Anda di halaman 1dari 88

REGULASI PEMINDAHAN PENGELOLAAN KAWASAN WISATA

DARI DESA BIRA KE PEMERINTAH DAERAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Politik

(S.Sos) Jurusan Ilmu Politik Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh :

LEWA FRENDI ANIR

30600117137

JURUSAN ILMU POLITIK

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Alhamdulillah senantiasa kita memanjatkan puji serta puja atas

kehadiran Allah SWT karena atas limpahan Rahmat serta iringan Hidayah-Nya,

Shalawat serta Salam tak lupa kita hanturkan atas junjungan Nabi Muhammad

SAW yang kiranya telah membawah kita dari lembah keterpurukan menuju

puncak bukit tertinggi kemuliaan sehingga kita bisa membedakan antara haq dan

yang bathil. Berkat Ridho dan izin restunya yang diiringi oleh usaha yang

maksimal serta dengan memalui berbagai perjalanan proses yang panjang yang

pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

Hadirnya skripsi ini bukan hanya sebagai persyaratan formal bagi

seorang mahasiswa untuk meraih gelar sarjana tetapi lain daripada itu juga

merupakan sebagai wadah pengembangan ilmu yang telah dijalani melalui

perkuliahaan dan juga merupakan kegiatan penelitian sebagai unsur Tri Dharma

Perguruuan Tinggi. Selaras akan hal itu, maka penulis mengangkat sebuah judul

“Regulasi pemeindahan pengelolaan kawasan wisata Tanjung Bira Dari

Pemerintah desa ke pemerintah daerah“. Semoga dengan kehadiran skripsi ini

dapat bernilai sebagai pengembangan studi ilmu pengetahuan serta sebagai bahan

tambahan referensi terhadap pihak pihak yang menaruh fokus pada masalah ini.

2
Teristimewa dan yang paling utama penulis sampaikan ucapan tulus

terimah kasih serta rasa hormat penulis kepada Ayahanda Anas Hekon dan

Ibunda Irmawati serta saudara saudara ku Wahyu Frendi Anir yang merupakan

sumber inspirasi dan motivasi melalui bentuk dukungan perhatian, kasih sayang,

nasehat, serta dukungan moral dan materil terutama doa restu demi keberhasilan

penulis dalam menyelesaikan skrpsi ini. Senantiasa secercah harapan kiranya apa

yang telah mereka korbankan dapat menjadi mahkota keselamatan dunia akhirat

Amin.

Selama menjadi kehidupan dan keseharian dalam menempuh dunia

pendidikan perguruaan tinggi serta sampai pada akhir penulisan tugas akhir yang

penulis lakukan, tentunya penulis telah mendapat banyak dukungan, bantuan,

motivasi dari berbagai pihak. Oleh Karena itu terasa sangat bijaksana bila penulis

juga menghanturkan rasa terimah kasih yang tak terbatas kepada seluruh elemen

pendukung bagi penulis baik berupa bimbingan, dorongan serta bantuan lainnya

yang diberikan kepada penulis, untuk itu berkenaan kiranya diucapkan rasa

terimah kasih yang tulus serta penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A, Ph.D selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ( UINAM), serta para Wakil

Rektor beserta seluruh Staf dan Karyawannya.

2. Bapak Dr. Muhsin Mahfudz, M. Th.I Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Filsafat dan Politik, serta para Wakil Dekan beserta staf

Fakultas.

3
3. Bapak Syahrir Karim, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik dan

Nur Utami Ningsih, S.IP, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Politik.

4. Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin, M.Si,.Ph.D dan Zulfiani

S.Ip.,M.Si Selaku Pembimbing Skripsi penulis yang tak henti hentinya

memberikan masukan serta saran demi kelancaran bagi penulis untuk

menyelesaikan Skripsi ini

5. Dr. Anggriani Alamsyah, S.IP., dan Dr. Awal Muqshith, M.Phil selaku

penguji dalam Skrpsi ini yang tak henti hentinya memberikan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini.

6. Para Bapak/Ibu dosen serta seluruh staf dan karyawan Fakultas

Ushuluddin Fisafat Dan Politik Uin Alauddin Makassar yang telah

membekali penulis ilmu yang sangat bermanfaat selama mengikuti

perkuliahan sampai pada penulisan Skripsi ini

7. Rekan-rekan Angkatan 2017 mahasiswa Uin Alauddin Makassar, Fakultas

Ushuluddin filsafat dan Politik, terlebih khusus untuk kawan- kawan Prodi

Ilmu Politik yang senantiasa telah menjadi penopang bagi penulis untuk

senntiasa menjalani keseharian sebagai mahasiswa secara bersama-sama,

menjalani kehidupan suka duka bersama selama menimba ilmu di jurusan

Ilmu Politik, dan tak lupa teman teman seperjuangan yang sudah penulis

anggap sebagai keluarga terkhusus Ilmu Politik kelas IPO 4 dan secara

keseluruhan yang telah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan

studi.

4
8. Kepada orang terdekatku Andi Puspita Putri Iskandar , dan juga teman

teman dekat Naimah, Alfira, Yuyun Nurilahi, Eka Reski Pertiwi,

Khaerunisya, Nurul Azizah Jarbang, Abil Aqsa,Syahrul Ramadhan

dan seluruh teman yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis dalam

menjalani kehidupan di perantuan.

9. Seluruh teman teman BrotherHood khususnya Mitra Sucipto, Fitrah

Salman Suwardi, Muh Yusril Abni, Walfin Alamnsyah, dan Alif

Maulana walaupun tidak membantu dalam pengerjaan skripsi secara

langsung, namun telah memberi motivasi dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan studi.

10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis serta mendukung penulis

dalam penyusunan Skripsi, baik berupa dukungan moral maupun

dukungan moriil berupa materil yang namanya tidak bisa penulis tulis satu

per satu , terimah kasih karena telah berpartisipasi dalam penyelesaian

skripsi ini.

Meskipun penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang

dimiliki, namun kesadaran penlis bahwa masih terlalu banyak kekurangan serta

kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh Karena itu penulis memberikam

kesempatan serta ruang seluas-luasnya bagi pembaca untuk memberikan kritik

serta saran yang bersifat membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

limpahkan kecurahan Rahmat-Nya kepada kita semua untuk berkarya serta

bernilai guna sesama hambanya. Amin

5
Akhirnya Penulis berharap agar kiranya skripsi ini bernilai manfaat bagi

seluruh kalangan yang berkepentingan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 21 Mei 2022

Penulis

Lewa Frendi Anir

Nim: 30600117137

6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................vii
ABSTRAK..........................................................................................................................viii
BAB I...................................................................................................................................0
PENDAHULUAN..................................................................................................................0
A. Latar Belakang........................................................................................................0
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................6
E. Tinjauan Pustaka....................................................................................................7
BAB II................................................................................................................................15
TINJAUAN TEORITIK.........................................................................................................15
A. Landasan Teori.................................................................................................15
B. Kerangka Konseptual........................................................................................27
BAB III...............................................................................................................................28
METODE PENELITIAN.......................................................................................................28
BAB IV..............................................................................................................................36
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................................................36
BAB V...............................................................................................................................73
PENUTUP..........................................................................................................................73
A. Kesimpulan...........................................................................................................73
B. Implikasi Penelitian..............................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................77

7
ABSTRAK

NAMA : LEWA FRENDI ANIR


NIM : 30600117137
JUDUL SKRIPSI : REGULASI PEMINDAHAN PENGELOLAAN
KAWASAN WISATA TANJUNG BIRA DARI DESA
BIRA KE PEMERINTAH DAERAH

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk membahas


tentang regulasi pemindahan pengelolaan kawasan wisata tamjumg nira beserata
dampak yang terjadi setelah pemindahan pengelolaan. Tujuan dari penelitian ini
yakni untuk mengetahui bagaimana peran dinas pariwisata sebagai pemegang
pengelolaan kawasan wisata pantai tanjung bira serta untuk mengetahui
bagaimana dampak pemindahan pengelolaan kawasan wisata bagi masyarakat
dan seluruh yang mempunyai pengaruh di dalam kawasan wisata

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan kualitatif


adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode pengumpulan
Data dalam penelitian ini melalui Metode wawancara, Observasi Lapangan, Study
Kepustakaan, serta Penelusuran berita Onlie yang terkait dengan penelitian
penulis. Kemudian teknik pengolahan data dilakukan dengan tiga tahapan yakni
reduksi data, penyajian data ( display data), serta penarikan kesimpulan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa factor yang


menyebabkan pemindahan pengelolaan kawasan wisata tanjung bira, factor
terserbut yaitu dimana pemaksimalan potensi wisata dapat lebih menjanjikan jika
di bawah pengelolaan pemerintah daerah yakni Dinas pariwisata , itu karena dinas
pariwisata memiliki objektif untuk membawa nama kawasan wissata ini untuk
menjadi Pariwiasata yang dapat dikenal oleh wisatawan lokal baik itu dari
masyarakat lokal daerah, manca negara ataupun sampai wisatawan internasion

8
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata sekarang ini sangat dibutuhkan tidak hanya untuk kalangan

tertentu, tetapi semua lapisan masyarakat, saat ini pariwisata tidak hanya bergerak

utntuk mengembangkan sektornya tetapi juga serius dalam memperlihatkan

pontesi ataupun daya tarik wisata tersebut sehingga pengunjung tertarik untuk

datang. Dalam hal ini industri pariwisata berlomba-lomba untuk menciptakan

produk wisata yang lebih beragam dengan tujuan pelestarian ataupun

pengembangan jugas memperkenalkan keindahan ,budaya dan adat istiadat alam

yang beraneka ragam. Al mulk ayat 15

َ ْ‫هُ َو الَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم اَأْلر‬


‫ض َذلُ ْواًل فَا ْم ُش ْوا فِ ْي َمنَا ِكبِهَا‬
ْ ‫َو ُكلُ ْوا ِم ْن‬
‫رِّزقِ ٖه ۗ َوِإلَ ْي ِه النُّ ُش ْو ُر‬
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Menurut UU No. 9 Tahun 1990: Tentang kepariwisataaan yaitu segala

sesuatu yang berhubngan dengan wisata termaksud, penusahaan objek dan daya

tarik wisata termaksud usaha usaha yang terkait. 1 Pariwisata adalah rangkaian

kagiatan perjalanan dimana seseorang individu,keluarga atau kelompok

melakukan perjalanan dari tempat ia tinggal ke berbagai tempat lain dalam

1
Direktorat jenderal pariwisata . pengantar pariwisata Indonesia.

9
rangka mengunjungi lokasi lain kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan

akan kembali ketempat tinggal asli pada waktu yang telah di tentukan.2.

Selama satu dekade terakhir, pariwisata telah berkembang sangat pesat dan

telah menjadi fenomena yang sangat global yang melibatkan jutaan orang dengan

biaya yang relatif tinggi. Perkembangan dunia pariwisata telah banyak mengalami

perubahan pola, bentuk, jenis kegiatan, dorongan masyarakat, cara berpikir, dan

cara pembangunan itu sendiri. Seperti diketahui bahwa pariwisata bukanlah hal

baru di negara-negara industri dan perjalanan merupakan kebutuhan penting bagi

semua orang, tetapi di negara-negara berkembang pariwisata hanya dalam tahap

pengembangan.

Pengelolaan pariwisata di Indonesia Timur belum seoptimal

pengembangan pariwisata di Indonesia bagian Barat, khususnya Jawa dan Bali.

Namun seiring berjalannya waktu, lahirlah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

tentang pemerintah daerah yang memberikan kekuasaan dalam pengelolaan dan

pengembangan potensi daerah (otonomi daerah), dan lahirlah Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. mengendalikan masalah

pariwisata, dan masing-masing wilayah, baik barat dan timur Indonesia

dimungkinkan sebagai industri potensial sebagai sumber pendapatan masa depan,

terutama di bidang pariwisata daerah.

Pengembangan sektor pariwisata difasilitasi melalui pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya dan kemungkinan pariwisata nasional dan daerah, dan

kegiatan ekonomi yang andal untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat
2
Muljadi A.J. Turismus und Reisen, Jakarta. PT Raja grafindo persada 2009

10
atapun sebagai pendapatan yang menyeimbangkan peluang usaha maupun

perluasan lapangan kerja.3

Apa yang dipertimbangkan oleh calon wisatawan untuk berwisata ke

daerah tersebut merupakan tolak ukue perkembangan kawasan wisata tersebut di

sektor pariwisata. Dari sudut pandang ekonomi, ini tidak begitu penting. Peran

sektor pariwisata sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan daerah dari

pajak dan kewajiban di daerah.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.504 pulau dengan garis

pantai kurang lebih 81.000km. dengan jumlah penduduk 16.42 jiwa yang berada

di daerah pesisir4. Dengan dikelilingi belasan ribu pulau pulau di Indonesia.

Artinya banyak wilayah Indonesia yang berada di pesisir pantai, hal ini dapat

bedampak positif bagi mereka, misal denganadanya potensi wisat. Pariwisata bagi

masyarakat Indonesia merupakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan

sekunder yang berkaitan dengan liburan.

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,

pasar1 ayat 3 kepariwisataan adalah berbagai kegiatan pariwisata yang didukung

berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusuha,

pemerintah atau pun pemerintah daerah.

3
H. Ahmad Damyanti, UsahaKepariwisata, djakarta, 2003, hlm,87
4
Departemen Kelautan dan Perikanan

11
Sulawesi Selatan sebagai provinsi di Indonesia merupakan suatu tujuan

wisata yang menawarkan banyak fasikitas wisata seperti alam, budaya bahkan

wisata buatan. Wisata utama Sulawesi Selatan adalah pantai Tanjung Bira.5

Bulukumba sendiri merupakan kabupaten yang berada di ujung tenggara

Selawesi Selatan yang menjadi ikon dalam dunia wisata sebab banyak tempat

wisata yang indah dan salah satu tempat yang paling terkenal ialah wisata

pantainya serta sejarah, adat dan budaya yang unik yang menjadikan Bulukumba

menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib di kunjungi dan menjadi daerah

wisata top dan andalan bagi Sulawesi Selatan dan tentunya menjadi salah satu

penyumbang dana terbesar.

Salah satu wisata yang dibanggakan masyarakat Bulukumba yaitu pantai

Tanjung Bira, yaitu pantai yang berselimutkan pasir putih dengan pemandangn

indah disertai wahana-wahana pantai, pantai ini terletak tapat nya 200 km2 dari

Makassar dan membutuhkan waktu tiga sampai lima jam perjalanan, dan berjarak

40 km2 dari kota Bulukumba.6

Destinasi pantai Tanjung Bira yang menyajikan keindahan alam yang tiada

duanya dan tak kalah bila disaingkan dengan pantai-pantai yang ada di Bali,

pantai Bira terkenal dengan pasir putih yang menjulang panjang serta air laut

jernih. Bahkan akibat dari keindahannya pantai Bira telah dikenal jauh oleh

5
Juswan, Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Tanjung Bira Pada
DinasPariwisata Kabupaten Bulukumba,
6
Juswan, Sttategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Tanjung Bira Pada Dinas
Pariwisata Kabupaten Bulukumba,

12
masyarakat lokal hingga sampai ke manca negara, hal tersbut dapat dilihat dari

banyaknya turis-turis asing dari berbagai negara yang berkunjung kesana.

