SKRIPSI
Universitas Hasanuddin
Disusun Oleh:
UMMU FARADILLAH
F811 14 502
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
HALAMAN PENERIMAAN
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat. Shalawat dan
keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu
Dalam penulisan ini, banyak hambatan dan kendala yang penulis alami,
namun alhamdulillah berkat Inayah dari Allah SWT dan optimisme penulis yang
didorong oleh kerja keras yang tidak kenal lelah serta bantuan dari berbagai pihak,
hambatan dan kendala tersebut dapat dilalui. Oleh karena itu, penulis
kepada berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara langsung
iv
1. Ayahanda H. Faizal Habali dan ibunda tercinta Hj. Suriami Manaku yang
sangat penulis cintai. Terima kasih atas semua doanya, kerja keras,
kasih telah menjadi orang tua yang baik, selalu mendukung penulis hingga
kepada Prof. Dr. Abd. Rasyid Asba, M.A., Dr. Suriadi Mappangara,
penulis saat berada di kampus, penulis sangat berterima kasih atas nasihat,
v
dukungan, dan masukannya selama ini. Tak lupa pula penulis juga
penulis ujian, yang dari awal hingga akhir perkuliahan selalu ada dan
membantu setiap masalah penulis. Yang selalu pasang telinga tebal setiap
Akhirnya kami bisa juga memenuhi janji kami mengenai masuk bersama
5. Terima kasih kepada Fathul Karimul Khair (Calon S.Hum) dan Wa Ode
Nia Fadillah, S.S. My Couple Goals yang selalu ada mendengar dan
Soelham S.E, Nurul Mukhlisah A.Md, A. Afianita Fatwa (Calon S.S) yang
7. Kepada My Bonbon Squad, Cute, Anti, Natik, Egi, Dita, Wahi, Oca, yang
vi
8. Kepada Siti Bulkis Ashari S.Ked yang tetap selalu memberikan waktu di
masukan-masukannya.
9. Kepada saudari Ayu Adriani (Calon S.T) dan Mutia Chaidir Pane (Calon
banyak.
10. Kepada teman-teman angkatan Ilmu Sejarah 2014 Anta, Difa, Muti, Tidar,
Nini, Lisa, Hilda, Cita, Uni, Dian, Lis, Entong, Maman, Udin, Andri,
Dahlan yang selalu membantu dan mendoakan agar penulisan ini ceapat
selesai.
11. Kepada senior-senior (Kak Leni, Kak Dila, Kak Anto, Kak Anna, Kak
Dayat, Kak Teguh, Kak Tayuti, Kak Naca, Kak Riska, Kak Ma’ruf, Kak
Kahfi) yang telah memberikan ilmu, bahan bacaan dan waktunya untuk
Wiwi, Ira, Hikmah, Esse, Nadia, Hamka, Ucu, Sardi, yang ikut mendoakan
14. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu,
penulis.
vii
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat, meskipun
secara keseluruhan penulis menyadari karya tulis ini masih banyak kekurangan.
bantuan dan ketulusan yang telah diberikan, senantiasa bernilai ibadah di sisi
Penulis
Ummu Faradillah
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
ABSTRAK .......................................................................................................xvii
ABSTRACT .......................................................................................................xix
ix
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................................19
Onderwijs) ..................................................................................70
x
4.3.1 Elit Terdidik ................................................................................92
Lampiran .............................................................................................................122
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Nama Tabel Halaman
Juli 1941
School) di Makassar
jurusan
Selatan 1906-1940
xii
DAFTAR ISTILAH
5. Ana’cera putera (i) raja yang lahir dari ibu yang bukan bangsawan (anakarung).
9. Anre guru joa’ makka pemimpin pasukan tertinggi, Panglima pasukan yang dapat
jennangeng menetapkan sendiri sesuatu kebijaksanaan, yang tidak
bertentangan dengan kebijaksanaan umum raja.
13. Arung-mangkau’ raja yang berdaulat, gelar khusus bagi raja Bone.
xiii
( = arummangkau’ )
14. Ata abdi, pengabdi kepada raja, bawahan dalam tugas yang ada
sangkut pautnya dengan soal keturunan, seperti semua
orang merasa abdi pada raja atau negerinya, budak, sahaya.
19. Gaukang Sebagai benda suci, atau titisan yang memiliki kekuatan
gaib.
xiv
28. Pabbicara, Orang yang berbicara, sesuatu jabatan yang mengurus
(Tomabbicara) urusan-urusan kehakiman.
34. To-deceng Orang baik-baik, golongan penduduk yang bukan ata, to-
maradeka, orang-orang terkemuka.
xv
teknokrat.
40. Wari Batas, norma, kaidah, salah satu sendi panngaderreng yang
menyangkut batas-batas hak dan kewajiban kekeluargaan,
pewarisan dan lain-lain, protokol, penempatan sesuatu
menurut mestinya, pengaturan silsilah menurut garis
keturunan.
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kepanjangan
xvii
ABSTRAK
xviii
ABSTRACT
Ummu Faradillah, entitled "The Emergence of Bureaucratic Elites in South
Sulawesi: 1906-1942", supervised by Dr. Amrullah Amir, S.S., M.A and
Margriet M Lappia, S.S., M.S.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Elit merupakan sekumpulan orang yang memiliki kemampuan dan posisi lebih
tinggi dibanding yang lain, baik dari bidang pendidikan, pemerintahan maupun
Setiap elit yang memerintah, hanya dapat bertahan untuk berkuasa apabila secara
tetapi sirkulasi elit akan tetap berjalan karena secara individual baik elit keturunan
maupun elit yang diangkat atau ditunjuk akan mengalami kemunduran sesuai
Secara etimologi, istilah elit bermula dari kata Latin eligere yang
bermakna memilih. Pada abad ke 14, istilah ini berkembang menjadi a choice of
menjelaskan best of the best (yang terbaik dari yang terbaik). Selanjutnya pada
abad ke 18, kata elit yang diambil dari bahasa Perancis, dipakai untuk menandai
sekelompok orang yang memegang posisi penting dan terkemuka dalam suatu
adalah sekelompok kecil individu yang memiliki kualitas terbaik, yang dapat
1
Vilfredo Frederico Damaso Pareto adalah seorang Insinyur Italia, Sosiolog, Ekonom,
ilmuwan politik, Filsuf, dan dikenal berkat Prinsip Pareto yang dikembangkannya. Dia juga
bertanggung jawab untuk mempopulerkan penggunaan istilah Elit dalam analisis sosial. Untuk
lebih jelasnya Lihat pada buku Mujahid Fahmid, Pembentukan Elite Politik Di Dalam Etnis Bugis
dan Makassar menuju Hibriditas Budaya Politik, (Bogor: Disertasi Doktor, Sekolah Pasca Sarjana
Institute Pertanian Bogor, 2011), hlm.17-18.
1
menjangkau pusat kekuasaan sosial politik. Elit merupakan orang-orang yang
berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Pareto
meyakini bahwa elit yang tersebar pada sektor pekerjaan yang berbeda itu
umumnya berasal dari kelas yang sama, yakni orang-orang kaya dan pandai. Ia
menggolongkan masyarakat kedalam dua kelas, lapisan atas (Elit) dan lapisan
bawah (Non-elit). Lapisan atas atau kelas elit terbagi dua; elityang memerintah
(Governing elit) dan elit yang tidak memerintah (Non-governing elit). Governing
apapun senantiasa muncul dua kelas; kelas yang memerintah dan kelas yang
yang didapatnya dari kekuasaan, yang kadang-kadang bersifat legal, arbitrer, dan
kekuatan sosial dalam pembentukan elit. Mosca mengenalkan konsep sub elit
yang dikenal sebagai kelas menengah, yang terdiri dari pegawai negeri sipil,
manajer industri, ilmuwan dan mahasiswa. Kelas ini dianggapnya sebagai elemen
2
T.B. Bottomore, Elit dan Masyarakat, (Jakarta: Akbar Tandjung Institute, 2006), hlm. 86.
3
Gaetano Mosca adalah seorang ilmuwan politik Italia, Jurnalis dan Pegawai Negeri.
Salah satu ilmuwan yang mengembangkan Teori Elitisme dan doktrin kelas politik. Dan
merupakan salah satu dari tiga anggota yang brsekolah di Sekolah Elit Italia bersama dengan
Vilfredo Pareto dan Robert Michels. Untuk lebih jelasnya Lihat pada buku Mujahid Fahmid,
op.cit., hlm.18.
4
T.B. Bottomore, op.cit., hlm. 89.
2
lapisan kelompok menengah ini. Kekuasaan elit bagi Mosca adalah perwujudan
dari sifat-sifat yang tak terbantahkan dari watak sosial manusia. Selanjutnya
dikatakan, bahwa kelas politik yang tidak adaptatif dengan zaman tidak akan bisa
mempertahankan diri. Sementara elit lain akan terbentuk dari kalangan yang
memanipulasi kekuasaannya5.
ditentukan oleh beberapa hal yaitu, regulasi regim yang berkuasa, latar
politik, bukan saja karena setiap etnik mempunyai daerah asal yang jelas batas-
batasnya, dan memiliki ciri dan entitas yang sulit disatukan, tetapi juga karena
setiap kultur dan subkultur tersebut mempunyai kultur politiknya sendiri. Elit
massanya tidak memiliki kultur politik yang sama dan sebangun. Dengan kondisi
5
Mujahid Fahmid, op.cit., hlm.21.
6
Robert Van Niel, Munculnya Elit Modern Indonesia, (Bogor: Pustaka jaya, 2009), hlm.
21.
3
kultur politik yang berbeda antara elit dan massa, seorang elit harus memiliki
tinggi akan mampu memainkan peranannya dengan baik dalam melakukan alokasi
sumber daya dengan dukungan penuh massa. Sebaliknya, jika seorang elit tidak
kerajaan Gowa dan Bone. Di pilihlah Andi Mappanyukki yang dianggap bisa
feodal, penting hukumnya melihat status “darah” dalam pemilihan. Tetapi setelah
Lapisan teratas dalam strata sosial di Sulawesi Selatan dipegang oleh Ana
berarti orang yang merdeka dengan kata lain orang biasa atau kaum menengah,
dan yang terakhir adalah Ata atau budak yang merupakan lapisan terendah dalam
7
Ibid,. hlm.27.
4
setengahmurni (Anak sipue) dan bangsawan darah (Anak cerak) dan bangsawan
lapisan menengah yangmerdeka), terdiri dari orang baik-baik (Tubajik) dan orang
terdiri dari abdi karenaketurunan (Ata sossorang), abdi yang diusir dari
secara langsung maka sistem pemilihan penguasa seperti yang di atas masih tetap
Hindia Belanda juga menambahkan persyaratan lain, yaitu kesediaan agar dapat
memadai.
para kolonial pada masa itu. Untuk membendung tanggapan itu pemerintah
8
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis ,
(Jakarta: Ombak, 2015),hlm. 438.
5
Hindia Belanda memberlakukan lagi sistem pemerintahan militer untuk
Belanda dia akan ditawan bahkan akan diasingkan tidak terkecuali kaum
bangsawan yang ikut menolak. Sementara para kaum bangsawan yang mau
pemerintahan pribumi dipimpin oleh raja dan pemerintahan sipil dipimpin oleh
Sulawesi Selatan.
9
A.A. Gde Putra Agung, Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 3.
10
Korte Verklaring adalah penyataan pendek yang memuat tiga pokok pernyataan dari
penandatanganan, yaitu kesediaan menyerahkan kekuasaannya dan menjadi bawahan dari
pemerintahan Hindia Belanda, patuh dan taat pada peraturan dan pemerintahan dari pemerintah
Hindia Belanda, serta bersedia meniadakan kekuatan militernya. Untuk lebih jelasnya Lihat pada
buku Suriadi Mappangara, Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905, (Makassar:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Cetakan II, 2011), hlm. 273.
6
Sulawesi dan Daerah Bawahannya (Gouvernement Celebest en Ondehoorigheden)
dibuatnya. Keaslian dari Bori/Wanua sepenuhnya sudah tidak dapat terlihat lagi.
maka lahirlah sebuah golongan yang disebut elit, dimana elit ini berasal dari
Belanda.
11
Edward, L. Poelinggomang, Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar
1909-1942, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm.3.
12
Wilayah kesatuan kecil yang merupakan daerah kesatuan dari kelompok kaum yang
berpemerintahan sendiri.
13
Sarkawi Husain, Sejarah Sekolah Makassar 1876-1942, (Makassar: Ininawa, 2015), hlm.
129.
7
menjadikan ToMaradeka tidak lagi memiliki ketergantungan terhadap kaum
sering kali kaum ToMaradeka lebih tinggi derajat sosialnya dibandingkan dengan
kebangsawanan yang selama ini dianut oleh masyarakat Sulawesi Selatan dalam
memilih pemimpin.
Penulis melihat bahwa sangat perlu untuk dikaji lebih dalam mengenai
perkembangan kaum elit dari masa tradisional ke masa modern. Dengan peralihan
sistem pemerintahan ini juga dapat terlihat jelas bahwa status kebangsawanan
masyarakat maka yang terdidiklah yang memegang kendali, terlebih lagi ketika
kaum biasa melebihi standar dari kaum bangsawan, maka tidak dapat dipungkiri
mengenai faktor pendukung yang lain, seperti faktor jaringan, organisasi, dan
kekayaan. Oleh sebab itulah penulis merasa sangat penting untuk melihat
Sulawesi Selatan.
