Anda di halaman 1dari 82

USULAN PENELITIAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK FABEL


DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM KARTUN
MELALUI METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA
KELAS VII – 4 DI SMP NEGERI 9 TARAKAN

OLEH
PENI
NPM. 14.601020.018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul :Meningkatkan Keterampilan Menyimak Fabel Dengan


Menggunankan Media Film Kartun Melalui Metode Think
Pair Share Pada Siswa Kelas VII – 4 SMP Negeri 9
Tarakan

Nama :Peni

Nomor Induk Mahasiswa :14.601020.018

Program Studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan :Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tarakan, 23 Maret 2018

Menyetujui,

Pembimbing Utama Anggota Pembimbing

Eva Apriani, M.Pd. Rita Kumalasari, M.Pd.


NIDN. 11.040187.02 NIDN. 11.270187.01

Mengetahui,
Ketua Jurusan,

Siti Sulistyani Pamuji, M.Pd


NIDN. 11.230387.01

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian

dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Fabel Dengan

Menggunakan Media Filem Kartun Melalui Metode Think Pair Share Pada

Siswa Kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan”. Usulan penelitian ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Borneo Tarakan

Penulis menyadari dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan

yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu hingga dapat

menyelesaikan usulan penelitian.

2. Dr. Suyadi, S.S., M.Ed, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan ( FKIP ) Universitas Borneo Tarakan yang telah banyak

membantu penulis selama belajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Borneo.

3. Siti Sulistyani, M.Pd selaku Kepala Jurusan Program Studi Bahasa dan

Sastra Indonesia, yang telah banyak membantu penulis selama belajar di

Universitas Borneo Tarakan

iii
4. Siti Fathona, M.Pd selaku seketaris Jurusan yang juga telah banyak

membantu penulis selama belajar di Univeristas Borneo Tarakan.

5. Eva Apriani, M.Pd, selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis mulai dari persiapan s a m p a i penyusunan usulan

penelitian ini.

6. Rita Kumalasari, M.Pd, selaku pembimbing kedua yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan

usulan penelitian ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya dosen

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan bantuan, pengetahuan, dan bimbingan selama penulis

mengikuti perkuliahan.

8. DC. Mairon B., SE, M.Pd selaku kepala SMP Negeri 9 Tarakan yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan wawancara dengan

guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 9 Tarakan.

9. Ibu dan Ayah yang selalu memberikan dukungan doa, semangat, perhatian,

dan materi yang tak ternilai.

10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Borneo Tarakan khususnya angkatan tahun 2014 yang telah banyak

membantu penulis selama perkuliahan dan dalam penyusunan usulan

penelitian ini.

iv
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih banyak kelemahan

dan kekurangnnya, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun. Akhir kata penulis memohon atas segala kelemahan maupun

kekurangan dan semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.

Tarakan, 23 April 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iv

PROFIL SEKOLAH .......................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4

C. Batasan Masalah ....................................................................... 4

D. Rumusan Masalah .................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ......................................................................... 7

1. Pengertian Menyimak ........................................................ 7

2. Tujuan Menyimak .............................................................. 7

3. Ragam Menyimak .............................................................. 9

4. Tahap-Tahap Menyimak ................................................... 17

5. Pengertian Fabel ................................................................ 20

vi
6. Ciri-Ciri Umum Fabel ....................................................... 21

7. Unsur-Unsur Fabel ............................................................ 21

8. Jenis-Jenis Fabel ................................................................ 22

9. Defenisi dan Fungsi Media Pembelajaran ......................... 22

10. Filem Kartun ..................................................................... 24

11. Metode Think Pair Share .................................................. 25

B. Hasil-Hasil Penelitian Relevan ............................................... 29

C. Kerangka Berfikir .................................................................... 31

D. Hipotesis Tindakan .................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 33

B. Temapat dan Waktu Penelitian ............................................... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 34

D. Prosedur Penelitian .................................................................. 34

E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 42

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 50

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 53

H. Indikator Keberhasilan Penelitian ........................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 56

LAMPIRAN ....................................................................................... 57

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya meliputi empat

keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini saling

berhubungan antar satu dengan yang lain. Keterampilan pertama dalam berbahasa

adalah kemampuan menyimak. Keterampilan menyimak adalah kegiatan

mendengarkan bahan simakan dengan tujuan dapat memahami dan menghayati ide

atau gagasan yang terdapat dalam bahan simakan.

Keterampilan menyimak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,

baik proses interaksi maupun komunikasi dengan orang yang ada di sekitar kita,

yang bertujuan untuk menangkap dan memahami pesan ide serta gagasan yang

terdapat pada materi atau bahasa simakan. Peran penting penguasaan menyimak

sangat tampak di lingkungan sekolah. Siswa mempergunakan sebagian waktunya

untuk menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru. Keberhasilan dalam

memahami dan menguasai pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak yang

baik. Kemampuan seseorang dalam menyimak dapat dilihat dari latar

belakangnya. Latar belakang masing-masing orang memiliki perbedaan baik

psikologis, sosiologis, maupun pendidikannya.

1
2

Kegiatan menyimak khususnya menyimak cerita fabel merupakan salah satu

kompetensi dasar yang termasuk dalam keterampilan menyimak, aspek kesastraan.

Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum yaitu

mengapresiasikan cerita fabel yang diperdengarkan, guru harus berhasil membawa

siswa memperoleh pemahaman mengenai cerita fabel sehingga siswa bisa

mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan yaitu (1) menemukan unsur-unsur

intrinsik yang terdapat pada cerita fabel yang diperdengarkan dan, (2)

menunjukkan relevansi isi fabel dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.

Agar dapat memahami isi fabel, siswa harus mendengarkan sebuah fabel

secara keseluruhan. Setelah dapat memahami isi fabel siswa diharapkan dapat

memperoleh pengalaman batin dalam diri siswa, dan dapat memperluas wawasan

siswa sehingga akan terbentuk sikap mental yang positif dalam menghadapi

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Ini berarti siswa dapat mencapai

kompetensi dasar yang kedua, sedangkan untuk kompetensi dasar yang pertama

siswa hanya perlu memahami isi fabel dengan baik. Karena memahami isi fabel

siswa sudah dapat menemukan hal-hal yang menarik dari dalam fabel yang telah

disimak.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Rizal Rohmad

selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan

yang dilakukan pada tanggal 19 Februari 2018, diperoleh informasi ternyata

pembelajaran keterampilan menyimak fabel siswa masih kurang baik. Masih

banyak yang menyepelehkan atau meremehkan keterampilan menyimak fabel

dikarenakan media yang kurang menarik sehingga siswa merasa jenuh dalam
3

pembelajaran. Penyebab dari rendahnya hasil belajar menyimak siswa

dimungkinkan karena kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran serta

proses pembelajaran yang berlangsung secara monoton atau kurang bervariasi.

Guru masih terikat pada pembelajaran tradisional yang bersifat statis dan kurang

terbuka pada pembaharuan, sehingga menghambat para siswa untuk aktif dan

kreatif menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Salah satunya adalah guru

memberikan pelajaran fabel dengan menggunakan buku teks dan siswa diminta

membaca dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat di dalam buku teks.

apabila hal ini terus menerus dilakukan maka yang akan terjadi adalah siswa akan

merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran menyimak.

Penelitian ini menggunakan media film kartun untuk meningkatkan

pembelajaran menyimak, khususnya fabel karena siswa kurang tertarik dengan

pembelajaran menyimak fabel yang hanya menggunakan media yang sering

dipakai seperti yang dilakukan guru menunjuk salah satu siswa membaca fabel di

depan kelas dan siswa lainnya menyimak. Disini peneliti menggunakan media

yang berbeda agar siswa lebih tertarik dengan pembelajaran fabel yang belum

digunakan oleh guru dengan menggunakan media film kartun yang termasuk

dalam media audio-visual. Dengan menggunakan media film kartun akan menarik

perhatian siswa. Penggunaan media film kartun dalam pembelajaran diharapkan

dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang

disampaikan. Selain itu penggunaan media film kartun dalam menyimak fabel juga

diharapakan dapat mempertinggi proses dan hasil belajar, sehingga kompetensi ini

dapat dikuasai siswa.


4

Penelitian ini juga di dalamnya menerapkan metode think pair share.

Melalui metode think pair share diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam

meningkatkan keterampilan menyimak fabel pada siswa kelas VII 4 SMP Negeri

9 Tarakan. Dalam pembelajaran difokuskan pada aktivitas menyimak fabel,

dengan metode think pair share siswa belajar dalam kelompok kecil untuk bekerja

sama memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran menyimak dengan metode think pair share ini menggunakan

tiga langkah. Langkah pertama adalah berpikir (thinking). Setelah siswa selesai

menyimak fabel, siswa diberi pertanyaan oleh guru mengenai unsur instrinsik

yang mereka ketahui. Siswa diberi waktu untuk berpikir. Langkah kedua adalah

berpasangan (pairing). Setelah selesai berpikir, siswa berpasang- pasangan

membentuk kelompok untuk mendiskusikan mengenai apa yang telah

dipikirkannya. Langkah ketiga adalah berbagi dengan kelas (sharing) yaitu

beberapa kelompok berbagi dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang

mereka diskusikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian

ini yaitu:

1. Guru dalam mengajar jarang menggunakan media dan metode

pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran

2. Keterampilan menyimak siswa masih rendah pada mata pelajaran bahasa

indonesia

3. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menyimak


5

C. Batasan Masalah

Fokus penelitian ini adalah peneliti akan meneliti keefektifan penggunaan

media film kartun melalui metode think pair share dalam upaya meningkatkan

keterampilan siswa dalam menyimak fabel dan perubahan tingkah laku siswa

kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan setelah pembelajaran menyimak fabel dengan

media filem kartun melalui metode think pair share.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaiamana meningkatkan kemampuan menyimak fabel dan

bagaimana perubahan tingkah laku pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Tarakan

setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak fabel dengan

menggunakan media film kartun melalui metode think pair share ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitin ini, maka tujuan penelitian

ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan menyimak fabel pada siswa kelas VII

SMP Negeri 9 Tarakan dan mengetahui perubahan perilaku siswa setelah

dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak fabel dengan menggunakan

media film kartun melalui metode think pair share.

