Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENELITIAN

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DESA LOPANG

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Lisan

Dosen Pengampu: Drs. Hj. Eva Syarifah Wardah, M. hum

Disusun oleh kelompok 2

Muaimah Hayati (191350078)

Hannah Luthfiyanah (191350080)

Nabila Faizah A (191350082)

Siska Sintia (191350089)

Ahmad Mushoffa (191350095)

SPI 5 C

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN


BANTEN

TAHUN 2021 M/1442 H


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan pertolongan-Nya
kepada penulisan hingga akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Penelitian dengan judul “Sejarahdan Perkembangan Desa Lopang.” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, meskipun masih banyak
kekurangan yang butuh untuk terus disempurnakan. Sholawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Agung Kita, yakni Nabi
Muhammad Saw., yang telah membawa umat Islam dari zaman jahiliyah
yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang penuh dengan tenologi
dan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.

Penulisan dan penyusunan tugas mata kuliah Sejarah Lisan dan juga
sebagai bahan pengetahuan sejarah bahwa masih banyak hal yang berkaitan
dengan sejarah yang perlu diketahui dan dikembangkan bersama. Penulis
sadari, dalam menyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan penelitian
ini tidak pernah lepas dari bantuan informasi, inspirasi dan revisi dari
berbagai pihak. Dengan demikian, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dengan penuh ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang tidak terukur
kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Wawan Wahyudin, M.Pd., selaku Rektor


Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin
Banten
2. Bapak Dr. Muhamad Hudaeri, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Adab Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana
Hasanuddin Banten

i
3. Bapak Dr. Zaenal Abidin, S.Ag., M.Si., selaku ketua jurusan
Sejarah Peradaban Islam (SPI) Universitas Islam Negeri (UIN)
Sultan Maulana Hasanuddin Banten
4. Ibu Drs. Eva Syarifah Wardah, M. Hum, selaku Dosen Mata
Kuliah Sejarah Lisan yang telah membimbing kami.
5. Terakhir untuk berbagai pihak yang tidak pernah putus untuk
memberikan motivasi kepada saya untuk selalu giat belajar dan
optimis.

Hanya ucapan terima kasih yang tak terhingga yang dapat penulis
sampaian atas segala dukungan, bimbingan, bantuan, motivasi dan do’a yang
telah diberikan, semoga menjadi amal ibadah di hadapan Allah Swt. Untuk
yang terakhir penulis sendiri, bahwasannya manusia tidak pernah luput dari
segala bentuk kesalahan, maka dari tiu dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini tentu tidak lepas dari berbagai kesalahan. Semoga laporan
penelitian ini menjadi manfaat bagi pembaca dan lembaga pendidikan.
Semoga Allah Swt., selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua. Aamiin.

Serang, 20 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 8


B. Perumusan Masalah................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 9
D. Sistematika Penulisan................................................................ 9

BAB II DATA DAN METODE PENELITIAN..........................................10

A. Observasi....................................................................................10
B. Wawancara.................................................................................11
C. Dokumentasi..............................................................................41

BAB III PEMBAHASAN............................................................................46

A. Sejarah Lopang..........................................................................46
B. Kependudukan Lopan...............................................................48
C. Kondisi Ekonomi Lopan...........................................................49
D. Aspek Pendidika........................................................................50
E. Budaya dan Keagamaan Lopang...............................................55

BAB IV PENUTUP.....................................................................................60

A. Kesimpulan................................................................................60
B. Saran...........................................................................................62

DAFTAR SUMBER ...................................................................................63

A. Buku...........................................................................................63
B. Data Informan............................................................................63

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepulauan Indonesia secara geografis terletak dalam jalur angin


musim (muson) merupakan wilayah yang strategis dan ramai sebagai jalur
pelayaran yang menghubungkan dunia barat dan timur sejak millennium
pertama masehi. Sebagai jalur pelayaran dunia, pulau-pulau di nusantara
menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari berbagai penjuru yang tidak
hanya sebagai pelabuhan transito, namun juga menjadi bergairah dengan
adanya rempah-rempah yang tumbuh subur di kepulauan Indonesia. 1 Secara
astronomis Provinsi Banten terletak antara 105⁰ 15'-106⁰ 11' Bujur Timur
dan antara 5⁰ 21'-7⁰ 10' Lintang Selatan dengan luas wilayah 8.651,20 km².
Batas-batasnya adalah di sebelah utara Laut Jawa, di sebelah selatan Lautan
Hindia, di sebelah timur Kabupaten Bogor dan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta dan di sebelah barat Selat Sunda.

Berdasarkan bentang lahan atau geomorfologinya, wilayah Banten


secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu dataran tinggi dan dataran
rendah. Dataran tinggi umumnya berada di bagian selatan dan merupakan
daerah pegunungan dengan ketinggian rata-rata 400 m di atas permukaan air
laut. Pegunungan di wilayah ini melintang dari timur ke barat dan diakhiri
bentukan Gunung Pulosari, Aseupan dan Karang di sebelah utara. Daerah
pegunungan umumnya berupa hutan dan pertanian teknis yang tidak begitu
luas. Dataran rendah berada pada bagian utara dengan ketinggian 0-25 meter

1
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 9.

1
di atas permukaan laut. Dataran rendah dimanfaatkan sebagai lahan
persawahan teknis.2

Rempah-rempah Kepulauan Indonesia semakin lama semakin dikenal


dunia. Setidaknya pada abad ke-7 M, pelayaran dan perdagangan dari Asia
Timur, Asia Selatan dan Asia Barat menuju nusantara berburu rempah
bernilai tinggi, seperti cengkeh, pala, bunga pala, kayu cendana, lada,
gaharu, kamper (dikenal dengan nama kapur barus), dan produk rempah
lainnya. Cengkeh dihasilkan dari Ternate, Tidore, Halmahera, Seram, dan
Ambon. Sedangkan fuli (dari buah pala) banyak tumbuh di Pulau Run di
Kepulauan Banda. Kayu manis, kemenyan, kapur barus dari Sumatera dan
Jawa, kayu cendana banyak dihasilkan di Pulau Timor dan Sumba,
sedangkan lada banyak dihasilkan dari Banten (Pulau Jawa), Pulau
Sumatera, dan Kalimantan Selatan.

Sampai dengan abad ke abad ke enam belas dapat dikatakan rempah-


rempah belum menjalankan peran yang menentukan dalam perkembangan
sejarah Indonesia. Rempah-rempah memang diperdagangkan oleh beberapa
kerajaan dan kekuatan politik lokal, namun perdagangan itu tidak
mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam dinamika masyarakat
Indonesia secara keseluruhan. Perubahan menentukan setelah kedatangan
bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia yang Semula untuk mencari daerah
produksi rempahrempah, dalam perkembangannya bangsa Eropa tidak hanya
melakukan kegiatan perdagangan, tetapi juga melakukan kolonisasi dan
bahkan membangun kekuatan politik. Kepentingan awal mereka yang
tadinya hanya untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah berkembang

2
Tri Hatmadji, Ragam Pusaka Budaya Banten, (Serang: Direktorat Jendral
Kebudayaan, 2007), p. 3.

2
menjadi kepentingan ekonomi kolonial melakukan eksploitasi kekayaan
alam Indonesia demi kepentingan negeri induk.

Pada abad XVII, Kesultanan Banten telah merupakan tempat


berniaga penting dalam perniagaan internasional di Asia. Kedudukan
penguasa setempat ditunjang oleh kaum bangsawan, yang mempunyai
kekuatan lokal, sedangkan administrasi pelabuhan, perkapalan, dan
perniagaan di urus oleh Syahbandar. Pada sekitar tahun 1618 menurut berita
Cina Tung His Yang K’au, untuk kepentingan perdagangan, Sultan Banten
menunjuk dua tempat di luar kota sebagai pasar dan dibangun toko-toko agar
pembeli dapat berbelanja di Pasar-pasar tersebut sampai petang hari, karena
sudah itu ditutup.3 Sejak imigran Cina datang ke Banten, mereka telah
mendirikan pemukiman yang kemudian dapat membentuk jaringan yang
memungkinkan pertukaran tenaga kerja, pekerjaan, modal, barang, dan lain-
lain. Menurut para pedagang Cina, Banten adalah pasar utama lada dan
rempah-rempah lainnya. Pedagang Inggris dan Belanda memiliki pabrik
utama mereka, dan para pedagang dari Arab datang ke Banten. Pendapat
pedagang Cina mengatakan pedagang Eropa merupakan pedagang yang
paling boros, mereka bisa membunuh dan menghukum mati penduduk asli
bahkan penduduk asing, guna mendapatkan keuntungan yang besar dalam
perdagangan mereka.

Kesultanan Banten yang dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya


selama pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa merupakan puncaknya, maka
dengan mulainya ada ketegangan yang timbul dari pihak puteranya sendiri
yaitu Sultan Abu Nasr Abdul Kahar atau Sultan Haji. Kesultanan Banten
sebagai pusat kekuasaan dan perdagangan antar bangsa mulai mengalami

3
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 43.

3
kepudaran nya. Ketegangan itu disebabkan ambisi Sultan Haji untuk
mengganti Sultan Ageng Tirtayasa yang diadu domba oleh Kompeni
Belanda.4 Kemuduran baik dari segi politik maupun ekonomi dan
perdagangan sejak akhir abad XVII dan lenyap sama sekali kekuasaan
politiknya pada awal abad XIX oleh Kolonialisme Belanda, kerena
penghasilan Kesultanan Banten dari bea cukai para pedagang asing yang
biasanya berlabuh dan membeli komoditi ekspornya pindah ke Batavia.
Kesultanan Banten tidak lagi dapat melakukan perniagaan antar bangsa dan
struktur sosial politiknya dipecah belah dan Kesultanan banten dihancurkan
oleh Kompeni Belanda.

Secara umum bahwa dalam masyarakat agraris, tanah merupakan


faktor terpenting sebagai sumber utama produksi dan kekayaan, serta para
pemilik tanah menjadi tingkat tertinggi di kalangan masyarakat Banten. Oleh
karena itu, klasifikasi penduduk desa didasarkan pada kepemilikan tanah
yang memiliki hak dan kewajiban atas dasar yang sama, terlebih wilayah
Banten yang hanya memiliki lahan tanah kurang dari 10.000 km². Bagian
tersubur terletak di bagian Barat Daya, di dataran rendah dan di kaki
penggunungan yang berfungsi sebagai menara air untuk perairan, serta
paling banyak hanya seperempat wilayah yang dapat ditanami. Hal ini dapat
dibayangkan betapa sulitnya para petani dalam meningkatkan ekonomi di
wilayah Banten, sehingga sultan Banten memainkan strategi politik
kekuasaan untuk menaklukkan daerah-daerah lain atau menjalin kerjasama
dengan para saudagar dalam segi produksi rempah-rempah untuk membantu
meningkatkan pendapatan pada sektor ekonomi.

4
Uka Tjandrasasmita, Banten Sebagai Pusat Kekuasaan dan Niada Antar Bangsa,
(Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya, 1995), p. 117.

4
Banten dengan ekonomi agrarisnya, para pen duduk desa
memanfaatkan dengan aktivitas bercocok tanam dengan menanam lada dan
padi, entah sebagai pemilik tanah atau sistem bagi hasil dengan kesultanan.
Selain itu, mata pencaharian penduduk desa terletak pada perdagangan,
nelayan, pengrajin atau pengusaha industri.5 Walaupun begitu, mayoritas
penduduk Banten berprofesi sebagai petani, sedangkan hanya sebagian kecil
penduduk yang mencari nafkah di bidang perdagangan, kerajinan atau
pertukangan. Oleh karena itu, berbeda dengan kesultanan lain yang memiliki
basis niaga seperti Malaka, Banten selalu menerapkan kebijakan dalam
bahan makanan. Hal ini dapat dilihat sepanjang abad ke-16, Banten telah
menjadi pengekspor bahan pahan, terutama lada, beras, kopi dan lain-lain.
Para penguasa Banten selalu mengutamakan perkembangan dalam sektor
pertanian dan memiliki proyek untuk memperluas lahan pertanian dengan
membuka hutan serta mengembangkan irigasi Untuk perairan di persawahan.
Mereka mengikuti cara dan kebijakan yang telah berkembang di kerajaan
kerajaan agraris besar di Asia Tenggara. Walaupun, persediaan bahan
pangan terjamin, tetapi penyebaran penduduk yang tidak merata dan saat
kondisi iklim memburuk, Banten harus mendatangkan beras dari daerah lain.

Para penguasa di kesultanan Banten terus menekankan pada


pembudidayaan bahan pangan, namun sumber daya manusia dan lahan tanah
yang tidak mencukupi untuk menghasilkan lada, telah memaksa penguasa
kesultanan melakukan penjajah dan penaklukan ke Pulau Sumatera di bagian
Selatan, yaitu Lampung yang dikenal memiliki tanah yang luas di bagian
seberang Selat Sunda.6 Hal ini membuat pelabuhan Banten menjadi ramai

5
Hoesain Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, (Jakarta: Djambatan,
1983), p. 56.
6
Ria Andriyani, dkk, Adaptasi Budaya Masyarakat Lampung, (Bandung: Balai Sejarah
dan Nilai Tradisional, 2006), p. 190.