8
1.2 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
peneliti agar tidak meneliti terlalu luas baik waktu maupun wilayah. Pada
penelitian ini yang akan menjadi fokus utama dari penulis adalah
1906-1942.
untuk menjadi batasan waktu penelitian ini karena pada awal abad ke 20
modern yang bercorak barat serta munculnya elit baru terutama elit
9
pemerintahan baru di berlakukan oleh Kolonial Belanda yang kemudian
Jepang dan menandai pula bahwa semua kebijakan birokrasi dan kebijakan
apapun sudah berganti fungsi menjadi kebijakan yang dianut oleh penjajah
Jepang.
10
1.3 Rumusan Masalah
relevan dan sesuai dengan topik dan periode yang ditentukan. Permasalah yang
akan penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah mengenai proses masuk dan
1942. Berkaitan dengan hal ini maka penulis telah merumuskan masalah-masalah
mobilitas sosial?
11
2. Untuk mengetahui proses berkembangnya pendidikan di Sulawesi
Selatan.
kolonial serta peranan apa saja yang diemban para elit birokrasi
tersebut.
Selatan.
12
menggunakan metode penelitian yang sama. Dalam bukunya yang berjudul
(Kritik sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir adalah
penulisan14.
kesimpulan atas kejadian masa lalu, maka penulis mencari sumber dan
data melalui arsip dan dokumen sejarah yang berkaitan dengan topik
penelitian di Arsip Daerah selama kurang lebih tiga minggu yang dimulai
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013, hlm. 67.
13
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya. Penulis juga menelusuri buku-buku
penelitian ini.
Disini penulis melihat apakah data dan dokumen yang di dapatkan benar
di keluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Pada tahap
sejarah. Pada tahap ini sumber-sumber yang telah dikumpulkan diolah dan
dianalisis yang mana yang perlu digunakan dan yang mana yang tidak
perlu di masukkan karena data pada masa Hindia Belanda sudah banyak
yang hilang ataupun kalau ada banyak data yang di kumpulkan seringkali
15
Ibid., hlm. 99.
14
tidak sesuai dengan judul laporan yang ada. Dari proses analisis tersebut
sejarah. Dimana tahap ini adalah tahap peneliti menarasikan hasil analisis
1942adalah buku yang sangat penting dan paling utama dalam penulisan
Dalam buku ini menjelaskan pula tentang sistem pemerintahan apa yang
16
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 100.
15
diberlakukan pemerintah pada masa itu dan bagaimana peran kaum bangsawan
Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa pada pertengahan abad ke-20
kerajaan yang berada di wilayah ini yang dulunya adalah kerajaan sekutu kini
para bangsawan yang tidak mau bekerja sama sehingga muncul berbagai
pemerintah kolonial bahkan para bangsawan yang memiliki derajat tinggi, mereka
tidak merugikan secara material tetapi mereka membunuh orang yang bekerja
sama dengan pemerintah baik sebagai pejabat maupun sebagai mata-mata, tidak
Dengan buku ini juga penulis dapat melihat bahwa setelah pemerintahan
kolonial datang di Makassar maka mereka membatasi tingkah laku suatu lapiasan,
dan memberi kebebasan serta menjamin ruang gerak bagi lapisan yang lain,
16
Penulis mengambil juga dari buku Sarkawi Husain yang berjudul Sejarah
tradisional yang ditandai dengan adanya aksara tradisional Lontara dan Aksara
Serang yang kemudian berkembang lagi setelah Islam dianut oleh masyarakat
kebaratan. Serta dengan masuknya pendidikan kolonial ini juga menjadi tolak
ukur bagi masyarakat untuk menduduki jabatan yang di tetapkan oleh pemerintah,
tetapi hal ini tidak lain dan tidak bukan hanya untuk kepentingan pemerintah
kolonial saja, karena dalam setiap sistem yang di terapkannya tidak dapat di
kekuasaannya. Hal ini tampak jelas dengan penerapan sistem pendidikan yang
berporos pada prisip diskriminasi, segresi dan non akulturatif, yang kemudian
dan tingkatan.
Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai munculnya elit-elit baru yang
masyarakat Makassar, yang pada umumnya orang yang dapat bersekolah adalah
orang yang memiliki derajat tinggi dimasyarakat. Seperti para bangsawan, mereka
17
akan ditempatkan di sekolah-sekolah yang disediakan oleh pemerintah guna
Tradisi DI/TII nya Barbara Sillars Harvey untuk melihat bagaimana keadaan dan
jumlah murid dan sekolah yang ada di Sulawesi Selatan abad-20an. Selain
mendapatkan beberapa catatan mengenai jumlah sekolah dan murid, penulis juga
Penulis juga menggunakan buku dari Prof. DR.A.A. Gde Putra Agung
Bali, tetapi penulis melihat tidak jauh berbeda dengan sistem yang di terapkan
pucuk pimpinan dipegang oleh para elit baru yang berpendidikan tinggi, hingga
Munculnya Elit Modern Indonesia karya Robert Van Niel adalah salah
satu kajian yang sangat penting dalam perjalanan penulisan ini. Dimana dalam
buku ini telah menjelaskan secara pasti mengenai perkembangan elit Indonesia
berdasarkan perkembangan pendidikan. Dalam bukunya ini Van Niel secara jelas
18
Belanda tahun 1900, hingga perkembangan Politik Etis yang menjadi cikal bakal
kehidupan kaum elit kerajaan yang ada di Jawa, mulai dari gaya hidup dan
mengambil peristiwa dan situasi dari sudut pandang pribumi. Heather juga
dan mereka juga selalu berpatokan pada kekuatan besar yang ada di Batavia yang
saat itu menjadi pusat kebijakan seluruh Hindia Belanda. Walaupun lokasi dan
situasi yang digunakan dalam penulisan Heather adalah di pulau Jawa, tapi
penulis jadi memiliki gambaran mengenai sistem birokrasi yang ditetapkan oleh
pada Tahun 1906-1942, penulis akan membaginya dalam lima bab yang dibuat
19
secara sistematis. Pada bab I akan berisi alasan penulis mengambil tema dan judul
tujuan dan manfaat dari penelitian ini kepada pihak lain, serta metode penelitian
yang akan digunakan beserta tinjauan pustaka yang sangat membantu memberi
mengenai pola pemerintahan kerajaan Gowa dan Bone yang berhubungan erat
dimana sub bab pertama akan membahas mengenai munculnya Politik Etis dan
Sub bab ketiga akan membahas mengenai pendidiakn kolonial atau modern
20
setelah pemerintahan Belanda memerintah secara langsung dan penulis akan
penulis juga akan memaparkan beberapa informasi mengenai jumlah siswa dan
guru yang ada di sekolah-sekolah Sulawesi Selatan. Dan sub bab keempat akan
Selatan yang tiidak dapat dipungkiri jika orang-orang yang memiliki jabatan
mengenai syarat penetuan elit dalam sistem kolonial. Dalam bab ini penulis sudah
memfokuskan kepada orang-orang yang memiliki derajat yang lebih tinggi karena
beberapa gubernur dan walikota yang telah menjabat di Sulawesi Selatan dan
Makassar. Penulis juga akan memaparkan beberapa tokohelit bangsawan dan elit
terdidik. Dalam bab ini juga akan dijelaskan mengenai proses masuknya
Dalam bab V adalah hasil dari penjabaran dari ke empat bab yang
sebelumnya sehingga dapat ditarik satu kesimpulan dalam tulisan tersebut oleh
21
masalah yang sebelumnya telah penulis ajukan, sekaligus merupakan penutup dari
22
BAB II
Sulawesi Selatan. Sekitar abad ke-14, dalam cerita To Manurung sangat jelas
ditampakkan adanya peranan manusia, atau telah ikut sertanya manusia (biasa)
kaum-kaum yang dipimpin oleh ketua kaum dari keluarga paling tua. Masalah
bahkan dianggap wajar3. Hal ini membuktikan, bahwa latar belakang pelapisan
1
To Manurung adalah orang yang turun dari langit yang diberikan kepercayaan untuk
melakukan pimpinan terhadap orang banyak yang menghedakinya. Dia adalah seorang pemimpin
yang kuat dan mampu mendatangkan perdamaian serta kemakmuran dalam suatu wilayah.
2
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis ,
(Jakarta: Ombak, 2015),hlm. 504.
3
Ibid,hlm. 505.
4
Pragmatisme adalah kepercayaan bahwa kebenaraan atau nilai suatu ajaran
bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia. Sedangkan pragmatis berarti bersifat
praktis dan berguna bagi umum, bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan.
(kemanfaatan) mengenai dengan nilai-nilai praktis.
23
Sebelum kedatangan To Manurung di Sulawesi Selatan sudah ada bentuk
(Penasehat)176.
merupakan suatu lembaga tetap. Pertemuan anggota dewan baru terselenggara bila
5
Wilayah kesatuan kecil yang merupakan daerah kesatuan dari kelompok kaum yang
berpemerintahan sendiri.
6
Suriadi Mappangara, Ensiklopedia Sejarah Tokoh dan Peristiwa Sulawesi Selatan dan
Barat sampai tahun 1905, jilid II, (Makassar: Laboratorium Sejarah dan Budaya Universitas
Hasanuddin, 2017), hlm. 558-559.
24
Kedudukan ketua lembaga persekutuan sebagai figur utama dalam
hal ini sering wilayah persekutuan itu dipandang sebagai bentuk pemerintahan
Kerajaan Gowa, setelah ditemukannya seorang putri yang tidak diketahui nama
dan dari mana asalnya yang kemudian dinobatkan sebagai ratu atau pememimpin
pertama untuk memerintah kerajaan Gowa. Sembilan karaeng yang pada awalnya
merupakan anggota dari lembaga persekutuan itu kemudian menjadi satu dewan
kerajaan yang dikenal dengan nama Kasuwiyang Salapang, yang berubah lagi
menjadi Bate Salapang. Hal yang sama terjadi juga pada pembentukan kerajaan
persekutuan itu berubah menjadi dewan adat yang dikenal dengan Matoa Pitue
25
untuk mengakhiri keadaan yang kacau balau. Keadaan masyarakat di Bone
khususnya dilukiskan berada dalam keadaan hukum rimba dimana yang kuat
manusia dalam kekuasaan politik. Perjanjian itu ialah prinsip-prinsip umum yang
baginya untuk memiliki kekuasaan mutlak atau kekuasaan tanpa batas. Raja
Kewajiban raja untuk menghormati hak-hak asasi rakyatnya dan hak-hak pribadi
penduduk negerinya.9
9
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis,
op.cit., hlm. 508-509.
10
Gaukang secarah harfiah adalah perbuatan. Gaukang yang dimaksudkan disini adalah
benda yang oleh masyarakat Makassar dipandang berbentuk aneh sehingga dianggap sebagai
benda titisan, suci, dan memiliki kekuatan gaib. Oleh karena itu dipuja sebagai penjaga jiwa
masyarakat khusus. Lebih jelasnya lihat di Edward L. Poelinggomang, Perubahan Politik dan
Hubungan Kekuasaan Makassar 1909-1942, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm. 53.
26
pekerjaan dan panen, serta memutuskan permasalahan dan perkara-perkara
Sero, dan Kalli. Demikian pula halnya dengan daerah-daerah lain dibagian selatan
pula halnya dengan daerah-daerah yang berada dibagian utara Gowa seperti
dan Bone dalam pertumbuhannya berubah menjadi kerajaan Gowa dan kerajaan
Bone. Konfederasi lainnya juga ada yang berusaha mencapai satu kesatuan yang
federasi13.
11
Leonard Y. Andaya, Warisan Arung Palakka, (Makassar: Ininnawa, 2004), hlm. 11.
12
Edward L. Poelinggomang, Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar
1909-1942, op.cit., hlm.25.
13
Ibid., hlm.27.
27
Pada zaman kepemimpinan To Manurung inilah Sulawesi Selatan
sosial Sulawesi Selatan, pelapisan masyarakat itu menunjukkan status yang erat
mulia, dihormati dan ditaati dalam batas-batas tertentu. Tetapi status mulia tidak
memberikan mereka hak untuk memiliki tanah. Status mereka tetap sebagai
pendatang (To Manurung) orang dari luar persekutuan Kaum (Anang). Orang
persekutuan kaum Ananglah yang menjadi pemilik asli tanah. Dari kalangan
secara umum dapat dikatakan bahwa pelapisan masyarakat itu pada hakikatnya
ada dua saja yaitu lapisan penguasa dan lapisan rakyat kebanyakan yang dikuasai.
Karena sistem mobilitas sosial orang-orang Sulawesi Selatan memiliki sifat yang
cukup luwes, maka dalam lapisan yang disebut lapisan penguasa, tidak hanya
14
Mattulada,Sejarah, Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan,(Ujung Pandang:
Lephas. Cetakan I. 1998), hlm.27-28.
15
Ibid, hlm. 29.
