Anda di halaman 1dari 121

Hari/Tanggal : Kamis/ 1 Maret 2018

Waktu : 15:00 WITA


Tempat : Ruang Departemen Ilmu Sejarah

“ABDURRAHMAN HADDAD BIOGRAFI SEORANG PEJUANG DI


MAJENE (1922-1950)”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar

Sarjana (S.S) pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

Oleh

YOGI FIRMAN MAULANA

F81113306

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdullillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena dengan berkah dan limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga skripsi yang

berjudul “Abdurrahman Haddad, Biografi Seorang Pejuang di Majene (1920-

1950)” dapat penulis selesaikan. Salam dan shawalat tak lupa pula penulis haturkan

kepada Junjungan Nabiullah Muhammad SAW. Sang pencerah yang membawa kita

dari alam jahilyah menuju alam peradaban saat ini, dengan segala ilmu dan ajaran

yang menerangi dunia.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai

dari pengumpulan literatur, pengumpulan data sampai pada pengolahan data maupun

dalam tahap penulisan. Namun, dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi

dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak,

baik material maupun moril. Tulisan ini merupakan salah satu syarat guna mencapai

gelar “Sarjana” di bangku perkuliahan tepatnya di Departemen Ilmu Sejarah,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.

Pada kesempatan kali ini penulis wajib mengucapkan terima kasih dan juga

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung

dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara moril dan materil.

iv
Terkhusus kepada Dr. Bambang Sulistyo, M.S selaku pembimbing I sekaligus

penasehat akademik dan Drs.Abd.Rasyid Rahman,M.Aq selaku pembimbing II

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis.

Secara khusus penulis wajib mengucapkan banyak terima kasih dengan

segala kerendahan hati dan segenap cinta dan hormat kepada kedua orang tua tercinta

Putra Raharjo dan Asiah W yang telah membesarkan dan mendidik penulis.

Penulis mutlak berterima kasih dan sekaligus meminta maaf kepada beliau, karena

dengan dukungan beliau penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga keperguruan

tinggi. Penulis menyadari begitu banyak pengorbanan yang telah beliau berikan dari

kecil hingga dewasa, terima kasih atas segala pengorbanan, dan doa serta kasih

sayangnya baik materi dan moral secara rohani dan jasmani. Kepada paman M. Ikbal

W, sehat selaluh yaaaa. Saudara-saudaraku tercinta Putri Asma Lestari beserta

suaminya Hariyanto, Riza Prastika, Riska Amelia, Fadel Alfayat dan Aqira Farsa

Aulia yang selalu membantu saya, memberikan dorongan dan semangat selama saya

menempuh pendidikan di perguruan tinggi sampai selesainya skripsi ini.

Keponakan, Fahreza Reyhan Ramadhan dan Anidita Keysa Sahra semoga menjadi

anak yang sholeh dan berbakti kepada orang tua, serta para sepupuku dan semua

keluarga yang senantiasa mendoakan. Terima kasih atas doa dan dukunganya.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kluarga besar Bapak

Ikballuddin yang merupakan anak ke 6 dari tokoh pejuang Abdurrahman Haddad,

bersama istrinya Ibu basria. Yang selama penelitian telah memberikan banyak

informasi dan data primer tentang ayahnya, dan mengizinkan saya untuk menulis

Biografi dari ayahnya Abdurrahman Haddad.

v
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati, penulis

juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwie Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin beserta para Wakil Rektor dan para jajarannya.

2. Bapak Prof. Akin Duli, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin beserta para Wakil Dekan dan para jajarannya.

3. Ibu Dr. Nahdia Nur,M.Hum, selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf pengajar yang telah

memberikan bantuan, bimbingan serta ilmu yang telah diajarkan pada penulis

sejak pertama kali menyandang status mahasiswa sampai penyelesaian studi.

4. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah (HUMANIS

KMFIB-UH) yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu. Terima kasih telah

banyak memberikan pelajaran hidup bagi penulis, tanggung jawab, kebersamaan,

kesederhanaan, peduli sesama, saling membantu dan menghargai, adalah hal-hal

yang telah banyak saya dapatkan. Tetap jadikan HUMANIS sebagai wadah buat

teman-teman untuk belajar memahai dan memaknai dinamika dalam berlembaga.

Melahirkan kader-kader lebih aktual, realistis dan intelektual.

5. Teman-teman HUMANIS 2013: Rahmatika, Vivi Rofiah, Masita, Hanriyani,

Lismawati, Widayanti, Harni Safitri, Serly Darmawati, Marlin, Fajar Sidiq

Limola, Ismail Ismadi, Muh. Karim, Baso Arifai Syam, Noviandi, Jamaluddin,

Fajrul Ikhsan dan Iskandar Z. Tidak terasa waktu semakin berlalu meninggalkan

cerita tentang kita selama menjadi mahasiswa, mungkin kedepannya jalan kita

vi
akan berbeda dalam menjalani skenario Tuhan. Terima kasih atas persahabatan

kita selama ini, semua apa yang telah kalian berikan cerita dan tawa yang tak

ternilai harganya, Thanks buat kalian semua.

6. Kanda-kanda senior yang telah banyak memberikan arahan K’ Zainal S.s, Agresi

2006, Gerilya 2007, K’Utho S.S, Gestapu 2008, Reformasi 2009 K’Hilda

Anjarsari S.S,M.Si Muh. Arfan S.S. Marari 2010, K’ Marwan S.S, K’ Adil S.S,

K’Tian S.S. K’ Ahmad Bardi S.S, Amri S.S, Supersemar 2011, K’Awal S.S, K’

Dedi dan K’Dicky S.S. Tritura 2012, K’Herman, K’Rijal S.S, K’Riska, K’Fatin,

K’Rusli S.S, K’Apos, K’Bulla dan masih banyak lagi yang tidak sempat ditulis

namanya satu per satu. Terima kasih untuk semua pembelajarannya selama ini.

7. Adik-adik di Humanis, Maman yang sekarang jadi Ketua Himpunan yang waktu

maba pernah nagis, Farida, Entong, Ria, Yuli, Putra, Pitra, Ibnu, Idar, Arul,

Darul, Eve, Pitto, Alam, Rais, Allu, Erwin, Siska, Madi dan masih banyak lagi

yang tidak sempat ditulis namanya satu per satu.

8. Teman-teman SMA Jurusan IPS Noldi, Naslan, Dandi Darmadi, Teguh, Rian,

Rifki dan Jurusan IPA Wahyu, Jusman, Syarif, Dedeh kapan reunian lagi

bung…?

9. Geng Buntu Pokko, Halik, Ayu, Cuky, Piyan, Aziz, dll. Betah yaaaa tinggal

dekat kuburan hahha.

10. Geng rusuh (Perum Daya), paling kocak se-RT dan paling ribut. Dodi, Didit,

Dedi, dan andih Koton

11. Teman-teman KKN UNHAS gelombang 93, Kelurahan Wewangrewu,

Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, Nina, Rifki, Gem, Uli, Uni, dan Stiven.

vii
12. kekasihku Bella Astari Patta, orang yang senantiasa meluangkan wangktunya

bersamaku untuk membantu dalam penulisan ini, orang yang sangat peduli,

perhatian dan orang yang sering saya repotkan. Terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya ilmiah tidaklah

mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan skripsi ini

terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan

kritikan yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, 1 Maret 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................... x

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1


1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 9
1.2.1 Batasan Masalah.......................................................................... 10
1.2.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 11
1.3.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... 11
1.4 Kajian Sumber dan Pustaka ................................................................. 12
1.5 Metodologi ........................................................................................... 12
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 14

BAB II: GAMBARAN UMUM DAERAH TINGKAT II KAB. MAJENE

2.1 Sejarah Singkat Lita Mandar................................................................. 16


2.2 Majene Sebagai Fokus Lokasi Penelitian ............................................ 22
2.3 Sistem Kekerabatan dan Kehidupan sosial Budaya
Masyarakat Majene ............................................................................... 26

ix
BAB III: LATAR BELAKANG KEHIDUPAN ABDURRAHMAN
HADDAD MULAI DARI KECIL HINGGA BERGABUNG DI
ORGANISASI KELASKARAN

3.1 Dari Masa Kecil Hingga Menempuh Pendidikan ................................ 29


3.2 Masa Remaja dan Mulai Bekerja ......................................................... 33
3.3 Bergabung di Organisasi Kepemudaan dan Organisasi Kelaskaran ... 36

BAB IV: PERJUANGAN ABDURRAHMAN HADDAD DALAM


MEMBELA DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI

4.1 Peran Abdurrahman Haddad saat Pengibaran Sang Saka Merah Putih 47

4.2 Perjuangan Menentang Belanda di Majene .......................................... 50

4.3 Ditawan oleh Tentara NICA di Pare-pare dan Makassar ..................... 69

4.4 Lepas Tawanan dan Berusaha Membubarkan Negara Indonesia Timur


(NIT) ...................................................................................................... 79

BAB V: PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 88

5.2 Saran...................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91

LAMPIRAN ......................................................................................................... 94

x
ABSTRAK

YOGI FIRMAN MAULANA. ABDURRAHMAN HADDAD BIOGRAFI


SEORANG PEJUANG DI MAJENE 1922-1950.
(dibimbing oleh Dr. Bambang Sulistyo Edi P., M.S dan Drs. Abd. Rasyid R.,
M.Ag.)

Penelitian dan penulisan ini membahas biografi Abdurrahman Haddad mulai


dari masa kecil hingga bergabung di Organisasi kelaskaran dan berjuang menentang
penjajahan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang kehidupan Abdurrahman Haddad
serta perannya di Organisasi Kelaskaran KRIS MUDA Mandar dalam membela dan
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajahan jepang dan
Belanda (NICA) Di Majene. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah,
metode tersebut terdiri dari beberapa tahapan yaitu Pencarian Sumber, Kritik
Sumber, Interprestasi, Penulisan (Historiografi).

Adapun hasil dari penelitian ini memberikan gambaran bahwa tokoh pejuang
Abdurrahman Haddad begitu berperan dalam membela dan mempertahankan
kemerdekaan RI. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 sampai 1945
Abdurrahman Haddad bergabung di organisasi kepemudaan Sumber dara Rakyat
(SUDARA) dan juga bekerja di kepolisian dalam kota Makassar, senantiasa
menyebarluaskan ide-ide tentang kemerdekaan. Setelah pendudukan Jepang dan
masuknya NICA/KNIL Abdurrahman Haddad kembali ke Mandar dan begabung di
Organisasi Kelaskaran KRIS MUDA Mandar cabang Majene diorganisasi inilah
Abdurrahman Haddad berperan dalam memprtahankan kemerdekaan dengan
meyebarkan ide-ide kemerdekaan melalui penempelan pamflet dan mengkoodinir
pengiriman pemuda pejuang ke pulau Jawa dan menjadikan Negara Indonesia Timur
masuk kedalam NKRI.

Kata Kunci: Biografi Pejuang/Kelaskaran/Gerakan Nasional

xi
ABSTRACT

YOGI FIRMAN MAULANA. ABDURRAHMAN HADDAD BIOGRAPHY A


DEFENSE IN MAJENE 1922-1950.

(guided by Dr. Bambang Sulistyo Edi P., M.S. and Drs. Abd Rashid R., M.Ag.)

This research and writing discusses Abdurrahman Haddad's biography from


childhood to joining the Laskar Organization and fighting against colonialism in
defending the independence of the Republic of Indonesia. This study aims to
describe the background of Abdurrahman Haddad's life as well as his role in the
KRIS MUDA Mandar Class Organization in defending and defending the
independence of the Republic of Indonesia from the Japanese and Dutch colonialism
(NICA) in Majene. This study uses historical research methods, the method consists
of several stages of Source Search, Source Critique, Interpretation, Writing
(Historiography).

The results of this study provide a picture that the leader of Abdurrahman
Haddad fighters so play a role in defending and maintaining the independence of
Indonesia. During the Japanese occupation of 1942 to 1945 Abdurrahman Haddad
joined the youth organization of Sumber Dara Rakyat (SUDARA) and also worked
in the police in Makassar, always disseminating ideas about independence. After the
Japanese occupation and the entry of NICA / KNIL Abdurrahman Haddad returned
to Mandar and joined in the KRIS MUDA Mandar organization Majene organized
this branch of Abdurrahman Haddad played a role in maintaining independence by
disseminating the ideas of independence through patching pamphlets and
mengoodinir sending youth fighters to the island of Java and make the State East
Indonesia entered into NKRI.

Keywords: Biography Fighters/Paramilitary/Movement Nationalision.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Skripsi ini menjelaskan sosok Abdurrahman Haddad sebagai seorang

pejuang Mandar, Sulaswesi Selatan. Abdurahman Hadad pejuang kemerdekaan.

Penulis biografi atau riwayat hidup seorang tokoh pejuang atau pemimpin telah

berkembang pesat, terutama setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

tahun 1945. Namun, masih banyak para pemimpin atau tokoh-tokoh pejuang

yang telah berjasa bagi bangsa dan negara, pada zaman penjajahan Belanda dan

Jepang yang tidak lagi di kenal oleh masyarakat. Perjuangan dan jasa-jasanya

dilupakan orang; oleh karena itu skripsi ini berupaya mendiskripsikan perjuangan

Abdurahman Haddad agar dikenal dan dikenang masyarakat.

ini merupakan kerugian bagi masyarakat sebab peranan mereka sebagai

pemimpin bangsa dan pemimpin politik di masyarakat atau sebagai tokoh

pembaharu di zaman kemerdekaan tidak lagi di kenal oleh bangsa kita. Itulah

sebabnya Ir. Soekarno memperingatkan bahwa “hanya bangsa yang tahu

menghormati dan menghargai jasa para pahlawannya yang dapat tumbuh menjadi

bangsa yang besar”.1

Fokus penelitian ini adalah “Adurrahman Haddad” yang merupakan

salah satu tokoh pejuang dari Majene. Daerah ini merupakan bagian dari Provinsi

1
Muhammad Amir.Perjuangan Hammad Saleh Menentang Jepang Dan Belanda Di
Mandar 1942-1947, (Makassar: Arus Timur, 2014), hlm 2.

1
Sulawesi Barat yang meliputi lima wilayah kabupaten, yaitu kabupaten Polewali

Mandar, kabupaten Majene, kabupaten Mamuju, kabupaten Mamasa, dan

kabupaten Mamuju Utara. Dengan demikian, daerah mekaran Provinsi Sulawesi

Selatan ini meliputi wilayah Onder Afdeling Mandar pada masa pemerintahan

Hindia Belanda.2

Pada tahun 1907 Belanda mendirikan sekolah Vervolkschool di singkat

VS, yang baru dapat dilaksanakan di beberapa kota-kota kecil pada tahun. seperti

Maros, Pangkajene, Segeri, Pare-Pare, Pinrang, Majene, Limbung, Bonthain,

Watampone, Sengkang, Paria, dan Palopo. Kemudian setahun sesudah itu 1908,

dibuka pula beberapa VS di desa- desa. Sepuluh tahun setelah VS didirikan dan

berkembang cukup pesat, maka pada tahun 1920 dibuka pula sekolah lanjutan dari

VS, yaitu VVS (Vervolkshool).3

Abdurrahman Haddad yang lahir pada Tahun 1922 di Kambajawa

Limboro-Polewali Mamasa (Polmas). Sekarang daerah ini berubah pasca

pemekaran wilayah menjadi Polewali Mandar (Polman), yang berjuluk bumi

Tipalayo.4

Pada usianya yang cukup muda berumur 11 hingga 17 Tahun,

Abdurrahman Haddad merupakan pemuda yang aktif dalam menimba pendidikan.

Pada Tahun 1932 Abdurrahman Haddad mendapatkan pendidikan keagamaan di

2
Syahrir Kila, Budaya politik Kerajaan Balanipa Mandar, (Makassar: 2015), hlm. 14.
3
Sarita Pawiloy, dkk. Arus Revolusi 45 di Sulawesi Selatan. (Ujung Pandang:, 1987.)
hlm. 24.
4
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

2
Pondok Pesantren Agama Islam di Tinambung. kemudian mendapat ijazah karena

telah menyelesaikan sekolahnya di Vervolkschool Tinambung pada tahun 1937.1

Berkaitan dengan itu, Abdurrahman Haddad menyelesaikan juga sekolah

menengah pertama negeri di Majene yang berijazah Eksternei.2 sampai dengan

tahun 1938.7 Daerah ini terletak di muara sungai mandar. Sekarang daerah ini

menjadi kecamatan, yaitu kecamatan Tinambung. Dulu Kecamatan ini tergabung

dengan Limboro dan Balanipa yang sekarang telah dimekarkan dan menjadi

kecamatan sendiri, yaitu kecamatan Balanipa.8

Banyak yang telah dilakukan Abdurrahman Haddad setalah tamat

pesantren, menjadi buruh harian tukang batu di Makassar pada tahun 1938 dan

kemudian menjadi tenaga harian lepas pada Detachsement Veldpolitie di Takalar

dari tahun 1939 sampai dengan tahun 1941.9 Para murid sekolah yang telah

berusia 15 tahun keatas diikut sertakan dalam barian seinendan yaitu pelatihan

kepemudaan bentukan Jepang. Di samping itu, di bentuk pula Boei Teisin Tai

yang anggotanya terdiri atas pemuda-pemuda pilihan. Mereka dipersiapkan

membantu pasukan Jepang dalam perangnya melawan sekutu. Untuk pertahanan

rakyat dibentuk wadah yang bernama keibodan. Di kota Makassar, pemerintah

militer Jepang mendirikan pula suatu badan untuk melatih para pemuda dalam

1
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
2
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
7
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
8
Syarir Kila, op.,cit. hlm.16.
9
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

3
kepolisian yang diberi nama Heiho.10 salah satu anggotanya ialah Abdurrahman

Haddad yang bergabung pada tahun 1940-an.11 Menjelang kekalahan Jepang, di

Sulawesi Selatan terdapat kira-kira 200 anggota Heiho. Mereka tersebar di

Sulawesi Selatan dan kemudian kembali ke kampung hlmaman masing-masing

setelah Jepang menyerah.12

Kedatangan Jepang di Makassar pada tanggal 9 Februari tahun 1942. Dari

Barombong tentara menyerbu masuk ke kota Makassar dan berhasil mendesak

pihak pemerintah Belanda menyerahkan kekuasaannya dan menyerang pusat-

pusat pertahanan Belanda yang berada di daerah-daerah. Serangan ini membuat

Belanda semakin terdesak hingga pada pertahanan terakhir di Camba dan

Enrekang. Oleh karena itu, pihak Belanda terpaksa menyerah dan seluruh

Sulawesi berhasil diduduki dan dikuasai oleh pihak angkatan laut Jepang.

Kedatangan Jepang ini awalnya disambut baik oleh orang-orang di Sulawesi

dengan penuh harapan akan datangnya masa pencerahan. Para raja dan rakyat

menyambut kedatangan Jepang dengan penuh kegembiraan di daerahnya masing-

masing termasuk di daerah Mandar. Itulah sebabnya ketika tentara Jepang

memasuki daerah Mandar pada akhir februari 1942 dan aparat pemerintahan

sipilnya yang menyusul kemudian memanfaatkan kenyataan itu dengan

10
Sarita Pawiloy, op., cit. hlm. 68.
11
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
12
Sarita Pawiloy, Loc., cit.

4
mengukuhkan kekuasaan raja-raja (para Mara’dia),13 di bawah struktur penguasa

militer Jepang.14

Sikap bersahabat pihak Jepang berlangsung sangat singkat. Ternyata

pendatang baru itu adalah juga bangsa penjajah. Mereka kejam dan juga bengis.