Kabupatan Bulukumba menagalami perkembangan dalam beberapa tahun

terakhir mengalami lonjakan wisatwan. Pada tahun 2013 jumlah wisatawan

mencapai 118.768 kedatangan hingga 162.126 kedatangan pada tahjun 2015.

Sedangkan pada tahun 2017, jumlah mancanegara dan domestic, 161.639 orang.

Hal ini membuktikan bahwa potensi wisata Kabupaten Bulukumba khususnya

objek wisata bahari semakin berkembang.

Pemerintah Daerah diberikan wewenamg untuk mengatur dan

mengedalikan penyelenggaraan pariwisata sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan. Yang dimaksud dengan “pengelolaan” adalah merencanakan, mengatur

dan mengelola seluruh penyelenggaraan wisata tertaut dalam (undang-undang

pasal 18 nomor 10 tahun 2009 tantang kepariwisataan) dalam pasal ttersebut dapat

disimpulkan bahwa didaerah ttersebut memiliki kewenangan untuk mengatur dan

melaksanakan program penngembangan pariwisata di daerahnya masing-masing

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada Undang-undang Tahun 2009 nomor 10 pasal 6 tertulis Tentang

“Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana

pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan,

dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata” .yang

13
dapat ditarik simpulan bahwa setiap daerah dapat memaksimal kan potensi

wisatanya masing-masing

Beberapa tahun lalu kawasan Wisata Bira dikelola langsung oleh

pemerintah desa sebelum di ambil alih oleh pemerintah daerah karena daerah

wisata bira dianggap memeliki kesempatan wisata yang menjanjikan.

Pengembangkan wisata ini juga dilakukan untuk meingkatkan taraf hidup dan

pendapatan negara secara umum atau daerah secara khusus untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

Pemindahan kekuasan dari kawasan Wisata Pantai Bira dari pemerintah

desa ke dinas pariwisata diharapkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

desa bira. Dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang mermanfaat untuk

pengembangan wisata, namun dengan adanya pemindahan kekuasaan ini pihak

desa sudah tidak memiliki kekuasan untuk mendapatkan anggaran pendapatan dan

belanja desa (APBDes) dari sektor; retribusi masuk kawasan wisata seperti

beberapa tahun yang lalu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Regulasi dan penyebab pemindahan pengeloaan Kawasan wisata

Tanjung Bira dari Desa Bira ke pemerintah daerah?

2. Apa dampak pemindahan pengelolaan bagi pemerintah desa maupun

masyarakat kawasan wisata Desa Bira ke pemerintah daerah?

14
C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini sebagaimana tercermin dalam perumusan masalah

yang dikemukakan pada pembahasan pendahuluan, maka perlu dikemukakan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa regulasi dan penyebab bagaimana pemindahan

pengelolaan kawasan wisata Tanjung Bira dari pemerintah desa ke

pemerintah daerah

2. Untuk mengetahui dampak dari pemindahan kekuasan kawasan wisata

Desa Bira ke pemerintah daerah

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini terbagi dua

antara lain:

1. Secara teoritis,

a) Hasil survey ini yaitu untuk memberikan saran pengembangan destinasi

wisata Pemerintah Bulukumba khususnya destinasi wisata Pantai Tanjung

Bira, dan Pemerintah Bulukumba. Terutama destinasi wisata Pantai

Tanjung Bira.

b) Menambah Pengalaman dan pengetahuan penulis tentang regulasi

pemindahan kekuasaan dan dampak dari pemindah tersebut

2. Secara Praktis,

15
a) Masyarakat den pemerintaah desa .

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk seluruh

element masyarakat dan pemerintah desa untuk pengembangan sumber

daya manusia ataupun kreatifitas dalam pengembangan wisata Tanjung

Bira.

b) Pemerintah daerah

Memberikan masukan kepada pemerintah daerah ataupun dinas pariwisata

tentang pengembangan dan pengelolaan wisata Tanjung Bira.

c) Pengusaha

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara

pengembangan dan peluang yang bias di dapatkan

d) Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang regulasi

pemindahan kekuasaan.

E. Tinjauan Pustaka
Penulis belum menemukan penelitian Tentang Regulasi Pemindahan

Kekuasaan Dari Pemerintah Desa Ke Pemerintah Daerah. Oleh karena itu

untuk melengkapi referensi ini penulis juga mengangkat telaah pustaka

sebagai berikut :

1. Jurnal : Juniar A.G, Menulis tentang : Pengaruh kualitas atraksi wisata

terhadap kepuasan dan motivasi kunjungan kembali wisatawan

mancanegara di kawasan wisata Tanjung Bira

16
Kawasan Wisata Tanjung Bira merupakan salah satu tempat wisata

di Provinsi Sulawesi Selatan dengan berbagai fitur yang menarik untuk

dikunjungi wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung tidak hanya

wisatawan domestik tetapi juga wisatawan asing, dan wisatawan asing

terutama wisatawan dari benua Eropa, lebih tepatnya wisatawan Belanda

sebanyak 28%, kemudian wisatawan Perancis sebanyak 2 orang. fitur

pesisir.

Kondisi Wisata Kawasan wisata Tanjung Bira Kabupaten

Bulukumba memiliki potensi yang besar untuk menarik wisatawan

berkunjung namun tidak diimbangi dengan pengembangan daya tarik

wisata. Terlihat bahwa terciptanya citra negatif di kawasan wisata Tanjung

Bira menjadikan kualitas daya tarik wisata di kawasan tersebut rendah,

tanpa dibarengi dengan peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke

tempat wisata dari tahun ke tahun. . Peningkatan kualitas daya tarik wisata

(atraksi) harus meningkatkan kepuasan dan motivasi wisatawan untuk

datang kembali dan berkunjung lagi agar berdampak langsung pada

kawasan wisata. 7

Letak perbedaan kajian diatas dengan kajian yang sedang saya

lakukan yaitu pada kajian diatas lebih focus meneliti tentang bagaimana

strategi pengenmbangan wisata agar wisatawan local ataupun manca

Negara tertarik pada kawasan wisata sedangkan kajian yang saya lakukan
7
Juniar A.G, Menulis tentang : Pengaruh kualitas atraksi wisata terhadap kepuasan dan

motivasi kunjungan kembali wisatawan mancanegara di kawasan wisata tanjung bira

17
yaitu berfokus kepada dampak yang terjadi kepada pemerintah desa

ataupun masyarakat desa Bira setelah pemindahan kekuasaan Kawasan

Wisata dari pemerintah desa ke dinas pariwisata.

2. Jurnal : Bilal Ma’arif, Syakdiah, Oktiva Anggraini, menulis tentang,

Dusun Plempoh, Desa Bokoharjo, Kecematan Prambanan, Kabupaten

Sleman tentenag pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa

Wisata Di Yogyakarta

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada istilah

pemberdayaan yaitu untuk mewujudkan potnesi yyang di miliki

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah proses atau sarana

peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat melalui

pelaksanaan kegitan tertentu, seperti kegiatan yang di tujukan untuk

meningkat kan sumber daya manusia sesuai dengan keadaan dan

karakteristik masyarakat itu sendiri.

Peningkatan potensi daerah daerah merupakan bagian penting dari

kemandirian masyarakat yang memiliki keragaman sumberdaya social,

budaya, ekonomi dan lingkungan.

Pariwisata didesa sangat erat kaitannya dengan kebutuhan

masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi daerah yang tertata.

Pengelolan desa wisata yang baik dapat memberikan peluang besar bagi

masyarakat pedesaan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi

18
lokal untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, sejahtera dah mandiri

bagi masyarakatnya.8

Perbedaan kajian diatas dengan kajian yang saya akan teliti yaitu:

pada kajian di atas, pemerintah desa dan masyarakat desa memegang

kuasa penuh terhadap objek wisata sehingga perkembangan ekonomi desa

ataupun masyarakat berkembang dengan kreatifitas mereka sendiri.

Sedangkan penilitian yang saya bahas berfokus kepada objek wisata yang

telah di pegang penuh kuasanya dinas pariwisata.

3. Srikpsi : Nurhikma,Strategi pengelolaan wisata lamalangkia.takalar

Fokus penelitian ini adalah strategi dinas pariwisata pemuda dan


olahraga kabupaten takalar dalam mengelola objek wisata pantai
lamangkia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi dinas
pariwisata pemuda dan olahraga kabupaten takalar dalam mengelola objek
wisata pantai lamangkia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan
model konseptual tentang teori-teori yang berhubungan atau berkaitan
dengan strategi pengelolaan dan pengembangan menurut karyono (1997).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dinas pariwisata


pemuda dan olahraga kabupaten takalar dalam pengelolaan objek wisata
pantai lamangkia belum maksimal karena banyaknya strategi yang di buat
masih dalam tahap rencana. Adapun faktor pendukung dalam mengelola
pantai lamangkia yaitu investor yang ingin bekerjasama dan potensi pantai
yang bagus serta faktor penghambatnya yaitu status kepemilikan lahan

8
Bilal Ma’arif, Syakdiah, Oktiva Anggraini Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengembangan Desa Wisata di Dusun Plempoh, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta Prodi : Jurnal Populika Volume III, No 1, Januari 2019

19
yang tidak jelas, keterbatasan anggaran, dan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam merawat sarana dan prasarana pantai lamangkia.

4. Jurnal : Firya Oktaviarni, Dwi Suryahartati, Tentang : Pengelolaan Wisata

Berbasis Kearifan Lokal Paa Masa Pandemic Covid 19

Pengelolaan pariwisata oleh pemerintah maupun swasta, sampai


saat ini belum terkelola sesuai dengan dak fisik pariwisata dalam peraturan
menteri pariwisata no. 3 tahun 2018. Pengelolaan pariwisata berbasis
kearifan local masyarakat di destinasi wisata mengalami beberapa
permasalahan antara lain: nilai-nilai budaya masyarakat mulai terpengaruh
budaya modern, hal ini bisa mempengaruhi kearifan local yang ada di
masyarakat.
Jambi sudah memiliki peraturan daerah provinsi jambi nomor 7
tahun 2018 tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi
tahun 2016-2023 sebagai pedoman dalam membangun dan mengelola
pariwisata tiap-tiap daerah. Tetapi kabupaten dan kota yang ada di jambi
belum semua membuat perda rippda tersebut. Pengelolaan pariwisata di
jambi masih kekurangan sdm, akses ke destinasi wisata yang belum
memadai, ketersediaan sarana dan prasarana di masing-masing destinasi
wisata yang belum tepenuhi (misalnya lahan parkir,pergola, pagar
pembatas, rumah makan, dan lain-lain), akses menuju lokasi wisata
terkadang sulit, tidak tersedianya transportasi umum menuju lokasi wisata.
Sarana informasi untuk mempromosikan belum memadai
menyebabkan wisatawan kesulitan untuk mencari informasi destinasi
wisata baik lokasi dan fasilitasnya. Promosi tiap sector wisata sangat
diperlukan, untuk memperkenalkanya ke masyarakat luar daerah, dan ini
merupakan tugas semua, bukan hanya pemerintah tetapi juga masyarakat.
Masih belum berkembangnya industry kreatif sebagai bagian dari kegiatan
pariwisata (kerajinan, kuliner, nilai-nilai kesenian lokal/tradisional, dan

20
lain-lain). Pengelolaan wisata harus melibatkan semua stakeholder di
daerah.

5. Jurnal :I wayan darsana, I made sendra, I made adikampana tentang :

Model pengelolaan wisata bahari berkelanjutan I pulau nusa penida,

kecematan penida . kabupaten klungkung, Bali

Nusa Penida memiliki potensi wisata yang sangat prospektif

namun belum dikelola secara maksimal. Salah satunya adalah potensi

wisata bahari yang selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk

kepentingan masyarakat lokal. Tulisan ini berupaya menemukan model

pengelolaan wisata bahari secara berkelanjutan di Pulau Nusa Penida,

Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

Hasil Penelitian menunjukkan, Pertama minimnya peran

stakeholders wisata bahari yang sebagian besar merupakan investor dari

luar Nusa Penida dalam pengelolaan wisata bahari secara berkelanjutan.

Para investor cenderung profit oriented dan mengesampingkan peran serta

warga masyarakat lokal. Kedua, minimnya peran serta warga masyarakat

lokal dalam pengelolaan wisata bahari di daerah asalnya yang dominan

dikuasai oleh investor luar, Ketiga, model pengelolaan wisata bahari yang

tepat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah community based

tourism dengan pendekatan desa wisata atau alternatif lain sebagai

ecotourism.

21
6. Jurnal : Maryono, Hefni Effendi, Majariana Krisanti tentang : Analisis

Kepuasan Wisatawan Untuk Manajemen Pantai Di Wisata Pantai Tanjung

Bira

Tempat wisata Tanjung Bira terletak di selatan pulau Sulawesi dan

sekitar 153 km dari kota Makassar. Pantai ini terletak di 5 ° 36'58.76"

S120° 27'2 .15" BT dan merupakan pusat wisata terbesar di Bulukumba.

Pantai Tanjung Bira telah menjadi pusat wisata Kabupaten Bulukumba.

Nilai kepuasan pengunjung terhadap kondisi dan fasilitas di

Tanjung Bira Beach Resort adalah 58% yang artinya pengunjung cukup

puas dengan fasilitas yang ada kondisi dan fasilitas. di kota wisata Tanjung

Bira.