28
terdiri dari golongan yang berasal dari lapisan anakarung16saja. Dalam lapisan
penguasa yang dapat disebut juga elit dari masyarakat, dapat juga terdiri dari
orang-orang yang berasal dari lapisan rakyat kebanyakan (To Maradeka) yang
yang karena keuletan dalam usahanya dapat menjadi usahawan yang kaya
Keempat jenis orang tersebut ditempatkan dalam elit sosial baik ia berasal
dari lapisan anakarung maupun maradeka. Maka terjadilah mobilitas sosial yang
vertikal sifatnya dari kalangan maradeka, dan mobilitas sosial yang horizontal
sifatnya dikalangan anakarung. Oleh karena itu, maka sejak tahun 1906, setelah
16
Anakarung atau anakaraeng adalah istilah untuk anak bangsawan asli yang berdarah
murni raja. Anakarung merupakan lapisan teratas dalam pelapisan sosial di Sulawesi Selatan.
17
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis,
op.cit., hlm. 509.
29
apa yang disebut ata(budak) dengan resmi dihapuskan dan peranan anakarung
semakin menjadi kurang penting, maka perbedaan antara lapisan anakarung dan
Mahkota.
- Anak Rajeng adalah anak yang lahir dari Bapak sederajat dengan
merdeka/biasa.
30
- Anakarung Cerak Tellu adalah anak yang lahir dari Bapak sederajat
merdeka/biasa.
- Anakarung Cerak Tellu adalah anak yang lahir dari Bapak sederajat
- Anakarung Cerak Eppa adalah anak yang lahir dari Bapak sederajat
- Anakarung Cerak Lima adalah anak yang lahir dari Bapak sederajat
seorang Bapak dan Ibu yang sederajat atau sama tingkatannya dari masing-
masing tingkatan, maka anak Putra/Putrinya tetap sama dengan derajat Ibu
31
hukuman adat ataupun hukuman melalui pengadilan atas kesalahannya
lembaga legislatif atau lembaga penasehat raja dalam berbagai hal yang berkaitan
dengan kenegaraan, baik politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya. Namun
Pada tingkat daerah (persekutuan kaum dari Kerajaan bawahan yang kecil)
terdapat jabatan kepala kaum, masing-masing dengan sebutan yang berbeda. Ada
yang dipandang sebagai ketua kerabat yang menempati wilayah yang terkecil
yang disebut Kampong, Wanua atau Banua. Mereka ini yang berhubungan
18
Andi Palloge, Sejarah Kerajaan Tana Bone “Masa Raja Pertama dan Raja-Raja
Kemudiannya Sebelum Masuknya Islam Sampai Terakhir”, (Sungguminasa Kabupaten Gowa:
Yayasan Al Muallim, 2006), hlm. 159-160.
19
Mukhlis Paeni, Sejarah Kebudayaan Sulawesi, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1995), hlm. 53.
32
Disamping usaha perluasan wilayah dan pengaruh kekuasaan untuk
bandar niaga dari lalu lintas perdagangan rempah-rempah antara Maluku dan
Malaka pada awal abad ke-1720. Pada masa ini sering juga terjadi kegiatan
persaingan antara armada dagang Belanda dan armada dagang kerajaan Makassar,
mereka. Penyebab utama dalam perselisihan antara lain adalah karena pelaut dan
Pertikaian dan perselisihan yang sering terjadi diantara kedua belah pihak ini pada
akhirnya menjerumuskan mereka pada perang besar yang dikenal dengan Perang
Makassar21.
Speelman menyetujui perang kepada Kerajaan Makassar dan baru berakhir pada
Perjanjian Bongaya. Dalam perjanjian ini pada dasarnya tidak dapat diterima
beberapa bangsawan tetap tidak bersedia menerima perjanjian itu dan berusaha
ditandai dengan kekalahan kerajaan Makassar dalam Perang Makassar, tetapi juga
20
Edward L. Poelinggomang, Makassar Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan
Maritim, (Jakarta: KPG, 2016),hlm. 48.
21
Mattulada, Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, op.cit., hlm. 179.
33
pemerintahan kerajaan Makassar dan cikal bakal memudarnya keunggulan
konfederasi Bangkala, Binamu dan Laikang. Selain itu, kerajaan Gowa juga
kehilangan sebagian kecil wilayah intinya, yaitu daerah sekitar Makassar yang
dan memiliki birokrasi pemerintahan yang kompleks dan cukup memadai pada
kesamaan dengan birokrasi kerajaan Bone, hanya saja bentuk penataannya yang
berbeda. Kerajaan Makassar adalah kembaran dari Kerajaan Tallo, meskipun dari
segi asal usul kehadiran Kerajaan Tallo merupakan perpecahan dari Kerajaan
22
Mattulada, Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Ibid., hlm. 181-185.
23
Kerajaan Bone pada masa sebelum perang berada dibawah kekuasaan Kerajaan
Makassar. Setelah perang Kerajaan Bone dimerdekakan dan dinobatkan Arung Palakka, seorang
bangsawan Kerajaan Bone yang bersekutu dengan VOC dalam perang, sebagai Raja Bone. Ia
selanjutnya digelari Konink der Boegis (raja orang Bugis).
24
Edward L. Poelinggomang,Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar
1909-1942,op.cit., hlm.37.
34
Gowa. Oleh karena itu cikal bakal birokrasi awal selalu merujuk pada Kerajaan
Gowa.
Gowalah yang kemudian berkembang menjadi satu kerajaan yang besar dan kuat.
itu.
daerah yang berada di bagian selatan Sulawesi Selatan dikatakan telah tunduk
yang kedudukannya sebagai mahapati. Jabatan ini selalu dijabat oleh raja Tallo,
sama seperti kedudukan raja Gowa sebagai raja Makassar. Pejabat Tu’Mabicara
Butta ini selalu mendampingi raja dan sewaktu-waktu berhak sebagai pengganti
raja. Pejabat ini juga berkewajiban mendidik putra-putri raja agar mengerti dan
menghayati adat istiadat dan tata cara kerajaan. Pejabat tinggi kerajaan lainnya
dan pertahanan, tetapi juga urusan-urusan sipil, sebagai pati yang menangani
35
urusan perlengkapan. Dalam kedudukannya ia membawahi sejumlah pejabat
guru suro), hingga kepala perlengkapan istana (janang pakes). Dalam urusan
menangani urusan perang dan ekspansif, panglima perang daerah (anrong guru
penasehat kerajaan dan dewan pemilih calon raja dari keturunan raja-raja. Dalam
kenegaraan diemban oleh sanak saudara keluarga raja. Urusan keagamaan dan
upacara keagamaan diemban oleh seorang pejabat yang disebut Alakaya, pejabat
agama Islam pada tahun 1605 sebagai agama resmi kerajaan, kegiatan kerohanian
dan upacara yang disesuaikan dengan ajaran keagamaan itu diembankan kepada
pejabat baru yang disebut Daengta Kaliya (Kadhi). Pejabat ini tidak melakukan
karena urusan ini diembankan kepada seorang pejabat yang disebut Syahbandar.26
25
Ibid., hlm.57.
26
Ibid., hlm.56.
36
2.2.2 Sistem Pemerintahan Kerajaan Bone
a) Arung (Raja) yang bergelar Arumpone, dapat juga disebut dengan Petta
27
Raja yang berkuasa dan duduk di atas tahta kerajaan.
37
c) Jemma Tongeng adalah kepala kurir Bone. Jemma Tongeng terdiri dari 40
perintah dan surat-surat dari Raja maupun Hadatke berbagai kerajaan yang
berdiri saat itu, mereka bertanggung jawab atas rapat-rapat yang telah
dibuat dan wajib hadir di rapat tersebut guna mengurus para peserta rapat
yang hadir. Seseorang yang dijadikan sebagai kepala kurir dianggap telah
d) Anrong Guru Anak Karaeng adalah guru yang selalu membimbing anak-
anak para Raja. Anrong Guru Anak Karaeng bertugas untuk mendidik
Empat Anrong Guru Pukalawing Epu bertugas untuk melayani Raja, baik
yang tidak terjangkau atau dengan kata lain dari perkampungan yang
28
Pasukan pengawal istana yang dianggap sangat setia.
38
g) Suro Seppulo Eduaadalah utusan dari Jemma Tongeng (kepala kurir
lisan pesan-pesan yang dibuat oleh Raja kepada para pangeran, dapat
pemerintahan.
j) Juru Tulis Utama ialah seseorang yang dipercaya untuk mengurus surat-
k) Jurus Tulis Kedua ialah seseorang yang dipercaya untuk mengurus surat-
surat pribadi Raja yang akan dikirimkan kepada anggota keluarga ataupun
sahabatnya29
29
M.T.H. Perelaer, De Bonische Expeditien Krijgsgebeurtenissen op Celebes in 1859 en
1860, Jilid I (Leiden: Gualth Kolff, 1872), hlm. 8-14.
39
STRUKTUR PEMERINTAHAN KERAJAAN BONE30
Arumpone
(Raja)
Tomarilalang
(Ketua dari Ade’Pitue)
Anrong Guru Pakalawing Epu Anrong Guru Anak Karaeng Tomalompona Towangke Jemma Tongeng
(Kepala dayang-dayang (Guru yang mendidik putra/i raja) (Kepala pasukan pegawai (Kepala kurir Bone)
Kerajaan Bone) Kerajaan Bone)
30
SuriadiMappangara (Ed), Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan sampai tahun 1905, op.cit., hlm. 486-488.
40
0
2.3 Pemerintahan Hindia Belanda di Sulawesi Selatan
alih itu, daerah-daerah itu direbut langsung oleh Inggris pada tahun 1811. Di
bawah residen Inggris bernama Philips yang dikuasai hingga tahun 1816 tetapi
sikap dari beberapa daerah bekas kekuasaannya yang menolak kehadiran kembali
kekuasaanya dari daerah pinjaman menjadi daerah yang berdiri sendiri dan
31
Edward L. Poelinggomang,Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar
1909-1942,op.cit.,hlm. 39.
32
Ibid., hlm. 40.
41
Pada tahun 1824 Pemerintah Hindia Belanda menata daerah-daerah yang
33
Ibid.
42
residen yang masing-masing ditempatkan pada setiap wilayah administrasi
distrik-distrik bagian utara pada tahun 1872. Menjelang akhir abad ke-19,
pemerintah Hindia Belanda mulai mendesak kerajaan Gowa agar mengakui dan
oleh raja Gowa Sultan Muhammad Idris, I Malingkang Daeng Nyonri Karaeng
undang Desentralisasi ini didorong oleh gerakan Politik Etis untuk meningkatkan
tingkat kecerdasan dan memberikan hak-hak politik kepada pribumi dan juga
34
Ibid,. hlm. 46.
43
Gewesten,Afdelingen, Onderafdelingen, Regentscheappen, Districten,
wewenang dewan dalam mengelola keuangan yang terpisah dari pusat. Kota
Makassar yang sebelumnya adalah sebuah distrik dalam wilayah Sulawesi, maka
mulai dari tanggal 1 April 1906 Kota Makassar secara resmi telah menjadi
1918 yaitu, seorang seniman theater dan musik yang bernama Dambrink. Pada
awal masa jabatan Dambrink, kota Makassar mulai dibangun sesuai dengan
perencanaan Kota. Salah satunya adalah perencanaan tata kota dan meningkatkan
35
Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, (Yogyakarta:Ombak, 2012), hlm. 100.
36
Ibid., hlm. 101.
37
Nur Kasim, Sejarah Kota Makassar https://nurkasim49.blogspot.co.id/2011/12/iii.html,
diakses pada pukul 01:33 tanggal 11 Januari 2018.
44
Belanda. Dengan itu segala peraturan, mulai dari penataan, penyediaan serta
Hindia Belanda. Wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara dijadikan satu wilayah
Wilayah itu dibagi dalam tujuh bagian pemerintahan (Afdeeling) yaitu: Makassar,
Bonthain, Bone, Pare-Pare, Luwu, Mandar, dan Buton secara resmi pada tahun
peraturan penataan pemerintahan dalam lembaran Staatblad 1910, No. 573, setiap
pejabat pribumi38.
Makassar terlampau luas bagi seorang asisten residen yang juga menjabat sebagai
38
Edward L. Poelinggomang,Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar
1909-1942,op.cit.,hlm. 83-84.
39
Memory van overgave, Agustus 1913-1916.
45
pemerintah Belanda mulai merubah perhatiannya dan berusaha menggunakan
satu kesatuan Gaukang yang disebut Bori. Dengan menempatkan wilayah Bori
40
Edward L.Poelinggoman, Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar 1909-
1942,op.cit.,hlm. 93.
41
Ibid.,hlm.90.
46
pemerintahan tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jenjang kepemimpinan
42
Ibid., hlm. 95.
47
Struktur Pemerintahan Hindia Belanda dan Swapraja Setelah 190643
Gubernur Jendral
Hindia Belanda
Gewest
Gubernur
(Provinsi)
Resdensi Residen
Pemerintah
Hindia
Belanda Asisten
Afdeling
Residen
Onder
Kontroleur
Afdeling
Regent
Distrik
(Pribumi)
Rakyat
43
Edward L. Poelinggomang,Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar
1909-1942,op.cit., hlm. 84-86. Lihat juga pada buku Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis
Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, op.cit., hlm.569-576.