Rakyat merasakan penderitaan yang lebih para. Di mana-mana timbul kelaparan,

dan ketakutan sehingga sikap yang awalnya mendukung orang Jepang berubah

menjadi kebencian. ini membangkitkan semangat perlawanan penduduk terhadap

semua kekuatan asing. perlawanan bangsa Indonesia terhadap fasisme Jepang ada

yang bersifat legal, ilegal dan perlawanan fisik. Di Mandar perlawanan bersenjata

terhadap penguasa Jepang dipimpin oleh Moh. Saleh Puangnga l Sudding sekitar

pedalaman dekat Tinambung. Dalam kontak senjata, pasukan Moh. Sale

Puangnga l Sudding membunuh dua orang polisi Jepang pada bulan april 1945.15

Moh. Sale Puangnga I Sudding merupakan anggota dari KRIS MUDA Mandar

yang menempatkan posisi sebagai divisi tempur, bersama dengan Abdurrahman

Haddad yang menempatkan diri pada bagian I pucuk pimpinan KRIS MUDA dan

berkedudukan di Majene, bersama dengan Amin Badawi. 16 Organisasi KRIS

MUDA Mandar yang di pimpin oleh Ibu Andi Depu, terbentuk pada tanggal 21

13
Syarir kila, op.,cit. hlm.20. Mara’dia adalah pemimpin atau raja dari kerajaan
Balanipa di Mandar, sebelumnya sebutan gelar Mara’dia di Mandar yaitu Tomakaka sebelum
adanya kerajaan Balanipa..
14
Muhammad Amir, op., cit. hlm. 84-86.
15
Sarita Pawiloy, op., cit. hlm. 64-69.
16
Arsip Pribdi, Abdurrahman Haddad, Struktur Dan Porsonalia Organisasi Kebangkitan
Rahasia Islam Muda (KRIS MUDA) Mandar, penulisan kata singkatan pada KRIS MUDA
Mandar di tulis berdasarkan data yang di peroleh di Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

5
Agustus 1945. Organisasi ini bukan hanya bertujuan menegakkan, membela, dan

mempertahankan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di daerah Mandar,

tetapi juga dimaksudkan untuk menentang kehadiran dan usaha NICA (Nederland

Indishe Civil Administratie) yang hendak kembali memulihkan kedudukan dan

kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di daerah Mandar pada khususnya.17

Abdurrahman Haddad bergabung di KRIS MUDA Mandar pada bulan November

1945 di bawah pimpimnan Hajja Andi Depu, disinilah bentuk gerakan dan

perjuangannya yang terorganisir dan terarah.18

Sebelumnya Abdurrahman Haddad tergabung dalam anggota Gerakan

Pemuda Sumber Darah Rakyat Di Makassar yang dipimpin oleh Made Sa’bara

(Kakak kandung Jendral Edi Sa’bara) yang markasnya di rumah kediaman

Dr.Ratulangi, dan pada waktu itu juga sebagai salah satu anggota polisi (JUMPO)

dengan jabatan Diest Dundee Rechercheur merangkap ajune Jaksa di Makassar

untuk pemeriksa perkara dalam kota, dari tahun 1943 sampai tentera sekutu

mendarat di Makassar.19

Menjelang awal 1946 pertengahan tahun 1946, tentara Australia yang

diboncengi tentara NICA tiba di Majene yang berkekuatan 1 (satu) kompi di

bawah pimpinan Letnan Dua Ritma (Belanda-Indo). Atas kedatangan tentara

NICA tersebut, oleh pucuk pimpinan KRIS MUDA Mandar memerintahkan agar

para pejuang yang sudah berada di hutan-hutan bersiap-siap menyerang dan

17
Muahammad Amir, Loc., cit. hlm.104.
18
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
19
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

6
mengadakan sabotase pada waktu yang memungkinkan terhadap tentara Australia

dan NICA.20 Pada akhir tahun 1945 Abdurrahman Haddad adalah anggota polisi

dengan tugas pemeriksa perkara di Majene sampai pada akhir tahun 1946,

lantaran di tangkap oleh Belanda (NICA) dan ditawan di Majene dan di Makassar.

Abdurrahman ditangkap oleh pihak NICA karena mengetahui gerakan-gerakan

Abdurahman Haddad yang sebelum ditawan ia mengordinir pengiriman pemuda

pejuang mandar yang ingin melanjutkan perjuangan di pulau Jawa lantaran

terdesak dalam perjuangan di Mandar. Kemudian lepas tawanan pada tahun

1948.21

Setelah bebas tawanan, Abdurrahman Haddad kembali ke Mandar dan

berdomisili di kampung Matakali (Polmas). Akan tetapi beberapa bulan

kemudian, pada awal tahun 1949 Abdurrahman Haddad dipanggil oleh komandan

Batalyon C Berigade XXI/X (Kap.A.A.Rifai) yang daerah tugasnya di hutan

belakang pasar kapajen (Malang-Jawa Timur) dengan maksud memerintahkan

Abdurrahman Haddad untuk menjalankan tugas tentara Nasional Indonesia di

daerah pendudukan Belanda. Dalam pertemuan Abdurrahman Haddad dengan

Kapten A.A.Rifai, Komandan Batalyon C Brigade XVI/X di Jawa Timur, mereka

paling banyak membicarakan tentang cara-cara apa yang harus ditempuh dalam

mengadakan gerakan-gerakan serentak bersama-sama dengan kesatuan-kesatuan

lainnya yang pro terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, guna

menggagalkan Koferensi Meja Bundar (KMB) yang sementara berjalan di negeri

20
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
21
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

7
Belanda (Den Haag), kemudian Sulawesi kembali diakui sebagai daerah De facto

dan De jure Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian Abdurrahman

Haddad kembali di Sulawesi menjelang akhir bulan Desember 1949. Setibanya di

pelabuhan Makassar, ia mendengar perbincangan petugas kapal bahwa menurut

pengumuman semalam tanggal 27 Desember 1949 Konferensi Meja Bundar

(KMB) telah berakhir di Den Haag yang hasilnya ialah bahwa Kedaulatan

Indonesia Serikat telah diakui oleh Pemerintah Belanda. Setelah mendengar

perbincangan tersebut, maka salah satu tugas harian Abdurrahman Haddad

berdasarkan surat perintah harian dari Batalyon C Brigade XVI/HCJX yang di

antaranya perlu dilaksanakan di Sulawesi, oleh karena di Sulawesi masih di

bawah kekuasaan pemereintah boneka Belanda yaitu Negara Indonesia Timur

(NIT). Dalam memudahkan perintah tersebut, Abdurrrahman Haddad langsung

menghubungi pucuk pimpinan KRIS MUDA Mandar A. Rahman Tamma yang

kebetulan juga sebagai ketua umum organisasi perjuangan Biro Pejuang Pengikut

Republik Indonesia (BPPRI) pusat Makassar. A. Rahman Tamma diperintahan

untuk membentuk BPPRI cabang Majene, di samping itu dijelaskan bahwa tujuan

utama BPPRI ialah senantiasa memperjuangkan bersama-sama untuk

membubarkan Negara Indonesia Timur (NIT), kemudian Sulawesi dimasukkan

kedalam kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pusatnya di

Jogyakarta. Berhubungan dengan itu dibentuklah BPRI cabang Majene dengan

struktur personilnya yaitu,22 Abdurrahman Haddad sebagai ketua, wakil ketua

Muhshin Ali, sekretaris Sitti A’isa, dan pembantunya Sahide s, Badolo Waris,

22
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad

8
Abu symsi, Coling Pak Rompis, Abd Karim Pua Mustari, Jamaluddin Jafar, dan

Madali Ahmad. Inilah organisasi yang menjadi wadah untuk menyalurkan

tuntutan agar NIT segera dibubarkan kemudian Sulawesi masuk ke dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.23

Pengetahuan sejarah kepahlawanan dan perjuangan begitu menarik untuk

kita ketahui, pahit getirnya pendudukan penjajahan, tentu memiliki banyak cerita

sejarah tentang perjuangan. Di Sulawesi Selatan berkobar perlawanan bersenjata

terhadap kekuasaan asing dari abad ke-XVII sampai dengan tercapainya

kemerdekaan tahun 1945.24 Mereka berjuang secara ikhlas untuk bangsa dalam

merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Para pejuang kemerdekaan RI

berdasarkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945; lebih di kenal dengan angkatan

45.25

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

23
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad
24
Sarita Pawiloy,dkk.1987.Arus Revolusi 45 di Sulawesi Selatan.Ujung Pandang ,hlm.1.
25
Ibid., pengertian ANGKATAN 45 yang lebih lengkap; berbunyi sebagai berikut :
Angkatan 45 adalah pelopor, penegak, pelaksana, pengaman dan penerus cita-cita perjuangan
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang secara ikhlas, konsekwen, aktif, kreatif, rela
berkorban dan berjuang melawan fasisme, imprealisme, kolonialisme, dan feodalisme untuk
mewujudkan, mengisi, mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Tanah Air dalam bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan lambang Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 menuju masyarakat adil dan makmur. hlm. 3.

9
Dalam sebuah penelitian dianggap perlu memberikan batasan masalah

agar fokus dari penelitian, tidak melebar dan bias. Dalam hlm ini, penulis

membagi batasannya yaitu batasan spasial dan batasan temporalnya. Ruang

lingkup penulisan ini berlokasi di Majene sebagai batasan spasialnya,

sedangkan batasan temporannya penulis mengambil dari tahun 1922 karena

pada tahun ini tahun kelahiran Abdurrahman Haddad yang nantinya penulis

akan menjelaskan sejak masa kecilnya mulai dari mengemban pendidikan

hingga bergabung sebagai anggota pejuang KRIS MUDA Mandar, sampai

tahun 1950 karena penulis melihat pada tahun ini Abdurrahman Haddad tidak

lagi tergabung dalam organisasi kelaskaran pejuang di Majene pada tahun

sebelumnya 1949 menjadi ketua Biro Pejuang Pengikut Indonesia (BPPRI)

kemudian pada tahun 1950 menjadi ketua Madrasah Ibtidayah. Namun

demikian, tidak tertutup kemungkinan penelusuran ke masa sebelumnya dan

periode di atas tahun 1950, terutama yang merupakan rangkaian proses histori

tidak dapat diabaikan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Pada penelitian ini penulis menganggap ada bagian-bagian yang

dianggap perlu untuk dibahas secara khusus. Oleh karena itu, penulis

merumusknnya dalam sebuah rumusan masalah sebagai berikut:

a.) Bagaimana latar belakang kehidupan Abdurrahman Haddad dari masa

kecil hingga tergabung menjadi anggota Organisasi kelaskaran KRIS

MUDA Mandar di Majene ?

10
b.) Bagaimana bentuk perjuangan dan peran Abdurrahman Haddad pada

saat bergabung di Organisasi kelaskaran KRIS MUDA Mandar dalam

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ?

c.) Bagaimana peran Abdurahman Haddad pada saat menjadi Ketua

Organisasi Biro Pejuang Pengikut Republik Indonesia dalam

menentang kekuasaan negara Indonesia Timur untuk bergabung

menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana riwayat hidup perjuangan Abdurrahman

Haddad.

2. untuk menganalisis bagaimana peran Abdurrahman Haddad ketika

bergabung di sebuah organisasi kelaskaran dalam membela dan

mempertahankan kemerdekaan RI.

3. Dan untuk memahami peran Abdurrahman Haddad pada saat menjadi

ketua Biro Pejuang Pengikut Republik Indonesia (BPRI) di Majene

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Bagi Mahasiswa, khususnya mahasiswa sejarah selain menambah

pengetahuan tentang sejarah lokal khususnya perjuanagan Adurrahman

Haddad di Majene.

11
b. hasil Penelitian ini juga bisa dijadikan referensi tentang tokoh perjuangan

di Majene.

c. Bagi Universitas, hasil dari tulisan ini bermanfaat untuk menambah hasil

penelitian di perpustakaan Universitas Hasanuddin. Khususnya juga bisa

menambah rujukan untuk penelitian di Jurusan sejarah terutama yang

tertarik mengkaji sejarah sosial.

1.4 Kajian Sumber dan Pustaka

Sumber primer pada penulisan ini yaitu arsip pribadi milik Abdurrahman

Haddad terdiri atas berbagai bagian-bagian lembaran. Lembaran yang pertama

menjelaskan struktur personalia organisasi Kelaskaran KRIS MUDA Mandar,

lembaran kedua berjumlah 4 hlmaman berisi tentang riwayat hidup Abdurrahman

Haddad, dan lembaran ketiga terdiri dari 14 hlmaman berirsi tentang peristiwa-

peristiwa masa perjuangan Abdurahman Haddad mulai dari bergabungnya di

organisasi Kelaskaran KRIS MUDA Mandar, berjuang membela dan

mempertahankan kemerdekaan sampai menjadi ketua BPPRI cabang Majene.

Dalam buku Sarita Pawyloi “Arus Revolusi 45 di Sulawesi Selatan”

membahas tentang pejuang-pejuang 45 di Sulawesi Selatan baik yang berjuang

dengan organisasi kelaskaran maupun yang berjuang dengan tidak terkordinir.

Dalam buku syahrir kila “Budaya politik Kerajaan Balanipa Mandar”, membahas

tentang budaya politik yang ada di Mandar dan secara khusus menjelaskan

tentang wilayah Mandar, dan dalam buku Muhammad Amir “Perjuangan

Hammad Saleh menentang Jepang dan Belanda di Mandar 1942-1947”,

12
membahas tentang latar belakang kehidupan Hammad Shaleh dan juga

perjuangannya dalam menentang Jepang dan Belanda di Mandar.

1.5 Metodologi

Dalam penulisan karya ini, penulis mengumpulkan data dengan

menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Selanjutnya

untuk menghasilkan suatu karya sejarah yang ilmiah, penulis menggunakan

metode sebagaimana yang dipergunakan dalam penulisan karya-karya sejarah.

Adapun tahapan-tahapan dalam metode tersebut meliputi :

a. Heuristik

Penulis berusaha mencari dan mengumpulkan data atau sumber.

Sumber tertulis baik sumber primer maupun sekunder. Adapun sumber

sekunder yang sudah penulis kumpulkan yaitu :

a. Sarita pawiloy.1987. Arus Revolusi 45 di Sulawesi Selatan. Ujung

Pandang.

b. Syahrir kila. Budaya politik Kerajaan Balanipa Mandar,

(Makassar: 2015).

c. Muhammad Amir. Perjuangan Hammad Saleh menentang

Jepang dan Belanda di Mandar 1942-1947, (Makassar: Arus

Timur, 2014),

Adapun sumber primer pada penulisan ini yaitu data pribadi atau arsip

pribadi yang di tulis langsung oleh Abdurrahman Haddad. ( di dapatkan pada saat

melakukan penelitian di daerah Majene).

13
b. Kritik Sumber

Pada tahap ini, sumber-sumber yang telah dikumpulkan selanjutnya

diseleksi dan dianalisis untuk menentukan validitas dan kreadibilitas. Oleh

karena itu, sangat diperlukan kecakapan dan kemampuan imajinatif

mengenai peristiwa yang telah terjadi untuk menginterpretasi berbagai

informasi dan sumber yang telah dihimpun.

Dalam tahap ini, penulis mengelompokkan sumber-sumber primer

yang diperoleh dari Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pemerintahan

Povinsi Sulawesi Selatan dan sumber-sumber sekunder yaitu beberapa

literatur/buku mengenai Majene, sosial dan berbagai buku yang masih

relevan dengan objek penelitian.

c. Interpretasi

Pada tahap ini, diperlukan kemampuan ekstra dalam mengeksplorasi

informasi yang telah diperoleh agar bisa sinkron dengan objek penelitian.

Mengurai dan menjabarkan secara detail situasi yang terjadi pada masa

lampau membutuhkan kemampuan imajinatif, agar apa yang dipahami dapat

tertuang dalam tulisan dan dipahami oleh pembaca.

d. Historiografi

Tahapan ini merupakan tahap akhir yang ditempuh setelah

melakukan tahapan-tahapan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Pada

tahapan ini, penulis kemudian memulai untuk menuliskan data-data yang

telah diperoleh dalam bentuk kisah sejarah yang disusun secara kronologis

berdasarkan data dan fakta yang ada.

14
1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu pada bab pertama penulis

menjelaskan mengenai pendahuluan, a) latar belakang penelitian, b) batasan

dan rumusan masalah, c) tujuan dan manfaat penelitian, d) kajian sumber dan

pustaka, e) metodologi sejarah, f) sistematika penulisan.

Pada bab kedua II penulis membahas tentang kondisi wilayah

Sulawesi pada umumnya dan Majene pada khususnya. Kemudian pada bab

selanjutnya yaitu bab III penulis membahas tentang latar belakang kehidupan

Abdurrahman Haddad dari masa kecil hingga mengemban pendidikan dan

akhirnya bergabung di organisasi kelaskaran.

Pada bab IV penulis membahas tentang peran Abdurrahman Haddad

di organisasi Kelaskaran KRIS MUDA Mandar dalam membela dan

mempertahankan kemerdekaan dan jaga punulis membahas tentang

bagaimana peran Abdurahman Haddad di Biro Pejuang Pengikut Republik

Indonesia dalam menentang Negara Indonesia Timur (NIT) di Majene.

Kemudia pada bab V yaitu bab penutup penulis menyimpulkan pokok-pokok

pembahasan dari bab pertama I sampai pada bab ke IV. Adapun juga kritik

dan saran penulis simpan pada pembahasan bab ini, bila ada data mengenai

foto dari Abdurrahman Haddad penulis juga masukkan pada bab ini sebagai

lampiran.

15
BAB ll

GAMBARAN UMUM DAERAH MAJENE

2.1 Sejarah Singkat Lita Mandar

Dalam lontara Mandar disebutkan bahwa To Manurung tidak turun di daerah

Mandar tetapi turun di hulu sungai Saddang yang kemudian beranak 7 (tujuh)

orang yang menyebar keseluruh daerah Sulawesi Selatan salah satu anaknya

Pongkapadang datang ke daerah Mandar menurunkan 11 (sebelas) orang. Salah

satu dari sebelas orang ini yang bernama Tobitaeng kawin dengan salah seorang

anak Tomakaka Napo. Dari hasil perkawinan mereka lahirlah Imanyan bungi yang

kemudian menjadi arajang Balanipa yang I di daerah Mandar. 1

Setelah wafat disebut “Todilalin” makamnya terdapat di desa Napo bekas

distrik limbora, kecamatan Tinambung kabupaten Polewali Mamasa, mungkin

raja I manyambungi iilah ayah I Retasi Ibu raja Gowa ke IX Tumaparissi Kallona

( Bertahta tahun (1511-1547) merupakan raja gowa yang terbesar dalam sejarah.

Kerajaan Balanipa belum diketahui secara pasti kapan berdirinya. Menurut M

Darwis Hamsah dalam bukunya “ Polmas dalam pergelaran kesenian se Sulseltra”

oktober 1974 hlm 6 bahwa pada abad ke 15 I manyambungi merupakan Arajang

(Maradia) yang diangkat oleh rakyat Balanipa. Orang berpendapat bahwa dialah

1
Syahrir Kila, Budaya Politik Kerajaan Balanipa Mandar, (Makassar: 2015), hlm. 13.

16
raja I kerajaan Balanipa karena sepanjang riwayat/cerita dari generasi ke generasi

tak pernah disebut ada raja Balanipa sebelumnya.2

Turunan Todilaling inilah yang menjadi cikal bakal bangsawan-

bangsawan Mandar. Diceritakan selanjutnya bahwa daerah Mandar yang

dahulunya berdasarkan perjanjian “ Tamman Jarra I dan II” disebut Pitu Babanna

Binanga “ dan juga berdasarkan perjanjian Luyo” meluas menjadi daerah serikat

kerajaan Pitu Ulunna Salu. Pitu Babanna Binanga terdiri atas tujuh kerajaan yang

terletak di muara sungai yaitu:

1. Bekas kerajaan Balanipa terletak di kecamatan Tinambug, bapak

dari kerajaan Pitu Babanna Binanga.

2. Bekas kerajaan Sendana terletak di kecamatan Sendana adalah ibu

dari kerajaan Pitu Babana Binanga dalam kerajaan Mandar.

3. Bekas kerajaan Banggae terletak di kerajaan Banggae yang

dianggap anak yang berani.

4. Bekas kerajaan Pamboang di kecamatan Pamboang. Kerajaan ini

dianggap anak wanita (puteri) dari kerajaan Balanipa yang pertama

masuk islam.

5. Bekas kerajaan Tappalang.

6. Bekas kerajaan Mamuju di daerah tingkat dua Mamuju.

7. Binuang.

2
Ibid.

17
Dari ketujuh kerajaan tersebut di atas, kerajaan Balanipa dianggap bapak

kerajaan, sedang kerajaan Sendana sebagai ibu. Kerajaan-kerajaan yang tergabung

dalam Pitu Ulunna Salu ( kerajaan di pegunungan) yaitu :

1. Rante Bulahan

2. Mambi

3. Matangnga

4. Tabang

5. Aralle

6. Tubbi

7. Tondong

Demikian Mandar yang terdiri atas 14 kerajaan yang tergabung ke dalam

dua serikat kerajaan yaitu Pitu Babana Binanga dan Pitu Ulunna Salu yang pada

penjajahan Belanda di Sulawesi Selatan menjadi Afdeling Mandar dan sesudah

kemerdekaan menjadi Dati II Polmas, Dati II majene dan Dati II Mamuju. 3

Lita Mandar merupakan terminologi politik yang mengintegrasikan diri

dalam suatu wadah yang disebut lita Mandar. Lita adalah gabungan dua kelompok

federasi kerajaan antara federasi Pitu Ulunna Salu (tujuh hulu sungai) yang terdiri

atas Aralle, Mambi, Bambang, Rante Pulahan atau Rante Bulahan, Matangga,

Tondong, dan Tu’bi serta kelompok federasi Pitu Babanna Binanga (tujuh muara

3
Darmawan, Pengertian Pengembangan Siri Pada Suku Mandar . (seminar mengelolah
siri di Sulawesi Selatan: 1977), hlm. 2- 4.