F. Manfat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis masing-

masing akan diuraikan sebagai berikut:


6

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat meningkatkan kemampuan menyimak fabel dengan

menggunakan media film kartun melalui metode think pair share

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan teori pembelajaran bahasa pada umumnya dan

pemilihan media dan metode pembelajaran yang tepat khususnya

dalam pembelajaran keterampilan menyimak fabel.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam proses belajar

mengajar dan dapat menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap

pembelajaran menyimak fabel.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan solusi dan masukan bagi guru untuk

menggunakan media film kartun khususnya dalam pembelajaran fabel.

selain itu dapat memberikan semangat bagi para guru untuk menerapkan

proses KBM yang menarik dan menyenangkan.

c. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat

bagi para guru di sekolah tersebut untuk menerapkan proses KBM

yang menarik dan menyenangkan

d. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini semoga bermanfaat dan dapat

memperluas wawasan peneliti mengenai penggunaan media film kartun,

metode think pair share


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Menyimak

Tarigan (1994:28) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap

isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh

sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sedangkan hakikat

menyimak menurut Anderson (dalam Tarigan 1994:28) adalah proses besar

mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan.

Dari pengertian di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa menyimak

merupakan kegiatan mendengarkan bahan simakan dengan tujuan dapat

memahami dan menghayati ide atau gagasan yang terdapat dalam bahan simakan.

2. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak menurut H.G. Tarigan (2008:59)

a. Menyimak untuk belajar, ada orang yang menyimak dengan tujuan utama

agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara.

b. Menyimak untuk Menikmati keindahan audial, ada orang yang menyimak

dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang

diujarkan pembicara.

7
8

c. Menyimak untuk Mengevaluasi, ada orang yang menyimak dengan

maksud agar dia dapat menilai sesutau yang dia simak itu (baik-buruk,

indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).

d. Menyimak untuk Mengapresiasi materi simakan, ada orang yang

menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang

disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan

lagu-lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).

e. Menyimak untuk Mengkomunikasikan ide-ide, ada orang yang menyimak

dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasiakn ide-ide, gagasan-

gagasan, atupun perasaan-persaannnya kepada orang lain dengan lancar

dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara

dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam

mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.

f. Menyimak untuk Membedakan bunyi-bunyi, ada pula orang yang

menyimak dengan mksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-

bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana

bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya, ini terlihat nyata pada

seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan

ujaran pembicara asli (native speaker)

g. Menyimak untuk Memecahkan masalah, ada orang yang menyimk dengan

maksud dan tujuan agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan

analisis sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan

berharga.
9

h. Menyimak untuk Meyakinkan, ada orang yang tekun menyimak

pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat

yang selama ini dia ragukan, dengan perkataan lain dia menyimak secara

persuasif (disarikan dari: Logan [et all], 1972:42;Shrope, 1979:261).

3. Ragam Menyimak

Ragam menyimak menurut Tarigan (1994:35-49) dibedakan menjadi dua

macam, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif.

a. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan

menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas

terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari

seorang guru. Jenisk-jenis menyimak ekstensif yaitu:

1) Menyimak Sosial

Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional

(konversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous

listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat

orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang

menarik perhatian semua orang yang hadir. Mereka saling

mendengarkan satu dan lainnya untuk membuat responsi-responsi

yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan

perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan dan

dikatakan oleh seorang rekan (Dawson [et all], 1963:153).


10

Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial

paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:

a) Menyimak secara sopan dan dengan penuh perhatian terhadap

percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi sosial dengan

suatu maksud.

b) Menyimak serta memahami-memahami peranan-peranan

pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut

(Anderson;1872:69). orang-orang yang dapat menaati kedua

hal tersebut dikatakan sebagai anggota-anggota masyarakat

yang baik.

2) Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan

menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif

(extensive listening). Berikut ini kita berikan dua buah contoh:

a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau

tarian-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang

terdengar sayup-sayup sementara kita menulis pada seorang

teman di rumah.

b) Sambil menikmati musik, kita ikut berpartisipasi dalam

kegiatan tertentu di sekolah sperti melukis, hasta karya tanah

liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah (Dawson [et

all], 1963:153;Tarigan, 1972:69).


11

3) Menyimak Estetik

Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut

menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dan

kegiatan termasuk ke dalam menyimak secara kebetulan dan

menyimak secara ekstensif, mencakup:

a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio

dan rekaman-rekaman

b) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan

lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa,

atau aktor (Dawson [et all], 1963:153)

4) Menyimak Pasif

Menyimak Pasif, adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya

sadar yang bisaanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar

dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih

santai, serta menguasai suatu bahasa.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif merupakan kebalikan dari menyimak ekstensif.

Jika menyimak ekstensif diarahkan pada kegiatan menyimak secara

lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan

langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu

kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.

Jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif ini,

yaitu menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif,


12

menyimak eksploratif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif. Hal

ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Menyimak Kritis

Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak

berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir

yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-

alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya

menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan, kekeliruan,

dan ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan

seseorang.

Secara agak terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam

menyimak kritis, yaitu:

a) Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata,

pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya

b) Menentukan alasan “mengapa”

c) Memahami aneka makna petunjuk konteks

d) Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak

relevan

e) Membuat keputusan-keputusan

f) Meanrik kesimpulan-kesimpulan

g) Menemukan jawaban bagi masalah tertentu

h) Menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi

suatu topik
13

i) Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan

bahasa yang belum umum atau belum lasim di pakai

j) bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian,

kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan, kekurang

teletian, serta kekeliruan (Anderson, 1972:70)

2) Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif (konsentrative listening) sering juga disebut a

study type listening atau menyimak sejenis telaah. kegiatan-kegiatan

yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini, yaitu:

a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam pembicaraan

b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas,

tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab akibat.

c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu

d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam

e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,

taupun pengorganisasainnya.

f) Memahami urutan ide-ide sang pembicara

g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson,

1972:70;Dawson [et all], 1963:153).


14

3) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif (kreative listening) adalah sejenis kegiatan dalam

menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi

imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan serta

perasaan-perasaan kinestetik yang disaranakan atau dirangsang oleh

sesuatu yang disimaknya (Dawson [et all], 1963:153)

Secara lebih terperinci lagi, dalam menyimak kreatif ini sudah

tercakup kegiatan-kegiatan:

a) Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan

segala jenis pengalam menyimak

b) Membangun atau merekonstruksiakn imaji-imaji visual dengan

baik, sementara menyimak

c) Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran

imajinatif untuk mnciptakan karya baru dalam tulisan,

lukisan,dan pemntasan.

d) Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta

sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau

penyelesaian tersebut (Anderson, 1972:70)

4) Menyimak Eksploratif

Menyimak eksploratif, menyimak yang bersifat menyelidik, atau

exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif

dengan maksud dan tujuan meyelidiki sesuatu lebi terarah dan lebih
15

sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak

menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan :

a) Hal-hal baru yang menarik perhatian

b) Informasi tambahan mengenai suatu topik

c) Isu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik

5) Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis

kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak

konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemiliahan

butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan

mengajkan banyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak

interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan

perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara

mengintrogasi atau menanyai sang pembicara (Dawson [et all],

1963:153)

Dengan mengharapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan kepada pembicara, penyimak mengharapkan

dapat memperoleh informasi atau pengetahuan sebanyak

mungkin dari segala aspek pokok pembicaraan tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penyimak dalam kegiatan

menyimak interogatif ini dapat mencakup apa, siapa, mengapa,

di mana, ke mana, untuk apa,, benarkah, dan sebgainya.


16

6) Menyimak Selektif

Betapapun efektifnya menyimak pasif, tetapi biasanya tidak dianggap

sebagai kegiatan yang memuaskan. Ciri-ciri aktivisme yang khas tidak

membiarkan kita untuk berpuas hati mempergunakan teknik atau cara

pasif serupa untuk sekalipun misalnya kita mempunyai kondisi-kondisi

ideal untuk berbuat sedemikian rupa. Akan tetapu sebagai tambahan

terhadap masalah-masalah psikologis yang dijelmakan oleh aktivisme

kita, terdapat dua alasan yang sah mengapa kita perlu memperlengkapi

menyimak pasif dengan menyimak selektif.

1) Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara

sempurna dalam suatu kebudayaan asing, dan oleh karena itu hidup kiya

yang bersgi ganda itu turut menganggu kapasitas kita untuk menyerap

dan

2) Kebiasaan-kebiasaan ujaran kita kini cenderung membuar kita

menginterpretasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang

disampaikan oleh telinga kita kepda otak kita, dan karenanya kita

memperoleh suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya

terhadap bahasa asing.

Menyimak selektif hendaknya tidaklah menggantikan menyimak pasif,

tetapi justru memperlengkapinya. Kita harus berupaya untuk

memanfaatkan kedua tekni tersebut dan dnegan demikian berarti

mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan

tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita


17

dengan dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai. Satu-satunya cara

yang mungkin membuat kita dapat terbuasa dengan bentuk akustik

bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya secara selektif,

pertama sekali pada satu ciri dan kemudian pada yang lainnya. Hanya

dengan cara inilah kita dapat berharap mendengar bahasa secawa wajar.

