Anda di halaman 1dari 58

PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMK NEGERI 1

BERINGIN DELI SERDANG

KERTAS KARYA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk


memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) dalam Bidang Ilmu Perpustakaan

Oleh

ISNA THIA RIYANDA

(152201004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM
STUDI D-III PERPUSTAKAAN MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena Rahmat dan
KaruniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas ahir ini dengan judul
“Pelaksanaan Kegiatan Literasi Sekolah Pada SMK Negeri 1 Beringin Deli Serdang”
tugas ahir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
Program studi Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penyusunan kertas karya ini penulis telah mendapatkan bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I Kom, selaku Ketua Program Studi D3
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, sekaligus
dosen penguji 1 yang telah membimbing.
3. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A, selaku Sekretaris Program Studi D3
Perpustakaan dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyusun kertas karya ini.
4. Ibu Laila Hadri Nasution, S.So, M.P. selaku penguji II yang telah
membimbing dalam penyelesaian kertas karya.
5. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi D3 Perpustakaan yang
telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.
6. Kepada Ibu Aminah S.Pd, M.Si selaku kepala perpustakaan dan narasumber
yang bertanggung jawab atas Program literasi informasi diperpustakaan
SMK Negeri 1 Beringin yang telah membantu dalam memberikan informasi
kepada penulis dalam menyusun kertas karya ini.
7. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kelurga tercinta terutama ayah Hajri
S.Ag dan Ibu Israyani S.Pd , Adik saya Rizka Dinda Riyanda dan seluruh

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelurga besar yang telah mengasihi, membimbing, mendoakan, memberikan
dukungan moral dan material selama penyelesaian studi.
8. Kepada Cipta Maradona S.E terimakasih atas kasih sayang, perhatian,
dukungan dan semangat selama penyelesaian studi.
9. Kepada Milsa, Sheila, Dysha dan Irma selaku sahabat dari penulis yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyusun kertas karya.
10. Kepada Pandewi (kiki,eka,yani,nindi,doni) selaku sahabat SMA dari penulis
yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyusun kertas
karya ini.
11. Kepada MB( Milsa, Sheila, Dysha, Risky, Ami, Sania, Dinda, Dwi, Habib,
Fitri, Ninda, Nanda, Rika) Yang selalu memberi kritik namum tak ada saran
dan memberi semangat dalam penyusunan kertas karya ini. Dan semua pihak
yang terkait namun tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan tugas ahir ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan
ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutupi diri terhadap
segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat membangun kepada penulis untuk
lebih baik lagi. Akhir kata saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2018

Penulis
Isna Thia Riyanda
Nim : 152201004

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ......... i


DAFTAR ISI.............. ..................................................................................... .........
iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup......................................................................................................3
1.4 Metode Pengumpulan Data...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
2.1 Pengertian Pelaksanaan...................................................................................5
2.2 Pengertian Program..........................................................................................6
2.3 Evaluasi Program..............................................................................................7
2.4 Pengertian Literasi............................................................................................9
2.5 Gerakan Literasi Sekolah...............................................................................13
2.6 Tim Literasi Sekolah......................................................................................23
2.7 Strategi Membangun Budaya Litersi Sekolah................................................23
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA SMK
NEGERI 1 BERINGIN ................................................................................................
3.1 Data Sekolah Dan Data Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin..........................26
3.1.1 Data Umum SMK Negeri 1 Beringin..............................................................26
3.1.2 Data Umum Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin........................................26
3.1.3 Visi Misi Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin............................................28
3.1.4 Tujuan Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin................................................28
3.2 Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di SMK Negeri 1 Beringin................................28

3.3 Indikator ketercapaian Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di SMK Negeri 1


Beringin............................................................................................................. 32
3.4 Kegiatan Literasi Batu Basah Di SMK Negeri 1 Beringin................................ 35
3.4.1 Metode Pelaksanaan Pola Batu Basah Di SMK Negeri 1 Beringin........... 36
3.5 Permasalahan/ Hambatan Pada Saat Pelaksanaan Kegiatan Literasi
Di SMK Negeri 1 Beringin…............................................................................ 37

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6 Peran Perpustakaan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di Sekolah......... 3
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 40

4.2 Saran..................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3, “ Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa” Artinya pendidik
berperan penting bagi warga negara Indonesia agar tercerdaskan secara intelektual.
Salah satu indikator keberhasilan dari suksesnya pendidikan yang terselenggara di
Indonesia adalah dengan meningkatkan angka melek huruf pada warga Indonesia.
Namun rendahnya minat baca masyarakat menjadi masalah atau tantangan yang saat
ini dihadapi dalam mewujudkan masyarakat yang berliterasi dan hal tersebut terjadi
juga dikalangan peserta didik yang menjadi permasalahan bagi pemerintah. Pada
umumnya yang menjadi masalah dalam dunia literasi di Indonesia adalah rendahnya
keinginan, tingkat emosional seseorang terhadap sumber informasi seperti buku
bacaan.
Deklarasi Praha (UNESCO,2003) information literacy, yaitu kemampuan untuk
pentingnya literasi informasi mencari, memahami, mengevaluasi secara kritis, dan
mengelola informasi menjadi pengetahuan yang bermanfaat untuk pengembangan
kehidupan pribadi dan sosialnya . Untuk menjalankan literasi informasi, pemerintah
harus mengambil bagian, yaitu untuk menyediakan dan memfasilitasi sistem dan
pelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1.
Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan
tuntutan keterampilan membaca yang berpacu pada kemampuan memahami informasi
secara analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi pembelajaran di sekolah saat ini
belum mampu mewujudkan hal tersebut. Rendahnya keterampilan membaca
membuktikan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan
minat baca peserta didik terhadap pengetahuan , pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus
mengusahakan dan mendorong minat baca masyarakat khususnya peserta didik. Salah
satu terobosan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerbitkan Peraturan
Menteri Pendidik dan Kebudayaan No 23 Tahun 2015 tentang Pertumbuhan Budi
Pekerti. Permendikbud ini diwajibkan dengan wajib membaca khususnya bagi siswa
SD, SMP, dan SMA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengembangkan
Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diupayakan untuk
mengatasi rendahnya minat baca siswa. Salah satu kegiatan literasi sekolah tersebut
adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajar sebelum waktu belajar dimulai.
Gerakan literasi sekolah sudah dikumandangkan oleh Kemendikbud Republik
Indonesia sejak tahun 2015, namum sampai saat ini gerakan tersebut belum begitu
menyentuh semua sekolah yang ada di Indonesia. Oleh karena itu sekolah-sekolah
yang ada di Indonesia masih sangat membutuhkan sosialisasi dan pelatihan kepada
guru-guru di sekolah untuk lebih memehami apa yang menjadi tujuan gerakan literasi
sekolah.
Pada dasarnya suatu program yang dijalankan diberlakukan karena memiliki
tujuan yang jelas, sama halnya dengan gerakan literasi sekolah tersebut mempunyai
tujuan untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hanyat
(Setiawan: 2016). Suatu tujuan apabila tidak disertai tindakan makan tujuan tersebut
tidak akan dapat dicapai. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
kerjasama yang baik antara guru, murid dan orangtua.
Dalam upaya pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, Pemerintah mengeluarkan
suatu panduan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Desain Induk Gerakan
Literasi Sekolah (2016). Buku panduan tersebut berisi tentang penjelasan pelaksanaan
kegiatan literasi yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan,
dan pembelajaran.
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah bermanfaat juga bagi perpustakaan.
Manfaatnya diantara lain yakni, ketika minat baca peserta didik semakinmeningkat