18
sungai) yang terdiri atas Balanipa sebagai bapak, Pamboang sebagai ibu, Sendana,

Banggae, Tappalang, Mamuju, dan Binuang sebagai anak.4

Terbentuknya kedua federasi tersebut tidak menunjukkan angka tahun

yang pasti , tetapi diduga kuat terbentuk sekitar abad XV dan XIV Masehi. Tujuan

terbentuknya adalah untuk menggalang atau memperkuat kekuatan bersama dari

ancaman-ancaman pihak luar dan membangun kerja sama dalam menghadapi

berbagai masalah yang tidak bisa dilaksanakan atau diselesaikan sendiri. Ditandai

dengan tampilnya I Manyambungi atau di gelari Todilaling sebagai Arajang

Balanipa pertama. Sejak itu, peradaban sosial budaya, sistem hukum, dan

pemerintahan baru diberlakukan dalam wilayah kekuasaan menggantikan sistem

lama.5

Sekitar tahun 1540 Masehi Arajang Balanipa kedua Tomepayung, anak

dari Todilaling memprakarsai sebuah konferensi para raja dalam wilayah Mandar

pesisir. Konferensi tersebut digelar di Tammajarra (masuk dalam wilayah

kecamatan Balanipa atau Polewali mandar saat ini). Pertemuan ini melahirkan

kekeluargaan yang di sebut perjanjian Tamajarro I dan Federasi pitu babanna

binanga baru terkukuhkan pada perjanjian Tamajarro II. Hasilnya menjadi cikal

bakal terbentuknya federasi kerajaan di Mandar. Tidak hanya sampai disitu,

diperkirakan pada tahun 1570 Masehi, Tomepayung kembali menggelar

konferensi yang sama bertempat di Luyo (juga merupakan bagian dalam wilayah
4
Ibid.
5
EdwarL. Poelinggimang dan Suriadi Mppangara, penyunting, Sejarah Sulawesi Selatan
Jilid I, (Makassar:Badan penelitian dan pengembangan daerah Provinsi Sulawesi Selatan,2004),
hlm. 41.

19
kabupaten Polman). Pertemuan itu disebut-sebut sebagai pertemuan terbesar

dalam sejarah Mandar karena melibatkan para petinngi petinngi kerajaan dari

wilayah pantai maupun pegunungan. Pertemun ini menghasilkan perjanjian Luyo

atau Allmungang Batu di Luyo. Maka terbentuklah Lita Mandar secara utuh yang

sangat mempengaruhi Mandar dalam perkembangan selanjutnya.6

Pertemuan itu menghasilkan perjanjian yang sangat bersejarah dan

terbilang sakral. Memiliki nilai yang besar maknanya dan sangat berperan dalam

menentukan arah perjalanan sejarah dan kebudayaan di Mandar. Kebesaran itu

ditandai dengan adanya kesepakatan persekutuan kultural oleh para raja, dikenal

dengan sebutan ikrar Sipamandar (saling menguatkan), terukir pada sebuah

prasasti bernama “Allamungang batu” sebagai saksi sejarah yang masih ada

hingga saat ini. Disisi lain, pada masa pendudukan Belanda di Mandar, terdapat

sejumlah catatan sejarah tentang perlawanan rakyat Mandar. Di antaranya

perlawanan rakyat Mandar yang dipimpim oleh Arajang balanipa, Tokape pada

tahun 1893, perlawanan fisik yang dilakukan oleh Ammana Wewang dan

Ammana Pattolawali di Majene pada tahun 1905. Selain itu juga muncul nama-

nama pejuang lainnya seperti Andi depu, Riri Amin Daun, Abdul Malik, Abdul

Rauf, Rahman Tamma, Wahab Anas dan lainnya. Para tokoh itu pula membentuk

organisasi perlawanan kelaskaran seperti kebangkitan rahasia islam Muda (KRIS

MUDA) dan gabungan pemberontak rakyat Indonesia (Gapri 351).7

6
Dedi, Terbentuknya Sulawesi Barat: Latar Belakang dan Peranan Pemuda
Mahasiswanya 1999-2004, (Makassar: skripsi Unhas, 2011), hlm. 32.
7
Ibid., hlm 33.

20
Pada masa pendudukan Belanda di Mandar, kawasan yang tergabung

dalam suatu wilayah teritorial dengan nama afdeling Mandar, diakui pemerintah

Hindia Belanda dengan sebutan zelfbestuur atau pemerintah kerajaan sendiri yang

mengurus pemerintahan landschap lalu berganti dengan istilah swapraja. Afdeling

Mandar tersebut dipimpin seorang asisten residen sebagai perpanjangan tangan

pemerintah Belanda. Afdeling Mandar terdiri atas 4 ( empat ) Onderafdeling

yakni Onderafdeling Polewali, Onderafdeling Mamasa, Onderafdeling Majene,

dan Onderafdeling Mamuju. Sesudah kemerdekaan daerah ini menjadi Dati II

Majene. Dati II Polmas dan Dati II Mamuju.8

Sulawesi Selatan didiami oleh 4 (empat) suku bangsa utama yaitu : suku

bangsa Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Suku bangsa Bugis terutama

mendiami kabupaten-kabupaten Bone, Wajo, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, Barru,

Pare-Pare, Sidrap, Pinrang dan Luwu. Sebahagian penduduk Pangkajenne dan

Maros sebagai daerah perbatasan antara negeri-negeri orang Bugis – Makassar,

adalah orang Bugis atau orang Makassar. Juga kota Madya Makassar sebahagian

penduduknya orang Bugis. Jumlah penduduk suku bangsa Bugis diperkirakan

2.800.000 jiwa. Suku bangsa Makassar, mendiami daerah-daerah kabupaten

Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa dan Selayar.9

Suku bangsa Mandar, terutama mendiami daerah-daerah kabupaten Mandar

dan Mamuju juga sebahagian kabupaten Polmas berpenduduk orang Mandar

8
H.M. Tanawali Azis Syah, Sejarah Mandar Polmas, Majene, Mamuju Jilid I, (Ujung
Pandang: yayasan Al-Azis,1997), hlm. 84.
9
Bambang Suwondo, Geografi Budaya Daerah Sulawesi Selatan, ( Ujung Pandang :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,1982), hlm. 28.

21
jumlah penduduk suku bangsa Mandar diperkirakan 200.000 jiwa. Pendatang di

Sulawesi Selatan semenjak zaman dahulu terdiri atas orang jawa, orang melayu

dan orang Buton. Orang pendatang ini yang sudah lama menetap di Sulawesi

Selatan telah berintegrasi menjadi orang Bugis atau Makassar dengan sebutan

Mas bagi yang berasal keturunan Jawa, ince bagi yang berasal dari keturunan

melayu. Sedangkan orang buton atau muna tetap menyebut diri orang buton

dengan gelar-gelar La Ode dan sebagainya. Adapun mereka yang datang sesudah

perang dunia ke II (dua) tetap menyebut diri orang jawa, orang sumatra (Batak

atau Minangkabau). Mereka berdiam di kota-kota dan kebanyakan mereka

menjadi pegawai. Mereka yang datang pada waktu daerah transmigrasi di luwu

dan beberapa tempat lainnya, seperti di Polmas dan Majene. 10

2.2 Majene sebagai fokus lokasi penelitian

Kabupaten Majene merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah

provinsi Sulawesi Selatan. Pada zaman penjajahan Belanda ibu kota Afdeling

Mandar tidak ditempatkan di Tinambung yang bersejarah itu, tetapi malah

ditempatkan di Majene.11 terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan yang

memanjang dari selatan ke utara. Daerah ini masing-masing dibatasi oleh

kabupaten tingkat II Mamuju di sebelah Utara, kabupaten daerah tingkat II

Polewali Mamasa di sebelah timur, teluk Mandar di sebelah selatan dan selat

Makassar di sebelah barat. Daerah yang berada pada ketinggian antara 0 hingga

200 meter di atas permukaan laut ini memiliki luas 1.932 km, yaitu sekitar 2,27 %

10
Ibid., hlm. 28.
11
Syahril killa, Op., cit. hlm.17.

22
dari luas keseluruhan wilayah daratan provinsi Sulawesi Selatan, dengan rincian

1.633 km merupakan daerah yang berbukit-bukit dan selebihnya 299 km

merupakan daerah yang datar.12

Kabupaten daerah tingkat dua Majene dihuni oleh masyarakat “suku

Mandar “ sama hlmnya dengan dua kabupaten lainnya yaitu, kabupaten Polewali

Mamasa dan kabupaten Mamuju, yang dahulunya memang bersatu dalam “ Onder

Afdeling Mandar” yang pada saat itu beribukota Majene. Daerah ini berdiri sendiri

sebagai satu kabupaten bersamaan dengan pemekaran kabupaten di Sulawesi

Selatan berdasarkan undang-undang No.29 tahun 1959.13

Pitu Babanna Binanga (Tujuh Muara Sungai), merupakan kerajaan yang

ada di Mandar yang berdaulat dalam kerajaannya. kerajaan ini terdapat pula

kerajaan-kerajaan kecil yang termasuk dalam wilayah Majene seperti Sendana dan

Banggae. Jumlah penduduk bekas wilayah kerajaan-kerajaan Pitu Babanna

Binanga pada akhir tahun 1983 (menurut kantor statistik Propinsi Sulawesi

Selatan) Kabupaten tingkat II Majene memiliki jumlah penduduk sebanyak

123.205 jiwa.14 Mereka sebagian besar Suku Mandar, selainnya Suku-Suku

Toraja, Bugis dan Jawa.

12
Rahmawati, Menhir Sebagai Nisan Di Salabose Kecamatan Banggae Kabupaten
Majene Provinsi Sulawesi Selatan, ( skripsi , Universitas Hasanuddin,1993), hlm. 13.
13
Ibid.
14
H.Saharuddin, mengenal: Pitu Babanna Binanga (Mandar) Dalam Lintasn Sejarah
Pemerintah Daerah di Sulawesi Selatan. ( Ujung Pandang : C.V. Mallomo Karya. 1985), hlm. 1-3.

23
Hampir seluruhnya beragama islam, karena raja-raja dan rakyat wilayah

Majene memeluk agama Islam sekitar tahun 1610, yakni beberapa tahun setelah

raja Gowa dan rakyatnya memeluk agama tersebut. 15

Setelah pemerintahan Hindia Belanda menduduki Mandar, diadakan

reorganisasi pemerintahan Swapraja , yaitu sebagian anggota Hadat yang di

anggap tidak begitu Urgen ditiadakan, jabatan-jabatan adat pada tingkat desa atau

kampung, untuk pengangkatan kepala kampung dipakai sistem yang lebih

demokratis yaitu di pilih oleh semua penduduk laki-laki dewasa dalam wilayah

kampungnya dan tidak memakai lagi syarat keturunan. 16

Di Majene selain dari Mara’dia (raja) Majene atau (Banggae) :

1. Mara’dia Matoa, mula-mula tidak diadakan lagi, dan nanti pada tahun

1947 diadakan kembali tetapi tidak merangkap Kepala Distrik.

Diantara 10 (sepuluh) orang anggota Hadat , tetap ada 4 orag, yang masing-

masing merangkap Kepala Distrik :

2. Pabiccara Banggae, merangkap KD. Banggae.

3. Pabiccara Totoli, Merangkap KD. Totoli.

4. Pabiccara pangali-ali, merangkap KD. Pangali-ali.

5. Pabiccara Baru, merangkap KD. Baru

15
Ibid.
16
Ibid.

24
Anggota Hadat lainnya, tetap ada untuk tugas-tugas yang termasuk urusan

adat, tetapi dalam formasi Administrasi pemerintajhan, mendapat status kepala

kampung, yaitu :

6. Tokaiyang Banggae, kepala kampung Saleppa

7. Puang Talise, kepala kampung Dateng-Dateng

8. To Kaiyang Pngali-ali, kepala kampung Pangali-ali

9. Lasebau, kepala kampung Camba.

10. Tolimapponge, kepala kampung Galung.

11. Tomalamber, kepala kampung Soreang.

Yang tidak di adakan lagi seperti : Maradia Malolo, Pappuangan Soreang,

Pappuangan Salabose, Pappuangan Tande 3 (orang), Pappuangan Puabang,

Pappuangan Palipi, Pappuangan Pamboborang 2 (orang) dan Pappuangan Baruga

2 ( orang ). Tugas-tugas Pappuangan tersebut dialihkan kepada kepala kampung

pilihan lansung dari rakyat dalam wilayahnya.17

Dengan terbentuknya kabupaten Daerah Tingkat II, menyusul dibentuklah

wilayah-wilayah Kecamatan Administratif tingkat Kecamatan. Di Majene,

menurut hasil perhitungan akhir tahun 1983, terdapat 4 Kecamatan yaitu,

Kecamatan Banggae dengan memiliki 5 Desa (Banggae, Labuang, Totoli, Baruga

dan Tande), Kecamatan Pamboang memiliki 4 Desa (Lalampanua, Bonde,

Simbang dan Adolang ), Kecamatan Sendana memiliki 6 Desa (Mosso, Puttada,

Sendana, Tammerodo, Onang dan Tubo), dan Kecamatan Malunda memiliki 5

17
H.Saharuddin, Lop.,cit., hlm. 89-90.

25
Desa (Malunda, Lombong, Kabiraan, Bambangan dan Ulumandak). Rata-rata

penduduk per Desa 6.166, kepadatan penduduk (KM2) 64 dan anggota rumah

tangga 5.18

2.3 Sistem Kekerabatan dan Kehidupan sosial Budaya Masyarakat Majene

Sistem pelapisan sosial merupakan salah satu bentuk pranata sosial yang

digunakan dalam mengatur kelangsungan hidup dan kehidupan masyarakat.

Demikian pula hlmnya dengan sistem kekerabatan sehingga dua bentuk pranata

sosial ini mempunyai kedudukan penting di dalam mengatur kehidupan

masyarakat. Keduanya tidak hanya dapat memberikan berbagai hlm yang

menyangkut latar belakang pandangan hidup, watak atau sifat-sifat mendasari dari

suatu masyarakat. Akan tetapi lebih daripada itu, sebab dengan mengetahui

pelapisan sosial dan sistem kekerabatan dapat diungkapkan dengan hubungan-

hubungan kejadian dalam masyarakat yang menyangkut segenap tingkah laku

dalam masyarakat, termasuk tindakan dan kegiatan politiknya. Masyarakat

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat pada umumnya dikenal sebagai masyarakat

yang sangat ketat mempertahankan pelapisan sosial dipandang sebagai salah satu

syarat memperkuat negeri. ini menunjukkan bahwa perbedaan peranan-peranan

berdasarkan status sosial dipandang sebagai norma yang patut dipelihara, diikuti,

dan dijalankan dalam kehidupan masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar. 19

18
Ibid., hlm. 133.
19
Muammad Amir, op., cit. hlm. 34-35.

26
Seperti halnya suku-suku lain dalam Masyrakat Mandar, di Majene juga

dikenal adanya lapisan/tingkatan sosial yang hingga kini masih terpelihara dengan

baik. Menurut Mallinckrodt pada masa tradisional masyarakat Mandar terdiri atas

beberapa tingkatan atau pelapisan kelompok masyarakat yaitu :

1. Todiang laiyana (bangsawan), yaitu lapisan bija mara’dia (keturunan

mara’dia) yang terdiri atas puang ressu (ranuh), puang sangnging

(murni), puang tallupparapa’(tiga perempat), pang sassigi (setengah

atau separuh), puang separappa(seperempat), dan puang dipisupai anna

sarombong (nanti digosok baru menghasilkan bau harum).

2. Tau pia (manusia pilihan), yaitu lapisan bija parri’ba ada’(keturunan

pemangku adat) yang terdiri atas tau pia tongan atau tau pia manassa

(manusia pilihan asli), tau pia na’e (manusia pilihan dari hasil

perkawinan antara bija mara’dia dan bija parri’ba ada’), dan tau pia

biasa).

3. Tau samar (manusia biasa), lapisan orang kebanyakan yang biasa juga

disebut dengan tau maradeka atau tomaradeka (manusia biasa).

4. Batua (hamba sahaya), yaitu merupakan lapisan terbawa yang terdiri

atas batuwa inranan (budak karena utang), batuwanialli (budak dibelli),

batuwa sassabuaran (budak sejak lahir), batua sossoran (budak turun

temurun), dan batua nalaung paleko’(budak karena membuat

kesalahan).20

20
Muhammad Amir, op.,cit. hlm. 37.

27
Umumnya penduduk di daerah Majene bermata pencaharian sebagai

nelayan, sebagian berkebun dan sebagai pegawai pada berbagai kantor, baik

pemerintah maupun swasta, sedang kaumwanita bertenun sarung Sutra Mandar

dan lain-lain. Jauh sebelum penjajahan Belanda , orang-orang Mandar sudah biasa

melakukan perdagangan dengan berlayar memakai perahu besar-besar yang dibuat

oleh orang Mandar sendiri terutama di Pamboang. Mereka membawa kopra dan

lain-lain hasil bumi/hutan ke Kalimantan, Jawa, Sumatra, Maluku bahkan sampai

ke Malaysia dan Singapura. Ketika kembali membawa rupa-rupabahan pakaian,

barang pecah-belah (piring, cangkir, dsb) gula dan beras. Pada waktu kembali

mereka kadang-kadang melalui Bulukumba, Makassar dan Pare-Pare. Perjalanan

pelayaran ini oleh orang Mandar dinamai Passa’Laq.21

Bahasa sehari-hari adalah “Bahasa Mandar”. Daerah ini terkenal dengan

hasil tenunannya yang hlmus dan tidak luntur, yaitu sarung Mandar , begitu juga

dengan perahunya yang dikenal dengan sebutan Lambo, yang pada masa lalu

sanggup mengarungi perairan nusantara ini. Sedangkan kesenian tradisional yang

terkenal adalah tari Pattu’du’ yang pada masa lalu merupakan tarian istana, yaitu

untuk menghibur raja dan para tamunya. 22 Tarian tersebut berasal dari kerajaan

Balanipa Dahulu, sekarang Tinambung, Kondo Sapata, Mambi, Sumarorong,

Pana dan Mamasa.

Penduduk daerah Majene umumnya menganut agama islam yang dari hasil

pengumpulan data, diperkirakan Islam sebagai agama yang masuk ke daerah ini

21
H. Saharuddin, op., cit. hlm. 5.
22
Syarir kila, op., cit. hlm. 25.

28
sekitar abad ke-17 yang dibawa oleh penganjur Islam yang dikenal dengan nama

Abdurrahman Kamaluddin yang berasal dari kerajaan Gowa, kecuali itu ada juga

penganjur Islam yang berada dari luar, antara lain yang terkenal adalah Syeh

Abdul Mannan. Selain agama islam, meskipun jumlahnya tidak besar, juga

terdapat beberapa kepercayaan yang hingga kini masih tetap dianut oleh

masyarakat setempat.23

23
Ibid.

29
BAB III

BIOGRAFI ABDURRAHMAN HADDAD MULAI DARI KECIL HINGGA

BERGABUNG DI ORGANISASI KELASKARAN

3.1 Dari Masa Kecil Hingga Menempuh Pendidikan

Abdurrahman Haddad dilahirkan di Kambajawa, Limboro Balanipa tahun 1922.

Waktu yang tepat untuk kelahirannya agak sulit untuk diketahui karena data yang

ditemukan hanya menyebutkan tahun kelahirannya. Putra yang dilahirkan pada

masa pemerintahan kolonial Belanda ini lahir di daerah Kambajawa (limboro

polmas) yang merupakan anak dari pasangan suami istri, ayahnya yang bernama

Abdul Haddad dan ibunya bernama ibu Doa.1

Oleh karena anak laki-laki tersebut, maka kedua orang tuanya dan segenap

anggota keluarganya serta lingkungan masyarakatnya, senantiasa mendoakan dan

menumpukkan harapan kepadanya agar kelak menjadi seorang manusia yang

dapat berbakti kepada orang tua, terpuji tingkah lakunya, dan menjadi pemimpin

yang disegani serta dihormati oleh masyarakat.

