Anda di halaman 1dari 56

PERIBAHASA DAYAK KANAYATN BA’NGAPE DIALEK BINUA

SAKANIS DESA BAGAK KECAMATAN MENYUKE


KABUPATEN LANDAK

DESAIN PENELITIAN

Oleh

RESIE HESDIYANTI
NIM : 311910134

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2023
PERIBAHASA DAYAK KANAYATN BA’NGAPE DIALEK BINUA
SAKANIS DESA BAGAK KECAMATAN MENYUKE
KABUPATEN LANDAK

DESAIN PENELITIAN

Oleh

RESIE HESDIYANTI
NIM : 311910134

Desain penelitian ini diajukan sebagai syarat untuk menempuh seminar Desain
penelitian Pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI) Pontianak

Disetujui Oleh

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dewi Leni Mastuti, M.Pd Indriyana Uli, M.Pd


NPP. 2022013263 NPP. 2022012201
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan desain
penelitian ini dengan judul “Peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape Dialek Binua
Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak”. Desain Penelitian
ini disusun sebagai salah satu syarat yang diajukan sebagai persyaratan
menempuh seminar proposal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia IKIP PGRI Pontianak. Keberhasilan desain penelitian ini tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat,
penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Dewi Leni Mastuti, M.Pd sebagai dosen pembimbing utama yang banyak
memberikan masukan dan saran serta bimbingan secara intensif dan penuh
kesabaran kepada penulis selama proses penyusunan desain penelitian ini
sehingga desain penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Indriyana Uli, M.Pd sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan serta bimbingan secara intensif
dan penuh kesabaran kepada penulis selama proses penyusunan desain
penelitian ini.
3. Muhamad Firdaus, M.Pd sebagai Rektor IKIP-PGRI Pontianak yang telah
memberikan dorongan dan sarana dalam proses perkuliahan.
4. Muhammad Lahir, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni IKIP PGRI Pontianak yang telah memberikan kesempatan dan
persetujuan dalam penulisan desain penelitian ini.
5. Al Ashadi Alimin, M.Pd sebagai Wakil Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Seni IKIP PGRI Pontianak yang telah memberikan kesempatan dan
persetujuan dalam penulisan desain penelitian ini.
6. Muhammad Thamimi, M.Pd sebagai ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah membantu dan memberikan masukan dan
arahan kepada penulis.

i
7. Hariyadi, M.Pd sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak, yang telah memberikan kemudahan
dalam penyusunan desain penelitian ini.
8. Dr. Elva Sulastriana, M.Pd sebagai Pembimbing Akademik yang telah
membantu dan memberikan arahan dalam proses perkuliahan dan proses
pengajuan judul.
9. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
IKIP-PGRI Pontianak yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama
penulis menempuh perkuliahan.
10. Staf Prodi dan Akademik Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah memberikan dukungan dan pelayanan kepada penulis.
11. Orang tua tercinta, Bapak Silpanus Dino dan Ibu Yuliana Nita Cian yang
selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama penulisan desain
penelitian ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, khususnya kelas A sore angkatan 2019 dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan
dorongan kepada penulis sehingga terselesaikannya desain penelitian ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan desain
penelitian ini, apa bila terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
segala kekurangan dalam penyusunan desain penelitian ini.

Pontianak, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................iv
BAGIAN I RENCANA PENELITIAN...............................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian..................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................7
F. Metodologi Penelitian..................................................................8
1. Jenis dan Bentuk Penelitian...................................................8
2. Latar Penelitian....................................................................11
3. Data dan Sumber Data.........................................................11
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data....................................14
5. Teknik Analisis Data...........................................................18
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data..................................22
G. Jadwal Penelitian.......................................................................25

BAGIAN II PERIBAHASA DAYAK KANAYATN BA’NGAPE


DIALEK BINUA SAKANIS...........................................................28
A. Hakikat Peribahasa....................................................................28
1. Pengertian Peribahasa.........................................................28
2. Fungsi Peribahasa...............................................................29
3. Jenis-Jenis Peribahasa.........................................................29
B. Dayak Kanayatn Ba’Ngape.......................................................32
C. Dialek.........................................................................................33
D. Binua Sakanis............................................................................34
E. Hakikat Semantik.......................................................................35
1. Pengertian Semantik............................................................35
2. Makna .................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Data Informan..............................................................................40


Lampiran II Panduan Wawancara....................................................................43
Lampiran III. Tabel Kartu Data..........................................................................44
Lampiran IV. Surat Izin Pra Observasi...............................................................46
Lampiran V. Surat Balasan Izin Pra Observasi.................................................47
Lampiran VI. Dokumentasi Saat Pra Observasi.................................................48
Lampiran VII. Peta Wilayah Kabupaten Landak.................................................49
Lampiran VIII. Sketsa Wilayah Desa Bagak.........................................................50

iv
BAGIAN I
RENCANA PENELITIAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan warna lokal atau identitas suatu daerah yang
berkembang dan dilestarikan turun temurun sehingga dapat dijadikan
lambang atau identitas bangsa. Begitu pula halnya dengan bahasa dan sastra
yang dimiliki suatu daerah yang juga patut untuk dijaga dan dilestarikan agar
tetap menjadi jati diri bangsa dan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan,
guna perkembangan suatu bangsa, dengan bahasa masyarakat dapat saling
berkomunikasi dan berinteraksi.
Bahasa merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia
dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan untuk berinteraksi, baik dalam keluarga, masyarakat maupun
pendidikan, bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi sebuah
lambang tentu melambangkan sesuatu, yaitu suatu pengertian, suatu konsep,
suatu ide, atau pikiran, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna,
oleh karena itu bahasa dikatakan sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan
maupun tulisan. Dengan bahasa, manusia dapat mengatur kehidupannya
sehingga timbul kebudayaan, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan
masyarakat, begitupun halnya dengan bahasa daerah yang merupakan bentuk
kebudayaan dan alat komunikasi yang pertama dimiliki oleh setiap penutur
bahasa sehingga bahasa tersebut harus tetap dijaga dan dilestarikan guna
dapat menunjukan lambang identitas masyarakat penutur bahasa tersebut. Di
dalam tuturan bahasa daerah pastilah terdapat peribahasa yang menggunakan
bahasa daerah itu sendiri.
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu
maksud, keadaan seseorang atau hal-hal yang mengungkapkan kelakuan,
perbuatan mengenai diri seseorang. Berkaitan dengan hal ini Wisesa (2015:1)
mengemukakan bahwa peribahasa merupakan ayat atau kelompok kata yang
mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu, bidal,

1
2

pepatah. Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu perbandingan


makna yang sangat jelas. Ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi
perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
Dalam peribahasa tersimpan falsafah hidup masyarakat pemakainya.
Peribahasa itu bersifat tetap dan mengandung makna.
Makna merupakan kajian semantik yang berhubungan dengan bahasa
sebagai alat komunikasi. Makna merupakan hubungan lambang bunyi dengan
acuannya guna untuk memberikan penjelasan dari setiap lambang dan bahasa
yang diutarakan atau yang disampaikan oleh penutur bahasa. Makna dapat
diketahui secara langsung maupun tidak langsung, manusia dapat berbicara
menggunakan kata dan ekspresi diri yang dituangkannya, oleh karena itu
maka diperlukan makna untuk mengetahui maksud yang disampaikan
tersebut. Makna merupakan bidang kajian yang dibahas dalam ilmu semantik.
Semantik berkedudukan sebagai salah satu cabang ilmu linguistik
yang mempelajari tentang makna suatu kata dalam bahasa. Merebut makna
memang pekerjaan yang tidak mudah, tetapi butuh ketelitian. Hal ini
kemudian harus dilestarikan dalam realitas kehidupan sehingga generasi
mudah dapat memahaminya, tidak hanya memahami tentang peribahasa tetapi
mengetahui secara jelas maknanya. Kemudian makna tersebut dapat
dijadikaan pandangan hidup dan pijakkan dalam setiap tutur kata. Makna
tidak mungkin muncul sendirinya tanpa ada upaya pengolahan. Makna
biasanya terselubung, sehingga butuh pemaparan.
Pengkajian linguistik dalam peribahasa daerah adalah bentuk
pelestarian dalam peribahasa daerah dan dapat juga digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, sebagai referensi dalam
penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik dan memberikan motivasi
bahwa kajian linguistik penting dipelajari oleh peserta didik agar dapat
menjaga dan melestarikan bahasa. Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap cabang ilmu linguistik, karena ilmu linguistik
mempelajari tentang makna dan seluk beluk bahasa, linguistik juga memiliki
struktur yaitu salah satunya kajian semantik.
3

