HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
OLEH
FAURIA ASSEL
NIM. 201835040
LEMBARAN PENGESAHAN
Skripsi oleh Fauriya Assel, Nim 201835040 dengan judul “Tindak Tutur
Komisif Penjual Dan Pembeli Di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk
Ambon” telah disetujui oleh Tim Pembimbing, Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
agar diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Skripsi pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Pattimura Ambon
Disetujui Oleh:
Mengesahkan, Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Seni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt yang maha kuasa, karena berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik adanya. Begitu
tantangan yang dilalui oleh penulis namun tidak lepas dari dorongan, mitivasi
serta doa yang menjadi hal utama dari semua pihak yang telah membantu penulis
baik secara spiritual maupun material sehingga semuanya itu menjadikan sebuah
mimpi besar dan harapan yang harus dicapai.
Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
Serta semua pihan yang tidak dapat penulis cantumkan nama satu per
satu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis selama ini. Kiranya Allah Swt sang maha
kuasa yang dapat memberikan rahmatnya atas segala usaha dan impian
kita.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
4.2 Pembahasan.....................................................................................................45
BAB V PENUTUP.......................................................................................................72
5.1 Kesimpulan......................................................................................................72
5.2 Saran................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................75
LAMPIRAN..................................................................................................................77
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Data Tindak Tutur Komisif Berupa Kata, Frasa Atau Kalimat.......…78
1
BAB I
PENDAHULUAN
arti yang terkandung didalamnya. Tindak ilokusi ialah tindak tutur yang memiliki
maksud dan juga fungsi daya ujar. Dalam tindak ilokusi terdapat tindak komisif,
yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan penawaran misalnya,
bersumpah, mengancam, berjanji, menyatakan kesanggupan, dan berniat.
Sedangkan tindak perlokusi ialah tindak tutur yang menumbuhkan pengaruh
kepada lawan tutur.
Tindak tutur komisif seringkali ditemukan dalam transaksi jual beli,
misalnya pedagang saat menjajakan dagangannya. Saat terjadi kegiatan pemasaran
oleh pedagang, terdapat banyak variasi tuturan. Salah satunya tindak tutur komisif
di mana menuturnya terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya
menawarkan, menjanjikan, maupun berniat sehingga peristiwa tindak tutur
berjalan tidak membosankan. Hariyanti (2018) mengemukakan setelah
menggunakan tuturan yang unik dan bervariasi, pengaruh ditimbulkan dari tuturan
pedagang tersebut yaitu pedagang mampu menarik minat pembeli. Pembeli juga
merasa penasran dan akhirnya membeli barang dagangan yang di tawarkan
tersebut sehingga ujaran yang diberitahukan penjual tersebut mampu menarik
minat pembeli dan barang dagangannya tersebut di nyatakan habis terjual. Gustia,
dkk, (2017) menyatakan tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi
bukanlah kejadian yang bisa terjadi pada sendirinya, melainkan mempunyai
fungsi, mengandung maksud dan tujuan tertentu, serta dapat menimbulkan
pengaruh dan akibat pada mitra tutur.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Searle yang akan
digunakan dalam hasil dan pembahasan serta peneliti memilih pasar sebagai objek
penelitian. Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk
melakukan interaksi jual beli. Sarana yang digunakan untuk melakukan transaksi
ialah bahasa, dengan digunakannya bahasa, penjual dan pembeli dapat melakukan
transaksi jual beli.
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 25 Agustus 2022 di pasar
tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon, peneliti menemukan peristiwa tindak
tutur dalam wacana pedagang dan pembeli di pasar yang mempunyai peranan
yang sangat penting, yaitu menyampaikan maksud dan tujuan antara penjual dan
3
Tiga Teluk Ambon sangat strategis, selain letaknya di pusat pendidikan perguruan
tinggi serta dekat dengan pemukiman masyarakat. Di pasar tradisional Rumah
Tiga Teluk Ambon belum pernah dilakukan penelitian tentang tindak tutur
komisif di pasar tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon. Suatu hal yang sangat
penting juga alasan mengapa pasar Rumah Tiga Teluk Ambon dijadikan sebagai
objek penelitian karena variasi bentuk tuturan yang dipakai disebabkan oleh
keragaman bentuk yang dijual di pasar tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon
sehingga peneliti lebih mudah memahami tindak tutur yang diujarkan. Pasar
tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon merupakan salah satu tempat perbelanjaan
yang terbilang lumayan besar. Di pasar tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon
terdapat banyak sekali toko-toko yang menjual berbagai keperluan masyarakat
mulai dari pakaian baru maupun kebutuhan makanan dan keperluan rumah tangga.
