Anda di halaman 1dari 77

ANALISIS MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM TEKS ARU

TUBARANIA GOWA DALAM (KAJIAN SEMANTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh Gelar


Sarjana pada prodi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar

MUH ISNUL IKHSAN


105331104718

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

i
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Lebih baik menjadi harimau satu hari, dari pada menjadi kambing seumur hidup

Persembahan:

Kupersembahkan hidupku untuk terus belajar demi kedua orang tua,keluarga dan
orang-orang yang menyayangiku.

vii
ABSTRAK

Muh Isnul Ikhsan. 2022. Makna yang Terkandung dalam Teks Aru Tubarania
Gowa. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi
Adam dan Pembimbing II Akbar Avincenna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam
teks aru tubarania gowa. Penelitian ini bersifat deskrptif kualitatif. Data dari
penelitian ini berupa makna teks aru tubarania. Sumber data penelitian ini berupa
teks aru tubarania gowa dalam kajian semantik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis makna yang terkandung dalam teks
aru tubarania gowa terbagi atas dua yaitu makna denotatif dan makna konotatif
sebanyak 17 data. Makna denotatif merupakan makna umum atau makna yang
mengandung arti yang sebenarnya, ditemukan sebanyak 9 data, sedangkan makna
konotatif adalah makna yang sifatnya kias atau bukan makna yang sebenarnya,
ditemukan sebanyak 8 data

Kata Kunci : Analisis makna, Aru tubarania gowa

vi
KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang patut diucapkan oleh peneliti selain puji syukur

yang sebesar-besarnya hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah

melimpahkan nikmat kesehatan, kesabaran, kekuatan serta ilmu pengetahuan

kepada hamba-Nya. Atas perkenaanya sehingga peneliti dapat menyesaikan dan

mempersembahkan proposal skripsi ini, bukti dari perjuangan yang Panjang dan

jawaban atas do’a dan senantiasa mengalir dari orang-orang terkasih. Sholawat serta

salam “ Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad” juga peneliti sampaikan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Sang pejuang sejati yang telah

membawa kita dari tidak tahu menjadi tahu.

Proposal skripsi dengan judul “analisis makna yang terkandung dalam teks

aru tubarania dalam(kajian semantik), sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

sarjana ilmu Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia di

Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa mulai dari awal

hingga akhir proses pembuatan proposal skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada

banyak rintangan, hambatan dan cobaan yang selalu menyertai. Hanya dengan

ketekunan, kerja cerdas, dan ikhlas sehingga membuat penulis termotivasi dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini. Juga dengan adanya berbagai bantuan baik

berupa moril dan materil dari berbagi pihak sehinggah mempermudah penyelesaiaan

penulisan proposal skripsi ini. Dan terima kasih utamanya kepada kedua orang tua

saya yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik dengan sepenuh hati dalam

buaian kasih sayang kepada penulis. Doa, restu, nasihat, dan petunjuk dari mereka

merupakan dorongan moril yang efektif sehingga penulis bersemangat dan semakin

termotivasi dalam proses penyelesaian penelitian ini.

ix
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Andi Adam S.Pd., M.Pd

Pembimbing 1 (satu) dan Akbar Avincenna S.Pd.,M.Pd pembimbing 2 (dua)

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis proposal skripsi

penulis. Terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof.

Dr.H. Ambo Asse, M,ag, yang telah memberikan fasilitas perkuliahan di

Universitas Muhammadiyah Makassar. Terima kasih kepada Dekan Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin

Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D. Serta para wakil Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua program Studi

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Prof. Dr. Dra. Munirah, M.Pd dan

sekertaris Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia Dr. Paida, S.Pd., M.Pd.

beserta seluruh staffnya. Dosen penasehat Akademik penulis selama 4 tahun dalam

menapaki jenjang Pendidikan di bangku kuliah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. M. Agus, M.Pd

Terima kasih penulis ucapkan juga kepada kedua orang tua yang membantu

selama penulis menyusun skripsi, Ayahanda Silahuddin S.Pd dan Ibunda Kartia,

serta semua keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam

membesarkan, mendidik dan memberikan dukungan moril maupun materi yang

tak henti-hentinya diberikan kepada penulis

viii
Teman-teman dan sahabat-sahabat khususnya dikelas PBSI-B dan angkatan

018 yang selama ini sudah seperti saudara yang memberikan banyak kebahagian

yang luar biasa dan selalu membersamai baik suka maupun duka. Serta sahabat,

teman-teman berbagai pihak yang tidak bisa sebut satu persatu yang telah
membantu penulis dengan ikhlas dalam hal yang berhubungan dengan

penyelesaian studi penulis.

Dengan segala kerendahan hati,penulis senantiasa mengharapkan kritikan

dan saran dari berbagai pihak,selama saran dan kritikan tersebut sifatnya

membangun karna penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama

sekali tampa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi

pembaca,terutama bagi diri pribadi penulis. Aamin.

Makassar, Juni 2022

Penulis

ix

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .....................................................................................


iii

SURAT PERJANJIAN ........................................................................................


iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................


v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .........................................................................................


vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................


x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................xiv

B. Rumusan masalah ......................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9

A. Penelitian Relevan ........................................................................................ 9

B. Kajian teori .................................................................................................. 11

1. Sastra...................................................................................................... 11

2. Sastra Makassar ..................................................................................... 15

3. Kebudayaan ........................................................................................... 16

4. Bahasa .................................................................................................... 18
xii
5. Semantik ................................................................................................ 19

6. Semantik leksikal ................................................................................... 25

7. Aru Tubarania Gowa ............................................................................. 27

C. Kerangka Pikir ............................................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31

B. Desain penelitian ........................................................................................ 31

C. Data dan Sumber Data ............................................................................... 32

D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 32

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 33

F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ............................... 34

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 39

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 49

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 59

B. Saran ........................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu shaastra, yang berarti "teks

yang mengandung instruksi" atau "pedoman". Shaastra berasal dari kata dasar

śās- atau shaas- yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau

instruksi, dan tra yang berarti alat atau sarana.sastra juga merupakan ungkapa

ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan

pemikiran,pendapat,pengalaman,hingga keperasaan dalam bentuk yang

imajinatif,cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan

estensi melalui media bahasa.sederhananya,sastra dapat menjadi saksi bisu da

komentator kehidupan manusia, latar belakang karya sastra saja dapat

mencerminkan bagaimana kehidupan masyarakat suatu wilayah secara

umum,dari sana juga kita dapat belajar seperti apa budaya,kehidupan,hingga

nilai-nilai yang dijunjung masyarakat dalam jeadaan latar belakang

tersebut.satra tidak hanya sebatas tulisan pada selembar kertas saja,tetapi juga

memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia bahkan sejak dahulu

kala.mengapa demikian,karena sejak dulu,manusia dapat menyampaikan isi

hati,aspirasi,dan perasaannya kepada orang lain,mulai dari masyarakat hinggga

pemerintah.oleh karena sastra selalu berkaitan dengan kebudayaa perlunya

kita juga memahami tentang kebudayaan.

Kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa sansekerta yang

berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk),

1
2

sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal

manusia.sedangkan pengertian kebudayaan secara umum menunjukan

karakteristik dan pengetahuan sekelompok orang ,yang meliputi

bahasa,agama,kebiasaan sosial,musik dan seni.kebudayaan pula meliputi

pengetahuan,keyakinan,dan perilaku manusia.oleh karena itu kebudayaan

memberikan nilai-nilai luhur yang mengandung aspek-aspek yang berkaitan

dengan aktivitas masyarakat.dari dua pembahasan di atas yang menarik untuk

dikaji dan di pahami yaitu Analisis makna yang terkandung dalam teks aru

tubarania gowa .

Aru tubarania merupakan ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering

disampaikan oleh masyarakat di masa silam, biasanya diucapkan oleh

masyarakat di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawaan kepada atasannya,

abdi kerajaan kepada rajanya, komandannya, masyarakat kepada

pemerintahnya, bahkan oleh dapat diucapkan seorang raja terhadap rakyatnya,

bahwa apa yang telah diucapkan dalam Aru itu akan dilaksanakan sungguh-

sungguh. Dengan demikian, Angangru pada saat diucapkan dapat

menimbulkan semangat juang prajurit melawan musuh-musuhnya, dan

memotivasi untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita sang raja dalam

membangun kerajaan.( Rahmawati,2014).

Teks Angngaru ini, cerminan sosial masyarakat digambarkan dengan

latar sosial budaya dalam situasi dan suasana sosial masyarakat Gowa pada

zaman dulu sehingga dapat dimakna tiap baitnya menggambarkan tentang

ungkapan panyampaian pesan berupa ikrar (sumpah setia) yang sering


3

disampaikan oleh orang-orang Gowa pada masa kerajaan yang hingga kini

masih digunakan juga mengingat bahwa bagaimana pentingnya kegunaan

Angngaru di masa lalu. Nurhuda, dkk (2018).

Membahas mengenai angngaru, perlu diketahui bahwa Kerajaan Gowa

terikat dengan narasi tentang sebuah peristiwa mitologi kedatangan seseorang

putri dari alam atas (kayangan). Kisah tersebut secara garis besar menceritakan

bagaimana proses pengangkatan Raja Gowa yang pertama. Dalam peristiwa

tersebut, dilakukan sebuah ritual sumpah atau kontrak politik antara raja dan

rakyat yang diwakili oleh Kasuwiyang Salapang (Abdullah. 1985). Kasuwiyang

Salapang merupakan kumpulan sembilan pengabdi Kerajaan Gowa, hal ini dapat

diartikan sebagai sembilan negeri yang merupakan federasi kecil yang

membentuk Kerajaan Gowa. Sayangnya tidak ada istilah yang digunakan untuk

penamaan peristiwa sumpah/ikrar tersebut.

Angngaru Tubarania juga dimaknai sebagai peristiwa sumpah kesetiaan

prajurit terhadap rajanya, Tradisi ini dilakukan saat hendak berangkat ke medan

laga (perang). Lebih lanjut Cummings mengatakan bahwa dalam pelaksanaan

Angngaru Tubarani, perajurit atau panglima perang mengucapkan syair-syair

Angngaru Tubarania dihadapan sombayya (raja) sembari menghunuskan

pedangnya, dengan suara yang lantang disertai ekpresi emosional yang

ditunjukkan oleh pangngaru (pelaku angngaru). Ritual tersebut membentuk

simulasi medan perang. Hal demikian menjadikan orang yang turut menyaksikan

ritual ini seakan-akan terbawa/turut merasakan kesakralan dan kejamnya di

medan laga (Cummings, 2015).

Tradisi Angngaru Tubarani merupakan salah satu tradisi yang telah lama
4

ada dalam tubuh masyarakat gowa. Dalam catatan sejarah, Angngaru Tubarania

disebut juga sebagai salah satu tradisi tertua di Kerajaan Gowa. Hal tersebut

dapat dikatakan valid karena Angngaru Tubarania merupakan suatu fenomena

sosial-budaya (ikrar) yang biasanya ditampilkan dalam pelantikan raja, sumpah

sebelum menuju medan perang, dan beberapa agenda sakral terkait kegiatan

dalam lingkungan Kerajaan Gowa. Adapun sebagai sebuah sumpah, Angngaru

Tubarania sarat mengandung nilai-nilai masyarakat gowa, utamanya kesetiaan

ata‟ (bawahan) terhadap karaeng (raja atau bangsawan). Dalam konteks

masyarakat modern nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut tetap

terjaga namun dalam bentuk yang lebih transformatif dari sebelumnya, yakni

budaya pertunjukan.

