SPI 5 C
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan pertolongan-Nya
kepada penulisan hingga akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Penelitian dengan judul “Sejarahdan Perkembangan Desa Lopang.” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, meskipun masih banyak
kekurangan yang butuh untuk terus disempurnakan. Sholawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Agung Kita, yakni Nabi
Muhammad Saw., yang telah membawa umat Islam dari zaman jahiliyah
yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang penuh dengan tenologi
dan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Penulisan dan penyusunan tugas mata kuliah Sejarah Lisan dan juga
sebagai bahan pengetahuan sejarah bahwa masih banyak hal yang berkaitan
dengan sejarah yang perlu diketahui dan dikembangkan bersama. Penulis
sadari, dalam menyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan penelitian
ini tidak pernah lepas dari bantuan informasi, inspirasi dan revisi dari
berbagai pihak. Dengan demikian, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dengan penuh ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang tidak terukur
kepada:
i
3. Bapak Dr. Zaenal Abidin, S.Ag., M.Si., selaku ketua jurusan
Sejarah Peradaban Islam (SPI) Universitas Islam Negeri (UIN)
Sultan Maulana Hasanuddin Banten
4. Ibu Drs. Eva Syarifah Wardah, M. Hum, selaku Dosen Mata
Kuliah Sejarah Lisan yang telah membimbing kami.
5. Terakhir untuk berbagai pihak yang tidak pernah putus untuk
memberikan motivasi kepada saya untuk selalu giat belajar dan
optimis.
Hanya ucapan terima kasih yang tak terhingga yang dapat penulis
sampaian atas segala dukungan, bimbingan, bantuan, motivasi dan do’a yang
telah diberikan, semoga menjadi amal ibadah di hadapan Allah Swt. Untuk
yang terakhir penulis sendiri, bahwasannya manusia tidak pernah luput dari
segala bentuk kesalahan, maka dari tiu dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini tentu tidak lepas dari berbagai kesalahan. Semoga laporan
penelitian ini menjadi manfaat bagi pembaca dan lembaga pendidikan.
Semoga Allah Swt., selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Observasi....................................................................................10
B. Wawancara.................................................................................11
C. Dokumentasi..............................................................................41
A. Sejarah Lopang..........................................................................46
B. Kependudukan Lopan...............................................................48
C. Kondisi Ekonomi Lopan...........................................................49
D. Aspek Pendidika........................................................................50
E. Budaya dan Keagamaan Lopang...............................................55
BAB IV PENUTUP.....................................................................................60
A. Kesimpulan................................................................................60
B. Saran...........................................................................................62
A. Buku...........................................................................................63
B. Data Informan............................................................................63
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 9.
1
di atas permukaan laut. Dataran rendah dimanfaatkan sebagai lahan
persawahan teknis.2
2
Tri Hatmadji, Ragam Pusaka Budaya Banten, (Serang: Direktorat Jendral
Kebudayaan, 2007), p. 3.
2
menjadi kepentingan ekonomi kolonial melakukan eksploitasi kekayaan
alam Indonesia demi kepentingan negeri induk.
3
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 43.
3
kepudaran nya. Ketegangan itu disebabkan ambisi Sultan Haji untuk
mengganti Sultan Ageng Tirtayasa yang diadu domba oleh Kompeni
Belanda.4 Kemuduran baik dari segi politik maupun ekonomi dan
perdagangan sejak akhir abad XVII dan lenyap sama sekali kekuasaan
politiknya pada awal abad XIX oleh Kolonialisme Belanda, kerena
penghasilan Kesultanan Banten dari bea cukai para pedagang asing yang
biasanya berlabuh dan membeli komoditi ekspornya pindah ke Batavia.
Kesultanan Banten tidak lagi dapat melakukan perniagaan antar bangsa dan
struktur sosial politiknya dipecah belah dan Kesultanan banten dihancurkan
oleh Kompeni Belanda.
4
Uka Tjandrasasmita, Banten Sebagai Pusat Kekuasaan dan Niada Antar Bangsa,
(Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya, 1995), p. 117.
4
Banten dengan ekonomi agrarisnya, para pen duduk desa
memanfaatkan dengan aktivitas bercocok tanam dengan menanam lada dan
padi, entah sebagai pemilik tanah atau sistem bagi hasil dengan kesultanan.
Selain itu, mata pencaharian penduduk desa terletak pada perdagangan,
nelayan, pengrajin atau pengusaha industri.5 Walaupun begitu, mayoritas
penduduk Banten berprofesi sebagai petani, sedangkan hanya sebagian kecil
penduduk yang mencari nafkah di bidang perdagangan, kerajinan atau
pertukangan. Oleh karena itu, berbeda dengan kesultanan lain yang memiliki
basis niaga seperti Malaka, Banten selalu menerapkan kebijakan dalam
bahan makanan. Hal ini dapat dilihat sepanjang abad ke-16, Banten telah
menjadi pengekspor bahan pahan, terutama lada, beras, kopi dan lain-lain.