4. Tahap-Tahap Menyimak

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses, dalam proses

ini terdapat tahapan. Tarigan (1994:58) menyimpulkan lima tahap dalam proses

menyimak, yaitu:

a. Tahap Mendengar

Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang

dikemukakan sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi

kita masih berada dalam tahap hearing.

b. Tahap Memahami

Setelah kita mendengar, tentunya ada keinginan bagi kita untuk

mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan

oleh pembicara, sampailah kita pada tahap understanding.

c. Tahap Menginterpretasi

Penyimak yang baik, cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar

dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia pasti ingin menafsirkan atau

meginterpretasi isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat

dalam ujaran pembicara. Dengan demikaian penyimak telah tiba pada

tahap interpreting.
18

d. Tahap Mengevaluasi

Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi

pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta

gagasan sang pembicara, keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan

kekurangan. Penyimak sudah sampai pada tahap evaluating.

e. Tahap Menanggapi

Setelah semua tahap dilewati, penyimak menyambut, mencamkan,

menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara

dalam ujarannya. Penyimak sampai pada tahap akhir yakni tahap

responding. (Logan [et al], 1972:39; Loban [et al], 1969;243).

Rut G. Srtickland menyimpulkan adanya sembilan tahapan menyimak,

mulai dari yang tidak ketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh

yaitu sebagai berikut:

1) Menyimak Berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan

keterlibatan langsung dalampembicaraan mengenai dirinya.

2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan

dengan adanya selingan-seliangan perhatian kepada hal-hal di luar

pembicaraan

3) Setengah Menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu

kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang

terpendam dalam hati sang anak.

4) Menyimak serapan, karena sang anak keasikan menyerap hal-hal yang

kurang penting. hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya


19

5) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak,

perhatian dengan secara seksama berganti dengan keasikan lain dan hanya

memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja

6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi

secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak

memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara

7) Menyimak dengan reaksi berkala, terhadap pembicara dengan membuat

komentar ataupun mengajukan pertanyaan

8) Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan

pikiran sang pembicara

9) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta menemukan pikiran,

pendapat,dan gagasan sang pembicara.

5. Pengertian Fabel

Fabel berasal dari bahasa latin yaitu fabulat. Isi dari fabel adalah cerita

tentang kehidupan binatang yang perilakunya mirip dengan manusia. Kemudian

kita bisa mengambil pelajaran dari cerita fabel. Fabel termasuk kategori cerita

fiksi atau khayalan. Cerita fabel sering disebut juga cerita moral karena isi dari

fabel sangat erat kaitannya dengan kehidupan moral manusia. Tokoh yang ada di

fabel adalah binatang. Binatang-binatang tersebut pada cerita fabel dikaitkan

dengan sifat yang ada pada manusia. Karakter pada cerita fabel ada yang baik dan

ada yang kurang baik atau berperilaku jahat. Mereka mempunyai sikap jujur,

pemberani, sopan, jahat, adu domba, licik, suka menipu,cerdik atau pintar, dan
20

melakukan tindakan yang terpuji. Cerita fabel disajikan untuk anak-anak, tetapi

berlaku juga untuk orang dewasa.

6. Ciri-Ciri Fabel

a. Fabel mengambil tokoh para binatang

b. Watak yang digambarkan oleh para tokoh (binatang) di dalam fabel juga

menyerupai karakter manusia seperti baik, buruk, penyabar, pemarah, suka

menolong, ringan tangan, keras kepala, cerdik, egois, dan sebagainya.

c. Tokoh-tokoh fabel yang diperankan oleh para binatang dapat berfikir dan

berkomunikasi dan bertingkah laku layaknya manusia.

d. Sudut pandang yang digunakan di dalam fabel adalah orang ketiga

e. Jalan cerita menggunakan alur maju (runtut, dari awal hingga akhir)

f. Konflik cerita fabel meliputi permasalahan dunia bintang yang menyerupai

kehidupan manusia

g. Fabel dilengkapi dengan penggunaan latar tempat (hutan, sungai, gunung,

pepohonan, bebatuan, padang rumput, gua, semak, dan sebagainya), latar

waktu (pagi, siang, sore, malam), latar sosial dan latar emosional.

h. Ciri bahasa yang digunakan (a) kalimat naratif atau peristiwa (katak

mendatangi ikan yang sedang kehujanan, semut menyimpan makanan di

lubang), (b) kalimat langsung yang berupa dialog para tokoh, dan (c)

menggunakan kata sehari-hari dalam situasi tidak formal (bahasa

percakapan)

i. Mengandung amanat dan pesan berharga untuk pembaca.


21

7. Unsur-Unsur Fabel

Teks fabel merupakan bagian dari karya sastra fiksi yaitu dongeng yang

termasuk dalam prosa. Prosa memiliki unsur intrinsik karya sastra seperti :

a. Tema atau pokok cerita

b. Alur yaitu jalan cerita atau plot yang terdiri dari alur maju, alur mundur,

dan campuran (alur maju dan alur mundur).

c. Latar atua setting terdiri dari suasana, waktu, tempat

d. Tokoh dalam fabel yaitu para binatang yang menjadi pelaku dalam cerita

(tokoh protagonis atau antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu)

e. Watak tokoh yaitu sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh cerita (seperti

sifat manusia)

f. Sudut pandang adalah cara pandang seorang pengarang atau pembaca

dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu sudut pandang

pertama dengan kata ganti aku, saya, kami, dan kita. Sudut pandang ketiga

dengan kata ganti mereka, nya, ia, dan dia.

g. Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca

fabel.

8. Jenis-Jenis Fabel

Ditinjau dari pemberian watak dan latarnya, dibedakan fabel alami dan

fabel adaptasi. Fabel alami menggunakan watak tokoh binatang seperti pada

kondisi alam nyata. Misalnya kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan

ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai,

kolam, dan sebagainya). Fabel adaptasi adalah fabel yang memberikan watak
22

tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan

tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang

pemalu berulang tahun di rumah makan.

Ditinjau dari kemunculan pesan dibedakan fabel dengan koda dan tanpa

koda. Fabel dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan

pengarang di akhir cerita. Sebaliknya, fabel tanpa koda tidak memberikan secara

eksplisit pesan pengarang di akhir cerita.

9. Defenisi dan Fungsi Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat

didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari

pengirim menuju penerima(Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al.,

2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai

pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi.

Kata media berasal dai bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari

medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi

pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alata dan bahan

kegiatan pembekajaran.

Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain:

a. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas

b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra


23

c. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar

d. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

e. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama

f. proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa

(komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat digunkan untuk menyalurkan pesan

(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,

pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media

dapat diketahui berdasarkn adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin

timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach

dan Ely dalam Ibrahim et.al., 2001) adalah sebagai berikut:

a. Kemampun fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan

menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini,

obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilemkan,

kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan

diamatai kembalai seperti kejadian aslinya


24

b. Kemampuan Manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali

obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (mnipulasi)

sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,

serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

c. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang

besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya

siaran TV.

10. Filem Kartun

Film kartun adalah salah satu contoh media pembelajaran yang bersifat

audio-visual. Film kartun merupakan gabungan dari gambar kartun yang

diproyeksikan sedemikan rupa hingga menjadi gambar bergerak yang

mempunyai cerita. Film kartun dapat disebut juga sebagai film animasi.

Film kartun adalah bentuk dari gambar animasi 2 Dimensi (2D). Kata

animasi dapat juga berarti memberikan hidup sebuah objek dengan cara

menggerakkan objek gambar dengan waktu tertentu (Sibero,2008:9). Menurut

Candra (dalam Pertiwi, 2012:1) animasi adalah sebuah rangkaian gambar atau

obyek yang bergerak dan seolah-olah hidup. Animasi tidak hanya digunakan

untuk hiburan saja, animasi dapat juga digunakan untuk media-media pendidikan,

informasi, dan media pengetahuan lainnya.

Media film kartun dipilih sebagai upaya mengatasi masalah karena media

film kartun (film kartun memiliki kelebihan antara lain: a) lebih mudah diingat

penggambaran karakter yang unik, b) efektif langsung pada sasaran yang


25

dituju, c) efisien sehingga memungkinkan frekuensi yang tinggi, d) lebih fleksibel

mewujudkan hal-hal khayal, e) dapat diproduksi setiap waktu, e) dapat

dikombinasikan dengan live action, f) kaya akan ekspresi warna (Waluyanto

:2006)

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa media film kartun

merupakan salah satu media pembelajaran berbentuk audio visual yang tidak

hanya digunakan sebagai media hiburan saja namun juga digunakan sebagai

media pendidikan.

11. Metode Think Pair Share

Think pair share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi

siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain.

Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi

faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan.

Pembelajaran koopertif model think pair share ini relatif lebih sederhana karena

tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun

mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani

berpendapat dan menghargai pendapat teman.

Think pair share adalah strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh

Frank Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Think

pair share mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu

diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think pair


26

share memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling

bantu satu sama lain.

Think pair share memiliki prosedur yang secara eksplisit memberi siswa

waktu untuk berfikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan

demikian, diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan

saling bergantung pada kelompok kecil secara koopertaif.

Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran TPS antara lain:

a. Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek.

1. Aspek bertanya

Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal

bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi

yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.

2. Aspek menyampaikan ide atau pendapat

Meliputi keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi

kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau

sanggahan ) saat kelompok lain presentasi.

b. Keterampilan sosial aspek bekerja sama

Keterampilan sosial siswa pada aspek yang bekerja sama meliputi

keterampilan sosial siswa dalam hal bekerja sama dengan teman dalam

satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.


27

c. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik

Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik, yaitu

keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari kelompok lain

saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain

berpendapat.

d. Komponen pembelajaran kooperatif tipe think pair share

Pembelajaran Think pair share mempunyai beberapa komponen.

1. Think (berfikir)

Pelakasanaan pembelajaran think pair share diawali dari berfikir

sendiri mengenai pemecahan suatu masalah. Tahap berfikir menuntut

siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar

lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan

guru.