Penelitian kebahasaan haruslah ada keterkaitannya dalam dunia


pendidikan, dikarenakan mengacu pada ranah jenjang pendidikan yang
ditempuh oleh penulis yaitu masuk dalam ranah jenjang pendidikan. Dalam
penelitian ini juga terdapat keterkaitan dengan dunia pendidikan yaitu dalam
pembelajaran di sekolah. Peribahasa dapat dipelajari siswa di sekolah, materi
peribahasa dapat disisipkan dalam pembelajaran puisi, terutama dalam puisi
lama bagian gurindam, gurindam sendiri merupakan perpaduan antara sajak
dan peribahasa. dalam puisi biasanya terdapat peribahasa-peribahasa yang
patut dipelajari siswa untuk mengetahui arti dan maknanya agar apa yang
akan disampaikan di dalam puisi dapat diketahui secara menyeluruh artinya.
materi tersebut dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP/Mts) kelas VIII semester ganjil dalam kurikulum 2013 yaitu pada KI
3.7 mengidentifikasi unsuir-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
atau dibaca, dan KD 4.7 menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna
teks puisi yang diperdengarkan atau dibaca. Di dalam dunia pendidikan
pastilah akan mengalami kemajuan dalam cara pembelajarannya dan
perluasan materi pembelajaran, maka dengan hal ini penulis berniat untuk
mengangkat peribahasa daerah yang belum diketahui secara umum untuk
disebarkan secara lebih luas lagi dengan cara peribahasa daerah itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gunanya untuk mempermudah
orang lain untuk memahami arti peribahasa itu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan zaman
di dalam lingkungan masyarakat bukan hanya membawa dampak positif,
akan tetapi juga dapat memberikan pengaruh negatif dalam penggunaan
bahasa daerah, penutur bahasa mulai mengalami penurunan dalam
menuturkan bahasa daerah dan mulai mengunakan bahasa-bahasa yang
berbeda dengan bahasa aslinya. Hal ini dapat mengakibatkan kelestarian
bahasa daerah tersebut menjadi berkurang dan nilai-nilai budaya menjadi
memudar sehingga berpengaruh juga terhadap kredebilitas bangsa, karena
bahasa daerah juga merupakan aset bagi bangsa dan kebangaan bagi negara,
4

selaras dengan perkembangan dan kemajuan tersebut, tentu juga akan


berdampak negatif bagi masyarakat Dayak Kanayatn.
Penelitian ini membahas tentang peribahasa lebih tepatnya peribahasa
daerah. Alasan penulis memilih peribahasa mengacu terhadap permasalahan
yang ada, peribahasa sudah mulai dilupakan oleh generasi zaman sekarang
dikarenakan ada perubahan tuturan bahasa yang saat ini sudah
dikombinasikan dengan bahasa gaul sehingga membuat peribahasa ini juga
mengalami penurunan dalam penggunaan untuk berkomunikasi, jika tidak
segera mengambil kebijakan yang tepat maka generasi yang akan datang
tidak mengetahui, menjaga, dan tidak melestarikan peribahasa. penelitian ini
bertujuan untuk melestarikan peribahasa yang sudah ada sekarang agar dapat
disampaikan kepada generasi berikutnya dan untuk meminimalisir terjadinya
kepunahan peribahasa.
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis memiliki beberapa aspek
yang menjadi pertimbangan penulis memilih peribahasa daerah terutama
peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis sebagai objek
penelitian. Pertama, sebagai upaya melestarikan bahasa daerah dalam bentuk
peribahasa yang terancam hilang karena pengaruh perkembangan zaman dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, dalam kurikulum 2013
khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga mempelajari tentang
peribahasa yang disisipkan dalam materi puisi atau penyajian bahasa
Indonesia secara lisan dan tulisan. Ketiga, untuk mendokumentasikan, mejaga
dan melestarikan warna lokal atau budaya masyarakat. Sejalan dengan
permasalahan diatas, pengkajian bahasa daerah sangat perlu dilakukan, hal ini
bertujuan agar peran dan fungsi bahasa daerah tetap dapat dipertahankan
yaitu sebagai lambang dan identitas daerah. Selain itu untuk memperkenalkan
peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis ini dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dengan peribahasa yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia.
Suku Dayak terbagi menjadi banyak subs uku salah satunya Dayak
Kanayatn, Dayak Kanayatn termaksuk sub suku Dayak yang paling besar
5

cakupannya dari sub suku dayak yang lainnya. Dayak Kanayatn ini mayoritas
ada di Kabupaten Landak, Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis
merupakan salah satu sub suku dan tuturan bahasa yang ada di Kabupaten
Landak lebih tepatnya di Desa Bagak. Alasan penulis mengambil suku Dayak
Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis merujuk kepada besarnya jumlah
cakupan dayak Kanayatn yang ada di Kabupaten Landak dan penulis juga
salah satu orang yang menjadi penutur asli bahasa Dayak Kanayatn
Ba’Ngape Dialek Binua Sakanis.
Alasan penulis memilih Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten
Landak sebagai lokasi penelitian karena Pertama mayoritas penutur bahasa
Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis ada di Desa Bagak
Kecamatan Menyuke. Kedua penggunaan peribahasa masih digunakan
masyarakat Desa Bagak Kecamatan Menyuke sebagai bahasa tambahan atau
biasanya peribahasa disisipkan dalam berkomunikasi untuk mengumpamakan
sesuatu. Ketiga penulis juga termaksud penduduk asli Desa Bagak sehingga
dapat mempermudah penulis dalam berinteraksi dan berkomunikasi saat
melakukan penelitian.

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian


Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peribahasa
Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan
Menyuke Kabupaten Landak”. Berdasarkan fokus penelitian dapat
dirumuskan sub fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah jenis-jenis peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek
Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
2. Bagaimanakah makna dalam peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape
dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten
Landak?
6

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan mengetahui
peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis Desa Bagak
Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak. Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape
dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten
Landak?
2. Mendeskripsikan makna dalam peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape
dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten
Landak?

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoretis maupun secara praktis bagi semua pihak dan semua kaum
cendekiawan dalam menjaga dan melestarikan peribahasa daerah khususnya
peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis. Manfaat
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat untuk mendukung teori kajian linguistik
khususnya bidang semantik, yaitu kajian makna. Penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan ilmu kebahasaan, khususnya peribahasa
daerah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat terlebih khususnya bagi masyarakat Dayak
Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis tentang peribahasa guna
sebagai pemertahanan budaya.
b. Bagi Pendidik
Setiap temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan yang dapat mempermudah pemahaman setiap pendidik
7

dan peserta didik dan dijadikan bahan acuan referensi dalam


pelaksanaan pembelajaran.
c. Bagi Mahasiswa
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa bidang studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia, serta dapat dijadikan bahan bacaan atau
referensi untuk memahami tentang peribahasa dalam bahasa daerah.
d. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,
memberikan informasi, dokumentasi, serta wawasan baru guna
mengembangkan dan memajukan sumber daya manusia serta pola
pikir untuk kedepannya menjadi lebih baik terutama dalam
membangun dunia pendidikan.
e. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat memperkenalkan budaya-budaya
daerah yang dimiliki baik berupa bahasa maupun sastra yang kelak
akan tetap menjadi identitas suatu daerah, serta menjaga dan
melestarikan budaya daerah.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Melalui penjelasan istilah ini dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan penafsiran antara penulis dengan pembaca, penjelasan ini
mencakup fokus dan sub fokus penelitian. Penjelasan istilah yang dimaksud
antara lain sebagai berikut :
1. Konseptual fokus Penelitian
a. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang meyatakan suatu
maksud, mengumpamakan sesuatu, menyatakan keadaan seseorang,
atau hal-hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan mengenai diri
seseorang.
8