Para penguasa Banten selalu mengutamakan perkembangan dalam sektor
pertanian dan memiliki proyek untuk memperluas lahan pertanian dengan
membuka hutan serta mengembangkan irigasi Untuk perairan di persawahan.
Mereka mengikuti cara dan kebijakan yang telah berkembang di kerajaan
kerajaan agraris besar di Asia Tenggara. Walaupun, persediaan bahan
pangan terjamin, tetapi penyebaran penduduk yang tidak merata dan saat
kondisi iklim memburuk, Banten harus mendatangkan beras dari daerah lain.
5
Hoesain Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, (Jakarta: Djambatan,
1983), p. 56.
6
Ria Andriyani, dkk, Adaptasi Budaya Masyarakat Lampung, (Bandung: Balai Sejarah
dan Nilai Tradisional, 2006), p. 190.
5
oleh para saudagar dan menjadikan Kota Banten sebagai bandar jalur sutera,
akibat perdagangan rempah-rempah yang di ekspor ke negara-negara Eropa
dan Asia.
7
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 49.
6
Kecamatan Cikeusal, Petir dan Baros. Luas wilayah Kota Serang secara
administratif 26.439 ha, terdiri dari 6 kecamatan, 20 kelurahan dan 46 desa.
Keenam kecamatan tersebut, yaitu Serang, Cipocok Jaya, Curug, Kasemen,
Taktakan, dan Walantaka. Dan Kecamatan Serang terdiri dari 12 Kelurahan,
yaitu Serang, Kaligandu, Sumur Pecung, Sukawana, Cimuncang, Terondol,
Unyur, Kota Baru, Lontar Baru, Kagungan, Lopang dan Cipare.8
7
yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda, semata-mata untuk
kepentingan mereka sendiri sebagai penguasa. Pembagian wilayah di Kota
Serang yang terbagi menjadi 3 bagian wilayah tidak terlepas dari ciri
historisitas dari manusia, baik sebagai individu maupun sebagai warga dari
komunitas. Pembagian tersebut merupakan kreativitas pendirinya untuk lebih
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan hidup ketika itu. Pada
zaman kolonial, tata letak kota yang baik menjadi hal mutlak untuk
keberlangsungan dan kemajuan kota itu sendiri dan masyarakat
pendukungnya. Dengan melihat setting kota di masa sebelum kedatangan
bangsa Eropa, Serang adalah kota yang berorientasi kepada tata letak kota
bercirikan Jawa Kuno dan pengaruh budaya Islam, yang mana alun-alun
Menjadi sentra, dikelilingi oleh adanya mesjid, penjara, bangunan
pemerintahan, dan lain-lain.10
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
10
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 52.
8
Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas, maka terdapat tujuan
penelitian sebagai berikut:
BAB II
9
Data dan Metode Penelitian
A. Observasi
10
wawancarai karena sedang sakit, kemudian kami diberikan kartu nama
beliau. Saat itu kami sempat menghubunginya lagi, akan tetapi K.H. Ariman
Anwar tidak bisa diwawancarai. Kami juga sempat ingin mewawancarai
Lurah Lopang yaitu Bapak Hidayatullah, akan tetapi saat itu memang Lurah
nya sedang ada tugas di luar sehingga kami tidak bisa bertemu dengan lurah
nya. Dan kami juga sempat ingin mewawancarai KH. Mathlubi yang
merupakan anak dari K.H. Ariman yang mempunyai pondok pesantren Darul
Karomah Ula, akan tetapi saat itu beliau sedang tidak ada di pondok,
dikarenakan sedang ada acara Qori di luar.
B. Wawancara
1. Kendali Wawancara
11
5. Bahasa apa yang di gunakan oleh penduduk Lopang dalam sehari-
harinya?
Narasumber 2 : Bapak Abdullah
Hal yang di tanyakan :
1. Letak Geografis Kelurahan Lopang!
2. Bagaimana Perkembangan Ekonomi di Kelurahan Lopang?
3. Makanan apa saja yang menjadi Ciri Khas di Daerah Lopang?
4. Apa saja Tradisi yang masih di gunakan di daerah Lopang?
5. Bahasa apa yang digunakan di Lopang?
6. Dari mana saja asal penduduk Lopang tersebut? Penduduk asli atau
pendatang?
Narasumber 3 : Bapak Amin Zainuddin
Hal yang di tanyakan :
1. Bagaimana Perkembangan Ekonomi di Kelurahan Lopang?
2. Apa saja Tradisi yang ada di Kelurahan Lopang?
3. Apa saja kebiasaan yang masih sering di lakukan oleh warga
Lopang?
Narasumber 4 : Ibu Iis
Hal yang di tanyakan :
1. Bagaimana Perkembangan Pendidikan di Kelurahan Lopang
terutama di pondok pesantren yang di kelola oleh Ibu Iis dan
Suami?
2. Apa saja suka duka menjadi tenaga pendidik di Pondok pesantren
Daarul Karomah U’la?
3. Sistem pengajaran seperti apa yang di tetapkan di pondok pesantren
Daarul Karomah U’la?
Narasumber 5 : Rama
Hal yang di tanyakan :
12
1. Bagaimana Suka duka belajar di pondok Pesantren Daarul
Karomah U’la?