2. Pair (Berpasangan)

Setelah diawali dengan berfikir, siswa kemudian diminta untuk

mendiskusiakn hasil pemikirannya secara berpasangan. Tahap diskusi

merupakan tahap menyatukan pendapat masing-masing siswa guna

memperdalam pengetahuan mereka. Diskusi dapat mendorong siswa

untuk aktif menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat

orang lain dalam kelompok serta mampu bekrja sama dengan orang

lain.
28

3. Share (berbagi)

Setelah mendiskusika hasil pemikirannya, pasangan-pasangan siswa

yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah

dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh

kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan

pendapatnya secara bertanggung jawab, serta mampu

mempertahankan pendapat yang telah disampaikannya.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran think pair share

1. Tahap satu, think (berfikir)

Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi

pelajaran. Proses think pair share dimulai pada saat ini, yaitu guru

mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berfikir ke seluruh kelas.

Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang

memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban.

2. Tahap dua, pair (berpasangan)

Padp siswa tahap ini siswa berfikir secara individu. Guru meminta kepada

siswa untuk berpsangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah

yang diberikan guru dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan

berdasrkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan

jadwal pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau

pemecahan masalah hasil pemikirannya.


29

3. Tahap tiga, share (berbagi)

Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju

bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap

terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam

bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama

dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.

B. Hasil Penelitian-Penelitian Relevan

Penelitian ini mengenai Meningkatkan Keterampilan Menyimak Fabel

dengan Menggunakan Media Film Kartun Melalui Metode Think Pair Share

Pada Siswa Kelas VII- 4 SMP Negeri 9 Tarakan. Berdasarkan eksplorasi

peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan tulisan ini.

Pertama penelitian dari Hariyati dari Fakulats Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Borneo

Tarakan 2017 berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyimak

Berita Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Student Achievement

Division ( STAD) Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Tarakan” persamaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama mengukur

keterampilan menyimak, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada media dan

model pembelajaran yang digunakan, karena dalam penelitian ini peneliti

menggunakan media film kartun dan metode think pair share, selain itu perbedan

penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 10 Tarakan sedangkan

penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 9 Tarakan.


30

Kedua dari Muli dari Fakulats Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Borneo Tarakan 2015

berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Menyimak Berita Dengan Menggunakan

STAD Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Tarakan”. persamaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama mengukur

keterampilan menyimak, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada media dan

model pembelajaran yang digunakan, karena dalam penelitian ini peneliti

menggunakan media film kartun dan metode think pair share selain itu perbedan

penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 10 Tarakan sedangkan

penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 9 Tarakan.

Ketiga dari Rani Melinda Aditama dari Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang 2010 berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Melalui Media Audio Dengan

Teknik Learning And Making Note Pada Siswa Kelas VII A SMP

Muhammadiyah 04 Sukorejo Kendal” persamaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu sama-sama mengukur keterampilan menyimak, Sedangkan

perbedaannya adalah tereletak pada media dan model pembelajaran karena dalam

penelitian ini peneliti menggunakan media film kartun dan metode think pair

share, dan peneliti relevan menggunkan media audio dan Teknik Learning And

Making Note, selain itu perbedaan penelitian yang dilaksanakan di kelas VII A

SMP Negeri 02 Batang, sedangkan penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 9

Tarakan.
C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran menyimak seringkali mengalami hambatan dan masalah,

baik dari guru yang mengajar maupun siswa itu sendiri. Masalah yang sering

ditemukan dalam menyimak fabel pada siswa kelas VII 4 SMP N 9 Tarakan

adalah penggunaan media pembelajaran yang kurang bervariasi. Selama ini,

media pembelajaran terbatas dan belum digunakan secara maksimal. Dalam

proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan guru membacakan fabel yang

telah disediakan dalam buku cetak. Hal ini menbuktikan bahwa guru tidak

menggunakan media yang bervariasi sehingga menyebabkan siswa t i d a k

termotivasi untuk belajar menyimak fabel.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk

mengubah kondisi tersebut. Untuk menarik perhatian siswa dalam menyimak

dilakukan penggunaan media yang sesuai. Media yang digunakan untuk menarik

perhatian siswa dalam penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menyimak

ini adalah media filem kartun.

Pembelajaran menyimak fabel melalui media film kartun yang akan

dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat mengatasi semua permasalahan yang

berhubungan dengan pembelajaran menyimak fabel. Selain itu, akan memberi

bahan simakan yang menarik yaitu berupa film kartun fabel yang juga dapat

memberikan ketertarikan dalam pembelajaran menyimak fabel.


32

Berikut merupakan bagan dari kerangka berfikir

Guru/Peneliti Siswa
KONDISI
AWAL dalam pembelajaran kemampuan
menyimak fabel tidak menyimak
menggunakan media dan siswa rendah
metode pembelajaran

SIKLUS I
Dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran
menyimak fabel guru
guru menggunakan
menggunakan media
TINDAKAN media film kartun dan
film kartun dan
metode think pair
metode think pair
share
share
sharemedpmbelajar

SIKLUS II
Dalam pembelajaran
KONDISI menyimak guru
Dengan menggunakan
AKHIR media filem kartun dan menggunakan media
metode think pair filem kartun dan
share dapat metode think pair
meningkatkan share
keterampilan
menyimak siswa

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas diajukan

hipotesis tindakan: Dengan menggunakan media film kartun melalui metode

think pair share pada pembelajaran menyimak fabel dapat meningkatkan

keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Negeri 9 Tarakan.


33

E. SMP Negeri 9 Tarakan

SMP Negeri 9 Tarakan adalah salah satu sekolah yang berada dikawasan

Tarakan Kalimantan Utara, berlokasi di Jalan P. Aji Iskandar (PERUM KORPRI)

Juata Kerikil Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. SMP Negeri 9 Tarakan

berdiri pada tanggal 18 Juni tahun 2000 berdasarkan Surat Keputusan Nomor

590/603/I-Peru-I/2000. Sekolah yang berdiri pada tahun 2000 silam ini, telah

mengalami pergantian Kepala sekolah sebanyak 7 (tujuh) kali. Kepala sekolah

yang pertama kali menjabat adalah Drs. Pangeran Sakai pada tahun 2000 s.d 2001,

selanjutnya adalah Sri Wahyuni, SE pada tahun 2001 s.d 2003. Pada tahun 2003

kepala sekolah dijabat oleh Drs. M. Boni Ponto M.Pd sampai tahun 2003.

Kemudian dari tahun 2003 diganti lagi oleh Mochammad Machfud, S.Pd periode

2003 s.d 2005 dan pada tahun 2005 s.d 2011 dijabat oleh Bapak Kurniawan, S.Pd.

pada bulan Oktober 2011 s.d Februari 2014 dijabat oleh Friny Napasti, S.Pd.,

M.Pd, dan sekarang posisi tersebut dijabat oleh DC. Mairon B. SE., M.Pd.

SMP Negeri 9 Tarakan memiliki 712 siswa yang terdiri dari 22 rombongan

belajar dengan rincian kelas VII berjumlah 8 rombongan belajar, kelas VIII

berjumlah 7 rombongan belajar, dan kelas 7 rombongan belajar. Kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan pada pagi hari dan sinag hari. Kelas pagi terdiri dari kelas

IX dan kelas VIII yang masuk pukul 07.30 dan pulang pukul 12.30. sedangkan

kelas siang terdiri dari kelas VII dan sebagian kelas VIII yang masuk pukul 12.45

dan pulang pukul 17.10. Jumlah tenaga pendidik di SMP Negeri 9 Tarakan

sebanyak 39 orang, terdiri dari 30 orang berstatus pegawai negeri dan 9 orang

berstatus pegawai honorer. SMP Negeri 9 Tarakan menempati sebidang tanah


34

dengan luas 10.000 m2, dengan jumlah ruang kelas pada tahun 2017/2018 adalah

10 ruangan, 1 ruang kepalas sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang Lab.Komputer dan Lab. Bahasa

(menggunakan ruang kelas), 1 ruang Lab.IPA, 1 ruang pantry, 1 ruang BK, 1

ruang OSIS, ruang Mushola, 1 gudang, 1 WC guru, dan 5 WC siswa. Sekolah ini

terletak di Jalan Pangeran Aji Iskandar (PERUM KORPRI) Juata Kerikil

Kecamatan Tarakan Utara Kota Tarakan Provinsi Kalimanta Utara.

Visi dan misi SMP Negeri 9 Tarakan adalah sebagai berikut.

Visi :

“BERIMAN, BERBUDAYA, UNGGUL DAN BERWAWASAN

LINGKUNGAN

Misi :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

kepada seluruh warga sekolah.

2. Membentuk generasi muda yang unggul dalam prestasi akademik dan non

akademik.

3. Menumbuhkan budaya belajar, kerja, displin, baca, sehat, bersih, dan

peduli pada pelestarian lingkungan.

4. Menumbuhkan rasa peduli yang tinggi terhadap peristiwa/gejala

lingkungan dan sosial yang terjadi.


35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut

Arikunto 2015:1) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang

memaparkan terjadinya sebab akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa

saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses

sejak awal pemberian sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah jenis

penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK di

kelasnya untuk meningkatkan kualitas pemebelajarannya. Istilah penelitian

tindakan kelas berasal dari bahasa barat yang dikenal dengan istilah Classroom

Action Research (CAR), sedangkan di Indonesia disebut dengan sebutan

penelitian tindakan kelas (PTK).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 9 Tarakan Jalan Pangeran Aji

Iskandar Tarakan Barat Kalimantan Utara. Penelitian dilakukan pada

bulan Mei pada semester dua tahun pembelajaran 2018/2019

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II (genap) tahun ajaran

2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei.