Pasar tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon juga dijadikan sebagai lokasi
penelitian dikarenakan pasar tersebut memiliki beragam pedagang serta pembeli.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Tindak Tutur Komisif Penjual dan pembeli di Pasar Tradisional
Desa Rumah Tiga Teluk Ambon”.
BAB II
PERSPEKTIF TEORETIS DAN KAJIAN PUSTAKA
a. Variasi bahasa
Suatu bahasa memiliki beberapa bentuk yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Berdasarkan perihal tersebut ada empat kelompok variasi bahasa yakni:
8
1) Regional variety yakni variasi bahasa yang digunakan pada daerah tertentu
2) Social variety atau variasi sosial yakni suatu variasi bahasa yang dapat
disebabkan adanya perbedaan status sosial, sehingga dapat menghasilkan
ragam bahasa golongan.
3) Funcitional variety yakni variasi bahasa yang dapat terjadi akibat fungsi
penggunaan bahasa itu sendiri.
4) Coronological variety atau temporal yakni adanya perbedaan waktu
perjalanan bahasa menjadi penyebab terjadinya variasi bahasa.
b. Tindak berbahasa
Untuk menganalisis suatu ujaran atau tuturan, dapat dilakukan dengan cara
mengkaji bagaimana tingkah laku dari penutur dan mitra tutur. Austin
membaginya menjadi tiga jenis tindakan tersebut yakni, tindak lokusi, tindak
ilokusi dan tindak perlokusi.
c. Implikatur percakapan
Merupakan salah satu ide yang sangat berperan dalam pragmatik. Pada
dasarnya implikatur percakapan ialah suatu teori yang membahas tentang
bagaimana seseorang yang dapat menggunakan bahasa dengan mengkaitkan
sebuah makna yang terkandung dalam tuturan itu.
d. Teori Deiksis
Deiksis dapat diartikan adanya ungkapan atau tuturan yang sangat terikat
dengan konteksnya agar makna yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas
oleh mitra tutur atau lawan bicara.
e. Peranggapan
Peranggapan adalah penutur yang memiliki dugaan terhadap lawan bicara
sebelum adanya tuturan dari lawan bicaranya.
f. Prinsip kerjasama
Bahasa adalah suatu alat bekerjasama dan aktivitas sosial. Putrayasa
(dalam Nur 2019), mengatakan bahwa ada 4 aturan kerjasama yaitu:
1) Maksim (aturan) kuantitas
2) Maksim (aturan) kualitas
9
Setting dan scene disini setting berkenan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangan scene berpacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi
psikolog perkataan. Waktu, tempat dan situasi tuturan yang berbeda dapat
menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan
sepak bola di saat waktu ada pertandingan sepak bola dan waktunya ada
pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai atau perbedaan dengan
perkataan di ruangan perpus pada waktu banyak orang membaca dalam kondisi
11
sunyi, di lapangan sepak bola kita tetap berkata keras-keras, tetapi di perpustakaan
harus sepelan itu.
Participants merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam ujaran, bisa
pembicara atau pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima
(pesan). Dua orang yang sedang berkomunikasi dapat berganti peran sebagai
pembicara atau pendengar, namun dalam khotba di mesjid khotib sebagai
pembicara dan jamaah sebagai pendengar dan tidak dapat bertukar peran. Status
sosial paritisipan sangat berpatokan berbagai bahasa yang digunakan. Misalnya
seorang anak memiliki ragam bahasa atau gaya bahasa yang berbeda jika
berintraksi dengan orang tuanya atau gurunya lalu di bandingkan kalau dia
berkomunikasi dengan teman seumurannya.
Ends mengarah pada arti dan tujuan pertuturan. kejadian tutur yang terjadi
di ruang pengadilan bertujuan untuk menyelesaikan suatu kasus perkara di dalam
peristiwa, namun partisipan di dalam kejadian tutur itu memiliki tujuan yang
berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si pendakwa, pembela berusaha
membuktikan bahwa si pendakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha
memberikan keputusan dengan adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah
lingiistik, bapak dosen berusaha menjelaskan materi kepada mahasiswa agar dapat
dipahami, namun diantara beberapa dari para mahasiswa ada yang tidak
memperhatikan, ada juga yang hanya datang untuk memandangi wajah dosennya.
Key mengarah pada nada, cara dan semangat suatu pesan disampaikan
dengan senang hati, serius, singkat, mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga
di tunjukan dengan gerak tubuh atau isyarat.