2. Bagaimana cara narasumber sebagai lurah pondok untuk
menerapkan kedisiplinan terhadap santri dan santriwati di
pondok pesantren Daarul Karomah U’la?
Narasumber 6 : Hendi
Hal yang di tanyakan :
1. Sebagai santri yang sudah bertahan-tahun menjadi santri di
pondok pesantren Daarul Karomah U’la yang berada di
Kelurahan Lopang, apakah tau bagaimana Sejarah terbentuknya
Nama Lopang?
2. Bagaimana Suka duka belajar di pondok pesantren Daarul
Karomah U’la?
Wawancara 1
Umur: 38 Tahun
Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111
13
dan Perkembangan Desa”, dengan pengkisah yang bernama Masrur Alawi
atau lebih akrab dengan panggilan Kang Acun, beliau adalah seorang pegiat
literasi di daerah Lopang Gede. Wawancara akan dilaksanakan pada siang
hari ini yaitu pada tanggal 30 Oktober 2021, Pukul 11.10 tempatnya di
kediaman kang acun Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang.
Banten, 42111. Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini
dengan mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.
14
Lopang Cilik juga merupakan daerah tertua karena disana terdapat
makan Ki Syahel. Maka dari itu, Ki Syahel sudah di bekukan menjadi nama
suatu Jalan yang arah ke SMP 3 dan Kelurahan. Itu bagian yang memang
sudah di kukuhkan bahwa Ki Syahel merupakan seorang Kyai, pendakwah,
akan tetapi bukan pada masa kesultanan kurun waktunya pada zaman Syekh
Nawawi di Tanara. Dimana Syekh Nawawi pernah belajar (berguru) kepada
Ki Syahel sebelum pergi ke Mekkah (pada masa kolonial Belanda). Lalu
didaerah kebaharan Dukuh juga ada salah satu tokoh yang bernama Ki
Jantra.
15
kemudian sebelum mengadakan bakti sosial kegiatan mulud, disini
juga ada tradisi nahwa penganten sunat nya ini berkunjung ke makam Sultan
Maulana Hasanuddin untuk berziarah (dilakukan khusu masyarakat Lopang
Gede), untuk penganten sunat sendiri di siapkan mobil oleh panitia maulid,
akan tetapi selama pandemi kemarin kurang lebih sekitar 1 tahun memang
tidak di adakan, tahun ini ada sekitar 35 peserta khitanan masal, yang
dikawal oleh polisi pjr, kemudian penganten sunat di arak. Kegiatan
Khitanan masal ini memang sudah ada sejak kang acun belum lahir,
sedangkan kang acun sendiri saat ini sudah berusia 38th, yang artinya
memang sudah lama diadakan secara turun temurun.
Untuk sekarang isi dari kegiatan maulid ini secara keseluruhan tidak
banyak yang berubah, akan tetapi memang terdapat perubahan secara teknis
seperti makanan yang ada dalam sangku (berkat) ada perubahan terkait
isinya, jika dulu kebanyakan masyarakat memberi isian berkat berupa lauk
pauk yang sudah di masak, atau matang. Namun, saat ini masyarakat lebih
memilih untuk mengisi sangku (berkat) dengan sembako seperti beras,
minyak, telor, sdb. Menurut Kang Acun kegiatan tersebut sudah ada sejak
16
ratusan tahun yang lalu, yang memang terus dilesgtarikan oleh masyarakat
lopang.
Filosofi ziarah ke banten yaitu trah nya lopang itu berawal dari
kesultanan, jadi tempatnya orang-orang bermain ataupun singgah, ada yang
mukim di kelurahan lopang. Dahulu kelurahan lopang ini meliputi berbagai
macam daerah yang memang cakupannya luas, seperti unyur, kota baru
(royal, kebon sawo, kampong pasak, kagungan) dulunya merupakan wilayah
lopang, akan tetapi karena adanya pemekaran wilayah, terpisahlah dari
kelurahan lopang. Dulu mungkin karena memang wilayahnya luas, banyak
sawah dan warga nya padat jadi dilakukanlah pemekaran, ada pemahaman
mengenai tradisi di kelurahan lopang sendiri memang acuan yang di tuakan
yaitu daerah lopang gede itu sendiri. seperti ziarah dimana sebagai
silaturahmi ke makam Sultan Maulana Hasanudin, tujuannya memang untuk
melestarikan budaya dimana sunatan ini merupakan anjuran Islam yang
sudah diwarisi Nabi ke para sahabat, wali-wali, ulama, ziarah ini sebagai
ucapan terimakasih kepada orang tua dahulu, jadi dalam artina ziarah ini
sebagai bentuk rasa terimakasih ibarat kepada orangtua (Sultan Maulana
Hasanuddin) dalam bentuk yang syar’i, karena hakikatnya kita yakin bahwa
orang yang dimuliakan itu seperti waliyullah diyakini bahwa koneksi alam
disana, walaupun entah di alam kubur mereka seperti ada yang memberikan
informasi entah dengan malaikat-malaikatnya disana.