b. Dayak Kanayatn Ba’Ngape adalah salah satu dari sekian banyak sub
suku Dayak yang menghuni pulau Kalimantan, tepatnya di daerah
Kabupaten Landak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
c. Dialek adalah variasi bahasa pada kelompok masyarakat yang berada
pada suatu tempat, wilayah atau daerah tertentu, selain itu dialek juga
dapat digunakan untuk membedakan tuturan dari sudut pandang kelas
sosial dan kelompok yang berbeda dengan kelompok lain atau sebagai
ciri khas dari daerah mana penutur bahasa berasal.
d. Binua Sakanis adalah pengelompokan tempat atau perkampungan
menjadi satu daerah atau benua (secara suku Dayak) dengan tradisi,
adat istiadat, budaya, serta bahasa yang sama.
2. Konseptual Sub Fokus Penelitian
a. Jenis-jenis peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua
Sakanis terdapat lima jenis peribahasa, yaitu peribahasa pepatah,
perumpamaan, ibarat, tamsil, dan pameo.
b. Makna adalah hubungan lambang bunyi dengan acuannya guna untuk
memberikan penjelasan
c. dari setiap lambang dan bahasa yang diutarakan atau disampaikan
oleh penutur bahasa.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Bentuk Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian atau jenis metode penelitian merupakan aspek
yang sangat berpengaruh terhadap hasil suatu penelitian. Jenis metode
penelitian merupakan pendekatan atau cara ilmiah yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi dan data dengan tujuan tertentu.
Sejalan dengan hal ini Siswantoro (2021:55) mengatakan bahwa
metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam usaha
memecahkan masalah yang diteliti. Sejalan dengan pendapat di atas
Sugiyono (2013:6) mengatakan bahwa metode penelitian pada
9

dasarnya merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang


valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dapat
dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah dalam pendidikan. Moleong (2018: 11) menegaskan bahwa
“dalam metode deskriptif, data yang dikumpulkan adalah data berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis
metode deskriptif adalah langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu
objek atau subjek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya dalam tulisan yang bersifat naratif
yang berarti data yang dikumpulkan berupa kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Penggunaan jenis metode deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambar, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat secara hubungan antar
fenomena yang diselidiki.
Penulis menggunakan jenis metode deskriptif dalam penelitian
ini karena sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu penelitian yang
berkaitan dengan penggambaran atau pendeskripsian objek penelitian
berdasarkan fakta yang tampak seperti apa adanya. Melalui metode
deskriptif seorang penulis dituntut mengungkapkan fakta-fakta yang
tampak atau data dengan cara memberikan deskripsi karena tujuan
penelitian ini mendeskripsikan serta memberikan gambaran secara
objektif tentang peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua
Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
b. Bentuk Penelitian
Setiap jenis penelitian pasti mempunyai bentuk penelitian,
seperti halnya dengan jenis penelitian deskriptif. Bentuk penelitian
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian
kualitatif. Hal ini disesuaikan dengan objek penelitian, karena data
10

yang akan dikumpulkan analisisnya lebih bersifat mendeskripsikan


kata-kata atau kalimat bukan angka-angka.
Sejalan dengan hal itu Moleong (2014:10) mengatakan bahwa
“penelitian kualitatif adalah suatu tradisi dalam ilmu pengetahuan yang
secara pundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasa dan peristilahannya”. Menurut Hardani dkk (2020:255)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penekanan pada
proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur,
menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat
antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi yang membentuk
penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara munculnya pengalaman sosial
sekaligus perolehan maknanya. Sidiq dan Choiri (2019: 4) juga
menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu strategi
inquiri yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep,
karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu
fenomena, fokus dan multimetode bersifat alami dan holistik,
mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan
secara naratif. Ini berarti bahwa penelitian kualitatif mempelajari
tentang ilmu pengetahuan berdasarkan pada pengamatan dan
penyelidikan untuk mengetahui isi makna yang diteliti yaitu berupa
pendeskripsian data penelitian. kualitatif menurut Anderson (Fauzi
dkk, 2022:13) “meliputi mengumpulkan, menganalisis, dan meng-
interpretasi data yang tidak mudah direduksi menjadi angka”.
Berdasarkan pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bukan berupa angka-angka
melainkan berupa kata-kata atau kalimat yang berdasarkan deskriptif
atau yang disebut dengan kualitatif deskriptif, dari penelitian kualitatif
yang berupa kata-kata atau kalimat ini mengacu pada teori-teori yang
berhubungan dengan objek penelitian untuk menunjang hasil dan
validitas data yang sebenarnya. Penelitian kualitatif juga mengharuskan
11

penulis untuk dapat secara langsung mencari data di lapangan untuk


menjawab seluruh permasalahan, terutama yang berkaitan dengan
fokus penelitian.
2. Latar Penelitian
Latar penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan.
Pemilihan latar dalam penelitian ini berdasarkan kondisi dan keadaan yang
nyaman menurut penelitian. Penelitian bertujuan untuk mendapat
gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan
dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian observasi. Oleh
karena itu, maka penulis menetapkan lokasi dalam penelitian ini di
laksanakan di sekitaran Desa Bagak Kecamatan Menyuke kabupaten
Landak. Desa bagak terdiri atas Dusun Bagak, Dusun Date Nanga, Dusun
Panji, dan Dusun Jering.
Alasan penulis melakukan penelitian ini di Desa Bagak karena
penduduk aslinya mayoritas suku Dayak Kanayatn Ba’Ngape dan bahasa
yang digunakan didaerah tersebut menggunakan bahasa Dayak Kanayatn
Ba’Ngape. Penulis memilih Desa Bagak sebagai tempat penelitian karena
penulis juga sebagai penduduk asli daerah tersebut dan juga sebagai
penutur asli bahasa Dayak Kanayat Ba’Ngape. Sehingga akan
mempermudah penulis dalam berinteraksi dan berkomunikasi pada saat
pengumpulan data atau penelitian.
3. Data dan Sumber Data Penelitian
Data dan sumber data dalam suatu penelitian merupakan hal yang
penting dalam sebuah penelitian. Sumber data merupakan subjek darimana
data tersebut diperoleh, sedangkan data penelitian merupakan bahan yang
akan dijadikan objek penelitian.
a. Data Penelitian
Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data
yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran
spesifik mengenai objek penelitian. Data dalam penelitian ini adalah
kata-kata dan kalimat yang diucapkan dan oleh informan. Sejalan
12

dengan hal ini Moleong (2017:11) menegaskan bahwa data yang


dikumpulkan adalah kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian kualitatif adalah data yan
berupa kata-kata dan gambar, baik itu secara lisan maupun tulisan dan
bukan angka-angka. Siswantoro (2021:70) mengatakan bahwa “data
adalah sumber informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisis”.
Menurut Suyoto dan Sodik (2015:67) Data adalah sesuatu yang belum
mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya
pengolahan. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti
untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan
peneliti. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang
dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan
penelitian berlangsung.
Dari beberapa penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
data merupakan kata-kata, kalimat dan gambar baik itu lisan maupun
tulisan yang dituturkan oleh orang dalam berkomunikasi. Adapun data
dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata dan kalimat dalam
peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis Desa
Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak. Kata yang di maksud
adalah kata yang mengandung makna berdasarkan jenis-jenis
peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis yang
dituturkan oleh informan. Data tersebut yaitu peribahasa Dayak
Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan
menyuke kabupaten Landak.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Berkaitan dengan hal ini Loflan (Moleong, 2014:157)
menyatakan bahwa “sumber data utama dalam penelitian ialah kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain”. Jakni (2017:65) mengatakan bahwa dikalangan peneliti
kualitatif, istilah responden atau subjek penelitian disebut dengan
13

informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang


diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2017:293)
mendefinisikan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai
informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1)
Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayatinya 2) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung
atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti 3) Mereka yang
mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi 4) Mereka
yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya
sendiri 5) Mereka yang dijadikan pada mulanya tergolong “cukup
asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan
semacam guru atau narasumber
Setiap penelitian harus ada subjek penelitiannya dan harus
ditentukan siapa yang menjadi subjek dari penelitian, begitu pula
dengan penelitian kebahasaan, sumber data dalam penelitian ini adalah
para informan dewan adat Dayak Kanayatn Ba’Ngape Kecamatan
Menyuke. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
sumber data merupakan responden yang dijadikan sebagai sumber data
dalam penelitian atau sebagai subjek dalam penelitian. Sumber data
atau informan tidak boleh sembarang orang melainkan mereka yang
tahu secara mendalam tentang adat istiadat dan kebudayaan serta
bahasa yang digunakan masyarakat Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek
Binua Sakanis. Para informan tersebut tentunya sudah memahami
tentang peribahasa-peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek
Binua Sakanis karena mereka merupakan para tokoh-tokoh adat yang
ada di daerah tempat penelitian ini akan dilaksanakan. Berikut data
informan yang akan menjadi narasumber dalam penelitian ini.
14