5
oleh para saudagar dan menjadikan Kota Banten sebagai bandar jalur sutera,
akibat perdagangan rempah-rempah yang di ekspor ke negara-negara Eropa
dan Asia.

Keberadaan Kota Serang tidak terlepas dari perjalanan panjang


sejarah Kesultanan Banten dan Kabupaten Serang. Kesultanan Banten pada
masa lalu adalah kota pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang, baik
dari dalam maupun luar negeri. Di antara para pedagang dari dalam negeri
datang dari Cirebon, Demak, sedangkan dari luar negeri dari Cina, India,
Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda. Pada awalnya kedatangan bangsa
Barat ketika itu bertujuan untuk memperoleh barang komoditas ekspor yang
laku di pasaran dunia. Akan tetapi, semangat imperialisme dan kolonialisme
bangsa Belanda khususnya memonopoli perdagangan, akhirnya menguasai
seluruh sendi kehidupan masyarakat Banten. Kesultanan Banten mengalami
keruntuhan. Pada perkembangan selanjutnya terbentuk Kabupaten Serang
yang sekarang ini telah mengalami pemekaran menjadi kabupaten dan kota.7

Kota Serang secara geografis merupakan bagian dari wilayah


Kabupaten Serang dan sebagai Ibukota Provinsi Banten. Wilayah Kota
Serang terdiri dari daratan, perbukitan dan lautan dengan luas 266,74 km2,
berada pada 6 12 "LS dan 106 15" 02,8 "BT. Jumlah penduduk Kota Serang
± 501,471 dengan kepadatan 1.880 / km², suku bangsa didominasi Jawa
Banten, Agama yang dianut mayoritas Islam, dan bahasa yang digunakan
bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa Banten. Batas wilayah kota Serang
mencakup: Sebelah utara dengan Teluk Banten, Sebelah timur dengan
Kecamatan Pontang, Ciruas, Kragilan, Sebelah barat dengan Kecamatan
Pabuaran, Waringin Kurung dan Kramatwaktu, dan Sebelah selatan dengan

7
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 49.

6
Kecamatan Cikeusal, Petir dan Baros. Luas wilayah Kota Serang secara
administratif 26.439 ha, terdiri dari 6 kecamatan, 20 kelurahan dan 46 desa.
Keenam kecamatan tersebut, yaitu Serang, Cipocok Jaya, Curug, Kasemen,
Taktakan, dan Walantaka. Dan Kecamatan Serang terdiri dari 12 Kelurahan,
yaitu Serang, Kaligandu, Sumur Pecung, Sukawana, Cimuncang, Terondol,
Unyur, Kota Baru, Lontar Baru, Kagungan, Lopang dan Cipare.8

Wilayah Kota Serang adalah bagian dari Kabupaten Serang yang


dibangun setelah Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1808-1811) berkuasa di
Hindia Belanda 1808. Pada saat itu Keraton Surosowan sebagai pusat Kota
Kesultanan Banten dibumihanguskan dan ditetapkan sebagai kawasan prefek
atau landrosambt (daerah setingkat karesidenan). Kawasan ini terbagi
menjadi tiga daerah setingkat kabupaten, yaitu Banten Hulu, Banten Hilir,
dan Anyer, yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serang.9 Tahun
1817, Residen J. De Bruijn WD, mulai melakukan penataan kota dan
pembangunan gedung pemerintahan. Selanjutnya 8 Oktober 1926, pusat
Pemerintahan Kerajaan Banten di Banten Girang Dipindahkan ke wilayah
Banten Lama (3 km dari Kota Serang sekarang). Pada 2 November 2007
ditetapkan sebagai kotamadya dan 17 Juli 2007 dimekarkan menjadi Kota
Serang dan Kabupaten Serang, Kecamatan Serang di Kota Serang ditetapkan
sebagai pusat pemerintahan kota sekaligus ibukota Provinsi Banten.
Sementara itu, pusat pemerintahan kabupaten berada di Kecamatan Ciruas.

Pembagian wilayah perkotaan dan perubahan arsitektur bangunan di


Kota Serang merupakan perihal yang disengaja dan direncanakan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda. Sejarah telah mencatat bahwa segala sesuatu
8
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 50.
9
Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara, (Jakarta:
LP3S, 2004), P. 94.

7
yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda, semata-mata untuk
kepentingan mereka sendiri sebagai penguasa. Pembagian wilayah di Kota
Serang yang terbagi menjadi 3 bagian wilayah tidak terlepas dari ciri
historisitas dari manusia, baik sebagai individu maupun sebagai warga dari
komunitas. Pembagian tersebut merupakan kreativitas pendirinya untuk lebih
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan hidup ketika itu. Pada
zaman kolonial, tata letak kota yang baik menjadi hal mutlak untuk
keberlangsungan dan kemajuan kota itu sendiri dan masyarakat
pendukungnya. Dengan melihat setting kota di masa sebelum kedatangan
bangsa Eropa, Serang adalah kota yang berorientasi kepada tata letak kota
bercirikan Jawa Kuno dan pengaruh budaya Islam, yang mana alun-alun
Menjadi sentra, dikelilingi oleh adanya mesjid, penjara, bangunan
pemerintahan, dan lain-lain.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang ada diatas, maka terdapat Rumusan


Masalah sebagai berikut:

1. Jelaskan Bagaimana Sejarah dan Nama Kelurahan Lopang?


2. Bagaimana Kependudukan di Lopang?
3. Apa saja yang menjadi mata pencaharian daerah Lopang?
4. Dalam aspek Pendidikan, Bagaimana perkembangan Pendidikan di
Kelurahan Lopang?
5. Sebutkan dan Jelaskan Tradisi Kebudayaan di Kelurahan Lopang?

C. Tujuan Penelitian

10
Aris Muzhiat, Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal Interaksi Niaga
Kesultanan Banten, (Serang: Guepedia, 2021), p. 52.

8
Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas, maka terdapat tujuan
penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah dan Nama Kelurahan


Lopang.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Kependudukan di Lopang.
3. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi mata pencaharian
daerah Lopang.
4. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Pendidikan di
Kelurahan Lopang.
5. Untuk mengetahui Tradisi Kebudayaan di Kelurahan Lopang.
D. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, penulis membagi kedalam keempat bab


masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab yang merupakan penjelasan
dari bab tersebut, adapun sistematika pembahasan yakni sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, mencakup: Latar Belakang, Rumusan


Masalah, Tujuan Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.

BAB II : Data dan Metode Penelitian, mencakup: Observasi,


Wawancara, dan Dokumentasi.

BAB III : Pembahasan, mencakup: Sejarah Lopang,


Kependudukan, Kondisi Ekonomi, Aspek
Pendidikan, Budaya dan Keagamaan.

BAB IV : Penutup, mencakup: Kesimpulan dan Saran.

BAB II

9
Data dan Metode Penelitian

A. Observasi

Lopang adalah kelurahan yang berada di kecamatan Serang, Kota


Serang, Banten. Kami memilih Lopang sebagai objek penelitian dikarenakan
daerah Lopang merupakan daerah yang sangat strategis dan juga disana
dalam segi kebudayaan banyak sekali hal-hal unik, terlebih di Lopang sendiri
terdapat beberapa makam yang hidup pada masa Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, sehingga karena hal itulah kami memilih Kelurahan
Lopang sebagai bahan penelitian kami.

Lopang sendiri terdiri dari 12 RW dan 57 RT, dimana RW 01 yaitu


Lopang Gede, RW 02 yaitu Lopang Cilik, RW 03 Kebaharan Al – Amin,
RW 04 yaitu Kebaharan Dukuh, RW 05 yaitu Lingkungan Domba, RW 06
yaitu Lingkungan Kaliwadas, RW 07 yaitu Taman Lopang Indah, RW 08
yaitu Kebaharan Amanah, RW 09 yaitu Griya Lopang, RW 10 yaitu
Mandala Citra, RW 11 yaitu Taman Lopang Indah bagian Utara, RW 12
yaitu Lopang Cilik. Akan tetapi pada saat penelitian kami hanya
mewawancarai orang-orang yang berada di Lopang Gede seperti Bapak
Masyrul Alawi (Founder TBM PPLG), Bapak Amin Zainuddin (Ketua RW
01), Ibu Iis (Istri Pemilik Pondok Pesantren Darul Karomah Ula), Rama
Hidayatullah (Lurah Pondok Pesantren Darul Karomah Ula), Hendi (Santri
Senior Pondok Pesantren Darul Karomah Ula). Dan Juga mewawancarai
Bapak Abdullah (Bagian Administrasi Pertanahan di Kelurahan Lopang).

Sebenarnya pada saat penelitian ke lapangan, kami sempat ingin


mewawancarai K.H. Ariman yang merupakan sesepuh atau orang yang di
tuakan di Kelurahan Lopang sendiri, akan tetapi kami sempat berkunjung
langsung ke pondok pesantrennya pada saat itu beliau tidak bisa di

10
wawancarai karena sedang sakit, kemudian kami diberikan kartu nama
beliau. Saat itu kami sempat menghubunginya lagi, akan tetapi K.H. Ariman
Anwar tidak bisa diwawancarai. Kami juga sempat ingin mewawancarai
Lurah Lopang yaitu Bapak Hidayatullah, akan tetapi saat itu memang Lurah
nya sedang ada tugas di luar sehingga kami tidak bisa bertemu dengan lurah
nya. Dan kami juga sempat ingin mewawancarai KH. Mathlubi yang
merupakan anak dari K.H. Ariman yang mempunyai pondok pesantren Darul
Karomah Ula, akan tetapi saat itu beliau sedang tidak ada di pondok,
dikarenakan sedang ada acara Qori di luar.

Pada saat penelitian ke lapangan, banyak hal yang kami temukan di


Lopang, terlebih dari masyarakatnya sendiri memang sangat kental dengan
tradisi keagamaan, hal itu terbukti ketika kami melakukan wawancara
terhadap salah satu narasumber yaitu Bapak Masyrul Alawi, pada saat itu
masyarakat Lopang sedang merayakan Maulid Nabi, yang memang
rangkaian acaranya salah satunya yaitu Panjang Mulud, disana kami melihat
kekompakan masyarakat, dan saling gotong royong untuk memeriahkan
acara tersebut, bahkan ketika Panjang Mulud dilaksanakan, aparat setempat
ikut berjaga bersama-sama agar terhindarnya dari kemacetan jalan.

B. Wawancara

1. Kendali Wawancara

Narasumber 1 : Bapak Masrur Alawi (Kang Acun)


Hal yang di tanyakan :
1. Bagaimana Sejarah terbentuknya Nama Lopang?
2. Apa saja Tradisi yang ada di Kelurahan Lopang?
3. Apakah Pendidikan di Lopang ini berkembang?
4. Bagaimana Perkembangan ekonomi di Kelurahan Lopang?

11
5. Bahasa apa yang di gunakan oleh penduduk Lopang dalam sehari-
harinya?
Narasumber 2 : Bapak Abdullah
Hal yang di tanyakan :
1. Letak Geografis Kelurahan Lopang!
2. Bagaimana Perkembangan Ekonomi di Kelurahan Lopang?
3. Makanan apa saja yang menjadi Ciri Khas di Daerah Lopang?
4. Apa saja Tradisi yang masih di gunakan di daerah Lopang?
5. Bahasa apa yang digunakan di Lopang?
6. Dari mana saja asal penduduk Lopang tersebut? Penduduk asli atau
pendatang?
Narasumber 3 : Bapak Amin Zainuddin
Hal yang di tanyakan :
1. Bagaimana Perkembangan Ekonomi di Kelurahan Lopang?
2. Apa saja Tradisi yang ada di Kelurahan Lopang?
3. Apa saja kebiasaan yang masih sering di lakukan oleh warga
Lopang?
Narasumber 4 : Ibu Iis
Hal yang di tanyakan :
1. Bagaimana Perkembangan Pendidikan di Kelurahan Lopang
terutama di pondok pesantren yang di kelola oleh Ibu Iis dan
Suami?
2. Apa saja suka duka menjadi tenaga pendidik di Pondok pesantren
Daarul Karomah U’la?
3. Sistem pengajaran seperti apa yang di tetapkan di pondok pesantren
Daarul Karomah U’la?
Narasumber 5 : Rama
Hal yang di tanyakan :

12
1. Bagaimana Suka duka belajar di pondok Pesantren Daarul
Karomah U’la?
2. Bagaimana cara narasumber sebagai lurah pondok untuk
menerapkan kedisiplinan terhadap santri dan santriwati di
pondok pesantren Daarul Karomah U’la?
Narasumber 6 : Hendi
Hal yang di tanyakan :
1. Sebagai santri yang sudah bertahan-tahun menjadi santri di
pondok pesantren Daarul Karomah U’la yang berada di
Kelurahan Lopang, apakah tau bagaimana Sejarah terbentuknya
Nama Lopang?
2. Bagaimana Suka duka belajar di pondok pesantren Daarul
Karomah U’la?

