OLEH
PENI
NPM. 14.601020.018
Nama :Peni
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Menggunakan Media Filem Kartun Melalui Metode Think Pair Share Pada
Siswa Kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan”. Usulan penelitian ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini
1. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan
2. Dr. Suyadi, S.S., M.Ed, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
3. Siti Sulistyani, M.Pd selaku Kepala Jurusan Program Studi Bahasa dan
iii
4. Siti Fathona, M.Pd selaku seketaris Jurusan yang juga telah banyak
5. Eva Apriani, M.Pd, selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan
penelitian ini.
mengikuti perkuliahan.
8. DC. Mairon B., SE, M.Pd selaku kepala SMP Negeri 9 Tarakan yang telah
9. Ibu dan Ayah yang selalu memberikan dukungan doa, semangat, perhatian,
penelitian ini.
iv
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih banyak kelemahan
dan kekurangnnya, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun. Akhir kata penulis memohon atas segala kelemahan maupun
kekurangan dan semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vi
6. Ciri-Ciri Umum Fabel ....................................................... 21
LAMPIRAN ....................................................................................... 57
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berhubungan antar satu dengan yang lain. Keterampilan pertama dalam berbahasa
mendengarkan bahan simakan dengan tujuan dapat memahami dan menghayati ide
baik proses interaksi maupun komunikasi dengan orang yang ada di sekitar kita,
yang bertujuan untuk menangkap dan memahami pesan ide serta gagasan yang
terdapat pada materi atau bahasa simakan. Peran penting penguasaan menyimak
1
2
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum yaitu
intrinsik yang terdapat pada cerita fabel yang diperdengarkan dan, (2)
Agar dapat memahami isi fabel, siswa harus mendengarkan sebuah fabel
secara keseluruhan. Setelah dapat memahami isi fabel siswa diharapkan dapat
memperoleh pengalaman batin dalam diri siswa, dan dapat memperluas wawasan
siswa sehingga akan terbentuk sikap mental yang positif dalam menghadapi
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Ini berarti siswa dapat mencapai
kompetensi dasar yang kedua, sedangkan untuk kompetensi dasar yang pertama
siswa hanya perlu memahami isi fabel dengan baik. Karena memahami isi fabel
siswa sudah dapat menemukan hal-hal yang menarik dari dalam fabel yang telah
disimak.
selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan
dikarenakan media yang kurang menarik sehingga siswa merasa jenuh dalam
3
Guru masih terikat pada pembelajaran tradisional yang bersifat statis dan kurang
terbuka pada pembaharuan, sehingga menghambat para siswa untuk aktif dan
memberikan pelajaran fabel dengan menggunakan buku teks dan siswa diminta
membaca dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat di dalam buku teks.
apabila hal ini terus menerus dilakukan maka yang akan terjadi adalah siswa akan
dipakai seperti yang dilakukan guru menunjuk salah satu siswa membaca fabel di
depan kelas dan siswa lainnya menyimak. Disini peneliti menggunakan media
yang berbeda agar siswa lebih tertarik dengan pembelajaran fabel yang belum
digunakan oleh guru dengan menggunakan media film kartun yang termasuk
dalam media audio-visual. Dengan menggunakan media film kartun akan menarik
disampaikan. Selain itu penggunaan media film kartun dalam menyimak fabel juga
diharapakan dapat mempertinggi proses dan hasil belajar, sehingga kompetensi ini
Melalui metode think pair share diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam
meningkatkan keterampilan menyimak fabel pada siswa kelas VII 4 SMP Negeri
dengan metode think pair share siswa belajar dalam kelompok kecil untuk bekerja
tiga langkah. Langkah pertama adalah berpikir (thinking). Setelah siswa selesai
menyimak fabel, siswa diberi pertanyaan oleh guru mengenai unsur instrinsik
yang mereka ketahui. Siswa diberi waktu untuk berpikir. Langkah kedua adalah
beberapa kelompok berbagi dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang
mereka diskusikan.