1) Nama : Janteng
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun Date Nanga
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : Strata 1 (S1)
2) Nama : Sujono Abir
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Dusun Date Nanga
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMA
3) Nama : Sungki
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Dusun Date Nanga
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : Strata 1 (S1)
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data, metode menunjukan suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan melalui teknik yang dipilih dalam melakukan penelitian.
Sedangkan alat pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data yang akan diperolehnya. Pengumpulan
data harus dilakukan dengan sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah
penelitian. Oleh karena itu, pemilihan teknik dan alat pengumpul data
yang sesuai perlu diperhatikan. Adapun teknik dan alat pengumpul data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan
dalam mengumpulkan data dengan alat pengumpul data yang cocok
15

untuk digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini penulis


bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam
upaya mengumpulkan data-data dilapangan. Teknik pengumpul data
digunakan untuk memperoleh data yang objektif untuk memecahkan
masalah dan sub masalah yang ada. Sejalan dengan hal ini Hardani
dkk (2020:120-121) mengemukakan bahwa “teknik pengumpul data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.
Menurut Sugiyono (2017:62) “pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai
cara”. Keterlibatan penulis secara langsung di lapangan diharapkan
mampu menjadi tolak ukur keberhasilan untuk memahami masalah
yang diteliti. Selain berperan langsung penulis juga menggunakan
teknik lain sebagai pendukung, antara lain sebagai berikut:
1) Teknik Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan dua
orang atau lebih yang bertukar informasi melalui tanya jawab
sehingga akan menghasilkan data yang akurat. Sejalan dengan hal
ini Sidiq dan Choiri (2019:61-62) mengemukakan bahwa
“wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang
dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan
dalam setting alamiah, di mana arah pembicaraan mengacu kepada
tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai
landasan utama dalam proses memahami”. Menurut Suardi (2019
144-145) “wawancara merupakan salah satu metode yang sangat
mendukung proses pengumpulan data untuk mendapatkan hasil
yang lebih valid dan langsung dari sumbernya sendiri”. Sejalan
dengan itu Sugiyono (2016:137) mengemukakan bahwa
“wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
16

permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin


mengetahui hal-hal dari respondennya sedikit/kecil”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara
adalah interaksi komunikasi atau sebuah proses untuk
mengumpulkan data yang valid dan akurat untuk menemukan hasil
dari permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara yang penulis
gunakan dalam pengumpulan data ini berguna untuk
mengumpulkan data dari informan terkait dengan peribahasa
Dayak kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis ini dengan
memperhatikan pedoman wawancara yang sudah penulis buat.
2) Teknik Rekam
Teknik rekam dilakukan dengan maksud agar membantu
penulis dalam proses pencatatan atau menstranskip data, agar data
dapat ditulis kembali secara keseluruhan. Hal ini membuktikan
bahwa penulis tidak merekayasa data-data yang diperoleh benar-
benar ada. Menurut Mahsun (2014:95) mengatakan “teknik rekam
merupakan teknik yang dilakukan merekam bahasa yang
dituturkan oleh pemiliknya. Teknik ini dapat digunakan secara
bersama-sama jika pengguna bahasa yang disadap itu berwujud
secara lisan”. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013:85) teknik
rekaman adalah salah satu dari pengumpulan data kualitatif.
Perekam digunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan
pencatatan atau mentranskipkan mantra-mantra supaya
memudahkan dalam menganalisis struktur mantra ncangi punou
pada upacara tebas ladang.
Proses perekaman terhadap peribahasa yang terdapat di
masyarakat Dayak Desa Bagak yang dibacakan atau diungkapan
oleh informan sebagai informasi dengan menggunakan telepon
genggam untuk merekam peribahasa pada saat informan
membacakan atau mengungkapkan peribahasa. Teknik perekaman
digunakan untuk membantu penulis dalam melakukan pencatatan
17

atau mentranskipkan peribaasa yang pada akhirnya memudahkan


dalam penterjemahan peribahasa tersebut dari bahasa daerah
menjadi bahasa indonesia.
b. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data adalah media yang digunakan untuk
menunjang teknik penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu,
berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data dalam
rencana penelitian ini untuk mempermudah penulis dalam
mendapatkan data yang akan diteliti. Menurut Moleong (2014:9)
“peneliti sendiri atau bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan
data yang utama”. Sejalan dengan hal itu Sugiyono (2013: 292)
mengemukakan bahwa “instrumen utama dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti”. Alat pengumpul data
yang akan digunakan penulis pada penelitian ini adalah peneliti
sendiri sebagai instrumen kunci, adapun alat yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah suatu alat yang digunakan
untuk menggali suatu informasi yang ada melalui narasumber
sebagai sumber untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Pedoman wawancara ini bertujuan agar penelitian ini lebih terarah.
Pedoman wawancara ini tentunya berisi pertanyaan-pertanyaan
yang berkaita dengan rumusan masalah dalam penelitian yang akan
diajukan kepada narasumber sebagai bahan tuturan peribahasa
Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis di Desa Bagak
Kecamatan Menyuke.
2) Alat Rekam
Alat rekam adalah alat untuk merekam percakapa antara
penulis dan informan gunanya untuk mempermudah penulis dalam
mengumpulkan data. Alat rekam yang digunakan penulis dalam
perekaman yaitu berupa Handphone atau telepon genggam,
18

dengan Handphone atau telepon genggam ini penulis merekam


percakapan yang dilakukan bersama narasumber, data berupa kata
dan kalimat secara lisan mengenai peribahasa Dayak Kanayatn
Ba’Ngape dialek Binua Sakanis yang dituturkan narasumber.
3) Kartu Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kartu data, kartu
data ini berfungsi untuk mencatat setiap data berdasarkan jenis dan
makna kata dan kalimat dalam tuturan peribahasa Dayak Kanayatn
Ba’Ngape dialek Binua Sakanis yang sesuai dengan sub fokus
dalam penelitian ini yang telah dibuat sebelumnya yaitu
berdasarkan ragam jenis dan makna dalam peribahasa Dayak
Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis. Peribahasa yang
diambil datanya melalui teknik dan alat pengumpulan data yang
kemudian diklasifikasikan setelah itu diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia kemudian dianalisis dan dimasukan ke dalam
kartu data.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengolah
dan memproses data menjadi sebuah hasil atau informasi yang valid.
Proesnya juga sistematis dengan menganalisis dan menyusun data yang
didapatkan dari dokumentasi, wawancara dan lain sebagainya.
Sejalan dengan hal ini Moleong (2014:280) mengemukakan
bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Sejalan dengan pendapat Hardani dkk (2020:161)
menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabar ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
19

membuat simpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang


lain.
Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa teknik analisis
data merupakan cara atau metode yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut
menjadi mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain mengenai
masalah yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah teknik model analisis interaktif. Teknik ini
menggambarkan dan menginterprestasikan arti data-data yang telah
terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin
aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.
Pengelompokan dan penyamaan data yang sama dan membedakan data
yang berbeda ke dalam kelompok yang serupa, yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode pengumpulan data, tahap selanjutnya peneliti akan
akan mengorganisasikan data, memilih menjadi satuan yang dikelola,
mengelola dan menganalisis data serta menyimpulkan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Penyajian Data
(Data Display)

Reduksi Data
(Data Reduction)

Penarikan Kesimpulan
(Conclusions:Drawing/
Verifying)

Gambar 1.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)


oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2022:247).
20

Dari Penjelasan gambar di atas yaitu proses pertama yang


dilakukan penulis yaitu pengumpulan data, sebelum meakukan analisis
data harus sudah terkumpul, proses yang kedua terdapat dua cabang arah
anak panah yang menunjukan penyajian data dan reduksi data yang artinya
sebelum dianalisis maka data harus disaring atau dipilih terlebih dahulu
mana yang akan dijadikan sebagai fokus analisis kemudian barulah proses
yang terakhir yaitu penarikan kesimpulan.
Analisis data yang dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan memperhatikan
pedoman wawancara pada saat proses penelitian dimulai. Prosedur analisis
data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Collection atau Pengumpulan data dilakukan analisis awal
bersamaan dengan pengamatan selama pengumpulan data
berlangsung. Proses analisis awal dilakukan, yaitu dengan melakukan
reduksi data, mengidentifikasi data dan mengklasifikasikan data
dengan teknik wawancara dan rekam.
b. Langkah Selanjutnya adalah data reduction atau mereduksi data.
Reduksi data merupakan proses mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan data, menyeleksi, memfokuskan, penyederhanaan
dan dengan cara memilah data yang banyak, kemudian dipilih untuk
menemukan fokus. Data yang sejenis direduksi untuk menemukan
sistem atau kaidah yang dicari sesuai dengan objek kajian. Data yang
diperlukan untuk menunjang proses pengidentifikasi dan
pengklasifikasi data dikumpulkan dari peribahasa Dayak Kanayatn
Ba’Ngape dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke
Kabupaten Landak
c. Setelah mereduksi data langkah selanjutnya adalah menyajikan data
atau data display, menyajikan data merupakan proses penyusunan
informasi atau mendeskripsian data yang sudah ditemukan dalam
rangka menjawab permasalahan penelitian. Artinya, data yang
diperoleh dari kegiatan wawancara dengan memperhatikan pedoman
21