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
makan peserta didik akan lebih sering mengunjungi perpustakaan, kunjungan tersebut
dapat berupa membaca di perpustakaan atau meminjam buku di perpustakaan.
Berdasarkan hal tersebut, perpustakaan akan menjadi satu tempat yang menyediakan
kebutuhan mereka dan untuk mengimbangi han tersebut maka perpustakaan harus
mampu menyediakan buku-buku yang dibutuhkan oleh pelajar pada saat ini agar
perpustakaan tersebut semakin menarikuntuk dikunjungi karena menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh para peserta didik.
Perpustakaan sekolah yang berfungsi secara efektif diharapkan mampu
mewadahi dan dapat mengembangkan serta menyuburkan minat baca siswaa dalam
kegiatan literasi informasi. Pada dasarnya suatu program yan dijalankan karena
memiliki tujuan yang jelas sama dengan gerakan literasi sekolah mempunyai tujuan
untuk menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah agar menjadi pembelajaran sepanjang hanyat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas,
SMK Negeri 1 Beringin untuk mendeskripsikan pelaksanaan program tersebut dan
mengetahui faktor yang mendukung serta penghambat terlaksananya program.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan kertas karya ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan
kegiatan literasi pada SMK Negeri 1 Beringin.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari penulisan kertas karya ini berfokus pada pelaksanaan
kegiatan literasi sekolah SMK Negeri 1 Beringin.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan kertas karya ini metode pengumpulan data yang dilakukan
penulis ada beberapa metode yaitu metode studi kepustakaan, observasi dan
wawancara, Teknik ini dilakukan untuk memperolah data.
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari bahan pustaka yang
berhubungan dengan topik yang di bahas dalam penulisan kertas karya.
2. Observasi
Observasi adalah langkah awal dimana peneliti melakukan pengamatan
langsung ke lokasi, observasi sangat penting dilakukan oleh sipeliti untuk
memperoleh data dari lapangan yang sebenarnya karena data tersebut
merupakan hasil pengamatan langsung.
3. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan wawancara dengan narasumbernya langsung. Wawancara
dilakukan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan tertentu yang
berhubungan dengan kegiatan literasi sekolah.

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelaksanaan


Pelaksanaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai sebuah
tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelaksanaan berasal dari kata
dasar “laksana” yang memiliki arti tanda yang baik, sifat, laku, perbuatan. Laksana
diberi imbuhan pe-an, sehingga menjadi satu kata kerja yaitu pelaksanaan, Artinya,
yaitu proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).
Secara sederhana pelaksanaan dapat diartikan sebagai penerapan. Menurut G.R Terry
(2010) pelaksanaan adalah kegiatan meliputi menentukan, mengelompokkan,
mencapai tujuan, dengan memperhatikan lingkungan fisik, sesuai dengan kewenangan
yang dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan pelaksanaan
merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
terperinci dan sungguh-sungguh untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah ditentukan
sejak awal.
Menurut Hanifah (2002: 67) Pelaksanaan dapat disebut juga dengan
implementasi. Nurdin Usman ( 2002: 70) mengungkapkan bahwa implementasi
adalah bermuara pada aktifitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem
implementasi dapat diartikan juga sebagai suatu proses untuk melaksanakan
kebijakan menjadi tindakan
Menurut Syaukani dkk (2004: 295) implementasi merupakan pelaksanaan
serangkaian kegiatan dalam rangka untuk memberikan kebijakan pablik sehingga
kebijakan dapat membawa hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan
pendapatpendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulksan
bahwa implementasi merupakan sebuah tindakan melaksanakan kebijakan untuk
mencapai tujuan yang sudah direncanakan.

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Setiawan (2004: 39) faktor-faktor yang dapat menunjang dan
mempengaruhi keberhasilan sebuah program pelaksanaan atau implementasi adalah
sebagai berikut:
1. Komunikasi.
Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan
konsistensi informasi yang disampaikan.
2. Sumber daya
Dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan
kualitas mutu, informasi yang dibutuhkan, wewenang dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawab serta fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
3. Disposisi
Merupakan sikap dan komitmen dari orang yang menjadi pelaksana
program.
4. Struktur Birokrasi
Yaitu SOP (Standar Operating Procedures) yang mengatur tata aliran dalam
pelaksanaan program.
Menurut Surmayadi (2005: 79) terdapat tiga unsur penting dalam proses
pelaksanaan atau implementasi, diantaranya sebagai berikut:
1. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilakukan
2. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program
perubahan dan peningkatan
3. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses
implementasi tersebut.

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Pengertian Program
Menurut Sukardi (2004: 4) bahwa program merupakan salah satu hasil
kebijakan yang penetapannya melalui proses panjang dan disepakati oleh para
pengelolanya untuk dilaksanakan. Wirawan (2011: 17) menyatakan program adalah
kegiatan yang direncanakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan dalam
waktu lama. Sedangkan menurut Arikunto dan Cepi (2014: 3) terdapat dua pengertian
istilah program, pertama program dapat diartikan “rencana” atau “rancangan”. Kedua,
kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka panjang untuk masa yang akan datang.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program adalah
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambung dengan waktu
pelaksanannya yang relatif panjang, terdiri atas rangkaian kegiatan yang membentuk
satu sistem/ program, unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.
Menurut Arikunto Suharsimi, (2012). Dalam setiap program akan dijelaska
mengenai beberapa hal sebagai berikut:
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang diburuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.

2.3 Evaluasi Program


Dalam pelaksanaan program, diperlukan evaluasi untuk melihat dan menilai
apakah program tersebut berjalan sesuai dengan yang diinginkan atau tidak, serta
melihat hal-hal yang menjadi hambatan atau dukungan terlaksananya sebuah
program. Menurut Sukardi (2014: 5) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara
mengetahui efektivitas masing-masing komponenya, baik terhadap program yang
sedang berjalan maupun yang berlalu.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Arikunto Suharsimi (2012) model evaluasi program yaitu:
1. Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, karakteristik individu
yang menangani seseorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas
kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program.
2. Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal
yang dimiliki oleh institusi untuk melaksanakan sebuah program.
3. Evaluasi Proses
Evaluasi proses diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan sudah
terlaksana sesuai dengan rencana.
4. Evaluasi Hasil ni merupakan tahap ahir evaluasi dan akan diketahui
ketercapaian tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan
ketepatan tindakan yang diberikan, dan dampak dari program.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan.
Menurut Sukard (2014: 12) evaluasi program mempunyai lima prinsip yaitu:
1. Evaluasi masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan
2. Evaluasi yang dilakukan secara komprehensif
3. Evaluasi yang diselenggrakan dalam proses yang kooperatif
4. Evaluasi dilakukan atau dilaksanakan dalam proses yang berkelanjutan
5. Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.
Dalam melalui lima prinsip tersebut, maka penyelenggaraan evaluasi
program dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Widoyoko (2009: 11) kegunaan atau manfaat evaluasi program sebagai
salah satu program bidang pendidikan meliputi: memberi-tahu program kepada
pablik, menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, menyempurnakan program
yang ada, dan meningkatkan partisipasi. Dan evaluasi program sangat penting untuk
hal-hal berikut:
1) Untuk mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil
pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul dibandingkan dengan
criteria atau standar tertentu.
2) Mengetahui tingkat tercapainya tujuan program, apabila belum tercapai maka
pelaksana akan mencari dimana letak kekurangan dan penyebabnya.