B. Identifikasi Masalah
ini yaitu:
indonesia
C. Batasan Masalah
media film kartun melalui metode think pair share dalam upaya meningkatkan
keterampilan siswa dalam menyimak fabel dan perubahan tingkah laku siswa
kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan setelah pembelajaran menyimak fabel dengan
D. Rumusan Masalah
bagaimana perubahan tingkah laku pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Tarakan
E. Tujuan Penelitian
ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan menyimak fabel pada siswa kelas VII
F. Manfat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis masing-
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan solusi dan masukan bagi guru untuk
selain itu dapat memberikan semangat bagi para guru untuk menerapkan
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Menyimak
isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
memahami dan menghayati ide atau gagasan yang terdapat dalam bahan simakan.
2. Tujuan Menyimak
a. Menyimak untuk belajar, ada orang yang menyimak dengan tujuan utama
diujarkan pembicara.
7
8
maksud agar dia dapat menilai sesutau yang dia simak itu (baik-buruk,
dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara
dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam
menyimak dengan mksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-
bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana
bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya, ini terlihat nyata pada
maksud dan tujuan agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan
berharga.
9
yang selama ini dia ragukan, dengan perkataan lain dia menyimak secara
3. Ragam Menyimak
a. Menyimak Ekstensif
1) Menyimak Sosial
suatu maksud.
yang baik.
2) Menyimak Sekunder
teman di rumah.
3) Menyimak Estetik
dan rekaman-rekaman
4) Menyimak Pasif
b. Menyimak Intensif
lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan
kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.
1) Menyimak Kritis
yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-
alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya
seseorang.
relevan
e) Membuat keputusan-keputusan
f) Meanrik kesimpulan-kesimpulan
suatu topik
13
2) Menyimak Konsentratif
taupun pengorganisasainnya.
3) Menyimak Kreatif
tercakup kegiatan-kegiatan:
lukisan,dan pemntasan.
4) Menyimak Eksploratif
dengan maksud dan tujuan meyelidiki sesuatu lebi terarah dan lebih
15
5) Menyimak Interogatif
1963:153)
6) Menyimak Selektif
kita, terdapat dua alasan yang sah mengapa kita perlu memperlengkapi
sempurna dalam suatu kebudayaan asing, dan oleh karena itu hidup kiya
yang bersgi ganda itu turut menganggu kapasitas kita untuk menyerap
dan
disampaikan oleh telinga kita kepda otak kita, dan karenanya kita
mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan
dengan dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai. Satu-satunya cara
pertama sekali pada satu ciri dan kemudian pada yang lainnya. Hanya
dengan cara inilah kita dapat berharap mendengar bahasa secawa wajar.
4. Tahap-Tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses, dalam proses
ini terdapat tahapan. Tarigan (1994:58) menyimpulkan lima tahap dalam proses
menyimak, yaitu:
a. Tahap Mendengar
b. Tahap Memahami
c. Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar
dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia pasti ingin menafsirkan atau
tahap interpreting.
18
d. Tahap Mengevaluasi
e. Tahap Menanggapi
mulai dari yang tidak ketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh
pembicaraan
perhatian dengan secara seksama berganti dengan keasikan lain dan hanya
5. Pengertian Fabel
Fabel berasal dari bahasa latin yaitu fabulat. Isi dari fabel adalah cerita
kita bisa mengambil pelajaran dari cerita fabel. Fabel termasuk kategori cerita
fiksi atau khayalan. Cerita fabel sering disebut juga cerita moral karena isi dari
fabel sangat erat kaitannya dengan kehidupan moral manusia. Tokoh yang ada di
dengan sifat yang ada pada manusia. Karakter pada cerita fabel ada yang baik dan
ada yang kurang baik atau berperilaku jahat. Mereka mempunyai sikap jujur,
pemberani, sopan, jahat, adu domba, licik, suka menipu,cerdik atau pintar, dan
20
melakukan tindakan yang terpuji. Cerita fabel disajikan untuk anak-anak, tetapi
6. Ciri-Ciri Fabel
b. Watak yang digambarkan oleh para tokoh (binatang) di dalam fabel juga
c. Tokoh-tokoh fabel yang diperankan oleh para binatang dapat berfikir dan
e. Jalan cerita menggunakan alur maju (runtut, dari awal hingga akhir)
kehidupan manusia
waktu (pagi, siang, sore, malam), latar sosial dan latar emosional.
