERSIA, INDIA,
DAN NEGARA TETANGGA LAINNYA
• Pelabuhan yang terletak paling ujung barat Pulau Jawa yaitu Pelabuhan Merak
Banten sangat akrab bagi masyarakat Indonesia sebgai pelabuhan penyebrangan
yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera. Padahal menurut catatan
sejarah, pelabuhan Karangantu Banten ini dulu merupakan pelabuhan besar
sekaligus palabuhan tertua di Pulau Jawa sebagai pintu gerbang perdagangan
internasional untuk Nusantara.
• Pada masa itu Banten melihat adanya peluan akibat situasi dan kondisi
perdaganan di Asia Tenggara yang sedang berkecamuk. Saat itu,
pedagang dari mancanegara risau karena Malaka jatuh ke tangan
Portugis, sehingga pedagang Muslim yang tengah bermusuhan dengan
Portugis enggan berhubungan dagang dengan Malaka, sehingga para
pedangan mengalihkan jalur perdaganan ke Selat Sunda. Mereka singgah
di Karangantu yang menjadi pusat perdaganan internasional yang ramai
disinggahi pedangan dari Asia, Afrika, dan Eropa.
HUBUNGAN BILATERAL DENGAN CHINA,
MALAKA, KERAJAAN PERSIA, INDIA,
DAN NEGARA TETANGGA LAINNYA
• Monopoli atas perdaganan lada di Lampung, menempatkan penguasa
Banten sekaligus sebagai pedagan perantara dan Kesultanan Banten
berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada
masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten
menjadi kawasan multietnis. Dibantu orang Inggris, Denmark, dan Tionghoa,
Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina, dan
Jepang.
HUBUNGAN BILATERAL DENGAN CHINA,
MALAKA, KERAJAAN PERSIA, INDIA,
DAN NEGARA TETANGGA LAINNYA
• Hubungan Diplomatik Banten dengan Inggris
Salah satu alasan Kesultanan Banten dapat tumbuh besar dan menaklukan
banyak daerah di kepulauan Nusantara karena perlengkapan alat utama
sistem persenjataan (alutsista) yang cukup lengkap. Untuk membendung
pengaruh Belanda bersama organisasi dagangnya yaitu VOC, Banten
menjalin hubungan diplomatik dengan banyak negara-negara di dunia,
khususnya dengan Inggris. Para penguasa Banten secara berkala pergi ke
Arab Saudi untuk menunaikan Ibadah Haji dan Umrah dengan menumpangi
kapal dari Inggris.
HUBUNGAN BILATERAL DENGAN CHINA,
MALAKA, KERAJAAN PERSIA, INDIA,
DAN NEGARA TETANGGA LAINNYA
• Kemudian secara berkala penguasa Banten mengirimkan utusan dan duta
besarnya ke Inggris untuk membeli senjata. Hal tersebut sudah dilakukan
sebelum masa Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan bekal senjata api dan
pasukan dari berbagai golongan (Bugis, Makassar, dan Bali), Banten berhasil
meluaskan wilayah kekuasaannya. Bukan hanya itu, Banten juga secara
terbuka berani berkonflik dengan VOC pada tahun 1656. Konflik itu
berlangsung selama 3 tahun dan berakhir dengan perdamaian pada
tanggal 10 Juli 1659.

Anda mungkin juga menyukai