2. Label dan Transkip Wawancara

Lopang Gede, 30 Oktober 2021

Wawancara 1

Narasumber: Pak Masyrul Alawi

Umur: 38 Tahun

Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi


wabarakatuh perkenalkan kami dari kelompok 2 yang beranggotakan Ahmad
Mushofa, Muaimah Hayati, Nabila Faizah Atsani, Siska Sintia dan Hannah
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul “Sejarah

13
dan Perkembangan Desa”, dengan pengkisah yang bernama Masrur Alawi
atau lebih akrab dengan panggilan Kang Acun, beliau adalah seorang pegiat
literasi di daerah Lopang Gede. Wawancara akan dilaksanakan pada siang
hari ini yaitu pada tanggal 30 Oktober 2021, Pukul 11.10 tempatnya di
kediaman kang acun Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang.
Banten, 42111. Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini
dengan mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.

Masyrul Alawi yang akrab disebut kang Acun merupakan seorang


pegiat literasi di daerah Lopang Gede, beliau juga sudah berkeluarga. Beliau
menceritakan, bahwa dalam sejarah Lopang itu banyak versi, beliau juga
sempat berdiskusi dengan kasepuhan yang memang dituakan di daerah
Lopang itu sendiri seperti, K.H. Ariman Anwar dan orang tua lainnya.
Memang ada persamaan tapi ada sesuatu yang beda, karena beliau juga tidak
tahu mana yang bener tapi setidaknya itu informasi yang saya dapatkan. Tapi
saat ini belum ada artefak atau barang-barang benda yang sekarang di yakini
oleh warga Lopang.

Adapun warga Lopang sendiri meyakini suatu kuburan yang turun


temurun membenarkan bahwa adanya kuburan syekh Abdurrahman
Sutawise, ini salah satu bagian dari managemen yang mengelola perkudaan
para Sultan Banten dan sampai sekarag kuburannya masih terkenal di
masyarakat Lopang atau di luar Lopang. Terdapat juga makam Syekh Ja’far
yang merupakan bagian dari petugas kesultanan dibagian kegiatan pengajian.
Ada juga paku bumi dan para kesultanan-kesultanan di Lopang. Jika
berbicara di luar Lopang, ada Lopang Gede yang merupakan wilayah tertua
di kelurahan Lopang itu sendiri, maka dari itu Lopang Gede ini menjadi Rw
1 dan Rw 2 nya di daerah Lopang Cilik.

14
Lopang Cilik juga merupakan daerah tertua karena disana terdapat
makan Ki Syahel. Maka dari itu, Ki Syahel sudah di bekukan menjadi nama
suatu Jalan yang arah ke SMP 3 dan Kelurahan. Itu bagian yang memang
sudah di kukuhkan bahwa Ki Syahel merupakan seorang Kyai, pendakwah,
akan tetapi bukan pada masa kesultanan kurun waktunya pada zaman Syekh
Nawawi di Tanara. Dimana Syekh Nawawi pernah belajar (berguru) kepada
Ki Syahel sebelum pergi ke Mekkah (pada masa kolonial Belanda). Lalu
didaerah kebaharan Dukuh juga ada salah satu tokoh yang bernama Ki
Jantra.

Mengenai sejarah itu sendiri belum ada pembukuan, bahkan di kantor


kelurahan saja belum ada yang niat untuk mencari sejarah Lopang yang
dipatenkan (sepakati), tokoh yang membenarkan itu tidak ada. Sehingga dari
dulu yang mau mencari info mengenai Lopang dibebaskan untuk mencari
informan, belum dibukukan, sehingga tidak pusing lagi untuk mencari
informasi ke orang-orang, akan tetapi untuk saat ini memang belum ada
referensi untuk mengetahui sejarah lopang lebih dalam. Sejak Kang Acun
kecil tradisi panjang maulid (ngeropok/ngeriung) di daerah serang masih ada
hingga sekarang. Di rangkaian acara kedua maulidan itu ceramah agama
yang di lakukan pada malam hari (dengan cara mengundang para Daí) dan
tempatnya di masjid. Rangkaian acara ketiga pada acara Maulid Nabi, yaitu
kegiatan bakti sosial dan sunatan masal yang memang setiap tahun selalu
diadakan. Yang mana setiap anak yang ingin di sunat tidak dipungut biaya
(gratis), bahkan warga tidak melihat dari kalangan apapun, jadi memang
yang mau di sunat masal maka dengan senang hati dipersilahkan, karena
memang ini merupakan bentuk bakti sosial dari masyarakat sekitar lopang
gede dan untuk masyarakat lopang gede sendiri.

15
kemudian sebelum mengadakan bakti sosial kegiatan mulud, disini
juga ada tradisi nahwa penganten sunat nya ini berkunjung ke makam Sultan
Maulana Hasanuddin untuk berziarah (dilakukan khusu masyarakat Lopang
Gede), untuk penganten sunat sendiri di siapkan mobil oleh panitia maulid,
akan tetapi selama pandemi kemarin kurang lebih sekitar 1 tahun memang
tidak di adakan, tahun ini ada sekitar 35 peserta khitanan masal, yang
dikawal oleh polisi pjr, kemudian penganten sunat di arak. Kegiatan
Khitanan masal ini memang sudah ada sejak kang acun belum lahir,
sedangkan kang acun sendiri saat ini sudah berusia 38th, yang artinya
memang sudah lama diadakan secara turun temurun.

Dulu acara khitanan masal nya memang lebih ekstrim dibandingkan


dengan sekarang, dimana pada zaman dulu dinamakan sunatan bengkong,
alat khitannya memakai bamboo yang tajam seperti silet (dalam bahasa
serangnya bernama welad), sebelum di khitan meminum air yang memang
sudah di beri do’a, kalo zaman sekarang sudah modern memakai dokter dan
di suntik baal. Kang aacun juga salah satu orang yang merasakan khitanan
bengkong. Yang diiringi dengan alat music rebana seperti qasidahan sambil
berdzikir, itu merupakan suatu hiburan untuk penganten sunat pada zaman
dulu.

Untuk sekarang isi dari kegiatan maulid ini secara keseluruhan tidak
banyak yang berubah, akan tetapi memang terdapat perubahan secara teknis
seperti makanan yang ada dalam sangku (berkat) ada perubahan terkait
isinya, jika dulu kebanyakan masyarakat memberi isian berkat berupa lauk
pauk yang sudah di masak, atau matang. Namun, saat ini masyarakat lebih
memilih untuk mengisi sangku (berkat) dengan sembako seperti beras,
minyak, telor, sdb. Menurut Kang Acun kegiatan tersebut sudah ada sejak

16
ratusan tahun yang lalu, yang memang terus dilesgtarikan oleh masyarakat
lopang.

Filosofi ziarah ke banten yaitu trah nya lopang itu berawal dari
kesultanan, jadi tempatnya orang-orang bermain ataupun singgah, ada yang
mukim di kelurahan lopang. Dahulu kelurahan lopang ini meliputi berbagai
macam daerah yang memang cakupannya luas, seperti unyur, kota baru
(royal, kebon sawo, kampong pasak, kagungan) dulunya merupakan wilayah
lopang, akan tetapi karena adanya pemekaran wilayah, terpisahlah dari
kelurahan lopang. Dulu mungkin karena memang wilayahnya luas, banyak
sawah dan warga nya padat jadi dilakukanlah pemekaran, ada pemahaman
mengenai tradisi di kelurahan lopang sendiri memang acuan yang di tuakan
yaitu daerah lopang gede itu sendiri. seperti ziarah dimana sebagai
silaturahmi ke makam Sultan Maulana Hasanudin, tujuannya memang untuk
melestarikan budaya dimana sunatan ini merupakan anjuran Islam yang
sudah diwarisi Nabi ke para sahabat, wali-wali, ulama, ziarah ini sebagai
ucapan terimakasih kepada orang tua dahulu, jadi dalam artina ziarah ini
sebagai bentuk rasa terimakasih ibarat kepada orangtua (Sultan Maulana
Hasanuddin) dalam bentuk yang syar’i, karena hakikatnya kita yakin bahwa
orang yang dimuliakan itu seperti waliyullah diyakini bahwa koneksi alam
disana, walaupun entah di alam kubur mereka seperti ada yang memberikan
informasi entah dengan malaikat-malaikatnya disana.

Dan orang-orang yang punya ternak diarahkan disana, berkumpulnya


domba dan perdagangan, dikmpulkannya domba, Di masa kesultanan ada
yang namanya Ki Ja’far, makamnya ada di Lopang gede di RT 06/RW 01,
diamanatkan untuk menyebarkan Islam, Ki Ja’far menjadikan Lopang
sebagai tempat singgah, karena dulu banyak orang sunda yang identik
dengan Baduy yang dimana ada juga keturunan kejawen. Sedangkan orang

17
zaman dulu tidak bisa menyebut Ki Ja’far, pelafalannya Ja’far menjadi
Japing, sedangkan ada saudaranyanya yang menyebut beliau dengan sebutan
“Lo” (Uwa), sehingga menyebut Ki Ja’far itu dengan sebutan “Lo‘apang”,
maka dari itu orang menyebutnya dengan sebutan “Lopang”

Wilayah lopang sudah terbentuk sejak Sunan Gunung Jati mengutus


anaknya Suktan Maulana Hasnuddin, disini sudah maju penyebaran
islamnya, nah sudah ada ki ja’far itu, dan sekarang kemudian menjadi
berkembang. Pada awalnya memang Lopang itu sebagai suatu Desa, dengan
sistem pemlihan kepala desa melalui musyawarah mufakat. Kelurahan nya
dibentuk nya Banten, Provinsi Banten membutuhkan yang namanya kota-
kota yang menjadi ibu kotanya, akhirnya Banten menjadikan Kota Serang
sebagai Ibu Kota Banten, dan Kota Serang mau tidak mau secara
administrasi mengikuti peraturan yang tadinya kepala desa lalu diubah
menjadi kelurahan, tahun 2000 Banten terbentuk, dan Kota Serang terbentuk
sejk 2007 atau 2009. Sebetulnya Lopang sendiri sebelum terbentuknya
Provinsi Banten memang wilayahnya sudah ada dan bernama Lopang,
karena dekat dengan alun-alun dimana menjadi pemerintahan kab. Serang
pada waktu itu.

Dari Segi Ekonomi:

Masyarakat Lopang mayoritas mata pencahariannya sebagai


pedagang, ada yang dagang di pasar lama dulu di kuasai oleh masyarakat
Lopang, dan orang luar melihat lopang ini sebagai kota perdagangannya
dimana dekat dengan pemerintahannya (sentral perdagangan), pelabuhan
ratu, sehingga banyak masyarakat dari luar daerah lopang belanja ke
Lopang., kebanyakan warga lopang yaitu pedagang dan bertani, akan tetapi
karena pengembangan banyak pendang terlebih di daerah lopang sendiri
terdapat pesantren, jadi sentral pendidikan juga, sehingga banyak yang

18
mengajar, akan tetapi memang kebanyakan pedagang dan petani
dibandingkan guru dikarenakan pada zaman dulu daerah lopang sendiri
memang cakupannya luas oleh sawah-sawah, dan kebun. Akan tetapi untuk
saat ini memang wilayah lopang sendiri sudah banyak pabrik-pabrik
sehingga wilayah ini menjadi padat penduduk, bahkan sawah-sawah sudah
mulai hampir tidak ditemukan, dan untuk saat ini bertani dan berternak sudah
hampir punah.

Untuk wilayah lopang sendiri memang kebanyakan masyarakat


pribumi, adapun pendatang hanya ada di beberapa wilayah yang terdapat
dalam perumahan di kelurahan Lopang. Secara data keseluruhan lebih
banyak perkampungan disbanding komplek/perubahan yang terdapat di
kelurahan Lopang.

Segi Pendidikan:

Di Lopang sendiri terdapat TBM (Taman Baca Masyarakat) yang


merupakan bagian dari pendidikn di daerah Lopang Gede, yang di dirikan
oleh Kang Acun sendiri dan juga bekerja sama dengan masyarakat sekitar,
pada tahun 2016 ketika kang acun menjabat sebagai Ketua Pemuda, dimana
beliau mempunyai gagasan untuk generasi muda agar ada yang berbeda:
Pertama, untuk menguasai premanisme, dimana dulu terkenal jika ada
keributan selalu dikomandoi oleh ketua pemuda mengenai keributan antar
kampung. Ketua pemuda dulu terpilih dikarenakan gagah, yang bisa bela
diri. Akan tetapi untuk sekarang mindsetnya sudah berubah, bahwa ketua
pemuda bukan untuk menjadi premanisme, akan tetapi harus mempunyai
karya dan berprestasi.