Setelah berumur 8 tahun Abdurrahman Haddad berpisah dengan kedua

orang tuanya dan menumpang kepada seorang janda tua bernama Baeduri yang

tinggal di Tinambung, Baeduri juga tinggal serumah dengan Imam Tinambung

yang bernama Hj. Kacing yaitu seorang ulama besar. Kemudian Baeduri

mempunyai seorang anak laki-laki yang benama Muhammad Arsyad yang sudah

berumur 18 tahun yang pada waktu itu sedang mengikuti pondok pesantren di

1
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

30
rumahnya sendiri. Kemudian Abdurrahman Haddad ikut bergabung sebagai

pelajar di Pondok Pesantren Agama Islam tersebut bersama dengan Muhammad

Arsyad pada tahun 1932. Sebagai dasar pembelajaran Abdurrahman Haddad

diajarkan mengaji, tammat membaca Al-Quran mulai belajar Ilmu syaraf dan

kemudian mempelajari Ilmu Nahwu (Jurummiyah) di samping itu juga

mempelajari Sapinatunnajay yang berisi tentang pelajaran permulaan untuk

syari’at Islam. Setelah itu dilanjutkan dengan mempelajari Hadist Arba’in dan

seterusnya mempelajari semuanya itu dalam Pesantren Pondokan. 2

Pengajian dalam rumah tangga berpusat pada pembacaan Kitab Suci Al

Quran, guru mengaji yang baik didatangi oleh anak-anak sekitar kediaman sang

guru, yang disebut ustadz, dalam bahasa Bugis disebut “ Puang Anre Guru”

mereka itu mendapat penghormatan dari para murid-murid dan juga dari orang tua

murid. Kadang-kadang seorang guru mengaji dipandang memiliki kharisma. Bila

kesalehannya dan juga pengetahuan agamanya diakui cukup tinggi. Sang guru

dikategorikan sebagai perantara tuhan. Mereka itu amat mempengaruhi kehidupan

pengikutnya.3 itulah sebabnya Abdurahman Haddad tumbuh sebagai tokoh yang

religius dilingkungan masyarakat dan memiliki sifat dan tingkah laku terpuji di

mata masyarakat.

Setelah itu Baeduri memasukkan Abdurrahman Haddad ke sekolah

bentukan Belanda VS (Volkschool) selama 3 tahun, setelah tamat, dilanjutkan ke

2
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
3
Sarita Pawiloy, Op., cit. hml. 22.

31
sekolah VVS (Vervolkschool) untuk belajar selama 2 tahun sampai kelas lima

kemudian mendapat ijazah dan tammat pada tahun 1937. 4

Sekolah bentukan Belanda tersebut merupakan sekolah yang dibangun

pada tahun 1908 oleh pemerintah Belanda di setiap desa-desa atau beberapa kota-

kota kecil seperti Maros, Pangkajenne, segeri, Pare-pare, Majene, Limbung,

Bonthain, Watampone, Sengkang, Paria, dan Palopo.5

Sesuatu yang dapat mendorong Abdurrahman Haddad sehingga jiwa dan

semangatnya berkobar untuk tertarik dan ikut-ikutan dalam perjuangan berusaha

mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17

Agustus 1945, yaitu disebabkan pada saat Abdurrahman Haddad duduk di Bangku

sekolah Vervolkschool Tinambung tahun 1935. Pada waktu itu yang menjadi

kepala sekolah Vervolkschool bernama Kamsil berasal dari Sangir Talaud. Pada

suatu hari dalam proses belajar mengajar, Tamsil memberikan pelajaran ilmu

bumi dengan menggunakan sebuah kaart besar peta dunia. Dalam penjelasan

beliau mengatakan bahwa di dalam Peta ini demikian jelas kepulauan Hindia-

Belanda yang terdiri atas pulau-pulau yang besar yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi,

Borneo (Kalimantan) dan Papua (Irian). Jika dibandingkan dengan tanah air

Belanda yaitu Nederland begitu kecilnya, kira-kira mengapa Belanda bisa sampai

kemari memerintah Hindia-Belanda berjumlah 72 (tujuh Puluh Dua) juta jiwa

dahulu jauh lebih banyak dari pada bangsa Belanda sendiri. Lalu Nederland itu

letaknya lebih rendah daripada air laut, sehingga bangsa Belanda itu ahli membuat

4
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
5
Sarita Pawiloy, Op., cit. hlm. 24.

32
bendungan yang begitu kuat dan besar yang berguna untuk melindungi agar tidak

tergenang dengan air laut. Jadi dalam membayar pembuatan bendungan tersebut

kekayaan Hindia-Belanda diangkut ke Nederland untuk pembuatan bendungan

negara Belanda tersebut. Dengan terselesaikannya bendungan itu, sehingga ada

nyanyiaanya yang berjudul “Nederland Timbul Kembali” mengapa bisa

Nederland itu lebih rendah dari pada air laut, oleh karena kotoran-kotoran kuda

yang mengalir dari Jerman berkumpul di pinggir pantai menjadi tanah Belanda

yaitu “Nederland”. Kalau kita bangsa Bumi Putra (istilah Belanda dahulu Bangsa-

Indonesia) yang jumlahnya 72 juta jiwa pergi buang air kecil di Nederland maka

bisa jadi tanah air Belanda itu tenggelam. Demikian kecilnya tanah air Belanda,

yaitu Nederland. Mengapa bisa sampai kesini memerintah kita.6

Pendidikan sekolah ini penting , bukan hanya sekadar dapat membaca dan

menulis huruf latin, mengenal angka-angka untuk berhitung, dan untuk

meningkatkan kecerdasan seseorang , tetapi juga dapat menumbuhkan semangat

Nasionalisme dan Patriotisme dalam perjuangan guna mencapai kemerdekaan

Indonesia serta untuk melakukan pendidikan politik pada masyarakat di kemudian

hari. Hanya sampai disinilah pendidikan terakhir yang diikuti oleh Abdurrhman

Haddad.

3.2 Masa Remaja dan Mulai Bekerja

Pada tahun 1937 anak dari Baeduri yaitu Muhammad Arsyad diterima menjadi

juru tulis di kantor Controleur di Polewali. Jadi terpaksa Abdurrahman haddad

6
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

33
dan Baeduri harus pindah dan merantau keluar dari kampug hlmaman yaitu di

Polewali, berpisah dengan Imam Tinambung. Berkaitan dengan itu, akhir tahun

1938 Abdurrahman Haddad diterima menjadi bisteller telefon dengan gaji

seringgit (Dua ratus Lima piluh sen), sebulan. Akan tetapi tidak lama kemudian

Abdurrahman Haddad yang bekerja baru saja 2 bulan keluar dari tempat kerjanya

tersebut dikarenakan mengikuti Baeduri dan Muhammad Arsyad yang pindah

bekerja di kepolisian Makassar. Selama di Makassar Abdurrahman Haddad hanya

tinggal di rumah saja membantu Baeduri. Akan tetapi di samping itu,

Abdurrahman Haddad senantiasa berusaha untuk memperoleh pekerjaan. Karena

tak adanya pekerjaan yang tetap untuk Abdurahman Haddad, maka untuk

sementara dia menjadi buruh harian tukang batu pada tahun 1939, yaitu menjadi

kuli biasa dengan memperoleh gaji Setelin (Dua Puluh Lima Sen) perhari.

Beberapa bulan kemudian, Muhammad Arsayad pindah lagi ke Detacsement

Veldpolitie di Takalar. Abdurrahman Haddad bersama Baeduri ikut juga pindah

ke Takalar mengikuti jejak anaknya. Di Takalar Abdurrrahman Haddad bekerja

membantu Muhammad Arsyad. Jika selesai memeriksa seseorang yang

berperkara, maka saya dipanggil guna mengetik setiap hari. Abdurrahman Haddad

yang bekerja sebagai anggota staf tenaga harian lepas sipil

bagian Krimineele Rechercheur Detacsement Veldpolitie di Takalar, bekerja sejak

pindahnya ke Takalar pada tahun 1939 sampai dengan tahun 1941.7

Pada bulan September tahun 1942 Abdurrahman Haddad diperintahkan

oleh tentara Jepang ke Makassar untuk mengikuti kursus dan pelatihan (sekolah

7
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

34
polisi Agen-Jepang). Abdurrahman langsung berangkat lantaran pada waktu itu

Abdurrahman Haddad masih bujang.8

Pelatihan ketentaraan pada pemuda dalam kepolisian tersebut diberi nama

Heiho oleh pemerintah Jepang yang dimaksudkan bertujuan untuk membantu

pertahanan rakyat. Selain itu para murid sekolah yang telah berusia 15 tahun ke

atas diikut sertakan dalam barisan seinendan yaitu latihan kepemudaan bentukan

Jepang dan dibentuk pula Boei tesin tai, yang anggotanya terdiri atas pemuda-

pemuda pilihan. Mereka juga dipersiapkan untuk membantu pasukan Jepang

dalam perangnya melawan sekutu. Menjelang kekalahan Jepang, di Sulawesi

Selatan terdapat kira-kira ada 200 anggota Heiho. Mereka tersebar di Sulawesi

Selatan setelah Jepang menyerah.9

Setelah mengikuti kursus dan pelatihan yang di perintahkan oleh tentara

Jepang di Makassar selama 3 (tiga) bulan, Abdurrahman Haddad tidak di

perbolehkan untuk kembali ke Takalar tetapi harus tinngal di Makassar dan

bekerja di Djawatan kepolisian dalam kota Makassar dan diberikan jabatan

sebagai Crimineele Rechercheur dan Leerling Rechercheur Plug (C) bagian

penerimaan laporan. Pada waktu itu, di Makassar terbagi tiga plug (A), plug (B),

dan plug (C). Jadi setiap ada pelaporan dari masyarakat umum senantiasa

8
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
9
Sarita Pawiloy, op., cit. hlm. 68.

35
Abdurrahman Haddad langsung mengetiknya. Mulai bekerja pada tanggal 2

November tahun 1943 sampai dengan tanggal 6 september 1945. 10

3.3 Bergabung di Organisasi Kepemudaan dan Organisasi Kelaskaran

Jepang merupakan salah satu negara di Asia Timur yang berkembang

dengan pesat sejak pertengahan abad XIX. Negara ini kemudian bergabung

dengan negara-negara fasis-militeris seperti Jerman dan Italia dalam perang dunia

II. Kelompok negara fasisme ini berhadapan dengan kelompok negara-negara

sekutu, seperti Inggris, Amerika, Australia, Prancis dan Belanda. Ketika meletus

perang dunia II di Eropa pada 1938, Jepang terus mempersiapkan diri guna

mewujudkan keinginannya untuk membangun suatu imperum Asia Timur Raya

yang berada dalam dominasai kekuasaannya. Kenyataan itulah yang mendorong

Jepang untuk giat menguasai Indocina, Thailand, Myanmar, Malaya, Philipina,

dan Hindia Belanda (Indonesia) sebagai pemasok bahan baku indusrtri sekaligus

sebagai bangsa pasar industrinya. Wilayah Hindia Belanda sebagai incaran Jepang

karena yang pertama kaya akan bahan mentah seperti minyak bumi dan batu bara,

kedua kaya akan hasil pertanian dan perkebunan seperti karet, beras, jagung,

rempah-rempah yang sangat dibutuhkan tentara Jepang dalam peperangan dan

yang ke tiga memiliki tenaga manusia yang banyak jumlahnya dan mudah

harganya. Bahkan tidak dibayar untuk dipergunakan dalam segala keperluan

termasuk untuk membantu usaha perang. Demikian pula geopolitik sangat sempit

10
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

36
yang tidak berimbang pada pertambahan penduduknya, maka Imigrasi sebagai

jalan keluarnya dan Militerisme sebagai pemberi jalan. 11

Sebelum Jepang menduduki Hindia Belanda (Indonesia), sebelumnya

mengirim utusan kepada Hindia pemerintah Belanda pada awal 1941. Dalam nota

yang dibawa oleh utusan Jepang Kabayazi, pemerintah Jepang memohon kepada

pemerintah Hindia Belenda agar dapat memberikan fasilitas-failitas kepada

Jepang antara lain; (1) mengijinkan imigran Jepang ke Kalimantan, Sumatra dan

kepulauan Nusa tenggara, (2) memberikan izin kepada pihak Jepang konsensi

untuk membuka jalan-jalan kereta api, pelabuhan-pelabuhan yang penting, serta

mendirikan perusahaan-perusahaan. Meskipun permohonan pemerintah Jepang itu

ditolak, pihak pemerintah Jepang masih berusaha dengan mengutus sekali lagi

delegasi Jepang dibawa pimpinan Yoshizawa sebagai mata-mata untuk

mempelajari kekutan militer pemerintah Hindia Belanda. 12

Kedatangan pasukan Jepang di kota Makassar mendarat pada tanggal 9

Februari 1942. Mereka berasal dari kesatuan angkatan laut. Ketika Jepang

mendarat pasukan Belanda meninggalkan kota Makassar. Jauh di pedalaman

terjadi pertempuran singkat yakni di Bengo dekat Watampone, dan Enrekang;

pada pertengahan Februari 1942. Dengan demikian tammatlah kekuasaan

Belanda, sedang Jepang disambut sebagai penyelamat (“liberator”) akan tetapi

sikap bersahabat akan Jepang tersebut berlangsung amat singkat. Ternyata

pendatang baru itu adalah juga bangsa penjajah. Mereka kejam lagi bengis.

11
Muhammad Amir, op.,cit. hlm. 80.
12
Ibid., hlm. 84.

37
Rakyat merasakan penderitaan yang lebih parah. Dimana-mana timbul kelaparan

dan ketakutan.

Hlm tersebut membuat kebencian terhadap orang Jepang membangkitkan

semangat penduduk terhadap semua kekuatan asing. Dalam hati kecil penduduk

berharap agar masa Jepang cepat-cepat angkat kaki dari Indonesia. Karena berita-

berita tentang adanya usaha mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia, disambut

baik oleh penduduk. Namun karena Jepang masih berkuasa, mereka pada

umumnya diam saja. Perlawanan bersenjata terhadap penguasa Jepang dipimpin

oleh Puanna I Suddin, membunuh 2 (dua) orang polisi Jepang dalam bulan April

1945.13

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 hingga tahun 1945 tersebut,

Abdurrahman Haddad yang bekerja di kepolisian dalam kota Makassar juga

merupakan salah satu anggota pemuda (ilegal) dari organisasi Sumber Darah

Rakyat (SUDARA) dibawa pimpinan Lanto Dg. Pasewang, Made Sa’bara (kakak

kandung Jend. Edi Sa’bara) yang markasnya di rumah kediaman Dr. Ratulangi

gubernur Sulawesi, yang terletak di persimpangan jalan ratulangi dan monginsidi.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagi anggota polisi Abdurrahman Haddad

leluasa bergerak dan berhubungan dengan siapapun oleh karena selalu bersepeda

pada saat pergi bertugas dan melewati tempat kediaman Made Sa’bara, maka

13
Sarita Pawiloy, Op., cit. hlm. 67-69.

38
Abdurrahman Haddad senantiasa singgah untuk menerima bila ada perintah yang

perlu dilaksanakan.14

Organisasi sumber darah rakyat (SUDARA) ini sebelumnya bernama

Syukai Gi In kemudian dirubah menjadi SUDARA dan didirikan menjelang

kekalahan Jepang pada sekutu yang dipimpim oleh Lanto Daeng pasewang, Andi

Mappanyukki, dan Mr Tajuddin noer. Pada tanggal 9 juli 1945 struktur dan

personalia SUDARA diperluas yaitu.15

1. Ketua kehormatan : Andi Mappanyukki

2. Ketua Umum : dr. G.S.S.J. Ratulangi

3. Ketua pusat : Lanto Daeng Pasewang

4. Kepala bagian umum : M.A. Pellupessy

5. Kepla bagian tata usaha : A.N. Hajarati

6. Kepala bagian pendidikn : A. Wahab Tarru

7. Komando Pusat : G.R. Pantouw, H. Moh

Tahir, M sewang, Mr.S. Binol;

8. Majelis Pendorong pusat : Najamuddin Daeng Malewa,

dibantu Maddusila Daeng Paraga

Dalam suasana penyebarluasan ide-ide kemerdekaan lewat SUDARA,

pemerintah militer Jepang disibukkan oleh adanya pemboman sekutu yang

semakin gencar. Pilot-pilot sekutu demikian mahirnya membom jauh melebihi

14
Arsip Pribadi bdurrahman Haddad.
15
Sarita Pawiloy, Op., cit. hlm. 71.

39
pilot Jepang. Pada tanggal 10 Agustus 1945, diumumkan dari kantor berita Domei

bahwa pesawat-pesawat tempur Amerika telah membom kota Nagasaki dan

Hirosyima. Sesudah berita pemboman yang dahsyat itu, kantor berita Domei

kembali membungkam. Pemerintah Jepang menyembunyikan atas apa yang

terjadi terhadap tanah air dan bangsa mereka. Kemudian pada tanggal 11 Agustus

1945, senjata-senjata yang ada pada Heiho ditari, dan digudangkan. Mereka yang

terdiri atas pemuda-pemuda asal daerah Sulawesi Selatan, diperintahkan pulang

ke kampung masing-masing.16

Setelah pendudukan Jepang, patut dikemukukan bahwa sekutu tiba di

Indonesia pada September 1945 dan pasukan yang pertama mendarat di Makassar

berasal dari Brigade XXI Australia pada 21 september 1945. Di antara pasukan

itu, terdapat pula aparat-aparat NICA (Nederland Indishe Civil Administratie)

dibawa pimpinan Mayor J.G.Wegner. Bahkan sebagian besar pasukan yang

mendarat itu adalah aparat-aparat NICA. Mereka merupakan pemerintahan

persiapan yang dibentuk oleh Belanda di Australia yang berencana memerintah

kembali Indonesia ketika sekutu sudah di ambang kemenangan perang melawan

Jepang dengan cara meleburkan diri dengan pasukan sekutu yang datang ke

Indonesia. Tindakan politik NICA itu disebabkan adanya kekhawatiran Belanda

yang tidak dapat lagi memerintah Indonesia. 17

Setelah tentara NICA yang memboncengi pada tentara Australia mendarat

di Makassar yang kemudian beberapa hari berikutnya, rumah Dr. Ratulangi

16
Sarita Pawiloy, Op.,cit. hlm. 73.
17
Muhammad Amir, Op., cit. hlm. 113.

40
diserbu oleh tentara NICA bersama tentara Australia. Dengan demikian maka

terjadilah pemberontakan di kota Makassar. lalu para tentara NICA berusaha

menangkapi raknyat biasa yang dianggap membahayakan kesatuan NICA/KNIL,

utamanya pemuda yang dicurigai melakukan perlawanan. Jadi para anggota

pemuda masing-masing berusaha mencari jalan sendiri-sendiri untuk menghindari

penangkapan tentara NiCA/KNIL. Pada waktu itu, Abdurrahman Haddad juga

ikut tercium oleh tentara NICA sebagai anggota polisi dalam kota Makassar yang

ikut membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia lewat organisasi

SUDARA mencari jalan agar tidak tertangkap oleh NICA.18

Abdurrahman Haddad melarikan diri dengan menumpang perahu BA’GO

yang pemiliknya bernama Po’do yang kebetulan perahu tersebut akan kembali ke

Mandar, dalam perjalanan yang memakan 3 hari 2 malam dan kira-kira pukul

08:00 pagi tiba dikampung Para’ (Tinambung) pada tanggal 6 November 1945.

Beberapa hari berikutnya Abdurrahman Haddad berhasil berhubungan dengan

pimpinan KRIS MUDA Mandar ( Hajja Andi Depu). Kemudian Abdurrahman

Haddad langsung dipercayakan untuk duduk pada bagian satu pucuk pimpinan

dan berkedudukan di Majene bersama-sama dengan Amin Badawi. Disamping itu

Abdurrahman hadddad juga dipercayakan untuk merangkap sebagai kepala Staf I

(satu) devisi III (tiga) ialah Mahmudi dan wakilnya Andi Tonra yang

berkedudukan di Majene.Pada saat di Majene, tepatnya pada tanggal 10

September 1945 Abdurrahman haddad kembali bekerja di Djawatan kepolisian

18
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

41
dalam kota Majene yang bertugas pada bidang pemeriksaan kemudian berhenti

lantaran pada tahun 26 November 1946 ditangkap oleh NICA.19

Ketika tentara Australia dari pihak sekutu melakukan pendaratan di

Makassar pada bulan September 1945, yang di dalamnya ternyata membonceng

tentara NICA (pasukan Belanda). Meski dengan seragam yang sama tetapi para

pejuang pra kemerdekaan di daerah ini melihat adanya gelagat licik dari kehadiran

mereka. Apalagi kedatangan pasukan asing itu setelah bangsa Indonesia

menyatakan kemerdekaannya. Para pejuang bersama rakyat lalu menentang

tindakan dari tentara sekutu khususnya bagi tentara NICA yang secara terang-

terangan akan menanamkam kembali dan mengambil alih sistem pemerintahan di

Indonesia.20

Segenap polosok wilayah Sulawesi bagian selatan lalu mucul kelaskaran-

kelaskaran dan pemuda yang secara terorganisir melakukan aksi-aksi perlawanan

terhadap tentara NICA. Adapun nama-nama kelaskaran terdiri atas:

1. Harimau indonesia

2. Lipan Bajeng

3. Laptur di afdeling Makassar

4. Kelaskaran Kebangkitan Rahasia Islam Muda Mandar (KRIS MUDA)

di Afdeling Mandar

5. Kelaskaran Gapri 531 di Banggae (Majene)

19
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
20
H Ahmad Asdy, Detik-detik Berkibarnya Merah-putih di Mandar, (yayasan maha
putra, 2016). Mandar, hlm. 17.