17
zaman dulu tidak bisa menyebut Ki Ja’far, pelafalannya Ja’far menjadi
Japing, sedangkan ada saudaranyanya yang menyebut beliau dengan sebutan
“Lo” (Uwa), sehingga menyebut Ki Ja’far itu dengan sebutan “Lo‘apang”,
maka dari itu orang menyebutnya dengan sebutan “Lopang”
18
mengajar, akan tetapi memang kebanyakan pedagang dan petani
dibandingkan guru dikarenakan pada zaman dulu daerah lopang sendiri
memang cakupannya luas oleh sawah-sawah, dan kebun. Akan tetapi untuk
saat ini memang wilayah lopang sendiri sudah banyak pabrik-pabrik
sehingga wilayah ini menjadi padat penduduk, bahkan sawah-sawah sudah
mulai hampir tidak ditemukan, dan untuk saat ini bertani dan berternak sudah
hampir punah.
Segi Pendidikan:
Sehingga pada tahun 2016 kang acun coba undang rt 01- 08, duduk
bareng dan coba gagaskan, kang acun presentasikan untuk membuat PPLG
19
(Paguyuban Pemuda Lopang Gede), aspek yang dilakukan focus pada bidang
pendidikan, jangan samppai warga sini buta aksara, atau berhenti sekolah
karena kurang biaya. Dari sektor lingkungan juga PPLG kang acun
membentuk Bank Sampah, sampah dikelola dan menghasilkan finansial
untuk pengembangan masyarakat. Dibidang Olahraga juga kang acun
membuat event pertandiungan bola, akan tetapi karena kondisi lapangan
yang sekarang sudah tidak ada sehingga dialihkan ke E-Sport yaitu
mengadakan pertandingan Mobile Legend yang dilakukan pada malam hari,
sebagai bentuk silaturahmi antar pemuda.
Tetapi untuk saat ini kang acun berfokus pada TBM, maka dari itu
TBM di PPLG ini mempunyai unit-unit cakra nya, yang diawali dengan
literasi yang berlokasi di pendopo depan masjid yang dilakukan secara rutin
seminggu sekali atau sebulan sekali, akan tetapi TBM sendiri masih
membutuhkan tempat lain sebagai tempat optional ketika pendopo depan
masjid dipakai untuk acara-acara besar yang diadakan oleh masyarakat
sekitar, terlebih untuk tempat dimana tamu-tamu TBM bisa bersilaturahmi
dengan nyaman, sehingga dibuatlah satu unit tempat yang dinamakan Rumah
Baja (Baca dan Jajan) yang memang berlokasi disamping rumah Kang Acun
sendiri.
20
mereka sungkan untuk datang ke PPLG karena dulu masih dinamakan
sebagai Paguyuban Lopang gede. Karena alasan itulah dirumah nama benjadi
literasi global agar baik yang dari luar lopang sekalipun bisa menjadi
relawan di PPLG.
Wawancara 2
Narasumber : Abdullah
Umur : 49 Tahun
21
Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.
22
warga pendatang seperti di bagian-bagian komplek. Warga pendatang
merupakan orang Chinese dan sebagainya dan agamanya pun tidak 100%
Islam.
23
tokoh yang bernama Ki Syahel (nama jalan) dan TB. Usman. Ki Syahel juga
merupakan guru dari Syekh Nawawi. Untuk jejak sejarahnya masih ada
seperti cerita dari orang dahulu, seperti pendekar-pendekar, cakra dolog, dan
ki mas jantra yang merupakan peninggalan seperti makamnya masih ada
hingga sekarang. Keberadaan makamnya Ki Mas Jantra itu di Rw 3, Ki
Kringsing di Rw 4, Ki Syahel di Rw 2 (Lopang Cilik), caka dolog di
Kebaharan Duku dan Kali Wadas (Mandala Citra) jejaknya masih ada.
Adapun gebrakan dari pemuda salah satunya dari anak Unsera yang
berhasil atas nama kelurahan Lopang yang memenangkan dan mendapatkan
penghargaan dalam kategori makanan melinjo yang diapresiasi oleh Wali
Kota Serang.
Untuk saat ini orang yang di hormati atau di tuakan yaitu KH Ariman
dan juga Rw Rt setempat. Yang mempunyai Pondok Pesantren Nurul Anwar.
Di kelurahan Lopang sendiri terdapat 4 pesantren yang diantaranya ada 2
pondok pesantren di daerah Lopang Gede yaitu Nurul Anwar dan Darul
Karomah Ula yang didirikan oleh KH Matlubi di Rt 7. Yang ketiga Pondok
Pesanter Nurul Islah dan yang keempat Pondok Pesantren Raudhatussalam
yang didirikan oleh ustad Abdussalam yang berlokasi di Kebaharan Dukuh.