48
BAB III
Pada tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh Van Deventer berjudul Hutang
yang diperoleh dari Indonesia selama ini hendaknya dibayar kembali dari
perbendaharaan negara Belanda. Pada tahun 1901 buah pemkiran itu bergema
yang menjadi inti dari Politik Etis442. Tujuan Politik Etis dapat disimpulkan
bagi bangsa Indonesia, tetapi ada dua aliran pemikiran yang berbeda mengenai
jenis pendidikan yang bagaimana dan untuk siapa. Snouck Hurgronje dan direktur
yang bersifat elit. Mereka menginginkan pendidikan yang lebih bergaya Eropa
1
S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 15.
2
Ibid., hlm. 16.
49
dan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya bagi kaum elit Indonesia yang
dipengaruhi Barat, yang dapat mengambil alih banyak dari pekerjaan yang
demikian, ini akan menciptakan suatu Elit yang tahu berterima kasih dan bersedia
Jendral Van Heutsz (1904-9) mendukung pendidikan yang lebih mendasar dan
praktis dengan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya bagi golongan bawah.
kebijakanpun dijalankan dengan dana yang cukup memadai, dan tidak satupun
3
Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta:Serambi,2005), hlm. 329.
50
Table 3.1
Distribusi Guru di Sekolah Negeri Berdasarkan Ijzahnya di Hindia Belanda, 1930-19404
Guru
Jenis Sekolah Negeri
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
B 7 63 16 9 9 88 22 13
F 27 79 51 327 1 48 368 62
K 8574 7 15 1 1 2
4
Agus Suwignyo, The Great Depression and the changing trajectory of public education policy in Indonesia 1930-1942, (Singapore: Journal of
Southeast Asian Studies, The National University of Singapore, 2013), hlm. 477.
51
Notes :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah guru dan kompetensinya
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dimana, dari tahun 1930 guru
yang memiliki ijazah terus meningkat hingga tahun 1940 dan guru yang tidak
memiliki ijazah nyaris tidak ada, karena dari tabel diatas menunjukkan bahwa
tahun 1940 hanya tercatat 1 orang guru di sekolah HIS dan 2 orang guru di
Tabel 3.2:
Sistem dan Jumlah Pendidikan Hindia Belanda : Sekolah, Murid, dan Guru
1900-19405
Tahun Sekolah Dasar Pribumi (Bahasa Daerah Sekolah Dasar Belanda Sekolah
dan Melayu) Menengah Umum
Belanda
Volks Sekolah Vervolg Shakel HIS HCS ELS MULO AMS
School Kelas School School
(1914) (1908) (1916) (1918)
Satu (1915)
(1907) (1921)
dan
5
Agus Suwignyo, op.cit., hlm. 470.
52
Dua
(1893-
1930)
1900 Sekolah 533 169
Murid 61.742 15.462
Guru 470 597
1905 Sekolah 674 184
Murid 95.075 19.382
Guru 572 656
1910 Sekolah 1.161 1.021 17 191
Murid 71.239 151.46 2.740 21.774
6
Guru E= 116 823
I= 820
1915 Sekolah 4.448 1.202 102 27 195 13
Murid 310.86 186.33 19.719 5.414 25.002 1.043
7 0
Guru 6.327 4.921 741 165 895 69
1920 Sekolah 7.771 1.845 132 34 196 18 2
Murid 423.31 241.41 26.659 7.975 27.160 2.634 82
4 4
Guru 9.407 7.044 938 191 839 E= 134 20
I= 22
1925 Sekolah 10.769 2.176 734 13 156 41 182 24 2
Murid 734.49 271.11 59.190 706 36.196 10.142 26.173 67.421 255
5 5
Guru 14.641 8.012 1.930 E= 259 256 836 E= 262 27
I= 865 I= 18
1930 Sekolah 13.716 1.732 1.047 43 192 65 196 35 7
53
Murid 1.074.7 308.31 91.308 3.658 38.708 12.998 24.409 7.845 872
77 6
Guru 23.506 7.310 2.928 E= 44 E= 520 E= 310 914 E= 386 84
I= 131 I= 879 I= 19 I= 27
C= -28 C= 7 C= 102
1935 Sekolah 14.482 51 2.338 190 62 170 32 5
Murid 1.404.6 9.809 194.542 3.057 40.926 12.806 22.828 5.584 1.005
08
Guru 28.076 208 5,812 E= 21 E=163 E= 236 E= 734 E= 206 E= 36
I= 88 I=1.034 I= 21 I= 5 I= 42 I= 2
C= 102 C= 1
1940 Sekolah 15.131 30 2.452 35 186 62 174 37 6
Murid 1.662.4 8.715 258.747 3.901 47.355 13.620 22.719 8.561 1.065
84
Guru 30.404 159 7.264 E= 24 E= 166 E=247 E=801 E=340 E= 51
I= 112 I=1.119 I=25 C=10 I= 41 I= 1
C= 1 C=113 C= 2
Note : E = Eropa
I = Indonesia
C = China
Data diatas menjelaskan dengan jelas mengenai perubahan jumlah
Sekolah, Siswa, dan Guru dari jenjang tahun 1900-1940. Dimana dari tahun 1900-
1930 terlihat pertumbuhan yang sangat pesat dari Sekolah Dasar Negeri (Baik
pendidikan (1932), dan juga penutupan beberapa sekolah sejak tahun 1930.
54
pribumi dengan gaji yang lebih rendah di sekolah-sekolah (HCS, ELS, MULO,
terlalu kecil untuk dapat beroperasi secara independen. Hal ini merupakan dampak
dari depresi ekonomi pada pendidikan dan pelatihan guru di Indonesia. Dari tahun
dengan rekan-rekan pribumi dan Cina. Guru-guru HIS yang memegang sertifikasi
biasa dan dapat dibayar dengan gaji yang lebih rendah, lebih diutamakan dari pada
membentuk badan pengajaran mereka sendiri dan membuat peraturan daerah yang
6
Ibid, hlm. 472.
7
Ibid, hlm. 473.
8
Ibid, hlm. 476.
9
Ibid, hlm. 487.
55
3.2 Pendidikan Tradisional
Sebelum pendidikan Modern masuk di Sulawesi Selatan, masyarakat
nelayan dan perdukunan. Orang tua pada saat itu mendidik anaknya berdasarkan
pengalaman yang diperoleh secara turun temurun. Setelah agama Islam masuk
seperti halnya di daerah Bantaeng pada abad ke-17, tentunya ada perkembangan
dalam hal tujuan dan tempat pelaksanaan pendidikan yang beradaptasi dengan
filsafat dan ajaran agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama Islam dilaksanakan
pendidikan mengaji10.
10
Nurlinda, Sejarah Pendidikan di Bonthain pada Zaman Hindia Belanda 1907-1942,
(Makassar: Skripsi di Universitas Hasanuddin, 2014), hlm.33.
11
To Panrita adalah orang pintar, pemuka agama, ulama, atau orang yang alim, orang
yang menangani urusan keagamaan rakyat yang berhubungan dengan masalah-masalah
kerohanian. Sumber: Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik
Orang Bugis , (Jakarta: Ombak, 2015),hlm. 425.
56
ToSulessana12 yang memiliki gelar untuk orang-orang pandai dan terpelajar yang
Sulawesi Selatan dapat dibuktikan dengan dua hal, yaitu dengan Aksara Lontara
yang telah ada sejak abad ke 15 yaitu pada zaman La Galigo, dan adanya
pengajaran cara membaca huruf Al-Qur’an dalam Bahasa Bugis yang biasa
disebut mengaji.
mengatur tingkah laku manusia sebagai individu dan selaku warga bermasyarakat.
dibangun oleh beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain dan saling
12
To Sulessana adalah manusia yang memiliki tiga sifat yang mencerminkan kecerdasan
dan kearifan untuk melihat latar belakang yang memiliki kemampuan untuk berfikir terhadap
segala sesuatu yang akan dikerjakan.
57
Wari, adalah perbuatan Mappalaiseng(membedakan), Wari merupakan
Bicara, adalah aturan yang menyangkut peradilan dalam arti luas. Bicara
empat, tetapi setelah islam masuk unsur Sara dimasukkan menjadi bagian
dari Pangadereng13.
pengertian sistem norma dan aturan-aturan adat serta tata tertib, selain itu
pendidikan sebelum islam masuk, bahkan setelah islam masuk dalam kehidupan
13
Nurlinda, op.cit., hlm. 51.
58
masyarakat Bugis-Makassar unsur Pangadereng diintegrasi oleh nilai-nilai islam
pendidikan yang berkaitan dengan tata cara pergaulan dan adab dalam kehidupan
istana, tata laksana dan tata kelola kenegaraan hingga unit pemerintahan terkecil
seorang ahli tata cara istana yang disebut Gurunandi (Gurunya Andi/ anak
seorang raja atau bangsawan juga dilatih agar mereka memiliki kemampuan dan
memanah. Hal ini dimaksudkan agar kelak jika mereka mewarisi tahta kerajaan,
ancaman dari luar, sehingga pemilihan calon raja ketangkasan dan kemampuan
juga ikut menentukan. Jika terdapat dua orang yang memiliki darah
kebangsawanan yang sama, maka yang akan dipilih adalah dia yang memiliki
14
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis ,
(Jakarta: Ombak, 2015), hlm. 339.
59
seperti ini tidak lagi dominan dan digantikan dengan pendidikan modern yang
berbasis sekolah15.
Belanda terjadi pergeseran dari Politik Liberal ke Politik Etis. Oleh karena itu,
pendidikan menjadi salah satu alat yang sangat penting untuk keberlangsungan
kekuasaan kolonial di Indonesia. Dalam hal ini yang sangat penting adalah
kaum elit bangsawan dalam hal penggunaan bahasa pengantar dalam hal
diberikan bahasa pengantar daerah dan melayu. Sistem dualistik seperti inilah
15
Nurlinda, op.cit,. hlm 54.
60
Tabel 3.316
Sekolah Murid Sekolah Murid Sekolah Murid Sekolah Murid Sekolah Murid
Sekolah Kelas 1-3 Negeri 161 14,519 84 8,737 140 15,735 76 7,905 46 4,497
Berbahasa
Daerah Swasta 1 56 - - - - 3 300 82 7,174
Swasta - - - - - - - - 1 209
Swasta - - - - - - - - 1 65
16
Barbara Harvey, Pemberontakan Kahar Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII, (Jakarta: Grafitipers, 1989), hlm. 81.
61
Di Sulawesi Selatan arus balik politik Belanda terjadi tahun 1903 ketika
Kweekschool=Sekolah Guru
Pamong Praja
62
H.B.S (Holland Burgerlijk School) = Sekolah menengah untuk rakyat
menengah, seperti H.B.S, A.M.S, dan OSVIA. Disamping sekolah dasar yang
Schakel School. Adapula sekolah khusus untuk murid-murid suku Ambon yang
disediakan sekolah yaitu Ambonsche School dan untuk orang Cina adapula
sekolah dasar (Vervolg School dan Volks-School) dengan catatan bahwa di Maros
dan Bonthain pernah ada HIS tetapi pada tahun 1933 dibubarkan. Yang bertahan
(ELS) yang pertama di Batavia tahun 181718. Di Makassar ELS berdiri di Krida
(eks Hotel Marannu, Jalan Sultan Hasanuddin) yang juga biasa dipergunakan
sebagai tempat pertemuan pejabat pemerintah. Sejak tahun 1928 sampai 1942
sekolah ini bertambah menjadi empat buah. Sekolah terakhir merupakan sekolah
17
Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departemen dalam Negeri di Provinsi Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan (Sul-Sel: Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan,
1991), hlm. 45.
18
S. Nasution, op.cit, hlm. 90.
63
kenyataannya, sekolah yang didirikan pertama untuk mendidik anak-anak Eropa
dan Mestiso ini tidak dapat menutup diri dari masuknya anak-anak pribumi dan
timur asing lain. Hanya saja, ELS yang dapat dimasuki oleh anak-anak pribumi
memasuki ELS pertama berkaitan dengan keengganan orang tua anak-anak Eropa
kedua dan Meisjesschool berasal dari golongan atas, bangsawan atau orang kaya,
sebab hanya mereka yang mampu membayar uang sekolah dan biaya tambahan
Tabel: 3.4
Jumlah Siswa Sekolah Dasar Eropa (Europesche Lagere School) di
Makassar20
Tahun Jumlah Jumlah Siswa Asal Total
Guru
Membayar Gratis Total Klas Klas Klas (L) (P) (T)*
Bawah Menengah Atas
19
Algemeen Nederlandsch Verbonds- A.N.V (Himpunan Umum Belanda) merupakan
lembaga yang bertujuan mempertahankan dan menyebarluaskan bahasa Belanda dan
mempertahankan kepentingan bangsa Belanda. Lembaga ini didirikan pada tahun 1897 di
Doordrecht dengan Kern sebagai ketua pertamanya. Lembaga ini memiliki cabang Hindia Belanda
yang didirikan di Batavia pada tahun 1889. Sejak didirikannya, cabang Hindia Belanda sangat
memprofilkan dirinya sebagai ‘Serikat Bangsa’ dan secara intensif mencampuri segala sesuatu
yang berkaitan dengan bahasa Belanda, seperti Bahasa Belanda di ELS, termasuk di Makassar.