Untuk meningkatkan kepuasan wisatawan, pengelola harus

memberikan pelayanan yang lebih baik, khususnya dengan meningkatkan

kualitas fasilitas dan peralatan yang ada. Kolaborasi antar pemangku

kepentingan (stakeholder) pariwisata khususnya pemerintah kabupaten dan

masyarakat setempat sangat diperlukan dalam pengembangan pariwisata

Pantai Tanjung Bira.9

Letak pembedaan kajian dengan kajian yang saya akan lakukan

yaitu : pada kajian diatas lebih berfokus adalah untuk menganalisis indeks

9
Jurnal Pariwisata : Maryono, Hefni Effendi, Majariana Krisanti Analisis Kepuasan
Wisatawan Untuk Manajemen Pantai Di Wisata Pantai Tanjung Bira, Vol. III No. 2 September
2016

22
kepuasan pelanggan dan untuk mengidentifikasi indikator yang perlu

ditingkatkan., sedangkan peneltian yang saya lakukan lebih focus kepada

bagaimana pemindahan kekuasaan wisata Tanjung Bira itu terjadi dan apa

dampak negatif ataupun positif yang di berikan setelah pemindahan

kekuasaan dari pemerintah desa ke dinas pariwisata

23
BAB II

TINJAUAN TEORITIK
A. Landasan Teori

a) Pariwisata
Nyoman S Pendit: Pariwisata dapat secara langsung merangsang

pembangunan, membawa manfaat dan kegembiraan baik bagi masyarakat di

daerah yang terkena bencana maupun bagi wisatawan dari luar. Pariwisata

memiliki beberapa unsur kepariwisataan antara lain:

a. Daya tarik ataupun pesona alam. Tempat tersebut menjadi destinasi

wisatawan untuk menikmati pemandangan yang indah dan asri

b. atraksi tradisional,masyarakat lokal mengembangkan kemampuan

ataupun kreatifitas turun temurun dari jaman dahulu.

c. Tempat wisata minat tertentu adalah pesona pariwisata yang sering di

kembangkan berdasarkan kebutuhan wisata tertentu yang terikat

kepada prefensi dan minat wsatawan

Al Luqman ayat 31 :

ٍ ‫َّار َش ُك‬
‫ور‬ ٍ ‫صب‬ َ ‫ت لِّ ُك ِّل‬ َ ِ‫ت ٱهَّلل ِ ِلي ُِريَ ُكم ِّم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذل‬
ٍ َ‫ك َل َءا ٰي‬ ِ ‫ك تَجْ ِرى فِى ْٱلبَحْ ِر بِنِ ْع َم‬
َ ‫َألَ ْم ت ََر َأ َّن ْٱلفُ ْل‬

Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda
(kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur

Pariwisata sangat diminati banyak orang, pariwisata juga memberikan

dampak baik bagi masyarakat dan pemerintah. Selain dampak positif, Pariwisata

24
juga dapat menimbulkan beberapa dampak negative. rai utama I gust bagus

menguraikan nya antara lain:

 Penghasilan Pertukaran Barang. Pertukaran tersebut memprediksi

bahwa pendapatan Pengeluaran industri paariwisata bisa berdampak

baik pada finansial rakyat di area wisata. Selain dapat merangsang

perekonomian masyarakat sekitar dan dapat meraup keuntungan lebih

ke investasi sehingga kedepannya dapat menumbuhkan finansial

sejalan bersama pertumbuhan keungan bagi masyarakat desa. Ada

banyak negara memperoleh pendapatan utama mereka dari pariwisata.

Dengan banyaknya wisatawan yang datang, perkembangan

perdagangan mata uang memungkinkan wisatawan untuk melakukan

perjalanan ke destinasi wisata tersebut dengan nyaman dan nyaman.

 Kontribusi pendapatan kepemerintah. Kontribusi pendapatan wisata

untuk pemerintah dapat di uraikan dengan dua cara yaitu kontribbusi

langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung yaitu diambil dari

pajak yang di kenakan kepada wisatawan saat membeli tiket sedangkan

kontribusi secara tidak langsung yaitu dari pemungutan pajak dari

barang yang di ambil diluar daerah yang di kenakan kepada objek

wisata tersebut.

 Penciptaan lapangan kerja. Sektor pariwisata membuktukan bahwa

pariwisata internasonal memberikan kontibusi yang signifikan

terhadap penciptaan bisnis terkait pariwisata sperti kesempatan kerja,

25
akomodasi, transportasi, gastrinomi dan kerajinan tangan atau cindera

mata.

 Pembangunan infrastruktur hal ini dibuktikan dengan adanya sektor

pariwisata yang mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan

infastruktur yang memadai dan lebih baik. Air bersih, listrik,

telekomonikasi, transportasi dan fasilitas pendukung lainnya yang

meningkatkan kualitas hidup bagi wisatawan maupun masyarakat.

Sedangkan dampak negative :

 Kebocoran ekspor dan impor. Kerugian impor biasanya disebabkan

oleh permintaan paralatan berstandar internasional yang digunakan di

sektor pariwisata

 Biaya pengembngan. Pengembaangan infrastruktur sektor pariwisata

dengan standar internasional merupakan beban biaya sendiri bagi

pemerintah..10

b) Teori Kebijakan
Kebijakan adalah seperangkat konsep dan prinsip yang menjadi pedoman

dan dasar bagi rencana untuk melakukan pekerjaan, memimpin dan bertindak.

Istilah ini dapat berlaku untuk pemerintah, organisasi sektor swasta dan kelompok

serta individu. Kebijakan berbeda dengan aturan dan hukum. Jika suatu undang-

undang dapat memaksakan atau melarang perilaku, seperti undang-undang yang

mewajibkan pembayaran pajak penghasilan, maka kebijakan tersebut hanyalah


10
Gusti bsgus.2017. kajian pariwisata dari prosfektif ekonomi.

26
panduan untuk tindakan yang paling mungkin untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

Kebijakan atau pelicy yang berkaitan dengan perencanaan, pengambilan

keputusan dan perumusan, pelaksanaan keputusan dan evaluasi dampak

pelaksanaan keputusan tersebut pada banyak orang adalah tujuan politik

(kelompok sasaran). Politik adalah suatu kekuasaan untuk mengatur masyarakat

dari kasta atau kalangan atas sempai bawah. Menurut Heinzt Eula dan Kenneth

Prewitch . politik adalah keputusan yang bertahan lama, yang dicirikan oleh

kegigihan dan penglangan tindakan dari mereka yang memberikan keputusan

tersebut, dengan memberikan pengharagaan atau pun sebaliknya. Di tingkat pusat,

kebijakan adalah alat teknis, rasional dan berorientasi pada tindakan untuk

memecahkan masalah. Kebijakan adalah model untuk tindakan yang mendorong

dan mempengaruhi perilaku mereka yang terpengaruh oleh keputusan ini.

Kebijakan sengaja dirumuskan dan dirancang untuk memberikan bentuk yang

sesuai.

Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu

yang diputuskan untuk dilakukan atau tidak dilakukan oleh jaringan manajemen.

Lebih lanjut dikatakannya, jika pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu,

harus ada tujuan (objektivitas) dan kebijakan negara harus mencakup semua

tindakan pemerintah. Dengan demikian, ini bukan sekadar pernyataan kehendak

pemerintah atau perwakilannya. Juga, sesuatu yang tidak dilakukan oleh

27
pemerintah akan memiliki efek yang sama dengan sesuatu yang dilakukan oleh

pemerintah.11

Suatu kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah akan kehilangan

makna tanpa implementasinya. Kebijaksanaan implementasi itu sangat

berpengaruh, bahkan sangat berpengaruh di banding kebijakan-kebijakan lainya,

tanpa implementasi, kebijakan hanya akan menjadi sebuah wacana atau rencana

cemerlang yang tersembunyi ditulisan yang di catat. Dengan demikian, semua

kebjakan yang di rancang oleh pemegang kekuasaan harus dilaksanakan, agar

terealisasi dan waktu tidak terbuang sia-sia.12

Dengan pendekatan procedural dan manajerial, tahap implementasi

meliputi urutan langkah-langkah sebagai berikut:13

1. Merancang (design) program dengan rincian tugas dan perumusan tujuan

yang jelas, menentukan ruang lingkup pekerjaan.

2. Merealisasikan perencanaan menggunakan startegi yang terstruktur dan

personel, keuangan dan sumber daya yang sesuai

3. Menerapkan system perencanaan, pemantauan, dan sarana pemantauan

yang tepat untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat dapat segera

diambil.

Dari rangkaian langkah di atas, implementasi kebijakan biasanya

mencakup kegiatan perencanaan, pemrograman, dan pemantauan. Kebijakan

pemerintah mungkin tidak efektif. menggambarkan suatu keadaan dimana dalam


11
Amri Marsali, Antrapologi dan Kebijakan Publik, Jakarta, Kencana Pranada Media
Grup, 2012. Hlm,21.
12
Solihin Abd Wahab, Analisis Kebijakan, Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Bumi Akara, 2008 Hlm 6-8.
13
Solihin Abd Wahab, Analisis Kebijakan, Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Bumi Akara, 2008 Hlm 112.

28
proses kebijakan selalu ada kemungkinan terjadinya kesenjangan antara apa yang

diharapkan (direncanakan) oleh pengambil keputusan dengan apa yang

sebenarnya dicapai sebagai hasil atau keberhasilan implementasi kebijakan.

Besarnya perbedaan tersebut tergantung pada kemampuan organisasi atau aktor

untuk mengimplementasikan kebijakan yang diamanatkan untuk mencapai tujuan

yang tercantum dalam dokumen kebijakan (implementation capacity).

Implementasi kebijakan harus memungkinkan untuk mencapai perubahan yang

direncanakan.

Namun, mungkin ada resistensi terhadap perubahan yang terkait dengan

implementasi kebijakan. Menurut peneliti, keragaman implementasi kebijakan

tidak hanya terkait dengan perilaku lembaga administratif yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan program dan menciptakan penyerahan kelompok

sasaran, tetapi juga jaringan kekuatan politik seperti eksekutif, legislatif. ,

peradilan, kepentingan, kelompok yang mempengaruhi berfungsinya ekonomi dan

anggota masyarakat sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat

mempengaruhi perilaku semua pihak yang bersangkutan. Dengan demikian,

kebijakan publik menjadi efektif, ketika diimplementasikan, dan berdampak,

disengaja atau tidak, pada beberapa khalayak.

Istilah politik sering digunakan secara bergantian dengan istilah lain

seperti tujuan, program, keputusan, undang-undang dan peraturan, proposal dan

rencana luas. Bagi pengambil keputusan, istilah-istilah ini seharusnya tidak

menimbulkan masalah karena mereka menggunakan referensi yang sama. Namun,

29
bagi mereka yang berada di luar struktur pembuatan kebijakan, istilah tersebut

dapat membingungkan.

Politik harus dibedakan dengan kearifan (wisdom) karena politik adalah

pengawasan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan menurut situasi dan

kondisi setempat oleh pejabat yang berwenang. Untuk itu, kebijakan publik

merupakan bentuk respon terhadap suatu masalah karena akan menjadi upaya

untuk memecahkan, mengurangi dan mencegah kejahatan dan sebaliknya advokat,

inovator dan memimpin munculnya kebaikan dengan cara terbaik. dan tindakan

terarah.14

Ada empat hal yang berkaitan dengan kebijakan publik.

 tujuan atau aktivitas yang diarahkan pada tujuan harus menjadi

perhatian utama dari perilaku acak atau kejadian yang tiba-tiba.

 kebijakan adalah model tindakan pejabat pemerintah sehubungan

dengan keputusan diskresi mereka yang diambil dengan acak.

 Bentuk aktif ketertiban umum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

telah disepakati oleh pemerintah.

 Kesejahteraan masyarakat dicapai dengan bantuan produk perankat

lunak yang diterapkan oleh pemerintah.

Setiap produk kebijakan harus mempertimbangkan sifat situasi sasaran,

membuat rekomendasi yang mempertimbangkan berbagai program yang dapat

dijelaskan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk menciptakan

14
Arifin Tahir, Kebijakan Public & Transparansi Penyelengaraan Pemerintahan
Daerah, Jakarta, Pustaka Indonesia, 2011 hlm, 38.

30
produk politik juga dapat dipahami konsep politik. menurut Abdul Wahab yang

digarisbawahi dan dijelaskan lebih rinci oleh Budiman Rusli antara lain :15

1. Kebijakan tidak selalu berbeda dengan managemen. Perbedaan antara

kebijakan dengan administrasi mencerminkan pandangan klasik.

Pandangan klasik tersebut kini banyak dikritik, karena model pembuatan

kebijakan dari atas misalnya, semakin lama semakin tidak lazim dalam

praktik pemerintahan sehari-hari. Pada kenyataannya, model pembuatan

kebijakan yang memadukan antara top-down dengan bottomup menjadi

pilihan yang banyak mendapat perhatian dan pertimbangan yang realistis.

2. Kebijakan yang menganalisis perkembangan kebijakan Negara ialah

perumusan apa yang sebenarnya diharapkan oleh para pembuat kebijakan.

Pada kenyataannya cukup sulit mencocokkan antara perilaku yang

senyatanya dengan harapan para pembuat keputusan

3. Kebijakan mencakup tidak adanya peregerakan ataupun adanya

pergerakan. Perilaku kebijakan mencakup pula kegagalan melakukan

tindakan yang tidak disengaja, serta keputusan untuk tidak berbuat yang

disengaja (deliberate decisions not to act). Ketiadaan keputusan tersebut

meliputi juga keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang yang

secara sadar atau tidak sadar,

4. Pencapaian dari sebuah kebijakan, yang mungkin sudah dapat

diantisipasikan sebelumnya atau mungkin belum dapat diantisipasikan.

Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai pengertian


15
Arifin Tahir, Kebijakan Public & Transparansi Penyelengaraan Pemerintahan
Daerah, Jakarta, Pustaka Indonesia, 2011 hlm, 41.

31
kebijakan perlu pula kiranya meneliti dengan cermat baik hasil yang

diharapkan ataupun hasil yang senyatanya dicapai. Hal ini dikarenakan,

upaya analisis kebijakan yang sama sekali mengabaikan hasil yang tidak

diharapkan (unintended results) jelas tidak akan dapat menggambarkan

praktik kebijakan yang sebenarnya.

5. Kebijakan terutama di tentukan dengan memasukkan kebutuhan masing-

masing ,kebijakan melalui tujuan atau sasaran tertentu baik secara eksplisit

atau implisit. Umumnya, dalam suatu kebijakan sudah termaktub tujuan

atau sasaran tertentu yang telah ditetapkan jauh hari sebelumnya,

walaupun ujuan dari suatu kebijakan itu dalam praktiknya mungkin saja

berubah atau dilupakan paling tidak secara sebagian.

6. Politik lahir dari sebuah proses yang terus berjalan seiring berjalannya

waktu. Kebijakan itu sifatnya dinamis, bukan statis. Artinya setelah

kebijakan tertentu dirumuskan, diadopsi, lalu diimplementasikan, akan

memunculkan umpan balik dan seterusnya.

Adapun mengenai hubungan antara teori Kebijakan dengan objek

penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti yakni terletak pada hasil dari dua teori

yang ada di atas, teori ini mampu membantu peneliti dalam menjawab perihal

mengenai suatu upaya atau langkah yang dilakukan oleh pemerintah yang pada

dasarnya merupakan pemimpin atau penguasa yang mempunyai tugas untuk

merumuskan dan membuat suatu aturan atau kebijakan, khususnya mengenai

dampak yang dirasakan oleh masyarakat desa bira terhadap pemindahan

kekuasaan objek wisata.

32
c) Teori Pendapatan
Pengertian penghasilan dalam kamus Bahasa Indonesia, penghasilan

adalah adalah hasil kerja. Pendapatan dalam kamus bisnis adalah uang yang

diterima oleh individu, bisnis, dan organisasi lain dalam betuk upah, gaji, sewa,

bunga, komisi, biaya, dan keuntungan. Pendapatan seseorang juga dapat

didefinisikan sebgai jumlah pendapatan dalam satuan mata uang yang dihasilkan

oleh seseorang atau negara dalam priode tertentu. Rekso Prayidno

mengatakan.“Penghasilan dapat didefinisikan sebgaai total pendapatan yang

diperoleh selama suatu periode tertentu”16.