h. Ciri bahasa yang digunakan (a) kalimat naratif atau peristiwa (katak
lubang), (b) kalimat langsung yang berupa dialog para tokoh, dan (c)
percakapan)
7. Unsur-Unsur Fabel
Teks fabel merupakan bagian dari karya sastra fiksi yaitu dongeng yang
termasuk dalam prosa. Prosa memiliki unsur intrinsik karya sastra seperti :
b. Alur yaitu jalan cerita atau plot yang terdiri dari alur maju, alur mundur,
d. Tokoh dalam fabel yaitu para binatang yang menjadi pelaku dalam cerita
e. Watak tokoh yaitu sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh cerita (seperti
sifat manusia)
dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu sudut pandang
pertama dengan kata ganti aku, saya, kami, dan kita. Sudut pandang ketiga
fabel.
8. Jenis-Jenis Fabel
Ditinjau dari pemberian watak dan latarnya, dibedakan fabel alami dan
fabel adaptasi. Fabel alami menggunakan watak tokoh binatang seperti pada
kondisi alam nyata. Misalnya kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan
ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai,
kolam, dan sebagainya). Fabel adaptasi adalah fabel yang memberikan watak
22
tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan
tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang
Ditinjau dari kemunculan pesan dibedakan fabel dengan koda dan tanpa
koda. Fabel dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan
pengarang di akhir cerita. Sebaliknya, fabel tanpa koda tidak memberikan secara
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
Kata media berasal dai bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari
medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi
pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alata dan bahan
kegiatan pembekajaran.
tujuan belajar.
dapat diketahui berdasarkn adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin
kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan
siaran TV.
Film kartun adalah salah satu contoh media pembelajaran yang bersifat
mempunyai cerita. Film kartun dapat disebut juga sebagai film animasi.
Film kartun adalah bentuk dari gambar animasi 2 Dimensi (2D). Kata
animasi dapat juga berarti memberikan hidup sebuah objek dengan cara
Candra (dalam Pertiwi, 2012:1) animasi adalah sebuah rangkaian gambar atau
obyek yang bergerak dan seolah-olah hidup. Animasi tidak hanya digunakan
untuk hiburan saja, animasi dapat juga digunakan untuk media-media pendidikan,
Media film kartun dipilih sebagai upaya mengatasi masalah karena media
film kartun (film kartun memiliki kelebihan antara lain: a) lebih mudah diingat
:2006)
merupakan salah satu media pembelajaran berbentuk audio visual yang tidak
hanya digunakan sebagai media hiburan saja namun juga digunakan sebagai
media pendidikan.
Think pair share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi
siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain.
Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi
Pembelajaran koopertif model think pair share ini relatif lebih sederhana karena
tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun
Think pair share adalah strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh
Frank Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Think
pair share mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
share memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling
Think pair share memiliki prosedur yang secara eksplisit memberi siswa
waktu untuk berfikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan
1. Aspek bertanya
keterampilan sosial siswa dalam hal bekerja sama dengan teman dalam
Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik, yaitu
berpendapat.
1. Think (berfikir)
siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar
guru.
2. Pair (Berpasangan)
orang lain dalam kelompok serta mampu bekrja sama dengan orang
lain.
28
3. Share (berbagi)
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi
pelajaran. Proses think pair share dimulai pada saat ini, yaitu guru
Padp siswa tahap ini siswa berfikir secara individu. Guru meminta kepada
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju
dengan Menggunakan Media Film Kartun Melalui Metode Think Pair Share
Division ( STAD) Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Tarakan” persamaan
menggunakan media film kartun dan metode think pair share, selain itu perbedan
Kedua dari Muli dari Fakulats Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
menggunakan media film kartun dan metode think pair share selain itu perbedan
Ketiga dari Rani Melinda Aditama dari Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan
Teknik Learning And Making Note Pada Siswa Kelas VII A SMP
perbedaannya adalah tereletak pada media dan model pembelajaran karena dalam
penelitian ini peneliti menggunakan media film kartun dan metode think pair
share, dan peneliti relevan menggunkan media audio dan Teknik Learning And
Making Note, selain itu perbedaan penelitian yang dilaksanakan di kelas VII A
Tarakan.