Untuk lebih jelas Lihat pada buku Kees Groeneboer, Jalan ke Barat: Bahasa Belanda di Hindia
Belanda 1600-1950, (Jakarta: Erasmus Taalcentrum, 1995), hlm. 235-242. Lihat juga pada buku
Sarkawi Husain, Sejarah Sekolah Makassar (Ditengah Kolonialisme, Pertumbuhan Pers dan
Pembentukan Elit Baru, ( Makassar: Inninawa, 2015), hlm. 66.
20
Sarkawi Husain, Sejarah Sekolah Makassar (Ditengah Kolonialisme, Pertumbuhan Pers,
dan Pembentukan Elit Baru 1876-1942), (Makassar: Ininnawa, 2015),hlm. 64.
64
1886 12 162 117 279 137 97 45 149 130 20
dasar di Hindia Belanda dibedakan atas Sekolah Dasar Kelas Satu (De Eerste
Klasse School) yang diperuntukkan bagi anak-anak para tokoh pemuka dan anak
terhormat pribumi21. Sekolah Dasar Kelas Dua (De Tweede Klasse School) yang
diperuntukkan bagi anak pribumi pada umumnya. Sekolah kelas satu didirikan di
perdangangan, dan perusahaan. Oleh itu jenis sekolah ini ditempatkan dalam
sistem pendidikan pribumi, maka tidak ada kesempatan bagi seorang Indonesia
melompat dari sistem ini ke sistem Eropa yang paralel. Ini merupakan satu-
21
Ibid, hlm. 54.
65
satunya lembaga untuk menuju ke pendidikan lanjutan. Untuk itu pada tahun
1914, Sekolah Kelas Satu diubah menjadi Hollands Inlandsche School (HIS)22.
Sekolah Dasar Kelas Dua yang diperuntukkan bagi anak pribumi pada
biasa. Akan tetapi sekolah ini tidak berkembang menjadi sekolah umum bagi
karena perkembangan Sekolah Kelas Dua yang tidak diduga sebelumnya. Oleh
karena programnya diperluas dan sekolah ini menjadi sama dengan Sekolah Kelas
Satu maka pemerintah tidak dapat memikul akibat-akibat finansial dan sosial
Kecamatan23. Keberatan lain adalah bahwa perluasan Sekolah Kelas Dua yang
menjauhkan diri dari kehidupan desa dan pekerja kasar yang menginginkan
kolonial Belanda. Dengan alasan itu, maka Sekolah Kelas Dua dianggap tidak
22
Ricklefs, op,cit,. hlm. 335.
23
Terjemahan Surat Edaran Gubernur Sulawesi Selatan, A. Couvreur Tahun 1904-1929,
hlm 35.
24
S. Nasution, op.cit,. hlm. 62.
66
3.3.1 Sekolah Kelas Satu (Eerste Klasse)
Jalan Timor. Tempat ini menjadi pusat perdagangan Kota Makassar yang
banyak dihuni oleh orang Tionghoa. Lama tahun pelajaran sekolah ini
adalah tujuh tahun. Selanjutnya, pada tahun 1920 dibuka satu lagi dengan
jumlah siswa pada akhir tahun tersebut sebanyak 33 orang25. Pada akhir
tahun 1916 HCS memiliki murid sebanyak 281 orang, sedangkan pada
tahun 1917 memiliki murid sebanyak 290 orang yang terdiri atas 271
sekolah ini juga diajarkan pula Bahasa Inggris. Hal ini dilaksanakan
dilaksanakan pada sore hari pada akhir tahun 1917 memiliki 66 siswa yang
terdiri atas 8 siswa Eropa dan 58 siswa Timur Asing. Jumlah sekolah
tujuh tahun dan didirikan pada tahun 1914. Untuk daerah Makassar HIS
dibuka pada tahun 1916. Kelebihan sekolah ini adalah adanya pemberian
25
Sarkawi, op.cit, hlm. 67.
26
Barbara Harvey, Pemberontakan Kahar Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII, (Jakarta:
Grafitipers, 1989), hlm. 74.
67
Bahasa Belanda yang bahkan menjadi bahasa pengantar pada kelas-kelas
Sekolah Kelas Dua dengan nama Governement School, sekolah ini terletak di
dalam Kota Makassar (Butung Weg, sekarang Jalan Butung). Sekolah kedua
ketiga dibuka pada tahun 1910 disebelah selatan Kota Makassar, yaitu di Jongaya
dan Limbung. Karena beberapa alasan kemudian Sekolah Kelas Dua yang
dianggap tidak serasi bagi pendidikan umum seluruh rakyat, maka pemerintah
Belanda mencari jenis sekolah lain untuk penduduk pada umumnya yang tidak
aslinya. Pada tahun 1907 Gubernur Jendral Van Heutz memolopori Sekolah
Desayang didirikan, dipelihara, dan dibiayai oleh masyarakat desa, yang dapat
Dengan didirikannya Sekolah Desa maka terjadi perubahan fungsi Sekolah Kelas
Dua. Sekolah ini tidak lagi menjadi lembaga pendidikan untuk rakyat pada
27
Sarkawi Husain, op.cit,. hlm.68.
68
perkalian dan pembagian), membaca (Meliputi huruf Latin dengan Bahasa
Melayu dan bahasa daerah dengan Aksara Lontara). Pada tahun 1920 jumlah
Vervolgschool memiliki kualitas yang lebih baik dari Inlandsche School, karena
motivasi yang kuat untuk melanjutkan sekolah. Disamping itu, mereka yang
menjadi siswa Vervolgschool berasal dari berbagai desa sehingga kelasnya lebih
nilai yang tertinggi. Tenaga pengajar selain berasal dari Makassar, terdapat juga
guru dari Ambon dan Manado. Menurut laporan umum tentang pendidikan pada
tahun 1926, guru-guru dari Ambon dan Manado tersebut memiliki cara
sekolah dasar dengan bahasa pengantar Belanda. Lama belajar lima tahun dan
tahun 1921, yang didalamnya murid-murid diberi pelajaran Bahasa Belanda yang
Belanda (MULO).
28
Ibid., hlm.69.
69
Sekolah khusus yang dimaksud adalah Sekolah Ambon Belanda
Ambon. Sekolah ini didirikan pada tahun 1906 dan 1907 didirikan dikampung
yang diperluas, sebagai kelanjutan dari sekolah dasar berbahasa Belanda. Lama
sekolah antara tiga sampai empat tahun. Sekolah yang didirikan pada tahun 1914
Cina dan Eropa yang telah menyelesaikan Sekolah dasar mereka masing-
sedangkan mereka yang berasal dari Inlandsche School atau VVS harus
menduduki lebih dahulu kelas persiapan (Voorklas) selama dua tahun. Pada tahun
satu kelas lanjutan. Hingga tahun 1942 saat masuknya Jepang di Sulawesi Selatan
29
Ibid., hlm.71.
30
Ricklefs, op.cit., hlm. 239.
70
3.3.5 Pendidikan Kejuruan
Matthes31. Pada tahun 1873, Matthes yang saat itu tinggal di Belanda,
L.W.Th. Schmidt yang bekerja sebagai guru di Hindia dan memiliki ijazah
sebagai pegawai bagi Bahasa Melayu dan Bahasa Pribumi lainnya, dan
31
Benjamin Frederick Matthes lahir di Amsterdam pada 16 Januari 1818 dari perkawinan
H.J. Matthes dengan W.M.E. HAYER. Matthes adalah seorang ilmuwan yang karya-karya
akademiknya sangat dihormati. Hal itu tercermin dari pengangkatannya menjadi anggota
akademi pengetahuan Kerajaan Belanda pada tahun 1888 dan pemberian gelar Honoris Causa
dalam bidang ilmu sastra dan bahasa kepulauan Hindia Belanda pada tahun 1881. Matthes
meninggal di Nijmegan pada 9 Oktober 1908.
Aktivitas Matthes teletak dalam bidang bahasa, geografi dan etnografi Sulawesi Selatan. Puluhan
karyanya tersebar dalam bentuk buku dan artikel. Karya-karya tersebut antara lain: kamus
Makassar-Belanda dengan daftar kata-kata Belanda-Makassar, laporan nama-nama tanaman
dalam bahasa Makassar dan keterangan tentang atlas etnografi, uraian singkat tentang peta
Sulawesi yang disebut Omi. Untuk lebih jelasnya Lihat pada buku Sarkawi Husain, op.cit., hlm. 72-
73.
32
Nederlandsch Bijbelgenootschap(NBG) adalah lembaga Alkitab yang sangat disegani di
Amsterdam. NBG merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dimiliki oleh negeri Belanda.
Untuk lebih jelasnya Lihat pada buku C.C. Berg, Ilmu-ilmu Kebudayaan Indonesia: Suatu
Metamorfose Selama Setengah Abad Peralihan, (Jakarta: Bhratara, 1984), hlm. 5.
71
pada tanggal 1 Oktober 1875 mereka berdua berangkat menuju Makassar
sekolah ini berasal dari para keluarga raja atau kerabat raja yang pernah
guru bahasa, dan pegawai pribumi kini oleh pemerintah Hindia Belanda
penciptaan juru Bahasa Bugis dan Makassar lebih baik dilakukan di Biro
Sekolah latihan bagi para pejabat pribumi memiliki masa studi selama
33
Sarkawi, op.cit, hlm. 74.
34
Ibid.
72
lima tahun dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda dan menerima
dan melatih para calon pegawai juga merupakan hal yang mendesak.
lain. Sekolah yang resmi dibuka pada tanggal 17 Oktober 1910 ini
yang berasal dari Makassar saja, tetapi juga dari Kalimantan Selatan dan
terutama para putra kepala pribumi dan kaum bangsawan pribumi lainnya.
Sulawesi Selatan. Hal ini terbukti dengan didirikannya satu sekolah guru
73
Sekolah tersebuh dinamakan Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK).
Manado, Ambon, dan Belanda. Selain HIK didirikan pula Normaal School
Tabel 3.5 :
Jumlah siswa Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA)
Makassar
Berdasarkan daerah dan jurusan36
35
Ibid,. hlm. 82.
36
Ibid, hlm. 81.
74
1925 122 74 40 1 - 3 4 78 44
1926 108 67 31 1 - 4 5 68 40
1930/31 85 t.t t.t t.t t.t t.t t.t 40 45
Note:
tukang. Sekolah ini berbahasa pengantar Bahasa Belanda dan lama belajar
tiga tahun. Sekolah yang lazim disebut oleh masyarakat dengan Sikola
kota sebelah utara (Kini jalan Bandang). Sekolah ini bertujuan mencetak
memiliki masa belajar tiga sampai empat tahun yang lulusannya oleh
penghasil beras37.
37
Ibid,. hlm. 83.
75
membaca, menulis, berhitung, dan geografi Hindia Belanda. Pelajaran
tersebut diperoleh dari guru Ambon. Pada tahun 1926, sekolah ini
Bahasa Belanda, berhitung dan ilmu bumi diberikan oleh 2 orang guru
ini diharuskan mengerti Bahasa Belanda, hal ini penting karena sebagian
Pada tahun 1933, sekolah ini ditutup dan dijadikan asrama serdadu
38
Pemberontakan diatas kapal Seven Provincien terjadi pada 5 Februari 1933, ketika
kapal tersebut berada di lepas pantai Sumatera. Pemberontakan ini disebabkan oleh penurunan
gaji semua pegawai pemerintah sebesar 17% yang diumumkan 1 Januari. Penurunan tersebut
merupakan bagian dari usaha-usaha pemerintah untuk memperkecil jurang antara pendapatan
dan pengeluaran ketika depresi ekonomi telah menyebabkan pendapatan pemerintahan
menurun secara gawat. Untuk lebih jelas lihat John Ingleson, 1983, Jalan ke Pengasingan :
Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934, (Jakarta: LP3ES), hlm 230-234.
39
Sarkawi, op.cit,. hlm. 87.
76
3.4 Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional di Sulawesi Selatan
sosial politik. Pemerintah Belanda bertindak keras kepada organisasi sosial politik
Serekat Dagang Islam adalah organisasi sosial politik yang pertama kali
dominasi penetuan harga dan monopoli bahan baku dagangan oleh pedagang
Cina. Pendiri cabang SDI di Makassar adalah para pedagang yaitu, Ince Abdul
organisasi ini berganti nama menjadi Sarekat Islam oleh Tjokroaminoto dengan
Andi Ninnong dari Wajo, Andi Abdul Kadir Tenrisessu dari Tanete Barru, dan
Opu Daeng Risaju dari Luwu40. Yang menjadi pelindung dan pendukung SI
adalah Andi Jemma Datu Luwu, Andi Makkasau dan Abdullah Bau Masepe yang
40
Muhammad Asyikin, Nasionalisme di Sulawesi Selatan 1905-1942, (Makassar: Pasca
Sarjana Unhas, 2013), hlm. 9.
77
keduanya merupakan Datu Suppa. Hingga tahun 1915, anggota cabang SI di
Sulawesi Selatan mencapai 2.270 orang dan sebagian besar anggotanya adalah
pedagang.
3.4.2 Muhammadiyah
kembali ajaran agama Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad
didukung oleh elit tradisional juga mendapat dukungan dari pedagang Islam dan
guru-guru agama yang bertugas di Minangkabau dan Jawa. Pada tahun 1932
cabang dan ranting, jumlah ini meningkat tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan tahun 1932. Pada tahun 1941 jumlah anggotanya mencapai 6000 orang,
dan 2000 diantaranya adalah wanita. Selain itu juga memiliki organisasi pemuda
kepanduan Hizbul Wathan atau pembela tanah air yang beranggotakan 1000
41
Ibid, hlm. 10.