Pembahasan kali ini akan difokuskan pada tradisi Angngaru Tubarania di

Kerajaan Gowa Elaborasi terhadap tradisi Angngaru Tubarania Gowa yang

penulis maksudkan bertujuan untuk menelisik perubahan yang terjadi pada

tradisi ini, dari konteks zaman kerajaan kemasa modern saat ini. Perubahan

tersebut dilihat dari bentuk tradisi Angngaru Tubarani yang mengalami

pergeseran yang pada mulanya merupakan sebuah upacara sakral menjadi

sebuah komoditi pertunjukan di masa sekarang. Adapun perubahan fungsi tradisi

Angngaru Tubarani dari sesuatu yang sakral menjadi pertunjukan profan

tersebut tidak dapat disimplifikasi sebagai suatu bentuk komodifikasi budaya

(cultural commodification) dalam arti negatif. Komodifikasi budaya tradisi

Angngaru Tubarani dalam tulisan ini dilihat sebagai sebuah strategi


5

untuk mempertahankan dan mewariskan suatu tradisi yang bisa jadi akan

tergeser dan hilang apabila tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat itu

sendiri.

Peristiwa Angngaru Tubarania memiliki esensi yang sama, yaitu sebuah

peristiwa sumpah, merupakan suatu peristiwa bersumpah yang dilakukan oleh

seorang pria sambil memegang keris atau senjata lainnya dan umumnya

bersumpah di hadapan orang banyak atau raja. Angngaru dilaksanakan pada

upacara pelanikan raja,peranggan,perkawinan raja,atau upacara kerajaan

lainnyaa. Menurut KBBI(edisi ke V), Angngaru berasal dari kata aruk yang

berarti suatu tarian yang menggunakan kris di tangan seolah-olah menyerang

musuh sebagai tanda setia kepada raja.menurut latief,(2000)

Menurut Syarifuddin Dg tutu salah satu praktisi angngaru sekaligus

budayawan Kabupaten Gowa, angngaru menurutnya berasal dari bahasa

Makassar (tinggi) yang artinya sumpah atau ikrar. Dg. Tutu menyebutkan bahwa

angngaru merupakan suatu bentuk ikrar kesetiaan terhadap Raja Gowa yang

sifatnya sangat sakral. Tradisi tersebut merupakan tradisi yang disaksikan oleh

Tomanurung Baineya seorang putri yang turun dari kayangan saat diangkat

menjadi Raja Gowa yang pertama oleh ke sembilan federasi kerajaan atau yang

disebut dengan Kasuwiyang Salapang. Tradisi Angngaru dapat dikatakan

sebagai salah satu ritual tertua dalam lingkungan Kerajaan Gowa. Hal tersebut

mendapat signifikansi dari Hamid Abdullah (1985) yang mengatakan bahwa

tradisi angngaru merupakan tradisi tertua yang ada di

Kerajaan Gowa karena disaksikan langsung oleh Tomanurung Baineya.


Menurut etimologi kata angngaru berasal dari kata dasar aru yang berarti

sumpah, diberi prefiks a‟/ang sebagai bentuk kata kerja yang Dalam hal lain,
6

aru yang diucapkan oleh prajurit disebut ―Aru Tubarani‖ (sumpah

pemberani). Secara konvensional, tradisi angngaru dikenal sebagai suatu

peristiwa sosial-budaya yang berada dalam masyarakat suku Makassar

khususnya daerah Kabupaten Gowa. Berdasarkan catatan sejarah, angngaru

dahulunya hanya dilakukan dalam lingkungan Kerajaan Gowa mengingat

tradisi tersebut merupakan ikrar yang hanya diperuntukkan bagi raja-raja baru

yang akan dilantik.

Angngaru Tubarani dapat pula dimaknai sebagai tradisi yang

mengandung nilai kepemimpinan di dalamnya. Apabila raja telah menerima

sumpah dari prajurit, raja seyogianya juga harus menjamin kehidupan rakyat

yang telah berjanji setia kepadanya. Dimensi mutualisme dalam tradisi

angngaru menjadi poin penting dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Gowa

di waktu lampau. Hal tersebut juga menjadi titik perhatian penulis dalam artikel

ini, Angngaru Tubarani Gowa merupakan bagian penting yang membangun

struktur hierarkis masyarakat feodal Gowa. Tradisi angngaru dapat dikatakan

sebagai determinan yang membuat Kerajaan Gowa pada masanya termahsyur

hingga ke luar negeri. Hal tersebut tentu saja tidak berlebihan mengingat dalam

sejarah Kerajaan Gowa, prajurit-prajurit dari kerajaan ini dikenal sebagai

prajurit yang pemberani dan memiliki militansi yang tinggi.

Kesimpulan dari penjelasan latar belakang, maka penulis memiliki

ketertarikan meneliti “analisis makna yang terkandung dalam teks aru

tubarania gowa dalam (kajian semantik), Semantik adalah cabang linguistik

yang mempelajari makna / arti yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis

lain dari representasi. Dengan kata lain, semantik adalah studi tentang makna.
7

Semantik biasanya berhubungan dengan dua aspek lain: sintaksis,

pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, dan

pragmatis, penggunaan praktis simbol oleh rakyat dalam konteks tertentu.

menurut frida unsiah dan ria yulianti dalam pengantar ilmu linguistik, semantic

adalah ilmu yang mempelajari tentamg makna dan arti,seperti yang melekat di

tingkat kata,frasa,kalimat,dan unit yang lebih besar dari wacana(teks)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah makna yang terkandung dalam teks

aru tubarania gowa dalam kajian semantik

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, secara umum penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam teks aru

tubarania gowa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis,kedua manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut;

1. Manfaat Teoritis

Dalam menganalisis makna yang terkandung dalam teks aru tubarania gowa

dalam kajian semantik diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan


8

terhadap makna dalam teks aru tubarania gowa dan kajian semantik sebagai ilmu

seni memahami.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

a. bagi masyarakat, diharapkan dapat membantu dalam mengungkapkan makna

yang terkandung dalam teks aru tubarania gowa.

b. hasil penelitian ini di harapkan dapat di manfaatkan sebagai bahan informasi

bagi mahasiswa dan Dosen terutama di program studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

c. Bagi peneliti selanjutnya,hasil peneliti ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

bahan informasi bagi Mahasiswa khususnya dalam kajian semantik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Penelitian ini adalah penelitian terhadap teks dalam

sastra lisan aru (Angngaru) dengan . Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

sastra sebagai cerminan kehidupan sosial masyarakat dalam teks sastra lisan

Angngaru. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam

penelitian ini adalah teks, kalimat, ungkapan yang terdapat dalam teks Angngaru.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik baca, dan teknik

pencatatan. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi,mendeskripsikan, dan

menganalisis teks sastra yang dianggap sebagai cerminan keadaan masyarakat.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa teks sastra lisan Angngaru

yang menggambarkan keberanian serta kesetiaan raja dan para prajurit yang dapat

mencerminkan kehidupan masyarakat Gowa pada zaman dulu, Penelitian yang sama

perna dilakukan beberapa peneliti sebelumnya,diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh;

Winda hutagalung (jurnal pendidikan Bahasa Indonesia 2022) yang berjudul

“Analisis semantik Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar) Pesan atau makna yang

disampaikan dalam puisi tidak selalu menggunakan kalimat sederhana. Oleh karena

itu, artikel ini bertujuan untuk menganalisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar

berdasarkan keilmuan semantik. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif

deskriptif. Fokus semantik pada penelitian ini, yaitu:


10

mengenai segi makna leksikal, makna gramatikal, makna referensial, dan makna

kias yang terdapat pada puisi Penerimaan karya Chairil Anwar. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu: studi literatur. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa puisi Penerimaan karya Chairil Anwar terdiri dari delapan bait

dan mempunyai makna semantik sebanyak 6 kata bermakna gramatikal, 26 kata

bermakna lesikal, 5 kata bermakna referensial, dan 5 kata bermakna kias. Makna

semantik yang terbanyak ditemukan pada puisi tersebut, yaitu leksikal. Hal tersebut

karena pengarang menggunakan kata yang memiliki makna sebenarnya atau sesuai

dengan kamus, seperti “aku”,“kau” dan “masih”. Akhir dari analisis semantik

disimpulkan bahwa puisi ini bercerita tentang kisah cinta seorang lakilaki kepada

seorang perempuan yang telah pergi meninggalkannya. Laki-laki tersebut

memberikan syarat agar si perempuan mencintainya sepenuh hati jika ia ingin

kembali. Laki-laki tidak akan melepaskan perempuannya dan hanya menjadikan

perempuan tersebut menjadi miliknya sendiri.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aji Dwiprakatino dengan judul Aspek-

aspek Makna dalam Lirik Lagu Suporter Persibangga tahun 2015

Penelitian tersebut di atas dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Purwokerto, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2016).

Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Persamaan penelitian tersebut denganpenelitian yang akan dilakukan

yaitu sama-sama menganalisis lirik lagu berdasarkan kajian semantik. Perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada objek dan sumber data

penelitian. Objek penelitian yang akan dilakukan adalah jenis-jenis makna kata pada

lirik lagu Banyumasan sedangkan objek penelitian sebelumnya aspek-aspek makna.

Selain itu, sumber data yang digunakan oleh peneliti juga berbeda dengan peneliti
11

sebelumnya. peneliti menggunakan lirik lagu Banyumasan sebagai sumber data

penelitian sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan lirik lagu suporter

Persibangga.

Peneliti selanjutnya Afifa (jurnal bahasa dan sastra 2021),Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui Makna Semantik Bahasa Jawa Terhadap Bahasa

Indonesia di Desa Hapesong Baru Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli

Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif deskriptif.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sunyiartiningsih dengan judul (lirik

lagu kesenian tradisional Kleningan Mekar Rahayu di Desa Sukarahayu Kecamatan

Langangsari Kota Banjar). Penelitian ini, mahasiswa Proyek

Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2013) (Universitas

Muhammadiyah di Pvikto)r. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan

dengan peneliti yang akan dilakukan. Peneliti akan serupa dengan penelitian

sebelumnya yang didasarkan pada penelitian semantik untuk menganalisis lirik,

terutama jenis maknanya. Perbedaan antara peneliti yang dilakukan oleh peneliti

terletak pada objek dan sumber data penelitiannya. Objek penelitian yang akan

dilakukan adalah jenis makna dalam lirik lagu Abu Nawas An Recognition, dan

objek penelitian sebelumnya adalah makna, informasi dan maksud dalam lirik lagu

seni kleninga

B. Kajian Teori

1. Sastra

a. Pengertian Sastra

Sastra di dalam bahasa Sansekerta disebut dengan Shastra yakni kata serapan

bahasa Sansekerta yang berarti “Teks mengandung instruksi atau pedoman”. Di


12

dalam bahasa Indonesia, kata ini umumnya dipakai untuk mengacu pada

kesusastraan atau tulisan yang memiliki keindahan atau arti tertentu. Menurut KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia) sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan

dengan trulisan biasa lainnya, memiliki berbagai cirri keunggulan, keaslian,

keartistikan, keindahan, isi dan ungkapan. Karya sastra sendiri merupakan karangan

yang memiliki nilai kebaikan berupa tulisan dengan bahasa yang indah penuh

estetika. Sastra sendiri juga memberikan pengetahuan dan wawasan umum

mengenai manusia, sosial, intelek, dengan gaya yang khas dan unik. Di mana

pembaca sastra dapat menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan pengalamanan

dan wawasannya, Semua kembali ke pembaca dan penikmat. Menurut Mursal

Esten(1978;9), Menyatakan sastra adalah

pengungkapan sastra fakta sebagai manifestasi artistik dan imajinatif kehidupan

manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai media dan memiliki efek positif

terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).sedangkan menurut Panuti Sudjiman

(1986 : 68)Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri

keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.

b. Fungsi Sastra

Fungsi sastra sendiri memiliki aneka ragam tegantung dari golongannya. Berikut ini

adalah beberapa fungsi sastra di dalam kehidupan masyarakat yang bisa diambil dan

dirasakan.

a. Fungsi reaktif.