24
Mengenai tradisi di kelurahan Lopang sendiri memang masih sangat
kental, Seperti syukuran anak bayi dilakukan marhabanan, terlebih di masjid-
masjid kelurahan lopang setiap malam jum’at rutin melakukan marhabanan
sehabis Sholat Isya. Adat istiadat yang memang masih kental juga yaitu di
acara pernikahan, sebelum melakukan proses pernikahan masyarakat
setempat melakukan acara yalil (Buka pintu pengantin) terlebih dahulu, pada
masa bapaknya masih kecil proses yalil dilakukan malam hari dan di arak
memakai petromaks ke pihak perempuan, akan tetapi untuk sekarang proses
yalil di lakukan pada siang hari dimana pihak laki-laki langsung di yalil dan
di bawa ke pihak perempuan.
Selama kelurahan Lopang itu ada sudah 10 kali ganti lurah, ada yang
menjabat 3 bulan, ada yang menjabat 10 bulan, semua tergantung pihak wali
kota. Lurah yang menjabat di kelurahan Lopang tidak semua asli orang
Lopang, untuk saat ini lurahnya bernama Bapak Hidayatullah yang awalnya
menjabat sebagai Lurah Tritih kemudian di pindah tugaskan ke Lopang dan
telah menjabat kurang lebih selama 6 Bulan.
Untuk saat ini Lopang sudah menjadi tempat padat penduduk. Dan
terkait nama daerah Lopang cilik itu sendiri menurut orang tua dulu daerah
25
ini kampungnya kecil tapi tidak ingin di sebut Lopang Kecil hanya ingin
menyebut daerahnya dengan bahasa Serang yaitu “Cilik” yang sebenarnya
artinya itu sama yaitu Kecil. Sedangkan di daerah Lopang Gede adalah
daerah tertua yang berada di kelurahan Lopang di sana terdapat banyak
sekali guru-guru ngaji dan juga banyak orang-orang pinter. Di Lopang gede
juga merupakan awal mula dari munculnya sejarah kelurahan Lopang.
Menurut bapak Abdullah nama Lopang sendiri berasal dari kata “Bunga”
kemudian berkembang sehingga masyarakat Lopang ada yang ketutunan
Cirebon yang dulu bermukim di daerah Lopang.
Wawancara 3
Umur : 49 Tahun
Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111
26
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul "Sejarah
dan Perkembangan Desa", dengan pengkisah yang bernama Bapak Amin
Zainuddin, beliau adalah seorang Ketua RW.001 di Lopang Gede.
Wawancara akan dilaksanakan pada Siang hari ini yaitu pada tanggal 03
Desember 2021, Pukul 13.00 tempatnya di kediaman Bapak Amin.
Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.
27
Lopang artinya lapang yang gede. Pada akhirnya disebut Lopang.
Dari Sejarahnya, Lopang ini merupakan pusat dan juga banyak ulama besar
di Lopang itu sendiri. Ulama – ulama besar tersebut yaitu Ki Sahal yang
makamnya ada di kampung Lopang Cilik, Ki Abdurrahman yang makannya
ada di Lopang Gede. Ki Abdurrahman ini merupakan pembawa kuda
(penggembala kuda) pada masa Sultan Maulana Hasanuddin.
28
Lopang Gede, 09 Desember 2021
Nama: Iis
Usia: 38 tahun
Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111
Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.
29
dibangun oleh ayahnya yaitu Nurul Anwar, hanya bedanya yang dibangun
ayahnya Nurul Anwar 1 dan yang dibangun Kyai H. Mathlubi namanya
Nurul Anwar 2. Tetapi pada tahun 2020, nama Pondok Pesantren milik Kyai
H. Mathlubi berganti menjadi Pondok Pesantren Darul Karomah U’la.
30
Suka duka Bu Iis rasakan selama menjadi pengajar sekaligus Istri
Kyai H. Mathlubi yaitu senang dapat berbagi ilmu yang beliau miliki.
Sedangkan dukanya yaitu santri yang kadang tidak menurut. Santri yang ada
di pondok pesantren ini rata – rata SMP dan SMA, ada juga yang kuliah
tetapi hanya beberapa. Dalam pendidikan, santri tersebut perkembangannya
meningkat terutama dalam bidang agama karena pondok tersebut lebih
mendalami bidang agama dan pondok ini merupakan pondok salafi.
Santrinya pun bukan hanya asli orang Lopang tetapi orang luar juga, seperti
dari Medan, Lampung, Malingping dan Labuan. Bukan hanya menjadi santri
tetapi disini juga ada yang masih sekolah atau kuliah, kerja dan ada yang
belajar agama saja.
31
Santri disini tidak dituntut dalam hal apapun, karena pemilik pondok
tahu jika dipaksakan malah santri akan menolak. Jadi sesuai dengan
keinginannya, malah dengan seperti ini santri sudah ada yang mau khatam Al
– Qur’an 30 Juz dengan keinginannya sendiri. Untuk setoran hafalan baik Al
– Qur’an maupun Kitab itu langsung kepada Bu Iis dan Kyai H. Mathlubi.
