Disusun oleh:
2. Pendahuluan
Buku ini menjelaskan tentang sejarah Banten sejak masa pra sejarah hingga
terbentuknya provinsi Banten dengan menitikberatkan pada sisi politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Selain itu dijelaskan pula tentang peran Sultan, Ulama, dan Jawara
dalam kehidupan masyarakat Banten. Banten pada masa lalu merupakan sebuah
daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang
terbuka dan makmur
Tema buku ini adalah penggambaran secara keseluruhan mengenai sejarah
Banten dari awal prasejarah hingga terbentuknya provinsi Banten. Selain itu, pula
mengenai keterhubungan peran sultan, ulama, dan jawara yang sangat penting pada
saat itu bagi kehidupan masyarakat Banten. Buku ini terdiri dari 10 bagian yaitu:
3. Pembahasan
Bagian 1: Masa Prasejarah
Berisi tentang budaya prasejarah dengan memulai masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa lalu, budaya megalitik, tradisi gerabah dan masa
perundagian. Jadi, pada bab ini dijelaskan peninggalan masa prasejarah di berbagai
tempat di wilayah Banten dengan memaparkan pula bukti-bukti yang ada. Contohnya
Di Cigeulis, Pandeglang telah ditemukan kapak perimbas, alat penetak, pembelah, dan
alat serpih. Di samping itu ditemukan pula lukisan gua di Sanghiyang Sirah, Ujung
Kulon. Hal ini menunjukkan bahwa manusia waktu itu hidup di gua-gua.
Pada tahap akhir dari kehidupan masa berburu dan mengumpulkan makanan
itu, memang membakar orang sudah hidup di gua-gua walaupun tidak tetap. Gua-gua
tempat tinggal sementara itu biasanya berada tidak jauh dari danau atau aliran sungai
yang memiliki sumber makanan seperti ikan, kerang, dan siput.
4. Penutup
a. Rangkuman:
. Diawali dengan Penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan
dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana
Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Pada
tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pasukan
Pajajaran, ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda.Dengan
demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten.
Dalam perlawanan terhadap tentara Belanda pun, Banten ikut terlibat dimana
pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, pihak tentara Belanda mengakui kegigihan dan
keberaniannya dalam usaha mempertahankan Wilayah Banten. Karena memang susah
sulit maka Belanda pun menggunakan politik adu domba untuk mengalahkan Sultan
Ageng Tirtayasa. Selain itu, ada juga bentuk perlawanan terhadap tentara Jepang yang
dipimpin oleh Ce Mamat.