2.4 Pengertian Literasi


Secara bahasa, literasi adalah keberaksaraan yaitu kemampuan menulis dan
membaca. Literasi dalam bahasa inggris bertuliskan literacy, kata literacy berasal dari
bahasa Latin littera (huruf) yang memiliki definisi melibatkan penguasaan
sistemsistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya.
Menurut Alberta (2009) mengatakan bahwa literasi bukan hanya sekedar
kemampuan untuk membaca dan menulis namun menambah pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan
berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks,
mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut UNESCO (2007: 15) menyatakan bahwa literasi seperangkat
keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui kapan
informasi diperlukan untuk membantu memecahkan masalah atau membuat
keputusan, kebutuhan informasi bisa dicari menggunakan istilah dan bahasa,
kemudian pencarian informasi dengan efesien, mengambilnya, menafsirkan dan
memahami, mengatur, mengevaluasi kredibilitas dan keaslian, menilai relevensi,
berkomunikasi kepada orang lain, kemudian memanfaatkanya untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh karenanya Bruce dkk (2009) melihat bahwa literasi informasi bukan
semata-mata seperangkat kemampuan, keahlian, atau karakteristik tertentu , tetapi
memiliki bingkai literasi informasi seperti di bawah ini :
1. Pengetahuan tentang dunia informasi.
2. Seperangkat kompetensi dan kemampuan.
3. Cara belajar.
4. Aktivitas sosial yang kontektual.
5. Kekuatan hubungan sosial dalam komunitas dan tanggung jawab sosial . Literasi adalah
kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam
hidupnya.
Menurut UNESCO (2003), pemahaman orang tentang makna literasi sangat
dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya,
dan pengalaman.
Pengertian lainnya terkait dengan literasi menurut buku panduan gerakan
literasi sekolah (2016; 2) yaitu kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain, melihat,
menyimak, menulis dan berbicara.
Komponen literasi yang yang dijabarkan oleh buku desain induk gerakan literasi
sekolah (2016; 8) yaitu:
1. Literasi Dini
Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi
melalaui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam
berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
2. Literasi Dasar
Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan
menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan,
mempersefsikan informasi, mengomunikasikan serta menggambarkan informasi
berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. Hinga memiliki

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengetahuan dalam memehami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
3. Literasi Media
Kemampuan untuk menhetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti
media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital
(media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
4. Literasi Teknologi
Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti
keras (hardware), perangkat lunak (software), serta etika dan etiket dalam
memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi
untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya
juga memahami menggunakan komputer yang didalamnya mencakup
mengidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta
mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirkan
informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang
baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
5. Literasi Visual
Kemampuan tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang
mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memamfaatkan
materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Materi visual yang
tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital oerlu
dikelola dengan baik.

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Namun, dalam konteks SMA, kegiatan literasi dipaparkan sebagai berikut: Tabel-
1 Contoh Kegiatan Literasi
No Komponen Contoh Kegiatan

Tahap Pembiasaan Tahap Pengembangan Tahap


Pembelajaran
1 Literasi dasar Membaca 15 menit Mendiskusikan bacaan Menuliskan analisis
sebelum kegiatab bacaan
belajar setiap hari

2 Literasi Memberi bahan Menggunakan Mencantumkan


perpustakaan pustaka yang perpustakaan sebagai daftar pustaka
sumber informasi dalam laporan
diminta untuk dalam diskusi tentang tugas/praktik setiap
kegiatan membaca bacaan mata pelajaran
15 menit
3 Literasi media Membaca berita Mendiskusikan berita Membuat
media cetak dalam komunikasi
dari media cetak
pembelajaran untuk
kegiatan membaca 15 diskusi dan
menit berbagai informasi

4 Litersi Membaca buku Memberikan Setiap mata


Teknologi elektronik komentar terhadap pelajaran
buku elektronik memanfaatkan
teknologi

5 Literasi Visual Membacaflim atau Mendiskusikan film Menggunakan


iklan pendek atau iklan pendek aplikasi vidio/ flim
dalam kegiatan .

Sumber: Kemendikbud, 2016: 7

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5 Gerakan Literasi Sekolah
Kemendikbud dalam buku desain induk gerakan literasi sekolah (2016: 7)
Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan public. Dalam pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah yang menjadi contoh pelaksanaannya adalah kegiatan
membaca 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Gerakan Literasi Sekolah
memiliki tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Tujuan umum gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkembangkan budi
pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar
mereka menjadi pembelajaran sepanjang hanyat.
2. Tujuan khusus
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah..
2) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
3) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di tingkat Sekolah Menengah Atas
SMA/SMK. dibagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran.
Kemendikbud (2016: 8) dalam buku panduan gerakan literasi sekolah
menyampaikan Setiap tahap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan
yang berbeda-beda seperti berikut:
1. Tahap Pembiasaan
Kegiatan literasi di tahap pembiasaan, yakni membaca dalam hati. Secara
umum kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1) Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
2) Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
3) Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik;
4) Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
Tujuan membaca dalam tahap ini lebih mengarah kedalam penumbuhan minat
baca siswa melalui kegiatan membaca 15 menit. Dalam tahap pembiasaan indikator
yang harus dicapai siswa yaitu:
1) Melakukan kegiatan 15 menit membaca yang dilakukan setiap hari.
2) Kegiatan 15 menit membaca telah dilakukan selama minimal 1 semester.
3) Peserta didik memiliki jurnal membaca harian.
4) Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik menjadi model dalam kegiatan
membaca 15 menit dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
5) Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman
dengan koleksi buku nonpelajaran.
6) Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/area lain di
sekolah.
7) Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
8) Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster
tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah.
9) Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua, alumni, dan elemen
masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah. Kepala
sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung
gerakan literasi sekolah.
Untuk memenuhi indikator tersebut, maka dalam tahap pembiasaan harus
memiliki prinsip yang wajib untuk dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Prinsipprinsip kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dipaparkan sebagai
berikut:

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1) Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah dapat
memilih atau menjadwalkan waktu yang sesuai untuk melaksanakan
kegiatan tersebut, baik di awal, tengah atau akhir pelajaran, tergantung pada
jadwal dan kondisi sekolah.
2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
3) Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
4) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan
kesenangannya.
5) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh
tugastugas yang bersifat tagihan/penilaian.
6) Kegiatan membaca/membacakan buku ditahap ini dapat diikuti oleh diskusi
informasi tentang buku yang dibaca/dibacakan.
7) Kegiatan ini dilakukan dalam keadaan santai, tenang dan menyenangkan.
8) Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, guru sebagai pendidik juga ikut
membaca buku.
Kegiatan-kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dibagi ke dalam beberapa
jenis, diantaranya:
1. Membaca 15 menit setiap hari melalui kegiatan: 1) Guru guru
membacakan kutipan bacaan 2) Peserta didik membaca mandiri.
Tujuan kegiatan ini adalah:
1) Memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa membaca
2) Menunjukkan bahwa membaca kegiatan yang menyenangkan
3) Memperkaya kosakata (dalam bahasa tulisan)
4) Menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru
5) Mengajarkan strategi membaca
6) Guru sebagai teladan membaca (reading role model).