Usia: (23)
Alamat: Lampung
32
Rama Hidayatullah merupakan Lurah Pondok di Pondok Darul
Karomah U’la. Ia menjadi santri disini sekitar kurang lebih 6 tahun. Suka
duka selama disini yaitu berproses itu ada pahit manisnya, namanya juga
dipondok selain berkewajiban menuntut ilmu. Kalo ada rasa manis kita
jadikan madu, kalo ada rasa pahit kita jadikan obat. Keduanya sama yaitu
mengajarkan pengalaman. Kegiatan santri disini jadwalnya mengaji.
Nama: Hendi
33
Menurutnya Lopang adalah lapangan. Lapangan gede tempat pelihara
kudanya Sultan Maulana Hasanuddin yang di urus oleh Syekh Abdurrahman
Sutawisa. Dibalik lapangan gede, terdapat masyarakat yang bercocok tanam
seperti Padi. Pepohonan juga dimakan oleh hama termasuk wisa (bisa) ular.
Yang dapat menghilangkan hama dan bisa ular tersebut yaitu Syekh
Abdurrahman, maka dari itu mendapat julukan Sutawisa. Setelah itu makmur
kembali masyarakat tersebut. Ketika Kyai H. Mathlubi sedang tidak ada di
Pondok dan mengaji libur biasanya santri muzakarahan (bertukar pikiran)
dan mengaji bareng – bareng bersama santri lain. Santri tersebut memiliki
program yaitu menghafal tetapi tidak memaksakan dalam hal itu.
Sebelumnya bagi santri baru, diarahkan terlebih dahulu oleh santri yang
sudah lama disini.
Suka dukanya yaitu dukanya ketika hujan atap kadang bocor, lalu
sendal dibakar untuk menyalakan api karena kayu bakar kebasahan. Sukanya
sering ngeriung, pengalaman, bertukar pikiran dan masih banyak lagi.
34
3. Catatan Wawancara
35
4. Surat keterangan Wawancara
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
.........................................
36
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
.........................................
37
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
.........................................
38
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
.........................................
39
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
.........................................
40
C. Dokumentasi
41
Foto bersama staff kelurahan Lopang
42
Foto bersama ketua RW 01 Kelurahan Lopang Bapak Amin
Zainudin
43
Depan Masjid Lopang Gede, pada saat persiapan Sunatan
massal
44
Mobil arak-arakan pengantin sunat di prosesi acara Panjang
Mulud
45
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lopang
46
Pada zaman dulu orang-orang yang punya ternak diarahkan ke
lopang, berkumpulnya domba dan perdagangan, dikmpulkannya domba. Di
masa kesultanan ada yang namanya Ki Ja’far, makamnya ada di Lopang
gede di RT 06/RW 01, diamanatkan untuk menyebarkan Islam, Ki Ja’far
menjadikan Lopang sebagai tempat singgah, karena dulu banyak orang sunda
yang identik dengan Baduy yang dimana ada juga keturunan kejawen.
Sedangkan orang zaman dulu tidak bisa menyebut Ki Ja’far, pelafalannya
Ja’far menjadi Japing, sedangkan ada saudaranyanya yang menyebut beliau
dengan sebutan “Lo” (Uwa), sehingga menyebut Ki Ja’far itu dengan
sebutan “Lo‘apang”, maka dari itu orang menyebutnya dengan sebutan
“Lopang”.
47
Untuk saat ini Lopang sudah menjadi tempat padat penduduk. Dan
terkait nama daerah Lopang cilik itu sendiri menurut orang tua dulu daerah
ini kampungnya kecil tapi tidak ingin di sebut Lopang Kecil hanya ingin
menyebut daerahnya dengan bahasa Serang yaitu “Cilik” yang sebenarnya
artinya itu sama yaitu Kecil. Sedangkan di daerah Lopang Gede adalah
daerah tertua yang berada di kelurahan Lopang di sana terdapat banyak
sekali guru-guru ngaji dan juga banyak orang-orang pinter. Di Lopang gede
juga merupakan awal mula dari munculnya sejarah kelurahan Lopang.
Menurut bapak Abdullah nama Lopang sendiri berasal dari kata “Bunga”
kemudian berkembang sehingga masyarakat Lopang ada yang ketutunan
Cirebon yang dulu bermukim di daerah Lopang.
B. Kependudukan
48
Untuk wilayah lopang sendiri memang kebanyakan masyarakat
pribumi, adapun pendatang hanya ada di beberapa wilayah yang terdapat
dalam perumahan di kelurahan Lopang. Secara data keseluruhan lebih
banyak perkampungan disbanding komplek/perubahan yang terdapat di
kelurahan Lopang. Adapun kesadaran masyarakat dalam bergotong royong
pun masih ada tapi tergantung kepada pemimpinnya juga. Jika pemimpinnya
diam saja, masyarakatnya pun tidak akan bergerak maka dikatakan
tergantung pemimpinnya. Dalam kekeluargaannya pun disini masih terjaga
tidak individualisme.
C. Kondisi Ekonomi
49
menjadi PNS dan guru. Biasanya mereka berdagang di Pasar Lama, Pasar
Rau yang menjual berbagai jenis kebutuhan disini seperti pakaian dan ikan.
Tidak hanya berjualan di pasar saja tetapi juga berjualan secara keliling.