Instrumentalis mengarah pada jalan bahasa yang digunakan seperti jalur
lisan, tulisan, melalui telegraf atau telpon. Instrumental ini juga mengacuh pada
kode tuturan yang dipakai, seperti bahasa dialek, fragam, atau register.
Norm of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau
larangan dalam interaksi, misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi,
bertanya, dan sebagainya. Juga mengarah pada norma penafsiran terhadap ujaran
dari lawan bicara.
12
a) Respresentatif
Tindak tutur representative ialah tindak tutur yang mengikuti penuturnya
akan kebenaran atas apa yang diujarkannya Rustono, (1999:38). Jenis tindak tutur
ini kadang-kadang diartikan juga tindak tutur asertif. Tuturan yang memberikan
pernyataan atau menyatakan termasuk tuturan representatif. Termasuk kedalam
jenis tindak tutur representatif adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut,
mengakui, melaporkan, menunjukan, menyebutkan, memberi kesaksian,
berspekulasi, dan sebagainya. Tuturan-tuturan berikut ini merupakan tindak tutur
representatif.
“Langit tampak mendung.”
“Hari ini yang tidak masuk kelas 10 orang.”
“Batik banyak dibuat di kota pekalongan.”
b) Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebut didalam tuturan itu Rustono,
(1999:38). tindak tutur direktif kadang-kadang disebut juga tindak tutur impisiotif.
Tuturan-tuturan memaksa, memohon, menyarankan, mengajak, meminta,
menyuruh, managih, mendesak, menyarankan, memerintah, memberi aba-aba dan
menantang termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini. Tuturan “cuci
pakaian kotor!” adalah tuturan direktif. Hal itu terjadi karena memang tuturan itu
dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan menyucikan
pakaian kotor. Indokator bahwa tuturan itu direktif adalah adanya suatu tindakan
yang harus dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan itu. Tuturan
berikut ini merupakan tindak tutur yang berjenis direktif lain.
“Buang sampah di tempat sampah.”
15
c) Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan juga di
dalam tuturan itu Rustono, (1999:39). Tindak tutur ekspresif ini juga disebut
tindak tutur evaluatif. Tuturan-tuturan memuji, mengungkapkan terima kasih,
mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung
termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Berikut adalah tuturan tindak tutur
ekspresif.
“Rambutmu lebat dan halus sekali.”
“Terima kasih atas kado ulang tahunnya.”
“Tugasmu sudah selesai tetapi lain kali agar lebih teliti
mengerjakannya.”
d) Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya Rustono, (1999:40).
Berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan, berkaul,
menawarkan merupakan tuturan yang termasuk jenis tindak tutur komisif.
“Bulan depan saya akan memberimu sepeda motor.”
“ Saya bersumpah tidak mengambil dompetmu.”
“Jika kamu tidak mengembalikan uangku, aku akan melaporkannya ke
polisi.”
“ Tiga puluh ribu saja ya buk sekilo?”
e) Isbati atau Deklarasi
Tindak tutur isbati adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk menciptakan hal (satatus, keadaan dan sebagainya) yang baru Rustono,
(1999:40). Tuturan-tuturan dengan maksud mengesahkan, memutuskan,
membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat,
menggolongkan, mengampuni, memaafkan termasuk dalam tindak tutur tindak
16
Kalimat tersebut juga sesuai dengan modusnya, disebut sebagai kalimat deklaratif
atau kalimat berita karena memang isinya adalah untuk menyampaikan berita atau
informasi. Adapun untuk modus interogatif atau pertanyaan juga dikatakan
dengan kalimat pertanyaan.
Sebagai contoh:
“Nama kamu siapa?”
Tuturan tersebut juga di tuturkan murni untuk menanyakan sesuatu bukan untuk
maksud-maksud lain.
2. Tindak Tutur Tidak Langsung
Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang wujudnya beda
dengan modusnya. Sebagai contoh:
“Perutku lapar.”
Kalimat tersebut jika dilihat dari dimensi modusnya, terlebih jika disertakan
dengan konteksnya, dapat pula dimaknai dengan sebuah perintah. Maksudnya
18
bentuk dari kebahasaan di atas adalah kalimat berita atau kalimat deklaratif, tetapi
maknanya adalah perintah dan imperatif, karena sesungguhnya dengan tuturan itu,
terkandung pula makna memerintah seseorang untuk “memberi” atau
“menyediakan” makanan bagi seseorang tersebut. Jika kalimat itu dituturkan oleh
seseorang yang biasa memaksa seseorang untuk memberikan makanan, mungkin
sesorang itu berandal, maka jelas sekali bahwa tuturan diatas di maksudkan untuk
memerintah atau bahkan mengintimidasi seseorang untuk memberikan makanan
kepadanya. Adapun untuk modus imperatif atau perintah tetapi dituturkan dengan
kalimat interogatif atau pertanyaan, sebagai contoh:
“Siapa yang ketok-ketok pintu itu, raffi?”