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan
Tujuannya adalah untuk:
1) Memperkenalkan proses membaca
2) Mengembangkan kemampuan membaca secara efektif
3) Meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.
Langkah-langkah membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakan
dapat dilakukan dengan cara berikut:
Sebelum membaca:
1) berdasarkan informasi perpustakaan yang dijelaskan oleh pustakawan,
peserta didik memilih buku yang tepat esuai dengan tugas yang diberikan
guru mata pelajaran.
2) melakukan pra-baca dan baca ulang dengan tujuan mengetahui jalannya
cerita.
Saat membaca:
1) mengingat pokok pikiran yang dituliskan dibuku
2) membuat jembatan keledai untuk membantu mengingat isi buku.
Setelah membaca:
1) membuat pokok pikiran dengan kalimat lengkap 2)
membuat peta cerita atau bingkai cerita
3) membuat ringkasan lengkap atau synopsis buku.

3. Membaca terpadu
Tujuan membaca terpadu adalah untuk:
1) Strategi untuk secara aktif meningkatkan pemahaman peserta didik
2) Menganalisis bacaan
3) Membuat tanggapan terhadap bacaan
4) Membuat peserta didik mampu membaca mandiri.

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Membaca mandiri
Tujuannya adalah untuk:
1) Mengasah kemandirian peserta didik dalam membaca
2) Mengevaluasi kefasihan peserta didik memahami isi bacaan
3) Membangun tanggungjawab

Dalam tahap pengembangan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
Tabel- 1: Tahap pembiasaan
No Tahap pengembangan indikator yang harus dicapai
1 Ada kegiatan 15 menit membaca
2 Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan selama 1 semester
3 Peserta didik mimiliki jurnal bacaan
4 Guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan menjadi model dala kegiatan
15 menit membaca selama kegiatan berlangsung

5 Ada perpustakaan sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman
dengan koleksi buku nonpelajar

6 Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor


7 Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas
8 Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks, terdapat poster-poster tentang
pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah

9 Sekolah berupaya melibatkan orang tua, alumni dan elemen masyarakat


10 Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung
gerakan literasi sekolah

Sumber: Kemendikbud, 2016: 14

2. Tahap Pengembangan

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan
keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif
secara lisan maupun tulisan, namun tidak dinilai secara akademik. Tahap ini
merupakan tahap lanjutan dari kegiatan di tahap pembiasaan. Kemndikbud (2016: 9)
dalam buku panduan gerakan literasi sekolah menyampaikan Tahap pengembangan
memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan
secara lisan dan tulisan;
2) Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan
guru tentang buku yang dibaca;
3) Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif,
dan inovatif;
4) Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang
dibaca dengan diri sendiri dan lingkkungan sekitarnya.
Selain memiliki tujuan, dalam tahap pengembangan tidak jauh berbeda dengan
tahap pembiasaan maka tahap pengembangan juga memiliki prinsip seperti berikut:
1) Buku yang dibaca/dibacakan merupakan buku nonpelajaran dan merupakan
buku yang diminati siswa.
2) Kegiatan membaca/membacakan buku dapat diikuti oleh tugas-tugas
presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya atau seni
peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang
kemampuan peserta didik.
3) Tugas-tugas yang disebutkan diatas tidak nilai secara akademik.
4) Kegiatan membaca berlangsung dalam situasi menyenangkan.
5) Terbentuknya tim literasi GLS untuk menunjang keterlaksanaan berbagai
kegiatan tindak lanjut

Dalam tahap pengembangan, kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara


berkala. Berkala yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dapat dilakukan dalam

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jangka waktu misalnya 1-2 minggu sekali, jadi hal ini tidak dilakukan setiap hari.
Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan tindak lanjut dalam tahap
pengembangan:
1) Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca
harian.
2) Bedah buku, yaitu kegiatan mengungkapkan kembali isi buku secara ringkas
dengan memberikan saran terkait kekurangan dan kelebihan buku tersebut.
3) Reading award, yaitu member penghargaan ketika siswa dapat
menyelesaikan tugas membaca dan menyelesaikan tugasnya. Tujuannya
untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menambah lagi
bukubuku yang dibaca.
4) Mengembangkan iklim literasi sekolah, yaitu dengan cara mengembangkan
lingkungan social dan efektif, misalnya dengan mengadakan seminar tentang
literasi.

Dalam tahap pengembangan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
Tabel- 2: Tahap pengembangan

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No Tahap pengembangan indikator yang harus dicapai
1 Ada kegiatan 15 menit membaca, membaca dalam hati dan membaca nyaring

2 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan


secara lisan maupun tulisan

3 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan


membaca.

4 Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dan ikut membaca
selama kegiatan berlangsung

5 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik


6 Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas/koridor sekolah
7 Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan
koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi

8 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi


secara berkala

9 Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya:


wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah
10 Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu bertemakan literasi
11 Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas
guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan.

12 Ada poster-poster kompanye membaca


Sumber: Kemendikbud, 2016: 19

3. Tahap Pembelajaran
Kegiatan literasi sekolah dalam tahap pembelajaran. Kemendikbud (2016:21)
dalam buku panduan gerakan literasi sekolah menyampaikan tujuan untuk:

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1) Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengkaitkannya dengan
pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
3) Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif dalam bentuk
verbal, tulisan, visual dan digital melalui kegiatan menanggapi teks buku
bacaan dan buku pelajaran.
Berdasarkan tujuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan
dalam tahap pembelajaran dalam berliterasi adalah untuk menumbuhkembangkan
cara berpikir siswa agar menjadi lebih kreatif melalui buku bacaan dan buku
pelajaran.
Beberapa prinsip yang perlu dalam tahap pembelajaran, antara lain:
1) Buku yang menjadi bahan bacaan dapat berupa buku pengetahuan umum,
kegemaran, minat khusus, atau teks multimedia, dan juga dapat membaca
buku yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu;
2) Ada tagihan yang bersifat akademik, namun apabila terkait dengan mata
pelajaran.
Prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan berikut merupakan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan berliterasi dalam tahap pembelajaran dan diharapkan agar
prinsip tersebut dapat diikuti oleh pelaksana gerakan literasi sekolah agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam melaksanakan prinsip dan untuk mencapai tujuan maka dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
1) 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan membaca
terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non akademik atau akademik.

2) Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik


3) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata
pelajaran

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, dan akademik disertai
beragam bacaan yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk
memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
5) Penulisan biografi siswa-siswa dalam satu kelas sebagai proyek kelas.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembelajaran, dapat dinilai secara
akademik. Untuk menentukan ketercapaian kegitan literasi dalam tahap pembelajaran
maka dibuat indikator.
Indikator-indikator yang digunakan adalah antara lain:

Dalam tahap pembelajaran indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
Tabel- 3: Tahap pembelajaran
NO Tahap pembelajaran dalam indikator yang di gunakan

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 Kegiatan membaca 15 menit sudah membudaya dan menjadi kebutuhan
Sekolah
2 Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik atau akademik

3 Ada pengembangan berbagai strategi membaca


4 Kegiatan membaca buku non pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh
murid dan guru, perbedaannya ada tagihan akademik untuk peserta didik

5 Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secra lisan maupun tulisan
(tagihan akademik)

6 Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran,
misalnya dengan menggunakan graphic organizers.

7 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian akademik.


8 Peserta didik menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan yang kaya literasi diluar buku mata pelajaran untuk memperkaya pengetahuan
dalam mata pelajaran

9 Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku
pelajaran yang dinilai secara akademik dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah

10 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan berliterasi, yang dilihat
dari tagihan akademik.