Bahwa sastra memiliki fungsi reaktif artinya adalah sastra itu dapat

menghibur bagi pembaca dan penikmatnya. Seperti halnya pada drama komedi yang

mana dapat menghibur para penontonnya. Sedangkan drama sendiri tercipta atau

tergolong ke dalam jenis karya sastra.


13

b. Fungsi didaktif.

Di mana sastra memiliki sifat yang mendidik. Sehingga sastra sendiri

berfungsi dapat mendidik dan memberikan informasi, pengetahuan, atau wawasan.

Karena di dalam karya sastra terdapat berbagai unsure dan nilai yang bisa kita petik

juga sesuai dalam kehidupan sehari-hari.

c. Fungsi Keindahan (Estetis)

Seperti puisi, karyanya dapat hanya memberikan keindahan atau nilai estetis

yang disampaikan oleh Penulisnya. Sehingga, keindahan atau gagasan

pemikirannya yang kreatif dapat dinikmati dan menggugah

penikmat/pembacanya.

d. Fungsi Sosial

Sastra dapat menggugah pembacanya untuk menjadi lebih sadar terhadap

isu-isu sosial yang tengah terjadi di dunia. Melalui perumpamaan atau cerminan

realita, tulisan ini juga dapat mengkritik tanpa main hakim sendiri (judging), karena

tidak mengarahkannya langsung pada pihak atau individu yang bersangkutan.

e. Fungsi Sejarah

Sejarah sudah terlalu sering ditunggangi oleh kepentingan dari pihak yang

diunggulkan pada masanya. Sehingga sejarah dapat menjadi sangat tidak objektif

dan memihak. Sastra dapat menjadi saksi bisu sekaligus pengomentar terhadap

peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar Penulisnya.

c. Jenis-jenis sastra

a. Drama

Drama adalah salah satu bentuk dari suatu karya sastra yang mana

didalamnya menceritakan kehidupan dari manusia melalui media gerak dan juga

suara

b. Puisi
14

Puisi merupakan salah satu bentuk dari karya sastra yang sangat

bergantung pada aturan tertentu, seperti irama, rima, serta menyusun bait dan juga

baris yang mana bahasanya nampak indah dan juga penuh dengan makna

c. Dongeng

Dongeng adalah salah satu karya sastra lama yang berisi cerita yang lebih

bersifat fiksi atau imajinasi yang terkandung di dalamnya sangat luar biasa.

Masyarakat percaya bahwa dongeng ini tidak benar-benar terjadi.

d. Ciri-Ciri Sastra. Ciri-ciri sastra antara lain:

a. Isinya dapat menggambarkan akan manusia dengan berbagai bentuk

permasalahannya.

b. Terdapat tatanan bahasa yang baik dan indah.

c. Cara penyajiannya dapat memberi kesan yang menarik bagi pembaca.

d. Sastra memberikan hiburan. dalam lubuk hati manusia terpatri kecintaan dan

keindahan. Manusia adalah makhluk yang suka keindahan. Karya sastra adalah

apresiasi keindahan itu. Karena itu, karya sastra yang baik selalu menyenangkan

pembaca.

e. Sastra menunjukkan kebenaran hidup. Dalam karya sastra terungkap berbagai

pengalaman hidup manusia, yang baik, yang jahat, yang benar, maupun yang

salah. Karena itu manusia lain dapat memetik pelajaran yang baik dari pelajaran

yang baik dari karya sastra.

f. Sastra melampaui batas bangsa dan zaman. Nilai-nilai kebenaran, ide, atau

gagasan dalam karya sastra yang baik bersifat universal, sehingga dapat dinikmati

oleh bangsa manapun


15

2. Sastra Makassar

Sastra daerah adalah satra yang memiliki yang memiliki kedudukan yang

sangat penting dalam ditengah masyarakat.hal ini karenakan sastra daerah dapat

menjadi wahana pembelajaran kita untuk memahami masyarakat dan

kebudayaan,disini sagat terlihat jelas bahwa sastra tidak akan perna bisa dilepaskan

dari konteks kebudayaan, Zaidan dkk mengatakan bahwa sastra daerah adalah

gendre sastra yang ditulis dalam bahasa daerah bertema universal (Dalam Didipu,

2010:10).

Makassar merupakan nama daerah yang terletak dibagian selatan jazirah

Sulawesi selatan yang didiami oleh suku makassar beserta semangat yang

dimilikinya,termasuk bahasa yang dipakai masyarakat dalam pergaulan seharihari.

daerah ini meliputi,antara lain; kabupaten pangkajene, maros, ujung

pandang(makssar),Gowa,takalar,jeneponto,bantaeng,bulukumba,sinjai,dan selayar.

makassar sebagai salah satu daerah budaya di indonesia memiliki kekayaansastra

yang beragam. pada umumnya sastra daerah makassar bermacammacam,baik

ditinjauh dari dari segi bentuk maupun isinya. Karya sastra prosa daerah daerah

makassar meliputi Rupama (Dongeng),Pau-Pau (Carita),dan Patturiolog

(Silsilah).Karya sastra puisi daerah makassar meliputi Doangang (Mantera),

Paruntu kana (Peribahasa), Kelong (Pantun), Pakkio Bunting, Dondo, dan Aru

(Ikrar/janji) termasuk pula dalam sastra daerah makassar adalah bahasa berirama

(Royong dan Sinrilik) yang di sampaikan atau dikomunikasikan dalam

dendang/dilagukan dengan iringan alat musik tertentu.

Mengingat pemakaian bahasa makassar cukup luas maka pemakaian bahasa

makassar antara daerah satu yang satu dengan daerah lainnya memiliki perbedaan.

Perbedaan tuturan yang disebabkan oleh letak geografis disebut dialek. Bahasa

makassar dibagi menjadi lima dialek, yaitu lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo, dan
16

selayar. Dialek yang dianggap standar adalah bahasa makassar dialek lakiung

karena dialek inilah yang digunakan sebagai alat komunikasi resmi pada masa

kerajaan Gowa. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa makassar

berfungsi sebagai;(1) Lambang kebanggan masyarakat makassar,(2) Lambang

identitas masyarakat masyarakat makassar,(3) Alat penghubung antara sesama

masyarakat makassar,dan (5) Bahasa pengantar pada kelas-kelas permulaan di

sekolah dasar yang berbahasa ibu bahasa makassar.

3. Kebudayaan
A.Pengertian kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang

berasal dari bahasa Latin yaitu cultura. Kebudayaan secara umum mengarah pada

sebutan dari cara hidup sekelompok orang, yang berarti cara mereka melakukan

sesuatu. Kelompok yang berbeda mungkin memiliki budaya yang berbeda.

Kebudayaan juga menunjukkan karakteristik dan pengetahuan sekelompok

orang tertentu, yang meliputi bahasa, agama, masakan, kebiasaan sosial, musik, dan

seni. Dipahami pula pengertian kebudayaan secara umum adalah pola bersama

perilaku dan interaksi, konstruksi kognitif dan pemahaman yang

dipelajari oleh sosialisasi.

Pengertian kebudayaan secara umum adalah bagian dari pola terpadu

pengetahuan, keyakinan, dan perilaku manusia. Pengertian kebudayaan secara

umum juga mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Ini bisa meliputi pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan adat istiadat.

Kebudayaan adalah pola perilaku yang ada dalam kelompok social.


17

Menurut Ki Hajar Dewantara menjelaskan pengertian kebudayaan secara

umum adalah sebagai buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia

terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam. Hal itu merupakan bukti

kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran guna

mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan

bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,

tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,

yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan

budaya-budaya leluhur melalui proses pendidikan.

B. Ciri-ciri Budaya atau Kebudayaan

Ada beberapa macam ciri-ciri budaya atau kebudayaan, diantaranya adalah sebagai

berikut;

a. Budaya bukan bawaan tapi dipelajari.

b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok

dan dari generasi ke generasi.

c. Budaya berdasarkan simbol.

d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus berubah sepanjang waktu.

e. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman

manusia yang jumlahnya terbatas.

f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.


g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk

menilai budaya lain).

C. Fungsi Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-


18

anggotanyaseperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam

masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat

memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-

kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh

kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar

karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang

merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.

4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas dan manusiawi untuk

membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa sebagai suatu sistem

komunikasi adalah suatu bagian dari sistem kebudayaan, bahkan merupakan bagian

inti kebudayaan. Bahasa juga terlibat dalam semua aspek kebudayaan. Kebudayaan

manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasa merupakan faktor

utama yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Begitu banyak fungsi bahasa

terhadap kebudayaan, seperti sebagai sarana pengembangan kebudayaan, sarana

pembinaan kebudayaan, jalur pembinaan kebudayaan, dan sarana inventarisasi

kebudayaan. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan budaya

manusia karena antara bahasa dan budaya memiliki hubungan kausalitas atau

hubungan timbal-balik. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia,

sedangkan budaya manusia banyak pula dipengaruhi oleh bahasa. Lebih penting dari

itu, kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi tanpa bahasa karena bahasalah

faktor yang memungkinkan terbentuknya kebudayaan. Jadi, bahasa merupakan

cerminan kebudayaan suatu masyarakat. Rina Devianty (Jurnal tarbiyah 24 (2),

2017).

Menurut (Beta Puspa Sari ;2015) Bahasa bagian dari kebudayaan dan

bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan sebagaimana kita kenal


19

sekarang. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat

adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa Bangsa Indonesia memiliki bahasa yang

majemuk. Selanjutnya Syamsuddin (1986), beliau memberi dua pengertian bahasa.

Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan,

keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan

dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik

maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari

budi kemanusiaan. selanjutnya walija(prasetya 2020:8), mengungkapan defenisi

bahasa iyalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan

ide,kesan,maksud,perasaan dan pendapat kepada orang lain. Pendapat di atas mirip

dengan apa yang di ungkapkan oleh Abdula chaer(Sari 2018:13) Bahasa adalah

suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu

masyarakat tutur untuk bekerja, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai

suatu sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola

tertentu,baik dalam tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.