C. Kerangka Berfikir
baik dari guru yang mengajar maupun siswa itu sendiri. Masalah yang sering
ditemukan dalam menyimak fabel pada siswa kelas VII 4 SMP N 9 Tarakan
telah disediakan dalam buku cetak. Hal ini menbuktikan bahwa guru tidak
dilakukan penggunaan media yang sesuai. Media yang digunakan untuk menarik
bahan simakan yang menarik yaitu berupa film kartun fabel yang juga dapat
Guru/Peneliti Siswa
KONDISI
AWAL dalam pembelajaran kemampuan
menyimak fabel tidak menyimak
menggunakan media dan siswa rendah
metode pembelajaran
SIKLUS I
Dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran
menyimak fabel guru
guru menggunakan
menggunakan media
TINDAKAN media film kartun dan
film kartun dan
metode think pair
metode think pair
share
share
sharemedpmbelajar
SIKLUS II
Dalam pembelajaran
KONDISI menyimak guru
Dengan menggunakan
AKHIR media filem kartun dan menggunakan media
metode think pair filem kartun dan
share dapat metode think pair
meningkatkan share
keterampilan
menyimak siswa
D. Hipotesis Tindakan
SMP Negeri 9 Tarakan adalah salah satu sekolah yang berada dikawasan
Juata Kerikil Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. SMP Negeri 9 Tarakan
berdiri pada tanggal 18 Juni tahun 2000 berdasarkan Surat Keputusan Nomor
590/603/I-Peru-I/2000. Sekolah yang berdiri pada tahun 2000 silam ini, telah
yang pertama kali menjabat adalah Drs. Pangeran Sakai pada tahun 2000 s.d 2001,
selanjutnya adalah Sri Wahyuni, SE pada tahun 2001 s.d 2003. Pada tahun 2003
kepala sekolah dijabat oleh Drs. M. Boni Ponto M.Pd sampai tahun 2003.
Kemudian dari tahun 2003 diganti lagi oleh Mochammad Machfud, S.Pd periode
2003 s.d 2005 dan pada tahun 2005 s.d 2011 dijabat oleh Bapak Kurniawan, S.Pd.
pada bulan Oktober 2011 s.d Februari 2014 dijabat oleh Friny Napasti, S.Pd.,
M.Pd, dan sekarang posisi tersebut dijabat oleh DC. Mairon B. SE., M.Pd.
SMP Negeri 9 Tarakan memiliki 712 siswa yang terdiri dari 22 rombongan
belajar dengan rincian kelas VII berjumlah 8 rombongan belajar, kelas VIII
mengajar dilaksanakan pada pagi hari dan sinag hari. Kelas pagi terdiri dari kelas
IX dan kelas VIII yang masuk pukul 07.30 dan pulang pukul 12.30. sedangkan
kelas siang terdiri dari kelas VII dan sebagian kelas VIII yang masuk pukul 12.45
dan pulang pukul 17.10. Jumlah tenaga pendidik di SMP Negeri 9 Tarakan
sebanyak 39 orang, terdiri dari 30 orang berstatus pegawai negeri dan 9 orang
dengan luas 10.000 m2, dengan jumlah ruang kelas pada tahun 2017/2018 adalah
ruang OSIS, ruang Mushola, 1 gudang, 1 WC guru, dan 5 WC siswa. Sekolah ini
Visi :
LINGKUNGAN
Misi :
2. Membentuk generasi muda yang unggul dalam prestasi akademik dan non
akademik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses
sejak awal pemberian sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah jenis
penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK di
tindakan kelas berasal dari bahasa barat yang dikenal dengan istilah Classroom
a. Tempat Penelitian
b. Waktu Penelitian
33
36
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan
menyimak siswa kelas VII – 4 dengan menggunakan media film kartun melalui
D. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan karakterstik dari PTK, penelitian ini dilaksanakan dalam dua
Refleksi.
