Anda di halaman 1dari 2

Kesultanan cirebon

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kerajaan Islam ternama di Jawa Barat dan merupakan pangkalan
penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-15 dan 16
Masehi Saat pemerintahan Pakungwati diserahkan kepada Syarif Hidayatullah, beliau memerintah
Pakungwati dan mengembangkan daerah Cirebon menjadi kerajaan dan melepaskan diri dari Kerajaan
Pajajaran.

Lokasi Kerajaan Cirebon berada di pantai utara Pulau Jawa, yang merupakan perbatasan antara Jawa
Tengah dan JawaBarat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan
Sunda sehingga tercipta kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun
kebudayaan Sunda.

Sumber sejarah

Babad Cirebon, yaitu Karya sastra sejarah yang ditulis pada abad ke-19 di Cirebon. Menceritakan tentang
perkembangan Kesultanan Cirebon pada awal waktu penjajahan Belanda di Pulau Jawa.

Carita Caruban Purwaka Nagari karya Pangeran Dipati Carbon. Naskah ini terdiri dari 39 bagian yang
menceritakan perkembangan Cirebon, perjalanan hidup para petinggi kerajaan beserta keluarganya, dan
juga menceritakan silsilah keluarga kerajaan.

Catatan Tom Pires yang mengujungi Cirebon pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental. Pires
memberikan informasi mengenai keadaan ekonomi dan politik di Jawa pada masa paruh pertama abad
ke-16. Ia menyebut lima pelabuhan utama Kerajaan Sunda, adanya pelabuhan di Cirebon, dan pengaruh
Demak terhadap wilayah barat Pulau Jawa.  

Kehidupan politik ekonomi sosial & budaya

Politik yang terjadi pada Cirebon berawal dari hubungan politiknya dengan Demak. kehidupan politik
pada masa itu juga dipengaruhi oleh beberapa konflik. Konflik yang terjadi ada konflik internal dan
menjadi vassal VOC.

Kesultanan Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada perdangangan jalur laut. Dimana terletak
Bandar-bandar dagang yang berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang dari luar Cirebon.
Kehidupan Sosial Kerajaan Cirebon Perkembangan Cirebon tidak lepas dari pelabuhan, karena pada
mulanya Cirebon merupakan sebuah bandar pelabuhan. Maka dari sini tidak mengherankan juga kondisi
sosial di Kerajaan Cirebon juga terdiri dari beberapa golongan. Diantara golongan yang ada antara lain,
golongan raja beserta keluargana, golongan elite, golongan non elite, dan golongan budak.

·Secara menyeluruh, Islam memberikan warna baru dalam masyarakat Kesultanan Cirebon. Khususnya
dalam upacara yang biasanya disebut kenduren atau selamatan. Cirebon memiliki beberapa tradisi
ataupun budaya dan kesenian yang hingga sampai saat ini masih terus berjalan dan masih terus
dlakukan oleh masyarakatnya
Raja-raja yang terkenal

Di tahun 1445-1479 Pangeran Cakrabuana (Sultan Cirebon I) mendirikan istana Pakungwati &
membentuk pemerintahan di Cirebon. Sehingga, dianggap sebagai pendiri Kesultanan Cirebon

Tahun 1479-1568 Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah (Sultan Cirebon II)  menjadi penyebaragama
Islam di Jawa Barat dan menjadi sultan Kesultanan Cirebon. Setelah wafat, terjadilah kekosongan
jabatan pimpinan tertinggi kerajaan Islam Cirebon. Ia mendapat gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah
bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah

1568-1570 Fatahillah (Sultan Cirebon III) mengisi kekosongan pemegang kekuasaan dari Sunan Gunung
Jati

1570-1649 Panembahan Ratu I (Sultan Cirebon IV)

1649-1677 Panembahan Ratu II (Sultan Cirebon V) 

Masa kejayaan

Masa Kejayaan atau Kememasan Cirebon sebagai Sebuah Kerajaan berdaulat dimulai sejak diangkatnya
Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Cirebon I. Masa Syarif Hidayatullah, Cirebon banyak melakukan
gebrakan-gebrakan politik dengan menjalin persahabatan dengan kesultanan-kesultanan di Nusantara
terutamanya dengan Demak.

Pada masa Syarif Hidayatullah tercatat Cirebon melakukan pembangunan besar-besaran, seperti
Pembangunan Istana, Masjid Agung serta insfrastruktur lainnya,

Dalam masa Syarif Hidayatullah juga Cirebon tercatat dapat menaklukan Galuh (Pajajaran Timur) dengan
dibantu oleh Demak. Sementara itu Cirebon juga kemudian berhasil menaklukan Pajajaran Barat
(Pakwan) melalui Kesultanan Banten yang juga pendiriannya digagas oleh Syarif Hidayatullah.

Pada masa ini juga Cirebon berhasil mengislamkan negeri-negeri bawahan Pajajaran, seperti
Sindangkasih, Singaphura, Surantaka, Indramayu, Talaga, dan masih banyak yang lainnya.

Masa keruntuhan

Kerajaan Cirebon terbagi menjadi 3 kesultanan yaitu, Keraton Kasepuhan dipegang oleh Sultan Sepuh,
Keraton Kanoman dipegang oleh Sultan Anom, Keraton Karicebonan dipegang oleh Panembahan
Karicebonan. Mereka hanya mengurusi kerajaan masing-masing. Mengakibatkan kerajaan Cirebon
perlahan-lahan mulai hancur.  Setelah Sultan Panembahan Gerilya wafat pada tahun 1702, terjadi
perebutan kekuasaan diantara kedua putranya, yaitu antara Pangeran Marta Wijaya dan Pangeran
Wangsakerta. Di samping itu adanya campur tangan VOC yang mengadu domba mereka membuat
persaudaraan mereka menjadi permusuhan.

Anda mungkin juga menyukai