78
kepada pemerintah, lama kelamaan anggotanya yang memiliki semangat
nasionalisme yang tinggi bekerja sama dengan Serekat Islam untuk menanamkan
jiwa nasionalisme kepada pemuda tidak hanya di kota tetapi juga di pedesaan42.
Jong Islamieten Bond dibentuk pada akhir tahun 1925 oleh orang-orang
yang keluar dari Jong Java yang dimotori oleh Agussalim. Pembentukan JIB
Jong Java. Ketuanya R. Sam adalah bekas Jong Java dan Agussalim diangkat
sebagai penasehat. JIB berbeda dengan Jong Java, karena JIB mendasarkan
organisasinya pada agama Islam. Pada tahun 1927 JIB cabang Makassar berdiri.
School, dan HIS dengan tokoh Nuruddin seorang guru di OSVIA Makassar43.
yang pertama sekaligus rapat di gedung bioskop Sengki untuk memilih posisi
baru. Posisi ketua dipegang oleh Mushudulha (Siswa OSVIA), wakil ketua oleh
Haji Asikin (Seorang bekas komunis dan ahli propaganda SKPT di Surabaya)
yang pada Agustus 1929 digantikan oleh Ahmad Marzuki Daeng Marala (Seorang
keturunan Bugis, putra dari guru La Tupu Daeng Mapuli dan saudara dari Jaksa
ijazah asisten pemerintah. Sempat bekerja di kantor notaris dan menjadi pegawai
42
Bambang Sulistyo, Pemuda Nasionalis Militan di Sulawesi Selatan, (Makassar: Lembaga
penelitian UNHAS, 1996), hlm. 27-32.
43
Sarkawi, op.cit, hlm. 105.
79
(Inlandsche Personeel Makassar) IPM), sekertaris I ditempati oleh Bidin
Sitti Rasyiah (Guru pada Diniyah School), bendahara II oleh Haji Syah, dan
PPSS merupakan organisasi politik yang bersikap loyal dan bekerja sama
dengan pemerintah Hindia Belanda dan berjuang mencapai Indonesia Raya yang
meliputi semua kelompok etnis di Indonesia yang hidup saling menghargai dan
Mallewa dan organisasi ini adalah satu-satunya organisasi politik yang turut ambil
bagian dalam defile untuk menghormati Gubernur Timur Besar pada tanggal 31
Agustus 194145.
tangan kelompok elit baru yang berpendidikan cukup dan berpengalaman dalam
dunia organisasi.
44
Ibid, hlm. 107.
45
Muhammad Asyikin, op.cit, hlm. 12.
80
Hal terpenting dari munculnya pendidikan adalah karena pendidikan telah
membuka celah bagi masyarakat pribumi untuk belajar memiliki kemauan dan
kemampuan untuk berdiri sendiri dan menentang Belanda melalui cara yang
berbeda.
81
BAB IV
Perubahan sistem pemerintahan di Sulawesi Selatan terjadi mulai pada awal 1906.
amat berbeda dengan masa VOC danPemerintahan Hindia Belanda sebelum 1906.
kerajaan secara diam-diam. Berbagai aksi perlawanan justru dilakukan oleh elit-
baru elit-elit kerajaan mengisi posisi sebagai kepala-kepala Distrik atau Regent.
pada umumnya diambil dari raja-raja bawahan Kerajaan Gowa. Pergantian sistem
1
Edward L. Poelinggomang, Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar 1909-
1942, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm. 3.
2
Ibid.,hlm.159.
82
pemerintahan tetap menunjukkan sebagai bagian dari pemilihan elit, untuk
berkuasa secara langsung, masih dipegang oleh seorang raja yang menjadi sumber
feodal, raja menduduki posisi teratas dalam struktur pemerintahan. Diikuti oleh
yang setara dengan Perdana Mentri, Tomailalang Towa yang menjadi penghubung
antara Raja dan Bate Salapang, Tomailalang Lolo yang menjadi penasehat,
Paccalaya yang menjadi ketua dari Bate Salapang, dan Bate Salapang sendiri
kerajaan Gowa sendiri adalah pengakuan bahwa Gowa adalah bagian dari
pemerintahan Hindia Belanda, Gowa dilarang melibatkan diri dengan negara lain,
3
Baudet, H. dan I.J. Brugmans, Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan, (Jakarta: YOI,
1987), hlm. 20.
4
Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, Sejarah perkembangan
pemerintahan, (Sulawesi Selatan: Departemen dalam Negeri di Provinsi daerah tingkat I Sulawesi
Selatan, 1991), hlm. 201.
83
disebut Provinsi atau Gewest dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan yang
bergelar Gubernur. Tiap provinsi dibagi lagi menjadi beberapa keresidenan yang
beberapa kewedanan atau distrik yang dikepalai oleh seorang Karaeng,Arung atau
kepala desa5.
oleh orang pribumi. Yang termasuk kedalam tingkat pemerintahan Pamong Praja
hanya dari provinsi sampai dengan kecamatan. Desa dan setingkat dengan desa
diatas, maka Belanda telah menguasai Sulawesi Selatan secara utuh. Raja secara
otomatis sudah tidak lagi memegang hak yang penuh bagi wilayahnya, bahkan
5
Ibid, hlm. 154-155.
84
4.2 Syarat Penentuan Elit Dalam Sistem Kolonial
lain, meski posisi teratas masih dipegang oleh orang Belanda. Golongan itu adalah
kaum elit yang salah satu faktor munculnya dilandasi oleh perkembangan Politik
Etis yang ingin mendidik kaum pribumi untuk lebih memiliki integritas dan
wawasan yang luas. Dengan munculnya golongan Elit maka muncullah golongan
pemimpin dan yang dipimpin, seperti telah penulis jelaskan dalam teori yang
dipaparkan di Pendahuluan.
yang susuai untuk mengisi jabatan penghulu dan jabatan pegawai negeri. Karena
hanya sedikit orang Sulawesi Selatan yang dipandang oleh Belanda berpendidikan
cukup untuk mengisi salah satu dari dua jabatan itu. Dalam pemilihan penghulu
juga ditetapkan bahwa si calon harus punya garis keturunan yang tepat dan
kemurnian darah yang diharapkan bisa dihormati rakyat. Dengan itu segera
prioritas tinggi, maka pada tahun 1910 OSVIA dibuka di Makassar. Para
penghulu seringkali berada pada posisi yang juga sulit karena jika mereka
menggunakan cara Eropa dalam pemerintahan atau berpakaian mereka tidak dapat
85
diterima oleh rakyat, tetapi jika mereka berpegang pada cara tradisional, sering
kompetitif, hubungan yang tegang antara para pejabat dan penguasa tidak
berkedudukan sama, tetapi penghulu tetap menjadi orang yang dipatuhi oleh
rakyat. Misalnya saja, ketika mereka menulis mengenai keadaan disuatu daerah
mengenai kedudukannya dari pada daerah yang dikuasai langsung. Akan tetapi
terdapat surat yang dikeluarkan oleh Gubernur W. Fryling (22 Januari 1916-1921)
kedudukan para Ketua Hadat tingkat atas di daerah pemerintahan langsung dari
wilayah Makassar, beliau berpendapat bahwa harus dipilih suatu cara dimana para
6
Barbara Harvey, Pemberontakan Kahar Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII, (Jakarta:
Grafitipers, 1989), hlm. 57.
86
Ketua Hadat hanya menempati kedudukan yang setaraf dengan Kepala Kampung
harus menjadi kepala daerah tetapi para Ketua Hadat. Tugas pegawai pemerintah
pribumi menurut W. Fryling adalah mereka hanya sebagai tenaga bantu bagi
secara langsung atas suatu daerah tertentu, melainkan hanya memiliki wewenang
mengambil alih tugas para Kepala Hadat. Sebaliknya mereka harus berusaha
paling ideal yaitu keadaan yang terus menerus harus diusahakan agar tercapai,
yaitu bahwa semua Kepala Hadat tersebut dapat dan memiliki kemampuan dalam
pribumi dibatasi secara minimal saja. Jadi ia hanya akan bertugas jika ada tugas
pemerintahan orang Eropa yang tidak dapat diselesaikan. Tetapi kondisi ini masih
jauh dari harapan, sekalipun sudah tercapai disejumlah wilayah kekuasaan para
87
pendukung dan pendidik dari para Ketua Hadat yang tidak memiliki kemampuan
Berbeda dengan penghulu dan jabatan Ketua Hadat, Juru Tulis bahkan
memiliki persyaratan yang amat ketat dalam pemerintahan Belanda. Seperti Pada
peraturan pelembagaan calon Juru Tulis, yang menjelaskan bahwa perlu untuk
kantor dari banyak pejabat-pejabat fungsionaris yang sama sekali tidak memenuhi
(Pemerintahan Daerah). Harus diperhatikan bahwa tidak boleh ada calon Juru
Tulis yang boleh diterima bekerja pada kantor-kantor Kepala Afdeling dan
mendapat izin dari Gubernur. Izin tersebut harus diminta oleh kepala
dimana tercantum selain nama dan umur calon, juga harus ada tempat asalnya
serta pendidikan yang telah dijalani ataupun kekhususan lainnya. Dimana secara
umum dapat ditetapkan bahwa yang dapat menjadi calon, minimal harus dapat
7
Terjemahan Surat Edaran Gubernur Sulawesi A.Couvreur Tahun 1904-1929. No. 39/III.
hlm. 56.
88
(Inlandsche School) Kelas Dua (Dengan surat tanda kelulusan) karena hanya yang
pemerintahan rendahan hanya boleh diterima satu calon Juru Tulis, jika mereka
tidak mempunyai Juru Tulis atau Juru Tulis bantu. Bila ada calon Juru Tulis yang
akan diterima, maka di kantor wilayah akan dibuat suatu daftar, dan jika mereka
telah bertugas selama enam bulan maka oleh pegawai pemerintah Eropa akan
menjadi Juru Tulis bantu. Jika mereka tidak mampu, maka mereka harus segera
cocok. Dengan cara ini juga dapat dicegah calon Juru Tulis yang sebenarnya tidak
mampu. Para calon Juru Tulis berdasarkan jabatannya akan memperoleh berbagai
pendapatan. Memang beberapa dari mereka masih menerima gaji atau tunjangan
dari anggaran daerah, namun itu akan segera dihentikan, bersamaan dengan
kerjasama yang baik, jabatan itu harus secara langsung dibebankan dalam
yang ingin menduduki jabatan dalam pemerintahan harus diukur dari tingkat
8
Terjemahan surat Edaran Gubernur Sulawesi A.Couvreur Tahun 1904-1929. No. 36. Hlm.
51.
9
Ibid,. hlm. 52.
89
pendidikannya. Tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa kelahiran elit modern
penting. Selain pendidikan, golongan elit juga bisa lahir dari beberapa faktor lain.
Berikut adalah beberapa proses muncul dan lahirnya seorang elit antara lain yaitu:
a) Kelompok elit yang muncul karena faktor sistem politik. Mereka yang
garis keturunan. Tipe seperti ini tidak saja ada dalam masyarakat Feodal,
dirinya demokratis.
90
karena kekuatan ekonominya memiliki pengaruh yang besar dalam
politik10.
dalam suatu wilayah atau kawasan. Seseorang dapat dikatakan elit jika dia dapat
memegang kendali dalam suatu lapisan dan kehidupan masyarakat. Seperti halnya
di Sulawesi Selatan, mereka yang masuk dalam golongan elit adalah mereka yang
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab 3 bahwa pendidikan adalah salah
satu faktor yang ikut berpengaruh dalam proses pembentukan elit11. Ini selaras
kerajaan atau anak bangsawan. Namun sekolah ini tidak mendapat respon positif
dari kalangan bangsawan, baik pada daerah yang dikuasai langsung maupun
wilayah kerajaan yang tidak diperintah langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda.
sebagai peluang yang baik. Oleh karena itu terdapat sejumlah anak-anak
hari, mereka menjadi kalangan terkemuka dan terdidik yang menjadi motor
10
Sarkawi Husain, Sejarah Sekolah Makassar (Ditengah Kolonialisme, Pertumbuhan Pers,
dan Pembentukan Elit Baru 1876-1942), (Makassar: Ininnawa, 2015), hlm. 14-15.
11
Heather Sutherland, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi, (Jakarta: Sinar Harapan,
1983), hlm. 136.
91
gerakan sosial di Sulawesi Selatan menjelang Indonesia merdeka. Mereka
School), dan OSVIA (Opleiding School voor Inlands Bestuur Ambtenaar). Untuk
silsilah keluarga. Karena yang ikut sekolah juga terdapat beberapa yang bukan
hingga lebih berpotensi untuk mendapatkan jabatan atau kedudukan yang lebih
Contoh elit dari kaum terdidik, pertama adalah Sultan Daeng Raja yang
adalah putra dari Karaeng Gantarang Passari Petta Tanra dan Andi Ninong. Sultan
Daeng Raja pernah bersekolah di Volkschool tahun 1902 selama tiga tahun di
12
Mattulada, Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, (Ujung Pandang:
Hasanuddin University Press, Jilid II, 1998), hlm. 5.