Sukirno mendefinisikan pendapatan adalah “jumlah penghasilan yang

diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik

harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan17. Budiono mengemukakan bahwa

pendapatan adalah “hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya

kepada sektor produksi.

Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu18

1. Penghasilan tetap (permanent income) adalah penghasilan yang selalu diterima

setiap saat dan dapat diperkirakan di muka, misalnya penghasilan dari upah, gaji.

Pendapatan ini juga merupakan pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang

menentukan kekayaan seseorang yang menciptakan kekayaan

16
Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, (Jakarta: Bina Grafika,
2004), h. 79.
17
Sudono Sukirno, teori pengantar mikro ekonomi, rajagrafindo persada. Jakarta. 2006.
Hlm. 47
18
Mangkoesoebroto dan Algafari. Teori ekonomi makro. STIE YPKN. Yokyakarta.
1998, hlm 72

33
2.Penghasilan sementara adalah penghasilan yang tak terduga , beberapa

klasifikasi pendapatan adalah pendapatan pribadi dan pendapatan yang di

belanjakan 19

Pendapatan masyarakat adalah pendapatan dari upah dan gaji dari hasil

produksi dan perdagangan individu atau kelompok rumah tangga selama sebulan

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Terdapat factor yang memperngaruhi pendapatan antara lain, yakni :20

a) Lapangan kerja yang tersedia.

Semakin banyak lapangan kerjadapat membuat masyarakat

mendapat penghasilan yang dapat mengangkat taraf hidup.

b) Kemampuan personal.

Dengan adanya kemampuan atau keahlian tersendiri dapat

menajadi bekal untuk masuk kedalam dunia kerja sehingga keahlian

tersebut dapat berpengaruh pada penghasilan dan penempatan kerja

c) Pantang menyerah dan dorongan ingin maju.

Dengan memiliki sifat tersebut individu akan selalu berpegang teguh

dengan pekerjaan yang di tekuni seingga tidak akan menurunkan peforma

kerja yang akan mempengaruhi pendapatan

d) Modal yang dikeluarkan.

19
Richard G Lepsley. Pengantar makro ekonomi. Erlangga. Jakarta .1993 , hlm 70.
20
Ratna Sukmayani. Ilmu pengetahuan social. PT Galaxy Mega Puspa. Jakarta . 2008,
hlm 117.

34
Besar kecilnya sesuatu yang dikeluarkan niscaya akan terbayar,dengan

memberikan banyak modal yang akan dilakukan maka akan ada imbas

balikyang akan di dapatkan kedepannya.

Hubungan antara teori diatas dengan penelitian yang saya akan lakukan

yaitu teori pendapatan sengat berkaitan erat dengan masyarakat lokal yang

melakukan aktivitas perdagangan diwilayah Parwisata Tanjung Bira. Teori ini

juga di harapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat ataupun

pemerintah untuk dapat mendistribusikan keuangan dengan sebaik baiknya.

B. Kerangka Konseptual

Regulasi pemindahan pengeolaan kawasan wisata


tanjung bira

Regulasi Dampak Pemindahan


35
Penyebab Pengelolaan
Kekuasaan Kualitatif

Kebijakan Observasi

Wawancara
Pendapatan
Dokumentasi

Analisis data Miles

Dan Huberman

HASIL

1. Regulasi : UU No 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan dan penyebab pemindahan yaitu
berkenaan dengan aspek ekonomi
2. Dampak Bagi Masyarakat, Pengusaha, Dan
Pemerintah Desa

Model kerangka konseptual di atas menjelaskan bahwa tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini berupa proses pemindahan kekuasaan dari desa bira

ke dinas pariwisata bulukumba dan ingin mengetahuitentang dampak negatif atau

positif yang ditimbulkan oleh pemindahan kekuasaan tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

36
A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis atau metode yang digunakan dalam penelitian yang berjudul

“Regulasi Pemindahan Kekuasaan Wisata Dari Desa Bira Ke Pemerintah Daerah”

adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Adapun alasan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pengalaman para

peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami

apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang

sulit untuk dipahami secara memuaskan. memproses pencarian gambaran data

dari konteks kejadiannya langsung, sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis

kenyataannya, yang berarti membuat berbagai kejadiannya seperti merekat dan

melibatkan perspektif (peneliti) yang partisipatif didalam berbagai kejadiannya,

Penelitian ini berfokus pada dampak dari pemindahan kekuasaan wisata Pantai

Tanjung Bira

Metode penelitian kualitatif cenderung menggunakan analisis yang sangat

mendalam dari hasil informasi yang terkait dengan menyajikannya dengan

menggunakan data dan deskripsi analisa. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang memiliki tujuan untuk membuat fakta yang ada dilapangan

menjadi mudah dan jelas untuk dipahami.21

Penelitian ini dilaksanakan di daerah wisata Pantai Tanjung Bira yang

berada di Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi

Selatan

21
Yani Ardianto, “Memahami Metode Penelitian Kualitatif”, Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2016

37
B. Metode Pengumpulan Data

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam

sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk

mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode

pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Observasi

Secara umum, observasi merupakan cara atau metode menghimpun

keterangan atau data yang dikakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan

sasaran pengamatan.

Dengan kata lain obsevasi dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang kelakuan observee yang sebenarnya. Dengan demikian, melalui

kegiatan observasi dapat dipeoleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan menggunakan metode lain.

2. Wawancara

Metode wawancara merupakan proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penulisan dengan cara tanya jawab secara langsung atau

melalui proses tatap muka antara pewawancara.

38
Dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang cukup lama.22

Wawancara adalah pertemuan antara peneliti dan informan, dimana

jawaban informan akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara

juga merupakan metode bagus untuk pengumpulan data tentang subjek

kontemporer yang belum dikaji secara ekstensif dan tidak banyak literature

yang membahasnya.23

Wawancara dilakukan dengan mengikuti petunjuk pedoman

wawancara yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti. Adapun macam-

macam wawancara yaitu:

1). Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur yaitu mengabungkan

pertanyaan-pertanyaan kuantitatif (seperti usia, gender) namun bisa

mendapatkan data yang lebih kualitatif apabila pewawancara meminta

penjelasan dan elaborasi jawaban.

2). Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur juga biasa

disebut sebagai wawancara informal, fokus, tak terstruktur, atau bebas.

Wawancara jenis ini dilakukan dalam bentuk “percakapan yang mengalir

bebas, bergantung pada kualitas interaksi sosial antara insvestigator dan

informan, yang dapat diluruskan kembali oleh pewawancara jika

percakapan menjadi menyimpang dari tema studi riset.24

22
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Favilibrium. Vol. 5 No 9, 2009
23
Lisa Horrison. Meotodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana. 2009). h. 104.
24
Lisa Horrison. Meotodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana. 2009). h. 106.

39
3. Dokumentasi

Metode dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data terkait

baik menggunakan media tulis maupun elektronik sebagai bukti atau

dokumentasi telah melakukan penelitian25

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-

barang yang tertulis.Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, document,

peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Hasil

penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel/dapat

dipercaya jika didukung oleh dokumentasi.

C. Sumber Data

Penelitian dilakukan dengna menggunakan dua jenis sumber data yang

diperlukan yaitu

1) Data Primer

Data Primer dikumpulkan melalui studi lapangan yang diperoleh dari

narasumber dengan menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara

mendalam.26Pada peneltian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi di lapangan dengan informan. Dengan kata lain, peneliti dalam

hal ini mengunjungi langsung tempat-tempat yang dianggap oleh peneliti

25
Guswan, Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Tanjung Bira pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba, Skripsi, h. 32
26
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 83

40
dapat memberikan informasi terkait dengan apa yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini.

2) Data Sekunder

Data skunder diperoleh dengan membaca buku, karya tulis ilmiah, dan

berbagai literature-literatur yang lainnya yang memiliki hubungan dengan

tulisan ini.27Data Skunder adalah data yang dikumpulkan yang dikumpulkan

untuk suatu maksud yang lain tetapi digunakan kembali oleh ahli analisis

dalam suatu desain riset yang baru. Seperti Jurnal terkait dengan masalah

yang akan diteliti penulis.28

D. Teknik Pengolahan Dan Analisisd Data

1.) Teknik Pengelolahan Data

Agar data yang diperoleh lebih akurat, maka penulis menggunakan

metode pengolahan dan analisis data yang bersifat kualitatif. Untuk

menemukan pengertian yang diinginkan penulis mengolah data yang ada

untuk selanjutnya di interpretasikan ke dalam konsep yang bisa mendukung

sasaran dan objek pembahasan.29

Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah untuk memperoleh

makna, menghasilkan pengertian-pengertian, menghasilkan konsep-konsep

serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data kualitatif

27
Deddy Mulyana, Kualitatif: Metodologi Penelitian Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004), h.190
28
Robert R. Mayer, Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial, h. 361
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 129

41
adalah proses mencari serta menyususn secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan lainnya

sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada orang lain.

2.) Teknik Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak

sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis data dilanjutkan pada saat

peneliti berada dilapangan sampai peneliti menyelesaikan kegiatan

dilapangan. Sebelum peneliti memasuki lapangan, analisis dilakukan

terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder.

Analisis data diarahkan untuk menentukan fokus penelitian.

Namun demikian focus penelitian yang ditetntukan sebelum peneliti

memasuki lapangan masih bersifat sementara. Fokus penelitian ada

kemungkinan mengalami perubahan atau berkembang setelah peneliti

berada dilapangan.30Teknik pengelolahan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

a) Reduksi Data (Data Reeduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak.

Oleh karena itu, peneliti perlu mencatat secara teliti dan rinci.

Selanjutnya peneliti melakukan analisis data melalui reduksi data.

Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting.

30
Dr. Cahya Suryana, S. Si., M. Pd. , Pengolahan Dan Analisis Data (Jakarta: 2007), h. 8

42
b) Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendispalykan data. Yakni dengan menguraikan setiap permasalahan,

dalam pembahasan penelitian ini dengan cara pemaparan secara umum

kemudian menjelaskan dalam pembahasan yang lebih spesifik.

c) Penarikan kesimpulan (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya dalam menganilis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementaradan akan berubah apabila

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya.Upaya penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti

secara terus-menerus selama berada di lapangan.

Setelah pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti

penjelasan-penjelasan. Kesimpulan-kesimpulan itu kemudian

diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara memikir ulang

dan meninjau kembali catatan lapangan sehingga terbentuk penegasan

kesimpulan.31

Tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan

interaktif. Peneliti haru siap bergeraka diantara empat “sumbu” kumparan itu

selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik diantara kegiatan

reduksi, penyajian, penarikan kesimpulan/ verifikasi untuk lebih memperjelas

31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B, h. 247-252

43
alur kegiatan analisis data penilitian tersebut, akan dijelaskan pada bagan

berikut :32

PENGUMPULAN PENYAJIAN
DATA DATA

VERIFIKASI/
REDUKSI
PENARIAKN
DATA KESIMPULAN

Bagan 1 : Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.) Gambaran Umum Lokasi Penelitian

32
S Arikunto, Metode Penelitian ( Jakarta : Rineka Cipta 2010), h.49

44
1. Sejarah Singkat Bulukumba

Penamaan Bulukumba berasal dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu

“Bulu’ku” dan “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “masih

gunung milik saya atau tetap gunung milik saya”. Mitos ini pertama kali

muncul pada abad ke 17 masehi ketika terjadi perang saudara anatara dua

kerajaan besar di sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone.

Di pesisir pantai yang bernama “Tana Kongkong”, disitulah utusan

Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan

menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.Bangkeng

Buki’(secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit

dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas

wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur.

Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng

Buki’sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.

Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam

bahasa Bugis “Bulu’kumupa” yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu

mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumba”. Konon sejak itulah

nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah

kabupaten. Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai

dari terbitnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan

Daerah-daerah tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan

45
Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang lambang

Daerah.

Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994

dengan narasumber Prof.Dr.H.Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya),

maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari

1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994. Secara yuridis formal

Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan

Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba

pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan bupati

pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.

Dari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah “legenda

modern” dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri

budaya dalam bentuk perahu,baik perahu jenis Phinisi,

Padewakkang ,Lambo,Pajala,maupun jenis Lepa-lepa yang telah berhasil

mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Masyarakat Bulukumba

telah bersentuhan dengan Ajaran agama islam ini dibawa oleh tiga ulama

besar (waliyullah) dari pulau sumatera yang masing-masing bergelar Dato

Tiro (Bulukumba),Dato Ribandang (Makassar),dan Dato Patimang (Luwu).

Ajaran agama islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan

kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan

mereka untuk berlaku zuhud,suci lahir batin,selamat dunia akhirat dalam

rangka tauhid (meng-Esa kan Allah SWT).33


33
https:// bulukumbakab / pages/profil kabupaten bulukumba

46
2. Lambang Daerah

Lambang daerah Kabupaten Bulukumba ditetapkan berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 13 Tahun 1987, lambang

daerah mempunyai beberapa makna yakni:

a) Perisai persegi lima

melambangkan sikap batin masyarakat Bulukumba yang teguh

mempertahankan pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

b) Padi & Jagung

 Melambangkan mata pencaharian utama dan merupakan makanan

pokok masyarakat Bulukumba.

 Bulir padi sejumlah17 bulir melambangkan tanggal 17 sebagai

tanggal kemerdekaan RI.

 Daun jagung sejumlah 8 menandakan bulan agustus sebagai bulan

kemerdekaan RI.

 Kelopak buah jagung berjumlah 4 dan bunga buah jagung

berjumlah 5 menandakan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan

RI.

c) Perahu phinisi

 Sebagai salah satu mahakarya ciri khas masyarakat Bulukumba,

yang dikenal sebagai “Butta Panrita Lopi”atau daerah

47
bermukimnya orang yang ahli dalam membuat perahu.

 Layar perahu phinisi berjumlah 7 buah melambangkan jumlah

kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba saat logo tersebut

dibuat tapi sekarang sudar dimekarkan menjadi 10 kecamatan.

 Tulisan aksara lontara di sisi perahu “Mali siparappe, Tallang

sipahua”mencerminkan perpaduan dari dua dialek bugis Makassar

yang melambangkan persatuan dan kesatuan dua suku besar yang

ada di Kabupaten Bulukumba.

 Dasar biru : mencerminkan bahwa Kabupaten Bulukumba

merupakan daerah maritim.