33
36

Daftar kegiatan selengkapnya pada tabel berikut ini

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian

No. Jenis Kegiatan Tahun

1. Penulisan proposal Bab I-III Februari s/d Maret 2018

2. Seminar Proposal Mei 2018

3. Pengambilan Data Mei 2018

4. Aanalsis Data Juni 2018

5. Seminar Hasil Juli 2018

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII – 4 SMP Negeri 9 Tarakan

yang berjumlah 30 orang siswa. Objek penelitian ini adalah Keterampilan

menyimak siswa kelas VII – 4 dengan menggunakan media film kartun melalui

metode think pair share

D. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan karakterstik dari PTK, penelitian ini dilaksanakan dalam dua

siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan kegiatan, diantaranya:

(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan (observasi), dan (4)

Refleksi.
3533

Gambar :Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2014:16)

1. Siklus I

Proses tindakan yang dilakukan pada siklus I ini meliputi tahapan

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap pembelajaran ini peneliti mempersiapkan proses

pembelajaran keterampilan menyimak fabel dengan langkah-langkah

(1) menyusun rencana pembelajaran yang berhubungan dengan

keterampilan menyimak fabel menggunakan media film kartun

melalui metode think pair share , (2) menyiapkan materi dan film

fabel yang akan dipertontonkan oleh siswa, (3) menyusun instrumen

tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal esai beserta penilaiannya,

sedangkan instrumen nontes yaitu lembar observasi, pedoman


34
36

wawancara, dan perekam (foto), (4) menyiapkan perangkat tes

yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran, dan menjalin

kerja sama dengan guru dan teman sejawat. Sebelum melakukan

langkah-langkah tersebut, peneliti terlebih dahulu membicarakan

kegiatan apa saja yang akan dilakukan dengan guru yang

mengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas

tersebut dan juga mencari informasi mengenai keadaan kelas tersebut.

b. Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang

telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan adalah

pembelajaran menyimak fabel menggunakan media film kartun

melalui metode think pair share. Pada tahap ini, dilakukan tiga

tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses

pembelajaran, dan penutup.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap

mengikuti proses pembelajaran dan guru bertanya jawab pada siswa

tentang hal-hal yang diketahui siswa mengenai fabel. Tujuan

apersepsi ini adalah untuk menggali pengalaman siswa tentang

fabel yang mereka ketahui. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yaitu agar siswa dapat memahami isi fabel. Selain itu guru juga

menyampaikan manfaat pembelajaran adalah agar siswa dapat

memperoleh amanat dari fabel yang telah disimak. Hal ini dilakukan

sebagai upaya menumbuhkan minat belajar siswa, siswa memiliki


35
37

motivasi belajar terlebih dahulu. Setelah siswa siap mengikuti

kegiatan, pembelajaran menyimak fabel menggunakan media film

kartun dengan metode think pair share dilaksanakan. Langkah-

langkahnya guru memberi penjelasan mengenai fabel, unsur-unsur

instrinsik fabel dan menemukan hal-hal menarik dalam cerita fabel yang

didengar. Siswa diminta menyimak fabel yang ditayangkan melalui

layar LCD yang berjudul “Belalang dan Semut”. Setelah siswa selesai

menyimak guru memberi pertanyaan pada siswa tentang unsur dalam

fabel yang meliputi tokoh, watak, tema, latar, sudut pandang, dan

amanat.

Tiap-tiap siswa (thinking) terlebih dahulu jawaban atas

idenfikasi unsur-unsur dalam fabel tersebut selama beberapa

menit. Pada tahap ini mulailah diterapkan metode think pair share

dengan langkah pertama berpikir (thingking). Pada tahap selanjutnya

guru membentuk siswa untuk berpsangan dalam kelompok (pairing).

Tiap kelompok terdiri dari atas 4 siswa. Pada tahap ini guru juga

menegaskan bahwa masing- masing anggota kelompok harus saling

membantu karena dalam evaluasi akhir akan ada nilai individu dan

nilai kelompok. Nilai kelompok diambil dari jumlah nilai individu

tiap anggota kelompok kemudian dirata-rata. Jika ada anggota

kelompok yang nilainya rendah maka nilai kelompok juga akan

rendah. Oleh karena itu, semua anggota kelompok harus bekerja sama

membantu anggota kelompok yang belum paham. Setelah dibentuk


36
38

kelompok, siswa diminta untuk mendiskusikan unsur-unsur fabel dan

menemukan hal-hal menarik dalam fabel yang telah dsimaknya

dengan cara bekerja sama dengan alasan agar tejadi komunikasi

dan interaksi belajar antar siswa karena dengan seperti itu siswa

akan menjadi paham. Kemudian guru meminta salah satu perwakilan

kelompok untuk mempresentasikan (sharing) hasil diskusinya di

depan kelas secara bergiliran dengan kelompok lain. Setelah selesai

presentasi, guru memberi penguatan dan penegasan terhadap hasil

kerja siwa. selanjutnya guru memberi evaluasi pada siswa.

Kemudian dilanjutkan kegiatan akhir siswa mengerjakan soal esai

yang diberikan oleh guru berkaitan dengan fabel yang didengarkan.

Pada tahap penutup guru dan siswa mengadakan refleksi dengan

menyimpulkan hasil pembelajaran, dan yang terakhir siswa menutup

pembelajaran dengan berdoa.

c. Observasi

Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-

tindakan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran menyimak

fabel menggunakan media film kartun melalui metode think pair

share. Dalam melakukan observasi ini data yang diperoleh melalui

beberapa cara, yaitu (1) tes yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan mengenai fabel

yang telah disimak, (2) observasi untuk mengetahui perilaku

atau aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (3)


37
39

wawancara digunakan untuk memperoleh data melalui pendapat siswa

yang dilakukan di luar kegiatan pembelajaran. Wawancara ini

dilakukan kepada siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedang,

rendah. Hal ini dilakukan untuk mengungkap data secara lengkap,

(4) Dokumentasi (kamera) sebagai laporan yang berupa gambar

aktivitas siswa selama penelitian. Hasil observasi ini digunakan

sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus II,

sehingga kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I

dapat diatasi pada siklus II, dan kelebihan-kelebihannya dapat

terus diperbaiki serta ditingkatkan lagi.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran, kegiatan ini

dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap

tindakan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan masukan dalam

menetapkan langkah selanjutnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini,

refleksi pada siklus I dijadikan masukan dalam menentukan langkah

pada siklus II. Dengan demikian, dilakukan perbaikan perencanaan

dan tindakan pada siklus II sehingga hasil pembelajaran yang

didapatkan maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dicari

pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan

ditingkatkan, sehingga akan di peroleh hasil pembelajaran yang lebih

baik pada siklus II.


38
40

2. Siklus II

Proses tindakan pada siklus II dilakukan berdasarkan hal-hal yang

kurang sesuai pada siklus I. Siklus II merupakan perbaikan-perbaikan

dari siklus I. pelaksanaan siklus II ini melalui tahap yang sama dengan

siklus I yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan

dilaksanakan pada siklus II dengan berpedoman pada refleksi pada

siklus I.

Rencana tindakan yang akan dilaksanakan adalah: (1) membuat

perbaikan rencana pembelajaran menyimak fabel menggunakan media

film kartun melalui metode think pair share, (2) menyiapkan

perangkat media film kartun dan layar LCD, (3) menyusun

perbaikan instrumen yang berupa data nontes dan tes. Data nontes

yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan alat dokumentasi

(kamera), sedangkan data yang berupa instrumen tes yaitu: soal esai

beserta penilaiannya.

b. Tindakan

Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada

siklus I. pada tahap ini guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang

terdapat pada menyimak fabel dengan media film kartun melalui

metode think pair share misalnya memberi variasi pada saat

menyimak fabel, penge m asan m at eri , yaitu fabel lebih menarik,


39
41

serta hal lain yang menggugah motivasi siswa. Kemudian siswa

diberi bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan kegiatan

menyimak fabel dengan media film kartun melalui metode think

pair share pada siklus II akan menjadi lebih baik. Kegiatan pada

siklus II yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan penutup.

1) Apersepsi

Pada tahap apersepsi siswa dikondisikan untuk siap mengikuti

proses pembelajaran dan guru bertanya jawab tentang

pengalaman siswa dalam menyimak fabel dengan media film

kartun. Kemudian siswa dan guru bertanya jawab mengenai fabel dan

unsur- unsurnya, dan guru menjelaskan tujuan dan manfaat

pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Proses Pembelajaran

Pada tahap selanjutnya kegiatan dimulai dengan guru

mengingatkan kemabli materi pembelajaran yang telah dipelajari pada

pertemuan sebelumnya. Guru menanyakan hal-hal yang kurang

dipahami dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan.

Guru menjelaskan fabel, unsurnya yang meliputi tokoh dan watak

tokoh, latar, tema, sudut pandang, dan amanat dan cara menemukan

hal-hal menarik dalam cerita fabel yang telah didengarkan. Setelah

semua siswa paham, guru memutarkan cerita fabel “Kancil dan

Buaya”. Setelah siwa menyimak guru memberi pertanyaan pada

siwa tentang unsur yang ada dalam fabel tersebut dan tiap-tiap
40
42

siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut kemudian

mengumpulkannya setelah selesai. Pada tahap inilah langkah

pertama metode think pair share mulai dilakukan, yaitu menyuruh

siswa berpikir (thingking) atas jawaban tertentu sebelum mereka

membentuk kelompok. Pada langkah selanjutnya yaitu guru

membentuk siswa berpasangan (pairing) dalam beberapa kelompok.

Satu kelompok terdiri dari atas 4 anak. Pada tahap ini guru juga

mengingatkan kembali bahwa masing-masing anggota kelompok harus

saling membantu karena dalam evaluasi akan ada nilai individu dan

kelompok. Nilai kelompok diambil dari jumlah nilai individu tiap

anggota kelompok kemudian dirata-rata. Jika ada anggota

kelompok yang nilainya rendah maka nilai kelompok juga akan

rendah. Oleh karena itu, semua anggota kelompok harus bekerjasama

membantu anggota kelompok yang belum paham. Setelah dibentuk

kelompok, siswa diminta untuk mendiskusikan unsur-unsur fabel yang

telah dsimaknya dengan cara bekerja sama dengan alasan agar tejadi

komunikasi dan interaksi belajar antar siswa karena dengan seperti

itu siswa akan menjadi paham. Setelah dibentuk kelompok selanjutnya

siswa mendikusikan unsur-unsur fabel dan menemukan hal-hal

menarik dalam fabel yang telah disimak. Langkah selanjutnya adalah

tiap-tiap kelompok mempresentasikan (sharing) hasil diskusi dengan

teman sekelasnya. Setelah seluruh kelompok selesai

mempresentasikan hasil diskusi memberi penguatan dan penegasan


4341

terhadap hasil kerja siswa. Pada tahap ini guru memberikan hadiah

pada kelompok yang aktif saat diskusi dan presentasi. Guru juga

mengingatkan akan memberi evaluasi akhir. Setelah presentasi selesai,

selanjutnya guru memberikan evaluasi pada siswa secara individu.

