BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cirebon sebagai salah satu daerah di Jawa Barat mulai muncul dalam
panggung sejarah pada sekitar pertengahan abad ke-15 Masehi. Berarti sampai
sekarang perjalanan sejarah Cirebon mencakup waktu yang sangat panjang,
Cirebon mengalami zaman Hindu-Budha, zaman kerajaan Islam (abad ke-15
hingga pertengahan abad ke- 17), zaman penjajahan (akhir abad ke- 17 hingga
pertengahan abad ke 20 ),yang terbagi atas zaman kekuasaan kompeni, zaman
pemerintahan Hindia Belanda, zaman pendudukan Jepang dan zaman
kemerdekaan (pertengahan abad ke- 20 hingga sekarang) .Akan tetapi, sampai
sekarang sejarah Cirebon dari zaman ke zaman belum ditulis secara lengkap.
Tulisan-tulisan tentang sejarah Cirebon yang sudah ada, baru berupa penggalan-
penggalan pada periode tertentu, dan sebagian dari tulisan tulisan itu bersifat
tulisan sejarah populer. Berdasarkan keterangan dalam sejumlah sumber, cukup
banyak peristiwa atau masalah dalam sejarah Cirebon yang penting untuk
diungkap dan dikaji. Penting dikaji karena sejarah memuat pengalaman
pengalaman manusia di masa lampau. Totalitas pengalaman manusia di masa
lampau, sangat berharga untuk dipetik manfaatnya guna dijadikan bahan acuan
menghadapi kehidupan masa kini dan masa depan. 3
Dari bentang waktu yang sangat panjang dimulai dari abad ke 15 hingga
sekarang, Cirebon mengalami perkembangan yang sangat signifikan baik dari segi
pemerintahan maupun dari segi kehidupan sosial di masyarakatnya. Adapun
dalam segi pemerintahan Cirebon memiliki beberapa fase perkembangannya.
Dimulai dari pemerintahan tradisional, semi tradisional hingga pemerintahan
modern.Adanya sistem pemerintahan tradisional juga tidak lepas dari peran Sunan
3
A Sobana Hardjasaputra dkk, Cirebon Dalam Lima Zaman (Disbudpar Provinsi Jawabarat: 2011),
hlm 3.
2
Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah atau juga disebut sebagai Susuhunan
Jati.
Langkah awal paling bersejarah yang diambil oleh Sunan Gunung Jati
dalam masa pemerintahannya adalah dengan menghentikan pengiriman upeti
garam dan terasi pada tahun 1483 5 yang tiap tahun harus dikirimkan ke ibukota
Pakuan Pajajaran, sebagai persembahan dari vasal6 kerajaan induk. Langkah ini
membuktikan Cirebon tidak lagi menjadi negara vasal dari Kerajaan Pajajaran.
Sebagai upaya untuk mempertahankan negara dan mengantisipasi serangan
Kerajaan Pajajaran sebagai dampak penghentian upeti, kemudian
dibentukpasukan keamanan yang disebut dengan pasukan Jagabaya 7 dengan
komandan tertingginya dipegang oleh Tumenggung.8
4
Zaenal Masduqi, M. Ag, MA, Cirebon: Dari Kota Tradisional Ke Kota Kolonial (Cirebon :
Nurjati Press, 2011), hlm. 13
5
Atja dan Ayatrohaedi, Nagarakertabhumi Karya Kelompok Kerja Di Bawah Tanggung Jawab
PangeranWangsakerta Panembahan(Cirebon, Bandung : P&K, 1986), hlm. 13
6
Dalam kamus KBBI Vasal berarti daerah taklukan atau daerah jajahan.
7
Dalam istilah Jawa Jagabaya berarti pasukan keamanan Desa.