3533
1. Siklus I
a. Perencanaan
melalui metode think pair share , (2) menyiapkan materi dan film
tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal esai beserta penilaiannya,
b. Tindakan
melalui metode think pair share. Pada tahap ini, dilakukan tiga
yaitu agar siswa dapat memahami isi fabel. Selain itu guru juga
memperoleh amanat dari fabel yang telah disimak. Hal ini dilakukan
instrinsik fabel dan menemukan hal-hal menarik dalam cerita fabel yang
layar LCD yang berjudul “Belalang dan Semut”. Setelah siswa selesai
fabel yang meliputi tokoh, watak, tema, latar, sudut pandang, dan
amanat.
menit. Pada tahap ini mulailah diterapkan metode think pair share
Tiap kelompok terdiri dari atas 4 siswa. Pada tahap ini guru juga
membantu karena dalam evaluasi akhir akan ada nilai individu dan
rendah. Oleh karena itu, semua anggota kelompok harus bekerja sama
dan interaksi belajar antar siswa karena dengan seperti itu siswa
c. Observasi
d. Refleksi
dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap
2. Siklus II
dari siklus I. pelaksanaan siklus II ini melalui tahap yang sama dengan
a. Perencanaan
siklus I.
perbaikan instrumen yang berupa data nontes dan tes. Data nontes
(kamera), sedangkan data yang berupa instrumen tes yaitu: soal esai
beserta penilaiannya.
b. Tindakan
pair share pada siklus II akan menjadi lebih baik. Kegiatan pada
1) Apersepsi
kartun. Kemudian siswa dan guru bertanya jawab mengenai fabel dan
2) Proses Pembelajaran
tokoh, latar, tema, sudut pandang, dan amanat dan cara menemukan
siwa tentang unsur yang ada dalam fabel tersebut dan tiap-tiap
40
42
Satu kelompok terdiri dari atas 4 anak. Pada tahap ini guru juga
saling membantu karena dalam evaluasi akan ada nilai individu dan
telah dsimaknya dengan cara bekerja sama dengan alasan agar tejadi
terhadap hasil kerja siswa. Pada tahap ini guru memberikan hadiah
pada kelompok yang aktif saat diskusi dan presentasi. Guru juga
3) Penutup
dengan berdoa.
3. Observasi
tetap diamati. Secara garis besar observasi yang dilakukan pada siklus II
untuk mengetahui nilai tes menyimak fabel serta melihat perilaku siswa
pada saat menyimak fabel. Observasi pada data nontes dilakukan pada
fabel dengan media film kartun melalui metode think pair share.
4. Refleksi
penggunaan media film kartun dengan metode think pair share dalam
sampai dengan hasil akhir pada siklus I telah diatasi pada siklus II.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk instrument tes dan non
test sebagai berikut. Tes digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan
data tentang keterampilan menyimak fabel siswa berupa tes menyimak fabel.
1. Instrumen Tes
berupa tes berisi soal dan esai yang harus diisi oleh siswa setelah
dalam fabel meliputi: tema, amanat, tokoh, alur, latar, dan (2)
Maksimal X
No Indikator
SB B C K SK Bobot
5 4 1 3 2
1 Menemukan unsur 40 32 24 16 K
8 8 40
Hasil menyimak siswa dianalisis dan nilai akhir dari tiap menyimak
digabung untuk mendapatkan nilai rata-rata menyimak fabel siswa. Aspek- aspek
yang dinilai dengan rentang skor dan kategori penilaian dapat dilihat pada tabel
2 berikut:
yang diperdengarkan
secara lengkap.
yang diperdengarkan
45
menemukan unsur
yang diperdengarkan.
tepat.
diperdengarkan.
menemukan 3 hal-hal
fabel yang
diperdengarkan.
2 hal-hal menarik
yang
diperdengarkan.
menemukan hal-hal
12 Sangat Siswa
tetapi tidak
tepat.
nilai sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Penilaian
menyimak fabel
2 Baik 70-84
2. Instrumen Nontes
a. Lembar Observasi
tertarik pada media film kartun, (3) siswa aktif bertanya ketika
mengerjakan tes, dan (5) siswa menyimak dengan sikap yang baik.
b. Pedoman Wawancara
think pair share. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya
51
c. Dokumentasi (kamera)
tentang menyimak fabel; (3) aktivitas siswa ketika menyimak fabel; (4)
melalui metode think pair share. Data nontes diperoleh dengan cara observasi,
wawancara,dan dokumentasi.