92
Bantaeng. Setelah selesai dari ELS beliau kemudian melanjutkan lagi
pendidikannya di OSVIA Makassar. Pada tahun 1913 Sultan Daeng Raja diangkat
menjadi Juru Tulis kantor pemerintahan Onderafdeling Makassar. Dan setelah itu
Makassar. Pada tanggal 7 Januari 1915 beliau kemudian diangkat menjadi Eurp
Controleur Sinjai, Wakil kepala pajak di Takalar, kepala pajak di Enrekang. Dan
jabatan terakhir yang diembannya pada masa pendudukan Belanda adalah sebagai
pendidikan di Jawa. Dan pada tahun 1947 beliau diangkat menjadi Perdana Mentri
1915. Beliau pernah bersekolah di Twede Inlandse School tahun 1926, Schakel
School tahun 1931, MULO Makassar tahun 1934, dan juga pernah menempuh
13
Diakses dari Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Bulukumba,
https://bulukumbakab.go.id/rubrik/biografi-singkat-andi-sultan-daeng-radja-pahlawan-nasional-
dari-bulukumba, diakses pada tanggal 13 April 2018, pukul: 01.50.
14
Barbara Harvey, op.cit, hlm. 365.
93
Pemuda Boei Taitsintai. September 1945 beliau ditunjuk menjadi Ketua Persatuan
Selanjutnya ada nama Andi Mattalatta yang lahir di Barru tahun 1922,
beliau pernah bersekolah di OSVIA Makassar, dan menjadi guru dan pelatih
atletik. Pada April 1957 beliau menjadi kepala staf RI-23, dan menjadi komandan
Batalyon 705 di Pare-Pare. Pada tanggal 2 Maret 1957 beliau diangkat lagi
Indonesia Timur17.
Maret 1924, beliau pernah bersekolah di HIS Palopo dan melanjutkan ke sekolah
tanggal 17 Juni 1924. Pada tahun 1930 beliau pernah bersekolah di Sekolah Desa
15
Ibid, hlm. 371.
16
Ibid, hlm. 366.
17
Ibid, hlm. 374.
18
Ibid, hlm. 375.
94
yang ada di Tanrara. Setelah tiga tahun kemudian, dia tamat dan melanjutkan
Agama 4 tahun yang terkenal dengan nama Muallimin Jongaya. Setelah tamat
kelas sosial orang Makassar hanya terbagi atas bangsawan tinggi istana,
kelas utama, kalangan Pamong Praja yang memiliki pendidikan formal, kalangan
ulama dan adat, serta yang terakhir kelas hartawan, pedagang dan pengusaha.
Elit bangsawan adalah mereka yang memiliki darah keturunan raja atau di
Sulawesi Selatan dikenal dengan istilah Ana Karaeng atau anak keturunan murni
To Manurung. Elit bangsawan adalah mereka yang terlahir dari keluarga kerajaan
19
Zainuddin Tika, dkk, HM Yasin Limpo Dalam Kancah Revolusi Kemerdekaan, (Makassar:
Lembaga Kajian Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, 2016), hlm. 11-13.
95
Dari kalangan bangsawan, elit modern yang cukup berpengaruh di
Sulawesi Selatan adalah Andi Pangeran Petta Rani yang merupakan anak lelaki
tertua Andi Mappanjukki sekaligus kakak dari Andi Abdullah Bau Massepe, lulus
dari sekolah OSVIA Makassar dan menjadi Aru Matege dari Bone pada tahun
1930-an. Dan pada tanggal 1 April 1957 beliau ditunjuk menjadi Gubernur
Lanto Daeng Pasewang yang pada tahun 1954-1956 beliau ditunjuk menjadi
Gubernur Sulawesi20.
Salah satu contoh elit bangsawan lain adalah Andi Abdullah Bau Massepe,
yang lahir di Sidenreng Rappang tahun 1918. Ia adalah putra dari Andi
Mappanyukki yang merupakan Raja Bone ke 32 dan ibunya adalah Besse Arung
Bulo yaitu putri dari Raja Sidenreng, La Sadapotto Addatuang Sidenreng dan
Sekolah Rakyat tahun 1924, dan melanjutkan di sekolah HIS hingga selesai tahun
1932. Selain sekolah formal Andi Abdullah Bau Massepe juga pernah
dalam istilah Bugis-Makassar. Andi Abdullah Bau Massepe adalah Datu Suppa ke
25 karena dia adalah Ana’ Mattola di Suppa. Dia adalah pewaris tahta dari dua
kerajaan besar di Sulawesi Selatan yaitu Kerajaan Bone dan Gowa. Beliau juga
adalah orang yang aktif dalam bidang organisasi dan kemiliteran, terbukti dari
20
Kedua tokoh ini dikenal sebagai tokoh yang berpendidikan tinggi dan memiliki
pengetahuan yang luar biasa. Mereka juga adalah aktivis pergerakan nasional. Kedua-duanya
pernah diangkat menjadi Gubernur Sulawesi. Untuk lebih jelasnya Lihat pada buku Sarkawi
Husain, op.cit., hlm. 67.
96
Hasanuddin dengan pangkat Letnan Jendral, sebagai ketua Pusat Keselamatan
Beberapa nama elit bangsawan Sulawesi Selatan yang juga tumbuh dalam
Salah seorang saudaranya menjadi pemimpin masyarakat adat Mandalle dan salah
tahun 1942, kemudian di turunkan tahun 1945, karena mulai berpihak pada
Penerangan NIT pada Kabinet Anak Agung Gde Agung. Ia juga pernah menjabat
Dari sedikit anak pribumi yang memasuki Sekolah Dasar Eropa/ ELS
(Europesche Lagere School) dapat dicatat antara lain Andi Siti Nurhani Daeng
Masugi adalah anak dari Andi Makkasau Parenrengi Lawawo, seorang Datu
dengan gelar Datu Suppa23. Waleidah Sonda, anak dari tuan Sonda Daeng
21
Muhammad arfah, Biografi Andi Abdullah Bau Massepe, (Makassar:Pemerintah
Sulawesi Selatan, 1980), hlm. 20.
22
Mujahid Fahmid, Pembentukan Elite Politik Di Dalam Etnis Bugis dan Makassar menuju
Hibriditas Budaya Politik, (Bogor: Disertasi Doktor, Sekolah Pasca Sarjana Institute Pertanian
Bogor, 2011), hlm 139.
23
Sarkawi Husain, op.cit, hlm. 66.
97
Mattayang, penasehat urusan pribumi pada kantor pemerintah kolonial Belanda di
Bandung untuk melanjutkan sekolah. Bersama Weleidah, diterima pula Ince Naim
dan Mattotorang24.
terutama sekitar pertengahan abad ke-19 yang didasari oleh kebijakan Politik Etis.
tidak cukup hanya memahami teori pemerintahan saja, tetapi juga harus memiliki
24
Mukhlis dan Anhar Gonggong, Sejarah Sosial Daerah Sulawesi Selatan; Mobilitas Sosial
Kota Makassar 1900-1950, (Ujung pandang: P3MP, 1992), hlm. 128.
98
ilmu pengetahuan tentang masyarakat pribumi dan wilayah pemerintahannya serta
Pada 1879, Ince Abdul Wahab Daeng Masikki pernah menjadi siswa
Kweekschool setelah melewati ujian seleksi yang dilakukan oleh B.F. Matthes.
Noeroeddin, dan seorang lagi yang juga bernama Abdul Wahab. Ince Abdul
Wahab Daeng Masikki dinyatakan lulus pada 1884 setelah diuji oleh R.M.
dilantik menjadi Guru Bantu di Sekolah Externen, yaitu sekolah rendah yang
Selatan.26
Pada tahun 1886, Ince Abdul Wahab Daeng Masikki berangkat ke Bima
empat bulan, Ince Abdul Wahab Daeng Masikki mengajar di Sekolah Nomor 1, ia
1892 ia mulai menjadi guru bersama H.W. Bosman sebagai Kepala Guru, A.C.
Cramer, Ince Ibrahim sebagai guru bahasa Bugis, dan Ince Moehammad Thahir
25
Amrullah Amir, “Memoar Ince Abdul Wahab Daeng Masikki keturunan Melayu-
Makassar di Bandar Pelabuhan Makassar 1876-1910”, Jurnal Sejarah Jejak Nusantara Jalur
Rempah sebagai simpul peradaban bahari, No.03, Volume 04, (Desember, 2016), hlm. 94-95.
26
Ibid, hlm. 96.
99
sayangnya tahun 1895 sekolah itu ditutup oleh pemerintah kolonial, karena
School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) atau sekolah untuk Pangreh Praja
pribumi. Kemudian pada 14 Juli 1898 Ince Abdul Wahab Daeng Masikki di
tugasnya sebagai guru di Segeri kemudian setelah dilantik menjadi Jaksa barulah
dia bertugas di Bangkala. Pada 27 Juli 1898 Ince Abdul Wahab Daeng Masikki
berangkat ke Segeri dan esoknya menemui kepala wilayah disana yaitu Kontrolir
sistem pemerintahan kolonial Belanda. Dalam daftar terdapat nama seperti Ince
Mahkamah Pengadilan Negeri Bonthain dan Ince Abdullah Husain alias Ince
Mangasengie yang juga telah dilantik sebagai AsistenJaksa pada 12 April 1904
MahkamahNegeri Takalar.28
Sekitar empat bulan setelah Gowa ditaklukkan oleh Belanda tahun 1906,
Ince Abdul Wahab Daeng Masikki dan Kontrolir Tideman bertugas di wilayah
27
Amrullah Amir, Sejarah Masyarakat Melayu di Sulawesi Selatan 1600-1942 : Identiti
dan Autoriti, (Kuala Lumpur:University Kebangsaan Malaysia, Disertasi Doktor, 2015), hlm. 323.
28
Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie: 1905, hlm. 99.
100
tersebut. Pada April 1906, datanglah surat keputusan mengenai pelantikan Ince
Abdul Wahab Daeng Masikki sebagai Kapitan Melayu ke 15. Yang menggantikan
sepupunya yang minta pensiun karena sakit yaitu Ince Lele. Pelantikan Ince
Abdul Wahab Daeng Masikki sebagai Kapitan Melayu pada 30 April 1906
berdasarkan surat keputusan Asisten Residen van Senden. Dan digantikan oleh
cukai pekerjaan rodi (Heerendienst). Jabatan ini sangat berat untuk dilaksanankan
kerena pada masa yang sama beliau juga terlalu sibuk menguruskan pemerintahan
menjadi tempat tumpuan utama kebanyakkan para pedagang yang datang. Namun
jabatan ini tidak lama dilakukannya karena beberapa bulan setelah pelantikannya,
ketua-ketua wilayah adat bekas kerajaan Gowa.29 Setelah pulang dari Tanah Jawa,
Maros pada 20 Juli 1906. Pada 6 September 1906, Ince Abdul Wahab Daeng
Masikki telah digantikan dengan seorang yang bernama Mas Noer Alim yang
Agustus 1906, atas usulan Tideman, Ince Abdul Wahab Daeng Masikki
101
kolonial. Ince Abdul Wahab Daeng Masikki menerima penghargaan tersebut oleh
Residen E.E. de Clerks dihadapan para kepala negeri dan pembesar Belanda di
Maros.31
Perlantikan Mas Noer Alim Daeng Marewa pada 17 Juni 19114532 oleh
200 tahun sebelumnya karena pada umumnya jabatan tersebut hanya diberikan
untuk keturunan Melayu sepanjang 15 keturunan. Namun tradisi ini telah berubah
kembali setelah Ince Abdullah Bau Sandi yang merupakan keturunan Melayu
Beliau kemudian pensiun dan digantikan oleh Kamaruddin Daeng Parani yang
juga bukan keturunan Melayu yang diangkat sebagai Kapitan Melayu pada tahun
1920.33 Pada tahun 1921, jabatan Kapitan Melayu ini telah dihapuskan seiring
Makassar yang sebelumnya terdiri dari 6 daerah tetapi kini telah dicantumkan
menjadi 4 daerah saja. Daerah Melayu dan Daerah Endeh telah dihapuskan dan
oleh Kampung Melayu tidak lagi hanya diduduki oleh orang Melayu saja tetapi
31
Amrullah Amir, “Memoar Ince Abdul Wahab Daeng Masikki keturunan Melayu-
Makassar di Bandar Pelabuhan Makassar 1876-1910”, Op.cit, hlm 106.
32
Regeerings-Almanak Voor Nederlandsch Indie 1913.
33
Sejarah Keturunan Indonesia Melayu. 1987. Ujung Pandang: Kerukunan Keluarga
Indonesia Keturunan Melayu (KKIKM) Ujung Pandang, hlm. 18. Abdurrahim. 1953. “Kedatangan
Orang Melayu di Makassar” dalam H.D Mangemba. 1954, hlm. 150.