8
Tumenggung adalah gelar bagi Kepala Daerah (Distrik) di Jawa dan Kalimantan. Gelar tersebut
merupakan gelar yang cukup tinggi (Kepala Adat Besar), namun gelar tersebut di Kalimantan
Barat hanya untuk kepala adat kampung (kepala adat kecil)
3
9
Wilayah bawahan Kerajaan Cirebon hingga tahun 1530 sudah meliputi lebih dari separoh
Propinsi Jawa Barat sekarang dan dihuni oleh banyak penduduk. Sekalipun demikian sebagian
besar penduduk masih beragaman non-Islam. Hal tersebut akan dapat menimbulkan bahaya bagi
kelangsungan hidup kerajaan Cirebon yang berdasarkan Islam. Unang Sunardjo, Masa Kejayaan
Kerajaan Cirebon Kajian dari Aspek Politik danPemerintahan, Cirebon: Yayasan Keraton
Kasepuhan Cirebon, t.t., halm. 38
10
Adipati (bahasa Sanskerta अअअअअअ, adhipati: "tuan, kepala, atasan; pangeran, tuan
tertinggi, raja") adalah sebuah gelar kebangsawanan untuk orang yang menjabat sebagai
kepala wilayah yang tunduk/bawahan dalam struktur pemerintahan kerajaan di Nusantara,
seperti di Jawa dan Kalimantan. Wilayah yang dikepalai oleh seorang Adipati
dinamakan Kadipaten.Adipati berbeda dengan bupati terutama dilihat dari kepentingan wilayah,
luas wilayah, dan alasan strategi politik. Adipati dianggap memiliki kekuasaan lebih tinggi
daripada bupati. Suatu kadipaten dapat memiliki beberapa kabupaten. Sedangkan bila Bupati
cakupan wilayahnya hanya satu kabupaten. https://id.wikipedia.org/wiki/Adipati, diunduh pada
tangga 22 januari 2019 pukul 20.30.
11
Hasan Muarif Ambary, op. cit, hlm 46. Menurut kajian Ahmad Mansur Suryanegara bahwa
pengiriman pasukan perang Walisanga/Sunan Gunung Jati yang dipimpin oleh Fatahillah ke Sunda
Kelapa dalam rangka menggagalkan usaha penjajahan Kerajaan Katolik Portugis di Pelabuhan
Kalapa atau Sunda Kelapa. Kedatangnnya sebagai pelaksana Testamen Imperealisme Paus
Alexander VI dalam perjanjian Tordesilas 1494M. Atas kemenangan pasukan Walisanga/Sunan
4
Gunung Jati dalam mengusir Portugis digantilah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada
tanggal 22 Juni 1527 M. Lihat, Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung : Salamadani
Pustaka Semesta, 2009), hlm. Viii. Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan Kerajaan Pakuan
Pajajaran, pelabuhan Sunda Kalapa adalah cikal bakal Jayakarta. Pelabuhan ini juga sangat sangat
penting dimana kerajaan kerajaan nusantara dan pendatang dai eropa memperebutkannya.
12
Konsep pemerintahandi wilayah Cirebon adalah berazaz desentralisasi. Sedangkan polanya yang
utama adalah pola pemerintahan kerajaan di pesisir, di mana pelabuhan menjadi bagian yang
sangat penting dan pedalaman menjadi penunjang yang sangat vital.RH. Unang Sunardjo,
Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cirebon, (Bandung : Tarsito,
1983).
13
Hingga tahun 1930 VOC dan pemerintah kolonial telah menempatkan tidak kurang 69 residen
5
14
Prof. A Daliman, Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX (Yogyakarta : Penerbit Ombak,
2012) hlm 3-4
6
Pada sekitar tahun 1815 ketika kekuasaan Inggris hampir berakhir ketiga
Sultan Cirebon diberi pensiun. Maka berakhirlah secara tuntas eksistensi para
Sultan Cirebon dan mereka selanjutnya hanya berstatus sosial sebagai “Pemangku
Adat” di Cirebon dan Informal Leader. Pemerintah Kolonial Belanda yang
kemudian berkuasa lagi, setelah tahun 1815 tidak merubah keputusan
Rafflesterhadap para Sultan di Cirebon.
15
RH. Unang Sunardjo,Op.Cit, hlm 162-163
16
Ibid, hlm 165
7
Sejak tahun 1681, rakyat terbebani dengan kerja paksa (Rodi), tanam
wajib (Preangerstelsel sebelum ada Culturestelsel). Kompeni mewajibkan Sultan
menyerahkan tenaga kerja rodi. Sultan semakin lemah, hubungan rakyat dengan
Sultan hanya terjadi dalam konteks keagamaan dan seni budaya, 18 Seperti Idul
Fitri, acara Mauludan, Panjang Jimat, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.