49
52
1. Teknik Tes
Teknik yang digunakan dalam penelitian tes awal dan tes akhir, tes
pair shae. Setelah itu pada akhir siklus I dan II diadakan tes akhir. Tes
adalah: (1) menyiapkan soal tes berdasrkan strategi yang disiapkan, (2)
siswa ditugasi untuk menyimak fabel dari media film kartun melalui
laptop dan layar LCD, (3) siswa diminta untuk mencari unsur intrinsik
fabel dan menemukan hal-hal menarik dari fabel, (4) menilai dan
2. Teknik Nontes
53
a. Observasi
b. Wawancara
yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik untuk kemudian diajak
51
c. Dokumentasi
Teknik analisis data pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara
1. Teknik Kuantitatif
diperoleh dari hasil tes menyimak fabel dengan media film kartun melalui
metode think pair share pada siklus I dan II. Hasil tes ditulis secara
P = --------- = 100%
NxR
Keterangan:
yaitu antara hasil siklus I dan II. Hasil ini akan memberikan gambaran
2. Teknik Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi,
media film kartun melalui metode think pair share, serta untuk
I dan siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa
H. Indikator Keberhasilan
melalui metode think pair share pada pelajaran tentang Fabel, kualitas
DAFTAR PUSTAKA
Aksara.
Agus Trianto, Titik Harsiati. 2016. Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Kurikulum
Surabaya
Bandung: Angkasa.
57
5857
Lampiran 1
Lembar Observasi
Catatan Lapangan
Pertemuan : 2 x Pertemuan
Waktu : 11.30-13.20
Pada hari senin tanggal 19 Februari 2018, peneliti tiba di SMP Negeri 9
Tarakan dan langsung bertemu dengan bapak DC. Mairon B., SE, M.Pd.
mengatakan bahwa, beliau sangat senang menerima jika ada yang ingin
khususnya kelas VII yaitu bapak Rizal Rohmad, S.Pd yang akan membantu
Tarakan. Setelah mengetahui guru mata pelajaran bahasa indonesia saya pun
Lampiran 2
S.Pd
Tgl. 19 Februari
Wawancara 2018
membantu siswa dalam belajar karena K13 bukan hanya guru yang
indonesia itu kendalanya dari siswa itu sendiri, dimana K13 guru hanya
memuaskan ?
Guru mengatakan bahwa, karena keterbatasan media jadi saya biasa hanya
Guru mengatakan bahwa, tentang media film kartun saya rasa akan lebih
baik dan siswa akan lebih cepat menangkap pelajaran mengingat usia
mereka yang baru beranjak dari bangku SD, mereka lebih mudah paham
hanyamendengarkansaja.
61 60
Lampiran 3
SIKLUS I
A. Kompetensi Inti
kawasan internasional”.
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajran
Fabel/legenda
E. Metode Pembelajaran
1. Media
Video fabel
2. Alat
Laptop
LCD
Speaker/pengeras suara
Papan tulis
Spidol
3. Sumber Belajar
SMP/MTs. Kelas VII. Edisi Revisi 2016. Halaman 209 s.d 234.
6463
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
2. Salah seorang peserta didik memimpin doa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing;
4. Peserta didik dan pendidik melakukan curah pendapat tentang cerita fabel
Mengamati
yang diperdengarkan
3. Siswa menyimak tayangan fabel yang berjudul “Semut dan Belalang” yang
Menanya
Mengumpulkan Informasi
secara berpasangan
Mengasosiasikan
kelompok,
Mengkomunikasikan
10. Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah
dipresentasikan
Penutup
pembelajaran
1. Teknik Penilaian
a. Tertulis
penilaian Instrumen
menemukan unsur
instrinsik dalam
cerita fabel
menemukan hal-hal
contoh 1
musim kemarau akan segera tiba. pada saat sedang bekerja, sang raja semut
bertemu dengan belalang. ketika itu, si belalang sedang asyik bermain musik.
raja semut pun bertanya kepada belalang, “wahai belalang mengapa kamu justru
bermain musik ? apakah kamu ttidak mengetahui bahwa musim kemarau akan
segera tiba ?”