11 Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan tekat warga sekolah
untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat

12 Ada unjuk karya, yaitu hasil dari kemampuan peserta didik dalam berliterasi yang akan
ditampilkan dalam perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi

13 Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku (buku nonpelajar : fiksi dan


nonfiksi) yang diperlukan peserta didik untuk memperluas pengetahuan

14 Tim literasi sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program
literasi sekolah

15 Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi


Sumber: Kemendikbud, 2016: 23

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika indikator yang ditetapkan dapat dicapai dan terpenuhi, maka sekolah atau
kelas dapat mempertahankan kreatifitas dan inovatif siswa. Selain itu, sekolah juga
dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.

2.6 Tim Literasi Sekolah


Tim Literasi Sekolah adalah terdiri atas orang-orang yang memiliki tugas dan
tanggung jawab dibanding masing-masing. Kemendikbud (2016: 25) dalam buku
gerakan literasi sekola menyampaikan Secara rinci tim literasi sekolah dapat
diorganisasikan sebagai berikut :
1. Kepala sekolah menugaskan tim dengan penugasan resmi
2. Tim Literasi sekolah terdiri atas: wakil, kepala perpustakaan, staf sarana
prasarana, guru bahasa ,dan tenaga kependidikan.
3. Tim bertugas merancang, melaksanakan, melaporkan, dan mengevaluasi
pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.
4. Dalam melaksanakan tugas, tim berkoordinasi dengan wali kelas, Bk, bagian
kesiswaan.
5. Tim berada di bawah koordinasi langsung kepala sekolah.
Berdasarkan prinsip di atas maka dapat disimpulka bahwa tombak utama dalam
tim pelaksanaan literasi sekolah adalah kepala sekolah, karena setiap kegiatan yang
dilakukan oleh tim berada dibawah koordinasi kepala sekolah . Peran tim literasi
sekolah dalam mengembangkan literasi sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah,
pustakawan, dan guru kelas.

2.7 Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah


Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction
menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di
sekolah.
1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi.

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh
karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran.
Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya
peserta didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor. Selain itu
karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di
sudut baca di semua kelas.
2. Mengupayakan lingkungan sosial dan efektif sebagai model komunikasi dan intraksi
yang literat.Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh
komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik
sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk
menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik,
tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai
kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi diharapkan dapat mewarnai
semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival
buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah
selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya
kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai
kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin
memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.
3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat. Lingkungan fisik,
sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan
pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah s ebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup
banyak untuk pembelajaran literasi.
Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru
membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung.
Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan
untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan
pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SEKOLAH PADA
SMK NEGERI 1 BERINGIN

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1 Data Sekolah dan Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin
3.1.1 Data umum SMK Negeri 1 Beringin
SMK Negeri 1 Beringin dipimpin oleh Bapak Ilyas M.Pd yang berlokasi di
Jalan Pendidikan No 3 Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Sekolah ini merupakan sekolah baru yang dimulai
operasional pada tahun 2013 meskipun sekolah ini baru tetapi telah menyusun visi
dan misi sekolah yang didasari oleh kebutuhan kurikulum nasional, kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan pengguna lulusan. SMK Negeri 1 Beringin dengan
mottonya “SMK BISA” memiliki 80 guru pengajar, 9 orang staf dan pegawai, 4 orang
satpam, 2 orang staf perpustakaan, 4 orang kebersihan dan 983 peserta didik.
sampai saat ini SMK Negeri 1 Beringin mempunyai 6 jurusan yaitu:
1. Jurusan rekayasa perangkat lunak.
2. Jurusan teknik komputer jaringan.
3. Jurusan tata kecantikan.
4. Jurusan tata boga.
5. Jurusan tata busana.
6. Jurusan perhotelan.
SMK Negeri 1 Beringin memiliki 28 kelas ruang belajar siswa, 2 ruang praktek
rekayasa perangkat lunak, 1 ruang praktek teknik komputer jaringan, 1 ruang
kecantikan, 1 ruang praktek tata boga, 1 gedung hotel berlantai 2, 1 green house, 1
ruang bimbingan konseling, 1 ruang uks,1 ruang rapat,1 ruang lab bahasa, l
lablaborataruim kimia dan 3 ruang guru dan kepala sekolah.

3.1.2 Data Umum Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin


Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin di pimpin oleh kepala perpustakaan
yaitu Aminah S.Pd, M.Si dan 1 orang staf perpustakaan yaitu Eka ayu nanda,
perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin juga mempunyai struktur organisasi lengkap

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan deskripsi tugasnya masing-masing. Dasar pendirian perpustakaan SMK
Negeri 1 Beringin berdasarkan SK dan laporan kegiatan yang disusun berdasarkan
laporan tahunan dan bulanan.
Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin berukuran 18 x 14 m² perpustakaan
masi berukuran kecil hanya dapat menampung 60 peserta didik di ruangan
perpustakaan, adapun elemen ruangan yang tersedia di dalam perpustakaan yaitu:
1. Ruang koleksi referensi
2. Ruang koleksi buku umum
3. Ruang area audio visial
4. Ruang baca
5. Ruang baca hening (quiet room)
6. Ruang baca outdoor
7. Ruang kerja staf perpustakaan
8. Ruang Pertemuan
9. Ruang area display buku baru
10. Ruang area komputer/internet
11. Ruang area lemari kataloq/ OPAC
12. Ruang area loker penyimpanan untuk tas pengunjung
13. Gudang
14. Mading
Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin mempunyai koleksi dari keseluruhan
buku sudah mencapai 80 % koleksi umum, koleksi referensi 40 %, koleksi khusus 50
%. keseluruhan koleksi yang ada di perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin sumber
koleksinya terdiri dari pembelian, hadiah/sumbangan dan tukar menukar. tetapi
perpustakaan lebih sering mendapatkan sumber koleksi buku dari hadiah/sumbangan.
Sedangkan dengan layanan perpustakaan dilakukan secara manual, dan sarana akses
kataloq sudah menggunakan komputer (OPAC) tetapi walaupun sudah menggunakan
opac perpustakaan masih lebih sering menggunakan layanan akses secara manual.
karena setiap siswa yang berkunjung ke perpustakaan dan ingin meminjam buku, staf

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perpustakaan sangat repot melayaninya karena yang datang berkunjung tidak hanya 1
orang melainkan datang beramai-ramai. Berhubung staf hanya 1 jadi staf memutuskan
untuk menggunakan yang manual.

3.1.3 Visi misi Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin


Visi
Menjadikan perpustakaan yang berkualitas dan menyenangkan
Misi
1. Menjadikan perpustakaan sebagai jantungnya sekolah
2. Menjadikan perpustakaan tempat yang menyenangkan
3. Menjadikan perpustakaan sebagai rekreasi siswa
4. Memberikan pelayanan yang terbaik

3.1.4 Tujuan Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin


1. Memupuk minat baca dan Bakat serta mengembangkan kemampuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
2. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri
3. Mengengbangkan minat untuk mencari informasi dan mengelola serta
memanfaatkan informasi.
4. Mendidik murid agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan bacaan secara
tepat dan berhasi guna.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di SMK Negeri 1 Beringin


Dalam gerakan literasi sekolah SMK Negeri 1 Beringin sebenarnya telah
melaksanakan kegiatan gerakan literasi sekolah ini sejak tahun 2017, Sekolah
memprogramkan wajib baca 15 menit bagi warga sekolah baik itu peserta didik, guru
dan tenaga kependidikan. Dalam melaksanakan kegiatan literasi sekolah ini juga
mengikuti aturan tahapan-tahapan gerakakan lierasi yaitu tahap pembiasaan, tahap
pengembangan dan pembelajaran yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kebudayaan dengan adanya panduan gerakan literasi dari Kemendikbud SMK Negeri
1 Beringin menjadi lebih mudah untuk membantu dan mewujudkan siswa gemar
membaca.
Tahap pembiasaan di SMK Negeri 1 Beringin sudah terlaksana hanya saja ada
bebarapa poin yang belum terlaksana seperti tidak ada sudut baca di setiap kelas,
sekolah juga belum melibatkan publik seperti orang tua dan alumni, tetapi sekolah
sudah melaksanakan dengan baik. Ditahap pembiasaan sekolah membuat jadwal baca
selama 15 menit wajib baca sebalum KBM (kegiatan belajar mengajar) berlangsung.