Tuturan tersebut di tuturkan oleh ayah raffi yang kebetulan sedang sibuk di dalam
rumah ketika orang datang mengetok-ketok pintu ruang depan. Maka maksud
sang ayah kepada anaknya raffi bukan semata-mata menanyakan siapa orang yang
datang mengetok-ketok pintu tersebut. Tetapi lebih dari itu, yaitu untuk
memerintah atau menyuruh raffi untuk membukakan pintu. Jadi sangat jelas
bahwa tuturan-tuturan yang di sampaikan dalam modus yang bermacam-macam
itu maknanya tidak persis sama dengan modusnya.
Sesuai pendapat para ahli bisa dijulukan bahwa tindak tutur ilokusi yaitu
tindak yang memberitahukan sesuatu dan melangsungkan sesuatu yang
diidentifikasikan dengan kalimat performatif berupa suatu pengucapan
pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan sebagainya.
Sebagai contoh:
1) “adikmu sedang sakit”.
2) “saya lapar”.
3) “sudah masuk waktu magrib”.
4) “awan mendung, sebentar lagi akan turun hujan”.
Kalimat (1) jika disampaikan oleh ibu kepada anaknya yang sedang
menyalakan musik dengan nada tinggi digawai, kalimat tersebut tidak hanya
menginformasikan sesuatu tetapi juga untuk menyuruh si anak agar mengecilkan
volume musik atau menyuruh dia berhenti mendengarkan musik.
Kalimat (2) jika diutarakan oleh seseorang kepada temannya pada saat
istirahat di sekolah, kalimat tersebut tidak hanya memberitahukan sesuatu tetapi
juga berarti melakukan suatu suruhan untuk ke kantin membeli makanan. Tetapi
bila diucapkan kepada seorang suami kepada istrinya mungkin diartikan untuk
menyuruh sang istri untuk menyajikan atau membuatkan makanan.
Kalimat (3) jika diutarakan oleh kakak kepada adiknya yang sedang
bermain, kalimat tersebut tidak hanya menginformasikan, tetapi juga
memerintahkan adiknya agar berhenti bermain dan melaksanakan sholat magrib.
Kalimat (4) jika diutarakan oleh ibu kepada anaknya, kalimat tersebut
tidak hanya menginformasikan sesuatu tetapi juga bermaksud menyuruh atau
memerintah sang anak untuk mengambil jemuran.
Tindak tutur komisif menjadi suatu konsep mengenai hal yang dilakukan
penutur melalui ujarannya. Dengan kata lain, setelah penutur melaksanakan tindak
tutur komisif maka penutur terikat melakukan tindakan di masa mendatang
berdasarkan tujuan dan maksud tuturan sebelumnya. Yule, (2006:94) menyatakan
bahwa tindak tutur komisif yaitu jenis tindak tutur yang dimengerti oleh penutur
untuk menyatu dirinya terhadap perintah-perintah di masa yang akan datang.
Tindak tutur ini mengasumsi apa saja yang diartikan penutur.
Kridalaksana, (1993:172) mengatakan pengertian tindak tutur komisif,
tindak tutur komisif yakni perujaran yang meyakinkan tindakan yang akan
dihendaki penutur sendiri. Tindak tutur komisif yaitu tindak ilokusioner, ialah
tindakan dengan bertuju yang diharuskan si pembicara untuk memberikan sesuatu.
halnya situasi dan kondisi yang terjadi pada waktu peristiwa. Misalnya,
terlihat seorang perempuan dan seorang laki-laki di depan rumah.
2. Konteks eksistensial adalah partisipan (orang), waktu dan tempat yang
mengiringi tuturan, misalnya siapa yang menuturkan dan kepada siapa tuturan
itu ditunjukan, kapan dan dimana tempatnya. Misalnya, seorang pembeli yang
menawarkan harga kepada penjual di pasar.
3. Konteks situasional yaitu jenis faktor penentu kerangka sosial institusi yang
luas dan umum, seperti rumah sakit, ruang kuliah, pengadilan, atau latar
kehidupan sehari-hari. Misalnya, pasar yang memiliki kebiasaan atau
percakapan yang pas.