3. Letak Geografi dan Batas Wilayah

Kabupaten Bulukumba terletak dibagian selatan jasirah Sulawesi,

berjarak sekitar 153 km dari Kota Makassar. Secara geografis terletak pada

koordinat 5O20’ LS – 5O40’ LS dan 119O58’BT- 120O28’ BT. Berdasarkan

posisi geogrsfisnya, Kabupaten Bulukumba memiliki batas-batas sebagai

berikut :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kepulauan Selayar

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Teluk Bone

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng

48
Luas wilayah kabupaten bulukumba seluas 1.154,7 km2 atau sekitar

2,5% dari luas wilayah sulawesi selatan yang meliputi 10 kecamatan dan

terbagi kedalam 27 kelurahan dan 109 desa. Wilayah kabupaten bulukumba

hampir 95,4% berada pada ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut

dengan tingkat kemmiringan tanah umumnya 0-400. Juga terdapat sekitar 23

aliran sungai yang dapat mengairi sawah seluas 22.958 hektar, sehingga

merupakan daerah potensi pertanian. Curah hujannya rata-rata 226 mm

perbulan dan rata-rata hari hujan 13 hari perbulan.

4. Kultural ( kebudayaan)

Dari sisi budaya bulukumba telah tampil menjadi sebuah “legenda

modern”, dalam kancah percaturan kebudayaan nasional. Bahkan melalui

industry budaya dalam bentuk perahu baik itu perahu jenis phinisi,

padewakkang, lambo,pajala, maupun jenis lepa-lepa yang telah berhasil

mencuatkan nama bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki

pemahaman terhadap adanya subyekyang bernama perahu sebagai suatu

refleks kreativitas masyarakat Bulukumba.

5. Sejarah Singkat Desa Bira

Desa Bira berasal dari kata Bira yang berarti pinggir pantai atau pesisir

pantai dan juga letaknya yang berada ditengah bagian antara daerah satu dan

lainnya yang bertepatan dipesisir pantai, maka Bira berarati daerah pesisir

49
pantai yang terletak di bagian tengah. Desa Bira merupakan salah satu desa

yang ada di kecamatan Bonto bahari, desa Bira ini terdiri atas empat dusun

yaitu Dusun Pungkare, Dusun Birakeke,Dusun Tanetang dan Dusun Liukang

Loe. Bira pertama kali dihuni oleh orang Tambora menurut sejarah mereka

menempati beberapa daerah salah satu diantaranya adalah Desa Bira.Jumlah

penduduk desa Bira sebesar 3565 Jiwa. Luas Desa Bira sekitar 5.367.216 m2.

6. Letak Geografis dan Keadaan Alam

Desa Bira merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan

Bontobahari. Secara geografis Desa Bira memiliki batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah selatan : berbatasan dengan Selat Selayar

- Sebelah Utara : berbatasan dengan Darubiah

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Teluk Bone

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Laut Flores

Desa Bira memiliki Luas Wilayah mencapai 1.284,63 km 2 yang terdiri

atas

a. Dusun Pungkare

b. Dusun Birakeke

c. Dusun Tanetang

d. Dusun Liukang Loe

50
Dusun Pungkare merupakan pusat pemerintahan yang terletak dijalan

Provinsi. Kondisi fisik dasar di Desa Bira,untuk daerah pertanian kondisi

tanahnya cukup ideal. Sebagian wilayahnya banyak yang kering dan

mengandung sedikit pasir yang tidak cocok digunakan untuk tanaman padi.

Sebagiannya lagi daerah yang digunakan untuk area peternakan, dan yang

paling menguntungkan terkhusus untuk masyarakat di Desa Bira adalah

terdapatnya tempat berwisata.

7. Mata Pencaharian

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Bira merupakan daerah

pesisir pantai, dan dari itu dapat kita pastikan bahwa mata pencaharian

sebahagian besar penduduk desa yakni bergerak pada bagian nelayan yang

dalam bahasa setempat disebut sebagai pagae adapun teknik penangkapan

ikannya masih menggunnakan teknik tradisional walaupun sebagian besar

nelayan lainnya telah menggunakan alat-alat modern dalam pekerjaanya, hal

tersebut dapat kita artikan bahwa penduduk didesa Bira sudah mulai

meninggalkan alat tradisional menuju ke penggunaan alat modern. Para

nelayan di bira membuat dan menggunakan kapal mereka tidak lagi keluar

daerah untuk membelinya sebab sebagian penduduk bira ada juga yang

berprofesi sebagai pengrajin kapal atau di daerah bira di sebut sebagai pajama

lopi, yang walaupun sebagian besar pekerja atau pengrajin kapal juga berasal

dari desa tetangga yakni desa Ara.

51
Mata pencaharian di bira memang kebanyakan berprofesi sebagai

nelayan dan pekerja kapal namun tidak hanya itu, para penduduk juga ada

yang berprofesi sebagai peternak, pedagang dan juga pengelola penginapan

yang dimana kita ketahui bahwa bira merupakan daerah pariwisata maka tak

heran jika sebagian penduduk ada yang memanfaatkan hal tersebut dengan

menjadi pedagang baik souvenir maupun makanan, namun tidak hanya itu

para pedagang juga menjual miras yang bira kita temui digerai yang terletak

dibibir pantai, dan juga ada yang memanfaatkan hal tersebut dengan membuka

villa, wisma ataupun penginapan.

Hal ini menjadikan Bira mengalami banyak kemajuan dan

menghidarkan para penduduk Bira pada garis kemiskinan, maka dari itu dapat

kita pastikan bahwa tingkat pengangguran di desa Bira sangat minim sebab

sumber alam dan peluang sangat besar atau kata simpelnya bahwa desa Bira

mempunyai potensi untuk jauh dari kata pengangguran.

8. Kehidupan Sosial Dan Budaya

Pembahasan mengenai masyarakat dan kebudayaan atau kebudayaan

dan masyarakat merupakan pembahasan yang sering menimbulkan

perdebatan, terutama dalam ilmu-ilmu tentang kemanusian, hubungan antara

manusia dengan manusia dan hubungan antara manusia dengan masyarat,

beserta kebudayaanya, baik dalam sosiologi, antropologi sosial dan

antropologi budaya maupun dalam bidang-bidang ilmu sosio-humaniora

lainnya. Selain itu juga karena terjadinya perubahan, transformasi terus-

52
menerus dalam masyarakat dan dalam praktek kebudayaan, sehingga dari

waktu ke waktu bahkan dari zaman ke zaman. Dari itu pemahaman, pengertian

dan konsep mengenai masyarakat dan kebudayaan menjadi pembahasan yang

mendapat perhatian.34

Pengertian sosial secara sederhana yang perlu kita pahami yaitu bahwa

sosial adalah ilmu tentang masyarakat, sedangkan pengertian budaya secara

bahasa, budaya dalam bentuk jamak berasal dari kata budi dan daya yang

artinya cinta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa

sanskerta, budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan

akal.

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan menurut R. Linton

menyebutkan bahwa kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah

laku yang dipelajari dan hasil dari tingkah laku yag dipelajari, dimana unsur

pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.35

Kehidupan sosial masyarakat desa Bira pada umumnya memiliki pola

yang sama dengan daerah lain, dimana mereka juga mempunyai lembaga-

lembaga sosial masyarakat. Pada saat ini pola kehidupan yang bersifat

kerajaan atau mengutamakan para keturunan raja sudah tidak kental lagi

karena sekarang warga masyarakat telah mengalami perubahan pandangan

dalam pola hidup yang disebabkan oleh serbuan informasi dan pengetahuan.
34
Nurdien H Kistanto, Sistem Sosial-Budaya di Indonesia, Sabda : Jurnal Kajian
Kebudayaan Vol III. No II, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro, 2008
35
Elly M Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana, Jakarta, 2017

53
Kebudayaan adalah benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku,

bahasa dan lain-lain.

Masyarakat desa Bira memiliki kebudayaan Appasili (tolak bala) dan

Ammossi yaitu ritual pada saat peluncuran perahu phinisi ke laut. Puncak

acara ritual adalah ammossi, yakni penetapan dan pemberian pusat pada

pertengahan lunas perahu yang selanjutnya akan dilakukan penarikan perahu

ke laut. Pemberian pusat ini berdasar pada kepercayaan bahwa perahu adalah

“anak” punggawa / panrita lopi (pembuat perahu). Berdasar pada kepercayaan

itu, maka upacara ammossi merupakan simbolisasi pemotongan tali pusar bayi

yang baru lahir. Sebelum prosesi ammossi dilakukan, seluruh kelengkapan

upacara disiapkan disekitar pertengahan lunas perahu yang merupakan tempat

upacara. “Punggawa” atau pembuat perahu berjongkok di sebelah pertengahan

lunas perahu berhadapan dengan sanro.

Tak lama kemudian mulut sanro berkumat-kamit membacakan

mantera sambil membakar kemenyan. Selesai membaca mantera, sang sanro

membuat lubang ditengah kalabiseang, selanjutnya kalabiseang dibor sampai

tembus kesebalah kanan lunas perahu. Setelah prosesi ammossi selesai,

dimulailah ritual penarikan perahu ke tengah laut. Prosesi ini dahulunya

memanfaatkan tenaga manusia yang sangat banyak untuk menarik perahu

kelaut, namun karena tonase perahu sangat berat,prosesi ini sudah

menggunakan peralatan yang lebih “modern”, yaitu katrol. Pada prosesi

peluncuran malam itu, penarikan perahu phinisi menggunakan katrol dan

54
rantai sebagai simbolisasi penarikan perahu. Perahu yang ditarik sudah

dianggap masuk ke laut jika badan perahu telah menyentuh air laut.36

9. Kehidupan Keberagamaan

Masyarakat desa Bira telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam

sejak awal abad ke-17 masehi, yang diperkirakan pada tahun 1605 M. Ajaran

agama Islam di bawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari pulau sumatera

yang masing-masing bergelar Dato’ Tiro, Dato’ Ribandang, dan Dato’

Patimang. Ketiga ulama besar ini tersebar di tiga daerah yakni Makassar,

Luwu, dan Bulukumba dan dalam hal ini Dato’ Tiro yang bertugas

menyebarkan agama Islam di Butta Panrita Lopi. Ajaran agama Islam yang

berintikan tasawuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan

menggerakan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhut, suci lahir batin

selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid “appasewang” (meng Esakan

Allah Subhanahu Wata’ala.37

10. Potensi Kawasan Wisata Pantai Bira

Pada umumnya kegiatan parawisata akan berkembang dengan pesat di

suatu daerah yang memiliki daya tarik besar serta ciri khas yang lain dari

tempat-tempat wisata lainnya. Kawasan Pantai Bira memenuhi standar untuk

dijadikan sebagai objek wisata bertaraf internasional bila dikembangkan

36
Azwar Sultan, Agama Dalam Kehidupan Prostitusi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, 2018
37
https:// bulukumbakab / pages/profil kabupaten bulukumba

55
sesuai dengan ciri kedaerahan dan karakter alamnya serta dikelola secara

professional. 107 Aspek fisik alam yang merupakan daya tarik utama yang

dimiliki Kawasan Pantai Bira antara lain:

1) Memiliki panaroma indah terutama pada saat matahari terbit dan

matahari terbenam (Sunset and sunrise).

2) Bira dan sekitarnya memiliki nilai historis sebagai tempat

rekonstruksi perahu phinisi yang sudah dikenal dunia serta memiliki

pelaut-pelaut yang handal dan berani.

3) Memiliki karakter alam berupa hamparan pasir putih, kelandaian

pantai sehingga memungkinkan pengembangan berbagai kegiatan

wisata olah raga yang menarik.

11. Kondisi Kawasan Wisata Pantai Bira

Kondisi suatu kawasan adalah kemampuan daya dukung dan dayatampung

lahan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :

(a) Tingkat aksesibilitas kawasan Wisata Pantai Bira Tingkat aksebilitas

dalam suatu kawasan adalah tidak tidak lepas dari sirkulasi dan moda yang

56
digunakan. Pada kondisi eksisting, sirkulasi terdapat pada seluruh kawasan

Wisata Pantai Bira. Transportasi darat sangat lancar begitu dengan sistem

pengangkutan barang dan penumpang Tingkat aksesibilitas kawasan Wisata

Pantai Bira cukup tinggi, karena kawasan tersebut didukung oleh sarana dan

prasarana transportasi yang memadai anatara lain :

a) Didukung oleh jalan arteri yang menghubungkan kawasan dengan

Kota Bulukumba.

b) Terdapat trayek angkutan umum antar kota dan daerah.

c) Kondisi jalan yang aspal.

(b) Kemampuan daya dukung dan daya tampung lahan Dalam hal daya

dukung dan daya tampung kawasan Wisata Pantai Bira, dinilai bahwa pada

kawasan ini sangat potensial karena didukung oleh adanya lahan yang masih

berupa ilalang dan lahan kosong yang sangat baik untuk pengembangan. Luas

kawasan Wisata Pantai Bira mencapai 243 Ha, akan tetapi kawasan yang

terbangun hanya sekitar 50 Ha.

12. Sarana dan Prasarana

Penataan Kawasan Wisata Pantai Bira selain mengacu pada kawasan

tradisional yang ideal, perlu mempertimbangkan kondisi yang ada dengan

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Hal ini untuk menghindari

pemborosan investasi yang tertanam sebelumnya Sarana dan Prasarana

57
a. Penginapan

Penginapan merupakan elemen yang paling penting dalam pariwisata.

Dengan tersedianya elemen ini secara memadai akan dapat meningkatkan

jumlah kunjungan wisata pada obyek wisata ini. Ketersediaan penginapan di

lokasi penelitian masih kurang memadai. Oleh karena itu diperlukan

penambahan unit penginapan sehingga para wisatawan dapat seluruhnya

terakomodir nantinya.

b. Fasilitas Perdagangan

Ketersediaan fasilitas perdagangan baik itu kios-kios,dan

warungmerupakan elemen penting yang harus disediakan di kawasan obyek

wisata karena dengan adanya sarana tersebut para wisatawan nantinya dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sekaligus memudahkan masyarakat

setempat dalam memasarkan kerajinan tangan.

c. ATM

Unit mesin ATM yang melayani 24 jam belum tersedia di kawasan obyek

Wisata Pantai Bira, sebagaimana kita ketahui bahwa ketersediaan unit mesin

ATM sangat membantu untuk melayani para wisatawan nantinya. Oleh

karena itu perlunya penyediaan ATM yang dibangun disekitar lokasi

58
penelitian sehingga akan dapat memberi kemudahan dan keamanan kepada

para wisatawan nantinya.

d. Rumah Makan/Restoran

Ketersediaan rumah makan/ restoran merupakan hal penting yang tidak

boleh diabaikan. Dengan adanya rumah makan/restoran diharapkan akan

menahan wisatawan lebih lama lagi. Selain itu sarana tersebut dapat

dimanfaatkan untuk menyajikan makanan khas masyarakat setempat.

e. Museum

Museum merupakan sarana penunjang yang berfungsi untuk menunjang

wisata sejarah dan budaya nantinya. Sarana ini dapat dimanfaatkan untuk

memamerkan benda-benda ataupun ornamenornamen yang terkait dengan

aspek kesejarahan serta kebudayaan asli masyarakat Bulukumba.

f. Kantor Pengelola/Kantor Pos Jaga

Kantor pengelola merupakan sarana pelengkap yang akan memudahkan

dalam mengakomodir, mengatur ataupun mengelola obyek wisata selain itu

memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi seputar atrkasi

– atraksi wisata yang akan terdapat dalam kawasan obyek Wisata Pantai

Bira.

g. Panggung Terbuka (AULA)

59
Sarana penunjang lainnya yang perlu disediakan adalah panggung terbuka.

Panggung terbuka ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk menampilkan

berbagai macam atraksi budaya masyarakat asli misalnya tari-tarian,

nyanyian maupun atraksi budaya lainnya.