Sehingga pada tahun 2016 kang acun coba undang rt 01- 08, duduk
bareng dan coba gagaskan, kang acun presentasikan untuk membuat PPLG

19
(Paguyuban Pemuda Lopang Gede), aspek yang dilakukan focus pada bidang
pendidikan, jangan samppai warga sini buta aksara, atau berhenti sekolah
karena kurang biaya. Dari sektor lingkungan juga PPLG kang acun
membentuk Bank Sampah, sampah dikelola dan menghasilkan finansial
untuk pengembangan masyarakat. Dibidang Olahraga juga kang acun
membuat event pertandiungan bola, akan tetapi karena kondisi lapangan
yang sekarang sudah tidak ada sehingga dialihkan ke E-Sport yaitu
mengadakan pertandingan Mobile Legend yang dilakukan pada malam hari,
sebagai bentuk silaturahmi antar pemuda.

Tetapi untuk saat ini kang acun berfokus pada TBM, maka dari itu
TBM di PPLG ini mempunyai unit-unit cakra nya, yang diawali dengan
literasi yang berlokasi di pendopo depan masjid yang dilakukan secara rutin
seminggu sekali atau sebulan sekali, akan tetapi TBM sendiri masih
membutuhkan tempat lain sebagai tempat optional ketika pendopo depan
masjid dipakai untuk acara-acara besar yang diadakan oleh masyarakat
sekitar, terlebih untuk tempat dimana tamu-tamu TBM bisa bersilaturahmi
dengan nyaman, sehingga dibuatlah satu unit tempat yang dinamakan Rumah
Baja (Baca dan Jajan) yang memang berlokasi disamping rumah Kang Acun
sendiri.

Kemudian adalagi cakra yang dibuat yaitu Rumah Iqro (RUQO)


untuk mengaji, Ada lagi di Ladang Pena tentang PPLG konten, bukan hanya
berfokus kepada baca dan tulis, bagaimana peran pemuda untuk dampak
yang lainnya seperti finansial, banyak penagngguran PPLG fasilitasi, jadi
bukan dampak pendidikan atau sosial saja, namun dampak ekonomi juga kita
berikan dan fasilitasi. PPLG kemudian berubah nama menjadi (Paguyuban
Pemuda Literasi Global), alasannya dikarenakan pada saat itu relawan PPLG
sudah banyak yang menikah atau tinggal diluar daerah lopang sehingga

20
mereka sungkan untuk datang ke PPLG karena dulu masih dinamakan
sebagai Paguyuban Lopang gede. Karena alasan itulah dirumah nama benjadi
literasi global agar baik yang dari luar lopang sekalipun bisa menjadi
relawan di PPLG.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin wawancara telah selesai pada pukul


13:30, kami ucapkan terima kasih banyak kepada narasumber pada siang hari
ini, mari kita tutup wawancara ini dengan mengucapkan Hamdallah.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin.

Lopang Cilik, 02 Desember 2021

Wawancara 2

Narasumber : Abdullah

Jabatan : Administrasi Pertanahan

Umur : 49 Tahun

Alamat : Kebaharaan Dukuh, Lopang, Serang Banten.

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi


wabarakatuh perkenalkan kami dari kelompok 2 yang beranggotakan Ahmad
Mushofa, Muaimah Hayati, Nabila Faizah Atsani, Siska Sintia dan Hannah
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul “Sejarah
dan Perkembangan Desa”, dengan pengkisah yang bernama Bapak Abdullah,
beliau adalah seorang pegawai di Kelurahan Lopang yang menjabat sebagai
Administrasi Pertanahan. Wawancara akan dilaksanakan pada pagi hari ini
yaitu pada tanggal 02 Desember 2021, Pukul 09.30 tempatnya di Kantor
Kelurahan Lopang.

21
Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.

Kelurahan Lopang berdiri tahun 1980 yang berawal dari desa


menjadi kelurahan. Di Kelurahan Lopang sendiri terdiri dari 12 RW dan 57
RT, dimana RW 01 yaitu Lopang Gede, RW 02 yaitu Lopang Cilik, RW 03
Kebaharan Al – Amin, RW 04 yaitu Kebaharan Dukuh, RW 05 yaitu
Lingkungan Domba, RW 06 yaitu Lingkungan Kaliwadas, RW 07 yaitu
Taman Lopang Indah, RW 08 yaitu Kebaharan Amanah, RW 09 yaitu Griya
Lopang, RW 10 yaitu Mandala Citra, RW 11 yaitu Taman Lopang Indah
bagian Utara, RW 12 yaitu Lopang Cilik.

Dari segi ekonomi mata pencaharian masyarakat Lopang Cilik adalah


pedagang. Kebiasaan masyarakat daerah sini masih memegang adat istiadat
seperti kegiatan keagamaan yang masih kental sampai sekarang salah
satunya Maulid Nabi. Rangkaian Maulid Nabi didalamnya terdapat panjang
maulid yang malam harinya di isi dengan ceramah agama. Masyarakat
Lopang Cilik ini masih mempertahankan adat istiadat yang sudah ada sejak
dulu malah terdapat peningkatan dalam ceramah agama. Misalnya dulu
hanya ada riungan dan ngeropok, sekarang ditambah dengan ceramah agama
di masjid – masjid. Dari sini terlihat adanya peningkatan tradisi pada
masyarakat Lopang itu sendiri.

Perayaan hari besar Islam di masyarakat Lopang masih di


laksanakan tetapi dalam pelaksanaannya dalam gotong royong itu kurang
hanya beberapa kampung yang masih melaksanakan secara gotong royong
karena terdapat beberapa kampung yang sudah menjadi komplek. Jika
kampung seperti Lopang Gede, Lopang Cilik dalam melaksanakan hari besar
Islam masih kental dengan gotong royongnya. Penduduk di kelurahan lopang
itu sendiri adalah penduduk asli orang Lopang hanya saja ada beberapa

22
warga pendatang seperti di bagian-bagian komplek. Warga pendatang
merupakan orang Chinese dan sebagainya dan agamanya pun tidak 100%
Islam.

Makanan Khas kelurahan Lopang dalam acara-acara besar di


antaranya seperti Bugis, Gembleng itu sudah tidak asing lagi untuk
masyarakat tersebut. Sedangkan untuk lauknya seperti Sate bandeng, rabeg
dan sayur tangkil. Ini adalah makanan yang selalu menjadi ciri khas di setiap
agenda kegiatan yang di laksanakan oleh masyarakat Lopang. Tradisi ini
dilakukan secara turun temurun tanpa adanya perubahan.

Dari segi pendidikan, terdapat banyak jenis pendidikan swasta dari


pada negri dan pendidikan di lopang ini lebih meningkat bahkan sekarang
ada yang masuk ke perguruan tinggi meskipun ekonominya sedang turun
karena pemerintah membantu warga lopang yang tidak mampu dan di
fasilitasi oleh pemerintah dengan syarat terlahir dari sandang tidak mampu
seperti bidikmisi melalui pemerintah (Kelurahan). Dan kebiasaan anak kecil
sepulang sekolah kebanyakannya bermain gadget dan kebiasaan orang
kelurahannya apabila tidak ada kerjaan itu bermain gadet. Berbeda dengan
waktu bapak masih kecil itu jika pulang sekolah itu masih bermain
tradisional seperti: Gobag dan Bentengan.

Untuk bahasa mayoritas warga Lopang Cilik menggunakan Jawa


Serang yang memang bahasanya kasar dan jarang menggunakan babasan
(Jawa halus), serta sebagian kecil menggunakan bahasa sunda. Pada zaman
kesutanan banyak sekali pendatang yang datang ke Lopang untuk bermukim,
seperti pendatang dari Tasik dan Cirebon. Akan tetepi, karena mereka
merupakan pendatang tentu mereka mengikuti kebudayaan yang ada di
Lopang dan tidak merubahnya. Untuk peninggalan-peninggalan di Lopang
Cilik itu sendiri tidak ada, tetapi jika petilasan itu ada seperti makam dari

23
tokoh yang bernama Ki Syahel (nama jalan) dan TB. Usman. Ki Syahel juga
merupakan guru dari Syekh Nawawi. Untuk jejak sejarahnya masih ada
seperti cerita dari orang dahulu, seperti pendekar-pendekar, cakra dolog, dan
ki mas jantra yang merupakan peninggalan seperti makamnya masih ada
hingga sekarang. Keberadaan makamnya Ki Mas Jantra itu di Rw 3, Ki
Kringsing di Rw 4, Ki Syahel di Rw 2 (Lopang Cilik), caka dolog di
Kebaharan Duku dan Kali Wadas (Mandala Citra) jejaknya masih ada.
Adapun gebrakan dari pemuda salah satunya dari anak Unsera yang
berhasil atas nama kelurahan Lopang yang memenangkan dan mendapatkan
penghargaan dalam kategori makanan melinjo yang diapresiasi oleh Wali
Kota Serang.

Dari segi pendidikan, kelurahan Lopang mempunyai dua Taman


Bacaan Masyarakat yang pertama bertempat di Lopang Gede yang bernama
TBM PPLG (Paguyuban Pemuda Literasi Global) yang di pelopori oleh kang
Masyrul Alawi (kang Acun), dan yang kedua bertempat di Lopang Cilik
(Samping Kantor Kelurahan) yang memang sedang proses pembuatan yang
masih bekerjasama dengan kang Acun.

Untuk makanan Rabeg sendiri yang memang biasa masyarakat masak


pada perayaan hari raya besar (Hajatan/Nikahan), bahan utamanya ialah
daging kambing yang dicampur dengan rempah-rempah yang cukup banyak.

Untuk saat ini orang yang di hormati atau di tuakan yaitu KH Ariman
dan juga Rw Rt setempat. Yang mempunyai Pondok Pesantren Nurul Anwar.
Di kelurahan Lopang sendiri terdapat 4 pesantren yang diantaranya ada 2
pondok pesantren di daerah Lopang Gede yaitu Nurul Anwar dan Darul
Karomah Ula yang didirikan oleh KH Matlubi di Rt 7. Yang ketiga Pondok
Pesanter Nurul Islah dan yang keempat Pondok Pesantren Raudhatussalam
yang didirikan oleh ustad Abdussalam yang berlokasi di Kebaharan Dukuh.

24
Mengenai tradisi di kelurahan Lopang sendiri memang masih sangat
kental, Seperti syukuran anak bayi dilakukan marhabanan, terlebih di masjid-
masjid kelurahan lopang setiap malam jum’at rutin melakukan marhabanan
sehabis Sholat Isya. Adat istiadat yang memang masih kental juga yaitu di
acara pernikahan, sebelum melakukan proses pernikahan masyarakat
setempat melakukan acara yalil (Buka pintu pengantin) terlebih dahulu, pada
masa bapaknya masih kecil proses yalil dilakukan malam hari dan di arak
memakai petromaks ke pihak perempuan, akan tetapi untuk sekarang proses
yalil di lakukan pada siang hari dimana pihak laki-laki langsung di yalil dan
di bawa ke pihak perempuan.

Selama kelurahan Lopang itu ada sudah 10 kali ganti lurah, ada yang
menjabat 3 bulan, ada yang menjabat 10 bulan, semua tergantung pihak wali
kota. Lurah yang menjabat di kelurahan Lopang tidak semua asli orang
Lopang, untuk saat ini lurahnya bernama Bapak Hidayatullah yang awalnya
menjabat sebagai Lurah Tritih kemudian di pindah tugaskan ke Lopang dan
telah menjabat kurang lebih selama 6 Bulan.

Di kelurahan Lopang sendiri terkait UMKM memang sudah dapat


bantuan dari pemerintah dimana masyarakat mendapatkan bantuan dana
sebesar Rp.2.500.000 melalui kantor bank BRI, dan kondisi perekonomian
Masyarakat saat ini sudah mulai menggeliat dengan membangun usaha
kembali meskipun kecil-kecilan karena pada saat pandemi perekonomian
masyarakat Lopang sangat menurun sehingga imbasnya terjadi kemana-
mana. Di Lopang juga terdapat sawah seluas 1-5 hektar akan tetapi sawah
tersebut di miliki oleh satu orang dan di urusi oleh beberapa Masyarakat
Lopang yang memang bekerja mengurusi sawah tersebut.

Untuk saat ini Lopang sudah menjadi tempat padat penduduk. Dan
terkait nama daerah Lopang cilik itu sendiri menurut orang tua dulu daerah

25
ini kampungnya kecil tapi tidak ingin di sebut Lopang Kecil hanya ingin
menyebut daerahnya dengan bahasa Serang yaitu “Cilik” yang sebenarnya
artinya itu sama yaitu Kecil. Sedangkan di daerah Lopang Gede adalah
daerah tertua yang berada di kelurahan Lopang di sana terdapat banyak
sekali guru-guru ngaji dan juga banyak orang-orang pinter. Di Lopang gede
juga merupakan awal mula dari munculnya sejarah kelurahan Lopang.
Menurut bapak Abdullah nama Lopang sendiri berasal dari kata “Bunga”
kemudian berkembang sehingga masyarakat Lopang ada yang ketutunan
Cirebon yang dulu bermukim di daerah Lopang.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin wawancara telah selesai pada pukul


11:00, kami ucapkan terima kasih banyak kepada narasumber pada siang hari
ini, mari kita tutup wawancara ini dengan mengucapkan Hamdallah.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin.