4. Konteks aksional yakni suatu tindakan aksi atau perilaku-perilaku nonverbal
yang menyertai penuturan. Misalnya, menatap, membusungkan dada, menarik
nafas dalam-dalam, menunjuk dan sebagainya.
5. Konteks psikologi merupakan situasi psikis dan mental yang menyertai
penuturan. Misalnya, marah, sedih, bergembira, bersemangat, dan
sebagainya.
Penutur harus dapat membedakan dalam konteks apa dan bagaimana
menempatkan diri sebaik mungkin karena dalam sebuah tuturan apabila
konteksnya berbeda tetapi tuturannya masih sama dapat menimbulkan pengertian
yang berbeda. Keanekaragaman tindak tutur yang digunakan, selain dipengaruhi
oleh keadaan psikologis (konteks psikologis) penutur juga dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari konteks situasi.
mengikatkan dirinya terhadap perinta di masa yang akan datang. Tindak tutur ini
menerangkan apa saja yang diartikan oleh penutur.
Tindak tutur komisif ialah pertuturan yang mempercayakan tindakan yang
akan dilakukan penutur sendiri. Tindak tutur komisif adalah tindak ilokusioner,
yaitu tindakan dengan tujuan yang mengharuskan si penutur untuk mengerjakan
sesuatu. Dengan kata lain, tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang
mengikat penuturnya mengerjakan apa yang disebutkan dalam tuturannya dan bisa
juga berhubungan dengan masa yang akan datang. Tindak tutur komisif meliputi
tindak tutur menawarkan, tindak tutur berjanji, tindak tutur berniat, tindak tutur
bersumpah, dan tindak tutur bernazar.
Mengenai hal tindak tutur komisif, tindak tutur komisif merupakan tindak
tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di
dalam tuturannya. Berjanji, bersumpah, mengancam, mengatakan kesanggupan,
berkaul, menawarkan merupakan tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak
tutur komisif ini. Adapun pendapat lain mengenai tindak tutur komisif, komisif
melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang. Misalnya,
berjanji, bersumpah, menawarkan, memanjatkan doa. Jadi tuturan komisif
berfungsi untuk mendorong penutur melakukan sesuatu.
Fungsi pragmatik komisif ialah fungsi yang diacuh maksud tuturan dalam
pemakainnya untuk mengikat penuturnya melakukan tindakan seperti yang di
sebutkan dalam tuturannya. Berdasarkan fungsi pragmatiknya, tindak tutur
komisif dapat dibagi menjadi beberapa jenis yakni, jenis tindak tutur komisif
menjanjikan, menawarkan, dan bernazar.
a. Jenis Tindak Tutur Menjanjikan
Menurut KBBI (2017), berjanji, ialah menyatakan bersedia dan sanggup
untuk membuat sesuatu dengan kata lain berjanji merupakan ungkapan seseorang
kepada orang lain untuk memberikan sesuatu hal atau melakukan suatu tindakan
kepada orang lain yang sebagai bentuk kepatuhan, pengabdian, kesetiaan apabila
orang tersebut menempatinya. Tindak tutur komisif berjanji apabila dituturkan
oleh penutur maka berfungsi agar penutur terikat oleh janjinya dan harus menepati
janji tersebut.
25
Contoh:
“Saya pasti akan datang pada hari selasa.”
Contoh pada kalimat di atas diucapkan oleh boby kepada adi. Adi mengundang
boby untuk datang ke acara wisudawan yang akan diadakan di rumahnya pada
hari selasa. Boby berjanji kepada adi untuk datang kerumahnya pada hari selasa.
Tuturannya “Saya pasti akan datang pada hari selasa” termasuk dalam jenis tindak
tutur komisif, karena mengharuskan untuk melakukan sesuatu, yaitu boby berjanji
kepada adi datang kerumahnya hari selasa.
Sambas. Yang menjadi persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu
sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan analisis pragmatik, sedangkan
perbedaannya terdapat pada objek penelitiannya, penelitian terdahulu objeknya
pasar pemangkat kabupaten Sambas, sedangkan penelitian penulis objeknya di
pasar tradisional Rumah Tiga teluk Ambon
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Data penelitian
Data ialah bagian terpenting dari suatu penelitian karena data inilah yang
nantinya akan diolah serta dianalisis untuk mendapatkan hasil penelitian
(Jannah, 2019). Data dalam penelitian ini merujuk pada kata, frasa dan kalimat
tindak tutur komisif penjual dan pembeli di pasar tradisional Rumah Tiga
Ambon Teluk Ambon. Dalam penelitian ini di dapat dari penelitian yang
dilakukan secara langsung di pasar tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon
antara pedagang dan pembeli dalam transaksi jual beli.