2. Prasarana

a. Jaringan Listrik

Kondisi jaringan listrik di lokasi studi sudah memadai karena hampir 100

persen masyarakat telah menikmati pasokan listrik dari PLN. Namun

mengingat konsep kawasan nantinya merupakan konsep wisata berwawasan

lingkungan maka sebaiknya dikembangkan lebih jauh akan pembangkit

listrik alternatif yang ramah lingkungan misalnya dengan memanfaatkan

energi matahari, angin dan air.

b. Jaringan Telephone

Jaringan Telepon di kawasan wisata Pantai Bira belum mendapatkan

pelayanan yang cukup memadai dari PT. Telkom hal itu disebabkan karena

kemampuan masyarakat yang masih kurang namun pada umumnya

masyarakat menggunakan telepon seluler dalam melakukan hubungan

komunikasi karena relatif ekonomis dan praktis.

60
c. Jaringan Jalan

Kondisi jaringan jalan yang baik merupakan indikator penting dalam

meningkatkan kenyamanan wisatawan. Adapun jaringan jalan di lokasi

penelitian maupun jalan menuju ke lokasi penelitian sebagian besar telah

diaspal dengan kondisi baik namun beberapa titik jaringan jalan masih perlu

diadakan perbaikan dan pembenahan karena melihat kondisi jalannya yang

mengalami kerusakan dan berlubang

d. Jaringan Air Bersih

Pada umumnya masyarakat di Desa Bira memanfaatkan air bersih dari

PDAM dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya baik untuk minum,

mencuci, dll.

e. Jaringan Drainase

Drainase adalah suatu sistem pembuangan air yang ada baik untuk air

hujan maupun air limbah yang ada di lingkungan Masyarakat. Adapun

kondisi drainase di Desa Bira khususnya di kawasan Pariwisata kurang

baik,sebagian besar di kawasan obyek Wisata Pantai Bira tidak terdapat

drainase, tetapi melalui proses alamiah yaitu system penyerapan, Namun

untuk menunjang kegiatan pariwisata perlu diadakan pembenahan dan

perbaikan.

f. Sistem Pengolahan Sampah

61
Untuk sistem pengelohan persampahan di kawasan wisata menggunakan

sistem kumpul bakar dan penimbunan. Dengan berdasarkan kepada konsep

penataan kawasan wisata yang ramah lingkungan maka hendaknya sistem

pengolahan sampah masyarakat tersebut perlu dihentikan dan perlunya

disubsitusi dengan system pengolahan yang ramah lingkungan. Hal itu perlu

dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan di Kawasan

Wisata PantaiBira.

B. Regulasi Pemindahan Pengelolaan Kawasan Wisata Tanjung Bira

Penelitian yang berjudul Regulasi pemindahan pengelolaan kawasan

wisata Tanjung Bira dari desa Bira ke pemerintah daerah , penelitian ini dilakukan

pada tanggal 18 januari 2022 sampai tanggal 18 Maret 2022. Setelah melakukan

pengumpulan data melalui teknik wawancara dan teknik pengumpulan data

lainnya, pada bab IV peneliti melakukan hasil penelitian lapangan yang telah

dilaksanakan di kawasan wisata Pantai Tanjung Bira secara deskriptif.

Secara umum, berbicara tentang aspek politik, pemerintah yang

menempatkan konteks kebijakan dalam pemberian makna atas arti terhadapnya

pada hakikat menjadikan pemerintah sebagai suatu konsep menjadi sesuatu yang

aktual, sesuatu yang tidak sekadar menjadi pemikiran akan tetapi menjadi sesuatu

yang dapat benar-benar di aplikasikan, diterapkan dan menjadikan sebuah

kebijakan menjadi actual dalam kehidupan pemerintahan dalam negara. Dan

ketika aktualisasi pemerintah nampak dalam kebijakan yang dirumuskan, dan

untuk kemudian di implementasikan maka rakyat didalam berbagai status sebagai

62
pihak yang diperintah tidak saja menjadi kelompok sasaran dari kehendak yang

ingin diwujudkan akan tetapi sekaligus menjadi pelaku dari kehendak pemerintah

dan kebijakan secara filosofis diletakkan dalam tuntutan pemerintah demokrasi.38

Tahap implementasi kebijakan dapat dicirikan dan dibedakan dengan

tahap pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan di satu sisi merupakan proses

yang memiliki logika bottom-up, dalam arti proses kebijakan diawali dengan

penyampaian aspirasi, permintaan atau dukungan dari masyarakat. Sedangkan

implementasi kebijakan di sisi lain di dalamnya memiliki logika top-down, dalam

arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro menjadi tindakan

konkrit atau mikro.

Landasan yang digunakan dalam pemindahan pengelolaan pariwisata

yaitu UU No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataaan : pemerintah dan atau

pemerintah daerah mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan sesuai dengan

ketentuan perundang undangan , yang dimaksud dengan “mengelola” adalah

merencanakan , mengorganisasikan dan mengendalikan semua urusan

kepariwisataan.

Seperti yang ada dalam Pasal 23 UU no 10 tahun 2009

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:

1. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta

keamanan dan keselamatan kepada wisatawan;

38
Faried Ali dan Syamsu Alam.Studi Kebijakan Pemerintah. Bandung. PT Refika
Aditama.2012 h. 3

63
2. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata

yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha,

memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum;

3. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang

menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan

4. mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka

mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat

luas.

Kemudian di Pasal 28 UU no 10 Tahun 2009

Pemerintah berwenang:

1. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan

nasional;

2. mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas sektor dan lintas

provinsi;

3. menyelenggarakan kerja sama internasional di bidang kepariwisataan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan:

4. menetapkan daya tarik wisata nasional;

5. menetapkan destinasi pariwisata nasional;

6. menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria, dan sistem

pengawasan dalam penyelenggaraan kepariwisataan;

64
7. mengembangkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia di

bidang kepariwisataan;

8. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang

menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali;

9. melakukan dan memfasilitasi promosi pariwisata nasional;

10. memberikan kemudahan yang mendukung kunjungan wisatawan;

11. memberikan informasi dan/atau peringatan din yang berhubungan dengan

keamanan dan keselamatan wisatawan;

12. meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan potensi wisata yang dimiliki

masyarakat;

13. mengawasi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan

kepariwisataan; dan mengalokasikan anggaran kepariwisataan.

Selanjutnya Pasal 29 UU no 10 Tahun 2009

Pemerintah provinsi berwenang:

1. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan

provinsi;

2. mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan di wilayahnya;

3. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha

pariwisata;

4. menetapkan destinasi pariwisata provinsi;

5. menetapkan daya tarik wisata provinsi;

65
6. memfasilitasi promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang

berada di wilayahnya;

7. memelihara aset provinsi yang menjadi daya tarik wisata provinsi; dan

8. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.

Pasal 30 UU no 10 Tahun 2009

Pemerintah kabupaten/kota berwenang:

1. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan

kabupaten/kota;

2. menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota;

3. menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota;

4. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha

pariwisata;

5. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya;

6. memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk

pariwisata yang berada di wilayahnya;

7. memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru;

8. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam linkup

kabupaten/kota;

9. memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di wilayahnya;

10. menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan

mengalokasikan anggaran kepariwisataan

66
Dalam pasal tersebut dikatakan bahwasanya pemerintah sebagai pemegang

Kuasa dapat membuat regulasi mengenai pengelolaan pariwisata didaerah yang di

anggap memiliki potensi besar untuk menajadi pariwisata yang berekembang dan

memiliki kualitas yang tinggi.

Dengan potensi yang di tunjukkan oleh pariwista pantai yang berada di

desa bira, membuat pemerintah kabupaten bulukumba menaruh harapan yang

besar terhadap potensi kawasan tanjung bira karena banyak nya pengunjung

ataupun wisatawan yang berkujung untuk berwisata, sehingga pemerintah daerah

mengambil alih pengelolaan dengan dasar yaitu pasal 18 UU No 10 tahum 2009

tentang kepariwisataan dengan tujuan memberikan peningkatan signifikan

terhadap kemajuan pembangunan dan pengembangan fasilitas kawasan wisata

tanjung bira.

Kepala dinas pariwisata berpendapat bahwa Kawasan wisata Tanjung Bira

“tanjung bira merupakann kawasan yang memiliki potensi yang akan


memberikanbanyak keuntungan dari segi ekonomikepada para pelaku usaha
disektor kepariwisataan, dan masyarakat setempat yang mengelola usaha usaha,
sehinnga memberikan dampak multiplayer efek yang tidak hanya menguntungkan
masyarakat sekitar tapi juga akan berdampak kepada seluruh masyarakat
kabupaen bulukumba juga Sulawesi selatan dan juga untuk negara Indonesia jika
dilihat sebagai perspektif yang lebih luas”
Dari perkataan kepala dinas pariwisata dapat di ambil kesimpulan bahwa

sanya kawasan wisata ini merupakan sebuah aset yang sengat fantastis jika di

kembangkan dengan baik, seingga dapat berdampak besar bagi negara ataupun

masyarakat khususnya Sulawesi selatan.

67
“pembangunan infrastruktur,seperti jalur jalan nasional sehingga akses
Kawasan wisata menjadi lancar itu karena adanya dari APBD ataupun APBN juga
kontribusi dari campur tangan pemerintah daerah dan juga kebutuhan listrik
disana merupakan salah satu perencanan Induk pemerintah, dan juga segala
macam hal lainnya, pemindahan pengelolaan memberikan banyak angin positif
bagi perkembangan wisata baik itu infrastruktur, telekomunikasi dan informasi
maupun pembukaan lapangan pekerjaan. Tujuan ini tidak terlepas dari aspek
ekonomi politik menyediakan pendapatan yang cukup banyak atau kebutuhan
minimum masyarakat, mensuplai negara atau persemakmuran dengan pendapatan
yang memadai bagi pelayanan-pelayanan public untuk memperkaya rakyat
maupun penguasa” ujar Muahammad Daud Kahal selaku kepala Disparpora
Pengembangan suatu bidang tidak akan terlepas dari proses politik begitu

pun juga dengan pariwisata, karena pariwisata dapat memberikan dorongan

langsung terhadap kemajuan pembangunan, memberikan keuntungan dan

kesenangan bagi masyarakat baik bagi masyarakat atau pun wisatawan luar.

Terbukti dengan adanya pemindahan pengelolaan dari sektor pariwisata

mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang memadai dan

lebih baik.

“ Kita berkaca dari beberapa desa wisata di Bali yang sudah mapan dan

berlanjut pembangunannya, kunci keberhasilannya adalah pelibatan secara

langsung pemerintah dan masyarakatnya dari mulai perencanaan yaitu pada tahap

pengambilan keputusan. Masyarakat tidak perlu lagi berganti profesi, profesi

sebelumnya tetap berjalan bersinergi dengan kebutuhan . Permodalan dapat

disiasati dengan bantuan dari pemerintah, LSM atau investor yang merasa

bertanggungjawab untuk turut membantu. Kelembagaan dan Sdm yang diperkuat

secara perlahan dengan memberikan bukti dan keyakinan akan besarnya manfaat

68
dari pariwisata, terakhir adalah pentingnya jaringan pariwisata yang akan

mempermudah dalam hal pemasaran maupun promosi.” Ujar bapak Disparpora

Dia berpendapat bahwasanya dengan adanya ikatan antara pemerintah dan

masyarakat sekitar akan memberikan synergy yang membuat pariwisata akan

berkembang pesat sehingga bisa memberikan pengaruh positif kepada pelaku

pelaku wisata baik itu pemerintah, desa , masyarakat lokal ataupun wisatawan dan

wisatawan mancanegara.

C. Dampak pemindahan Pengelolaan Kawasan wisata Tanjung Bira

Dengan adanya perubahann yang terjadi maka akan ada dampak yang

akan di timbulkan seperti hal nya pemindahan pengelolaan kawasan wisata

pantai tanjung bira, bisa dikatakan bahwa pemindahan pengelolaan ini

memberikan sangat banyak dampak dampak positif bagi kawasan wisata

tersebut, hingga memberikan dampak positif pula bagi pemerintah desa yang

ada didalam kawasan wisata juga masyarakat didalam nya deberikan berbagai

keuntungan dengan banyak nya perkembangan yang terjadi.

1. Sebelum adanya pengembangan kawasan wisata.

Kawasan wisata Pantai Tanjung Bira merupakan destinasi wisata yang paling

diminati oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara, namun keadaan

kawasan wisata sebelum adanya pengembangan terhadap sarana dan prasarana

belum tertata dengan baik seperti sekarang.Sebelum adanya pengembangan

yang dilakukan dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bulukumba Pantai

Tanjung Bira tetap dikunjungi oleh wisatawan lokal namun belum banyk

69
dikenal oleh wisatawan mancanegara.Mengenai akses menuju kawasan wisata

sebelum adanya pengembangan hanya dapat dilalui dengan 1 jalur dan akses

jalan yang dilalui oleh wisatawan masih dalam keadaan jalan bebatuan

sehingga transportasi masih sulit menjangkau kawasan wisata tersebut.

Fasilitas yang ada pada kawasan wisata sebelum adanya

pengembangan masih sangat minim, seperti halnya pedagang kaki lima,

penyedia jasa hiburan dan usaha rumah makan. Kawasan wisata sangat identik

dengan berbagai macam wahana hiburan namun yang terjadi pada Pantai

Tanjung Bira sebelum tersentuh dengan pengembangan belum sama sekali ada

fasilitas wahana hiburan melainkan hanya ada penyedia jasa untuk

menyeberang ke pulau yang ada di Pantai Tanjung Bira, itupun masih

terbilang sangat jarang.

Pedagang kaki lima yang ada dikawasan wisata sebelum adanya

pengembangan masih terbilang sedikit dan mengenai lokasi tempat berjualan

pun masih belum ditata dengan baik dan lokasi yang bisa dipergunakan masih

terbilang sempit. Sedangkan sebelum adanya pengembangan pada kawasan

wisata masih belum terdapat usaha rumah makan sama sekali

2. Setelah adanya pengembangan kawasan wisata

Kawasan Pantai Tanjung Bira setelah adanya pengembangan saat ini

sangat berkembang pesat dan sedang gencar-gencarnya dilakukan

pengembangan kawasan objek wisata dari berbagai hal misalnya, dalam hal

penataan lokasi berjualan, lokasi parkiran, lokasi pembangunan penginapan

dan usaha rumah makan.