wawancara dan pencatatan data serta perekaman peribahasa Dayak


Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis dideskripsikan untuk
menemukan bukti-bukti dan menjawab masalah yang diteliti.
d. Langkah terakhir yang dilakukan adalah proses conculusions atau
penarikan kesimpulan. Penarikan simpulan disusun berdasarkan
temuan selama proses penelitian data dalam tahap penulisan hasil
penelitian, sehingga diperoleh simpulan yang dikehendaki secara
menyeluruh sesuai dengan fokus dan sub fokus masalah penelitian,
yaitu (1) jenis-jenis peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek
Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak,
(2) makna dalam peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua
Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
Untuk mendeskripsikan data peribahasa Dayak Kanayatn
Ba’Ngape dialek Binua Sakanis Desa Bagak Kecamatan Menyuke
Kabupaten Landak maka akan ditempuh langkah-langkah berikut ini:
a. Melakukan wawancara dengan informan terkait dengan peribahasa
Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis.
b. Merekam percakapan informan terkait dengan peribahasa Dayak
Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis.
c. Mencatat peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua
Sakanis.
d. Mentraskip peribahasa yang sudah didapatkan dari informan ke dalam
bahasa Indonesia.
e. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan sub fokus
penelitian yang berkaitan dengan jenis-jenis dan makna dalam
peribahasa dengan menggunakan kartu data sebagai alat bantu.
f. Melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan cara triangulasi
sumber, triangulasi teori dan triangulasi metode
g. Menarik kesimpulan dari data hasil penelitian.
22

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data


Teknik pemeriksaan keabsahan data berfungsi untuk mengecek
tingkat kredibilitas data yang telah dikumpulkan. Banyak penelitian
kualitatif yang diragukan keabsahannya karena subjektivitas penelitian
merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitatif.
Sejalan dengan hal ini Sugiyono (2013:270) mengemukakan
bahwa uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjang pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchek. Menurut Sidiq
dan Choiri (2019:94) “triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan
berbagai waktu”. Sugiyono (2022:273) menyatakan bahwa triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada banyak cara
untuk menguji keabsahan data. Penelitian kualitatif sangat diperlukan
keabsahan datanya, maka dari itu penulis membutuhkan cara yang akurat
untuk menentukan keabsahan data tersebut yaitu dengan menggunakan
teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber, teknik, dan waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Sejalan dengan hal ini Menurut Sidiq dan Choiri
(2019:94) “Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber”. Menurut Sugiyono (2022:274) mengemukakan
bahwa triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
23

sumber. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan


seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan,
dikategorikan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana
spesifik dari ketiga sumber tersebut sehingga menghasilkan
kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakan dengan tiga sumber
data tersebut.
Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan triangulasi
sumber adalah cara yang dilakukan untuk menguji keabsahan data dari
beberapa sumber data, kaitannya dengan penelitian ini untuk
memperkuat keabsahan data yang berupa kutipan-kutipan peribahasa
Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis yang didapatkan
dari beberapa sumber data, penulis akan kembali melakukan
wawancara dengan informan atau narasumber secara bersama-sama
dalam waktu yang sama untuk mendapatkan kesepakatan data yang
benar-benar valid .
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah teknik yang dilakukan dengan
mengecek data menggunakan teknik yang berbeda dengan sumber
yang sama. Sejalan dengan hal ini Sidiq dan Choiri (2019:95)
mengemukakan bahwa “triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda”. Menurut Sugiyono (2022:274)
triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga
teknik pengujian kreadibilitas data tersebut, menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka penulis melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data
mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena
sudut pandangnya berbeda-beda.
24

Berkaitan dengan penelitian ini, penulis menggunakan teknik


yang berbeda untuk membuktikan kebenaran suatu data. Sebelumnya
penulis menggunakan teknik wawancara maka untuk menguji
keabsahan datanya penulis akan menggunakan teknik observasi yang
dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematik yang
tidak didapatkan dari wawancara. Dengan cara mengamati informan
maupun masyarakat sekitar yang sedang menggunakan peribahasa
dalam komunikasinya.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu adalah teknik yang digunakan untuk menguji
keabsahan data dengan waktu dan situasi yang berbeda. Sejalan
dengan hal ini Sidiq dan Choiri (2019:95) mengemukakan bahwa
waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian kreadibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Menurut Sugiyono (2022:274) waktu juga sering
mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan
teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila
hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa triangulasi
waktu adalah cara yang dilakukan untuk melihat keabsahan data
dengan waktu dan situasi yang berbeda. Sebelumnya rencana
penelitian ini akan penulis lakukan wawancara pada siang hari dan
25

sore hari, mengingat sumber data sulit untuk ditemui pada pagi hari,
namun untuk menguji keabsahan data maka penulis akan
menggunakan waktu di pagi hari untuk melakukan wawancara dan
akan diatur kembali pertemuannya dengan informan atau sumber data.

G. Jadwal Rencana Penelitian


Jadwal atau waktu penelitian, dalam penelitian kualitatif ini akan
direncanakan pada bulan Februari 2023, mulai dari tahap penyusunan desain
penelitian, penyusunan alat pengumpulan data, pengurusan surat penelitian,
pelaksanaan penelitian dan konsultasi hasil pembahasan penelitian secara
keseluruhan dalam tabel di bawah ini sebagai berikut:
Tabel
Jadwal Rencana Penelitian 2023
Bulan
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1 Pengajuan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
judul
2 Pengajuan
outline
3 Penyusunan
desain
4 Konsultasi
desain
5 Seminar
desain
6 Revisi
seminar
7 Pelaksanaan
penelitian
8 Pengolahan
data
9 Penyusunan
skripsi
10 Konsultasi
skripsi
11 Sidang
skripsi
26

Tabel di atas dapat diuraikan jadwal rencana kegiatan penelitian


sebagai berikut:
a. Kegiatan awal berupa pengajuan judul yang dilakukan pada bulan Januari
selama satu minggu, yakni pada minggu ke dua. Pengajuan judul
dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dari dosen PA (Pembimbing
Akademik) terlebih dahulu.
b. Kegiatan kedua berupa proses pengajuan outline yang dilakukan pada
bulan Januari, pada minggu ketiga dan keempat.
c. Kegiatan ketiga berupa proses penyusunan desain yang dilakukan pada
bulan Februari minggu pertama sampai minggu ketiga.
d. Kegiatan keempat berupa proses konsultasi, serta merevisi desain yang
telah dibuat atas arahan dari dosen pembimbing, kegiatan ini berlangsung
selama enam minggu, tepatnya pada minggu keempat bulan Februari
hingga bulan April Minggu pertama. Pada proses ini mendapat arahan dari
dosen pembimbing untuk mencari atau menandai data yang dianggap
berkaitan dengan hasil penelitian yang akan dilakukan.
e. Pada kegiatan kelima mempresentasikan atau seminar desain penelitian,
seminar desain penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Mei
minggu kedua. Setelah melaksanakan seminar desain penelitian, kegiatan
selanjutnya adalah melakukan revisi.
f. Revisi dilakukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan desain yang
telah dibuat sebelumnya. Revisi dilakukan pada bulan Mei minggu ketiga
sampai minggu keempat.
g. Langkah selanjutnya adalah proses pengambilan data atau pelaksanaan
penelitian yang dilakukan pada bulan Juni minggu pertama sampai minggu
ketiga.
h. Proses selanjutnya yang akan dilakukan ialah pengolahan data penelitian
yang telah didapatkan selama proses penelitian berlangsung, kegiatan ini
dilakukan selama dua minggu lamanya, yaitu pada bulan Juni minggu
keempat sampai bualn Juli minggu pertama.
27

i. Setelah pengolahan data selesai, dilanjutkan dengan proses menyusun


kerangka skripsi agar menjadi skripsi dengan data yang utuh yang
dilakukan pada bulan Juli minggu kedua dampai minggu ketiga.
j. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya ialah konsultasi skripsi kepada dosen
pembimbing mengenai kerangka skripsi yang telah disusun, dalam proses
ini penulis dibimbing dengan melakukan revisi atas arahan dari dosen
pembimbing. Proses konsutasi skripsi dilakukan pada bulan Juli minggu
keempat sampai pada bulan September minggu pertama.
k. Rencana penelitian terakhir ialah melakukan sidang atau ujian skripsi,
setelah melewati tahap-tahap yang telah menjadi prosedur kebijakan
kampus. Sidang skripsi direncanakan pada bulan September minggu
kedua.
Perencanaan jadwal penelitian ini bisa berubah-ubah. Hal ini
dikarenakan dalam pelaksanaannya terdapat kegiatan-kegiatan seperti
konsultasi dan kendala teknis di lapangan yang tidak terduga. Penelitian ini
juga dapat tergantung pada aktivitas akademik, baik di kampus maupun di
masyarakat tempat pelaksanaan penelitian.
BAGIAN II
PERIBAHASA DAYAK KANAYATN BA’NGAPE
DIALEK BINUA SAKANIS