Lopang Gede, 03 Desember 2021

Wawancara 3

Narasumber : Amin Zainuddin

Umur : 49 Tahun

Jabatan : Ketua Rw.001

Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi


wabarakatuh perkenalkan kami dari kelompok 2 yang beranggotakan Ahmad
Mushofa, Muaimah Hayati, Nabila Faizah Atsani, Siska Sintia dan Hannah

26
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul "Sejarah
dan Perkembangan Desa", dengan pengkisah yang bernama Bapak Amin
Zainuddin, beliau adalah seorang Ketua RW.001 di Lopang Gede.
Wawancara akan dilaksanakan pada Siang hari ini yaitu pada tanggal 03
Desember 2021, Pukul 13.00 tempatnya di kediaman Bapak Amin.

Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.

Menurut Bapak Amin Zainuddin selaku ketua Rw di Lopang Gede,


mata pencaharian di kampung ini yaitu pedagang dan petani, tetapi tidak
sedikit juga yang menjadi PNS dan guru. Biasanya mereka berdagang di
Pasar Lama, Pasar Rau yang menjual berbagai jenis kebutuhan disini seperti
pakaian dan ikan. Tidak hanya berjualan di pasar saja tetapi juga berjualan
secara keliling. Dalam segi pendidikan, pada umumnya lulusan SMA namun
semenjak kemajuan di kampung ini pemuda/pemudi sudah banyak yang
kuliah, karena pola pemikiran masyarakat disini sudah terjadi banyak
kemajuan dan orangtua juga membutuhkan pendidikan untuk anak –
anaknya.

Dalam segi bahasa, di Lopang Gede itu sendiri terjadi perubahan


penggunaan bahasa. Dimana Bahasa Indonesia lebih sering digunakan
dibandingkan Bahasa setempat yaitu bahasa Jawa Serang dan Jawa Babasan.
Namun untuk bahasa Jawa Serang masih digunakan, yang dikhawatirkan
bahasa Jawa Babasan karena anak – anak zaman sekarang beralih
menggunakan bahasa Indnesia. Hanya orang tua yang bisa menggunakan
bahasa Babasan tersebut, untuk anak – anak sudah jarang yang menggunakan
bahasa Babasan.

27
Lopang artinya lapang yang gede. Pada akhirnya disebut Lopang.
Dari Sejarahnya, Lopang ini merupakan pusat dan juga banyak ulama besar
di Lopang itu sendiri. Ulama – ulama besar tersebut yaitu Ki Sahal yang
makamnya ada di kampung Lopang Cilik, Ki Abdurrahman yang makannya
ada di Lopang Gede. Ki Abdurrahman ini merupakan pembawa kuda
(penggembala kuda) pada masa Sultan Maulana Hasanuddin.

Dalam kebiasaan masyarakat Lopang untuk anak – anak masih


melakukan ngaji setelah solat Maghrib dan juga guru ngaji nya pun masih
banyak untuk sekitaran Lopang Gede. Guru ngaji nya pun mengajar dengan
sukarela tanpa adanya imbalan. Kesadaran masyarakat dalam bergotong
royong pun masih ada tapi tergantung kepada pemimpinnya juga. Jika
pemimpinnya diam saja, masyarakatnya pun tidak akan bergerak maka
dikatakan tergantung pemimpinnya. Dalam kekeluargaannya pun disini
masih terjaga tidak individualisme.

Dalam tradisi pernikahan tidak ada tradisi atau makanan khusus,


tetapi pada zaman dulu sering menyajikan tumpeng. Tradisi khusus yang
masih digunakan yaitu baca Syeh dalam membangun rumah atau sunatan
anak. Dalam pernikahan masyarakat masih saling membantu dalam
memasak, menerima tamu dan lainnya. Bahkan seminggu sebelum
pernikahan dibuat kepanitiaan untuk pernikahan tersebut. Dimana panitia –
panitianya orang Lopang itu sendiri. Jarang sekali menggunakan jasa
Catering masih menggunakan jasa tetangga kecuali jika acara nya di luar.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin wawancara telah selesai pada pukul


14.30, kami ucapkan terima kasih banyak kepada narasumber pada siang hari
ini, mari kita tutup wawancara ini dengan mengucapkan Hamdallah.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin.

28
Lopang Gede, 09 Desember 2021

Nama: Iis

Usia: 38 tahun

Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi


wabarakatuh perkenalkan kami dari kelompok 2 yang beranggotakan Ahmad
Mushofa, Muaimah Hayati, Nabila Faizah Atsani, Siska Sintia dan Hannah
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul “Sejarah
dan Perkembangan Desa”, dengan pengkisah yang bernama Ibu Iis, beliau
adalah seorang Istri dari pemilik Pondok Pesantren Darrul Karomah U’la.
Wawancara akan dilaksanakan pada Sore hari ini yaitu pada tanggal 09
Desember 2021, Pukul 16.00, tempatnya di kediaman Ibu Iis.

Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.

Beliau merupakan istri dari Kyai H. Mathlubi, pemilik pondok


Pesantren Darul Karomah U'la. Selain pemilik Ponpes, beliau juga
merupakan ketua JADAB (Jamiah Dai Banten). Kyai H. Mathlubi anak ke 2
dari 6 bersaudara. Pondok Pesantren ini didirikan pada tahun 2005. Sebelum
mendirikan pondok pesantren ini, beliau ikut dengan mertuanya di Pondok
Pesantren Nurul Anwar yang didirikan oleh Kyai H. Ariman Anwar. Pada
tahun 2005, beliau dengan suaminya ingin mandiri membangun Pondok
Pesantren sendiri. Sebelumnya nama pondok pesantren yang dibangun Kyai
H. Mathlubi ini memiliki nama yang sama dengan pondok pesantren yang

29
dibangun oleh ayahnya yaitu Nurul Anwar, hanya bedanya yang dibangun
ayahnya Nurul Anwar 1 dan yang dibangun Kyai H. Mathlubi namanya
Nurul Anwar 2. Tetapi pada tahun 2020, nama Pondok Pesantren milik Kyai
H. Mathlubi berganti menjadi Pondok Pesantren Darul Karomah U’la.

Perubahan nama tersebut untuk membedakan karena dengan nama


yang sama itu, tamu yang hendak mengunjungi Pondok Pesantren sering
salah tujuan. Seharusnya datang ke Nurul Anwar 1 tapi datangnya ke Nurul
Anwar 2 dan sebaliknya. Selain itu juga, perubahan nama Ponpes tersebut
atas saran dari Kyai H. Ariman Anwar. Arti dari Darul Karomah U’la itu
sendiri yaitu Desa keramat yang mendapatkan Karomah. Pondok Pesantren
yang didirikan oleh Kyai H. Mathlubi memiliki santri yang berjumlah kurang
lebih 40 orang. Perempuan sekitar 10 orang dan laki – laki 30 orang.
Biasanya santri disini setiap harinya memiliki agenda mengaji, baik itu kitab
kuning maupun Al – Qur’an dan sudah memiliki jadwal yang sudah
ditentukan.

Sistem pengajarannya itu, Kyai H. Mathlubi yang turun langsung


untuk mengajar santri laki – laki, sedangkan untuk perempuan diajari oleh
Ibu Iis itu sendiri. Tetapi dalam belajar Qori diajar oleh Ustadz dari luar
(khusus). Belajar Qori ini bukan hanya santri disini tetapi jika ada yang mau
dari luar pun dibolehkan tidak ada larangan. Kitab yang dipelajarinya pun
beragam mulai yang dari kecil sampai yang besar, seperti sorogan (kitab
kecil), Kitab Amil. Ngaji bareng di pondok pesantren ini disebut Balagan
(perempuan dan laki – laki). Untuk hal perizinan santri ini tidak ada aturan
khusus dalam berapa lama izin pulangnya, tetapi tidak boleh terlalu lama
juga. Meskipun terdapat pengurus, dalam urusan izin pulang diusahakan
langsung izin ke Kyai H. Mathlubi.

30
Suka duka Bu Iis rasakan selama menjadi pengajar sekaligus Istri
Kyai H. Mathlubi yaitu senang dapat berbagi ilmu yang beliau miliki.
Sedangkan dukanya yaitu santri yang kadang tidak menurut. Santri yang ada
di pondok pesantren ini rata – rata SMP dan SMA, ada juga yang kuliah
tetapi hanya beberapa. Dalam pendidikan, santri tersebut perkembangannya
meningkat terutama dalam bidang agama karena pondok tersebut lebih
mendalami bidang agama dan pondok ini merupakan pondok salafi.
Santrinya pun bukan hanya asli orang Lopang tetapi orang luar juga, seperti
dari Medan, Lampung, Malingping dan Labuan. Bukan hanya menjadi santri
tetapi disini juga ada yang masih sekolah atau kuliah, kerja dan ada yang
belajar agama saja.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren ini yaitu Acara


khataman (Ikhtifalan) yang diadakan pada bulan Ruwah (Sya’ban). Kegiatan
ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh pondok tersebut. Santri
menampilkan hasil belajarnya selama setahun dan juga dibebaskan para
santri untuk menampilkan apa saja sesuai dengan kemampuannya. Tidak ada
tuntutan didalamnya, jika ingin menampilkan khataman Al – Quran,
Marawis, Shalawat dan lainnya diperbolehkan. Persiapan kegiatan ini selama
3 bulan sebelum pelaksanaan agar kegiatannya berjalan dengan lancar.
Selain itu juga kegiatan ini melibatkan keluarga santri dan masyarakat
setempat untuk menghadiri kegiatan ini.

Pondok pesantren Darul Karomah U’la selain untuk mengajar ngaji


para santri, juga mengadakan pengajian untuk masyarakat khususnya Bapak
– bapak. Sebelumnya, Ibu – ibu juga diadakan setiap hari Selasa tetapi
sekarang hanya laki – laki. Karena untuk ibu – ibu sudah diadakan di Pondok
Pesantren Kyai H. Ariman Anwar.

31
Santri disini tidak dituntut dalam hal apapun, karena pemilik pondok
tahu jika dipaksakan malah santri akan menolak. Jadi sesuai dengan
keinginannya, malah dengan seperti ini santri sudah ada yang mau khatam Al
– Qur’an 30 Juz dengan keinginannya sendiri. Untuk setoran hafalan baik Al
– Qur’an maupun Kitab itu langsung kepada Bu Iis dan Kyai H. Mathlubi.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin wawancara telah selesai pada pukul


16.50, kami ucapkan terima kasih banyak kepada narasumber pada siang hari
ini, mari kita tutup wawancara ini dengan mengucapkan Hamdallah.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin.

Nama: Rama Hidayatullah

Usia: (23)

Pekerjaan: Santri (Lurah Pondok)

Alamat: Lampung

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi


wabarakatuh perkenalkan kami dari kelompok 2 yang beranggotakan Ahmad
Mushofa, Muaimah Hayati, Nabila Faizah Atsani, Siska Sintia dan Hannah
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul “Sejarah
dan Perkembangan Desa”, dengan pengkisah yang bernama Rama, beliau
adalah seorang Lurah di Pondok Pesantren Darrul Karomah U’la .
Wawancara akan dilaksanakan pada Sore hari ini yaitu pada tanggal 09
Desember 2021, Pukul 16.50, tempatnya di Aula Pondok pesantren Daarul
Karomah U’la. Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini dengan
mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.

32
Rama Hidayatullah merupakan Lurah Pondok di Pondok Darul
Karomah U’la. Ia menjadi santri disini sekitar kurang lebih 6 tahun. Suka
duka selama disini yaitu berproses itu ada pahit manisnya, namanya juga
dipondok selain berkewajiban menuntut ilmu. Kalo ada rasa manis kita
jadikan madu, kalo ada rasa pahit kita jadikan obat. Keduanya sama yaitu
mengajarkan pengalaman. Kegiatan santri disini jadwalnya mengaji.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin wawancara telah selesai pada pukul


17.00, kami ucapkan terima kasih banyak kepada narasumber pada siang hari
ini, mari kita tutup wawancara ini dengan mengucapkan Hamdallah.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin.

Nama: Hendi

Pekerjaan: Santri senior di Pondok

Alamat: Malingping, Lebak

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi


wabarakatuh perkenalkan kami dari kelompok 2 yang beranggotakan Ahmad
Mushofa, Muaimah Hayati, Nabila Faizah Atsani, Siska Sintia dan Hannah
Luthfiyanah, disini kami akan melakukan wawancara dengan judul “Sejarah
dan Perkembangan Desa”, dengan pengkisah yang bernama Kang Hendi,
beliau adalah seorang santri Senior di Pondok Pesantren Darrul Karomah
U’la . Wawancara akan dilaksanakan pada Sore hari ini yaitu pada tanggal
09 Desember 2021, Pukul 17.00, tempatnya di Aula Pondok pesantren
Daarul Karomah U’la. Baiklah kita mulai saja wawancara pada siang hari ini
dengan mengucapkan Basmallah. Bismillahirrahmanirrahim.