70
Jumlah wisatawan yang berkunjung di kawasan Wisata Pantai Tanjung

Bira dari tahun ketahun mengalami peningkatan kunjungan baik dari

wisatawan lokal hingga mancanegara.Ini membuktikan bahwa Pantai Tanjung

Bira sudah sangat dikenal dan sangat berkembang pesat, yang mana itu

merupakan upaya dari Pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk lebih

memajukan lagi destinasi wisata.Mengingat potensi yang ada di kawasan

Pantai Tanjung Bira sangat besar dalam hal memajukan perekonomian daerah

dan masyarakat sekitar khususnya. Keindahan kawasan Pantai Tanjung Bira

memiliki panorama laut dan bawah laut yang indah, inilah yang menjadi salah

satu alasan wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Tanjung Bira. Berbagai

fasilitaspun disediakan oleh pemerintah dan masyarakat sekitar sebagai

penunjang kebutuhan para wisatawan. mengingat peran dari masyarakat

sekitar adalah sebagai pemandu dan penyedia fasilitas bagi wisatawan yang

mana hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat

sekitar.

Pedagang kaki lima yang ada di kawasan wisata saat ini sudah sangat

banyak dan beragam seiring semakin berkembangnya kawasan dan semakin

banyaknya permintaan akan kebutuhan dari wisatawan karna jumlah

wisatwanpun bertambah setiap tahunnya. Lokasi berjualan pedagang kaki lima

pun sudah tertata dengan rapih dan tidak lagi terpisah-pisah karna sudah di

pusatkan lokasi berjualannya yang berada dekat dengan bibir pantai. Pedagang

yang dulunya hanya beberapa sebelum ada pengembangan, namun kini jumlah

pedagang sudah semakin bertambah banyak.

71
Fasilitas penyeedia jasa hiburan yang dulunya belum ada namun

sekarang sudah semakin beragam, untuk menyeberang ke pulau yang dulunya

hanya menggunakan perahu dengan waktu tempuh yang cukup lama tetapi

sekarang sudah bisa ditempuh dengan waktu yang cepat menggunakan speed

boat, kehadiran penyedia jasa hiburan ini sangat dibutuhkan oleh wisatawan

agar dapat mencoba hal lain selain berenang di pantai. Jasa hiburan yang

disediakan pun berbagai macam seperti banana boat dan doughnut boat, dan

pastinya akan bertambah lagi seiring dengan perkembangan kawasan wisata.

Wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Pantai Tanjung Bira

sudah sangat dimanjakan dengan berbagai fasilitas sarana dan prasarana juga

akses jalan menuju kawasan sudah sangat lancar bisa di tempuh dengan waktu

yang cepat dibandingkan keadaan akses jalan sebelum adanya pengembangan.

Untuk para wisatawan yang ingin mencari rumah makan pun sudah tidak

susah lagi karena rumah makan sudah banyak disediakan sepanjang lokasi

kawasan wisata, sehingga tidak perlu lagi membawa persiapan dari rumah

untuk sedikit lebih menghemat waktu. Menu yang disediakan setiap rumah

makan pun beragam dan dengan harga yang terjangkau bagi para wisatawan.

Berikut dampak yang dirasakan oleh pihak pihak yang ada di dalam

kawasan wisata tanjung bira

1. Dampak Pemindahan Pengeolaan Kawasan Wisata Pantai Tanjung

Bira Terhadap Aktivitas Ekonomi Pedagang Kaki Lima

Wawancara pun dilakukan kepada salah satu tokoh wanita

berpengaruh dikawasan wisata Pantai Tanjung Bira yang mengikuti

72
perkembangan kawasan tersebut dari awal menjadi tempat wisata hingga

sekarang ini dan juga menjadi pelaku ekonomi sebagai pedagang kaki lima.

Ibu Maliang (65 tahun) dalam wawancaranya mengatakan:

“ Saya disini nak penduduk asli disini jadi saya tau Pantai Bira dari
awalsampai sekarang, dulu bira sudah jelas tidak seperti sekarang karna jauh
sebelum bira dikembangkan, untuk pergi ke Pantai Bira itu masih susah untuk
dilalui alat transportasi karna memang jalanan yang tidak mendukung. Dulu
jalanan disini masih bebatuan karna wajar kan disini memang tebing-tebing
dan bisa dibilang daerah ter-ujung di Bulukumba dan disini juga kawasan
hutan-hutan, sampai sekarang pun masih banyak lokasi yang masih masuk
dalam kawasan Pantai Bira tapi belum tersentuh karnaa masih hutan-hutan.
Saya berjualan di tempat ini mulai tahun 1992, dulu itu yang menjadi
pedagang sangat kurang karna belum ada tempat yang pasti.Tapi selama saya
berjualan belum pernah pindah lokasi jualan, dari dulu memang saya sudah
disini dekat dengan bibir pantai.Mata pencaharian saya hanya dari sini saja
dan anak-anak saya juga tetap bekerja disini sebagai pedagang dan punya
perahu untuk dipakai pengunjung kalau mau menyeberang pulau atau ke pulau
penyu.
Dalam hal pendapatan kalau mau dibandingkan dulu dengan sekarang
tetap saya harus syukuri. Kalau dulu pendapatan memang masis sangat kurang
karena kan masih kurang pengunjung jadi wajar. Disaat sekarang memang
tambah meningkat pengunjung jadi kalau soal pendapatan bisa dibilang cukup
karna alhamdulillah saya sekolahkan anak hanya dari hasil jualan ini. Memang
ada waktu-waktu tertentu kalau mau pendapatan bertambah misalnya hari
libur atau ada kegiatan yang diadakan disini baru akan bertambah pendapatan
karna kan jumlah pengunjung juga bertambah banyak. Jadi saya rasa kalau
pendapatan sudah pasti naik turun tergantung dari keadaan. Pengembangan
wisata Pantai Tanjung Bira memang harus dilakukan supaya tambah banyak
pengunjung, tapi ada dampaknya banyak pengunjung seperti sampah yang
berserakan padahal sudah disipkan tempat sampah tapi yah namanya juga

73
pengunjung itu bedabeda. Masalah sampah harus jadi perhatian penting juga
karna ini laut percuma pemandangan laut bagus tapi kalau ada
sampah.Sebenarnya ada bagian pembersihan yang ditugaskan tapi saya lihat
akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi ambil sampah jadi saya dan para
pedagang disini yang bergerak langsung. Dulu sewaktu saya yang gerakkan
semua pedagang sama-sama untuk bersihkan sampah semua bergerak,
sekarang ada petugas sampah memang dulu selalu bersih tapi akhir-akhir ini
sudah tidak lagi karena saya dengar masalah gajinya yang belum dibayarkan
jadi sudah tidak terlalu terurus masalah sampah.Penataannya sudah bagus
semua ditata karna kan dulu tidak seperti sekarang ini intinya kalau penataan
pedagang sudah bagus hanya perlu kesadaran saja untuk tiap pedagang jaga
kebersihan.”
Berdasarkan hasil dari wawancara diatas dapat dikatakan pula bahwa

dampak yang dihasilkan dari suatu pengembangan tidak selalu hanya

berdampak positif melainkan ada pula dampak negatif.Hal ini dibuktikan

dengan hasil dari wawancara diatas dimana dampak dari pengembangan

menyebabkan kerusakan lingkungan seperti sampah yang dihasilkan oleh

pengunjung.Mengingat lokasi wisata tersebut merupakan pantai maka sangat

membuat daerah sekitar kawasan wisata menjadi tidak indah lagi.

Berbicara mengenai pendapatan, berdasarkan wawancara diatas

membuktikan pula bahwa pendapatan yang diterima bersifat naik turun atau

bisa dikatakan pendapatan tidak selamanya tinggi karena, ada waktu tertentu

seperti ketika akhir pekan, hari besar, dan ada kegiatan yang diselenggarakan

oleh pemerintah daerah ataupun event-event. Ketika suasana kawasan objek

wisata sangat ramai, hal tersebut juga tidak begitu menjanjikan pendapatan

74
yang sangat besar mengingat banyak pedagang kaki lima yang lainnya jadi

penyedia dan permintaan sama-sama banyak.

Pengembangan suatu kawasan objek wisata pasti akan memberikan

dampak positif dan juga dampak negatif, kehadiran kawasan wisata yang terus

menerus terjadi pengembangan akan menjadi salah satu tolak ukur

keberhasilan kawasan wisata itu sendiri dan juga dapat menambah pemasukan

untuk daerah dimana kawasan wisata tersebut berada. Inilah yang terjadi pada

kawasan wisata Pantai Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba. Pendapatan

daerah bertambah dengan adanya suatu kawasan wisata yang banyak

dikunjungi wisutawan. Kehadiran fasilitas-fasilitas pun sangat diperlukan

dalam suatu kawasan wisata untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Tak

terkecuali dengan kehadiran pedagang kaki lima dimana hal tersebut menjadi

usaha pariwisata.

Masyarakat sekitar kawasan harus sangat mempergunakan kesempatan

tersebut karena bisa menjadi mata pencaharian mereka.Kehadiran suatu

kawasan wisata juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar khususnya. Wisatawan yang berkunjung pasti membutuhkan makanan

dan minuman dan disinilah para pedagang kaki lima akan menjajakan barang

dagangannya. Dari hasil berjualan inilah akan menambah pendapatan untuk

memnuhi kebutuhan sehari-hari.

Berbicara mengenai pendapatan para pedagang kaki lima memang

tidak selamanya menjanjikan pendapatan yang besar, karena para wisatawan

yang berkunjung tidak setiap waktu melainkan lebih banyak pada saat weeken

75
ataupun hari libur besar lainnya. Hal tersebut menjadi hal wajar mengingat

pendapatan yang di peroleh tergantung dari seberapa banyak wisatawan yang

berkunjung. Pemerintah dalam hal ini pihak pengelola sudah sangat membantu

para pedagang kaki lima dengan cara memberikan lokasi berjualan yang

strategis dan tertata dengan baik.

Jumlah pedagang kaki lima pun sudah bertambah banyak dari

sebelum-sebelumnya setelah ada pengembangan. Para pedagang kaki lima

juga mengungkapkan jika pengembangan kawasan wisata memang sudah

sangat bagus, meskipun ada dampaknya terhadap pendapatan yang tidak

seperti dulu lagi karena sudah semakin banyak pula jumlah pedagang.

2. Dampak Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Bira Terhadap

Aktivitas Ekonomi penyedia jasa hiburan

Suatu kawasan wisata sangat identik dengan wahana hiburan, karena

tempat wisata merupakan tempat menghabiskan waktu dengan teman dan

keluarga untuk menghilangkan rasa penat setelah bekerja dan untuk

bersenangsenang. Kehadiran wahana hiburan akan sangat lebih menambah

ketertarikan calon wisatawan untuk berkunjung. Hal-hal baru akan sangat

dibutuhkan dalam kawasan wisata supaya lebih banyak lagi hal yang dapat

dilakukan selain hanya berenang dan menikmati indahnya pantai.

Seiring perkembangan jaman maka semakin banyak hal baru dalam

suatu kawasan obyek wisata, contohnya pengunjung yang berwisata ke daerah

pantai sudah bisa menikmati wahana hiburan sperti banana boat dan

doughnutboat untuk menantang adrenalin bagi yang suka

76
tantangan.Kehadirannya bisa di membuka lahan mata pencaharian baru

lagi.Saat inipun penyedia jasa hiburan bisa dikatakan sudah banyak karna

melihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung juga semakin meningkat.

Tetapi semakin bertambahnya jumlah penyedia jasa hiburan akan

berdampak pada pendapatan yang bersifat naik turun, karena sudah banyak

yang menyediakan jadi sebanyak apapun permintaan dari pengunjung semua

akan terpenuhi. Tapi hal ini hanya bersifat sementara karena tidak setiap saat

pendapatan yang diterima oleh penyedia jasa hiburan itu rendah, mereka

semua mengatakan bahwa pendapatan yang mereka peroleh bersifat tidak

menentu, tergantung situasi ramai atau tidaknya jumlah wisatawan yang

berkunjung. Wawancara dilakukan dengan penyedia jasa hiburan Ibu Erna (35

tahun) beliau mengatakan:

“saya selain punya wahana hiburan banana boat dan perahu saya juga
sebagai pedagang kaki lima disini sudah dari 15 tahun yang lalu. Dari awal
berjualan pun lokasi saya tetap disini tidak pernah berpindah tempat.Awalnya
memang saya hanya pedagang saja tapi saat ada wahana seperti banana boat
saya juga akhirnya berminat.Kalau kita mau bicara tentang keadaan disini
sudah pasti sangat bagus karna dari waktu ke waktu semakin dikembangkan
dan ditata dengan sebaik mungkin mulai dari lokasi-lokasi pedagang,
pembangunan fasilitas penginapan dan sebagainya. Disinipun kembali akan
dibangun dermaga mini yang mana nanti itu jadi tempat bersandar perahu-
perahu speed boat dan yang seperti banana boatjuga, jadi yang ingin naik
speed boat untuk menyeberang pulau atau mau main banana boat akan
dipusatkan semua diatas dermaga disana jadi tidak lagi berada di tengah laut
karena bisa membahayakan kalau banyak pengunjung yang berenang karna
kan banyak juga tali-tali dari perahu. Kalau masalah pendapatan saya rasa
sama saja karena kan ada waktuwaktu tertentu kalau mau banyak pengunjung

77
karena sudah jelas kalau hari kerja itu tidak seramai di hari sabtu dan minggu
atau hari-hari libur besar lainnya. Alhamdulillah selama berjualan disini juga
sedikit-sedikit bisa membantu kebutuhan keluarga dan anak sekolah dan juga
kalau masalah pendapatan berkurang saya rasa wajar karena banyak pedagang
dan penyedia jasa yang lain juga.”
Hasil wawancara dengan Ibu Erna sebagai pelaku ekonomi penyedia

jasa hiburan tersebut dapat disimpulkan bahwa selain para wisatawan yang

merasa sangat puas dengan segala fasilitas yang ada dibira, masyarakat sekitar

pun ikut merasakan dampaknya. Jika semakin ada pembaharuan maka akan

semakin menambah jumlah wisatawan dan pendapatan bagi para pelaku

ekonomi juga akan terus ada pemasukan meskipun jumlahnya yang tidak

selalu sama. Setidaknya dengan kehadiran kawasan wisata ini sangat

membantu terhadap masyarakat sekitar kawasan karna hal tersebut memang

merupakan dampak positif dari adanya kawasan wisata. Suatu kawasan wisata

juga harus memperhatikan banyak hal bukan saja mengenai bagaimana suatu

kawasan wisata itu berkembang, tapi juga harus memperhatikan kenyamanan

dan keamanan dari para wisatawan.Hal tersebut dikarenakan setiap orang yang

datang ingin menghabiskan waktu dengan keadaan nyaman untuk

menghilangkan penat selama lelah bekerja.