A. Hakikat Peribahasa
1. Pengertian Peribahasa
Peribahasa merupakan kelompok kata atau kalimat yang
menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal-hal yang
mengungkapkan kelakuan, perbuatan mengenai diri seseorang. Peribahasa
juga merupakan kalimat singkat yang didalamnya mempunyai makna
yang sangat dalam artinya, peribahasa juga bisa digunakan dalam
berkomunikasi yaitu dapat disisipkan dalam pembicaraan gunanya untuk
menyampaikan sesuatu, karena penggunaan peribahasa dalam
pembicaraan lebih cepat dimengerti orang lain dari pada dengan
mengungkapkannya secara langsung.
Berkaitan dengan hal ini Indriawan (2013:1) mengemukakan
bahwa peribahasa merupakan ungkapan yang tidak langsung, namun
secara tersirat menyampaikan suatu hal yang dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca karena sama-sama hidup dalam suatu
lingkungan budaya yang sama. Wisesa (2015:1) menyatakan bahwa
peribahasa juga bisa diartikan sebagai ayat atau kelompok kata yang
mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu,
bidal, pepatah. Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu
perbandingan makna yang sangat jelas. Ungkapan atau kalimat ringkas
padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau
aturan tingkah laku. Dalam budaya Melayu peribahasa merupakan bagian
dari bahasa kiasan. Chaer (2013:77) mengemukakan bahwa “peribahasa
ini bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan maka lazim juga
disebut dengan nama perumpamaan”. Hartati (2015:258) mengemukakan
bahwa “Peribahasa merupakan tuturan tradisional yang bersifat tetap
pemakaiannya mengandung makna kias”.

28
29

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa


peribahasa merupakan salah satu bentuk warisan budaya dengan bentuk
terikat yang masih bertahan sampai saat ini karena kekuatannya dan nilai
positif yang terkandung di dalamnya, peribahasa biasanya kaya dengan
unsur-unsur perumpamaan, walaupun berupa kalimat singkat peribahasa
mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Dalam peribahasa tersimpan
falsafah hidup masyarakat pemakainya. Peribahasa juga bentuk dari
tuturan tradisional yang mengandung makna atau arti didalamnya,
peribahasa merupakan kalimat singkat yang berisi perbandingan,
perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
2. Fungsi Peribahasa
Peribahasa selain menjadi kelompok kata atau kalimat yang
menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal-hal yang
mengungkapkan kelakuan, perbuatan mengenai diri seseorang. Peribahasa
juga memiliki fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi baik dalam ranah
masyarakat maupun dalam ranah pendidikan, dengan tujuan untuk
menyampaikan pendapat, menyindir orang lain, menasehati, serta
mencela seseorang. Menyampaikan sesuatu kepada orang lain
menggunakan peribahasa lebih mudah diterima dan lebih kena sasarannya
dari pada menyampaikannya secara langsung. Hal ini disebabkan
peribahasa tidak bersifat perseorangan, walaupun diucapkan orang
tertentu namun tidak dapat secara pasti diidentifikasikan dengan orang itu.
Dapat disimpulkan bahwa peribahasa merupakan alat untuk
berkomunikasi, menegur seseorang atau untuk menasehati, bisa juga
sebagai alat untuk mendidik karakter anak.
3. Jenis-Jenis Peribahasa
Bentuk atau jenis peribahasa terdapat dalam banyak kesusastraan
daerah di Indonesia. Karena bersifat lisan dan digunakan secara umum di
masyarakat, peribahasa termaksud dalam ranah sastra lisan yang tidak
diketahui penciptanya. Peribahasa dapat diciptakan secara bebas dan
30

spontan oleh siapa saja yang memiliki pengalaman hidup mengesankan


dan kecakapannya dalam berbahasa.
Sejalan dengan hal ini Sugiarto (2015:106) membagi jenis-jenis
peribahasa menjadi beberapa bagian, adapun jenis-jenis peribahasa yang
diutarakan atau dikelompokan tersebut yaitu peribahasa pepatah,
perumpamaan dan tamsil. Namun ada ahli lain yaitu Indriawan (2013:2-4)
yang menambahkan bahwa terdapat dua jenis peribahasa bidalan dan
ungkapan. Wisesa (20152-4) membagi jenis-jenis peribahasa secara
lengkap adapun jenis-jenisnya yaitu peribahasa bidal, pepatah, ungkapan,
perumpamaan, ibarat, tamsil, dan pameo.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
banyak jenis-jenis peribahasa, yaitu peribahasa pepatah, perumpamaan,
tamsil, bidalan, ungkapan, ibarat, dan pameo. Dari sekian banyaknya
jenis-jenis peribahasa tersebut penulis hanya memfokuskan lima jenis
peribahasa dalam rencana penelitian ini yaitu, peribahasa pepatah,
perumpamaan, ibarat, tamsil, dan pameo.
a. Peribahasa pepatah menurut Wisesa (2015:2) “merupakan peribahasa
yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua biasanya
dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara”. Sejalan
dengan pendapat diatas Indriawan (2013:3) mengemukakan bahwa
“pepatah mempunyai rangkaian perkataan berkerat-kerat atau
berpatah-patah. Peribahasa jenis pepatah memiliki isi yang ringkas,
bijak dan seolah-olah diucapkan untuk mematahkan/mematikan
ucapan orang lain”. Peribahasa pepatah merupakan kiasan yang
diucapkan dalam bentuk kalimat yang pendek tetapi benar-benar
mengena sasarannya. Fungsi pepatah untuk mematahkan percakapan
orang lain yang sedang memamerkan kepandaian atau keberaniannya,
padahal dia hanya berbohong akan hal itu atau percakapannya tidak
mengandung kebenaran.
b. Peribahasa perumpamaan menurut Wisesa (2015:3) “adalah
peribahasa yang berisikan perbandingan-perbandingan atau sering
31

juga diartikan sebagai peribahasa yang berupa perbandingan”. Sejalan


dengan ini Indriawan (2013:3) mengemukakan bahwa “perumpamaan
ialah susunan kata-kata yang indah, ringkas, dan kemas serta
mempunyai maksud yang tersirat”. Peribahasa perumpamaan yaitu
membandingkan suatu kenyataan dengan keadaan lain yang ada di
alam ini. Bahasa kias digunakan dalam peribahasa perumpamaan
antara lain; bagai, bagaikan, sebagai, seperti, seumpama, dan
sebagainya. Perumpamaan dapat menggunakan tumbuhan, binatang,
atau benda lain sebagai perbandingan.
c. Peribahasa ibarat menurut Wisesa (2015:3) “ibarat adalah perkataan
atau cerita yang dipakai sebagai perumpamaan, perbandingan,
lambang, dan kiasan”. Dapat disimpulkan bahwa peribahasa ibarat
digunakan untuk mengumpamakan dan untuk membandingkan
sesuatu.
d. Peribahasa tamsil menurut Wisesa (2015:4) “tamsil merupakan
persamaan dengan umpama, ajaran yang terkandung dalam cerita,
ibarat”. Peribahasa tamsil adalah kiasan yang bersajak dan berirama
bentuk peribahasa ini sangat mirip dengan pantun kilat, bagian depan
berisikan kiasan yang disebut sampiran, sedangkan bagian kedua
berisi kenyataan.
e. Peribahasa pameo menurut Wisesa (2015:4) “pameo merupakan
ejekan (olok-olok, sindiran) yang menjadikan buah mulut orang, dan
perkataan yang lucu untuk menyindir”. Peribahasa pameo adalah jenis
peribahasa yang dijadikan semboyan, sejalan dengan hal ini Ratna
(Adhani, 2016:99) “pemeo adalah peribahasa yang dijadikan
semboyan atau moto”. Artinya dalam kehidupan sehari-hari terdapat
kalimat singkat yang dapat menyemangati dan menjadi semboyan
seseorang atau lembaga semacam visi yang harus dijunjung tinggi.
Peribahasa yang digunakan penulis dalam rencana penelitian ini
penulis fokuskan ke dalam lima jenis yaitu, pepatah, perumpamaan,
ibarat, tamsil, dan pameo. Peribahasa pepatah merupakan peribahasa yang
32

digunakan penutur bahasa untuk mematahkan pembicaraan orang lain


yang sedang berbohong. Peribahasa perumpamaan merupakan peribahasa
untuk mengumpamakan atau membandingkan suatu kenyataan dengan
keadaan yang terjadi. Peribahasa ibarat adalah perkataan atau cerita yang
dipakai sebagai perumpamaan. Peribahasa tamsil yaitu peribahasa yang
hampir sama dengan pantun kilat karena bagian depan berisikan kiasan
yang disebut sampiran, sedangkan bagian kedua berisi kenyataan.
Peribahasa pameo merupakan peribahasa yang dijadikan semboyan atau
moto, dapat pula dijadikan sebagai peribahasa sindiran.