D. Aspek Pendidikan
1. Pendidikan Formal
50
a. TBM PPLG (Paguyuban Pemuda Literasi Global)
TBM PPLG yang di dirikin oleh Bapak Masyrul alawi sendiri dan
juga bekerja sama dengan masyarakat sekitar, pada tahun 2016 ketika kang
acun menjabat sebagai Ketua Pemuda, dimana beliau mempunyai gagasan
untuk generasi muda agar ada yang berbeda: Pertama, untuk menguasai
premanisme, dimana dulu terkenal jika ada keributan selalu dikomandoi oleh
ketua pemuda mengenai keributan antar kampung. Ketua pemuda dulu
terpilih dikarenakan gagah, dan bisa bela diri. Akan tetapi untuk sekarang
mindsetnya sudah berubah, bahwa ketua pemuda bukan untuk menjadi
premanisme, akan tetapi harus mempunyai karya dan berprestasi. Sehingga
pada tahun 2016 kang acun mencoba undang rt 01- 08, kang acun
presentasikan untuk membuat PPLG (Paguyuban Pemuda Lopang Gede),
aspek yang dilakukan focus pada bidang pendidikan, karena jangan sampai
warga Lopang Gede buta aksara, atau berhenti sekolah karena kurangnya
biaya. Dari sektor lingkungan juga PPLG kang acun membentuk Bank
Sampah, sampah dikelola dan menghasilkan finansial untuk pengembangan
masyarakat.
51
sehingga dialihkan ke E-Sport yaitu mengadakan pertandingan Mobile
Legend yang dilakukan pada malam hari, sebgai bentuk silaturahmi antar
pemuda. Tetapi untuk saat ini kang acun berfokus pada TBM, maka dari itu
TBM di PPLG ini mempunyai unit-unit cakra nya, yang diawali dengan
literasi yang berlokasi di pendopo depan masjid yang dilakukan secara rutin
seminggu sekali atau sebulan sekali, akan tetapi TBM sendiri masih
membutuhkan tempat lain sebagai tempat optional ketika pendopo depan
masjid dipakai untuk acara-acara besar yang diadakan oleh masyarakat
sekitar, terlebih untuk tempat dimana tamu-tamu TBM bisa bersilaturahmi
dengan nyaman, sehingga dibuatlah satu unit tempat yang dinamakan Rumah
Baja (Baca dan Jajan) yang memang berlokasi disamping rumah Kang Acun
sendiri.
b. Pondok Pesantren
52
Darul Karomah Ula yang didirikan oleh KH Matlubi di Rt 7. Yang ketiga
Pondok Pesanter Nurul Islah dan yang keempat Pondok Pesantren
Raudhatussalam yang didirikan oleh ustad Abdussalam yang berlokasi di
Kebaharan Dukuh.
53
kuning maupun Al – Qur’an dan sudah memiliki jadwal yang sudah
ditentukan.
Santri yang ada di pondok pesantren ini rata – rata SMP dan SMA,
ada juga yang kuliah tetapi hanya beberapa. Dalam pendidikan, santri
tersebut perkembangannya meningkat terutama dalam bidang agama karena
pondok tersebut lebih mendalami bidang agama dan pondok ini merupakan
pondok salafi. Santrinya pun bukan hanya asli orang Lopang tetapi orang
luar juga, seperti dari Medan, Lampung, Malingping dan Labuan. Bukan
hanya menjadi santri tetapi disini juga ada yang masih sekolah atau kuliah,
kerja dan ada yang belajar agama saja.
54
Marawis, Shalawat dan lainnya diperbolehkan. Persiapan kegiatan ini selama
3 bulan sebelum pelaksanaan agar kegiatannya berjalan dengan lancar.
Selain itu juga kegiatan ini melibatkan keluarga santri dan masyarakat
setempat untuk menghadiri kegiatan ini.
Santri disini tidak dituntut dalam hal apapun, karena pemilik pondok
tahu jika dipaksakan malah santri akan menolak. Jadi sesuai dengan
keinginannya, malah dengan seperti ini santri sudah ada yang mau khatam Al
– Qur’an 30 Juz dengan keinginannya sendiri. Untuk setoran hafalan baik Al
– Qur’an maupun Kitab itu langsung kepada Bu Iis dan Kyai H. Mathlubi.
55
kegiatan bakti sosial dan sunatan masal yang memang setiap tahun selalu
diadakan.
Untuk sekarang isi dari kegiatan maulid ini secara keseluruhan tidak
banyak yang berubah, akan tetapi memang terdapat perubahan secara teknis
seperti makanan yang ada dalam sangku (berkat) ada perubahan terkait
isinya, jika dulu kebanyakan masyarakat memberi isian berkat berupa lauk
pauk yang sudah di masak, atau matang. Namun, saat ini masyarakat lebih
memilih untuk mengisi sangku (berkat) dengan sembako seperti beras,
minyak, telor, sdb. Menurut Kang Acun kegiatan tersebut sudah ada sejak
ratusan tahun yang lalu, yang memang terus dilesgtarikan oleh masyarakat
Lopang.