3. Dampak Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Bira Terhadap

Aktivitas Ekonomi Usaha Rumah Makan

Hasil wawancara dengan salah seorang pemilik usaha rumah makan

atau kios yang menyediakan makanan dan minuman Andi Nur Indah Mentari

(20 tahun), yang mengatakan bahwa:

78
“saya menajdi pelaku ekonomi sejak tahun 2012, saya membantu
bisnis keluarga sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama. Saya dan
keluarga melihat perkembangan perputaran ekonomi yang di kawasan wisata
Pantai Tanjung Bira ini sejak tahun 2010, dan pada tahun 2012 saya dan
keluarga memutuskan untuk membuka usaha villa dan rumah makan. Karena
peningkatan jumlah wisatawan semakin meningkat dari tahun ketahun,
dimana hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan pendapatan para
pelaku ekonomi tak terkecuali dengan bisnis keluarga yang saya jalani. Sejak
awal membangun usaha ini tempat saya memang sudah menetap disini karna
usaha saya digabungkan dengan villa. Menurut saya sebelum adanya
pengembangan kawasan wisata Pantai Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba
ini dari segi infrastrukturnya tidak tertata dengan baik, dan juga kurangnya
kesadaran dari masyarakat sekitar dan wisatawan khususnya terhadap sampah
nonorganik yang berserakan di kawasan wisata. Setelah dilakukan
pengembangan secara terus-menerus maka banyak mengubah pola
infrastruktur dan fasilitas umum lainnya semakin tertata dengan baik.Seperti
penataan lokasi villa dan hotel, jalan dengan jalur dua arah, parkiran umum,
dan lain-lain. Pengelolaan sampah nonorganik pun sudah mulai dijalankan,
sehingga dengan adanya pengembangan dan pembenahan ini dapat lebih
mempengaruhi peningkatan jumlah wisatawan yang akan berkunjung
nantinya. Adapun saran saya untuik masyarakat lokal dan pemerintah dalam
hal ini pihak dinas terkait, untuk bagaimana kedepannya mari kita bersinergi
bersama untuk membangun daerah dengan potensi SDA yang ada, dan
meningkatkan SDM masyarakat dalam berperan serta untuk membangun
potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Bulukumba ini. Mengingat
keberhasilan suatu kawasan objek wisata akan berdampak baik terhadap
perekonomian daerah dan masyarakat sekitar kawasan khususnya. Sebagai
pemuda dan pemudi generasi penerus kita mempunyai kewajiban untukturut
andil memajukan Kabupaten Bulukumba termasuk sektor pariwisata.”
Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahawa aspek penting

yang harus ada dalam suatu kawasan wisata adalah berbagai fasilitas yang

79
memang diperlukan bagi para wisatawan, seperti rumah makan contohnya.

Tipe para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata berbeda-beda, ada

yang tidak ingin repot dengan membawa persiapan dari rumah dan ada juga

yang mempersiapkan bekal dari rumah. Dan disinilah tujuan dari adanya

rumah makan agar wisatawan yang tidak ada persiapan sebelumnya akan

sangat terbantu, mengingat makanan adalah hal pokok yang dibutuhkan.

Setiap wisatawan yang berlibur ke tempat wisata tujuannya datang

untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu dengan bersantai

menghilangkan rasa lelah setelah bekerja.Tidak sedikit dari mereka yang tidak

ingin merepotkan diri dengan segala hal yang bisa di dapatkannya sekalipun

berada di kawasan wisata.Ini juga menjadi kesempatan yang sangat bagus

untuk masyarakat sekitar untuk memanfaatkan hal tersebut untuk membuka

usaha rumah makan, mengingat pendapatan dan perputaran ekonomi dalam

kawasan wisata yang sangat berkembang dapat menjadi salah satu mata

pencaharian yang menguntungkan Pemerintah dalam hal ini pihak pengelolah

selalu akan memberikan yang terbaik dan pengembangan yang gencar

dilakukan setiap waktunya, karena selain masyarakat sekitar yang merasakan

dampaknya tidak terkecuali dengan pendapatan daerah, semakin banyak

jumlah kunjungan wisatawan maka itu secara otomatis akan menambah

pemasukan untuk daerah itu sendiri melalui pungutan berupa retribusi masuk

area kawasan wisata.

Ini berarti pengembangan memang harus dilakukan terhadap tempat-

tempat wisata terutama yang menjadi tempat favorit yang dikenal hingga

80
mancaneraga seperti Pantai Tanjung Bira ini. Tugas pemerintah dalam

menyediakan wadah untuk masyarakat menjadi pelaku ekonomi sudah sangat

tepat.Setidaknya kehadiran kawasan wisata dapat membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar khususnya dan memperbaiki taraf hidup

mereka.

4. Dampak Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Bira Terhadap

Pemerintah Desa

Pemerintah desa sendiri merasakan banyak dampak positif yang

diberikan setelah pemindahan pengelolaan karena banyak aspek yang

dikembangkan oleh pemerintah daerah yang justru menguntungkan bagi

pemerintah desa, seperti hal nya peningkatan pesat dari infrastruktur di Desa

Bira, akses jalan yang baik juga memberikan kelancaran transportasi bagi

masyarkat maupun wisatawan.

Namun terdapat sedikit kesah dari bapak sekertaris desa bira


mengatakan bahwasanya
“pemerintah desa belum merasa puas dengan pembagian dana retribusi
terhadap wisata , karena menurut saya mengembangan apbd kepeda
pemerintah sengat signifikan, namun desa yang sebagai tempat untuk
menggali modal itu tidak mendapatkan hal yang setimpal, sekarang kami
seperti desa desa pada umum nya tdk lagi memiliki pendapatan apbdes yang
seperti dlu , andai saja pemintah memberikan lebih banyak anggaran kepada
pemerintah maka desa juga akan memberikan support positif terhadap
pembangunan dan menggali destinasi destinasi yang memiliki pontensi,
Seperti hal nya titik nol yang sekarang berada di dalam kawasan wisata
Tanjung Bira, itu merupakan hasil eksplorasi pemuda pemudi bira, hingga saat
ini titik nol memberikan angin segar bagi kawasan wisata , karena dengan

81
adanya perkembangan wisata, maka wisatawanpun pastinya akan berdatangan.
“ ujar sekertaris Desa Bira

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil penelitian serta penjelasan mengenai Regulasi

pemindahan pengelolaan kawasan wisata tanjung bira dari desa bira ke

pemerintah daerah yaitu dinas pariwisata. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pemindahan pengelolaan kawasan wisata tanjung bira

Landasan yang digunakan dalam pemindahan pengelolaan pariwisata

yaitu pasal 18 UU No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataaan : pemerintah dan

atau pemerintah daerah mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan sesuai

dengan ketentuan perundang undangan , yang dimaksud dengan “mengelola”

adalah merencanakan , mengorganisasikan dan mengendalikan semua urusan

kepariwisataan.

2. Pemindahan pengelolaan kawasan wisata tanjung bira, dari desa bira ke

dinas pariwisata terjadi karena ada beberapa factor yaitu

a. Memaksimalkan potensi pariwisata

Dengan pemerintah memegang kuasa atas pengeloaan kawasan wisata

82
pantai bira bisa dapat di pastikan bahwa pengembangan dengan skala

besar dapat terjadi mengngat potensi wisata yang ditawarkan oleh tanjung

bira sangat menjanjikan

b. Fasilitas wisata

Sebelum pengambilalihan bisa dikatakan bahwa fasilitas di kawasan

wisata masih belum memadai , namun dengan pemindahan pengelolaan

wisata yang di ambil alih oleh dinas parwisata banyak fasilitas yang telah

diberikan contohnya seperti jarungan nirkabel, akses jalan jalur provensi

dan penyeia pnyedia penginapan ataupun rest area.

3. Dampak pemindahan pengelolaan bagi masyarakat , pemerintah dan

pengusaha sekitar

Tanjung Bira merupakan kawasan pariwisata yang telah di kenal di

berbagai kalangan masyarakat baik itu di bulukumba ataupun di luar daerah

ataupun mancanegara, perpindahan sebuah kendali atau pengelolaan tentu

akan berdampak kepada apa yang saling terhubung satu sama lain, seperti hal

nya yang terjadi di kawasan wisata pantai bira,

a. Masyarakat

Masyarakat sekitar kawasan harus sangat mempergunakan kesempatan

tersebut karena bisa menjadi mata pencaharian mereka.Kehadiran suatu

kawasan wisata juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar khususnya. Wisatawan yang berkunjung pasti membutuhkan makanan

dan minuman dan disinilah para pedagang kaki lima akan menjajakan barang

83
dagangannya. Dari hasil berjualan inilah akan menambah pendapatan untuk

memnuhi kebutuhan sehari-hari.

b. Pengusaha sekitar

Kehadiran pemerintah daerah sebagai pengelola wisata memberikan

angina segar bagi para pengusaha dengan banyak nya pengembangan sehingga

banyak masayarakan lokal ataupun mancanegara yang datang untuk

berkunjung di tempat wisata. Hal bisa di membuka lahan mata pencaharian

baru lagi.Saat inipun penyedia jasa hiburan bisa dikatakan sudah banyak karna

melihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung juga semakin meningkat.

c. Pemerintah desa

Pemerintah desa sendiri merasakan banyak dampak positif yang diberikan

setelah pemindahan pengelolaan karena banyak aspek yang dikembangkan

oleh pemerintah daerah yang justru menguntungkan bagi pemerintah desa,

seperti hal nya peningkatan pesat dari infrastruktur di Desa Bira, akses jalan

yang baik juga memberikan kelancaran transportasi bagi masyarkat maupun

wisatawan.

B. Implikasi Penelitian
1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan ampu berkontribusi sebagai

bahan referensi tambahan guna demi kemajuan study penelitian khususnya

84
prodi Ilmu Politik serta lebih khusus terhadap Politik Prefetik, dilain sisi

penelitian ini diharapkan pula memberikan pemahaman terkait Pemindahan

pengelolaan dan dampaknya pada setiap daerah yang mempunyai dayak tarik

atau potensi budaya. Penelitian ini lebih khusus memparkan tentang

bagaimana pola bentuk pemindahan pengelolaan dan apa apa saja dampak

yang di berikan sebelum dan sesudah pemindahan pengelolaan, sehingga

dapat menjdi bahan acuan disiplin ilmu politik mengenai konsep Regulasi

dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan sebuah destinasi yang

bestarndar internasional.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini didedikasikan untuk masyarakat umum untuk

dikonsumsi sebagai sebuah pemahaman kondisi politik yang terjadi khususnya

pada setiap pemindahan pengelolaan kawasan wisata atau pun pemindahan

kekuasaan dan juga tentang seberapa besar dampak yang akan diberikan

kedepannya. Adapun dalam penelitian ini lebih spesifik membahas tentang

Pemindahan pengeloaan dan dampak dari pemindahan pengelolaan dari

pemerintah desa ke pemerintah daerah dalam hal ini dinas pariwisata. Dari

penelitian ditemukan bahwa terdapat beberapa dampak positif atau manfaat

setelah pemindahan pengelolaan tersebut namun juga terdapat dampak

negative atau terdapat kekurangan yang masih irasakan oleh massyarakat

setempat seperti yang telah dipaparkan di atas.

85
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , Ma’ruf. Wirausaha Berbasis Syariah. Banjarmasin: Antasari


Press.2011.

Agama RI, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahannya.Semarang : CV. Alwaah.


2002.

Alma , Bukhari. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2006.

Arikunto S. 2010 Metode Penelitian Jakarta : Rineka Cipta

Bappeda Bulukumba, Profil Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2016.

Bilal Ma’arif, Syakdiah, Oktiva Anggraini. 2019. Jurnal Populika .Pemberdayaan


Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata di Dusun Plempoh, Desa
Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta
Prodi : Volume 7, Nomer 1

Boediono. 2002. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Dian Paramitasari, Isna. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan

Geraldy Meraya, Josie. Dkk. Pertisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan


Pariwisata Pantai Mahembang Kecamatan Kakas. Manado: Program Studi
Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi. 2016.

Guswan, 2015. Skripsi Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Tanjung


Bira Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba,
Makassar : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

H. Achmad Dimyanti. 2003 Usaha Pariwisata. Jakarta

86
Hidaya, Muhammad. an Introduction to The Sharia Economic. Pengantar
Ekonomi Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim. 2010.

Horrison Lisa. 2009 Meotodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta : Kencana.

Jurnal Ilmiah, Malang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas


Brawijaya. 2013.

Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, 2017 Kusuma Sari, Dewi.


Pengembangan Pariwisata Obyek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten
Batang. Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
2011.

Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen.Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka. 1998.

Muljadi A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada .

Muljadi A.J. 2009. Pengantar Pariwisata Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Mulyana Deddy.2004.Kualitatif: Metodologi Penelitian Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Sosial .Bandung : Remaja Rosdakarya.

Narbuko Cholid.2003. Metodologi Penelitian . Jakarta : Bumi Aksara,

Pupu Saeful Rahmat. 2009 Penelitian Kualitatif, Jakarta: Favilibrium.

Putri Febrina, Rahmita. Dampak Pengembangan Objek Wisata Ndayung Rafting


Terhadap Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat. Jurnal Administrasi
Bisnis. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 2017.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam.terj Zainal Arifin L.c dan
Dahlia Husin. Jakarta: Gema Insani Press. 1997.

Rakhman Luthfi, Renaldy. Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat


Di Sektor Lapangan Pekerjaan Dan Perekonomian Tahun 2009-2013,

R. Mayer Robert. 1984 Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial.Jakarta: CV


Rajawali

Rahmat Saeful, 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Favilibrium.

Reksoprayitn. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Bina


Grafika

87
Reksoprayitno.Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Bina Grafika.

Said, Muhammad.Pengantar Ekonomi Islam Dasar-Dasar dan Pengembangan.


Pekanbaru: Suska. 2008.

Soekartawi. 2002 Faktor-Faktor Produksi. Jakarta: Salemba Empat.

Soekartawi.Faktor-Faktor Produksi. Jakarta: Salemba Empat. 2002.

Sugiyono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D Bandung:


Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006 Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta,

Sulistiyaning Gunawan, Anita .dkk. Analisis Pengembangan Pariwisata Terhadap


Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Administrasi Bisnis. Malang: Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 2016.

Suryana Cahya. 2007. Pengolahan Dan Analisis Data. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional

Suyanto, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium


III. Yogyakarta: Adicita. 2000.

Suyanto. 2000 Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki


Milenium III. Yogyakarta: Adicita.

Waris Masqood, Ruqaiyah .Harta Dalam Islam.Jakarta: Perpustakaan Nasional.


2003.

Woro Aryani, Sandra. Analisis Dampak Pembangunan Pariwisata Pada Aspek


Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat.Jurnal Administrasi Bisnis.
Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 2017

Yani Ardianto. 2016. Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta :


Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementrian Keuangan Republik
Indonesia,

88

Anda mungkin juga menyukai