3) Penutup

Pada tahap penutup guru dan siswa melakukan refleksi hasil

belajar menyimak fabel sebagai perenungan agar materi benar-benar

dipahami oleh siswa, dan guru bersama siswa menutup pembelajaran

dengan berdoa.

3. Observasi

Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa

tetap diamati. Secara garis besar observasi yang dilakukan pada siklus II

masih sama dengan observasi pada siklus I. Adapun observasi yang

dilakukan berupa observasi tes dan nontes. Observasi tes digunakan

untuk mengetahui nilai tes menyimak fabel serta melihat perilaku siswa

pada saat menyimak fabel. Observasi pada data nontes dilakukan pada

observasi perilaku siswa selama pembelajaran, wawancara, dan

dokumentasi (kamera). Observasi data nontes digunakan sebagai penguat

hasil observasi tes.

Dalam tahap observasi data nontes ini, peneliti mempersiapkan

lembar pedoman observasi yang berisi pertanyaan mengenai perilaku

siswa, baik positif maupun negatif sewaktu pembelajaran menyimak


4442

fabel dengan media film kartun melalui metode think pair share.

Observasi pada kegiatan wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran.

siswa diminta untuk berpendapat mengenai pembelajaran yang baru

dilaksanakan. Obseravasi dokumentasi (kamera) dilakukan untuk

mengambil gambar siswa selama pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai

penguat data tes dan nontes.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus II ini merupakan koreksi dan perenungan

akhir dalam penelitian ini serta dilakukan untuk mengetahui keefektifan

penggunaan media film kartun dengan metode think pair share dalam

pembelajaran menyimak fabel, untuk melihat peningkatan keterampilan

menyimak fabel dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran. Semua kendala atau kelemahan tentang

pembelajaran menyimak yang ditemukan mulai dari awal perencanaan

sampai dengan hasil akhir pada siklus I telah diatasi pada siklus II.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk instrument tes dan non

test sebagai berikut. Tes digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan

data tentang keterampilan menyimak fabel siswa berupa tes menyimak fabel.

Nontes digunakan untuk mengumpulkan data tentang perubahan perilaku siswa

selama mengikuti pembelajaran menyimak fabel dengan media film kartun

melalui metode think pair share.


43
45

1. Instrumen Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai. Instrumen yang

berupa tes berisi soal dan esai yang harus diisi oleh siswa setelah

mereka menyimak fabel. Tes menyimak ini diadakan guna mengetahui

kemampuan menyimak fabel siswa setelah mengikuti pelajaran.

Ada dua aspek yang dijadikan kriteria penelitian dalam tes

menulis petunjuk, antara lain. (1) menentukan unsur-unsur instrinsik

dalam fabel meliputi: tema, amanat, tokoh, alur, latar, dan (2)

menemukan hal-hal menarik dari fabel. Kriteria-kriteria tersebut dapat

dilihat lebih rinci pada tabel dibawah

Tabel 3.2 Skor Penilaian Menyimak fabel

Skor Bobot Skor

Maksimal X
No Indikator
SB B C K SK Bobot
5 4 1 3 2
1 Menemukan unsur 40 32 24 16 K
8 8 40

intrinsik fabel : tema,

alur, tokoh, watak,

latar, sudut pandang,


2 Menemukan hal-hal 60 48 36 24 12 12 60
amanat.
menarik dalam fabel

Jumlah skor komulatif maksimal 100


44

Hasil menyimak siswa dianalisis dan nilai akhir dari tiap menyimak

digabung untuk mendapatkan nilai rata-rata menyimak fabel siswa. Aspek- aspek

yang dinilai dengan rentang skor dan kategori penilaian dapat dilihat pada tabel

2 berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Menyimak Fabel

No Aspek Skor Katerogi Kriteria

1 Menemukan unsur- 40 Sangat Siswa mampu


menemukan
unsur intrinsik dalam baik
unsur instrinsik
fabel meliputi:
dalam fabel meliputi :
tema,tokoh, tema, tokoh,
penokohan, alur, latar,
penokohan, alur, latar,
susdut pandang dan
sudut pandang dan
amanat. Tiap unsur
amanat instrinsink disebut
secara lengkap
32 Baik Siswa dapat

menemukan 3-4 unsur

instrinsik dalam fabel

yang diperdengarkan

secara lengkap.

24 Cukup Siswa hanya

menemukan 1-2 unsur

instrinsik dalam fabel

yang diperdengarkan
45

16 Kurang Siswa tidak dapat

menemukan unsur

instrinsik dalam fabel

yang diperdengarkan.

8 Sangat Siswa menyebut

kurang unsur instrinsik tidak

tepat.

2 Menemukan hal-hal 60 Sangat Siswa mampu

menarik dalam fabel baik mendengarkan 4

hal-hal menarik dari

cerita fabel yang

diperdengarkan.

48 Baik Siswa dapat

menemukan 3 hal-hal

menarik dari cerita

fabel yang

diperdengarkan.

36 Cukup Siswa menemukan

2 hal-hal menarik

dari cerita fabel

yang

diperdengarkan.

24 Kurang Siswa kurang dapat


46

menemukan hal-hal

menarik dalam fabel

12 Sangat Siswa

kurang menyebutkan hal-

hal menarik fabel

tetapi tidak

tepat.

Kriteria di atas digunakan guru menilai hasil menyimak fabel siswa.

Guru akan mengetahui kemampuan meyimak fabel siswa yang mendapat

nilai sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Penilaian

keterampilan menyimak fabel dapat dlihat pada table 3 berikut.

Tabel 3.4 Rentang skor dan kategori penilaian keterampilan

menyimak fabel

No Kategori Rentang Skor

1 Sangat baik 85-100

2 Baik 70-84

3 Cukup baik 55-69

4 Kurang baik 30-54

5 Sangat Kurang 0-29


47

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang dugunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi (kamera).

a. Lembar Observasi

Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh

peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada

saat pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan

memperhatikan sikap positif dan sikap negatif. Aspek perilaku yang

diamati dalam penelitian ini meliputi: (1) siswa memperhatikan pelajaran

dengan sungguh-sungguh, (2) siswa merespons positif (senang) dan

tertarik pada media film kartun, (3) siswa aktif bertanya ketika

mengalami kesulitan selama pembelajaran, (4) siswa bersemangat dalam

mengerjakan tes, dan (5) siswa menyimak dengan sikap yang baik.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang

pembelajaran menyimak fabel dengan media film kartun melalui metode

think pair share. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya

tinggi, sedang, rendah. Wawancara ini untuk mengetahui minat siswa

terhadap pembelajaran menyimak, khususnya menyimak fabel, untuk

mengetahui permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam

menyimak fabel, tanggapan mengenai pembelajaran, perasaan ketika

pembelajaran menyimak fabel dengan media film kartun.


48

51

c. Dokumentasi (kamera)

Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti pada penelitian

tindakan kelas ini berupa pengambila foto. Alat dokumentasi yang

digunakan untuk merekam dan mengambil gambar kegiatan siswa pada

saat pembelajaran berlangsung adalah kamera. Aspek yang diambil pada

perekaman (kamera) meliputi, (1) Aktivitas guru pada saat melakukan

apersepsi; (2) aktivitas siswa ketika mendengarkan penjelasan guru

tentang menyimak fabel; (3) aktivitas siswa ketika menyimak fabel; (4)

aktivitas siswa mengerjakan soal evaluasi. Masing-masing kegiatan

dalam pembelajaran diambil satu dokumen. Dengan cara ini

diharapkan memberikan gambaran mengenai situasi kelas, respon, dan

sikap siswa selama pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes.

Teknik tes digunakan untuk menyimak untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam menyimak fabel menggunakan perangkat tes, sedangkan perangkat nontes

digunaka untuk mengetahui respon siswa terhadap media pembelajaran yang

digunakan, yaitu pembelajaran fabel dengan menggunakan media film kartun

melalui metode think pair share. Data nontes diperoleh dengan cara observasi,

wawancara,dan dokumentasi.
49

52

1. Teknik Tes

Teknik yang digunakan dalam penelitian tes awal dan tes akhir, tes

awal dilakukan sekali pada siklus I untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan siswa tentang menyimak fabel dengan media film kartun

melalaui metode think pair share dan sampai mana keterampilan

menyimak siswa dengan menggunakan media film kartun metode think

pair shae. Setelah itu pada akhir siklus I dan II diadakan tes akhir. Tes

akhir dilakukan dengan memberikan tugas untuk menyimak fabel

secara individu. Tes ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

meyimak fabel dengan menemukan unsur intrinsik fabel dan

menemukan hal-hal menarik dari fabel yang diperdengarkan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data dengan tes

adalah: (1) menyiapkan soal tes berdasrkan strategi yang disiapkan, (2)

siswa ditugasi untuk menyimak fabel dari media film kartun melalui

laptop dan layar LCD, (3) siswa diminta untuk mencari unsur intrinsik

fabel dan menemukan hal-hal menarik dari fabel, (4) menilai dan

mengola data dari hasil penelitian, (5) peneliti mengukur keterampilan

menyimak siswa berdasarkan hasil tes siklus I dan II.

2. Teknik Nontes

Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, wawancara,

dan perekam (kamera). Teknik nontes ini digunakan untuk

mengetahui sejauh mana perubahan sikap siswa setelah diadakan

proses pembelajaran dengan media filem kartun.


50

53

a. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sikap dan

perubahan perilaku siswa baik yang positif maupun negatif

terhadap pembelajaran menyimak fabel dengan media film kartun

melalui metode think pair share.