Wibowo (Presetya 2020:8) Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) bersifat arbitrer dan

konvesional,yang di pakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok

manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.oleh karna itu untuk memahami

tentang bahasa perlu pemahaman tentang semantik.

5. Semantik

a . pengertian semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) diturunkan dari

kata bahasa Yunani Kuno sema (bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau
20

"lambang". Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti menandai" atau

"melambangkan". Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai

padanan kata "sema" itu adalah tanda linguistik (Prancis: signe linguistique) seperti

yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Sudah disebutkan bahwa tanda

linguistik itu terdiri dari komponen penanda (Prancis: signifie) yang berwujud

bunyi, dan komponen petanda (Prancis: signifie) yang berwujud konsep atau makna.

Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna / arti yang

terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain,

semantik adalah studi tentang makna. Semantik biasanya berhubungan dengan dua

aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih

sederhana, dan pragmatis, penggunaan praktis simbol oleh rakyat dalam konteks

tertent Studi semantik juga menyelidiki tingkat pemahaman seseorang agar dapat

memahami makna dalam teks dan dapat menyimpulkan arti sesungguhnya yang ada

dalam teks tersebut, baik berupa kata maupun kalimat. Studi ini menggalibanyaknya

jenis makna yang akan terungkap, terutama dalam bentuk analisis yang akan diteliti

serta ingin dipahami oleh manusia. Kambartel dalam Pateda (2010:7) menyatakan,

“Semantik merupakan bahasa yang terdiri dari struktur yang menampakkan makna

apabila makna tersebut dihubungkan dengan objek pada pengalaman manusia”.

Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama

pada kata-kata semantik.

Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna, baru pada tahun

1990-an dengan munculnya Essai de semantikue dari Breal, yang kemudian pada

periode berikutnya disusul oleh karya Stern. Tetapi, sebelum kelahiran karya stern,

di Jenewa telah diterbitkan bahan, kumpulan kuliah dari seorang pengajar bahasa

yang sangat menentukan perkembangan linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de


21

Saussure, yang berjudul Cours de Linguistikue General. Pandangan Saussure itu

menjadi pandangan aliran strukturalisme.

Menurut Sudaryat (2009:3) menyatakan, “Kata semantik digunakan untuk

bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau

lambanglambang dengan hal-hal yang ditandainya dan disebut makna atau arti”.

Pandangan ini kemudian menimbulkan suatu arahan bahwa makna akan muncul jika

sebelumnya pengguna bahasa telah mendapatkan suatu pengalaman, kemudian

pengalaman tersebut menjadi arah pada suatu referen.

Pateda (2010:2) mengatakan, “Dalam ilmu semantik dapat diketahui tentang

pemahaman makna, wujud makna, jenis-jenis makna, aspek-aspek makna hal yang

berhubungan dengan makna, komponen makna, perubahan makna, penyebab kata

hanya mempunyai satu makna atau lebih, dan cara memahami makna dalam sebuah

kata, semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semantik”.

Studi semantik juga menyelidiki tingkat pemahaman seseorang agar dapat

memahami makna dalam teks dan dapat menyimpulkan arti sesungguhnya yang ada

dalam teks tersebut, baik berupa kata maupun kalimat. Studi ini menggali

banyaknya jenis makna yang akan terungkap, terutama dalam bentuk analisis yang

akan diteliti serta ingin dipahami oleh manusia. Kambartel dalam Pateda

(2010:7) menyatakan, “Semantik merupakan bahasa yang terdiri dari struktur yang

menampakkan makna apabila makna tersebut dihubungkan dengan objek pada

pengalaman manusia”. Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur- unsur

bahasa itu sendiri terutama pada kata-kata semantik.oleh karna itu untuk mengetahui

tentang semantik,perlu pemahaman tentang makna.

b. Jenis Semantik

Telah dijelaskan bahwa semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji sistem

makna. Jadi, objeknya makna. Makna yang dikaji dalam semantik dapat dikaji dari
22

banyak segi, terutama teori atau aliran yang berbeda dalam linguistik. Teori yang

mendasari dan dalam lingkungan mana semantik dibahas membawa

Kita kepengenalan tentang jenis-jenis semantik.

Jenis-jenis semantik dapat dideskripsikan berikut ini:


1. Semantik Behavioris

Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: Penganut pandang

behavioris tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik berupa

mind, concept, dan idea: Tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia

dan hewan:

a. Mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor


bawaan

b. Mekanismenya atau determinasinya.

Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan antara stimulus dan

respon, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang

berarti ditentukan oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami

jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman

manusia.

2. Semantik Deskriptif

Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan

makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali

muncul. Tidak diperhatikan. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu

orang yang peringkat teratas dalam pertandingan tanpa memperhatikan makna

sebelumnya yaitu pengatur atau pelerai dalam persabungan ayam. Jadi,

Semantik deskriptif hanya memperhatikan makna sekarang.

3. Semantik Generatif

Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah:


23

a. Kompetensi(competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan bahasa yang

dipahami itu dalam komunikasi.

b. Struktur luar, yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti

terdengar:dan

c. Struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam struktur luar. Aliran ini menjadi

terkenal dengan munculnya buku Chomsky tahun 1957 yang kemudian diperbarui.

Teori semantic generatif muncul tahun 1968 karena ketidakpuasan linguis terhadap

pendapat Chomsky. Menurut pendapat mereka struktur semantik dan struktur

sintaksis bersifat homogen. Struktur dalam tidak sama dengan struktur semantik.

Untuk menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah, yaitu transformasi.

Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang

berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan

perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang

disebut transformasi.

4. Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji

makna yang terdapat dalam satuan kalimat. Verhaar mengatakan Semantik

gramatikal jauh lebih sulit dianalisis. Untuk menganalisis kalimat masih duduk,

kakak sudah tidur tidak hanya ditafsirkan dari kata-kata yang

menyusunnya.Orang harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat itu serta sesuatu

yang ada dibalik kalimat itu. Sebuah kata akan bergesr maknanya apabila

diletakkan atau digabungkan dengan kata lain.

5. Semantik Leksikal

Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada

pembahasan sistem makna ayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak

terlalu sulit. Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk Semantik
24

leksikal: makna setiap kata diuraikan disitu. Jadi, Semantik leksikal

memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai satuan

mandiri.

6. Semantik Historis

Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam

rangkaian waktu. Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam

rentangan waktu, bukan perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih

banyak dikaji dalam linguistic hoistoris. Asal-usul kata menjadi bagian studi

etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan periode atau

antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain. Misalnya

dalam BI terdapat kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/

d/ dan/ r/ berkorespondensi.

7. Semantik Logika

Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-

konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji

sistem makna yang dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika

yang mangacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran terutama yang

dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap disebut semantik. Dalam

semantik logika dibahas makna proprsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab

kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam

proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau

lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan lambang disebut sebagai

variabel proporsional dalam semantik logika.

8. Semantik Struktural

Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang

dipelopori oleh Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap


25

bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri

dari satuan satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsure

berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang

membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.

6. Semantik Leksikal

Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memuaskan pada

pembahasan sistem makna ayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak

terlalu sulit. Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk Semantik

leksikal: makna setiap kata diuraikan disitu. Jadi, Semantik leksikal

memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai satuan

mandiri. Semantik leksikal dari bahasa lain, maka jenis semantiknya disebut

semantic leksikal. semantik leksikal ini diselidiki makna yang pada

laksemlaksem dari bahasa tersebut. oleh karena itu, maka yang ada pada

laksemlaksem itu disebut makna leksikal. laksem adalah istilah yang lazim

digunakan dalam studi semantic untuk menyebut satuan-satuan bermakna.

Istilah leksim inikurang lebih dapat dipandangkan dengan istilah kata yang lazim

digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis, dan yang lazim didefinisikan

sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.(chaer,2009:8).

Makna kata merupakan bidang kajian yang dibahas dalam ilmu semantik.

Semantik berkedudukan sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang

mempelajari tentang makna suatu kata dalam bahasa, sedangkan linguistik

merupakan ilmu yang mengkaji bahasa lisan dan tulisan yang memiliki ciriciri

sistematik, rasional, empiris sebagai pemerian struktur dan aturan-aturan

bahasa (Nurhayati, 2009:3). berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa makna suatu kata dalam bahasa dapat diketahui dengan landasan ilmu

semantik.
26

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dan selalu melekat dari apa

saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sangatlah beragam.

Ferdinand de Saussure mengungkapkan, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul

Chaer, makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada

suatu tanda linguistik.

Aminuddin (2008: 80) menyebutkan:Makna sebagai unsur dalam sistem

tanda, dapat diketahui bahwa terdapat dua unsur dasar dalam sitem tanda yang

secara langsung memiliki hubungan dengan makna. Kedua unsur dasar itu

adalah signifiant, sebagai unsur abstrak yang akhirnya terwujud dalam sign atau

lambang, serta signifikator yang dengan adanya makna dalam lambang itu

mampu mengadakan penjulukan, melakukan proses berpikir, dan mengadakan

konseptualisasi.

Adapun fokus penelitian ini yaitu berfokus pada makna Denotatif dan

makna konotatif:

a. Makna Denotatif

Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti makna denotasional

yang merupakan kata yang tidak mengandung makna atau perasaanperasaan. Makna

denotatif disebut juga sebagai makna referensial,konseptual,dan idesional karena

makna itu merujuk pada (doneto) kepada suatu referen,kondep atau ide dari suatu

referen. Makna denotatif adalah makna yang sampaikan secara wajar dan eksplisit.Eko

(2019:25).

b. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna asosiatif, artinya,makna tersebut tercipta

kerena adanya akibat dari sikap sosial,sikap pribadi,dan kriteria tambahan yang

dikenakan pada sebuah makna konseptual. Eko (2019:14). Makna konotatif terkadang
27

berisikan kiasan ataupun makna yang biasa timbul setelah disusun dalam kalimat

dengan nilai-nilai emosi tertentu.

7. Aru Tubarania Gowa

Menurut etimologi kata angngaru berasal dari kata dasar aru yang berarti

sumpah, diberi prefiks a‟/ang sebagai bentuk kata kerja yang Dalam hal lain, aru

yang diucapkan oleh prajurit disebut Aru Tubarania‖ (sumpah pemberani). Secara

konvensional, tradisi angngaru dikenal sebagai suatu peristiwa sosial-budaya yang

berada dalam masyarakat suku Makassar khususnya daerah Kabupaten Gowa.

Berdasarkan catatan sejarah, angngaru dahulunya hanya dilakukan dalam

lingkungan Kerajaan Gowa mengingat tradisi tersebut merupakan ikrar yang hanya

diperuntukkan bagi raja-raja baru yang akan dilantik.