Namun kegiatan dakwah agama Islam diawasi oleh pihak Kompeni, karena dalam
peraturan lain, Kompeni mewajibkan Sultan untuk mengawasi kegiatan
keagamaan, terutama yang dilakukan oleh para kyai. Kehidupan seni dan budaya
boleh jadi tidak terpengaruh oleh situasi politik. Hal itu antara lain ditunjukkan
oleh perkembangan ragam hias atau motif batik. Berlangsungnya kekuasaan
Kompeni di Cirebon telah mengilhami para pengrajin batik dengan ragam hias
gambaran kehidupan di Cirebon di bawah kekuasaan Kompeni. Muncullah batik
Khas Cirebon yang disebut batik motif Kompeni berbagai corak. Di samping batik
motif Cina dan batik motif megamendung. Waktu itu, seni dan budaya Cina selain
berpengaruh pada penggunaan porselin gaya Cina, juga berpengaruh pada
pembuatan ukiran. Porselin Cina biasa digunakan sebagai hiasan di keraton,
masjid dan makam para ulama terutama makam Wali Songo. 19
17
Omi Busytoni, Dakwah Dan Perjuangan Ulama Cirebon, (Cirebon, 2013), hlm 93
18
Ibid hlm 93
19
A Sobana Hardjasaputra dkk, Cirebon Dalam Lima Zaman (Disbudpar Provinsi Jawabarat:
2011) hlm 124-125
20
Omi Busytomi, Op Cit, hlm 93
8
B. Rumusan Masalah
(1) Apa saja hubungan Kesultanan Cirebon dengan Kolonial abad 17-19 ?
dalam mengetahui sejarah Cirebon serta menjadi bahan referensi dan bacaan bagi
kalangan akademisi maupun pelajar yang ingin menambah wawasannya tentang
sejarah Cirebon lebih dalam dan komprehensif.
E. Tinjauan Pustaka
Adapun dalam kajian ini penulis masih mempunyai batasan dan belum
banyak menemukan sumber-sumber yang dimaksud,Oleh karena itu buku-buku
yang diambil adalah buku-buku yang terkait dengan bahasan inidan sebatas untuk
membantu dalam penulisan mengenai sejarah Cirebon. Dalam hal ini buku buku
yang telah menjadi alat bantu referensi penulis antara lain adalah:
Kata “koloni” berasal dari bahasa Latin “colonia” yang artinya “tanah,
tanah pemukinan atau jajahan”. Secara umum, pengertian Kolonialisme adalah
11
penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk
memperluas negara itu.21
21
https://pengertianahli.id/2013/12/pengertian-kolonialisme-apa-itu-kolonialisme.html
22
A Sobana Hardjasaputradkk, Cirebon Dalam Lima Zaman (Disbudpar Provinsi Jawabarat:
2011)hlm 122-124
23
A Sobana Hardjasaputra dkk, Op Cit hlm 158
12
Sesuai dengan jenis studi nya yaitu studi sejarah, maka secara umum studi
ini menggunakan metode yang berlaku dalam ilmu sejarah, atau yang biasa
disebut dengan metode sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah :
Heuristik
Kritik
Interpretasi
Historiografi
H. Sistematika Penulisan
Untuk kelancaran Studi ini akan dijabarkan lebih lanjut dan dibagi menjadi
sub bab-bab tertentu.
24
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, ( Yogyakarta: penerbit ombak, 2012) hlm 103
25
Helius Sjamsuddin, Op cit hlm 123
14
Bab III disini penulis mulai untuk membahas permasalahan pokok yaitu
Cirebon masa Kolonial, serta menceritakan latar belakang proses awal Cirebon
jatuh dalam penguasaan koloni. Dalam kerangkanya yaitu:
Bab V Kesimpulan. Pada bab ini disajikan hasil-hasil kajian secara ringkas
dan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang di ajukan dalam rancangan-
rancangan penelitian.