42
6. Kelaskaran PBAR di Bulukumba dan Selayar di Afdeling Bantaeng

7. Kelaskaran PKR di Afdeling Luwu

8. Kelaskaran BPRI dan GANGGAWA di afdeling pare-pare.21

Di Balanipa Mandar, untuk mengarahkan dan mmempersatukan kekuatan

massa dalam suatu wadah organisasi perjuangan maka pada tanggal 21 Agustus

1945 didirikan suatu organisasi yang bernama Kebangkitan Rahasia Islam Muda

(KRIS MUDA). Pembentukan KRIS MUDA ini dipelopori oleh Riri Amin Daud

dan A.R. Tamma dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka yang berdasarkan

azas islam. Sedang susunan pengurusnya adalah sebagai berikut ketua adalah Riri

Amin Daud, wakil ketua A.R Tamma, sekretaris Lapas Bali, bendahara S. Husein

alwi, wakil bendahara Abd. Rasak dan anggota pengurus masing-masing adalah

Amin Badawi dan Sitti Ruwaedah.22

Pada mulanya organisasi ini mengurus anggotanya secara illegal atau

rahasia yang bergerak di bawah tanah kemudian berkembang secara terang-

terangan setelah tentara NICA menduduki Mandar. Pada bulan November 1945,

kemudian organisasi KRIS MUDA berubah menjadi satuan kelaskaran dengan

tujuan mempertahankan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi sifat

organisasi ini pada mulanya bersifat political force berubah menjadi suatu

perlawanan bersenjata dalam bentuk kelaskaran (militer) sesuai dengan maklumat

21
H ahmad Asdy, ibid., hlm. 18.
22
Muh Jusuf, “Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Di Daerah Balanipa Mandar” (
Skripsi:Ujung Pandang: 1989). hlm. 70-71.

43
atau dekrit Presiden tanggal 5 Oktober tentang pembentukan kelaskaran dan

badan-badan perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. 23

Organisasi Kelaskaran KRIS MUDA menampung para pemuda yang

ikhlas dan rela berkorban dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Para

pemuda yang berasal dari kalangan Heiho, Seinendan, dan Keibodan, Fujinkai

dan Boo Tai sin Tai ditunjuk sebagai pelatih. Di samping itu untuk mengetahui

situasi setiap saat, juga dia akan hubungan komunikasi dengan tokoh-tokoh

pejuang yang berada di Makassar, Pare-pare dan sekitarnya, seperti Mr. Tajuddin

Noer, Andi Abdullah Bau Maseppe (Datu Suppa Lolo) dan tokoh pejuang lainnya.

Dari hasil permufakatan antara Arajang Balanipa, Ibu Andi Depu dengan

tokoh-tokoh pemuda seperti : R.A. Daud, A.r Tamma, Abd. Malik, m. Amin

Badawi, Lappas Bali, a. Rauf dan Siti Ruwaedah, maka dibentuklah struktur

organisasi kelaskaran KRIS MUDA sebagai berikut :

1. Panglima : Andi Depu (Maradia Mandar)

2. Wakil Panglima : Abd. Malik

3. Kepala staf : A.R. Tamma

4. Anggota Staf : M. Amin Badawi, Abd. Rasak, Lapas Bali,

A. Kating dan A. Rauf

5. Ajudan Panglima/wakil Berkuasa penuh : R.A. Daud

6. Ajudan Khusus Panglima : St. Ruwaedah

7. Ajudan Wkl. Panglima : A. Rauf.

23
Ibid., hlm. 73.

44
Sekitar bulan Meret 1946, bentuk dan susunan struktur organisasi

kelaskaran KRIS MUDA dilengkapi dengan bagian komando divisi yakni setelah

organisasi kelaskaran ini berkembang dan tersebar secara luas di luar daerah

Mandar. Komando-komando itu adalah :

1. Komando Divisi I untuk daerah Polewali-Mamasa di pimpin oleh

Andi Parengrengi.

2. Komando Divisi II untuk daerah-daerah Makasar, Camba/Maros,

Mandalle/Pangkep, Bantaeng dan Balanipa-Sinjai di bawa

komando M Yahya ujung.

3. Komando Divisi III untuk daerah Majene dan Mamuju, dibawah

pimpinan Mahmudy.

4. Komando Divisi IV untuk daerah Bone, Pare-Pare, Barru, Rappang

dan Enrekang di bawah pimpinan S. Husein Juddawi

5. Komando Divisi V (devisi melati) khusus untuk kaum wanita

membawahi daerah seluruh Mandar dan daerah-daerah diluar

Mandar dengan pucuk Pimpinan Sitti Ruwaedah.24

Pembentukan devisi dalam pengertian militer tidaklah sama dengan

pembagian devisi militer seperti sekarang baik dalam pengertian kualitas dan

kuantitas, tetapi melainkan dalam pengertian suatu kelaskaran rakyat. 25

24
M. Jusuf, Op., cit. hlm. 74.
25
Ibid., hlm. 75.

45
Sejalan dengan tambah meluasnya pengaruh dan aksi-aksi yang dilakukan

oleh tentara NICA, maka dilain pihak pada bulan Februari 1946 Panglima laskar

KRIS MUDA Ibu Andi Depu mengutus wakil Panglima Abd. Malik beserta

ajudan wakil Panglima, A. Rauf untuk melihat perkembangan dan situasi gerakan

perlawanan di ibukota RI (Yogyakarta), dan setelah itu kembali melaporkannya.

Sebelum kedua perutusan itu berangkat lebih dahulu, disepakati bahwa Markas

Timbu Allu diserahkan kepada M. Saleh Puanna I Sudding. Tidak beberapa lama

setelah keberangkatan kedua perutusan Andi Depu itu, sebaliknya datang pula dua

orang perutusan masing-masing Raden Ishak dari pulau Jawa dan M. Saleh Banjar

dari kalimantan. Kedua-duanya tiba di Markas Timbu Allu dan kemudian

langsung menggabungkan diri dalam organisasi kelaskaran KRIS MUDA. 26

Dalam organisasi kepemudaan dan kelaskaran inilah Abdurrahman

Haddad bersama dengan anggota-angota pejuang lainnya berjuang dalam

membela dan mempertahankan kemerdekaan RI. Dengan berbagai sabotase-

sabotase yang dilakukannya, dan juga mengordinir beberapa anggota pejuang

yang ingin ke luar pulau Jawa lantaran terdesak oleh NICA untuk melakukan

perlawanan di Majene.

26
M. Jusuf, Op.,cit hlm. 76.

46
BAB IV

PERJUANGAN ABDURRAHMAN HADDAD DALAM MEMBELA DAN

MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI

4.1 Peran Abdurrahman Haddad saat Pengibaran Sang Saka Merah

Putih

Menjelang akhir bulan April 1944 dengan diantar oleh beberapa OPSIR Jepang,

Bapak Ir. Soekarno tiba di lapangan Hasanuddin Makassar untuk mengibarkan

sang saka merah putih. Pada waktu itu, Abdurrahman Haddad adalah anggota

polisi bahagian Intelejen sehingga leluasa bergerk di tempat upacara. Turut pula

hadir ketua-ketua Swapraja yang tujuh orang se-Sulawesi Selatan. Sewaktu

sementara bersiap-siap untuk memulai upacara, tiba-tiba serine meraung-raung

yang menandakan bahwa akan ada serangan tentara sekutu. Akan tetapi seluruh

peserta upacara yang memenuhi lapangan Hasanuddin tidak ada yang bergerak di

tempatnya.1

Kemudian yang menjadi penggerek bendera pada waktu itu ialah Andi

Pangeran Pettarani, Raja Bone, Andi Jemma Raja Gowa. Lantaran raja Mandar

adaah perempuan , yaitu Andi Depu maka di gantikan oleh Maradia Mamuju

Jalalu Ammannandnda. Setelah sang saka bendera merah putih telah berkibar,

maka turut-turut berpidato yaitu , Baso Daeng Malewa Burgmeester kota

Makassar, selanjutnya yang berpidato Manai Shophian pucuk pimpinan Gerakan

Pejuang Kemerdekaan Propensi Sulawesi. Pada umumnya isi dari pidato ketiga

1
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

47
orang tersebut dibawakan dengan sangat bersemangat dan berapi-api dengan

menekankan bahwa, apabila Amerika, Inggris dan Belanda berani menginjakan

kaki penjajahannya ditanah air kita, lebih baik kita hancur lebur dari pada kita

harus dijajah kembali. Kemudian Bapak Ir. Soekarno dalam pidatonya yang juga

sangat bersemangat menegaskan bahwa, selama tiga ratus tahun Belanda menjajah

tanah air kita, yang selama itu Belanda mengangkut kekayaan negara kita

terutama rempah-rempah, habis diangkut ke Nederland tanah air Belanda untuk

membiayai pembuatan tanggul yang panjangnya ratusan kilo meter, guna

membendung air laut, lantaran nedherland tanah air Belanda lebih rendah dari

pada air laut. Jadi sekarang ini, negara manapun, bangsa siapapun di dunia ini

yang berani menginjakkan kaki penjajahannya di tanah air kita, pasti melalui

bangkai-bangkai seluruh bangsa kita. Pasti berenang di lautan darah pejuang kita.

Dengan isi pidato Bapak Ir Soekarno itu menggugah ingatan saya pada waktu

duduk di bangku sekolah Vervolkschool Tinambung tahun 1935.2

Pada waktu guru saya bernama Kamsil dan Sangir Talaud yang

memberikan mata pelajaran ilmu bumi dunia dengan menunjukkan gambar peta

dunia Hindia Belnda (Indonesia) yang terdiri atas ribuan pulau-pulau, kemudian

dijelaskan bahwa penduduknya terdiri dari kiri-kira 72 juta jiwa. Guru saya itu

menunjuk lagi gambar peta dunia lainnya yang demikian kecilnya yaitu

Nedherland yang adalah tanah air Belanda lalu dijelaskan bahwa peta ini adalah

Nedherland tanah air Belanda yang penduduknya hanya kira-kira 27 juta jiwa

dan lebih rendah dari pada air laut. Oleh karena hanya kotoran kuda yang hanyut

2
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

48
dari Jerman terkumpul di pinggir pantai menjadi tanah air Belanda. Kalau seluruh

bangsa Hindia Belanda semuanya pergi kencing di Nedherland pasti akan

tenggelam. Setelah bubaran upacara, pada malamnya Bapak Ir Soekarno

mengundang semua ke tujuh ketua-ketua Swapraja ketempat menginapnya Bapak

Ir. Soekarno, yaitu di Empres Hotel yang terletak di sebelah barat lapangan

Karebosi untuk mengadakan ramah-tama. Di dalam ramah-tama, Bapak

Ir.Soekarno menjelaskan lebih luas mengenai kemerdekaan Indonesia pada masa

yang akan datang. Setelah mendengar hlm tersebut, maka ke 7 orang ketua

Swapraja dan hadirin menyatakan kesediaannya untuk berkorban bersama-sama

masing-masing dengan rakyatnya untuk menentang dan melawan Belanda nanti.

Pada saat itulah Ibu Andi Depu (Raja Mandar) mengeluarkan isi hatinya yang

menyatakan: “ lebih baik kita masuk neraka bersama dengan kemerdekaan, dari

pada masuk surga bersama dengan penjajahan. Dengan inilah Semboyan Ibu

Agung Andi Depu, sehingga lebih meyakinkan Abdurrahman Haddad pada saat

tiba di Mandar waktu melarikan diri awal bulan November 1945 dari Makassar. 3

Pengibaran Bendera Merah Putih di Tinambug, didahului kedatangan

utusan para pejuang dari kota Pare-pare. Pada hari kamis, tanggal 18 Oktober

1985 pukul 20:00 tiba di Lanakka, M.Amin Daeng Situru, Manongko, dan Abd.

Samad Hanafi. Mereka diterima oleh Ibu Depu, didampingi H. A. Malik, Abdul

Rauf, dan Sitti Ruwaedah. Utusan Pare-Pare menyampaikan salam hangat, disertai

salam perjuangan rakyat Pare-Pare kepada rakyat Mandar. Ucapan itu disertakan

dengan selembar Bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Tinambung karena

3
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

49
memang belum ada bendera RI itu yang berkibar. Ucapan salam perjuangan dan

kiriman bendera dihargai dengan penuh kesungguhan oleh Ibu Depu dan peserta

pertemuan lainnya. Pada hari jumat, 19 Oktober pukul 09 : 00, di pinggir pasar

Tinambung atau di depan rumah kediaman Ibu Depu sebagi Markas Komando

Perjuangan Rakyat Mandar, bendera dikibarkan. Penggerek bendera di

percayakan kepada Andi Parenrengi, Putra satu-satunya Ibu Depu. Karena hari itu

bertepatan dengan hari sembahyang (sholat) berjemaah di Mesjid, maka H.A.

Malik menyampaikan pidatonya. Isi pidato tersebut ialah ajakan kepada seluruh

rakyat Mandar untuk bangkit berjuang bersama-sama mempertahankan

kemerdekaan.4

4.2 Perjuangan Menentang NICA di Majene

Menjelang kira-kira awal tahun 1946, tentara Australia yang diboncengi

tentara NICA tiba di Majene yang berkekuatan 1 (satu) kompi di bawah pimpinan

Letnan Dua Ritma (Belanda-Indo). Atas kedatangan tentara NICA tersebut oleh

pucuk pimpinan KRIS MUDA Mandar memerintahkan agar para pejuang yang

sudah berada di hutan-hutan bersiap siap untuk menyerang ataupun mengadakan

sabotase pada waktu-waktu yang memungkinkan terhadap tentara Australia dan

NICA. Adapun hasil yang telah dilakukan oleh para pejuang antara lain :5

1. Pada awal tahun 1947, pasukan pejuang di bawah pimpinan

Kanjuha yang bertempur dengan Tentara NICA /Australia yang

4
Sarita Pawiloy, Op., cit. hlm. 189-190.
5
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

50
kebetulan mengadakan operasi di kampung Amaranangan

(Pamboang). Tetapi tidak terdapat korban dari kedua belah pihak.

2. Beberapa hari kemudian, sewaktu polisi bersama dengan tentara

NICA di kampung Banggae-Majene, para pejuang yang dipimpin

oleh Sulemana melakukan pengadangan sehingga terjadi

pertempuran beberapa saat tetapi tidak juga menimbulkan korban

di kedua belah pihak. Kemudian polisi dan tentara NICA

beriringan melakuan operasi dikampung Bussu (Adolang

Pamboang). Lalu bertemu dengan pasukan pejuang yang dipimpin

oleh Kanjuha sehigga terjadi pertempuran yang cukup seru tetapi

tidak menimbulkan korban dikedua belah pihak.

3. Menjelang pertengahan tahun 1947 para pejuang yang dipimpin

Harun Dan Hariono yang di dalamnya terdapat seorang pejuang

wanita yang bernama Kera mengadakan serangan pada pos tentara

NICA di kampung Tappalang (Mamuju). Dalam pertempuran itu,

komandan pos tentara NICA yang bernama Golzen pangkat sersan

mengalami luka parah lalu diangkut dan dibawa ke Makassar,

sedangkan di pihak pejuang yang bernama Harniono gugur dalam

medan tempur.

4. Beberapa hari kemudian lagi, tentara nica bersama beberapa orang

kampung sebagai pembantunya, mengadakan operasi di kampung

Babulo (Pamboang), lalu bertemu dengan pejuang yang dipimpin

oleh Sulemana sehingga terjadi pertempuran yang sengit. Dalam

51
pertempuran tersebut tiga orang pembantu tentara NICA berhasil

ditangkap hidup yaitu:6

1. Yepu

2. Canna

3. Salle

Lalu ketiga orang pembantu NICA yang tertangkap tersebut

langsung dibawa kedalam hutan, sedangkan para pejuang lainnya

selamat kembali ke pangkalan.

5. Sebulan kemudian tentara NICA mengadakan operasi di kampung

Balleangi (Buttu) bertemu lagi dengan para pejuang yang dipimpin

oleh Harun bersama Dose. Dalam pertempuran tersebut hanya

Dose yang mendapat luka ringan.

6. Beberapa hari kemudian polisi bersama tentara NICA mengadakan

lagi operasi di kampung Tinggas-Sendana, lalu bertemu dengan

para pejuang yang dipimpin oleh Harun sehingga terjadi

pertempuran. Di pihak NICA beberapa orang anggotanya

mengalami luka-luka sedangkan di pihak para pejuang semuanya

selamat kembali kepangkalan.

7. Menjelang akhir tahun 1947 sewaktu tentara NICA mengadakan

operasi di daerah pegunungan Limboro rambu-rambu (Sendana)

lalu bertemu para pejuang yang dipimpin oleh Harun. Dalam

pertempuran tersebut, beberapa orang anggota tentara NICA

6
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

52
mengalami luka- luka dan Harun gugur dalam pertempuran selaku

pimpinan dari pihak pejuang.

Kami bertiga (Badolo Waris, Sahide, Abdul Rahman Haddad), senantiasa

diperintahkan oleh pucuk pimpinan KRIS MUDA untuk tetap mengadakan

sabotase-sabotase di mana dirasa akan menguntungkan, di mana diterima

beberapa ribu lembar pamflet yang isinya menghasut rakyat agar tidak mau

bekerja sama dengan tentara NICA. Bahkan kalo perlu senantiasa mengadakan

perlawanan setiap ada gerakan yang dilakukan oleh tentara NICA dan anggotanya.

Isi pamflet tersebut yaitu berusaha membangkitkan semangat dan jiwa perjuangan

dalam mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.7

Dalam penempelan pamflet selanjutnya, dilakukan pada waktu malam

pada kantor pemerintahan, gedung- gedung sekolah serta di tempat- tempat yang

mudah dilihat masyarakat ramai. Kemudian dalam menempelkannya kami dibantu

4 (empat) orang guru sekolah masing- masing yaitu ;

1. Juraeba

2. Ummi Hani

3. Sirimuna

4. St. Zainab

Karena memang mereka adalah anggota divisi V (Melati) KRIS MUDA Mandar

yang daerah kerjanya untuk Kewedanan Majene dan Kawedanan Mamuju.