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah pedagang dan pembeli yang sedang
melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan model
Miles dan Hubermen (dalam Jannah 2019) yang meliputi 3 tahap yaitu:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan di sajikan hasil data penelitian mengenai Tindak
Tutur Komisif Penjual Dan Pembeli Di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk
Ambon dan penjelasannya. Penjelasan mengenai hasil penelitian.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan deskripsi data tersebut, tindak tutur komisif yang terjadi pada
Penjual dan Pembeli Di Pasar Tradisional Rumah Tiga Teluk Ambon akan di
bahas secara berturut-turut dari tindak tutur komisif yang terdiri dari, berjanji,
bersumpah, berniat, menawarkan, bernazar/berkaul.
Data (1.2)
Konteks Tutur
Pada hari Kamis, 02 Maret 2023, Pukul 14:36 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: Bawang, cili, tomat segar segar. Kaka cari apa?
“ Bawang, cili, tomat segar-segar. Kakak cari apa?”
38
Data (2.1)
Konteks Tutur
Pada hari Kamis, 02 Maret 2023, Pukul 14:36 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Pembeli: Seratus lima puluh dapa kaseng celana jeans yang ini?
“seratus lima puluh dapat tidak celana jeans yang ini?”
Penjual: Ya tuhan akang pung modal saja seng bagitu kaka.
“Ya tuhan modalnya saja tidak begitu kakak.”
Pembeli: 160 sudah e kalo bagitu.
“Seratus enam puluh saja kalau begitu”
Penjual: Demi tuhan kaka mau cari di tampa mana lai seng ada celana
.jeans harga bagitu, mentok sudah dua ratus.
“Demi tuhan kakak mau cari di tempat yang mana lagi
dapat harga segitu, mentok sudah dua ratus.”
Data (2.2)
Konteks Tutur
Pada hari Kamis, 30 Maret 2023, Pukul 16:18 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Pembeli: Hi mahal e, seng bisa dua ika sepuluh ribu?paleng making
untung e.
“Mahal sekali, tidak bisa dua ikat sepuluh ribu? Jangan banyak-banyak
ambil untung.
Penjual: Ya tuhan e katong cuman untung dua ribu, katong bali di
sawah saja 1 ika lima ribu sumpah e. masa katong mau jual deng
harga yang sama lai, katong seng untung lai sio.
“Ya tuhan kami hanya untung dua ribu aja, kami beli disawah satu ikat
lima ribu sumpah. Masa iya kami jual dengan harga yang sama, kalau
begitu kami tidak dapat untung.”
stok yang masuk. Mau yang model bagaimana? Biar saya coba lihat di
ibu rut tetangga sebelah punya jualan.
Pada tuturan data tiga, penjual berniat mencarikan apa yang di cari
oleh pembeli, kemudian semakin di tekankan lagi dengan mengatakan
bagitu coba beta pi tanya di sabla dolo e yang artinya “ Entar coba
saya tanya di sebelah ya”. Penjual tersebut sangat berniat sekali
mencarikan barang yang di inginkan oleh pembeli tersebut. Jadi,
tuturan penjual tersebut merupakan tindak tutur komisif berniat.
Data (3.2)
Konteks Tutur
Pada hari selasa, 28 Maret 2023, Pukul 10:28 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: Cari apa ade?
“Cari apa dek?”
Pembeli: Ada jagung mudah?
“Ada jagung mudah?”
Penjual: Jagung mudah seng ada ade su abis dari berapa hari
kamareng, kalo mau besok.
“Jagung mudah tidak ada dek sudah habis dari beberapa hari yang lalu,
kalau mau besok.”
Pembeli: Oh seng ada ka tanta. Padahal beta mau biking sayur
capcay.
“Oh tidak ada ya tante. Padahal saya mau buat sayur capcay.”
Data (4.2)
Konteks Tutur
44
Pada hari Selasa, 28 Maret 2023, Pukul 11:36 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Pembeli: Ada jeket ana ana usia enam tahun?
“Ada jaket anak-anak usia enam tahun?”
Penjual: Ada ibu, dua ratus yang kaya bagini.
“Ada ibu, dua ratus yang kayak begini.”
Pembeli: seratus delapan puluh jua ade.
“Seratus delapan puluh boleh dek.”
Penjual: Seng bisa ibu.
“Tidak bisa ibu.”
Data (4.3)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 29 Maret 2023, Pukul 16:00 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: Tissu tissu
“Tissue tissue.”
Pembeli: Tissu harga barapa?