33
Menurutnya Lopang adalah lapangan. Lapangan gede tempat pelihara
kudanya Sultan Maulana Hasanuddin yang di urus oleh Syekh Abdurrahman
Sutawisa. Dibalik lapangan gede, terdapat masyarakat yang bercocok tanam
seperti Padi. Pepohonan juga dimakan oleh hama termasuk wisa (bisa) ular.
Yang dapat menghilangkan hama dan bisa ular tersebut yaitu Syekh
Abdurrahman, maka dari itu mendapat julukan Sutawisa. Setelah itu makmur
kembali masyarakat tersebut. Ketika Kyai H. Mathlubi sedang tidak ada di
Pondok dan mengaji libur biasanya santri muzakarahan (bertukar pikiran)
dan mengaji bareng – bareng bersama santri lain. Santri tersebut memiliki
program yaitu menghafal tetapi tidak memaksakan dalam hal itu.
Sebelumnya bagi santri baru, diarahkan terlebih dahulu oleh santri yang
sudah lama disini.

Suka dukanya yaitu dukanya ketika hujan atap kadang bocor, lalu
sendal dibakar untuk menyalakan api karena kayu bakar kebasahan. Sukanya
sering ngeriung, pengalaman, bertukar pikiran dan masih banyak lagi.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin wawancara telah selesai pada pukul


17.30, kami ucapkan terima kasih banyak kepada narasumber pada siang hari
ini, mari kita tutup wawancara ini dengan mengucapkan Hamdallah.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin.

34
3. Catatan Wawancara

1. Bapak Masrur  Terdapat suara burung berkicau,


Alawi  Sempat terhenti proses wawancara
dikarenakan ada teman Pak Masrur
pada saat mewawancarai.
 Terdapat suara ibu-ibu berjualan.

2. Bapak Abdullah  Terdapat suara bapak-bapak yang


sedang melakukan pekerjaan
bangunan di depan kelurahan,
 Terdapat hilir mudik suara
kendaraan.
3. Bapak Amin  Sempat terhenti karena anak dari
bapak Amin menanyakan ibunya.
4. Ibu Iis, Rama dan  Terdapat suara gemercik hujan,
Hendi dikarenakan pada saat itu memang
melakukan wawancara pada saat
hujan deras.

35
4. Surat keterangan Wawancara

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Menerangkan bahwa nama-nama di bawah ini:

1. Muaimah Hayati (191350078)


2. Hannah Luthfiyanah (191350080)
3. Nabila Faizah A (191350082)
4. Siska Sintia (191350089)
5. Ahmad Mushoffa (191350095)

Benar-benar telah melakukan wawancara pengambilan data tentang


Budaya dan Tradisi Kelurahan Lopang. Demikian surat keterangan ini untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Serang, 30 Oktober 2021

.........................................

36
SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Menerangkan bahwa nama-nama di bawah ini:

1. Muaimah Hayati (191350078)


2. Hannah Luthfiyanah (191350080)
3. Nabila Faizah A (191350082)
4. Siska Sintia (191350089)
5. Ahmad Mushoffa (191350095)

Benar-benar telah melakukan wawancara pengambilan data tentang


Budaya dan Tradisi Kelurahan Lopang. Demikian surat keterangan ini untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Serang, 02 Desember 2021

.........................................

37
SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Menerangkan bahwa nama-nama di bawah ini:

1. Muaimah Hayati (191350078)


2. Hannah Luthfiyanah (191350080)
3. Nabila Faizah A (191350082)
4. Siska Sintia (191350089)
5. Ahmad Mushoffa (191350095)

Benar-benar telah melakukan wawancara pengambilan data tentang


Budaya dan Tradisi Kelurahan Lopang. Demikian surat keterangan ini untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Serang, 03 Desember 2021

.........................................

38
SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Menerangkan bahwa nama-nama di bawah ini:

1. Muaimah Hayati (191350078)


2. Hannah Luthfiyanah (191350080)
3. Nabila Faizah A (191350082)
4. Siska Sintia (191350089)
5. Ahmad Mushoffa (191350095)

Benar-benar telah melakukan wawancara pengambilan data tentang


Budaya dan Tradisi Kelurahan Lopang. Demikian surat keterangan ini untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Serang, 09 Desember 2021

.........................................

39
SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Menerangkan bahwa nama-nama di bawah ini:

1. Muaimah Hayati (191350078)


2. Hannah Luthfiyanah (191350080)
3. Nabila Faizah A (191350082)
4. Siska Sintia (191350089)
5. Ahmad Mushoffa (191350095)

Benar-benar telah melakukan wawancara pengambilan data tentang


Budaya dan Tradisi Kelurahan Lopang. Demikian surat keterangan ini untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Serang, 09 Desember 2021

.........................................

40
C. Dokumentasi

Foto bersama Narasuber pertama sekaligus founder TBM PPLG di


Lopang Gede yaitu Kang Masyrul Alawi

Foto pada saat wawancara di Kelurahan Lopang, bersama Pak Abullah


selaku pengurus Kelurahan di bagian Pertanahan.

41
Foto bersama staff kelurahan Lopang

Foto saat wawancara bersama bapak RW 01 Kelurahan Lopang

42
Foto bersama ketua RW 01 Kelurahan Lopang Bapak Amin
Zainudin

Fotobersama istri dari pimpinan Pondok Pesantren Darul


Karomah ‘Ula

43
Depan Masjid Lopang Gede, pada saat persiapan Sunatan
massal

Daftar nama-nama RT dan RW kelurahan Lopang

44
Mobil arak-arakan pengantin sunat di prosesi acara Panjang
Mulud

45
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lopang

Kelurahan Lopang berdiri tahun 1980 yang berawal dari desa


menjadi kelurahan, Pada awalnya Lopang itu sebagai suatu Desa, dengan
sistem pemlihan kepala desa melalui musyawarah mufakat. Kelurahan
dibentuk pada saat provinsi Banten berdiri, pada saat itu Provinsi Banten
membutuhkan yang namanya kota-kota yang menjadi ibu kotanya, akhirnya
Banten menjadikan Kota Serang sebagai Ibu Kota Banten, dan Kota Serang
mau tidak mau secara administrasi mengikuti peraturan yang tadinya kepala
desa lalu diubah menjadi kelurahan, tahun 2000 Banten terbentuk, dan Kota
Serang terbentuk sejak 2007 atau 2009. Sebetulnya Lopang sendiri sebelum
terbentuknya Provinsi Banten memang wilayahnya sudah ada dan bernama
Lopang, karena dekat dengan alun-alun dimana menjadi pemerintahan kab.
Serang pada waktu itu. Terkait nama dan sejarah Lopang sendiri itu ada
beberapa versi, diantaranya;

Menurut Bapak Masyrul Alawi, mengenai sejarah itu sendiri belum


ada pembukuan, bahkan di kantor kelurahan saja belum ada yang niat untuk
mencari sejarah Lopang yang dipatenkan (sepakati), tokoh yang
membenarkan itu tidak ada. Sehingga dari dulu yang mau mencari info
mengenai Lopang dibebaskan untuk mencari informan, belum dibukukan,
sehingga tidak pusing lagi untuk mencari informasi ke orang-orang, akan
tetapi untuk saat ini memang belum ada referensi untuk mengetahui sejarah
lopang lebih dalam. Akan tetapi wilayah lopang sudah terbentuk sejak Sunan
Gunung Jati mengutus anaknya Sultan Maulana Hasnuddin, disini sudah
maju penyebaran islamnya, dan sekarang kemudian menjadi berkembang.

46
Pada zaman dulu orang-orang yang punya ternak diarahkan ke
lopang, berkumpulnya domba dan perdagangan, dikmpulkannya domba. Di
masa kesultanan ada yang namanya Ki Ja’far, makamnya ada di Lopang
gede di RT 06/RW 01, diamanatkan untuk menyebarkan Islam, Ki Ja’far
menjadikan Lopang sebagai tempat singgah, karena dulu banyak orang sunda
yang identik dengan Baduy yang dimana ada juga keturunan kejawen.
Sedangkan orang zaman dulu tidak bisa menyebut Ki Ja’far, pelafalannya
Ja’far menjadi Japing, sedangkan ada saudaranyanya yang menyebut beliau
dengan sebutan “Lo” (Uwa), sehingga menyebut Ki Ja’far itu dengan
sebutan “Lo‘apang”, maka dari itu orang menyebutnya dengan sebutan
“Lopang”.

Sedangkan menurut bapak Amin Zainuddin, Lopang artinya lapangan


yang luas. Pada akhirnya disebut Lopang. Dari Sejarahnya, Lopang ini
merupakan pusat dan juga banyak ulama besar di Lopang itu sendiri. Ulama
– ulama besar tersebut yaitu Ki Sahal yang makamnya ada di kampung
Lopang Cilik, Ki Abdurrahman yang makannya ada di Lopang Gede. Ki
Abdurrahman ini merupakan pembawa kuda (penggembala kuda) pada masa
Sultan Maulana Hasanuddin.

Adapun menurut Hendi, terkait sejarah Lopang sendiri berawal dari


lapangan. Lapangan gede tempat pelihara kudanya Sultan Maulana
Hasanuddin yang di urus oleh Syekh Abdurrahman Sutawisa. Dibalik
lapangan gede, terdapat masyarakat yang bercocok tanam seperti Padi.
Pepohonan juga dimakan oleh hama termasuk wisa (bisa) ular. Yang dapat
menghilangkan hama dan bisa ular tersebut yaitu Syekh Abdurrahman, maka
dari itu mendapat julukan Sutawisa. Setelah itu makmur kembali masyarakat
tersebut.

47
Untuk saat ini Lopang sudah menjadi tempat padat penduduk. Dan
terkait nama daerah Lopang cilik itu sendiri menurut orang tua dulu daerah
ini kampungnya kecil tapi tidak ingin di sebut Lopang Kecil hanya ingin
menyebut daerahnya dengan bahasa Serang yaitu “Cilik” yang sebenarnya
artinya itu sama yaitu Kecil. Sedangkan di daerah Lopang Gede adalah
daerah tertua yang berada di kelurahan Lopang di sana terdapat banyak
sekali guru-guru ngaji dan juga banyak orang-orang pinter. Di Lopang gede
juga merupakan awal mula dari munculnya sejarah kelurahan Lopang.
Menurut bapak Abdullah nama Lopang sendiri berasal dari kata “Bunga”
kemudian berkembang sehingga masyarakat Lopang ada yang ketutunan
Cirebon yang dulu bermukim di daerah Lopang.

B. Kependudukan

Menurut bapak Abdullah, Selama kelurahan Lopang itu ada sudah 10


kali ganti lurah, ada yang menjabat 3 bulan, ada yang menjabat 10 bulan,
semua tergantung pihak wali kota. Lurah yang menjabat di kelurahan
Lopang tidak semua asli orang Lopang, untuk saat ini lurahnya bernama
Bapak Hidayatullah yang awalnya menjabat sebagai Lurah Tritih kemudian
di pindah tugaskan ke Lopang dan telah menjabat kurang lebih selama 6
Bulan.

Di Kelurahan Lopang sendiri terdiri dari 12 RW dan 57 RT, dimana


RW 01 yaitu Lopang Gede, RW 02 yaitu Lopang Cilik, RW 03 Kebaharan
Al – Amin, RW 04 yaitu Kebaharan Dukuh, RW 05 yaitu Lingkungan
Domba, RW 06 yaitu Lingkungan Kaliwadas, RW 07 yaitu Taman Lopang
Indah, RW 08 yaitu Kebaharan Amanah, RW 09 yaitu Griya Lopang, RW 10
yaitu Mandala Citra, RW 11 yaitu Taman Lopang Indah bagian Utara, RW
12 yaitu Lopang Cilik.

48
Untuk wilayah lopang sendiri memang kebanyakan masyarakat
pribumi, adapun pendatang hanya ada di beberapa wilayah yang terdapat
dalam perumahan di kelurahan Lopang. Secara data keseluruhan lebih
banyak perkampungan disbanding komplek/perubahan yang terdapat di
kelurahan Lopang. Adapun kesadaran masyarakat dalam bergotong royong
pun masih ada tapi tergantung kepada pemimpinnya juga. Jika pemimpinnya
diam saja, masyarakatnya pun tidak akan bergerak maka dikatakan
tergantung pemimpinnya. Dalam kekeluargaannya pun disini masih terjaga
tidak individualisme.

C. Kondisi Ekonomi

Dari segi ekonom menurut Bapak Masyrul Alawi, masyarakat


Lopang mayoritas mata pencahariannya sebagai pedagang, ada yang
berdagang di pasar lama dulu di kuasai oleh masyarakat Lopang, dan orang
luar melihat lopang ini sebagai kota perdagangannya dimana dekat dengan
pemerintahannya (sentral perdagangan), pelabuhan ratu, sehingga banyak
masyarakat dari luar daerah lopang belanja ke Lopang., kebanyakan warga
lopang yaitu pedagang dan bertani, akan tetapi karena pengembangan banyak
pendang terlebih di daerah lopang sendiri terdapat pesantren, jadi sentral
pendidikan juga, sehingga banyak yang mengajar, akan tetapi memang
kebanyakan pedagang dan petani dibandingkan guru dikarenakan pada
zaman dulu daerah lopang sendiri memang cakupannya luas oleh sawah-
sawah, dan kebun. Akan tetapi untuk saat ini memang wilayah lopang sendiri
sudah banyak pabrik-pabrik sehingga wilayah ini menjadi padat penduduk,
bahkan sawah-sawah sudah mulai hampir tidak ditemukan, dan untuk saat ini
bertani dan berternak sudah hampir punah.