Membuat komentar singkat terhadap buku yang dibaca oleh peserta didik, dan
komentar singkat tersebut dimasukkan ke dalam kotak hasil membaca peserta didik
yang sudah di persiapkan oleh tim literasi sekolah, kegiatan ini berlangsung untuk
membuat peserta didik benar atau tidak melaksanakan kegiatan literasi yang di awasi
oleh tim literasi sekolah. kegiatan ini dibuat dalam tahap pengembangan.

Setelah kegiatan kotak saran sudah terlaksana maka dilanjutkan dengan tahap
pengembangan kemampuan berpikir peserta didik, berkomunikasi dalam teks.
Maksudnya disini selama kegiatan literasi berlangsung dan peserta didik sudah
membaca, maka hasil bacaan tidak hanya dimasukkan ke kotak saran, akan tetapi
peserta didik juga harus menyampaikan hasil bacaannya kepada tim literasi dengan
singkat. SMK Negeri 1 Beringin juga membuat tulisan biografi dalam satu kelas
sebagai proyek hasil karya kelas masing-masing, kegiatan dibuat untuk melakukan
tahap pembelajaran.

Sekolah ini telah meluncurkan inovasi dengan membuat gerobak buku, gerobak
buku ini dimaksud untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan untuk medekatkan
buku kepada peserta didik, tidak hanya di perpustakaan saja tetapi juga di kantin,
joglo perpustakaan, taman sekolah, mesjid sekolah, halte sekolah ada rak buku yang
berisi buku-buku bacaan yang bisa di baca oleh siswa. gunanya untuk memudahkan

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
siswa yang ingin membaca dan di mana mereka berada bisa langsung membaca tampa
harus keperpustakaan, semua ini dibuat untuk melatih terbiasanya membaca.

Sedangkan wajib baca 15 menit dilakukan setiap hari sebelum masuk ke kelas
dan sebelum kegiatan belajar mengajar di mulai, guru juga menjadi model dalam
kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan literasi
berlangsung. Literasi 15 menit wajib baca dalam pelaksanaannya dilakukan asasmen
agar dampak keberadaan gerakan literasi sekolah. Dapat diketahui dan terus menerus
dikembangkan, berhubungan tidak semua peserta didik gemar membaca SMK Negeri
1 Beringin juga membuat 2 literasi yaitu:
1. Literasi Panjang
Literasi panjang yaitu bagi siswa yang membaca buku atau novel yang tidak
siap dibaca langsung, jadi dibolehkan lanjut di baca kembali atau di bawa
kembali ke rumah.
2. Literasi Pendek
Literasi pendek yaitu bagi siswa yang membaca cerpen yang siap langsung di
baca tanpa membutuhkan waktu yang lama.
Contoh Literasi pendek : Cincin Konah
Program literasi disebut gerakan karena program ini bukan program jangka
pendek tetapi merupakan program jangka panjang yang berkesinambungan dan tidak
akan berhenti sebelum literasi membudaya, selain alasan diberi nama gerakan juga
karena program ini membutuhkan orang-orang yang literasi khususnya di lingkungan
sekolah.
SMK Negeri 1 Beringin juga membuat jadwal wajib kunjung perpustakaan dan
jam kunjung yang dijadwalkan berdasarkan kelas dan jam khusus. Tidak hanya itu
tetapi SMK Negeri 1 Beringin juga bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Deli
serdang dan Mobil Pintar Deli Serdang yang mengadakan setiap 6 bulan sekali untuk
mengadakan bazar buku yang dilakukan dilingkungan sekolah. diacara bazar buku
peserta didik boleh meminjam buku yang ingin dibaca karna dalam kegiatan bazar

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
buku tersebut banyak buku-buku terbaru, diacara bazar buku juga mengadakan
fastival literasi dan memilih duta membaca.
Adapun hasil dari kegiatan terbentuknya kegiatan literasi sekolah ini menjadi
satu kebanggaan bagi tim literasi sekolah dan pihak sekolah. Terbentuk pula tim wali
akademik siswa yang berfungsi untuk membimbing dan memeriksa hasil bacaan
siswa dalam bentuk laporan. Dalam proses pembelajaran sekolah menjadikan laporan
siswa menjadi syarat untuk mengambil raport, dalam hal ini adalah keterlibatan guru
dalam membimbin peserta didik tetapi di sekolah ini masi ada juga ditemukan guru
yang masih kurang aktif membimbing dan memantau hasil bacaan siswa.
Pelaksanaan wajib baca di SMK Negeri 1 Beringin yang dilaksanakan setelah
pembagian raport bagi peserta didik yang mendapat nilai tidak baik akan dituntut
untuk mengikuti kegiatan literasi, yaitu kegiatan membaca diminta untuk baca senyap
di lapangan sekolah. Bahasan bacaan siswa bervariasi mulai dari bahan bacaan
sendiri, surat kabar sekolah dan buku yang di pinjam dari perpustakaan. Dengan
adanya kegiatan literasi warga sekolah sudah mulai mencintai perpustakaan.

Gambar- 1: Data statistik pengunjung perpustakaan


3.3 Indikator Ketercapaian Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di SMK Negeri 1
Beringin
Indikator Ketercapaian Tahap Pembiasaan
No Indikator Bulum Sudah
1 Ada kegiatan 15 menit membaca Sudah Terlaksana
2 Kegiatan 15 menit membaca telah Sudah Terlaksana
berjalan selama 1 semester

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Peserta didik mimiliki jurnal Belum Terlaksana
bacaan
4 Guru menjadi model dalam Sudah Terlaksana
kegiatan 15 menit membaca
selama kegiatan berlangsung
5 Ada perpustakaan sudut baca di Belum Terlaksana
tiap kelas, dan area baca yang
nyaman dengan koleksi buku
nonpelajar
6 Ada poster-poster kampanye Sudah Terlaksana
membaca di kelas, koridor
7 Ada bahan kaya teks yang Sudah Terlaksana
terpampang di tiap kelas
8 Lingkungan yang bersih, sehat dan Sudah Terlaksana
kaya teks, terdapat posterposter
tentang pembiasaan hidup bersih,
sehat, dan indah
9 Sekolah berupaya melibatkan Belum Terlaksana
orang tua, alumni dan masyarakat
10 Kepala sekolah dan jajarannya Sudah Terlaksana
berkomitmen melaksanakan dan
mendukung GLS

Indikator Ketercapaian Tahap Pengembangan


No Indikator Belum Sudah
1 Ada kegiatan 15 menit membaca, Sudah Terlaksana
membaca dalam hati dan
membaca nyaring
2 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut Sudah Terlaksana
dalam bentuk menghasilkan
tanggapan secara lisan maupun tulisan