Adapun tahap observasinya yaitu: (1) mempersiapkan lembar

observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan

siswa dalam menjelasakn penjelasan guru, keaktifan siswa dalam

mengerjakan tes, (2) melaksanakan observasi selama proses

pembelajaran yaitu mulai dari penejelasan guru, proses belajar

mengajar sampai dengan siswa menyimak, (3) mencatat hasil

observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

b. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data

penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran menyimak

fabel. wawancara dilakukan pada para siswa yang hasil tesnya

berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing kategori

diambil satu siswa. Dengan cara ini diharapkan jawaban yang

diberikan dapat mewakili pendapat seluruh siswa kelas VII – 4.

Adapun cara yangditempu peneliti dalam pelaksaan wawancara

yaitu: (1) mempersiapkan lemabar wawancara yang berisi daftar

pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa

yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik untuk kemudian diajak
51

wawancara, (3) merekam dan mencatat hasil wawancara dengan

menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan, (4) peneliti

meneliti jawaban siswa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang cukup penting karena berfungsi

sebagai bukti penelitian yang sudah dilakukan di SMP Negeri 9

Tarakan. Peneliti meminta bantuan rekan untuk mengambil gambar,

sehingga siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku

siswa pada saat pada saat siswa melakukan proses pembelajaran

menyimak fabel dengan media film kartun. Hasil dokumentasi ini

merupakan bukti autentik mengenai keadan tingkah laku siswa pada

saat pembelajaran menyimak fabel berlangsung.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara

kuantitatif dan kualitatif.

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang

diperoleh dari hasil tes menyimak fabel dengan media film kartun melalui

metode think pair share pada siklus I dan II. Hasil tes ditulis secara

presentase dengan langkah-langkah berikut: (1) merekap nilai yang

diperoleh siswa, (2) menghitung nilai komulatif dari tugas-tugas siswa,

(3) menghitung nilai rata-rata, (4) menghitung presentase

Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.


52

P = --------- = 100%

NxR

Keterangan:

P :Nilai presentase kemampuan siswa

K :Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas

N :Nilai maksimal soal tes

R :Jumlah responden dalam satu kelas

Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan

yaitu antara hasil siklus I dan II. Hasil ini akan memberikan gambaran

mengenai presentase peningkatan keterampilan menyimak fabel dengan

media film kartun melalui metode think pair share.

2. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif.

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisisan

data kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah

diisi saat pembelajaran, dan atau wawancara dianalisis dengan cara

membaca lagi data wawancara.

Hasil-hasil analisis tersebut untuk mengetahui siswa yang

mengalami kesulitan dalam menyimak fabel, untuk mengetahui

kelebihan, kekurangan pembelajaran menyimak fabel serta sebagai dasar


5653

untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak fabel dengan

media film kartun melalui metode think pair share, serta untuk

mengetahui perubahan perilaku siswa dalam menyimak fabel pada siklus

I dan siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa

terhadap pembelajaran menggunakan media film kartun melalui metode

think pair share.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

setelah diterapakan pembelajaran dengan menggunakan media film kartun

melalui metode think pair share pada pelajaran tentang Fabel, kualitas

keterampilan siswa dalam menyimak fabel ditandai dengan meningkatnya

skor rata-rata dan ketuntasan dalam belajar.


56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.

Agus Trianto, Titik Harsiati. 2016. Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Kurikulum

dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Arsyad, Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai

Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta. Gava Media.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Karunia, Ida. 2014. Penggunaan Media Filem kartun untuk meningkatkan

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V A SDN Balaskrumpik I No 434

Surabaya

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.

57
5857

Lampiran 1

Lembar Observasi

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Senin, 19-24 Februari 2018

Pertemuan : 2 x Pertemuan

Waktu : 11.30-13.20

Tempat : SMP Negeri 9 Tarakan

Deskripsi Catatan Lapangan

Pada hari senin tanggal 19 Februari 2018, peneliti tiba di SMP Negeri 9

Tarakan dan langsung bertemu dengan bapak DC. Mairon B., SE, M.Pd.

selaku kepala SMA Negeri 9 Tarakan. Selama peneliti berlangsung peneliti

memberikan surat izin melakukan penelitian, serta menjelaskan maksud dan

tujuan peneliti mengambil data di SMP Negeri 9 Tarakan. Kepala sekolah

mengatakan bahwa, beliau sangat senang menerima jika ada yang ingin

melakukan penelitian di sekolah setempat. Beliau juga mengatakan kepada

peneliti bahwa saat penelitian diharapkan pembelajaran berlangsung seperti

biasanya. selanjutnya setelah selesai wawancara dengan kepala sekolah,

kepala sekolah kemudian memanggil guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

khususnya kelas VII yaitu bapak Rizal Rohmad, S.Pd yang akan membantu

saya dalam proses pengambilan data selama penelitian di SMP negeri 9

Tarakan. Setelah mengetahui guru mata pelajaran bahasa indonesia saya pun

akhirnya mewawancarai beliau.


58
59

Lampiran 2

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

Nama SMP Negeri 9 Tahun 2017/2018

Sekolah Tarakan Pelajaran

Nama Guru Rizal Rohmad,

S.Pd

Tgl. 19 Februari

Wawancara 2018

1. Kurikulum apakah yang Bapak gunakan dalam mengajar bahasa indonesia

Guru mengatakan bahwa, menggunakan kurikulum 2013

2. Bagaimana respon siswa terhadap mata pelajaran bahasa indonesia ?

Guru mengatakan bahwa, sebenarnya kurikulum 2013 ini sangat

membantu siswa dalam belajar karena K13 bukan hanya guru yang

menjadi subjek namun siswalah juga subjeknya, tetapi untuk kemampuan

siswa masih belum bisa memendukung untuk betul-betul menerapkan K13

3. Apakah ada kendala dalam mengajar bahasa indonesia ?

Guru mengatakan bahwa sebenarnya kendala dalam mengajar bahasa

indonesia itu kendalanya dari siswa itu sendiri, dimana K13 guru hanya

memberikan garis besarnya saja selanjutnya siswa yang mencari dana

mengerjakan tugas-tugaas yang sudah ada, namun ketika di terpakan K13

belum semuanya bisa mengaplikasikannnya


6059

4. Dari beberapa keterampilan berbahasa, keterampilan apakah yang sukar di

pahami oleh siswa ?

Guru mengatakan bahwa, siswa masih kurang dalam keterampilan

menyimak, dan berbicara

5. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menyimak ?

Guru mengatakan bahwa, siswa masih belum mampu menyimak dengan

baik, karena ketika dalam pembelajaran menyimak suatu cerita yang

disampaikan oleh guru ketika diberikan umpan balik berupa pertanyaan

siswa masih belum mampu untuk menjawab.

6. Dalam keterampiln menyimak, apakah nilai yg di capai siwa sudah

memuaskan ?

Guru mengatakan bahwa, masih kurang

7. Media apakah yg digunakan dalam pembelajaran menyimak, khususnya

pembelajaran menyimak dongeng ?

Guru mengatakan bahwa, karena keterbatasan media jadi saya biasa hanya

menyampaikan cerita dan menyuruh siswa untuk membaca

8. Apakah yang bapak ketahui tentang media film kartun ?

Guru mengatakan bahwa, tentang media film kartun saya rasa akan lebih

baik dan siswa akan lebih cepat menangkap pelajaran mengingat usia

mereka yang baru beranjak dari bangku SD, mereka lebih mudah paham

dengan apa yang mereka lihat secara langsung dibandingkan dengan

hanyamendengarkansaja.
61 60

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Sekolah : SMP Negeri 9 Tarakan

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/ Genap

Tahun Pelajaran : 2017 / 2018

Materi Pokok : Cerita Fabel/Legenda

Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran x 45 Menit (1 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti

1. KI-1 dan KI-2: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung

jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai

dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat

dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan

kawasan internasional”.

2. KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan


62 61

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah

3. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu

menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

3.11 Mengidentifikasi 3.11.1 Menemukan unsur intrinsik dalam

informasi tentang cerita fabel

fabel /legenda daerah


3.11.2 Menemukan hal-hal yang menarik
setempat yang dibaca
dalam fabel
dan didengar.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur teks cerita fabel/legenda

daerah setemapat yang dibaca/ didengar

2. Siswa mampu menemukan hal-hal yang menarik dalam fabel


63 62

D. Materi Pembelajran

Fabel/legenda

 Pengertian cerita fabel

 Jenis cerita fabel

 Unsur-Unsur cerita fabel

 Ciri-ciri cerita fabel

 Tujuan komunikasi cerita fabel

E. Metode Pembelajaran

1. Metode : Tanya jawab, Diskusi, dan Penugasan, penemuan

F. Media, Alat, dan Sumber Belajar

1. Media

 Buku Bahasa Indonesia kelas VII

 Video fabel

2. Alat

 Laptop

 LCD

 Speaker/pengeras suara

 Papan tulis

 Spidol

3. Sumber Belajar

 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahasa Indonesia

SMP/MTs. Kelas VII. Edisi Revisi 2016. Halaman 209 s.d 234.
6463

G. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal (15 menit)

1. Peserta didik merespon salam dari pendidik;

2. Salah seorang peserta didik memimpin doa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing;

3. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

4. Peserta didik dan pendidik melakukan curah pendapat tentang cerita fabel

yang pernah didengar atau dibaca

5. Peserta didik menyepakati kegiatan yang akan dilakukan.

Kegiatan Inti (60 Menit)

Mengamati

1. Guru memberikan pengantar singkat tentang dongeng dan hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran menyimak fabel melalui

media film kartun dengan metode think pairs share,

2. Guru menjelaskan cara menemukan hal-hal menarik dalam cerita fabel

yang diperdengarkan

3. Siswa menyimak tayangan fabel yang berjudul “Semut dan Belalang” yang

disediakan oleh guru dan digunakan untuk dianalisis


65
64

Menanya

1. Guru Bertanya tentang fabel yang telah di dengar kepada siswa

2. Kemudian Guru menyuruh siswa secara individu untuk memikirkan

(Thinking) jawaban menemukan unsur instrinsik fabel dan menemukan

hal-hal menarik dalam fabel yang telah disimak,

3. Hasil dari siswa memikirkan (Thinking) jawaban kemudian guru

membentuk kelompok (Pairing)