B. Dayak Kanayatn Ba’Ngape


Dayak adalah nama yang diperoleh atau diberikan oleh para
penjelajah pulau Kalimantan, Dayak Kanayatn merupakan salah satu dari
sekian ratus sub suku Dayak yang penghuni pedalaman pulau Borneo seperti
Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Landak, Kabupaten Mempawah,
Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Bengkayang. Dayak Kanayatn
Ba’Ngape merupakan salah satu sub suku dayak yang ada di Kalimantan
Barat tepatnya di Kabupaten Landak Kecamatan Menyuke.
Sejalan dengan hal ini Darmadi (2016:323) mengemukakan bahwa
Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau
Kalimantan terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur
wilayahnya masing-masing terdiri dari Kalimantan Timur ibu kotanya
Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan
Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu kotanya
Pontianak, Kalimantan Utara ibu kotanya Tanjung Selor. Menurut Khatarina
dkk (2020:35) “suku Dayak tersebar di seluruh Kalimantan dengan beragam
sub suku dan setiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing”.
Selanjutnya merujuk pada pengertian Kanayatn, sejalan dengan hal ini
Chandra dkk (2022:194) mengemukakan bahwa Istilah ‘Kanayatn’
dikalangan suku Dayak yang berbahasa Bakati’/Banyadu’, Ba’jare, Ba’nana’,
Baahe, Ba’damea/Ba’’damea masih diperdebatkan hingga hari ini. Bagi
33

orang Ba’kati’, istilah Kanayatn ini berasal dari nama salah satu jenis rotan
untuk menjemur pakaian. Sedangkan pada orang Ba’nana’, Ba’ahe,
Ba’damea, Ba’jare, istilah Kanayatn diperoleh dari kata Nganayatn
(persembahan kepada Jubata karena pekerjaan telah selesai). Jika melihat dua
versi istilah ini, maka pada orang Ba’kati, istilah tersebut merujuk pada nama
tempat, sedangkan pada orang Ba’nana’, Ba’ahe, Ba’jare, Ba’damea merujuk
pada budaya khususnya religi dan sastra lisan. Namun, dalam sastra lisannya,
semua suku, baik Ba’kati’/Ba’nyadu’ maupun Ba’nana’, Ba’ahe, Ba’jare,
Ba’ngape dan Ba’damea masih mengarahkan tempat persembahan kepada
Jubata.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa suku
Dayak Kanayatn merupakan suku yang ada di pulau Kalimantan yang
bermukim di pedalaman pulau Kalimantan dan saat ini sudah mengalami
perkembangan yang begitu signifikan sehingga mampu bersaing di
masyarakat luas. Dayak Kanayatn Ba’Ngape merupakan sub suku Dayak
yang ada di daerah Kabupaten Landak Kecamatan Menyuke, bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Dayak Kanayatn Ba’ahe dan Ba’nana’ atau
Ba’ngape yang saat ini masih tetap digunakan.

C. Dialek
Dialek merupakan ragam bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif yang berada pada suatu tempat, wilayah atau daerah
tertentu. Para penutur dalam suatu wilayah tertentu memiliki ciri khas
tersendiri yang membedakannya dengan penutur lainnya, artinya dialek juga
merupakan variasi bahasa atau ragam bahasa berdasarkan faktor atau letak
geografis.
Sejalan dengan hal ini, Tyasrinestu dkk (2016:16) mengemukakan
bahwa “dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu”.
Sejalan dengan pendapat tersebut Chaer (2014:55) “dialek adalah variasi
bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu
34

tempat atau suatu waktu”. Kemudian hal ni juga dikemukakan oleh Alek
(2018:197) “dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda-beda menurut
pemakai, variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat
tertentu”. Sejalan dengan ini Siswanto dkk (2015:9) mengemukakan bahwa
“dialek itu membedakan juga atas dialek yang bersifat horisontal dan yang
bersifat vertikal. Dialek bersifat horisontal menunjukan variasi bahasa yang
bersifat geografis, perbedaan satu daerah dengan daerah bahasa yang lain
dalam lingkungan suatu masyarakat bahasa”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
dialek merupakan variasi bahasa pada kelompok masyarakat yang berada
pada suatu tempat, wilayah, atau daerah tertentu, dialek digunakan untuk
membedakan tuturan dari sudut pandang kelas sosial dan kelompok yang
berbeda dengan kelompok lain atau sebagai ciri khas dari daerah penutur
berasal.

D. Binua Sakanis
Binua adalah pengelompokan suatu tempat atau kampung menjadi
satu tempat atau satu benua dengan bahasa dan dialek yang sama serta adat
istiadat yang sama. Binua Sakanis merupakan salah satu sub suku dayak yang
ada di Kalimantan Barat, yang terletak di Kabupaten Landak, Kecamatan
Menyuke tepatnya di Desa Bagak, bahasa yang digunakan di Binua Sakanis
adalah bahasa Ba’ngape/Ngalampa’.
Sejalan dengan hal ini Chandra dkk (2022:194) mengemukakan
bahwa binua merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa kampung
(dulunya Radakng/Bantang). Masing-masing binua punya otonominya sendiri
sehingga komunitas binua yang satu tidak dapat mengintervensi hukum adat
di binua lain. Setiap binua dipimpin oleh seorang timanggong (kepala desa).
Timanggong memiliki jajaran-bawahan yaitu pasirah (pengurus adat) dan
pangaraga (pengacara adat). Ketiga pilar ini menjadi lembaga adat Dayak
Kanayatn.
35

Sejalan dengan hal ini Aloy dkk (2008:91-92) menyatakan Dayak


Banyuke Sakanis adalah salah satu sub suku Dayak yang tinggal di wilayah
adat/Binua Sakanis di Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak. Bahasa yang
dituturkan oleh penduduk Binua Sakanis ini beragam diantaranya adalah
bahasa Ba”nyadu, bahasa Ba’nana/Ahe, dan bahasa Ba’ngape/Ngalampa.
Dikalangan khalayak ramai, bahasa ini lebih dikenal dengan nama bahasa
Kanayatn, dan orang-orang yang menuturkan bahasa ini disebut orang Dayak
Kanayatn. Adapun kampung-kampung yang tergabung ke dalam wilayah adat
Sakanis ini adalah kampung Sedange, Bonsor, Ojak, Karonang, Palah
Sakanis, Ngaro, Tolo, Bagak, Pampakng, Anik Timawakng, Jatak, Sakibul
Reok, Babuntikng, Ojak, Jarikng, Sapat, Palah, Sakanis, Sunge Lubakng,
Panji dan Antong. Disebutkan bahwa semenjak zaman nenek moyangnya,
mereka telah menepati wilayah ini hingga kepada keturunannya yang ada saat
ini.