Angngaru Tubarani dapat pula dimaknai sebagai tradisi yang mengandung

nilai kepemimpinan di dalamnya. Apabila raja telah menerima sumpah dari prajurit,

raja sedianya juga harus menjamin kehidupan rakyat yang telah berjanji setia

kepadanya. Dimensi mutualisme dalam tradisi angngaru menjadi poin penting

dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Gowa di waktu lampau, Angngaru Tubarani

Gowa merupakan bagian penting yang membangun struktur hierarkis masyarakat

Gowa. Tradisi angngaru dapat dikatakan sebagai determinan yang membuat

Kerajaan Gowa pada masanya termahsyur hingga ke luar negeri. Hal tersebut tentu

saja tidak berlebihan mengingat dalam sejarah Kerajaan Gowa, prajurit-prajurit dari

kerajaan ini dikenal sebagai prajurit yang pemberani dan memiliki militansi yang

tinggi.

Angngaru Tubarania juga sebagai peristiwa sumpah kesetiaan prajurit

terhadap rajanya, Tradisi ini dilakukan saat hendak berangkat ke medan laga

(perang). Lebih lanjut Cummings mengatakan bahwa dalam pelaksanaan


28

Angngaru Tubarani, perajurit atau panglima perang mengucapkan syair-syair

Angngaru Tubarania dihadapan sombayya (raja) sembari menghunuskan

pedangnya, dengan suara yang lantang disertai ekpresi emosional yang ditunjukkan

oleh pangngaru (pelaku angngaru). Ritual tersebut membentuk simulasi medan

perang. Hal demikian menjadikan orang yang turut menyaksikan ritual ini seakan-

akan terbawa/turut merasakan kesakralan dan kejamnya di medan laga (Cummings,

2015).

Menurut H Sirajuddin bantang,dalam bukunya ”Sastra Makassar”,

menjelaskan bahwa Angngaru berasal dari kata Aru yang jika diartikan secara

harfiah berarti melakukan amuk.Namun jika kita melihat esensi dari arti

angngaru,maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa arti dari angngaru atau aru

adalah sebuah ikrar setia yang dilakukan oleh seorang Tu barani (prajurit atau

panglima perang) dihadapan sang raja dan menguraikan isi dari teks aru beserta

artinya.

Menurut Bassang Daeng Jirong, dalam bukunya”Taman Sastra Makassar”,

menjelaskan Awal tradisi angngaru pada masa kerajaan ketika bissu menegas saat

peperangan,juga dengan tujuan mengobati masyarakat yang terkena tukusiang

(gatal-gatal semacam cacar) ritual ini semacam menyampaikan pesan dan doa pada

dewata seuwaE untuk kesembuhan dengan cara angngaru.

Menurut Syahrul Yasin Limpo, dalam bukunya”Profil Sejarah Budaya dan

Pariwisata Gowa”. menjelaskan bahwa angngaru adalah semacam ikrar atau janji

para ksatria dimasa lampau kepada para raja. Bahkan, para raja pun ikut

mengucapkan janji tersebut kepada rakyatnya sebagai bukti bahwa pemimpin

tersebut bersedia melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh.selain itu,

angngaru hanya digunakan dalam berbagai hal antara lain upacara adat atau
29

penyambutan tamu-tamu agung. Angngaru ini merupakan ciri khas dari masyarakat

Gowa yang tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya.

Menurut William cummings dalam bukunya”Penciptaan Sejarah Makassar di

Awal Era Moderen” Mengatakan bahwa Angngaru Tubarani merupakan janji setia

yang diucapkan oleh seorang hulubalang atau perwira di hadapan rajanya.

Menurut Nurudin dalam bukunya”Sistem Komunikasi dan Budaya

Indonesia” Teknik memainkan aru sebagaimana biasanya apabila akan

menyampaikan suatu sumpah atau ikrar dihadapan seorang raja, maka dipilihlah

seseorang dari wakil masyarakat atau tubarania untuk untuk mengucapakan sumpah

setia, orang yang terpilih umumnya mempunyai vocal yang lantang,wajah yang

seram, berani menantang.

Setelah memahami makna angngaru di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa angngaru pada zaman dahulu merupakan prosesi sumpah kesetiaan seorang

hamba pada rajanya, begitu pula raja sedianya juga harus menjamin kehidupan

rakyat yang telah berjanji setia kepadanya.

C. Kerangka pikir

Objek peelitian ini adalah makna Aru tubarania gowa yang tergolong karya

sastra lisan Makassar yang berbentuk puisi dari bahasa dan cara penyampaianya,

baik dengan menggunakan alat music maupun tanpa alat music. Berdasarkan

landasan teori yang telah penulis paparkan diatas, maka pada bagian ini diuraikan

beberapa hal yang dijadikan sebagai acuan (arah dan pedoman) selanjutnya.

Kerangka pikir yang di maksud mengarahkan penulis untuk memperoleh data dan

informasi dalam penelitian dalam memecahkan masalah yang dipaparkan. Pada

penelitian ini, penulis tertarik mengangkat judul “Analisis makna dan yang

terkandung dalam Aru tubarania gowa”


30

Sastra

Analisis

Temuan

2.1 Bagan Kerangka Pikir

Makna Makna
Denotatif Konotatif

Sastra Makassar

Aru Tubarania

Semantik
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode yang bersifat analisis deskriptif

kualitatif,analisisnya berfokus pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam.

Jenis penelitian ini juga berupa metode penelitian yang dilakukan terfokus pada

suatu kasus untuk diamati di analisis secara cermat.

Menurut Bogdan & Biklen,s (1992:21) mengemukakan pendapat bahwa

penelitian kualitatif adalah langkah penelitian menghasilkan data deskriptif

berupa tulisan atau ucapan, serta perilaku orang yang diamati. Penelitian ini

bertujuan mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan

sosial dari sudut pandang partisipan.

Menurut Moleong(2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fonomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic,dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

B. Desain penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur

ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan

penelitian. Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif

34

35
32

kualitatif, oleh karena, dalam desain penelitian ini harus dirancang berdasarkan

pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan, mengolah,

mereduksi, menganalisis dan menyajikan data secara objektif dan cenderung

menggunakan analisis. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar

fokus penelitian sesuai dengan fakta. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat

untuk memberi gambaran umum tentang latar penelitian dan bahan

pembahasan hasil penelitian.Pada penelitian kualitatif tidak bisa diperoleh atau

diukur menggunakan prosedur-prosedur statistic. Penelitian kualitatif sering

digunakan sebagai penelitian tentang kehidupan suatu masyarakat, Sujarweni

(2014: 19) data yang dihasilkan pada penelitian ini adalah data deskriptif berupa

teks (dalam bentuk tulisan) yang menggambarkan makna yang

terkandung dalam naskah atau teks sastra lisan aru tubarania gowa

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini merupakan data tertulis berupa teks aru tubarania yang
mengandung makna

2. Sumber data

Adapun sumber data dari penelitian ini berupa teks aru tubarania gowa

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa adalah alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto:2019)
D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini berupa teknik

baca dan menganalisis sebagai bahan penelitian yang dianggap mendukung

penelitian ini dalam memecahkan masalah.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif biasana digunakan untuk karya tulis ilmiah yang

mengkaji tentang karya sastra,seperti sastra lisan yang penulis ingin teliti yaitu

makna yang terkandung dalam teks aru tubarania gowa,adapun langka yang

dilakukan dalam penulisan untuk menganalisis data peneliti yaitu;

1. menelaah dan menganalisis kumpulan-kumpulan data yang telah diperoleh

berupa teks aru tubarania gowa dalam kajian semantik

2. Membaca teks aru tubarania gowa menggunakan teknik baca dalam kajian

semantik untuk mencari makna yang tersirat

3. Menafsirkan berbagai peristiwa yang terdapat dalam teks aru tubarania gowa

4. Menarik kesimpulan atas analisis yang telah dilakukan terhadap aru tubarania

gowa,kemudian jika hasil penelitian sudah di anggap sesuai maka hasil

penelitian tersebut sebagai hasil akhir.


34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam teks

aru tubarania gowa, makna aru tubarania yaitu sebuah pesan-pesan dan juga

bertujuan untuk menyadarkan masyarakat yang kebanyakan sudah lupa akan

adanya aru tubarania gowa yang mengandung makna atau pesan-pesan yang

dulunya sangat dipegang teguh oleh masyarakat gowa dan sekarang mulai

dilupakan seiring perkembangan zaman. Penelitian ini juga bisa menjadi penyadar

bagi mahasiswa jurusan bahasa dan sastra indonesia yang sekarang notabenenya

kebanyakan mengambil penelitian tindak kelas,sehingga kebanyakan mahasiswa

melupakan sastra dan membuat mereka tidak tertarik meneliti tentang sastra klasik

dan kebudayaan.

Berdasarkan hasil penelitian, Indonesia adalah salah satu negara yang

dikenal dengan keanekaragaman budaya dan kaya akan nilai tradisi lokal, Hal ini

disebabkan karena kepulauan nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan mulai

dari sabang sampai ke merauke Indonesia dipenuhi oleh berbagai ragam budaya

yang berbeda disetiap pelosok negeri sehingga banyak yang menarik minat para

peneliti baik lokal, maupun peneliti asing.

Kebudayaan sendiri adalah perwujudan dari sebuah renungan, kerja keras dan

kearifan suatu masyarakat dalam mengarungi dunia. Kebudayaan yang menjadikan

suatu masyarakat memandang lingkungan hidupnya dengan bermakna.

Kebudayaan bukan sesuatu yang datang secara alamiah sejak lahir, melainkan

tumbuh dan berkembang melalui interaksi manusia dengan lingkungan

37
sosialnya. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain

kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia

sebagai anggota masyarakat ( E.B Tylor, dalam Soerjono Soekanto, 2014: 14)

Semantik diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu satu

dari tiga tataran analisis bahasa:fonologi, gramatikal, dan semantik. Kata semantik

disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari

hubungan antara tanda-tanda linguistik tengan hal-hal yang ditandainya, atau

dengan kata lain,bidang studi dalam linguistic yang mempelajari makna atau arti

dalam bahasa. Semantik adalah cabang linguistic yang mempunyai hubungan erat

dengan ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi atau antropologi, bahkan juga dengan

filsafat dan psikologi. Sosiologi mempunyai kepentiangan dengan semantic karena

sering dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata-kata tertentu untuk mengatakan

sesuatu makna dapat menandai identitas kelompok dalam masyarakat.

Makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: arti, maksud pembicara

atau penulis. Makna adalah proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu

pesan. Semua ahli komunikasi, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat (1996), sepakat

bahwa makna kata sangat subjektif words don’t mean, people mean

(Sobur:2015;20). Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf dan linguis sehubungan

dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni : (1) menjelaskan

makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, (3)

menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson, dalam Sobur:2015;23).


36

Maka dari itu sesungguhnya istilah makna adalah istilah yang memiliki banyak arti.

Menurut F.R Plamer dikutip Sobur (2015;24), untuk dapat memahami apa yang

disebut makna, kita mesti kembali ke teori Ferdinand de Saussure. Dimana dalam

bukunya, Course in General Linguistik (1916), de Saussure menyebut tanda

linguistik. Tiap tanda linguistik terdiri atas dua unsur, yakni yang diartikan (unsur

makna) dan yang mengartikan (unsur bunyi). Kedua unsur ini, yang disebut unsur

intralingual, biasanya merujuk pada sesuatu referen yang merupakan unsur

ekstralingual. Sedangkan kata Peursen, “manusia ditandai dengan kata”,

(Sobur:2015;24).