Mengumpulkan Informasi

4. Hasil dari siswa memikirkan (Thinking) jawaban kemudian guru

membentuk kelompok (Pairing)

5. Setelah siswa membentuk kelompok lalu setiap kelompok dibagi 2 orang

secara berpasangan

Mengasosiasikan

6. Setiap pasangan mendiskusikan dan saling bertukar pikiran jawaban

fabel yang akan dianalisis

7. Kemudian hasil diskusi setiap pasangan digabungkan menjadi 1

kelompok,

Mengkomunikasikan

8. Setelah kelompok membuat hasil analisis, di dalam kelas, salah satu

anggota kelompok mempresentasikan (Sharing) di depan kelas

9. Setiap kelompok mengomentari hasil yang ditulis oleh siswa


66 65

10. Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah

dipresentasikan

11. Selanjutnya siswa dikondisikan pada posisi awal pembelajaran

12. Siswa mengerjakansoal esai secara individu

Penutup

17. Guru dan siswa mengadakan refleksi dengan menyimpulkan hasil

pembelajaran

18. Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan berdoa

H. Penilaian Hasil Pembelajaran

1. Teknik Penilaian

a. Tertulis

No. Indikator Penilaian

Teknik Bentuk No.

penilaian Instrumen

1 Siswa mampu Tes Tertulis Tes Uraian

menemukan unsur

instrinsik dalam

cerita fabel

2 Siswa mampu Tes Tertulis Tes Uraian

menemukan hal-hal

menarik dalam fabel


6766

Penilaian proses diarahkan pada kemampuan bekerjasama, ketekunan dalam

pelaksanaan tugas, partisipasi dalam diskusi dan sikap terbuka untuk

memperbaiki hasil pekerjaannya berdasarkan komentar teman/guru

1. Simaklah cerita fabel berikut ini !

contoh 1

Semut dan Belalang

Pada suatu pagi,terdapat segerombolan semut yang sedang bekerja mencari

makanan di dalam hutan. Mereka sangat bersemangat dalam bekerja karena

musim kemarau akan segera tiba. pada saat sedang bekerja, sang raja semut

bertemu dengan belalang. ketika itu, si belalang sedang asyik bermain musik.

raja semut pun bertanya kepada belalang, “wahai belalang mengapa kamu justru

bermain musik ? apakah kamu ttidak mengetahui bahwa musim kemarau akan

segera tiba ?”

“lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya belalang

Kamu harus mencari makanan dan minuman, karena bila musim kemarau

telah tiba, semua tanaman akan mati, kamu juga tidak akan bisa mencari air,

karena semua air akan mengering jadi kamu harus mempersiapkannya mulai

sekarang, agar nanti kamu tidak menyesal”. kata sang raja semut mengingatkan
68 67

“buat apa aku harus melakukannya, musim kemarau kan masih lama, hanya saja

kau yang terlalu bersemangat semut, sudahlah percuma saja aku berbicara

dengannmu” si belalang pun akhirnya pergi meninggalkan raja semut.

Waktu pun berlalau, tak terasa musim kemarau pun telah tiba. si belalang

bingung hendak mencari makanan kemana lagi, karena tidak ada satupun tanaman

yang ia temukan melainkan semuanya telah mati. akhurnya ia memutuskan untuk

pergi ke rumahnya semut, ketika ia telah sampai di rumahnya semut, ia telah

pingsan karena sudah terlalu lapar dan haus. untunglah saat itu ada salah satu

semut yang menemukannya dan dibawalah si belalanag ke dalam rumahnya,

setelah si belalang sadar, ia dijamu dengan berbagai macam buah-buahan dan

minuman oleh sang raja semut dan seluruh rakyatnya. Akhirnya, si belalang pun

sadar dan berjanji, bahwa mulai saat ini ia akan lebih giat dalam bekerja dan tak

akan bermalas malasan

2. Tulislah unsur-unsur fabel yang kamu peroleh setelah menyimak

fabel yang berjudul belalang dan semut!

3. Tuliskan hal-hal menarik pada cerita fabel yang berjudul Semut dan

Belalang yang telah dinonton !


69 68

Tabel 1 Skor Penilaian pada Tiap Indikator

Skor Bobot Skor maks x

Bobot
No Indikator SB B C K S
5 4 3 2 1
1 Menemukan unsur- K 8 40

unsur Intrinsik dalam

fabel
2 Menemukan hal-hal 12 60

menarik dalam cerita

fabel
Jumlah skor komulatif maksimal 100

Presentase kemampuan menyimak dongeng siswa

P = ----------- X 100 %

NXR

Keterangan:

P : Nilai persentase kemampuan siswa

K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas

N : Nilai maksimal soal tes

R : Jumlah responden dalam satu kelas


7069

Tarakan, 23 April 2018

Guru mata pelajaran, Guru Praktikan,

Rizal Rohmad, S.Pd Peni

NIP. NPM. 14601020018

Mengetahui,

Kepala SMP N 9 Tarakan

DC. Mairon B., SE, M.Pd

NIP : 195905051988011003
7170

Lampiran 4

Materi Pembelajaran

Fabel/legenda

1. Pengertian cerita fabel

2. Jenis cerita fabel

3. Unsur-Unsur cerita fabel

4. Ciri-ciri cerita fabel

5. Tujuan komunikasi cerita fabel

1. Pengertian cerita fabel

Fabel berasal dari bahasa latin yaitu fabulat. Isi dari fabel adalah cerita

tentang kehidupan binatang yang perilakunya mirip dengan manusia. Kemudian

kita bisa mengambil pelajaran dari cerita fabel. Fabel termasuk kategori cerita

fiksi atau khayalan. Cerita fabel sering disebut juga cerita moral karena isi dari

fabel sangat erat kaitannya dengan kehidupan moral manusia. Tokoh yang ada di

fabel adalah binatang. Binatang-binatang tersebut pada cerita fabel dikaitkan

dengan sifat yang ada pada manusia. Karakter pada cerita fabel ada yang baik dan

ada yang kurang baik atau berperilaku jahat. Mereka mempunyai sikap jujur,

pemberani, sopan, jahat, adu domba, licik, suka menipu,cerdik atau pintar, dan

melakukan tindakan yang terpuji. Cerita fabel disajikan untuk anak-anak, tetapi

berlaku juga untuk orang dewasa.


7271

2. Ciri-Ciri Fabel

a. Fabel mengambil tokoh para binatang

b. Watak yang digambarkan oleh para tokoh (binatang) di dalam fabel juga

menyerupai karakter manusia seperti baik, buruk, penyabar, pemarah, suka

menolong, ringan tangan, keras kepala, cerdik, egois, dan sebagainya.

c. Tokoh-tokoh fabel yang diperankan oleh para binatang dapat berfikir dan

berkomunikasi dan bertingkah laku layaknya manusia.

d. Sudut pandang yang digunakan di dalam fabel adalah orang ketiga

e. Jalan cerita menggunakan alur maju (runtut, dari awal hingga akhir)

f. Konflik cerita fabel meliputi permasalahan dunia bintang yang

menyerupai kehidupan manusia

g. Fabel dilengkapi dengan penggunaan latar tempat (hutan, sungai, gunung,

pepohonan, bebatuan, padang rumput, gua, semak, dan sebagainya), latar

waktu (pagi, siang, sore, malam), latar sosial dan latar emosional.

h. Ciri bahasa yang digunakan (a) kalimat naratif atau peristiwa (katak

mendatangi ikan yang sedang kehujanan, semut menyimpan makanan di

lubang), (b) kalimat langsung yang berupa dialog para tokoh, dan (c)

menggunakan kata sehari-hari dalam situasi tidak formal (bahasa

percakapan)

i. Mengandung amanat dan pesan berharga untuk pembaca.


73 72

3. Unsur-Unsur Fabel

Teks fabel merupakan bagian dari karya sastra fiksi yaitu dongeng yang

termasuk dalam prosa. Prosa memiliki unsur intrinsik karya sastra seperti :

a. Tema atau pokok cerita

b. Alur yaitu jalan cerita atau plot yang terdiri dari alur maju, alur mundur,

dan campuran (alur maju dan alur mundur).

c. Latar atua setting terdiri dari suasana, waktu, tempat

d. Tokoh dalam fabel yaitu para binatang yang menjadi pelaku dalam cerita

(tokoh protagonis atau antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu)

e. Watak tokoh yaitu sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh cerita (seperti

sifat manusia)

f. Sudut pandang adalah cara pandang seorang pengarang atau pembaca

dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu sudut pandang

pertama dengan kata ganti aku, saya, kami, dan kita. Sudut pandang ketiga

dengan kata ganti mereka, nya, ia, dan dia.

g. Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca

fabel.

4. Jenis-Jenis Fabel

Ditinjau dari pemberian watak dan latarnya, dibedakan fabel alami dan

fabel adaptasi. Fabel alami menggunakan watak tokoh binatang seperti pada

kondisi alam nyata. Misalnya kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan

ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai,
74 73

kolam, dan sebagainya). Fabel adaptasi adalah fabel yang memberikan watak

tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan

tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang

pemalu berulang tahun di rumah makan.

Ditinjau dari kemunculan pesan dibedakan fabel dengan koda dan tanpa

koda. Fabel dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan

pengarang di akhir cerita. Sebaliknya, fabel tanpa koda tidak memberikan secara

eksplisit pesan pengarang di akhir cerita.

5. Tujuan Komunikasi Fabel

Cerita fabel bertujuan tidak hanya untuk mengibur pembaca namun juga

sebagai sarana yang yang potensial dalam menanamkan nilai-nilai moral.

Anda mungkin juga menyukai