“Tissue harga berapa?”
Penjual: Tissu yang basar sapuluh ribu kalo yang kacil tiga ribu.
“Tissu yang besar sepuluh ribu kalau yang kecil tiga ribu.”
45
Pembeli: Yang kacil lima ribu dapa dua jua supaya beta bali dua.
“Yang kecil lima ribu dapat dua ya, biar saya beli dua.”
Penjual: iyo.
“iya.”
Selanjutnya, pada percakapan tersebut terdapat tuturan komisif berupa
tindak tutur komisif menawarkan. Yang di ujarkan oleh pembeli
kepada si penjual. Dapat di lihat dari Yang kacil lima ribu dapa dua
jua supaya beta bali dua. “Yang kecil lima ribu dapat dua ya, biar saya
beli dua.
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur komisif menawarkan. Si
pembeli menawarkan harga tissu kepada si penjual dengan harga yang
di tentukan oleh si pembeli dan si penjual menyetujui tawaran dari si
pembeli tersebut, jadi, tuturan di atas merupakan tindak tutur komisif
menawarkan
Data (4.4)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 24 Maret 2023, Pukul 16:00 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: Ikan segar-segar!
“ikan segar-segar!”
Pembeli: ikan yang ini barapa ma?
“ikan yang ini berapa ibu?”
Penjual: 1 tampa dua puluh ribu.
“satu tempat dua puluh ribu.”
Pembeli: ma beta bali 3 tampa par 50 ribu bisa seng?
“ibu saya beli tiga tempat dengan lima puluh ribu
bisa tidak?”
Penjual: iyosudah 3 tampa 50 rib
“iyasudah tiga tempat lima puluh ribu.”
46
Data (4.5)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 26 Maret 2023, Pukul 16:00 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: cari apa?
“cari apa?”
Pembeli: baju bagini ukuran XL ada kaseng e?
“baju begini ukuran XL ada tidak?”
Penjual: ini ada yang ukuran XL!
“ini ada yang ukuran XL!”
Pembeli: barapa kalo yang bagini?
“berapa kalau yang begini?”
Penjual: itu harga pas 200, beta kase 190 sudah.
“itu harga pas 200, saya kasih seratus sembilan puluh saja.”
Pembeli: seng bisa 180?
“tidak bisa seratus delapan puluh?”
Penjual: iyo 180.
“iya seratus delapan puluh.”
47
Data (4.6)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 12 Maret 2023, Pukul 11:12 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Pembeli: 1 tas ini barapa?
“satu tas ini berapa?”
Penjual: lemong 1 tas 10 ribu cewe.
“lemon satu tas sepuluh ribu cewek.
Pembeli: bapa bisa 2 tas par 15 ribu supaya beta ambel 2?
“bapak bisa dua tas untuk harga lima belas ribu biar saya ambil dua?”
Penjual: iya
“iya.”
Penjual: cewe lemong saja ka?
“cewek lemon saja ya?
Pembeli: iya lemong saja.
“iya lemon saja.”
48
Data (4.7)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 13 Maret 2023, Pukul 15:34 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Pembeli: ma calana ini barapa?
“ibu celana ini berapa?”
Penjual: 150
“seratus lima puluh”
Pembeli: seng bisa kurang ka?
“tidak bisa kurang”
Penjual: ade mau kurang barapa
“adik mau kurang berapa?”
Pembeli: 120 bisa?
“seratus dua puluh bisa?”
Data (4.8)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 13 Maret 2023, Pukul 10:03 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: ikang kawalinya ade 20 1 tampa, tatihu yang basar 70.
“ikan kawalinya dek dua puluh satu tempat, tatihu yang besar tujuh
pulu”
Pembeli: tatihu jua 1 tapi abang seng bisa par 65 ka?
“tatihu satu tapi abang tidak bisa 65?”
Penjual: iyosudah ade.
“iya sudah dek.”
Data (4.9)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 13 Maret 2023, Pukul 11:07 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Pembeli: ma bawang merah 1 kilo barapa?
“ibu bawang merah satu kilo berapa?”
Penjual: 35 satu kilo ade.
“tiga puluh lima dek.”
Penbeli: kalo bawang putih?
“kalau bawang putih?”
Penjual: 30 ade
“tiga puluh dek.”
Pembeli: kase bawang putih 1 kilo deng bawang merah 1 kilo jua ma,
tapi 60 e.
“kasih bawang putih satu kilo dan bawang merah 1 kilo ya ibu, tapi
enam puluh ya.”
Penjual: seng bisa ade ini akang pung harga pas memang bagini.