Aru atau angngaru (bersumpah) adalah ikrar yang diucapkan orang-orang

Gowa dulu. Biasanya diucapkan oleh abdi raja kepada rajanya, atau sebaliknya,

oleh raja kepada rakyatnya. Aru dipercayai mengandung nilai magis dan religius.

Makanya, aru harus diungkapkan dengan sungguh-sungguh dan harus dilaksanakan

pula dengan sungguh-sungguh. Sebagai contoh, misalnya, ketika pasukan hendak

pergi berperang, mereka mengucapkan aru di depan Raja Gowa bahwa mereka akan

berjuang untuk mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan 'tak

akan mundur selangkah pun sebelum musuh melangkahi mayatnya. aru tubarani,

sumpahnya orang-orang berani.

Biimillahi Rahmani Rahim

Atta...karaeng (sungguh...karaeng)

Tabe' kipammoporang mama' (maafkan aku)

Ridallekang labbiritta (diharibaanmu yang mulia)


37

Risa'ri karatuanta (di sisi kebesaranmu)

Riempoang matinggita (di tahtamu yang agung)

Inakkemi anne karaeng (akulah karaeng)

Lambara tatassallanna Gowa (satria dari tanah Gowa)

Nakareppekangi sallang karaeng (akan memecahkan kelak)

Pangngulu ri barugayya (hulu keris di arena)

Nakatepokangi sallang karaeng (akan mematahkan kelak)

Pasorang attangnga parang (gagang tombak di tengah gelanggang)

Inai-naimo sallang karaeng (barang siapa jua)

Tamappatojengi tojenga (yang 'tak membenarkan kebenaran)

Tamappiadaki adaka (yang menantang adat budaya)

Kusalagai siri'na (kuhancurkan tempatnya berpijak)

Kuisara parallakkenna (kululuhkan ruang geraknya)

Berangja kunipatebba (aku ibarat parang yang dihantamkan)

Pangkulu kunisoeyang (kapak yang diayungkan)

Ikau anging karaeng (engkau ibarat angin karaeng)

Naikambe lekok kayu (aku ibarat daun kayu)


38

Mirikko anging (berhembuslah angin)

Namarunang lekok kayu (ku rela gugur bersamamu)

Iya sani madidiyaji nurunang (hanya yang kuning gugurkan)

Ikau je'ne karaeng (engkau ibarat air karaeng)

Naikambe matang mamayu (aku ibarat batang kayu)

Solongko je'ne (mengalirlah air)

Namamayu batang kayu (ku rela hanyut bersamamu)

Iya sani sompo bonangpi kianyu (di air pasang kami hanyut)

Ikau jarung karaeng (engkau ibarat jarum karaeng)

Naikambe bannang panjai (aku ibarat benang jahit)

Ta'leko jarung (menembuslah jarum)

Namminawang bannang panjai (aku akan ikut bekas jejakmu)

Iya sani lambusuppi nakontu tojeng (hanya mengikuti kebenaran)

Makkanamamaki mae karaeng (bersabdalah karaeng)

Naikambe mappajari (aku akan berbuat)

Mannyabbu mamaki mae karaeng (bertitahlah karaeng)

Naikambe mappa'rupa (aku akan berbakti)


39

Punna sallang takammayya (bila nanti janji tidak kutepati)

Aruku ri dallekanta (sebagaimana ikrarku di depanmu)

Pangkai jerakku (pasak pusaraku)

Tinra bate onjokku (coret na maku dalam sejarah)

Pauwang ana' ri boko (sampaikan pada generasi mendatang)

Pasang ana' tanjari (pesankan pada anak-cucu)

Tumakkanayya karaeng (apabila hanya mampu berikrar karaeng)

Natanarupai janjinna (tapi tidak mampu membuktikan ikrarnya)

Sikammajinne aruku ri dallek anta (demikian ikrarku dihadapanmu)

Dasi nadasi nana tarima pa'ngaruku (semoga Tuhan mengabulkannya)

Salama...(amin)...

A. Hasil Penelitian

Menurut syarifuddin dg tutu (2019) angngaru menurutnya berasal dari

bahasa makassar (tinggi) yang artinya sumpah atau ikrar,dg tutu menebutkan

bahwa angngaru merupakan suatu bentuk ikrar kesetiaan terhadap raja gowa yang

bersifat sangat sakral.tradisi tersebut nerupakan tradisi yang di saksikan oleh

tomanurung baineya sorang petri yang turun dari kanyangan saat di angkat menjadi

raja gowa yang pertama oleh sembilan federasi kerajaaan atau yang disebut

kasuwiyang salapan.
40

Berdasarkan hasil analisis diatas data yang telah dilakukan oleh peneliti

mengenai makna yang terkandung dalam teks aru tubarnia gowa di temukan hasil

sebagai berikut:

Adapun hasil penlitian beserta teks aru tubarania yang ditemukan oleh

peneliti diuraikan sebagai berikut :

Biimillahi Rahmani Rahim

Atta...karaeng (sungguh...karaeng)

Tabe' kipammoporang mama' (maafkan aku)

Ridallekang labbiritta (diharibaanmu yang mulia)

Risa'ri karatuanta (di sisi kebesaranmu)

Riempoang matinggita (di tahtamu yang agung)

Inakkemi anne karaeng (akulah karaeng)

Lambara tatassallanna Gowa (satria dari tanah Gowa)

Nakareppekangi sallang karaeng (akan memecahkan kelak)

Pangngulu ri barugayya (hulu keris di arena)

Nakatepokangi sallang karaeng (akan mematahkan kelak)

Pasorang attangnga parang (gagang tombak di tengah gelanggang)

Inai-naimo sallang karaeng (barang siapa jua)


41

Tamappatojengi tojenga (yang 'tak membenarkan kebenaran)

Tamappiadaki adaka (yang menantang adat budaya)

Kusalagai siri'na (kuhancurkan tempatnya berpijak)

Kuisara parallakkenna (kululuhkan ruang geraknya)

Berangja kunipatebba (aku ibarat parang yang dihantamkan)

Pangkulu kunisoeyang (kapak yang diayungkan)

Ikau anging karaeng (engkau ibarat angin karaeng)

Naikambe lekok kayu (aku ibarat daun kayu)

Mirikko anging (berhembuslah angin)

Namarunang lekok kayu (ku rela gugur bersamamu)

Iya sani madidiyaji nurunang (hanya yang kuning gugurkan)

Ikau je'ne karaeng (engkau ibarat air karaeng)

Naikambe matang mamayu (aku ibarat batang kayu)

Solongko je'ne (mengalirlah air)

Namamayu batang kayu (ku rela hanyut bersamamu)

Iya sani sompo bonangpi kianyu (di air pasang kami hanyut)

Ikau jarung karaeng (engkau ibarat jarum karaeng)


42

Naikambe bannang panjai (aku ibarat benang jahit)

Ta'leko jarung (menembuslah jarum)

Namminawang bannang panjai (aku akan ikut bekas jejakmu)

Iya sani lambusuppi nakontu tojeng (hanya mengikuti kebenaran)

Makkanamamaki mae karaeng (bersabdalah karaeng)

Naikambe mappajari (aku akan berbuat)

Mannyabbu mamaki mae karaeng (bertitahlah karaeng)

Naikambe mappa'rupa (aku akan berbakti)

Punna sallang takammayya (bila nanti janji tidak kutepati)

Aruku ri dallekanta (sebagaimana ikrarku di depanmu)

Pangkai jerakku (pasak pusaraku)

Tinra bate onjokku (coret na maku dalam sejarah)

Pauwang ana' ri boko (sampaikan pada generasi mendatang)

Pasang ana' tanjari (pesankan pada anak-cucu)

Tumakkanayya karaeng (apabila hanya mampu berikrar karaeng)

Natanarupai janjinna (tapi tidak mampu membuktikan ikrarnya)

Sikammajinne aruku ri dallek anta (demikian ikrarku dihadapanmu)


43

Dasi nadasi nana tarima pa'ngaruku (semoga Tuhan

mengabulkannya) Salama...(amin)...

Berdasarkan teks tersebut, peneiti menganalisis menggunakan

makna denotatif dan makna konotatif untuk memahami isi dari teks tersebut.

Adapun hasil analisis yang dilakukan peneliti diuraikan sebagai berikut :

1. Makna Denotatif

Makna denotatif merupakan makna umum atau makna yang mengandung

arti sebenarnya. Adapun hasil penelitian dari makna denotative di uraikan sebagai

berikut :

Data 1

Atta...karaeng (sungguh...karaeng)

Tabe' kipammoporang mama' (maafkan aku)

Ridallekang labbiritta (diharibaanmu yang mulia)

Risa'ri karatuanta (di sisi kebesaranmu)

Riempoang matinggita (di tahtamu yang agung)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung makna denotatif. Hal

tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sbenarnya. Tradisi tersbut dilakukan sebelum berangkat berperang sang kesatria

yang mengucapkan sumpah yaitu bersungguh-sungguh dalam mengikrarkan


44

sumpah (aru) dihadapan rajanya dan meminta maaf dihadapan sang raja disisi

kekuasaannya dan didepan singgasananya.

Data 2

Inakkemi anne karaeng (akulah karaeng)

Lambara tatassallanna Gowa (satria dari tanah Gowa)

Nakareppekangi sallang karaeng (akan memecahkan kelak)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung makna denotatif. Hal

tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sebenarnya. Sebelum berangkat berperang seorang prajurit memperkenalkan

dirinya terlebih dahulu didepan sang raja bahwa dia adalah pejuang dari tanah

gowa yang nantimya akan menghancurkan.

Data 3

Inai-naimo sallang karaeng (barang siapa jua)

Tamappatojengi tojenga (yang 'tak membenarkan kebenaran)

Tamappiadaki adaka (yang menantang adat budaya)

Kusalagai siri'na (kuhancurkan tempatnya berpijak) Kuisara

parallakkenna (kululuhkan ruang geraknya) seorang prajurit berkata didepan

rajanya bahwa siapa pun nanti yang raja yang tidak memperjuangkan sebuah

kebenaran dan mempermainkan sebuah aturan-aturan yang telah dijunjung selama


45

ini maka akan aku hancurka dimana pun iya berada bahkan akan kubuat menjadi

debu seprti tanah yang ia pijak.Kalimat di atas merupakan kalimat yang

mengandung makna denotatif. Hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat

yang merupakan makna yang sebenarnya.

Data 4

Iya sani lambusuppi nakontu tojeng (hanya mengikuti kebenaran)

Makkanamamaki mae karaeng (bersabdalah karaeng) Naikambe

mappajari (aku akan berbuat) seorang prajurit bersumpah dia akan

memperjuangkan sebuah kebenaran dan seorang prajurit meminta kepada rajaya

untuk berbicara dan diberikan sebuah tugas kepadanya maka iya akan

melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.Kalimat di atas merupakan

kalimat yang mengandung makna denotatif. Hal tersebut dapat dilihat dari

keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang sebenarnya.

Data 5

Mannyabbu mamaki mae karaeng (bertitahlah karaeng)

Naikambe mappa'rupa (aku akan berbakti)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung makna denotatif.

Hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sebenarnya. Ketika seorang raja sudah memerintahkan maka tidak ada alasan bagi

seorang prajurit tidak menjalankan perintah tersebut, bahkan seorang prajurit


46

harus menjalankan tugas tersebut dan akan membuktikan bahwa tugas yang sudah

diberikan dapat iya buktikan didepan sang raja.

Data 6

Punna sallang takammayya (bila nanti janji tidak kutepati)

Aruku ri dallekanta (sebagaimana ikrarku di depanmu)

Kalimat di atas merupakan kalima t yang mengandung makna denotatif.

Hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sebenarnya.makna seorang prajurit tidak dapat membuktikan atau menepati sumpah

(janji) yang sudah iya ucapkan sendiri dihadapan rajanya.

Data 7

Pauwang ana' ri boko (sampaikan pada generasi mendatang) Pasang

ana' tanjari (pesankan pada anak-cucu) ketika seorang prajurit tidak dapat

menepati janjinya sendiri seperti yang ia ucapakan dihadapan rajanya ia meminta

untuk diberitahukan kepada anak yang akan lahir terutama kedapa anak dan

cucunya. Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung makna denotatif.

Hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sebenarnya.

Data 8

Tumakkanayya karaeng (apabila hanya mampu berikrar karaeng)


47

Natanarupai janjinna (tapi tidak mampu membuktikan ikrarnya)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung makna denotatif. Hal

tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sebenarnya, kalimat diatas janji seorang prajurit terhaap rajanya hanya mampu

berbicara atau bersumpah dihadapa rajanya tapi dia sendiri tidak mampu

membuktikan apa yang dia sudah ucapkan sendiri.

Data 9

Sikammajinne aruku ri dallek anta (demikian ikrarku dihadapanmu)

Dasi nadasi nana tarima pa'ngaruku (semoga Tuhan mengabulkannya)

Salama...(amin)...

Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung makna denotatif. Hal

tersebut dapat dilihat dari keseluruhan kalimat yang merupakan makna yang

sebenarnya, kalimat tersebut merupakan sekian sumpah yang sudah saya ucapakan

di hadapan raja, semoga tuhan mengabulkan semua sumpah yang sudah saya

ucapkan dihadapanmu…aamin.

2. Makna Konotatif

Adapun hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti dalam teks aru

tobarania diuraikan sebagai berikut :

Data 1

Nakareppekngi sallang karaeng ( akan memecahkan kelak)


48

Pangngulu ri barugayya (hulu badik di arena)

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan

hasil pengkajian peneliti, kalimat tersebut merupakan kutipan yang mengandung

makna konotatif. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat yang saling

berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada penggunaanya.makna yang

terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan bahwa “ keberanian peraajurit

untuk memegang senjata (badik) demi menlindungi rajanya dari berbagai bahaya

yang ada di medan-perang”

Data 2

Berangja kunipatebba (aku ibarat parang yang dihantamkan)

Pangkulu kunisoeyang (kapak yang diayungkan)

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan

hasil pengkajian peneliti, kalimat tersebut merupakan kutipan yang mengandung

makna konotatif. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat

yang saling berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada

penggunaanya.makna yang terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan

bahwa “ seorang prajurit akan selalu berada dibarisan terdepan dalam pertempuran

dan menjadi orang pertama yang akan menghadapi musuh yang ada dimedan

perang”

Data 3
49

Ikau anging karaeng (engkau ibarat angin karaeng)

Naikambe lekok kayu (aku ibarat daun kayu)

Mirikko anging (berhembuslah angin)

Kalimat diatas merupakan kutipan yang mengandung makna konotatif

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan hasil

pengkajian peneliti. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat yang saling

berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada penggunaanya.makna yang

terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan bahwa “ seorang raja harus tetap

hidup agar dia dapat melihat bahwa dimemiliki prajurit yang tangguh”

Data 4

Namarunang lekok kayu (ku rela gugur bersamamu)

Iya sani madidiyaji nurunang (hanya yang kuning gugurkan)

Kalimat diatas merupakan kutipan yang mengandung makna konotatif

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan hasil

pengkajian peneliti. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat yang saling

berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada penggunaanya.makna yang

terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan bahwa “ kesetiaan prajurit dapat

dilihat dari bait diatas dimana seorang prajurit rela mati demi melindungi rajanya”

Data 5
50

Ikau je'ne karaeng (engkau ibarat air karaeng)

Naikambe matang mamayu (aku ibarat batang kayu)

Solongko je'ne (mengalirlah air)

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan

hasil pengkajian peneliti, kalimat tersebut merupakan kutipan yang mengandung

makna konotatif. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat

yang saling berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada

penggunaanya.makna yang terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan

bahwanya “seorang raja bagaikan sumber semangat bagi prajuritnya maka dari itu

seorang prajuritnya akan selalu bersama rajanya”

Data 6

Namamayu batang kayu (ku rela hanyut bersamamu)

Iya sani sompo bonangpi kianyu (di air pasang kami hanyut)

Kalimat diatas merupakan kutipan yang mengandung makna konotatif

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan hasil

pengkajian peneliti. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat yang saling

berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada penggunaanya.makna yang

terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan bahwa “Dimanapun raja berada

maka seorang prajurit akan selalu ikut bersamnya, kalaupun harus gugur(mati)

kurela demi berjuang bersamamu.


51

Data 7

Ikau jarung karaeng (engkau ibarat jarum karaeng)

Naikambe bannang panjai (aku ibarat benang jahit)

Ta'leko jarung (menembuslah jarum)

Namminawang bannang panjai (aku akan ikut bekas jejakmu)

Berdasarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan hasil

pengkajian peneliti, kalimat tersebut merupakan kutipan yang mengandung makna

konotatif. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat yang saling

berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada penggunaanya.makna yang

terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan bahwanya “seorang raja harus

memiliki sikap yang tegas dan pembemberani, maka seperti itupula yang harus

dimilki seorang prajurit dalam menjalangkan tugasnya.

Data 8

Tinra bate onjokku (coret namaku dalam sejarah)

Berdsarkan analisis makna konotatif terhadap kutipan diatas,sesuai dengan

hasil pengkajian peneliti. Hal tersebut dapat dilihat dari serangkaian kalimat yang

saling berhubungan dan menggunakan bahasa kiasan pada penggunaanya.makna

yang terkandung pada bait kutipan tersebut menjelskan bahwa “ketika seorang

prajurit tidak mampu membuktikan sumpah yang telah iya ucapakan, maka iya

meminta untuk diberikan julukan pada dirinya bahwa dia orang gagal menjalangkan

tugasnya”
52

Demikianlah pembahasan dari hasil penelitian makna yang terkandung

dalam teks aru tubarania gowa.dari kutipan pertama hingga akhir dalam aru

tubarania gowa mengandung makna atau pesan yakni suatu peristiwa sumpah

kesetiaan prajurit terhadap rajanya,tradisi ini dilakukan saat hendak berangkat

kemedan laga (perang),dalam pelaksaan aru tubarania prajurit atau panglima

perang mengucapkan syair-syair angngaru tubarania dihadapan sombaya (raja)

sembari menganuskan pedangnya,dengan suara lantang disertai ekspresi emosional

yang di tunjukkan oleh pelaku angngaru.

Besar harapan penulis untuk masyarakat yang ada khususnya di kab gowa agar

tetap memegang teguh makna yang terkandung dalam aru tersebut dan kembali

melestarikan aru tubarania gowa yang menjadi budaya sejak dulu,karena beradaan

aru sudah memprihatikan dan sudah banyak orang yang tidak tau bentuk atau bunyi

aru itu,padahal dari teks aru ini bisa menjadi pengingat bagai kita tentang arti

sebuah keseiaan dan perjuangan,dan semoga adanya penelitian ini masyarakat dan

khususnya anak muda yang menjadi generasi penerus dapat mengumpulkan

kembali semangat serta kemampuan literasinya agar aru bisa dilestarikan dan

kembali dikenal banyak orang khususnya masyarakat yang ada di kab gowa dan

daerah diluar sana.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap makna yang

terkandung dalam teks aru tubarania gowa, Aru merupakan salah satu karya sastra

daerah makassar yang berupa puisi yang perlu dikaji dalam usaha pelestarian karya

sastra, khususnya karya sastra lisan bugis-makasar.Aru dipandang penting untuk

dibahas karena merupakan suatu bentuk sastra yang hidup didalam masyarakat

suku makassar.Peneitian tentang aru sepanjang yang diketahui belum dilaksanakan

secara menyeluruh.adapun aspek-aspek dalam aru tubarania gowa salah satunya

makna atau pesan yang terkandung dalam teks tersebut disampaikan atau

diungkapkan kepada khalayak pada saat acara tertentu.Namun pada saat ini aru

masih kurang diminati kaum muda sehingga jarang dijumpai kecuali pada saat

acara tertentu.tujuan peneliti meneliti makna aru tubarania gowa ini agar peneliti

dapat membuat masyarakat khususnya remaja-remaja agar tahu mengenai makna

yang terkandung dalam teks aru tersebut yang kelak akan menjadi penerus dan bisa

sadar akan kebudayaannya yang harus dijaga dan dilestarikan,jangan sampai hanya

petuah-petuah (orang-orang dulu) saja yang dapat membaca teks dan makna aru

tubarania ini,akan tetapi remaja-remaja juga harus bisa mempelajari membaca dan

memaknai apa yang terkandung dalam aru tubarania tersebut agar budaya kita tetap

terjaga.
54

56

B. Saran

Analisis yang terdapat didalam makna aru tubarania gowa menggunakan kajian

semantik,tentunya masih dapat dikaji menggunakan pendekatan serta pembahasan

yang berbeda. Oleh sebab itu,pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan

pendekatan dan cara analisis yang berbeda,hal ini peneliti juga mampu memberi

manfaat bagi para pembaca dan mengembangkan ilmu sastra dan pengetahuan

masyarakat dan peneliti selanjutnya tentang makna yang terkandung dalam teks

aru tubarania gowa dapat semakin luas.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N., Harahap, E. M., & Nasution, D. Y. (2021). Analisis Makna Semantik
Bahasa Jawa Terhadap Bahasa Indonesia di Desa Hapesong Baru.
LINGUISTIK: Jurnal Bahasa dan Sastra, 6(1), 66–77.
55

Artiningsih, S. (2013). Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian Tradisional


Kleningan “Mekar Rahayu” di Desa Sukarahayu, Kecamatan Langen Sari
Kota Banjar. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.

Asmara, R., Mubtada’i, N. R., & Bimantara, V. (2021). Optimasi Mesin Pencari
Buku FIKSI Berdasarkan Pada Semantik Impresi. METHOMIKA: Jurnal
Manajemen Informatika & Komputerisasi Akuntansi, 5(1), 1–8.

Bromanggara, R. (2016). Wacana Kampanye Dalam Kajian Semantis. Pena: Jurnal


Pendidikan Bahasa dan Sastra, 5(2).

Chaer, A. (2020). Seputar tata bahasa baku bahasa indonesia. Rineka Cipta.

Chaer, A., & Muliastuti, L. (2014). Makna dan semantik. Semantik Bahasa Indonesia, 1–
39.

Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal tarbiyah, 24(2).