Adapun menurut bapak Amin Zainudin di Lopang, mata pencaharian


di kampung ini yaitu pedagang dan petani, tetapi tidak sedikit juga yang

49
menjadi PNS dan guru. Biasanya mereka berdagang di Pasar Lama, Pasar
Rau yang menjual berbagai jenis kebutuhan disini seperti pakaian dan ikan.
Tidak hanya berjualan di pasar saja tetapi juga berjualan secara keliling.

Di kelurahan Lopang sendiri terkait UMKM memang sudah dapat


bantuan dari pemerintah dimana masyarakat mendapatkan bantuan dana
sebesar Rp.2.500.000 melalui kantor bank BRI, dan kondisi perekonomian
Masyarakat saat ini sudah mulai menggeliat dengan membangun usaha
kembali meskipun kecil-kecilan karena pada saat pandemi perekonomian
masyarakat Lopang sangat menurun sehingga imbasnya terjadi kemana-
mana. Di Lopang juga terdapat sawah seluas 1-5 hektar akan tetapi sawah
tersebut di miliki oleh satu orang dan di urusi oleh beberapa Masyarakat
Lopang yang memang bekerja mengurusi sawah tersebut.

D. Aspek Pendidikan

1. Pendidikan Formal

Dalam segi pendidikan, pada umumnya masyarakat Lopang


kebanyakan lulusan SMA namun semenjak kemajuan di kampung ini
pemuda/pemudi sudah banyak yang kuliah, karena pola pemikiran
masyarakat disini sudah terjadi banyak kemajuan dan orangtua juga
membutuhkan pendidikan untuk anak – anaknya. Terrdapat banyak jenis
pendidikan swasta dari pada negeri, pemerintah di kelurahan lopang juga
membantu warga lopang yang tidak mampu dan di fasilitasi oleh kelurahan
dengan syarat terlahir dari sandang tidak mampu seperti bidikmisi melalui
pemerintah (Kelurahan). Di Lopang juga terdapan SMPN 3 Kota Serang,
yang letaknya berada di depan kantor kelurahan Lopang, yang berada di
daerah Lopang Cilik.

2. Pendidikan Non Formal

50
a. TBM PPLG (Paguyuban Pemuda Literasi Global)

Di Lopang sendiri terdapat TBM (Taman Baca Masyarakat) yang


merupakan bagian dari pendidikn di daerah Lopang, kelurahan Lopang
mempunyai dua Taman Bacaan Masyarakat yang pertama bertempat di
Lopang Gede yang bernama TBM PPLG (Paguyuban Pemuda Literasi
Global) yang di pelopori oleh Bapal Masyrul Alawi (kang Acun), dan yang
kedua bertempat di Lopang Cilik (Samping Kantor Kelurahan) yang
memang sedang proses pembuatan yang masih bekerjasama dengan kang
Masyrul Alawi.

TBM PPLG yang di dirikin oleh Bapak Masyrul alawi sendiri dan
juga bekerja sama dengan masyarakat sekitar, pada tahun 2016 ketika kang
acun menjabat sebagai Ketua Pemuda, dimana beliau mempunyai gagasan
untuk generasi muda agar ada yang berbeda: Pertama, untuk menguasai
premanisme, dimana dulu terkenal jika ada keributan selalu dikomandoi oleh
ketua pemuda mengenai keributan antar kampung. Ketua pemuda dulu
terpilih dikarenakan gagah, dan bisa bela diri. Akan tetapi untuk sekarang
mindsetnya sudah berubah, bahwa ketua pemuda bukan untuk menjadi
premanisme, akan tetapi harus mempunyai karya dan berprestasi. Sehingga
pada tahun 2016 kang acun mencoba undang rt 01- 08, kang acun
presentasikan untuk membuat PPLG (Paguyuban Pemuda Lopang Gede),
aspek yang dilakukan focus pada bidang pendidikan, karena jangan sampai
warga Lopang Gede buta aksara, atau berhenti sekolah karena kurangnya
biaya. Dari sektor lingkungan juga PPLG kang acun membentuk Bank
Sampah, sampah dikelola dan menghasilkan finansial untuk pengembangan
masyarakat.

Dibidang Olahraga juga kang acun membuat event pertandiungan


bola, akan tetapi karena kondisi lapangan yang sekarang sudah tidak ada

51
sehingga dialihkan ke E-Sport yaitu mengadakan pertandingan Mobile
Legend yang dilakukan pada malam hari, sebgai bentuk silaturahmi antar
pemuda. Tetapi untuk saat ini kang acun berfokus pada TBM, maka dari itu
TBM di PPLG ini mempunyai unit-unit cakra nya, yang diawali dengan
literasi yang berlokasi di pendopo depan masjid yang dilakukan secara rutin
seminggu sekali atau sebulan sekali, akan tetapi TBM sendiri masih
membutuhkan tempat lain sebagai tempat optional ketika pendopo depan
masjid dipakai untuk acara-acara besar yang diadakan oleh masyarakat
sekitar, terlebih untuk tempat dimana tamu-tamu TBM bisa bersilaturahmi
dengan nyaman, sehingga dibuatlah satu unit tempat yang dinamakan Rumah
Baja (Baca dan Jajan) yang memang berlokasi disamping rumah Kang Acun
sendiri.

Kemudian adalagi cakra yang dibuat yaitu Rumah Iqro (RUQO)


untuk mengaji, Ada lagi di Ladang Pena tentang PPLG konten, bukan hanya
berfokus kepada baca dan tulis, bagaimana peran pemuda untuk dampak
yang lainnya seperti finansial, banyak penagngguran PPLG fasilitasi, jadi
bukan dampak pendidikan atau sosial saja, namun dampak ekonomi juga kita
berikan dan fasilitasi. PPLG kemudian berubah nama menjadi (Paguyuban
Pemuda Literasi Global), alasannya dikarenakan pada saat itu relawan PPLG
sudah banyak yang menikah atau tinggal diluar daerah lopang sehingga
mereka sungkan untuk datang ke PPLG karena dulu masih dinamakan
sebagai Paguyuban Lopang gede. Karena alasan itulah dirumah nama benjadi
literasi global agar baik yang dari luar lopang sekalipun bisa menjadi
relawan di PPLG.

b. Pondok Pesantren

Di kelurahan Lopang sendiri terdapat 4 pesantren yang diantaranya


ada 2 pondok pesantren di daerah Lopang Gede yaitu Nurul Anwar dan

52
Darul Karomah Ula yang didirikan oleh KH Matlubi di Rt 7. Yang ketiga
Pondok Pesanter Nurul Islah dan yang keempat Pondok Pesantren
Raudhatussalam yang didirikan oleh ustad Abdussalam yang berlokasi di
Kebaharan Dukuh.

Terkait Pondok Pesantren Darul Karomah Ula, Kyai H. Mathlubi,


pemilik pondok Pesantren Darul Karomah U'la. Selain pemilik Ponpes,
beliau juga merupakan ketua JADAB (Jamiah Dai Banten). Kyai H.
Mathlubi anak ke 2 dari 6 bersaudara. Pondok Pesantren ini didirikan pada
tahun 2005. Sebelum mendirikan pondok pesantren ini, beliau ikut dengan
mertuanya di Pondok Pesantren Nurul Anwar yang didirikan oleh Kyai H.
Ariman Anwar. Pada tahun 2005, beliau dengan suaminya ingin mandiri
membangun Pondok Pesantren sendiri. Sebelumnya nama pondok pesantren
yang dibangun Kyai H. Mathlubi ini memiliki nama yang sama dengan
pondok pesantren yang dibangun oleh ayahnya yaitu Nurul Anwar, hanya
bedanya yang dibangun ayahnya Nurul Anwar 1 dan yang dibangun Kyai H.
Mathlubi namanya Nurul Anwar 2. Tetapi pada tahun 2020, nama Pondok
Pesantren milik Kyai H. Mathlubi berganti menjadi Pondok Pesantren Darul
Karomah U’la.

Perubahan nama tersebut untuk membedakan karena dengan nama


yang sama itu, tamu yang hendak mengunjungi Pondok Pesantren sering
salah tujuan. Seharusnya datang ke Nurul Anwar 1 tapi datangnya ke Nurul
Anwar 2 dan sebaliknya. Selain itu juga, perubahan nama Ponpes tersebut
atas saran dari Kyai H. Ariman Anwar. Arti dari Darul Karomah U’la itu
sendiri yaitu Desa keramat yang mendapatkan Karomah. Pondok Pesantren
yang didirikan oleh Kyai H. Mathlubi memiliki santri yang berjumlah kurang
lebih 40 orang. Perempuan sekitar 10 orang dan laki – laki 30 orang.
Biasanya santri disini setiap harinya memiliki agenda mengaji, baik itu kitab

53
kuning maupun Al – Qur’an dan sudah memiliki jadwal yang sudah
ditentukan.

Sistem pengajarannya itu, Kyai H. Mathlubi yang turun langsung


untuk mengajar santri laki – laki, sedangkan untuk perempuan diajari oleh
Ibu Iis itu sendiri. Tetapi dalam belajar Qori diajar oleh Ustadz dari luar
(khusus). Belajar Qori ini bukan hanya santri disini tetapi jika ada yang mau
dari luar pun dibolehkan tidak ada larangan. Kitab yang dipelajarinya pun
beragam mulai yang dari kecil sampai yang besar, seperti sorogan (kitab
kecil), Kitab Amil. Ngaji bareng di pondok pesantren ini disebut Balagan
(perempuan dan laki – laki). Untuk hal perizinan santri ini tidak ada aturan
khusus dalam berapa lama izin pulangnya, tetapi tidak boleh terlalu lama
juga. Meskipun terdapat pengurus, dalam urusan izin pulang diusahakan
langsung izin ke Kyai H. Mathlubi.

Santri yang ada di pondok pesantren ini rata – rata SMP dan SMA,
ada juga yang kuliah tetapi hanya beberapa. Dalam pendidikan, santri
tersebut perkembangannya meningkat terutama dalam bidang agama karena
pondok tersebut lebih mendalami bidang agama dan pondok ini merupakan
pondok salafi. Santrinya pun bukan hanya asli orang Lopang tetapi orang
luar juga, seperti dari Medan, Lampung, Malingping dan Labuan. Bukan
hanya menjadi santri tetapi disini juga ada yang masih sekolah atau kuliah,
kerja dan ada yang belajar agama saja.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren ini yaitu Acara


khataman (Ikhtifalan) yang diadakan pada bulan Ruwah (Sya’ban). Kegiatan
ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh pondok tersebut. Santri
menampilkan hasil belajarnya selama setahun dan juga dibebaskan para
santri untuk menampilkan apa saja sesuai dengan kemampuannya. Tidak ada
tuntutan didalamnya, jika ingin menampilkan khataman Al – Quran,

54
Marawis, Shalawat dan lainnya diperbolehkan. Persiapan kegiatan ini selama
3 bulan sebelum pelaksanaan agar kegiatannya berjalan dengan lancar.
Selain itu juga kegiatan ini melibatkan keluarga santri dan masyarakat
setempat untuk menghadiri kegiatan ini.

Pondok pesantren Darul Karomah U’la selain untuk mengajar ngaji


para santri, juga mengadakan pengajian untuk masyarakat khususnya Bapak
– bapak. Sebelumnya, Ibu – ibu juga diadakan setiap hari Selasa tetapi
sekarang hanya laki – laki. Karena untuk ibu – ibu sudah diadakan di Pondok
Pesantren Kyai H. Ariman Anwar.

Santri disini tidak dituntut dalam hal apapun, karena pemilik pondok
tahu jika dipaksakan malah santri akan menolak. Jadi sesuai dengan
keinginannya, malah dengan seperti ini santri sudah ada yang mau khatam Al
– Qur’an 30 Juz dengan keinginannya sendiri. Untuk setoran hafalan baik Al
– Qur’an maupun Kitab itu langsung kepada Bu Iis dan Kyai H. Mathlubi.

c. Anak – anak Mengaji

Dalam kebiasaan masyarakat Lopang untuk anak – anak masih


melakukan ngaji setelah solat Maghrib dan juga guru ngaji nya pun masih
banyak untuk sekitaran Lopang Gede. Guru ngaji nya pun mengajar dengan
sukarela tanpa adanya imbalan.

E. Budaya dan Keagamaan

1. Tradisi Panjang Mulud

Tradisi panjang maulid (ngeropok/ngeriung) di daerah serang masih


ada hingga sekarang. Di rangkaian acara kedua maulidan itu ceramah agama
yang di lakukan pada malam hari (dengan cara mengundang para Daí) dan
tempatnya di masjid. Rangkaian acara ketiga pada acara Maulid Nabi, yaitu

55
kegiatan bakti sosial dan sunatan masal yang memang setiap tahun selalu
diadakan.