E. Hakikat Semantik
1. Pengertian Semantik
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji
tentang makna bahasa, dengan kata lain semantik adalah pembelajaran
atau ilmu tentang makna yang terkandung dalam suatu bahasa, kode atau
lambang, atau representasi lain. Maka berarti makna adalah arti dari
sebuah bahasa baik yang diucapkan maupun yang tertulis
Sejalan dengan hal ini Tarigan (2015:7) “semantik adalah telaah
makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang
menyatakan makna, huungan makna yang satu dengan yang lain, dan
pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat”. Menurut Chaer (2013:2)
kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari
bahasa Yunani sema yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya
adalah samaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang
dimaksudkan dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata
sema itu adalah tanda linguistik (Prancis: signe linguistique). Kata
36

semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk


bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dangan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain bidang studi dalam
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena
itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang
arti. Aminudin (2016:15) mengemukakan bahwa “sebagai istilah teknik,
semantik mengandung pengertian studi tentang makna. Istilah semantik
digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang
mempelajari makna atau arti.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
semantik adalah cabang ilmu linguistik atau ilmu bahasa yang menelaah
tentang lambang-lambang atau tanda-tanda berupa makna atau arti yang
menyatakan hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan
pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Dalam rencana penelitian
ini penulis mengambil makna berdasarkan jenis-jenis peribahasa.
2. Makna
Proses bahasa pada dasarnya diperlukan makna yang perlu
dimengerti sebuah arti yang disampaikan penutur begitu pula halnya
dengan peribahasa. makna dapat diketahui secara langsung maupun tidak
langsung, manusia dalam berbicara menggunakan kata dan ekspresi diri
yang dituangkan melalui bahasa tubuh yang dilakukannya dan tutur kata
yang dibicarakannya. Oleh karena itu maka diperlukan makna untuk
mengetahui maksud yang disampaikan tersebut.
Sejalan dengan hal ini Chaer (2017:59) sesungguhnya jenis atau
tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan
sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara
makna leksikal dan makna gramatikal, bedasarkan ada tidaknya referen
pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan
makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah
kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan konotatif,
berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya makna dan makna istilah
37

atau makna umum dan makna khusus. Menurut Amilia dan Anggraeni
(2017:7) “kata makna mengacu pada pengertian yang sangat luas.
Walaupun makna ini adalah persoalan bahasa, tetapi kaitan dan
keterikatannya dengan segala segi kehidupan manusia sangat erat. Alek
(2018:93) mengemukakan bahwa pemakaian makna disejajarkan dengan
arti. Perhatikanlah makna berikut dengan keberadaannya yang tak pernah
dikenali secara cermat sehingga dianggap sejajar arti, gagasan, konsep,
pernyataan, pesan, informasi, dan firasat isi pikiran. Arti sebenarnya
memiliki pengertian yang paling dekat dengan makna, meskipun bukan
merupakan sinonim mutlak (saling menyulih). Sedangkan pikiran, ide,
gagasan, dalam bahasa Inggris sama dengan thought, merupakan aktivitas
mental, meliputi konsep maupun pernyataan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa makna
dibedakan menjadi beberapa jenis, makna mengacu pada pengertian yang
luas dan pemakaian makna disejajarkan dengan arti, gagasan, konsep,
pernyataan, pesan, informasi, dan firasat isi pikiran. Dalam rencana
penelitian ini penulis hanya memfokuskan makna peribahasa berdasarkan
jenis-jenis peribahasa.
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, A. (2016). Peribahasa, Maknanya dan Sumbangannya terhadap


pendidikan karakter. Journal Magistra, 28 (97).

Afifudin & Saebani, Beni A. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :


Pustaka Setia.

Alek. (2018). Linguistik Umum. Jakarta : Erlangga.

Aloy, dkk. (2008). Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak Di
Kalimantan Barat. Pontianak : Institut Dayakologi.

Amalia, F & Anggraeni, Asti W. (2017). Semantik Konsep dan Contoh Analisis.
Malang : MADANI.

Aminudin. (2016). Semantik Pengejaran Studi Tentang Makna. Bandung : Sinar


Baru Algensindo.

Chaer. A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Chandra, L, dkk. (2022). Perkawinan Adat Dayak Kanayatn dan Hubungannya


dengan Perkawinan Gereja Katolik. Journal Pendidikan Bahasa, Sastra,
Seni, dab Budaya, 2 (2).

Darmadi, H. (2016). Dayak Asal Usul Penyebarannya Di Bumi Borneo (1).


Journal Pendidikan Sosial, 3 (2).

Fauzi, A, dkk. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif. Purwokerto : Pena


Persada.

Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta :


Pustaka Ilmu Group

Hartati, S. (2015). Jenis Makna dan Fungsi Peribahasa Maanyan (Type, Meaning,
and Function Of The Maanyan Prover). Journal Bahasa, Sastra dan
Pembelajaran, 5 (2) 255-273.

Indriawan, T. (2013). Peribahasa Puisi Pantun Sajak. Depok : Infra Pustaka

Jakni. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Alfabeta

Mahsun, M. (2017). Metode Penelitian Bahasa. Depok : Rajawali Pers.

38
39

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Sidiq, U & Choiri, M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan.


Ponorogo : Nata Karya.

Siswanto, dkk. (2015). Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta : Media Perkasa

Siswantoro. (2021). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suardi, dkk. (2019). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Yogyakarta : Adi


Karya Mandiri

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Suyoto, S & Ali, S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi


Media Publishing.

Tarigan, Hendri G. (2015). Pengajaran Semantik. Bandung : Angkasa

Tyasrinetu, F, dkk. (2016). Cinta Bahasa Indonesia Cinta Tanah Air.


Yogyakarta : Badan Penerit ISI

Utami, G. W. N. (2017). Relasi Makna Leksikon Tiing Dalam Bahasa Bali


Berbasis Ligkungan. Litera: Journal Litera Bahasa dan Sastra, 3 (1).

Wijana, D. P & Rohmadi, M. (2017). Semantik Teori Dan Analisis. Surakarta :


Yuma Pustaka

Wisesa, H. (2015). Jurus Kilat Menguasai Peribahasa. Jakarta : Laskar Aksara.

Yule. (2015). Kajian Bahasa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


40

LAMPIRAN I

Data Informan

1. Nama : Janteng
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 62 Tahun
Alamat : Dusun Date Nanga Desa Bagak
Pekerjaan : Tani
Agama : Khatolik
Pendidikan : S.Pg
Jabatan : pasirah/Pengurus Adat
41

2. Nama : Sujono Abir


Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 55 Tahun
Alamat : Dusun Date Nanga Desa Bagak
Pekerjaan : Tani
Agama : Khatolik
Pendidikan : SMA
Jabatan : pasirah/Pengurus Adat
42

3. Nama : Sungki
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 59 Tahun
Alamat : Dusun Date Nanga Desa Bagak
Pekerjaan : Guru
Agama : Khatolik
Pendidikan : S.Pg
Jabatan : pasirah/Pengurus Adat
43

LAMPIRAN II

Panduan Wawancara

No Instrumen Pertanyaan
1 Apa 1. Apa yang dimaksud dengan peribahasa yang bapak ketahui yang
ada dimasyarakat Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua
Sakanis?
2. jenis-jenis peribahasa apa saja yang sering diucapkan masyarakat
di daerah Binua Sakanis ini?
3. Bisakah bapak sebutkan peribahasa-peribahasa yang ada di daerah
Binua Sakanis ini?
2 Di mana 1. Dimana saja kita bisa mendengarkan peribahasa daerah ini?
3 Kapan 1. Kapan peribahasa tersebut dapat digunakan?
4 Siapa 1. Siapa saja yang boleh mengucapkan peribahasa daerah Binua
Sakanis ?
5 Mengapa 1. Mengapa di zaman generasi muda sekarang ini peribahasa sudah
jarang digunakan di daerah ini?
6 Bagaimana 1. Bagaimana makna peribahasa yang ada di daerah Binua Sakanis
ini?
44

LAMPIRAN III

Kartu Data

A. Kartu Data Jenis-Jenis Peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape Dialek Binua


Sakanis
N Jenis Peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape dialek Binua Sakanis
o Peribahasa (Terjemahan dalam bahasa Indonesia)
1 Peribahasa
Pepatah

2 Peribahasa
Perumpamaan

3 Peribahasa
Ibarat

4 Peribahasa
Tamsil

5 Peribahasa
Pameo

B. Kartu Data Makna Peribahasa Dayak Kanayatn Ba’Ngape Dialek Binua


Sakanis
45

No Peribahasa Dayak Kanayatn Makna


Ba’Ngape dialek Binua Sakanis
(Terjemahan dalam bahasa
Indonesia)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

LAMPIRAN IV
46

Surat Izin Pra Observasi

LAMPIRAN V
47

Surat Balasan Izin Pra Observasi

LAMPIRAN VI
48

Dokumentasi Saat Proses Pra Observasi

LAMPIRAN VII
49

Peta Wilayah Kabupaten Landak

LAMPIRAN VIII
50

Sketsa Wilayah Desa Bagak

Anda mungkin juga menyukai