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Peserta didik memiliki portofolio Belum Terlaksana
yang berisi kumpulan jurnal
tanggapan membaca.
4 Guru menjadi model dalam kegiatan Sudah Terlaksana
15 menit membaca dan ikut membaca
selama kegiatan berlangsung
5 Tagihan lisan dan tulisan digunakan Sudah Terlaksana
sebagai penilaian nonakademik
6 Jurnal tanggapan membaca peserta didik Belum Terlaksana
dipajang di kelas/koridor sekolah
7 Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, Sudah Terlaksana
dan area baca yang nyaman dengan
koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan
untuk berbagai kegiatan
8 Ada kegiatan akademik yang mendukung Belum Terlaksana
budaya literasi sekolah, misalnya: wisata
ke perpustakaan atau kunjungan
perpustakaan keliling ke sekolah
9 Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu Sudah Terlaksana
bertemakan literasi
10 Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk Sudah Terlaksana
oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas guru
bahasa, guru mata pelajaran lain, dan
tenaga kependidikan.
11 Ada poster-poster kompanye membaca Sudah Terlaksana
dan literasi Ada penghargaan terhadap
pencapaian peserta didik dalam kegiatan
literasi

Indikator Ketercapaian Tahap Pembelajaran


No Indikator Belum Sudah
1 Kegiatan membaca 15 menit sudah Sudah Terlaksana
membudaya dan menjadi kebutuhan
semua warga sekolah

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Kegiatan 15 menit membaca setiap Sudah Terlaksana
hari sebelum jam pelajaran diikuti
kegiatan lain dengan tagihan non-
akademik atau akademik
3 Kegiatan membaca buku non Sudah Terlaksana
pelajaran yang terkait dengan mata
pelajaran dilakukan oleh murid dan
guru, perbedaannya ada tagihan
akademik untuk peserta didik
4 Ada kegiatan tindak lanjut dalam Sudah Terlaksana
bentuk menghasilkan tanggapan
secra lisan maupun tulisan (tagihan
akademik)
5 Melaksanakan berbagai strategi Sudah Terlaksana
untuk memahami teks dalam semua tapi belum
mata pelajaran, misalnya dengan berjalan dengan
menggunakan graphic organizers.
maksimal
6 Tagihan lisan dan tulisan digunakan Sudah Terlaksana
sebagai penilaian akademik.
7 Peserta didik menggunakan Sudah Terlaksana
lingkungan fisik, sosial, afektif, dan
akademik disertai beragam bacaan
yang kaya literasi diluar buku mata
pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran
8 Bacaanl tanggapan peserta didik dari Sudah Terlaksana
hasil membaca buku bacaan dan
buku pelajaran yang dinilai secara
akademik dipajang di kelas dan/atau
koridor sekolah
9 Ada penghargaan terhadap Sudah Terlaksana
pencapaian peserta didik dalam
kegiatan berliterasi, yang dilihat dari
tagihan akademik.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10 Ada poster-poster kampanye Sudah Terlaksana
membaca untuk memperluas
pemahaman dan tekat warga sekolah
untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat
11 Ada unjuk karya, yaitu hasil dari Belum Terlaksana
kemampuan peserta didik dalam
berliterasi yang akan ditampilkan
dalam perayaan hari-hari tertentu
yang bertemakan literasi
12 Perpustakaan sekolah menyediakan Sudah Terlaksana
beragam buku (buku nonpelajar :
fiksi dan nonfiksi) yang diperlukan
peserta didik untuk memperluas
pengetahuan
13 Tim literasi sekolah bertugas Sudah Terlaksana
melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan asesmen program
literasi sekolah
14 Sekolah berjejaring dengan pihak Belum Terlaksana
eksternal untuk pengembangan
program literasi
15 Ada pengembangan berbagai strategi Sudah Terlaksana
membaca

3.4 Kegitan Literasi Batu Basah Di SMK Negeri 1 Beringin


Kegiatan batu basah merupakan akronim dari proses reseptif menjadi
produktif yaitu baca tuliskan, baca sampaikan hasilnya. Kegiatan batu basah ini
sebenarnya sama saja dengan kegiatan literasi dan tahapannya, hanya saja yang
membedakan tata cara pelaksanaannya yang dibuat SMK Negeri 1 Beringin. Pola
batu basah ini merupakan kesimpulan dari tahapan-tahapan literasi yang dibuat dalam
satu kegiatan batu basah.
Kegiatan dilakukan dalam bentuk pelatihan gemar membaca karena rendahnya
minat baca siswa di sekolah, dengan adanya kegiatan pola batu basah sekolah
berharap besar terhadap kegiatan batu basah. Kegiatan batu basah ini merupankan
suatu program yang di buat oleh sekolah dalam upaya untuk pencapaian kegiatan

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
literasi sekolah. Kegiatan yang dibuat oleh sekolah dalam satu program tersebutlah
semua kegiatan yang berkaitan dengan literasi dilakukan, seperti membaca wajib,
membaca 15 menit, pemilihan duta membaca, acara lomba literasi antar kelas maupun
antar sekolah.
Dalam melaksanakan kegiatan literasi pada batu basah sekolah SMK Negeri 1
Beringin menemukan masalah sulitnya mengajak seluruh siswa untuk aktif membaca.
Hasil wawancara kepada narasumber didapat bahwa tingkat kemauan membaca siswa
di sekolah masi rendah, hal ini dibuktikan fakta ketika siswa di minta untuk
menyampaikan hasil bacaannya dalam bentuk tulisan atau lisan hanya terdapat
beberapa siswa yang mampu melakukannya.

3.4.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan Batu Basah


Pelaksanaan kegiatan “Batu Basah” ini dilaksanakan dengan mengikuti tahap
persiapan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Keempat proses ini
akan dilaksanakan secara runut dan sistematis.
1. Persiapan
Pada kegiatan persiapan ini, tim sekolah akan melakukan kegiatan sebagai
berikut:Melakukan sosialisasi “Batu Basah” kepada seluruh warga
sekolah.Setelah melakukan analisis situasi secara lengkap, tim akan
mensosialisasikan pola “Batu Basah” kepada warga sekolah Dalam kegiatan
ini, tim akan memberikan secara rinci langkah langkah yang dapat dilakukan
pola „batu basah‟ untuk mengatasi permasalahan sekolah dalam
menyukseskan gerakan literasi sekolah.
Menyusun program “Batu Basah”. Fase terakhir dari kegiatan perencanaan
adalah menyusun program “Batu Basah” Program yang dimaksud adalah
jadwal pelaksanaan, observasi dan refleksi kegiatan ini. Jadwal akan
disepaakati bersama untuk mempermudah proses kegiatan.

2. Pelaksanaan

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fase ini adalah ini dari progrm “Batu Basah”. Ada beberapa tahap yang
dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu:
Pada tahap ini, siswa akan dikenalkan dengan pola baca SQ3R dan berlatih
menyampaikan hasil bacaan dalam bentuk lisan dan tulisan.
3. Observasi dan Evaluasi
Pada kegiatan ini, Tim literasi mengamati dan mengevaluasi kemajuan
kegiatan membaca di sekolah. Tim akan membuat catatan-catatan yang
berhubungan dengan kegiatan.
4. Refleksi
Tim literasi sekolah melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan

3.5 Permasalahan/ Hambatan Saat Pelaksanaan Kegiatan Batu Basah


Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Minat membaca siswa SMK Negeri 1 Beringin masi rendah.
2. Kurangnya Penggiat di bidang literasi.
3. Siswa juga mengalami kesulitan untuk menyampaikan hasil bacaannya
dalam lisan dan tulisan.
4. Sekolah kesulitan dalam mengelola kegiatan literasi di sekolah karena belum
semua warga sekolah berpartisipasi dalam kegiatan ini.
5. Sekolah tidak memiliki format untuk menyampaikan hasil bacaan baik
dalam bentuk lisan dan tulisan.
6. Kurangnya tenaga pustakawan profesional.