Untuk sekarang isi dari kegiatan maulid ini secara keseluruhan tidak
banyak yang berubah, akan tetapi memang terdapat perubahan secara teknis
seperti makanan yang ada dalam sangku (berkat) ada perubahan terkait
isinya, jika dulu kebanyakan masyarakat memberi isian berkat berupa lauk
pauk yang sudah di masak, atau matang. Namun, saat ini masyarakat lebih
memilih untuk mengisi sangku (berkat) dengan sembako seperti beras,
minyak, telor, sdb. Menurut Kang Acun kegiatan tersebut sudah ada sejak
ratusan tahun yang lalu, yang memang terus dilesgtarikan oleh masyarakat
Lopang.

2. Penganten Sunat Berziarah ke Makan Sultan Maulana Hasanudin

Ada pemahaman mengenai tradisi di kelurahan lopang sendiri


memang acuan yang di tuakan yaitu daerah lopang gede itu sendiri. seperti
ziarah dimana sebagai silaturahmi ke makam Sultan Maulana Hasanudin,
tujuannya memang untuk melestarikan budaya dimana sunatan ini
merupakan anjuran Islam yang sudah diwarisi Nabi ke para sahabat, wali-
wali, ulama, ziarah ini sebagai ucapan terimakasih kepada orang tua dahulu,
jadi dalam artina ziarah ini sebagai bentuk rasa terimakasih ibarat kepada
orangtua (Sultan Maulana Hasanuddin) dalam bentuk yang syar’i.

Menurut Bapak Masyrul Alawi (Kang Acun) ntuk penganten sunat


sendiri di siapkan mobil oleh panitia maulid, akan tetapi selama pandemi
kemarin kurang lebih sekitar 1 tahun memang tidak di adakan, tahun ini ada
sekitar 35 peserta khitanan masal, yang dikawal oleh polisi pjr, kemudian
penganten sunat di arak. Kegiatan Khitanan masal ini memang sudah ada
sejak kang acun belum lahir, seddangkan kang acun sendiri saat ini sudah

56
berusia 38th, yang artinya memang sudah lama diadakan secara turun
temurun. Dulu acara khitanan masal nya memang lebih ekstrim
dibandingkan dengan sekarang, dimana pada zaman dulu dinamakan sunatan
bengkong, alat khitannya memakai bamboo yang tajam seperti silet (dalam
bahasa serangnya bernama welad), sebelum di khitan meminum air yang
memang sudah di beri do’a, berbeda dengan zaman sekarang dimana audah
modern memakai dokter dan di suntik baal. Pada zaman dulu pengantin
sunat diiringi dengan alat musik rebana seperti qasidahan sambil berdzikir,
itu merupakan suatu hiburan untuk penganten sunat pada zaman dulu.

3. Makanan Khas

Makanan Khas kelurahan Lopang dalam acara-acara besar di


antaranya seperti Bugis, Gembleng itu sudah tidak asing lagi untuk
masyarakat tersebut. Sedangkan untuk lauknya seperti Sate bandeng, rabeg
dan sayur tangkil. Ini adalah makanan yang selalu menjadi ciri khas di setiap
agenda kegiatan yang di laksanakan oleh masyarakat Lopang. Tradisi ini
dilakukan secara turun temurun tanpa adanya perubahan.

Untuk makanan Rabeg sendiri yang memang biasa masyarakat masak


pada perayaan hari raya besar (Hajatan/Nikahan), bahan utamanya ialah
daging kambing yang dicampur dengan rempah-rempah yang cukup banyak.

4. Marhabanan

Syukuran anak bayi dilakukan marhabanan, terlebih di masjid-masjid


kelurahan lopang setiap malam jum’at rutin melakukan marhabanan sehabis
Sholat Isya.

5. Yalil (Buka Pintu Pengantin)

57
Adat istiadat yang memang masih kental juga yaitu di acara
pernikahan, sebelum melakukan proses pernikahan masyarakat setempat
melakukan acara yalil (Buka pintu pengantin) terlebih dahulu, pada masa
bapaknya masih kecil proses yalil dilakukan malam hari dan di arak
memakai petromaks ke pihak perempuan, akan tetapi untuk sekarang proses
yalil di lakukan pada siang hari dimana pihak laki-laki langsung di yalil dan
di bawa ke pihak perempuan.

6. Makam Yang Di Tuakan

Adapun warga Lopang sendiri meyakini suatu kuburan yang turun


temurun membenarkan bahwa adanya kuburan syekh Abdurrahman
Sutawise, ini salah satu bagian dari managemen yang mengelola perkudaan
para Sultan Banten dan sampai sekarag kuburannya masih terkenal di
masyarakat Lopang atau di luar Lopang. Terdapat juga makam Syekh Ja’far
yang merupakan bagian dari petugas kesultanan dibagian kegiatan pengajian.
Ada juga paku bumi dan para kesultanan-kesultanan di Lopang. Jika
berbicara di luar Lopang, ada Lopang Gede yang merupakan wilayah tertua
di kelurahan Lopang itu sendiri, maka dari itu Lopang Gede ini menjadi Rw
1 dan Rw 2 nya di daerah Lopang Cilik.

Lopang Cilik juga merupakan daerah tertua karena disana terdapat


makan Ki Syahel. Maka dari itu, Ki Syahel sudah di bekukan menjadi nama
suatu Jalan yang arah ke SMP 3 dan Kelurahan. Itu bagian yang memang
sudah di kukuhkan bahwa Ki Syahel merupakan seorang Kyai, pendakwah,
akan tetapi bukan pada masa kesultanan kurun waktunya pada zaman Syekh
Nawawi di Tanara. Dimana Syekh Nawawi pernah belajar (berguru) kepada
Ki Syahel sebelum pergi ke Mekkah (pada masa kolonial Belanda). Lalu
didaerah kebaharan Dukuh juga ada salah satu tokoh yang bernama Ki
Jantra. Keberadaan makamnya Ki Mas Jantra itu di Rw 3, Ki Kringsing di

58
Rw 4, Ki Syahel di Rw 2 (Lopang Cilik), caka dolog di Kebaharan Duku dan
Kali Wadas (Mandala Citra) jejaknya masih ada.

59
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan yang ada diatas, maka terdapat beberapa


Kesimpulan yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kelurahan Lopang berdiri tahun 1980 yang berawal dari desa


menjadi kelurahan, Pada awalnya Lopang itu sebagai suatu Desa,
dengan sistem pemlihan kepala desa melalui musyawarah mufakat.
Kelurahan dibentuk pada saat provinsi Banten berdiri, pada saat itu
Provinsi Banten membutuhkan yang namanya kota-kota yang
menjadi ibu kotanya, akhirnya Banten menjadikan Kota Serang
sebagai Ibu Kota Banten, dan Kota Serang mau tidak mau secara
administrasi mengikuti peraturan yang tadinya kepala desa lalu
diubah menjadi kelurahan, tahun 2000 Banten terbentuk, dan Kota
Serang terbentuk sejak 2007 atau 2009. Sebetulnya Lopang sendiri
sebelum terbentuknya Provinsi Banten memang wilayahnya sudah
ada dan bernama Lopang, karena dekat dengan alun-alun dimana
menjadi pemerintahan kab. Serang pada waktu itu.
2. Dari segi ekonomi menurut Bapak Masyrul Alawi, masyarakat
Lopang mayoritas mata pencahariannya sebagai pedagang, ada yang
berdagang di pasar lama dulu di kuasai oleh masyarakat Lopang, dan
orang luar melihat lopang ini sebagai kota perdagangannya dimana
dekat dengan pemerintahannya (sentral perdagangan), pelabuhan
ratu, sehingga banyak masyarakat dari luar daerah lopang belanja ke
Lopang., kebanyakan warga lopang yaitu pedagang dan bertani, akan
tetapi karena pengembangan banyak pendang terlebih di daerah

60
lopang sendiri terdapat pesantren, jadi sentral pendidikan juga,
sehingga banyak yang mengajar, akan tetapi memang kebanyakan
pedagang dan petani dibandingkan guru dikarenakan pada zaman
dulu daerah lopang sendiri memang cakupannya luas oleh sawah-
sawah, dan kebun.
3. Pendidikan Formal Dalam segi pendidikan, pada umumnya
masyarakat Lopang kebanyakan lulusan SMA namun semenjak
kemajuan di kampung ini pemuda/pemudi sudah banyak yang kuliah,
karena pola pemikiran masyarakat disini sudah terjadi banyak
kemajuan dan orangtua juga membutuhkan pendidikan untuk anak –
anaknya. TBM PPLG (Paguyuban Pemuda Literasi Global) Di
Lopang sendiri terdapat TBM (Taman Baca Masyarakat) yang
merupakan bagian dari pendidikn di daerah Lopang, kelurahan
Lopang mempunyai dua Taman Bacaan Masyarakat yang pertama
bertempat di Lopang Gede yang bernama TBM PPLG (Paguyuban
Pemuda Literasi Global) yang di pelopori oleh Bapal Masyrul Alawi
(kang Acun), dan yang kedua bertempat di Lopang Cilik (Samping
Kantor Kelurahan) yang memang sedang proses pembuatan yang
masih bekerjasama dengan kang Masyrul Alawi.
4. Tradisi Panjang Mulud Tradisi panjang maulid (ngeropok/ngeriung)
di daerah serang masih ada hingga sekarang. Di rangkaian acara
kedua maulidan itu ceramah agama yang di lakukan pada malam hari
(dengan cara mengundang para Dai) dan tempatnya di masjid.
Rangkaian acara ketiga pada acara Maulid Nabi, yaitu kegiatan bakti
sosial dan sunatan masal yang memang setiap tahun selalu diadakan.
Untuk sekarang isi dari kegiatan maulid ini secara keseluruhan tidak
banyak yang berubah, akan tetapi memang terdapat perubahan secara
teknis seperti makanan yang ada dalam sangku (berkat) ada

61
perubahan terkait isinya, jika dulu kebanyakan masyarakat memberi
isian berkat berupa lauk pauk yang sudah di masak, atau matang.
Namun, saat ini masyarakat lebih memilih untuk mengisi sangku
(berkat) dengan sembako seperti beras, minyak, telor, sdb.
B. Saran

Berdasarkan Kesimpulan yang ada diatas, maka terdapat beberapa


saran yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Dalam menulis laporan penelitian diharapkan memperhatikan


sistematika penulisan sehingga laporan penelitian tersebut dapat
diterima oleh berbagai kalangan.
2. Kami mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kreatifan dan
kritisnya dalam berfikir saat membuat laporan penelitian.
3. Untuk kedepannya semoga penelitian sejarah lebih baik lagi.
4. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan kajian atau
pemikiran lebih lanjut serta menjadi rujukan untuk penelitian sejenis
dan menjadi bahan perbandingan dengan penelitian yang sudah ada
sebelumnya.
5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pelajaran
kepada masyarakat terhadap jejak sejarawan, karena berperan dalam
suatu peristiwa.

62
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Andriyani, Ria, dkk. 2006. Adaptasi Budaya Masyarakat Lampung.
Bandung: Balai Sejarah dan Nilai Tradisional.
Djajadiningrat, Hoesain. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten.
Jakarta: Djambatan.
H. Lubis, Nina. 2004. Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan,
Ulama, Jawara. Jakarta: LP3S.
Hatmadji, Tri. 2007. Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Direktorat
Jendral Kebudayaan.
Muzhiat, Aris. 2021. Menelusuri Jejak Jalur Rempah di Banten: Awal
Interaksi Niaga Kesultanan Banten. Serang: Guepedia.
Tjandrasasmita, Uka. 1995. Banten Sebagai Pusat Kekuasaan dan Niada
Antar Bangsa. Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya.

B. Data Informan
Lopang Gede, 30 Oktober 2021

Wawancara 1

Narasumber: Pak Masyrul Alawi

Umur: 38 Tahun

Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111

Lopang Cilik, 02 Desember 2021

63
Wawancara 2

Narasumber : Abdullah

Jabatan : Administrasi Pertanahan

Umur : 49 Tahun

Alamat : Kebaharaan Dukuh, Lopang, Serang Banten.

Lopang Gede, 03 Desember 2021

Wawancara 3

Narasumber : Amin Zainuddin

Umur : 49 Tahun

Jabatan : Ketua Rw.001

Alamat : Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang.


Banten, 42111

Lopang Gede, 09 Desember 2021

Narasumber : Iis

Usia : 38 Tahun

64
Jabatan : Istri Pemilik pondok Pesantren Darul Karomah Ula

Alamat: Jln. Samaun Bakri, Lopang, Kec. Serang, Kota. Serang. Banten,
42111

Narasumber: Rama Hidayatuah

Usia: 23 Tahun

Jabatan: Lurah Pondok Pesantren Darul Karomah Ula

Alamat: Lampung

Narasumber: Hendi

Usia: 25

Jabatan: Santri Senior Pondok Pesantren Darul Karomah Ula

Alamat: Malingping, Lebak.

65

Anda mungkin juga menyukai