Eri, M. (2019). Analisis Makna Leksikal pada Kumpulan Lagu Karya Iwan Fals
sebagai Alternatif Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas. STKIP
Muhammadiyah Kotabumi.

Hamid, A. (1985). Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Dayu.

Hamriyadi, H. (2018). Fungsi Penyajian Gendang Makassar dalam Prosesi


Pencucian Benda Pusaka pada Upacara Adat Gaukang di Galesong
Kabupaten Takalar. UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.

Haslinda, D., Pd, S., & Pd, M. (2019). Kajian Apresiasi Prosa Fiksi Berbasis Kearifan Lokal
Makassar. Makassar: LPP Unismuh Makassar.

Hutagalung, W. (2022). Analisis Semantik Puisi Penerimaan Karya Chairil Anwar.


EUNOIA (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia), 1(2), 136–145.

Kurniawan, F. (n.d.). Tradisi Angngaru Tubarani Gowa: Dari Ritual Menjadi Pertunjukan
Populer. Pangadereng, 6(1), 47–56.

Limpo, S. Y., Culla, A. S., & Tika, Z. (1995). Profil Sejarah, Budaya dan Pariwisata Gowa.
Cet. I.

Lizawati, M. P. (n.d.). Karya Sastra Sebagai Sarana Pembelajaran Pendidikan


Karakter Tanggung Jawab. PROSIDING SEMINAR NASIONAL FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, 97.

Lubis, S. S. W. (2017). Sastra daerah dalam muatan pembelajaran Bahasa Indonesia di MI.
ARICIS PROCEEDINGS, 1.
Noermanzah, N. (2019). Bahasa sebagai alat komunikasi, citra pikiran, dan kepribadian.
Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra, 306–319.

Oktaharapan, M. (2019). Sinrilik Sebagai Media Komunikasi dalam Kebudayaan


Masyarakat di Kabupaten Gowa. Universitas Negeri Makassar.
56

Panuti, S., & Van Zoest, A. (1996). Serba-serbi semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Pratikno, A. (2016). Aspek- Aspek Makna Dalam Lirik Lagu Suporter Persibangga
Tahun 2015. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.

Radmila, K. D. (n.d.). Pudarnya Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan


Remaja.

Rahmawati, D., Nugroho, S. E., & Putra, N. M. D. (2014). Penerapan model


pembelajaran kooperatif tipe numbered head together berbasis eksperimen
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP. UPEJ Unnes
Physics Education Journal, 3(1).

Rizqullah, F. F. (n.d.). Prolematika Bahasa Indonesia pada Media Massa.

Sari, B. P. (2015). Dampak penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja terhadap


bahasa Indonesia.
Sukirman Nurdjan, S. S. (n.d.). Dasar Dasar Memahami Bahasa Indonesia.

Tehupeiory, M., Suwatra, I. I. W., Tirtayani, L. A., & Psi, S. (2014). Penerapan
Metode Bercerita Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B Semester Ii Tahun Pelajaran
2013/2014 Di Tk Kemala Bhayangkari 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Undiksha, 2(1).
Wahyudi, A. V., & Gunawan, I. (2020). Peran Tari Dalam Perspektif Gender Dan Budaya.
Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak, 2(2), 130–141.

P
57

KORPUS DATA

Makna Denotatif
Makna Aru Data Sumber
Tubarania
Atta...karaeng Teks Aru Tubarania
Tabe' Gowa
kipammoporang mama'
Data 1
Ridallekang
labbiritta Risa'ri
karatuanta Riempoang
matinggita
Inakkemi anne karaeng
Lambara tatassallanna Gowa Teks Aru Tubarania
Nakareppekangi sallang Gowa
karaeng

Data 2
58

Inai-naimo sallang karaeng Teks Aru Tubarania


Tamappatojengi tojenga Gowa

Tamappiadaki adaka
Kusalagai siri'na Kuisara
parallakkenna
Data 3

Iya sani lambusuppi nakontu Teks Aru Tubarania


tojeng Gowa
Makkanamamaki mae
karaeng Naikambe
mappajari

Data 4
Mannyabbu mamaki mae Teks Aru Tubarania
karaeng Naikambe Gowa
mappa'rupa

Data 5
Punna sallang takammayya Teks Aru Tubarania
Aruku ri dallekanta riana- Gowa
ana makukanga
Data 6

Pauwang ana' ri boko


Teks Aru Tubarania
Pasang ana' tanjari
Gowa
Data 7
Teks Aru Tubarania
Tumakkanayya karaeng Gowa
Natanarupai janjinna
Data 8 Sikammajinne aruku ri Teks Aru Tubarania
dallek anta Dasi nadasi nana Gowa
tarima pa'ngaruku
Data 9
59

TERJEMAHAN
Makna Aru Data Sumber
Tubarania
Tradisi tersbut dilakukan Teks Aru Tubarania
Data 1 sebelum berangkat Gowa
berperang sang kesatria
yang mengucapkan
sumpah yaitu
bersungguhsungguh dalam
mengikrarkan sumpah
(aru) dihadapan rajanya
dan meminta maaf
dihadapan sang raja disisi
kekuasaannya dan
didepan singgasananya.
Ketika seorang raja sudah Teks Aru Tubarania
memerintahkan maka Gowa
tidak ada alasan bagi
seorang prajurit tidak
menjalankan perintah
tersebut, bahkan seorang
Data 2 prajurit harus
menjalankan tugas
tersebut dan akan
membuktikan bahwa
tugas yang sudah
diberikan dapat iya
buktikan didepan sang
raja.
60

seorang prajurit berkata Teks Aru Tubarania


didepan rajanya bahwa Gowa
siapa pun nanti yang raja
yang tidak
memperjuangkan sebuah
Data 3 kebenaran dan
mempermainkan sebuah
aturan-aturan yang telah
dijunjung selama ini maka
akan aku hancurka dimana
pun iya berada bahkan
akan kubuat menjadi debu
seprti tanah yang ia pijak

seorang prajurit Teks Aru Tubarania


bersumpah dia akan Gowa
memperjuangkan sebuah
Data 4 kebenaran dan seorang
prajurit meminta kepada
rajaya untuk berbicara dan
diberikan sebuah tugas
kepadanya maka iya akan
melaksanakan tugas yang
Data 5 diberikan kepadanya
engkau ibarat air karaeng Naskah Sinrilik Bosi
aku ibarat batang kayu Timurung
mengalirlah air

Data 6 seorang prajurit tidak Naskah Sinrilik Bosi


dapat membuktikan atau Timurung
menepati sumpah (janji)
yang sudah iya ucapkan
sendiri dihadapan rajanya.
Data 7 ketika seorang prajurit Naskah Sinrilik Bosi
tidak dapat menepati Timurung
janjinya sendiri seperti
yang ia ucapakan
dihadapan rajanya ia
meminta untuk
diberitahukan kepada
anak yang akan lahir
terutama kedapa anak dan
cucunya.
61

Data 8 Janji seorang prajurit Teks Aru Tubarania


terhaap rajanya hanya Gowa
mampu berbicara atau
bersumpah dihadapa
rajanya tapi dia sendiri
tidak mampu
membuktikan apa yang
dia sudah ucapkan sendiri.
Data 9
sekian sumpah yang sudah Teks Aru Tubarania
saya ucapakan di hadapan Gowa
raja, semoga tuhan
mengabulkan semua
sumpah yang sudah saya
ucapkan
dihadapanmu…aamin.
Makna Konotatif
Makna Aru Data Sumber
Tubarania
Nakareppekngi sallang Teks Aru Tubarania
karaeng Pangngulu ri Gowa
Data 1
barugayya

Berangja kunipatebba Teks Aru Tubarania


Pangkulu kunisoeyang Gowa
Data 2

Ikau anging karaeng Teks Aru Tubarania


Naikambe lekok kayu Gowa
Data 3
Mirikko anging

Data 4 Namarunang lekok kayu Teks Aru Tubarania


Iya sani madidiyaji Gowa
nurunang

Data 5 Ikau je'ne karaeng Teks Aru Tubarania


Naikambe matang mamayu Gowa
Solongko je'ne
Namamu batang kayu Iya Teks Aru Tubarania
Data 6 Gowa
sani sompo bonangpi
kianyu
62

Data 7 Ikau jarung karaeng Teks Aru Tubarania


Naikambe bannang panjai Gowa
Ta'leko jarung
Data 8
Tinra bate onjokku Teks Aru Tubarania
Gowa

TERJEMAHAN
Makna Aru Data Sumber
Tubarania
keberanian peraajurit untuk Teks Aru Tubarania
memegang senjata (badik) Gowa
demi menlindungi rajanya
Data 1 dari berbagai bahaya yang
ada di medan-perang

seorang prajurit akan Teks Aru Tubarania


selalu berada dibarisan Gowa
terdepan dalam
Data 2 pertempuran dan menjadi
orang pertama yang akan
menghadapi musuh yang
ada dimedan perang
seorang raja harus tetap Teks Aru Tubarania
hidup agar dia dapat Gowa
melihat bahwa dimemiliki
Data 3 prajurit yang tangguh

kesetiaan prajurit dapat Teks Aru Tubarania


dilihat dari bait diatas Gowa
dimana seorang prajurit
rela mati demi melindungi
Data 4 rajanya”
63

seorang raja bagaikan Teks Aru Tubarania


sumber semangat bagi Gowa
prajuritnya maka dari itu
seorang prajuritnya akan
Data 5 selalu bersama rajanya

Dimanapun raja berada Teks Aru Tubarania


maka seorang prajurit akan Gowa
selalu ikut bersamnya,
Data 6 kalaupun harus gugur(mati)
kurela demi berjuang
bersamamu

Seorang raja harus memiliki Teks Aru Tubarania


sikap yang tegas dan Gowa
pembemberani, maka
Data 7
seperti itupula yang harus
dimilki seorang prajurit
dalam menjalangkan
tugasnya.
ketika seorang prajurit tidak Teks Aru Tubarania
mampu membuktikan Gowa
sumpah yang telah iya
Data 8 ucapakan, maka iya
meminta untuk diberikan
julukan pada dirinya bahwa
dia orang gagal
menjalangkan tugasnya
64
65

RIWAYAT HIDUP

MUH ISNUL IKHSAN. Dilahirkan di Sungguminasa,


66

Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 27 September


1999. Anak Kedua dari 2 bersaudara dari pasangan
Silahuddin dan Kartia. Penulis menyelesaikan pendidikan
taman kanak-kanak (TK) di TK Aisyiah Kampung Daeng,
Kecamatan Bontonompo Selatan, pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri Cambajawaya, Kecamatan
Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa tahun 2011.
Pada tahun 2014 menyelesaikan pendidikan tingkat
menengah di SMP Negeri I Bontonompo Selatan dan tamat di SMA Negeri 2 Gowa
pada tahun 2017. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
Universitas Muhammadiyah Makassar pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Makassar sampai tahun 2022. Selama berstatus sebagai
mahasiswa, penulis giat dalam mengikuti perkuliahan di kampus dan mengikuti
seminar yang diadakan oleh kampus. Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
strata satu (S1) menulis skripsi dengan judul “Analisis Makna Yang Terkandung
Dalam Teks Aru Tubarania Gowa Dalam Kajian Semantik".

Anda mungkin juga menyukai