Kamu harus mencari makanan dan minuman, karena bila musim kemarau
telah tiba, semua tanaman akan mati, kamu juga tidak akan bisa mencari air,
karena semua air akan mengering jadi kamu harus mempersiapkannya mulai
sekarang, agar nanti kamu tidak menyesal”. kata sang raja semut mengingatkan
68 67
“buat apa aku harus melakukannya, musim kemarau kan masih lama, hanya saja
kau yang terlalu bersemangat semut, sudahlah percuma saja aku berbicara
Waktu pun berlalau, tak terasa musim kemarau pun telah tiba. si belalang
bingung hendak mencari makanan kemana lagi, karena tidak ada satupun tanaman
pingsan karena sudah terlalu lapar dan haus. untunglah saat itu ada salah satu
minuman oleh sang raja semut dan seluruh rakyatnya. Akhirnya, si belalang pun
sadar dan berjanji, bahwa mulai saat ini ia akan lebih giat dalam bekerja dan tak
3. Tuliskan hal-hal menarik pada cerita fabel yang berjudul Semut dan
Bobot
No Indikator SB B C K S
5 4 3 2 1
1 Menemukan unsur- K 8 40
fabel
2 Menemukan hal-hal 12 60
fabel
Jumlah skor komulatif maksimal 100
P = ----------- X 100 %
NXR
Keterangan:
Mengetahui,
NIP : 195905051988011003
7170
Lampiran 4
Materi Pembelajaran
Fabel/legenda
Fabel berasal dari bahasa latin yaitu fabulat. Isi dari fabel adalah cerita
kita bisa mengambil pelajaran dari cerita fabel. Fabel termasuk kategori cerita
fiksi atau khayalan. Cerita fabel sering disebut juga cerita moral karena isi dari
fabel sangat erat kaitannya dengan kehidupan moral manusia. Tokoh yang ada di
dengan sifat yang ada pada manusia. Karakter pada cerita fabel ada yang baik dan
ada yang kurang baik atau berperilaku jahat. Mereka mempunyai sikap jujur,
pemberani, sopan, jahat, adu domba, licik, suka menipu,cerdik atau pintar, dan
melakukan tindakan yang terpuji. Cerita fabel disajikan untuk anak-anak, tetapi
2. Ciri-Ciri Fabel
b. Watak yang digambarkan oleh para tokoh (binatang) di dalam fabel juga
c. Tokoh-tokoh fabel yang diperankan oleh para binatang dapat berfikir dan
e. Jalan cerita menggunakan alur maju (runtut, dari awal hingga akhir)
waktu (pagi, siang, sore, malam), latar sosial dan latar emosional.
h. Ciri bahasa yang digunakan (a) kalimat naratif atau peristiwa (katak
lubang), (b) kalimat langsung yang berupa dialog para tokoh, dan (c)
percakapan)
3. Unsur-Unsur Fabel
Teks fabel merupakan bagian dari karya sastra fiksi yaitu dongeng yang
termasuk dalam prosa. Prosa memiliki unsur intrinsik karya sastra seperti :
b. Alur yaitu jalan cerita atau plot yang terdiri dari alur maju, alur mundur,
d. Tokoh dalam fabel yaitu para binatang yang menjadi pelaku dalam cerita
e. Watak tokoh yaitu sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh cerita (seperti
sifat manusia)
dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu sudut pandang
pertama dengan kata ganti aku, saya, kami, dan kita. Sudut pandang ketiga
fabel.
4. Jenis-Jenis Fabel
Ditinjau dari pemberian watak dan latarnya, dibedakan fabel alami dan
fabel adaptasi. Fabel alami menggunakan watak tokoh binatang seperti pada
kondisi alam nyata. Misalnya kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan
ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai,
74 73
kolam, dan sebagainya). Fabel adaptasi adalah fabel yang memberikan watak
tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan
tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang
Ditinjau dari kemunculan pesan dibedakan fabel dengan koda dan tanpa
koda. Fabel dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan
pengarang di akhir cerita. Sebaliknya, fabel tanpa koda tidak memberikan secara
Cerita fabel bertujuan tidak hanya untuk mengibur pembaca namun juga