7
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

53
Beberapa hari kemudian setelah penempelan pamflet, spontan disambut

masyarakat ramai, utumanya di kampung Binanga dan Tanjung Batu, di mana

Baharuddin Aco sebagai kepala kampung Binanga, putra ketua Swapraja Majene

yang disertai adiknya yang bernama Masyur Aco dan juru tulis kepala kampung

bernama Hlmang Rajab masing-masing ikut serta dalam menghasut para pemuda

dalam kampungnya. Dari sebab itulah di kampung Binanga berdampingan dengan

Tanjung Batu paling bergolak semangat perjuangannya untuk menentang tentara

Australia/NICA. Dengan demikian, maka setiap tentara nica yang keluar

mengadakan patroli, senantiasa yang menjadi sasaran adalah kampung Binanga

Dan Tanjung Batu.8

Guna dapat lebih meluar tapi sangat rahasia, dalam mengatur siasat

perjuangan, pihak kami bekerja sama dengan suatu badan perjuangan yang ada di

kota Majene yaitu Badan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) dan pengurusnya

yaitu:

1. Wahab Anas

2. A. Gani Saleh

3. Muhsin Ali

4. La Janding

menurut rencana BPRI tersebut, pengurusnya berusaha untuk menggabungkan diri

dengan Badan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) yang dipimpin oleh Bung

Tomo. Markas dari Badan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) Majene waktu

8
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

54
itu ialah dilantai II (dua) sebuah toko di kampung Saleppa (sekarang berhadapan

dengan kantor BRI cabang Majene. Pada Tingkat II sebagai tempat kegiatan

pengurus dan pada tingkat l ditempatkan meja Bilyaardr yang dipimpin oleh La

Jalling juga pada lantai ll, ditempatkan sebuah radio umum, sehingga tambah

ramai pemuda dan masyarakat mendengarkan siaran-siaran baik berita dalam

negeri maupun berita-berita luar negeri, terutama situasi pergolakan di Surabaya,

di mana pada waktu itu diusahakan mengikuti pidato-pidato Bung Tomo. Jadi

para pemuda senantiasa mengikuti perkembangan dalam rangka mempertahankan

proklamasi Negara Republik Indonesia. Di samping itu pula pengurus BPRI

berusaha memantau berita-berita yang penting, kemudian dipubliser yang berupa

selebaran-selebaran yang selanjutnya juga dikirim ke daerah Mamuju. Sebagai

hasil selebaran tersebut, semangat perjuangan dari rakyat serentak berkobar dan

yang paling menonjol ialah masyarakat dan pemuda kampung Binanga dan

Tanjung Batu. Demikian memuncaknya jiwa dan semangat perjuangan mereka

sampai hampir tak dapat dibendung, di mana mereka telah bersedia meyerbu

tangsi tentara NICA/Australia di Majene, namun hanya menggunakan senjata

bambu runcing dan senjata tajam lainnya yang ada. Tetapi karena mereka masih

dapat dan mau mengerti nasihat-nasihat diri para pimpinan, baik dari pimpinan

KRIS MUDA maupun dari Pimpinan BPRI, untuk tidak terlalu buru-buru demi

tidaknya dialami pengorbanan yang sia-sia. Sebagai kami petugas bawah tanah

berhasil pula menyusup ke dalam tubuh kesatuan kepolisian karena memang kami

berkecimpung di dalamnya sehingga beberapa anggota polisi menjadi anggota

langsung KRIS MUDA tetapi oleh pucuk pimpinan dibenarkan agar tetap bekerja

55
seperti biasa dengan pengertian bahwa sewaktu-waktu yang diperlukan,

meyerahkan segala rahasia-rahasia penguasa NICA serta dapat segera berbalik

bila suatu ketika sudah diperlukan oleh organisasi perjuangan, dalam hlm ini ialah

KRIS MUDA Mandar. Selagi dari pada kami ( Ba’dolo Waris dan Abdurrahman

Haddad), polisi yang berhasil menjadi anggota KRIS MUDA Mandar tersebut

ialah :

1. Abd Rauf

2. Muhammad Iddris

3. Muhammad Yahya

4. Muhammad Said Kn Samarat

5. Siding Daeng Na Eda

Atas keaktifan keaktifan mereka tersebut, maka lebih banyak lagi diterima

bantuan berupa informasi-informasi yang diperlukan guna kepentingan siasat dan

strategi perjuangan menghadapi penguasa NICA da antek-antekya di Majene.

akan tetapi tidak seberapa lamanya berjalan yang menurut dikehendaki

perjoangan, oleh Tentara NICA dengan bantuan pembantu utamanya sangkala dan

haji Haris sempat mencium dan lebih diyakinkan oleh mereka lantaran pada suatu

pagi, terjadi suatu pertengkaran antara polisi M.Yahya dan Muh. Idris dengan dua

orang anggota tentara NICA lantaran masalah pribadi, kemudian terjadi adu tinju.

Tetapi untung masih menggunakan senjata api. Atas kejadian tersebut sehingga

yang paling di curigai mencampuri masalah perjuangan, tentara KNIL/NICA

melakukan penangkapan terhadap anggota polisi masing-masing :

56
1. Muh. Idris

2. Abdurrahman Haddad

3. Muh. Yahya

4. Sidin Daenna Yeda.

Sebagai penagkapan pertama yang dilakukan selama tentara NICA berada di

majene. Kemudian tahanan tersebut di tempatkan didalam sebuah kamar besar

yang berdampigan rumah jaga tentara NICA.

Beberapa hari kemudian tentara NICA lainnya menangkap lagi tiga orang

di daerah Balanipa (Polmas) yang kemudian ditahan bersama-sama, yaitu :

1. Said Mengga

2. M. Suyuti Tamma

3. Ba’dulu

Akan tetapi baru saja kira-kira lebih dua bulan kami ditahan, kembali

dilepaskan tanpa melalui suatu pemeriksaan atau proses verbal karena memang

tidak ada sama sekali bukti-bukti yang dapat dijadikan alasan untuk menahan

kami lebih lama. Setelah kami bebas dari tahanan, saya sendiri (Abdurrahman

Haddad) langsung menemui kepala kampung Binanga Baharuddin Aco untuk

menyusun suatu gerakan dengan mengorganisir para pemuda yang benar-benar

dapat dipercaya dan berasal dari kampung Binanga dan kampung Tanjung Batu.

Penyusunan tersebut dimaksudkan agar suatu waktu dapat digunakan dalam suatu

gerakan menentang penguasa NICA dengan tidak menimbulkan pengorbanan

yang terlalu besar karena jiwa dan semangat perjuangan Baharuddin Aco.

57
Demikian menggeloranya disertai dengan juru tulisnya yang bernama Hlmang

Rajab serta adiknya yang bernama Mansyur Aco, maka usaha tersebut dapat

segera terwujud, yaitu dibentuk suatu organisasi persatuan sepak bola yang diberi

nama “ PS SEMANGAT” untuk dijadikan sebagai suatu selubung perjuangan

dengan susunan pengurusnya adalah sebagai berikut :

1. Baharuddin Aco ( kepala kampung Binanga) sebagai ketua.

2. Aco Suyuti (pemuka pemuda masyarakat Binanga) sebgai

wakil ketua.

3. Hlmang Rajab (juru tulis kepala kampung Binanga) sebagai

sekretaris.

4. Sirajuddin Salam (pemuka agama masyarakat Binanga)

sebagai bendahara.

5. Pembantu organisasi yaitu : Ince Muh. Nur, Haruna Pua

Hayati dan Aco Baso.

Untuk menopang dari segi pembiayaan serta kepentingan lainnya terhadap

PS.SEMANGAT, dibentuk pula suatu badan usaha yang sifatnya Koperasi dan

diberi nama KOPERASI SEMANGAT berkedudukan di kampung Binanga yang

pengurusnya yaitu :

1. Hamusta Ibrahim (pemuka agama masyarakat Tanjung

Batu) sebagai ketua.

2. Jamaluddin Jafar (pemuka agama masyarakat Tanjung

Batu) wakil ketua.

58
3. Sirajuddin Salam (pemuka agama masyarakat Binanga)

sebagai sekretaris.

4. Abdullah Kama Sukur (pemuka masyarakt Tanjung Batu)

sebagai bendahara.

5. Pembantu Koperasi yaitu : Abdul Rauf, Coling Rompis, H.

Abdul Rasyd dan A. Karim Pua Mustari.

Setelah terbentuknya PS.SEMANGAT dan KOPERASI SEMANGAT

yang baru saja beberapa bulan berjalan, rupanya penguasa NICA telah dicurigai

sebagai selubung perjuangan yang menentang penguasa NICA. Dengan demikian,

setiap ada tentara NICA mengadakan patroli bersama dengan pembantu-

pembantunya dengan berkendaraan mobil, senantiasa kampung Binanga dan

Tanjung Batu yang menjadi sasaran utama mereka. Akan tetapi sikap dan

tindakan tentara NICA yang serupa itu tidaklah menjadikan jiwa dan semangat

masyarakat Binanga dan Tanjung Batu terutama pemudanya akan menjadi kendor.

Kepala kampung Binanga sendiri Baharuddin Aco senantiasa menghasut dan

memberi semangat perjuangan, maka jiwa dan semangat perjuangan yang telah

ada pada pemuda dan masyarakat pada kedua kampung tersebut tetap menggelora

dan berkobar.

Pada suatu ketika akhir bulan Agustus 1946 sampai dengan pertengahan

September 1946, pemerintah NICA di Majene membuka suatu pasar malam di

lapangan sepak bola di Majene. Dalam pasar malam tersebut, terlihat beberapa

macam perjudian. Di samping itu, orang-orang yang sangat simpati kepada

penguasa NICA utamanya Sangkala dan Haji Haris mempunyai rumah makan.

59
Memperhatikan kegiatan dalam pasar malam tersebut oleh kami dari pimpinan

KRIS MUDA Mandar di Majene, merencanakan untuk mengadakan sabotase

yang dilaksanakan oleh tiga orang pemuda, masing-masing yaitu ; Hanna,

Lembang dan Muh. Jafar semua pemuda tersebut berasal dari kampung Binanga.

Dalam sabotasenya mereka melakukan pembakaran pada rumah-rumah makan

kepunyaan Sangkala dan Hj. Haris sebagai pembantu utama dari tentara NICA di

Majene. Kemudian juga gedung bioskop yang ada pada lingkaran pasar malam. 9

Tiga hari seusai pasar malam diterima perintah dari pucuk pimpinan KRIS

MUDA Mandar yang sangat rahasia. Berikut sebuah pistol Cold Kaliber 3,8 mn.

Isi perintah tersebut menghendaki agar dalam waktu yang singkat tangsi tentara

NICA di Majene dilakukan penyerangan serentak dari berbagai penjuru dan pistol

tersebut harus diserahkan kepada M.Saleh Banjar, pucuk pimpinan GAPRI 531 di

kampung Baruga Majene. Pada sore hari itu juga Abdurrahman Haddad bersama

dengaan Abdul Jalil bekas Kadhi Sendana Majene membawa pistol itu dan

menyampaikan perintah tersebut. Maksud perintah dari pucuk pimpinan KRIS

MUDA Mandar diterima baik oleh M. Saleh Banjar dan telah ditentukan untuk

dilakukan pada waktu malam hari dengan dimulai dari suatu bukit di samping

rumah sakit umum Majene. Di antara anggota NICA yang ada di Majene ada 5

(Lima) orang anggota yang senantiasa bersedia membantu disaat ada penyerangan

terhadap tangsi tentara NICA. Di antara kelima anggota tersebut yang dapat

disebutkan hanya dua anggota saja yang bernama Ita dan Poniman karena data

yang ada hanya menyebutkan Ita dan Poniman. Atas penyerangan tangsi tentara

9
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

60
NICA yang dimaksud, mereka telah menyatakan kesediaannya membantu dengan

mengatakan bahwa kalau sudah ada letusan senjata api saja mereka akan segera

menghadapi kawannya sendiri dalam tangsi. 10

Pada suatu malam sesuai dengan yang direncanakan untuk secara serentak

mengadakan serangan terhadap tangsi tentara NICA di Majene. Waktu jembatan

Tinambung juga sudah diusahakan diratai serta memasangi beberapa macam

rintangan untuk mencegah tentara NICA yang ingin melarikan diri keluar Majene.

Tetapi setelah anggota pasukan yang dipimpin oleh Muh. Saleh Puanna I Sudding

telah berada di sekitar rumah sakit umum Majene dengan maksud untuk memulai

penyerangan. Beberapa orang pegawai rumah sakit umum yang juga merupakan

anggota langsung KRIS MUDA meminta kiranya penyerangan terhadap tentara

NICA dapat dilakukan di tempat yang memungkinkan kerena di samping dapat

menimbulakan kerugian besar terhadap rumah sakit dan juga terhadap pasien-

pasien yang kebanyakan dari pasien merupakan keluarga dari pasukan pejuang

jadi bisa menjadikan korban sia-sia pada akhirnya. Dengan permintaan dari

pegawai rumah sakit umum Majene maka dapat diterima oleh pimpinan sehingga

penyerangan dibatalkan malam itu. 11

Kejadian yang lain ialah akhir September 1946 tengah hari sewaktu para

pemuda pejuang yang senantiasa mengawal markas Badan Pemuda Republik

Indonesia (BPRI) Majene. Pada waktu itu para pemuda pejuang pergi makan di

rumah masing-masing, tiba-tiba tentara NICA mendatangi markas BPRI tersebut

10
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
11
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

61
lalu menggeledah. Dalam penggeledaan tersebut tentara NICA mengambil radio

yang digunakan untuk memonitoring berita dari pusat Republik Indonesia serta

bendera merah putih yang sementara berkibar di lantai 2 (dua) yaitu sebuah toko

yang terletak di kampung Saleppa yang dijadikan sebagai markas BPRI. Radio

dan Bendera tersebut kemudian di bawah tentara NICA ke tangsinya. Setelah para

pemuda pejuang mengetahui tindakan tentara NICA tersebut, serontak masyarakat

kota Majene utamanya para pemuda pejuang berduyun-duyun ke markas BPRI

serta berteriak -teriak mengatakan agar sekarang juga tangsi tentara NICA harus

segera diserbu. Waktu itu pejuang hanya menggunakan senjata tajam dan bambu

runcing saja. Mendengar kejadian di markas BPRI tersebut, Baharuddin Aco

bersama dengan Muh. Jafar masing-masing membawa tombak kemudian diirigi

oleh masyarakat kampung Binanga dan Tanjung Batu lebih menghasut lagi rakyat

dan pemuda agar tidak segan-segan meyerbu tangsi NICA. Akan tetapi para

pengurus BPRI bersama-sama dengan pimpinan lainnya memerintahkan untuk

bersabar karena akan diadakan hubungan secara baik dahulu. Kalau itu tidak

berhasil, terpaksa haruslah diserbu. Setelah itu pengurus BPRI berusaha

menghubungi pemerintah NICA dalam tangsi yang dilakukan oleh 3 (tiga) orang

anggota pejuang yaitu ; Andi Tonra, Kambo dan A. Wahab Anas.

Setelah beberapa jam lamanya perutusan pejuang mengadakan

pembicaraan dengan pemerintah NICA di Majene, maka dicapai persetujuan yaitu

radio dan bendera merah putih dapat diserahkan kembali dan dinaikkan kepada

tempatnya semula. Setelah perutusan berhasil mengambil kembali radio dan

bendera merah putih tersebut dilakukanlah sesuai dengan persetujuan waktu.

62
Sehingga rakyat dan pemuda menjadi legah kemudian membubarkan diri kembali

ke rumah masing-masing.12

Jiwa dan semangat para pemuda pejuang yang telah berkobar-kobar

bahkan sudah sedemikian membara dalam jiwa masing-masing para pemuda

pejuang, dirasakan oleh para pemimpin KRIS MUDA di Majene, maka kami

terpaksa berusaha dan berinisiatif guna menyalurkan semangat mereka yaitu

diusahakan untuk mengadakan pengiriman ke Jawa yang waktu itu kami

istilahkan Ekspedisi yaitu kami beberapa anggota pimpinan mengatur penugasan

sebagai berikut :

1. Abu Syamsi Dan A. Karim Pua Mustari, dengan sangat rahasia

berusaha mengumpulkan uang dan bahan-bahan perlengkapan

lainnya yang sangat dibutuhkan dalam perjalanan di laut dari

orang-orang yang memang kami ketahui sebagai anggota dan

partisipan tentang perjuangan kemerdekaan.

2. Tjoling Pak Rompis, yang secara sangat rahasia mengusahakan

kendaraan perahu yang akan di tumpangi menuju pulau Jawa.

3. Haruna Pua’ Ayati, karena dia merupakan sebagai pegawai kantor

di Majene maka dia yang senantiasa mengusahakan surat-surat

dengan setempel pemerintah setempat yang akan di pergunakan

manakala bertemu dengan pihak penguasa yang dapat

menghlmangi perjalanannya masing-masing yang dikirim itu.

12
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

63
4. Abdurrahman Haddad, sebagai koordinator dengan mengordinir

segala kegiatan yang ada dan juga mengurus pengadministrasian.

Disamping itu juga senantiasa berusaha mencari dana dari orang-

orang yang diyakinkan sebagai simpatisan perjuangan

kemerdekaan.

Setelah kondisi dan situasi memungkinkan untuk dapat memulai

pengiriman maka sebagai langkah pertama ialah sebagai berikut:

I. Pada tahun 1946 mulai diberangkatkan 2 (dua) orang pemuka masyarakat

kampung Binanga yang bernama Andi Gatie Dan Muhammad Yamin

(Mudo). Pemberangkatan pertama ini bertolak di pelabuhan kampung

Palipi (Sendana) dengan menumpang sebuah perahu Sandeq kepunyaan

Imam kampung Tappalang Mamuju. Sebelumnya pemberangkatan ini

sempat tercium oleh pihak tentara NICA di Majene sehingga pada waktu

itu mereka berusaha mencegahnya bahkan berupaya menangkapnya.

Tetapi Abdurrahman Haddad yang masih berada di tengah-tengah

kepolisian mengetahui bahwa pencegahan itu akan dilaksanakan oleh

pihak kepolisian yang dipimpin oleh De Leouw. Dengan demikian

Abdurrahman Haddad memberitahukan kepada De Leouw bahwa

keduanya akan berangkat dari sebuah pegunungan daerah Sendana dan

akan berangkat pukul 07.00 pagi. Jadi akan tiba di pelabuhan Palipi pada

pukul 09.00. Sengaja Abdurrahman Haddad beritahukan demikian agar

tidak bertemu di pelabuhan sedangkan yang sebenarnya adalah bahwa

pada pukul 07:00 pagi sudah harus lepas di pelabuhan. Jadi berbeda 2 jam

64
karena De Leouw mendengar perkataan Abdurrahman Haddad tersebut,

sehingga De Leouw berangkat pada pukul 08: 00 dan tiba di pelabuhan

Palipi tepat pukul 09:00. Jadi sudah berjalan 2 jam lepasnya perahu

barulah De Leouw tiba. Layar perahunya masih nampak dari daratan

namun sudah tidak ada kemungkinan dapat diburuh ataupun ditembak

karena memang perahu-perahu di sekitar Palipi disingkirkan dan juga

perahu-perahu pada waktu itu belum menggunakan mesin.

II. Beberapa hari kemudian memberangkatkan lagi perahu layar kepunyaan

Hj. Muh Tahir penduduk asli kampung Binanga tetapi berdomisili di

kampung Pamboang. Pemuda yang dikirim kebanyakan berasal dari

kampung Binanga yaitu; Kamma, Ibrahim Syam, Abdul Majid Salam Dan

Mustafa. Kemudian berikutnya memberangkatkan lagi pemuda berasal

dari kampung Binanga dan Tanjung Batu dengan menggunakan perahu

kepunyaan Hj. Haruna penduduk Tanjung Batu, masing-masing bernama;

Hadi, Surullah, Haddade, Abu Bakar, Syamsuddin, Muh. Yusuf, Tuwi,

Sunusi, Pande dan A. Gaffari dari kampung Saleppa yaitu Muh. Saleh.

Pemuda yang diberangkatkan yang bernama Sanusi dan M.Yusuf gugur

dalam suatu pertempuran di pulau Jawa.

Pada tanggal 26 November 1946 setelah pengiriman para pemuda ke pulau

Jawa, pemerintah NICA dapat mencium dari pengiriman para pejuang tersebut

sehingga tentara NICA mulai mengadakan penangkapan terhadap anggota-

anggota pimpinan perjuangan yaitu dari KRIS MUDA MANDAR; Abdurrahman

Haddad dan Badolo Waris. Kemudian hari berikutnya berturut-turut menangkap

65
lagi beberapa orang pemuka masyarakat Binanga termasuk kepala kampung dan

juru tulisnya yaitu; Baharuddin Aco (kepala kampung Binanga), Abdul Jalil

(pemuka agama masyarakat Binanga), Mansyur Aco, Hlmang Rajab (juru tulis

kampung Binanga), Abu Syamsi, Sirajuddin Salam, Sahide, Abd. Rauf Sulemana,

dan Ummi Hani.

Bebrapa hari kemudian tentara NICA mengadakan operasi di daerah

Balanipa (Polmas). Datang lagi membawa hasil tangkapannya yang terdiri atas

anggota pimpinan KRIS MUDA masing-masing yaitu; M. Mas’ud Rahman, M.

Yunus Lebu, Mahmud Syarif, Arimin, Achmad, Abd. Azis Muin, Mustari, Andi

Iskandar, Supu, Mandor Pua Maji, Zakiah, M. Saal Daud, Yengga Puanna Hasura,

Hj. Ba’du, Abd. Majid, Abd. Rasak, Kating, dan Andi Hasan. Sedangkan di

kampung Pamboang, tentara NICA menangkap lagi 2 (dua) orang yang juga

termasuk unsur pimpinan KRIS MUDA yaitu; Nur Aini Achmad dan Madawali

Achmad.