102
juga banyak kelompok etnis lain didalamnya sehingga masyarakat yang mendiami
daftar nama pegawai baru dari daftar tambahan yang jelas adalah mereka yang
Ince Manga yang telah dilantik sebagai pegawai Jaksa di Selayar pada November
1913 tercatat satu nama tokoh Melayu yaitu Ince Ali yang juga telah dilantik
sebagai Juru Tulis oleh Mahkamah Pengadilan Negeri Bonthain. Sementara Ince
Abdul Maula Ince Calla (Tjalla) telah dilantik sebagai Jaksa di Pare-pare
34
Sebelum perubahan distrik di wilayah Bandar Makassar terdiri 6 distrik iaitu: distrik
Makassar, Wajo, Melayu, Endeh, Ujung Tanah, dan Mariso kemudian diubah menjadi 4 distrik:
Makassar, Wajo, Ujung Tanah, dan Mariso. Muklis Paeni, dkk. 1984. Sejarah Sosial Sulawesi
Selatan: Mobilitas Sosial Kota Makassar, 1900-1950. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, hlm. 10-11.Abdurrahim. 1953. “Kedatangan Orang Melayu di Makassar” dalam H.D
Mangemba. 1954, hlm. 150-151.
35
Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie:1912, hlm. 239.
103
sistem hukum dan sistem pengadilan kolonial Belanda telah bertambah sejak pada
Tabel : 4.1
Keturunan Makassar-Melayu yang masuk dalam Birokrasi Pemerintahan
Hindia Belanda di Sulawesi Selatan 1906-194037
36
Amrullah Amir, Sejarah Masyarakat Melayu di Sulawesi Selatan 1600-1942 : Identiti
dan Autoriti, hlm. 318-319.
37
Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie 1906-1940.
104
Intje Abdoel Rahman Juru Tulis 22 Mei Pengadilan Negeri Majene
1925
sebagai Kota Praja pada tahun 1906. Termasuk dalam pemberian status Kota Praja
ini adalah pembentukan Dewan Kota yang mula-mula terdiri dari delapan orang
Belanda, tiga orang Indonesia, dan dua orang Cina, yang semuanya ditunjuk. Dua
orang anggota Belanda ditambahkan lagi pada tahun 1911, dan dua orang anggota
Indonesia pada tahun 1938. Menjelang tahun 1938 para anggota dewan dipilih dan
Selain diatas, pada tahun 1918 hingga 1938 ditetapkanlah ketua Dewan
Kota. Walikota merupakan orang Belanda yang diangkat oleh Gubernur Jendral
untuk waktu yang tidak ditentukan dan juga memiliki tugas rangkap yaitu menjadi
ketua Dewan Kota (Voorzitter). Pada periode Dewan Kota Makassar dimasa
38
Staatsbald 1906, No 171, Staatsblad 1911, No 614.
39
Mita Puspita, Dewan Kota Makassar (Gemeenteraad van Makassar), (Makassar:Skripsi
di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, 2017), hlm.48.
105
Tabel : 4.2
6 J. Leewis 1934-1936
Salah satu contoh elit politik yang merasakan kebijakan yang diberlakukan
oleh Pemerintah Belanda adalah Lanto Daeng Pasewang yang lahir di Jeneponto 3
Juli 1900. Beliau pernah bersekolah di OSVIA Makassar dan melanjutkan sekolah
menjadi pejabat polisi Indonesia senior di Sulawesi dan anggota komite pelaksana
menjadi anggota staf Gubernur Republik Dr. Ratulangi. Pada tanggal 5 April 1946
beliau dibuang ke Seruni (Irian Barat) bersama dengan Dr. Ratulangi dan para
106
Jogja oleh Pemerintah Belanda setelah selesai PerjanjianRenvile. Pada September
1949 beliau kemudian kembali ke Makassar dan menjadi anggota parlemen NIT.
Tahun 1950 Lanto Daeng Pasewang dinobatkan menjadi Menteri Dalam Negeri
dalam kabinet Likuidasi NIT dibawah pimpinan Ir. Putuhena. Dan pada tahun
Partai Kedaulatan Rakyat. Hingga tahun 1954-1956 Lanto Daeng Pasewang resmi
Contoh elit politik lainnya yang muncul pada periode inijuga adalah
beliau adalah putra dari Abdul Aziz yang mempunyai jabatan sebagai pengawai
pengadilan di Selayar. Aroepala adalah salah satu siswa di Sekolah Rakyat (SR)
dipindahkan dengan jabatan yang sama di Selayar pada tanggal 23 Februari 1934,
dan kemudian dipindahkan lagi pada tanggal 7 Oktober 1936 di Muna, dan yang
40
Barbara Harvey, op.cit, hlm. 368-369.
107
Hulp Bestuur Asisten. Pada 6 Februari 1960 Aroepala akhirnya resmi ditetapkan
Jika semua posisi penting pada Dewan Kota dijabat oleh orang Belanda
dan jabatan Walikota sendiri baru dapat dicapai setelah revolusi, maka berbeda
beberapa elit lokal mampu menduduki jabatan penting bahkan sebelum revolusi.
Kolonial
Tabel : 4.3
41
Muh Ali Hannapia, Makassar di Bawah Pemerintahan Aroepala 1960-1965, (Makassar:
Skripsi di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, 2017) hlm.27.
42
Regeerings AlmanakVoor Nederlandsch 1912, hlm.96.
43
Regeerings AlmanakVoor Nederlandsch 1916, hlm.104.
44
Regeerings AlmanakVoor Nederlandsch 1921, hlm.125.
108
Alim (12 Juni
1917), La Haija (10
September 1920)
Wakil:
Wakil:Mangkoel Moedan (3
la Daeng Oktober 1936)
Parompa (21
Juni 1938)
dapat disimpulkan bahwa orang Belanda dari tahun 1912-1940 menempati posisi
tertinggi yaitu sebagai ketua Dewan Kota dalam pemerintahan Hindia Belanda di
Makassar. Sedangkan kedudukan Jaksa dan Wakil Jaksa ditempati oleh kaum
pribumi lokal, walau pada tahun 1926 jabatan Wakil Jaksa sempat di pegang oleh
45
Regeerings AlmanakVoor Nederlandsch 1927, hlm.132.
46
Regeerings AlmanakVoor Nederlandsch 1937, hlm.146.
47
Regeerings AlmanakVoor Nederlandsch 1940, hlm.143.
109
Intje Abdul Manan yang berasal dari keturunan Makassar-Melayu tetapi
kemudian berhasil kembali diduduki oleh kaum pribumi lokal tahun 1931 oleh
Sonda Daeng Mattajang dan Lanto Daeng Pasewang tahun 1935. Yang terakhir
jabatan Sekertaris masih dominan diduduki oleh orang Belanda hingga tahun
1934, tetapi sempat di ambil alih oleh Intje Ali yang berasal dari keturunan
Makassar-Melayu pada tahun 1934 dan dilanjutkan oleh penduduk pribumi lokal
Ada beberapa kaum elit birokrasi yang masih tetap menduduki jabatan
yang sama setelah pergantian sistem dari sistem pemerintahan tidak langsung ke
sistem pemerintahan langsung tahun 1906. Seperti halnya Oentoeng yang masih
tetap menduduki jabatan Wakil Jaksa dari tahun 1898, hingga pergantian
jabatan Wakil Jaksa yang dimulai lagi pada tanggal 1 Maret 1906.
1906 dan sejalan dengan pelaksanaan kebijakan politik etis, khususnya di bidang
bekas wilayah kerajaan yang kini menjadi daerah Swatantra. Posisi pada
pemerintahan lokal mulai beralih dan bergeser ke golongan elit lokal maupun
110
Meskipun seorang memiliki darah keturunan raja (bangsawan) tetapi tidak
memiliki integritas yang memadai untuk menduduki suatu jabatan, maka akan
sulit juga untuk mendapatkan posisi. Meski tidak menutup kemungkinan jika
seorang elit pada abad ke-20 rata-rata berasal dari kaum bangsawan, dikarenakan
faktor pendukung lain, yaitu kekayaan dan jaringan. Tetapi tidak dapat dikatakan
juga jika semua golongan elit adalah mereka yang berdarah bangsawan, karena
ketika dilihat dari pembahasan di atas terdapat beberapa nama-nama elit yang
111
BAB V
KESIMPULAN
kesimpulan, diantaranya:
penting. Dimana pada masa tradisional, raja dan anak yang berdarah asli To
Manurung adalah satu-satunya pewaris tahta dari kekuasaan suatu daerah, orang
yang berhak memilih dan menetapkan kebijakan dipegagang oleh raja dan
Korte Verklaring maka sistem yang demikian dirombak dan digantikan oleh
kebangsawanan anak raja tidak lagi dapat dipakai dan dipergunakan dalam
Setelah pendidikan masuk di Sulawesi Selatan pada akhir abad ke-19 juga
adalah salah satu pokok kesimpulan dalam penulisan ini, dimana cikal bakal
melalui aksara lontara dan aksara serang. Begitu pula ketika Islam masuk pada
112
abad ke-17, maka masyarakat lebih mantap untuk menyerap pelajaran dalam
tradisi mengaji.
pendidikan menjadi standar utama dalam penentuan jabatan dan kekuasaan sebuah
penentuan penguasa dalam suatu kawasan. Anak karaeng atau anak keturunan Tu
daerah ketika mereka tidak memiliki kualitas dan kuantitas yang memadai untuk
dalam penulisan ini dilihat cukup banyak menduduki tempat-tempat yang strategis
lebih besar untuk menuntut ilmu. Maka dengan ini dapat menjawab rumusan di
113
dipegang oleh anak keturunan Makassar-Melayu yang notabenenya dalam
Jika golongan elit yang menduduki posisi tertentu memang kebanyakan masih
dipegang oleh kaum bangsawan walaupun sebagian bukan dari bangsawan tinggi
karena selain faktor pendidikan, munculnya elit juga disebabkan oleh faktor
pendukung yang lain, misalnya saja faktor kekayaan dan faktor jaringan.
114
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Arsip :
115
Sumber Buku:
Andaya, Leonard. 2004. Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad
Amir, Amrullah. Desember 2016. “Memoar Ince Abdul Wahab Daeng Masikki
Baudet, H. dan I.J. Brugmans. 1987. Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan.
Jakarta: YOI..
Bottomore, T.B. 2006. Elit dan Masyarakat. Jakarta: Akbar Tandjung Institute.
Bina Aksara.
DI/TII,Jakarta: Grafitipers.
116
Husain, Sarkawi. 2015. Sejarah Sekolah Makassar (Ditengah Kolonialisme,
Makassar: Ininnawa.
No.5.
1 dan 2.
Mukhlis dan Anhar Gonggong. 1992. Sejarah Sosial Daerah Sulawesi Selatan;
P3MP.
117
Nasution, S,2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Niel, Robert Van. 1989. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta : Pustaka
Jaya.
Muallim.
118
Sutherland, Heather. 1983. Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi. Jakarta: Sinar
Harapan.
Suwignyo, Agus. 2013. The Great Depression and the changing trajectory of
Singapore.
Sulawesi Selatan.
Tol, Roger. 1990. Een Haan In Oorlog “Toloqna Arung Labuaja een Buginees
119
Sumber Skripsi/Disertasi :
Sumule, Jono. 2016. Lanto Daeng Pasewang Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan
Hasanuddin.
120
Sumber Internet :
https://nurkasim49.blogspot.co.id/2011/12/iii.html,diakses pada pukul 01:33
https://bulukumbakab.go.id/rubrik/biografi-singkat-andi-sultan-daeng-radja-
01.50
121
LAMPIRAN
Gambar 1
PETA SULAWESI SELATAN46
46
Roger Tol, Een Haan In Oorlog “Toloqna Arung Labuaja een Buginees heldendicht”,
(Belanda: Foris Publications, 1990).
122
Gambar 2
https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/20563404691/
Berdiri di depan dari kiri ke kanan: Andi PangEran Petta Rani Arung Bulo-Bulo
(Ex. Gubernur Sulawesi, Putera Andi Mappanyukki ArumponE), Andi Soji
KaraEng KanjEnnE Datu Suppa (Menantu Andi Mappanyukki ArumponE,
Permaisuri Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo), Andi Mappanyukki
Sultan Ibrahim Mangkau ri BonE,- Ir. Soekarno (Presiden RI), - I Padjongan
DaEng NgallE KaraEng PolombangkEng, Andi Sultan DaEng Raja KaraEng
Gantarang
123
Gambar 3
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/7e/Lanto_Daeng_Pasewang.jpg
ELIT LOKAL (LANTO DAENG PASEWANG)
Gambar 4
http://civitasbook.com/singo.php?cb=non&_i=wall&id1=aaaaaaaatamu&id2=&i
d3=aaaaasnp129_pahlawan
ELIT LOKAL (ANDI BAU MASEPPE)
124
Gambar 5
https://id.pinterest.com/pin/292804413249476853/
125
Gambar 6
https://daerah.sindonews.com/read/1031956/192/andi-pangerang-petta-rani-
pahlawan-yang-terlupakan-1439329069
126
Gambar 7
https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/22447756207
127
Gambar 8
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Lanto_Daeng_Pasewang.jpg
128
Gambar 9
http://www.geocities.ws/landaratulangi/
129
Gambar 10
https://nurkasim49.blogspot.co.id/2011/12/iii.html
130
Gambar 11
https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/16421603348
131
LAMPIRAN BERKAS
SK Pembimbing
(1)
132
(2)
133
134
(3)
(4)
135
Surat Kontrol
(Pembimbing I)
136
(Pembimbing II)
137
Halaman Pengesahan
138
Surat Pengantar WD 1
139
SK Ujian Skripsi
(1)
140
(2)
141
(3)
142