“tidak bisa dek ini harga pasnya memang segini.”
Pembeli: 60 jua ma.
“enam puluh ya ibu.”
Penjual: iyasudah.
“iya sudah.”
Data (4.10)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 15 Maret 2023, Pukul 16:10 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: daster kaka.
“daster kakak.”
Pembeli: yang ini barapa?
“yang ini berapa?”
Penjual: yang itu 65 ca.
“yang itu enam puluh lima ca
Pembeli: seng ada motif laeng lai?
“tidak ada motif lain lagi?”
Penjual: sisa yang ini saja.
“sisa yang ini aja.”
Pembeli: abang 50 jua.
“abang lima puluh ya.”
Penjual: iyasudah ade.
“iya sudah ade.”
Data (4.11)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 23 Maret 2023, Pukul 14:15 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Data (4.12)
Konteks Tutur
53
Pada hari rabu, 25 Maret 2023, Pukul 15:57 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Data (4.13)
Konteks Tutur
Pada hari rabu, 26 Maret 2023, Pukul 11:38 saya peneliti melakukan
penelitian di Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon.
Penjual: Itu sudah paling murah beta kasih par ibu segitu, kalo seng,
ibu ambel satu tambah lai biar nanti beta kaskurang akang pung
harga.
“Itu udah yang paling murah saya kasih buat ibu segitu, kalau tidak ibu
ambil satu lagi biar saya kurangi harganya.”
Pembeli: Satu saja abang, itu jua paleng mahal.
“Satu aja abang, itupun udah mahal.”
Penjual: Bagitu tambah lima ribu jua.
“Begitu tambah lima ribu ya.”
BAB V
PENUTUP
Bagian ini diuraikan tentang kesimpulan penelitian dan saran yang berkaitan
dengan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan ini rangkuman butir-butir inti
temuan hasil penelitian Tindak Tutur Komisif Penjual Dan Pembeli Di Pasar
Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon. Sebagaimana telah ditemukakan
pada bab IV, dan saran dalam penelitian ini berupa pesan penulis terhadap pihak-
pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian. Kesimpulan dan saran dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Ambon pada karya sastra yang lain, mengingat karya sastra saat ini
begitu banyak. Banyak karya-karya sastra yang dapat dijadikan bahan
penelitian dalam pragmatik, karena setiap karya sastra terdapat
kebahasaan yang menarik untuk di jadikan bahan penelitian.
4. Penelitian tentang Tindak Tutur Komisif Penjual Dan Pembeli Di
Pasar Tradisional Desa Rumah Tiga Teluk Ambon, ini masih belum
sempurna dan sangat sederhana oleh karena itu di perlukan penelitian
lebih lanjut mengenai tindak tutur komisif dengan objek yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah Nur J. 2019. Analisis Tindak Tutur Komisif Tuturan Pedagang Dalam
Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Melati Flamboyan Raya
Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di
Kelas X SMA Muhammadiyah 02 Medan Tahun Pembelajaran
2019/2020. UMSU. Medan
Gustia Putri, dkk. 2017. Tindak Tutur Komisif di Pasar Tradisional Pasir Ginting
Tanjung Karang dan Implikasinya. Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung. Bandarlampung
Habiburrahman, dkk. 2020. Strategi Tindak Tutur Komisisf Dalam Kampanye
Politik Pilkada Serentak 2018. Universitas Muhammadiyah
Mataram. Mataram
Mutmainnah Ainun 2019. Tindak Tutur Ilokusi Pada Pedagang Di Pasar Butung
Makassar (Tiinjauan Pragmatik). Universitas Muhammadiyah
Makassar. Makassar
Pramesti Dwi Yaniar. 2021. Wujud Pragmatik Tindak Tutur Imperatif Dalam
Film Bumi Manusia dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP. UMS. Surakarta
59
Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015. Analisis Wacana: Kajian Teoritis dan Praktis.
Universitas Lampung. Bandarlampung
M Septiana, dkk. 2019. Tindak Tutur Komisif Penjual dan Pembeli di Pasar
Tradisional Gunung Batu Tanggamus. FKIP Universitas Lampung.
Bandarlampung
Sugiyono. 2017. Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Dan R&D.
Bandung. Alfabeta
Sutrisno, dkk. 2015. Analisis Tindak Tutur Pedagang dan Pembeli di Pasar
Pemangkat Kabupaten Sambas. Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia FKIP Untan. Pontianak.
Yuliana Rina, dkk. 2013. Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
60
LAMPIRAN
2.2 : Tabel Data Tindak Tutur Komisif Berupa Kata, Frasa Atau Kalimat.