Beberapa hari kemudian lagi, dengan diantar oleh tentara NICA, para

anggota pucuk pimpinan KRIS MUDA MANDAR yang berada di Makassar tiba-

tiba juga muncul di tangsi tempat Abdurrahman Haddad ditawan yaitu masing-

masing;

1. H. Andi Depu ( Ibu Agung)

2. M Riri Amin Daud

3. A. Rachman Tamma

4. Lapas Bali

66
5. Sitti Ruaedah

6. Amin Badawi

Para anggota pucuk pimpinan KRIS MUDA tersebut ditempatkan di

kamar kecil yang berdampingan dengan kamar besar tempat dari anggota-anggota

pemuda yang lainnya ditawan dalam tangsi tentara NICA di Majene. Tentara

NICA yang melakukan operasi dalam kawedanan Mamuju. Beberapa hari

kemudian datang lagi dengan membawa anggota yang berhasil ditangkapnya

yaitu:

1. Andi Pelang, Anak Ketua Swapraja Mamuju.

2. Abd Rahman Pue Ballung

3. Bada’u

4. Alimuddin

Alimuddin ditempatkan di rumah tahanan polisi yang berdekatan dengan

tangsi tentara NICA di Majene. Pembantu utama dari tentara NICA yaitu

Sangkala dan Haji Haris, tambah lebih giat melaksanakan tugasnya sebagai

pembantu utamanya tentara NICA yang berhasil menangkap beberapa orang

pemuka masyarakat namun hanya sekadar dicurigai, tetapi langsung saja disuruh

tangkap kepada penguasa NICA, yaitu :

1. Andi Tonra, Anak Ketua Swapraja Banggae

2. A. Wahab Anas

3. Sawawi Yahya

4. Mallawa

67
5. A.Rasyd Sulaiman

6. Suradi

Pada waktu itu Andi Tonra, A. Wahab Anas dan Suradi, ditempatkan pada

salah satu kamar yang sedikit terpisah tetapi tetap dalam kompleks tangsi NICA.

Kemudian ketiganya disiksa dengan cara kejam, dengan dipukul dari palu-palu

karet bulat panjang sehingga pada waktu itu Suradi meninggal, A.Wahab Anas

tangannya menjadi cacat tetap dan Andi Tonra selama mengalami penyiksaan

tidak pernah pulih kesehatannya hingga meninggal dunia tahun 1970. 13

Selang beberapa kemudian anggota Westerling mengadakan operasi

pembersian dalam Kewedanan Majene di daerah Baruga dan Kampung Binanga

dan berhasil lagi menangkap yaitu :

1. Raden Ishak (suku Jawa)

2. Muh. Hanafi

3. Jud Pance

4. Haerong

5. Tagi

6. Abd. Rauf

Namun kami telah berada dalam tawanan tentara NICA di Majene, tetapi

masih sempat menerima berita dari anggota pejuang yang kebetulan tidak

terkangkap yaitu Lembang dan Hanna, senantiasa mengadakan perlawanan dan

sabotase terhadap usaha-usaha tentara NICA pada situasi yang memungkinkan.

13
Arsip pribadi Abdurrahman haddad.

68
Tetapi atas kelincahan pembantu tentara NICA, Haji Haris dan Sangkala lembang

tertangkap di sekitar Kota Majene bersama dengan aggota pejuang lainnya,

kemudian ditembak mati oleh tentara NICA di kampung Camba di Majene serta

di tempat itu pula dikebumikan. Tetapi Hanna sempat melarikan diri ke hutan-

hutan tetapi tidak lama kemudian ditangkap dan dibunuh serta mayatnya dipisah

kepala dengan tubuhnya dan dibawah ke kota Majene dan dipertunjukkan kepada

masyarakat ramai tentang kemenangannya membasmi bersih dengan Ekstrim.14

4.3 Ditawan oleh Tentara NICA di Pare-Pare dan Makassar

Tentara westerling yang masih berada di Majene belum puas dengan hasil

kekejamannya yang mengadakan pembersihan di mana-mana. Setelah mereka

hendak meninggalkan kota Majene, sebagian tawanan yang ada dalam tangsi serta

para pucuk pimpinan KRIS MUDA yang juga ikut tertawan di dalam penjara

Majene turut serta dibawah oleh mereka dan diangkut pada tengah malam yang

kesemuanya adalah :

1. Andi Depu (Ibu Agung)

2. M. Riri Amin Daud

3. Abd. Rahman Tamma

4. Lapas Bali

5. Sitti Ruwaedah

6. Ummi Hani

7. Sahide

14
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

69
8. Ba’dolo Waris

9. Abdurrahman Haddad

10. M. Mas’ud Rahman

11. Yunus lebu

12. Mahmudi

13. Arimin

14. Abd. Azis muin

15. Andi Iskandar

16. Supu

17. Andi Mappaewa

18. Mandor Pua Haji

19. Muh. Saal Daud

20. Zakiah

21. Yengga Pn . Hasura

22. Haji Ba’du

23. Nur Aini Ahmad

24. Andi Pelang

25. Bada’u

26. Amin Badawi

27. Abd. Majid

28. Achmad

29. H. Abd. Razak

30. Kating

70
31. Andi Hasan

Kesemuanya diambil dalam tangsi NICA di Majene pada tengah malam

yaitu kira-kira pada pertengahan bulan Maret 1947 dengan ditumpahkan pada

sebuah kendaraan truk besar yang terbuka dan berjalan menuju Makassar. Setelah

tiba di Pare-Pare kira-kira pukul 10 : 00 pagi, tawanan bermalam selama 10 hari.

Ketika berada dalam penjara di Pare-Pare, bertemu dengan anggota-anggota ALRI

yang terdiri atas Suku Timur. Mereka tertangkap sewaktu pertempuran dengan

tentara Belanda di perairan Takalasi. Anggota- anggota ALRI tersebut sebenarnya

bermaksud untuk membantu pasukan pejuang di daerah Mandar namun

tertangkap dan ikut dipenjarakan di Pare-Pare.15

Setelah dipenjara di pare-pare dengan menggunakan kendaraan truk yang

terbuka tersebut diteruskan lagi ke Makassar. Baik laki-laki maupun perempuan

semuanya diikat satu persatu di dalam truk. Sewaktu tawanan-tawanan dari

Mandar tiba di Makassar, langsung dimasukkan ke dalam kandang macan polisi

selama 2 hari 2 malam kemudian dibawah ke penjara hoogepad. Beberapa bulan

lamanya dipenjara di hoogepad, sebagian dari tawanan dibawah ke Layang

Kapasa. Hanya yang tinggal di penjara hoogepad yaitu Andi Depu, M. Riri Amin

Daud, A. Rahman Tamma, dan Sitti Ruwaedah. Tawanan-tawanan di layang

Kapasa adalah para anggota pejuang dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Tenggara.16

15
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
16
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

71
Beberapa bulan lamanya kami ditawan layang kapasa Makassar itu

(sekarang kompleks angkatan Laut RI) barulah mulai dilakukan pemeriksaan

Penguasa NIT dengan oditur Militernya dibawah pimpinan Abdullah Dg. Mappuji

yang didampingi oleh Kuturir suku Ambon sebagai paniteranya. Pemeriksaan

yang dialami berbulan-bulan lamanya sehingga pemeriksaan sementara berjalan

tercapai persetujuan Linggar Jati. Dengan adanya persetujuan Linggar Jati

tersebut, beberapa orang tawanan dari Majene memperoleh pembebasan untuk

sementara tetapi masih tetap statusnya sebagai tahanan kota, yaitu :

1. Sahide

2. Mandor Pua Haji

3. Muh. Saal Daud

4. Yengga Puanna Hasura

5. Haji Ba’du

6. Abd. Majid.

7. Nur Aini Ahmad

Bagi tawanan-tawanan lainnya dari Majene, pemeriksaan senantiasa

dilanjutkan yang kira-kira sampai dengan pertenghan tahun 1948 hingga

dilanjutkan di muka pengadilan oditur Militer yang diketehui oleh Abdullah Dg

Mappuji. Putusan pengadilan atas diri para tawanan berbeda-beda. Ada yang

sudah selesai dijalankan dan ada yang belum. Setelah dilakukannya kedaulatan RI

berdasarkan keputusan Konferensi Meja Bundar di Den Haag yang selanjutnya

seluruh tawanan bagaimanapun bentuk dan sifatnya ikut dibebaskan tetapi

72
Abdurrahman Haddad bersama dengan Ba’dolo hukuman selesai yaitu pada akhir

tahun 1948 bebas dari penjara layang kapasa waktu itu. 17

Kembali membicarakan tentang tawanan-tawanan yang tertinggal di

Majene sewaktu Abdurrahman dan tawanan lainnya di berangkatkan ke Makassar,

juga tidak beberapa kemudin di berangkatkan lagi beberapa orang tawanan

lainnya ke Makassar yaitu:

1. Andi Tonra

2. Abd Wahab Anas

3. Andi Rasyd Sulaiman

4. A. Sawawi Yahya

5. Mallawa Sulaiman

Kelima tawanan tersebut setibanya di Makassar yang pada waktu itu

belum tercapai persetujuan Linggar Jati, tetapi mereka langsung saja dilepaskan

dalam kota Makassar sebagai Staat Arrest (tahanan negara) dengan perjanjian

tidak boleh tinggalkan kota Makassar, terutama tidak boleh Kembali ke Majene.

Mereka dapat dibebaskan dengan bantuan usaha dari Husain Puang Limboro,

seorang mentri NIT dari suku Mandar sendiri.18

Tawanan lainnya lagi yang tidak dibawa ke Makassar turut dibebaskan

langsung di Mandar tetapi dengan perintah bahwa mereka tidak boleh

meninggalkan kota Majene. Meraka yang di bebaskan yaitu :

17
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
18
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

73
1. Abusyamsi

2. Coling Pak rompis

3. Sirajuddion Dalan

4. Aco kecil

5. Madawali Ahmad

6. Mustari

Setelah tawanan-tawanan dibebaskan di Majene itu dan berada di dunia

bebas, maka perhatian kembali tertuju kepada masyarakat terutama para pemuda

yang masih ada. Pemuda tersebut tetap semangat, maka Abusyamsi dan Coling

Pak Rompis da dibantu oleh A.Karim Pua Mustari yang kebetulan tidak ikut

tertangkap waktu itu, mulai berusaha untuk menyalurkan semangat para pemuda

dengan jalan melakukan kembali pengiriman ke pulau Jawa. Dalam usaha mereka

tersebut, berhasil pula dikirim yaitu :

1. Sirajuddin Rajab

2. Kaco Malik

3. Kamaluddin

4. Abd syukur

5. Abd Gaffar

Para pemuda tersebut berasal dari kampung Binanga dan kampung

Tanjung Batu yang diberangkatkan dengan mobil secara rahasia menuju

Makassar. Ketika barada di Makassar atas usaha mereka sendiri-sendiri berhasil

menyeludup naik kapal Belanda “OPHIER”. Setelah para pemuda tersebut tiba di

74
pulau Jawa, langsung diterima oleh para pimpinan komando Grup seberang

Sulawesi.19

Menyangkut perahu-perahu yang pernah digunakan untuk mengangkut

para pemuda ke pulau Jawa yang lalu maupun perahu-perahu lainnya di Majene.

Setelah kembali, mengangkut pula perlengkapan-perlengkapan perjuangan yang

merupakan sumbangan dari kesatuan-kesatuan di pulau Jawa kepada para pejuang

di Sulawesi baik berupa perlengkapan tentara maupun bantuan berupa bahan

makanan.

Dari kami selaku unsur pimpinan KRIS MUDA Mandar di Majene semasa

dalam perjuangan, senantiasa bekerja sama dengan baik dengan Yunus Ahmad

dan Syamsuddin Nur yang langsung menjadi anggota ALRI seberang di Pulau

Jawa pangkalan VII sehingga para pejuang di Sulawesi selalu mendapat bantuan

dari Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) pusat Probolinggo.20

Pada masa revolusi kemerdekaan 1945-1950 PESINDO merupakan salah

satu organisasi pemuda terbesar pada tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia.

Dalam perkembangannya, PESINDO kemudian akan berperan besar bagi

Republik Indonesia dalam perjuangan bersenjata di dalam negeri ataupun

perjuangan diplomatik di luar negeri. Hal ini di tandai dengan partisipasi

19
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.
20
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

75
PESINDO dalam pertempuran, berbagai konferensi International, serta kegiatan

Pesindo yang bersifat sosial.21

Kegiatan sosialis PESINDO sangat luas, mulai dari kegiatan penerbitan

koran dan majalah, propaganda melalui Radio, hingga perjuangan bersenjata

melelui unit-unit kelaskaran yang di perbantukan kepada tentara Republik

Indonesia pada masa itu. PESINDO memiliki sebuah Badan Pembelaan yang

tugasnya adalah untuk melaksanakan perlawanan secara militer terhadap usuh

yang dapat mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Kelompok-kelompok ini

kerap disebut para Laskar yang bekerja sama dengan TNI.22

Bantuan-bantuan tersebut diperoleh dan diangkut dengan perahu-perahu

berturut-turut sebagai berikut :

1. Diangkut dengan perahu Sinar Tangsi kepunyaan Tanda Kanna

Rassani dari kampung Pangali-ali, diterima Gula pasir bantuan

PESINDO serta bahan-bahan lainnya di dalam perjalanan menuju

Sulawesi. Perahu tersebut mendapat angin topan yang keras

sehingga terdampar di perairan BOJO Pare-Pare. Dengan tidak

memperhitungkan akibat yang mungkin ditimbulkan, berusaha

menghubungi para pejuang. Setelah berhasil, maka bahan-bahan

tersebut seluruhnya diserahkan untuk dibawa masuk hutan lalu

perahu Sinar Tangsi kembali ke Majene dengan kosong.

21
Norman Joshua. Linda Sunarti, Peran Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) Dalam
Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1949-1950, (Jawa Barat:2014), UI Depok Jawa Barat. hlm. 1.
22
Ibid. hlm. 3.

76
2. Dengan perahu nama Sinar Bulan Kepunyaan Muh. Nur Abana

Sanusi, Kampung Pangali-ali, mengangkut gula pasir yang

diperoleh dari Pesindo namun dalam perjalanan ke selat Makassar,

berdekatan dengan pulau laut (Kalimantan), tiba-tiba mendapat

serangan dari kapal kecil kepunyaan Belanda. Tetapi kapal kecil

tersebut tidak berani mendekati perahu sehingga perahu Sinar

Bulan sempat melarikan diri kembali menuju pulau jawa dan tiba

dengan selamat.

3. Dengan perahu Pasar Siang kepunyaan Muh saleh Pua Abu tinggal

di Kampung Pangali-ali, mengangkut gula pasir bantuan dari

Pesindo. Semasa dalam perjalanan dari Jawa ke Sulawesi, tidak

menemui suatu hlmangan sehingga selamat tiba di perairan Mandar

lalu menurunkan semua muatannya di pinggir pantai Pamboang.

Akan tetapi sementara melakukan pembongkaran, tentara NICA

terus muncul di tempat tersebut. Kemudian gula seluruhnya

diambil dan Muh Saleh Pua Abu ditangkap dan ditahan di tangsi

Majene tetapi tidak beberapa lama kemudian dilepaskan kembali.

4. Dengan perahu Pasar Malam juga kepunyaan Muh Saleh Pua Abu

kampung Pangali-ali yang juragannya Ipar Muh. Saleh yang

bernama Hae juga mengangkut gula pasir bantuan Pesindo disertai

dengan beberapa kebutuhan lainnya. Sejak berangkat di pulau Jawa

hingga tiba di perairan Mandar, tidak mendapat rintangan sehingga

77
berusaha membongkar muatannya di pinggir pantai Majene, lalu

dibawa masuk hutan dan diserahkan kepada para pejuang.

5. Terakhir diterima gula pasir bantuan Pesindo yang diangkut

dengan perahu Burung Laut kepunyaan Haji Umrah tinggal di

Kampung Bababulo (Pamboang). Dalam perjalanannya dari Jawa

ke Sulawesi juga dapat selamat tiba di perairan Mandar. Kemudian

berusaha mendaratkan muatannya pada salah satu daerah pinggir

pantai Pamboang dan selanjutnya diserahkan kepada para pejuang

di hutan-hutan daerah Kabupaten Mandar.

Bebrapa lama kemudian oleh tentara NICA di Majene dengan dibantu oleh

Sangkala dan Haji Haris melakukan operasi dan mengancam kepada rakyat yang

pro terhadap merah putih, di mana saja ditemukan, di situlah juga dihabisi

jiwanya. Kata-kata ini terutama ditujukan kepada orang-orang yang pernah

ditahan serta kepada orang-orang yang dicurigai pro kepada Indonesia. Dengan

demikian inilah sehingga dilakukan pemberangkatan terakhir, yaitu :

1. Abusyamsi

2. Jamaluddin Jafar

3. AliUmar

Pemberangkatan ketiga orang tersebut dimaksudkan untuk ke Pulau Jawa,

yaitu pada suatu malam kira-kira dalam menjelang Akhir tahun 1948 dengan

menumpang perahu Rukun Setia kepunyaan Muh. Tahir sepupu sekali dengan

Abusyamsi tetapi berdomisili di luar (Pamboang). Dalam perjalanannya dari

78
Sulawesi sampai di pulau Jawa, tidak mendapat rintangan sehingga tiba dengan

selamat dan terus ke Belitar bertemu dengan pemuda yang pernah dikirim

sebelumnya.20

4.4 Lepas Tawanan dan Berusaha Membubarkan Negara Indonesia Timur

(NIT)

Setelah Abdurrahman Haddad bebas dari tawanan, menjelang akhir tahun

1948 kembali ke Mandar dan berdomisili di kampung Matakali (Polmas). Akan

tetapi beberapa bulan kemudian, pada awal tahun 1949 Abdurrahman Haddad

dipanggil oleh Komandan Batalion C Brigade XVI/X (Kap. A.A. Rifai) yang

daerah tugasnya di hutan belakang pasar Kapajen (Malang-Jawa Timur) yang

bermaksud memrintahkan Abdurrahman Haddad untuk menjalankan tugas tentara

Nasional Indonesia di daerah pendudukan Belanda. Atas panggilan tersebut

Abdurrahman Haddad sendirian berangkat ke Jawa melalui Makassar. Atas

bantuan Jamal seoarang pedagang kopra di Balanipa yang kebetulan ada di

Makassar pada waktu itu serta dengan Abd. Jalil pengurus TISWAN Majene, dan

berhasil lolos menyelundup masuk ke kapal OPHIER kepunyaan Belanda dan

berangkat dari pelabuhan Makasssar menuju Surabaya. Waktu itu Abd. Jalil juga

berangkat menuju Surabaya dengan maksud untuk melanjutkan perjalanan ke

Jokyakarta. Dalam perjalanan selama kurang lebih dua hari, tiba di Surabaya pada

pagi hari sekitar pukul 06:30 oleh Abd. Jalil membawa Abdurrahman Haddad ke

rumah kediaman M.Amir (Pamboang) Letnan Dua TNI di Dapuan Baru Tengah

No.10. Dua malam kemudian Letnan Dua M. Amir mengantar Abdurrahman

20
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

79
Haddad ke Malang dan selanjutnya ke Kapajen terus masuk hutan untuk menemui

Komandan Batalyon C Kapten A.A. Rifai di Markasnya. 21

Dalam pertemuan kami dengan Kapten A.A. Rifai Komandan Batalyon C

Brigade XVI/X di Jawa Timur, paling banyak membicarakan tentang bagaimana

cara yang harus ditempuh dalam mengadakan gerakan-gerakan serentak bersama-

sama dengan kesatuan lainnya yang pro terhadap Negara Kesatuan Republik

Indonesia guna Menggagalkan Konferensi Meja Bundar yang sementara berjalan

di negeri Belanda (Den Haag) kemudian Sulawesi kembali diakui sebagai daerah

De facto dan De Jure Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah mendapatkan

petunjuk yang dapat dijadikan pedoman dalam gerakan-gerakan yang

dimaksudkan tersebut, Kapten A.A. Rifai memerintahkan pula Abdurrahman

Haddad bersama-sama dengan Abusyamsi dan Jamaluddin Jafar dengan suatu

surat Harian yang diserahkan oleh Letnan Dua M. Amir (foto Copy terlampir)

untuk menjalankan tugas Tentara Nasional Indonesia di daerah pendudukan

Belanda di Sulawesi. Di tempat ini pula Abdurrahman Haddad bertemu dengan

Serma A. Rahman Seke, Sersan Syamsuddin, Kopral Tuwi, Kopral Abubakar dan

Pelda Muh. Yamin yang semuanya itu diberangkatkan beberapa tahun

sebelumnya. Setelah selesai segalah perintah yang didapatkan oleh Abdurrahman

Haddad, Abdurrahman Haddad bersama-sama dengan Letnan Dua M.Amir dan

Letnan Satu Azis Tamimi kembali ke Surabaya setelah bermalam di Hotel Trio

(Malang) satu malam. Oleh karena itu, tidak ada kapal untuk ke Makassar

terpaksa Abdurrahman Haddad tinggal beberapa bulan di rumah Letnan Dua M.

21
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

80
Amir di Surabaya. Saat menjelang akhir bulan Desember 1949 barulah ada kapal

Belanda OPHIER tiba di Surabaya dari Jakarta yang akan melanjutkan

perjalanannya ke Sulawesi. Dengan kapal tersebut, baru Abdurrahman Haddad

kembali ke Sulawesi. Dalam perjalanan ke Sulawesi memakan waktu kurang lebih

dua malam sehari dan tiba pada waktu pagi hari dan bersandar di pelabuhan

Makassar. Sebelum Abdurrahman Haddad mendarat, beberapa petugas kapal

berbincang-bincang dengan temannya sendiri yang antara lain mengatakan bahwa

menurut pengumuman semalam tanggal 27 Desember 1949, Konferensi Meja

Bundar (KMB) telah berakhir di Den Haag yang hasilnya ialah bahwa Kedaulatan

Negara Indonesia Serikat telah diakui oleh pemerintah Belanda. 22

Dengan tercapainya persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB) tersebut,

maka salah satu tugas yang saya peroleh dari Batalyon C Brigade XVI/HCJX

Jawa Timur sudah berhasil. Akan tetapi tugas lainnya berdasrkan surat perintah

harian dari Batalyon C Be.XVI/HCJX yang di antaranya perlu dilaksanankan di

Sulawesi. Sulawesi masih di bawah kekuasaan pemerintah boneka Belanda yaitu

Negara Indonesia Timur (NIT) sedang tugas pokok ialah menjadi Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Untuk dapat dilaksanankannya tugas laintersebut,

setibanya Abdurrahman Haddad di Makassar, terus menghubungi salah satu

pucuk pimpinan KRIS MUDA Mandar A. Rahman Tamma yang kebetulan juga

sebagai ketua umum organisasi perjuangan Biro Pejuang Pengikut Republik

Indonesia (BPPRI) yang berpusat di Makassar. Dari A. Ramman Tamma,

Abdurrahman Haddad diperintahkan untuk membentuk BPPRI cabang Majene.

22
Arsip Pribadi Abdurrahman Hadddad.

81
Dalam hlm ini pula sekaligus memberikan petunjuk-petunjuk dalam rangka

pembentukan cabang BPPRI di Majene. Disamping itu dijelaskan pula bahwa

tujuan utama dari BPPRI ialah senantiasa memperjuangkan bersama-sama dengan

gerakan-gerakan lainnya untuk membubarkan pemerintahan boneka Negara

Indonesia Timur (NIT) dan kemudian Sulawesi dimasukkan ke dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berpusat di Jokyakarta.

Berhubungan pada waktu itu, Andi Depu (Ibu Agung) sejak bebas dari

tawanan Belanda belum pernah kembali ke Mandar, maka beliau berkeinginan

besar unntuk kembali melihat tanah tumpah darahnya (Mandar). Dengan

persetujuan dari saudara-saudaranya sendiri, direncanakanlah akan berangkat

tanggal 1 Januari 1950. Dalam hubungan ini diadakanlah persiapan-persiapan

seperlunya utamanya kendaraan mobil. Setelah tiba dan persiapan telah rampung,

maka rombongan Ibu Agung termasuk Abdurrahman Haddad ikut serta di

dalamnya. Ketika tiba di Tinambung, rombongan tinggal dan Abdurrahan Haddad

tetap melanjutkan perjalanan menuju Majene. Setibanya di Majene, dengan

kesempatan yang ada Abdurrahman Haddad langsung menemui beberapa teman-

teman terdekat, terutama para anggota-anggota pimpinan KRIS MUDA Mandar

yang telah ada serta pemuka masyarakat dan secara sembunyi-sembunyi

mengadakan pertemuan singkat. Dalam pertemuan tersebut Abdurrahman Haddad

menjelaskan tentang hasil pembicaraannya dengan A. Rahman Tammma, spontan

para anggota pertemuan menyambut dengan rasa gembira bahkan mendesak

Abdurraman Haddad agar maksud tersebut dapat segera di realisasikan. Beberapa

hari kemudian dengan mengambil tempat di gedung sekolah swasta yaitu sekolah

82
Pusat Pendidikan Mandar (SPM) di kampung Saleppa, diadakanlah pertemuan

yang lebih luas karena dihadiri oleh pemuka-pemuka masyarakat, tokoh pejuang

politik, pemuka-pemuka agama Islam dalam Kota Majene serta masyarakat

lainnya yang berpengaruh.

Dalam pertemuan tersebut yang dibicarakan ialah cara-cara dan gerakan-

gerakan yang perlu dilaksanakan demi tercapainya apa yang menjadi tujuan pokok

organisasi yang ingin dicapai. Setelah melakuakan pembicaraan yang begitu

serius namun penuh dengan rasa kekeluargaan, disepakati untuk senantiasa

menunggu ketentuan dari pusat organisasi menyangkut strategi dan siasat

perjuangan juga disepakati untuk segera menyusun komposisi dan sekaligus

personalianya. Akan tetapi dalam hlm ini setelah diadakan pemilihan calon-calon

yang dianggap wajar karena dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan, namun

sebagian mereka menolak kepercayaan dari pemuka masyarakat maka dengan

terpaksa Abdurrahman Haddad mencalonkan diri untuk dapat diberikan

kepercayaan sebagai pimpinan yang sekaligus menunjuk oarang-orang yang dapat

mendampingi Abdurrahman Haddad. Adapun personalianya yaitu :

1. Ketua Umum : Abdurrahman Haddad

2. Wakil Ketua : Muhsin Ali

3. Sekretaris : Sitti Aisyah

4. Pembantu : Sahide, Badolo Waris, Abusyamsi, Coling

Pak Rompis, Abd.Karim Pua Mustari, Jamaluddin Jafar, dan

Madawali Achmad.

83
Dengan organisasi Biro Pejuang Pengikut Republik Indonesia (BPPRI)

inilah yang dijadikan wadah guna menyalurkan tuntutan saya terhadap pemerintah

Negara Indonesia Timur (NIT) agar Negara Indonesia Timur beserta dengan hadat

tingginya segera dibubarkan, kemudian Sulawesi dimasukkan ke dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berpusat di Jokyakarta. 23

Beberapa waktu kemudian setelah para unsur pimpinan dari KRIS MUDA

Mandar yang berada di daerah wilayah Balanipa/Polewali yang sehlmuan dengan

kami di kewedanan Majene, mengetahui bahwa di Majene telah tersusun lagi

suatu organisasi Biro Pejuang Pengikut Republik Indonesia (BPPRI) cabang

Majene yang menentang pemerintahan Negara Boneka Belanda yaitu Negara

Indonesi Timur (NIT), maka mereka langsung menemui Abdurrahman Hadddad

sebagai Pimpinan BPPRI dengan maksud menyatakan kesediaannya untuk

menggabungkan diri ke dalam organisasi BPPRI cabang Majene. Kemudian

diadakan pertemuan besar bertempat di kampung Wonomulyo, yaitu di sebelah

gedung sekolah yang terletak pada sebelah barat daya pasar Wonomulyo.

pertemuan tersebut dilaksanakan sehari penuh dan dalam pertemuan tersebut

setelah melalui pembicaraan yang cukup serius tetapi dengan penuh rasa

kekeluargaan. Rapat menyetujui untuk sementara tidak merombak susunan

pengurus BPPRI yang ada juga berhasil disetujui agar dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya harus diadakan suatu Demonstrasi dalam Kota Majene

sebagai pusat pemerintahan NIT di Mandar yang maksud tujuannya untuk

mendesak kepada pemerintah NIT beserta HADAT tingginya di Mandar segera di

23
Arsip Pribadi Abdurraman Haddad.

84
bubarkan dan Mandar khususnya serta Sulawesi pada Umumnya diaku sebagai

kekuasaan penuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah itu, beberapa hari kemudian dari pengurus Biro Pejuang Pengikut

Republik Indonesia cabang Majene mengumpulkan massa kampung Binanga dari

Majene bersama–sama dengan massa dari daerah Balanipa/Polewali. Berikut

turun di jalan dengan teratur menuju kantor pusat pemerintahan NIT di Mandar.

sepanjang jalan para Demonstran berteriak-teriak dengan suara yang keras dan

mengucapkan “Bubarkan Negara Boneka (NIT) Dan Bubarkan Hadat Tinggi”.

sewaktu para Demostran tiba di muka gedung pemerintahan NIT di Majene, para

Demonstran berhenti sejenak kemudian Abdurrahmann Haddad membacakan

suatu pernyataan yang isi pokoknya mendesak kepada Pemerintah NIT dan Hadat

tinggi di Mandar segera membubarkan diri dan bergabung dengan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berpusat di Jokyakarta. Sesudah pernyataan itu

saya bacakan, teks aslinya diserahkan oleh Surullah pemuda kampung Binanga

kepada Pemerintah NIT di Mandar yang diwakili oleh Kambo selaku Anggota

Hadat di Majene.24

Beberapa bulan kemudian setelah berlangsungnya Demonstrasi itu,

anggota-anggota polisi timur yang bertugas di Majene, waktu itu di bawah

pimpinan Weivers seorang indo-belanda dengan pangkat Inspektur Van Politie

dan tinggal di Tangsi tentara NICA. Keluar dari Tangsi mengadakan patroli dalam

kota Majene dengan menggunakan mobil Jeep. Sewaktu kendaraan polisi timur

24
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

85
tersebut tiba di kampung Lipu yang terletak di pinggir sungai Majene diserang

oleh pemuda pejuang.

Akan tetapi berhubung senjata polisi jauh lebih lengkap dari pada para

pejuang, pertempuran tersebut tidak berlangsung lama dan kemudian para pejuang

memundurkan diri ke pinggiran kota Majene dan tidak ada korban dari kedua

belah pihak. Setelah para pejuang meninggalkan tempat kejadian tersebut, polisi

timur melakukan pembakaran rumah-rumah rakyat di lokasi yang sama dan

berhasil menghanguskan puluhan rumah rakyat sepanjang jalan mulai dari

jembatan Majene sampai ke seberang muka penjara Majene. Dengan demikian

kebencian rakyat tambah menjadi-jadi sehingga rakyat senantiasa mengadakan

sabotase setiap ada gerakan/uasaha yang dilakuakan oleh pemerintah NIT bersama

dengan Hadat tingginya di Majene. Di dalam mengadakan perlawanan dan

sabotase terhadap pemerintah NIT seringkali pula diperoleh bantuan dari daerah

kewedanan Balanipa yang sengaja datang dengan berjalan kaki dari Balanipa ke

Majene lantaran tidak adanya kendaraan.25

Setelah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia

memproklamirkan Kedaulatan meliputi sebagai kesatuan dengan menghapuskan

hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), maka pada saat itulah gerakan Organisasi

Biro Pejuang Pengikut Republik Indonesia (BPPRI) cabang Majene berpendapat

bahwa maksud dan tujuan Organisasi tersebut telah berhasil dicapai sehingga

tidak lagi mengadakan kegiatan-kegiatan atau pun gerakan-gerakan yang

dianggap dapat merugikan bangsa dan rakyat Indonesia.

25
Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad.

86
Pada tahun 1950 Abdurrahman Haddad menjadi ketua Madrasa Idbiniah.

87
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Abdurrahman Haddad yang merupakan seorang tokoh pejuang di Majene yang

berperan penting dalam membela dan berusaha mempertahankan kemerdekaan

mulai dari kedatangan Jepang di Makassar sampai pada usaha mempertahankan

kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di daerah Majene. Di lahirkan

di Kambajawa (Limboro-Balanipa) pada tahun 1922. Waktu yang tepat untuk

kelahirannya agak sulit untuk diketahui, karena data yang di temukan hanya

menyebutkan tahun kelahirannya. Putra yang di lahirkan pada masa pemerintahan

Kolonial Belanda ini merupkan anak dari pasangan suami istri, ayahnya yang

bernama Abdul Haddad dan ibunya bernama Ibu Doa.

Setelah berumur 8 tahun Abdurrahman Haddad berpisah dengan kedua

orang tuanya dan menumpang dengan seorang janda tua yang bernama Baeduri

yang tinggal di Tinambung, Baeduri juga tinggal serumah dengan Imam

Tinambung yang bernama Hj. Kacing yaitu seorang Ulama besar di Tinambung.

Baeduri juga memiliki anak laki-laki yang bernama Muhhammad Arsyad, anak

dari Baeduri ini lah yang senantiasa bersama Abdurrahman haddad mulai dari

masuknya di Pesantren, mengemban pendidikan di Volkschool selama 3 tahun dan

Vervolkschool selama 2 tahun dan tammat pada tahun 1935, sampai pada

pindahnya di Takalar pada tahun 1939 menjadi anggota staf tenaga harian lepas

sipil bagian Krimineele Rechercheur Detacsement Veldpolitie di Takalar.

88
Pada tahun 1942 masa pendudukan jepang Abdurrahman Haddad bekerja

di kepolisisan dalam kota Makassar dan di berikan jabatan sebagai Crimineele

Rechercheur dan Leerling Rechercheur Plug (C). Di samping itu, Abdurrahman

Haddad juga sebagai salah satu anggota organisasi kepemudaan Sumber Darah

Rakyat (SUDARA) secara (ilegal). Di organisasi inilah yang merupakan cikal

bakal dari perjuang an Abdurrahman Haddad, sehingga tumbuh sebagai Tokoh

yang rela berkorban dan berjuang melawan kolonialisme untuk mewujudkan dan

mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tanggal 6 November 145 Abdurrahman Haddad kembali kekampung

halamanya di Majene lantaran tercium oleh tentara NICA ikut dalam organisasi

kepemudaan untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan. di daerah

Majene inilah kemudian Abdurrahman Haddad berperan penting melawan NICA.

Selain menjadi Aggota kepolisian di Majene, juga bergabung di organisasi

kelaskaran Kebangkitan Rahasia Islam Muda (KRIS MUDA) Mandar.

Kemudian Abdurrahman Haddad juga menjadi Ketua Biro Pejuang

Pengikut Republik Indonesia. Dengan organisasi Biro Pejuang Pengikut Republik

Indonesia (BPPRI) inilah yang dijadikan wadah guna menyalurkan tuntutan saya

terhadap pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT) agar Negara Indonesia Timur

beserta dengan hadat tingginya segera dibubarkan, kemudian Sulawesi

dimasukkan ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berpusat di

Jokyakarta.

89
Kemudian pada tahun 1950 Abdurrahman Haddad menjadi slah satu ketua

pesantren Itbiniayah di Majene. Inilah yang menendakan Abdurrahman Haddad

tidak lagi tergabung sebagai anggota organisasi maupun kelaskaran. Hal-hal yang

berkaitan dengan bentuk perjuangan tidak lagi di lakukan, karena tugasnya sudah

selesai.

5.2 Saran

Apa yang penulis tuangkan dalam tulisan ini, jauh dari kata sempurnah. Masih

banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya, baik dari

segi penulisan maupun pengelolaan kata. Oleh karena penulis menyadari perlunya

saran kepada pembaca untuk penyempurnaan tulisan skripsi ini.

Tulisan ini berupaya untuk menjelaskan seorang tokoh pejuang dari

Majene Abdurrahman Haddad. Sebagai salah satu kajian sejarah perjuangan

Rakyat pada konteks kedaerahan. Supaya pembaca mengetahui peran dan usaha

Abdurrahman Haddad dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan.

Disamping itu juga untuk menambah wawasan sejarah pembaca dalam konteks

biografi pahlawan di daerah Majene. Bagi Mahasiswa, khususnya mahasiswa

sejarah selain menambah pengetahuan tentang sejarah lokal khususnya

perjuanagan Adurrahman Haddad di Majene. hasil Penelitian ini juga bisa

dijadikan referensi tentang tokoh perjuangan di Majene, Bagi Universitas, hasil

dari tulisan ini bermanfaat untuk menambah hasil penelitian di perpustakaan

Universitas Hasanuddin. Khususnya juga bisa menambah rujukan untuk penelitian

di Jurusan sejarah terutama yang tertarik mengkaji sejarah sosial.

90
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku
Bambang Suwondo, Geografi Budaya Daerah Sulawesi Selatan, Ujung
Pandang : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.1982

Darmawan, Pengertian Pengembangan Siri Pada Suku Mandar .seminar


mengelolah siri di Sulawesi Selatan.1977

EdwarL. Poelinggimang dan Suriadi Mppangara, penyunting, sejarah


sulawesi selatan jilid I, Makassar: Badan penelitian dan
pengembangan daerah provinsi Sulawesi Selatan.2004

H Ahmad Asdy, Detik-detik Berkibarnya Merah-putih di Mandar,


(yayasan maha putra), Mandar.2016

H.M. Tanawali Azis Syah, sejarah Mandar polmas, Majene, Mamuju


Jilid I, Ujung Pandang: yayasan Al-Azis,1997

H.Saharuddin, mengenal: Pitu Babanna Binanga (Mandar) dalam lintasn


sejarah pemerintah daerah di Sulawesi selatan. Ujung
Pandang : C.V. Mallomo Karya. 1985

Muhammad Amir.perjuangan Hammad Saleh menentang Jepang dan


Belanda di Mandar 1942-1947.Arus Timur, Makassar.2014
Syahrir Kila, Budaya politik Kerajaan Balanipa Mandar. Makassar. 2015
Sarita Pawiloy, dkk. Arus Revolusi 45 di Sulawesi Selatan. Ujung
Pandang.1987.

B. Sumber Skripsi

Dedi, terbentuknya sulawesi barat: latar belakang dan peranan pemuda


mahasiswanya (1999-2004), Makassar: skripsi Universitas
Hasanuddin, 2011,

Muh Jusuf, “perjuangan Kemerdekaan Indonesia di daerah Balanipa


Mandar” Skripsi:ujung pandang: 1989

Norman Joshua, Linda Sunarti, peran pemuda sosialis indonesia


(PESINDO) dalam revolusi kemerdekaan indonesia
1949-1950, Jawa Barat.UI Depok.2014

91
Rahmawati, menhir sebagai nisan di Salabose Kecamatan Banggae
Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Selatan, skripsi.
Universitas Hasanuddin.1993

C. Sumber Arsip

Abdurrahman Haddad, peringatan penting Abdurrahman Haddad, Arsip


Pribadi.

Abdurrahman Haddad, BIODATA AbdurrahmanHaddad, Arsip Pribadi.


Majene.1991.

Abdurrahman Haddad, Riwayat Singkat perjalanan tugas samasa menjadi


JUPEN di Kecamatan Malunda Kabupaten Mandar, Arsip Pribadi.
Abdurrahman Haddad, ringkasan riwayat hidup dan perjuangan
Abdurrahman Haddad, Arsip Pribadi.
Abdurrahman Haddad, peri kehidupan ringkas haji Abdurrahman
Haddad, Arsip Pribadi.

Abdurrahman Haddad, menjelang berkibarnya sang saka merah putih,


Arsip Pribadi.

Abdurrahman Haddad, daftar riwayat hidup Abdurrahman Haddad, Arsip


Pribadi. Majene.1954.
Abdurrahman Haddad, riwayat singkat jalannya perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia, Arsip Pribadi.
Abdurrahman Haddad, sedikit tambahan bahan sejarah perjuangan KRIS
MUDA MANDAR sebagai anggota LAPRIS, Arsip Pribadi.
Abdurrahman Haddad, coret-coretan singkat tentang peristiwa korban
40.000 jiwa GALUNG LOMBO tahun 1947. Arsip Pribadi.
Abdurrahman Haddad, Struktuir personalia Organisasi Kebangkitan
Rahasia Islam Muda KRIS MUDA MANDAR, Arsip Pribadi.
Abdurrahman Haddad, sekitar peristiwa perjuangan mempertahankan
proklamasi 17 Agustus 1945 dalam kabupaten Majene menurut
yang masih diingat, Arsip Pribadi.

92
Abdurrahman Haddad, catatan singkat riwayatnya tempat bersejarah yang
ada dalam kota majene baik sebelum maupun sesudah proklamasi
17 agustus. Arsip Pribadi.

93
94
Lampiran 1

Informan

Nama : Ikballuddin
Agama : Islam
J. Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Sekertaris KPU Kabupaten Majene.
Alamat : Jln. Kapten Usman Jafar No. 16 B
No. HP : 081242694085
Hubungan dengan Pelaku : Anak kandung dari Abdurrahman Haddad

95
Lampiran 2

Foto Abdurrahman Haddad sebagai tokoh Pejuan di Majene (Foto ini diambil di
dalam Sertifikat Abdurrahman Haddad melalui Camera hanpone).

96
Lampiran 3

Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad (Surat Perinta T.N.I. BE. 16/HCGX ).

97
Lampiran 4

Arsip Pribadi Abdurrahman Haddad (Biodata)

98
Lampiran 5

99
Lampiran 6

100
Lampiran 7

101
Lampiran 8

102
Lampira 9

103
Lampiran 10

104
Lampiran 11

105
Lampiran 12

106
Lampiran 13

107
Lampiran 14

108
Lampiran 15

109

Anda mungkin juga menyukai