56
berusia 38th, yang artinya memang sudah lama diadakan secara turun
temurun. Dulu acara khitanan masal nya memang lebih ekstrim
dibandingkan dengan sekarang, dimana pada zaman dulu dinamakan sunatan
bengkong, alat khitannya memakai bamboo yang tajam seperti silet (dalam
bahasa serangnya bernama welad), sebelum di khitan meminum air yang
memang sudah di beri do’a, berbeda dengan zaman sekarang dimana audah
modern memakai dokter dan di suntik baal. Pada zaman dulu pengantin
sunat diiringi dengan alat musik rebana seperti qasidahan sambil berdzikir,
itu merupakan suatu hiburan untuk penganten sunat pada zaman dulu.
3. Makanan Khas
4. Marhabanan
57
Adat istiadat yang memang masih kental juga yaitu di acara
pernikahan, sebelum melakukan proses pernikahan masyarakat setempat
melakukan acara yalil (Buka pintu pengantin) terlebih dahulu, pada masa
bapaknya masih kecil proses yalil dilakukan malam hari dan di arak
memakai petromaks ke pihak perempuan, akan tetapi untuk sekarang proses
yalil di lakukan pada siang hari dimana pihak laki-laki langsung di yalil dan
di bawa ke pihak perempuan.
58
Rw 4, Ki Syahel di Rw 2 (Lopang Cilik), caka dolog di Kebaharan Duku dan
Kali Wadas (Mandala Citra) jejaknya masih ada.
59
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
60
lopang sendiri terdapat pesantren, jadi sentral pendidikan juga,
sehingga banyak yang mengajar, akan tetapi memang kebanyakan
pedagang dan petani dibandingkan guru dikarenakan pada zaman
dulu daerah lopang sendiri memang cakupannya luas oleh sawah-
sawah, dan kebun.
3. Pendidikan Formal Dalam segi pendidikan, pada umumnya
masyarakat Lopang kebanyakan lulusan SMA namun semenjak
kemajuan di kampung ini pemuda/pemudi sudah banyak yang kuliah,
karena pola pemikiran masyarakat disini sudah terjadi banyak
kemajuan dan orangtua juga membutuhkan pendidikan untuk anak –
anaknya. TBM PPLG (Paguyuban Pemuda Literasi Global) Di
Lopang sendiri terdapat TBM (Taman Baca Masyarakat) yang
merupakan bagian dari pendidikn di daerah Lopang, kelurahan
Lopang mempunyai dua Taman Bacaan Masyarakat yang pertama
bertempat di Lopang Gede yang bernama TBM PPLG (Paguyuban
Pemuda Literasi Global) yang di pelopori oleh Bapal Masyrul Alawi
(kang Acun), dan yang kedua bertempat di Lopang Cilik (Samping
Kantor Kelurahan) yang memang sedang proses pembuatan yang
masih bekerjasama dengan kang Masyrul Alawi.
4. Tradisi Panjang Mulud Tradisi panjang maulid (ngeropok/ngeriung)
di daerah serang masih ada hingga sekarang. Di rangkaian acara
kedua maulidan itu ceramah agama yang di lakukan pada malam hari
(dengan cara mengundang para Dai) dan tempatnya di masjid.
Rangkaian acara ketiga pada acara Maulid Nabi, yaitu kegiatan bakti
sosial dan sunatan masal yang memang setiap tahun selalu diadakan.
Untuk sekarang isi dari kegiatan maulid ini secara keseluruhan tidak
banyak yang berubah, akan tetapi memang terdapat perubahan secara
teknis seperti makanan yang ada dalam sangku (berkat) ada
61
perubahan terkait isinya, jika dulu kebanyakan masyarakat memberi
isian berkat berupa lauk pauk yang sudah di masak, atau matang.
Namun, saat ini masyarakat lebih memilih untuk mengisi sangku
(berkat) dengan sembako seperti beras, minyak, telor, sdb.
B. Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Andriyani, Ria, dkk. 2006. Adaptasi Budaya Masyarakat Lampung.
Bandung: Balai Sejarah dan Nilai Tradisional.
Djajadiningrat, Hoesain. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten.
Jakarta: Djambatan.
H. Lubis, Nina. 2004. Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan,
Ulama, Jawara. Jakarta: LP3S.
Hatmadji, Tri. 2007. Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Direktorat
Jendral Kebudayaan.
Muzhiat, Aris. 2021. Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal
Interaksi Niaga Kesultanan Banten. Serang: Guepedia.
Tjandrasasmita, Uka. 1995. Banten Sebagai Pusat Kekuasaan dan Niada
Antar Bangsa. Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya.
B. Data Informan
Lopang Gede, 30 Oktober 2021
Wawancara 1
Umur: 38 Tahun
Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111
63
Wawancara 2
Narasumber : Abdullah
Umur : 49 Tahun
Wawancara 3
Umur : 49 Tahun
Narasumber : Iis
Usia : 38 Tahun
64
Jabatan : Istri Pemilik pondok Pesantren Darul Karomah Ula
Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111
Usia: 23 Tahun
Alamat: Lampung
Narasumber: Hendi
Usia: 25
65