3.6 Peran Perpustakaan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Literasi Di


Sekolah

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Literasi sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah
kemampuan, mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis,
dan/atau berbicara.Literasi dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013
yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran. GLS sebagai
salah satu alternatif untuk menumbuh kembangkan budi pekerti siswa melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hanyat.
Pelaksanaan kegiatan literasi di SMK Negeri 1 Beringin terbagi menjadi tiga
tahap, yakni pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Tahap pembiasaan
ditujukan untuk meningkatkan minat baca siswa dengan cara 15 menit membaca,
penataan sarana literasi dengan kegiatan pada tahap pembiasaan yang membedakan
adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati dan membacakan
nyaring) diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Sedangkan
tahap pembelajaran meliputi peningkatan kemampuan literasi di semua mata
pelajaran menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata
pelajaran (ada tagihan akademik).
GLS di SMK Negeri 1 Beringin meliputi lingkungan fisik sekolah
(ketersediaan fasilitas, sarana prasarana, literasi), lingkungan sosial dan afektif
(dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan
literasi sekolah dan lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan
bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah). Ini ditujukan bagi guru sebagai
pendidik dan pustakawan sebagai tenaga kependidikan untuk membantu mereka
melaksanakan kegiatan literasi di sekolah. Untuk mensukseskan GLS tentunya sangat
membutuhkan keberadaan perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu sarana
pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa.
Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju
penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang
menyenangkan dan menyegarkan. Perspustakaan memberi kontribusi yang penting

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Di samping itu dalam
penjelasan salah satu sumber belajar di sekolah yang amat penting adalah
perpustakaan. Perpustakaan sebagai sumber belajar merupakan tahap awal dalam
proses belajar yaitu tahap mencari informasi yang bertujuan menyerap dan
menghimpun informasi, mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang terorganisir,
menumbuhkan kemampuan menikmati pengalaman imajinatif, membantu
perkembangan kecakapan bahasa dan daya pikir, mendidik siswa agar dapat
menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara efisien serta memberikan dasar
kearah pembelajaran mandiri.
Dalam hal ini, Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin mendukung dan siap
untuk mensukseskan GLS. SMK Negeri 1 Beringin siap membentuk iklim literasi
sekolah di arahkan pada pengadaan dan pengembangan lingkungan fisik seperti buku
non pelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah popular, majalah, komik dll.).
Perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin memberikan penghargaan terhadap peserta
didik yang menunjukkan pencapaian baik dalam kegiatan literasi. Dan
menyelenggarakan kegiatan yang bersifat membangun suasana kolaboratif dan
apresiatif terhadap program literasi. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan lingkungan sosial dan afektif, antara lain penghargaan terhadap
siswa tergiat meminjam setiap akhir semester, penghargaan terhadap siswa tergiat
berkunjung ke perpustakaan setiap akhir semester. GLS merupakan sebuah upaya
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan
memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk
pribadi pembelajar sepanjang hayat.

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait pelaksanaan kegiatan literasi sekolah pada
perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin dan dari hasil pelaksanaan program ini, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sekolah sudah mulai tersistem dalam mengelola kegiatan literasi di sekolah
sehingga semua warga sekolah berpartisifasi dalam kegiatan literasi sekolah.
2. Minat membaca siswa pada SMK Negeri 1 Beringin sudah menunjukkan
peningkatan yang baik.
3. Siswa tidak lagi mengalami kesulitan untuk menyampaikan hasil bacaannya
dalam lisan dan tulisan.
4. Sekolah sudah memiliki format untuk menyampaikan hasil bacaan baik dalam
bentuk lisan dan tulisan.
5. Koleksi yang dimiliki SMK Negeri 1 Beringin sudah mencapai target yang
diinginkan, tetapi hanya ruang perpustakaan kurang besar sehingga jika
kegiatan literasi berlangsung peserta didik merasa tidak nyaman.

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang terkait pada pelaksanaan kegiatan literasi sekolah
pada perpustakaan SMK Negeri 1 Beringin maka penulis memberi saran atau
masukan agar kegiatan literasi semakin baik kedepannya.
1. Seluruh komponen sekolah disarankan untuk lebih berpartisipasi aktif dalam
kegiatan literasi sekolah.
2. Guru, kepala sekolah atau tenaga kependidikan ikut menjadi model dalam
pelaksanaan kegiatan literasi sekolah.
3. Membuat sudut baca di setiap kelas.
4. Adanya dukungan infrastruktur, sarana dan prasarana yang baik agar
kegiatan literasi bisa berjalan lancar.
5. Membuat tanggapan membaca dan di pajang di kelas atau koridor sekolah.
6. Mengadakan kegiatan akademik seperti kunjungan perpustakaan.
7. Mengadakan perayaan hari-hari tertentu yang bertema literasi.
8. Guru membantu siswa dalam membuat jurnal harian.
9. Membuat poster-poster tentang literasi.

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Safruddin Abdul Jabar, Cepi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Alberta Education. 2009. Spanish Language Arts Guide to Implementation (4-6), Learning
and Instructional Strategis (pp 63-81). Canada. Alberta. Retrived on 5 july 2018.
http:educationalberta.ca.

Bruce, C. S. 2009. A Principal’s Guide to Literacy Instruction. New York: Guilford Press.

Harsono, Hanifah. 2002. Implementasi Kebijakan Dn Politik. Jakarta: Grafindo Jaya

Kemendikbud. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.

Kemendikbud. 2016. Desain Induk Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Online Available at:
http://kbbi.web.id/rehabilitasi. Diakses 3 april 2018

R. Terry, George dan Leslie W.Rue. 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi
Aksara

Reitz M, Joan. 2004. Dictionary Library and Information Science. Amerika: Libraries
Unlimited.

Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Surmayadi, Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta:


Citra Utama.

Sukardi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan


Pengembangannya. Jakarta: PT Bumi Aksra.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dari Praktiknya. Jakarta:


Bumi Aksara

Syaukani, ad all. 2004. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Society of College, National and University Libraries (SCONUL). 2007. Information Skill
in Higher Education: a SCONUL Position paper.

UNESCO. 2003. World Declaration on Education for ALL and Framework for Action to
Meet Basic Learning Needs. International Consultative Forum on Education For All.
Paris: UNESCO

Wirawan. 2011. Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi, Contoh Aplikasi
Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan
Buku tes. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN

1. Kegiatan Literasi Di Sekolah SMK Negeri 1 Beringin

Gambar 1: Kegiatan Literasi Di Taman Sekolah

Gambar 2: Kegiatan Literasi Di Joglo Perpustakaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3: Kegiatan Literasi Di Kantin Sekolah

Gambar 4: Kegiatan Literasi Di Halaman Sekolah

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5: Kegiatan Literasi Di Halte Sekolah

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 6: Kegiatan Literasi Pada Saat Acara Bazar Buku

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 7: Reading Award

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai