Anda di halaman 1dari 77

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PSIKOPAT VS TUNARUNGU:

REPRESENTASI DALAM FILM MIDNIGHT

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh

NURBAYTI

0105183413

FAKULTAS ILMU SOSIAL


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, dengan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah


mengkaruniakan rahmat dan petunjuk-Nya. Shalawat dan salam untuk baginda
Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul : “Komunikasi Interpersonal Psikopat Vs Tunarungu: Representasi
dalam Film Midnight”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


menempuh ujian program Strata-1 pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi
serta dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Yaitu:

1. Dr. Maraimbang, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas


Islam Negeri Sumatera Utara, Dr. H. Sori Monang, M. Th selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan, Dr. Irwansyah, M.
Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan
Dan Keuangan, Dr. M Yose Rizal Saragih, S, Ag., M. Ikom, selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dan Keserjanaan.
2. Dr. Muhammad Alifikri, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi, Dr. Sholihah Titin Sumanti, M. Ag, selaku Sekretaris
Jurusan Ilmu Komunikasi dan juga kepada seluruh Bapak dan Ibu
Dosen beserta Staff Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan
masukan dan arahan beserta informasi kepada penulis selama masa
perkuliahan hingga di tahap penyelesaian ini.
3. Dr. Fakhrur Rozi, M.I.Kom, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan
Ahmed Fernanda Desky, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah memberikan arahan, masukan, bimbingan, saran, serta
meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi sampai ke tahap ini.

ii
4. Terima kasih kepada seluruh staff administrasi Fakultas Ilmu Sosial
yang telah membantu penulis terkait semua berkas-berkas dan proses
surat menyurat untuk kelengkapan selama masa perkuliahan.
5. Kepada Ibu tercinta yang selalu mendoakan, memberikan semangat,
memotivasi, mendengarkan segala cerita dan tempat keluh kesah serta
mengajarkan banyak hal terutama mengingatkankan tentang kesabaran
di setiap proses yang dijalani.
6. Untuk diri saya sendiri yang telah berjuang sampai titik ini banyak
melakukan hal-hal baru yang sangat luar biasa selama masa
perkuliahan.
7. Kepada ketiga saudara laki-lakiku tersayang Mhd. Abdul Azis,
Muhammad Nizar dan Hamdan yang telah menjadi support system
terbaik selama ini.
8. Kepada teman-teman masa SD yang berteman hingga sekarang Fika
Amaliza, Rima Azra Anggini dan Ella Eliza yang telah menyemangati,
memberikan doa dengan tulus sehingga penulis bersemangat
menyelesaikan skripsi ini
9. Terima kasih teruntuk sahabat yang paling dekat dengan saya Shafyra
Novitry Lestari Putri, yang sudah menjadi teman susah senang saya,
teman seperjuangan, teman seperantauan, teman sekelas, dan teman
sekamar saat di kos. Telah banyak berkontribusi dalam hidup saya,
teman yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri dan paling
mengerti kondisi saya, yang selalu mendoakan, memberikan arahan,
selalu mendengarkan curhatan saya, menjadi tempat pelarian saya saat
banyak masalah. Banyak memberikan motivasi, dukungan dan yang
paling berharga dia selalu membuat saya tertawa.
10. Terima kasih kepada Nurul Huda Awalia Mataniari, teman yang sudah
saya anggap sebagai kakak sendiri selama duduk di bangku
perkuliahan hingga saat ini. Telah banyak memberikan saya nasihat,
support,dan selalu memberikan semangat untuk menjalani semua
kegiatan saya selama perkuliahan serta tempat saya meminta arahan
dan bertanya mengenai informasi penting.
11. Terima kasih kepada sahabatku Syarifah Aini Br. Tumanggor, yang
telah menjadi partner terbaik sampai saat ini, yang selalu memberikan
saya semangat, selalu mendoakan, mendengarkan keluh kesah saya,
dan teman saya pergi ke kampus selama menduduki semester akhir.
Terima kasih telah menjadi orang yang baik selama berteman dengan
saya.
12. Terima kasih kepada bestieku Nuriani, yang selalu mendoakan,
memberikan dukungan, memotivasi saya untuk tidak bermalas-
malasan, yang selalu menjadi teman healing saat di kampung, teman
gabut saya, tempat saya berbagi cerita pada waktu malam hari.
13. Last but now least, i wanna thank me, i wanna thank me for believing
in me, for doing all this hard work, i wanna thanks me for heaving no
day off, for never quitting, for just being me at all times.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


pihak-pihak terkait yang telahs berkontribusi dan berpartisipasi dalam
proses pembuatan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca.

Penulis berharap adanya masukan dari pembaca. Oleh karena itu,


penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca
sekalian untuk dijadikan sebagai bahan evalusi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, 10 Oktober 2022

Nurbayti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 8
1.5 Definisi Konseptual.......................................................................... 9
1.6 Penelitian Terdahulu........................................................................ 10
1.7 Sistematika Penulisan...................................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORITIS ....................................................................... 13


2.1 Kerangka Berpikir............................................................................ 13
2.1.1 Komunikasi Interpersonal....................................................... 13
2.1.2 Psikopat................................................................................... 15
2.1.3 Disabilitas................................................................................ 17
2.1.4 Semiotika Film........................................................................ 19
2.2 Kerangka Teori................................................................................ 21
2.2.1 Semiotika Roland Barthes....................................................... 21
2.2.2 Teori Representasi .................................................................. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 27

3.1 Jenis Penelitian................................................................................. 27


3.2 Subjek dan Objek Penelitian ........................................................... 27
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 28
3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................... 29

v
3.5 Proses Analisis................................................................................. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 31

4.1 Deskripsi Umum Penelitian............................................................. 31


4.2 Data Penelitian................................................................................. 34
4.3 Pembahasan...................................................................................... 52
4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian....................................................... 52
4.3.2 Sinopsis Film “Midnight”...................................................... 52
..........................................................................................................
4.3.3 Representasi Komunikasi Interpersonal Psikopat Vs Tunarungu
Dalam Film Midnight....................................................................... 59
4.3.4 Analisis Kajian Semiotika Pada Film Midnight...................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 65

5.1 Kesimpulan...................................................................................... 65
5.2 Saran................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir........................................................................ 13
Tabel 2.2 Peta Tanda Roland Barthes ......................................................... 23
Tabel 2.3 Signifikasi dan Mitos Roland Barthes ........................................ 25
Tabel 3.1 Kerja Analisa .............................................................................. 29
Tabel 4.1 Tantangan Disabilitas Dalam Menyelamatkan Diri..................... 35
Tabel 4.2 Triadic Communication............................................................... 38
Tabel 4.3 Diadic Communication Antara Psikopat dan Wanita Tunarungu
............................................................................................................ 40
Tabel 4.4 Komunikasi Interpersonal: Verbal dan Non Verbal.................... 43
Tabel 4.5 Komunikasi Interpersonal: Emphaty........................................... 46
Tabel 4.6 Simbol dan Makna Dalam Komunikasi Interpersonal................. 49
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Film Midnight merupakan sorotan isu dan hak-hak disabilitas wanita


tunarungu di Korea Selatan yang bernama Kyung Mi (Jin Ki Jo), yang
menjadi incaran dari psikopat atau pembunuh berantai, Do Sik (Wi Ha Joon).
Seperti judulnya, film ini dikemas dengan latar waktu malam dan alur cerita
Thriller yang disutradarai Kwon Oh-Seung. Dikutip dari berita suara.com film
ini sempat mengalami penundaan karena wabah Covid-19 dan berhasil
menyelesaikan syutingnya pada akhir 2019 dan rilis pada 30 Juni 2021 dengan
durasi 103 menit. Film ini diputar di bioskop dan video online di platfrom
TVING.

Belakangan tahun ini industri film Korea Selatan sedang meniti jalan
yang sangat cerah dan mengalami peningkatan yang sangat pesat baik dari
produksi dan sinematografi hingga jangkauan kepopulerannya. Film Korea
Selatan sering menjadi salah satu sumber representasi kemajuan negara
tersebut dengan seperti menampilkan penggunaan barang mewah, smartphone
terbaru atau pakaian yang sangat up to date dan trendy (Purwanti, 2017).

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang populer saat
ini. Alur cerita yang menarik serta efek suara yang baik menjadi salah satu
alasan khalayak tidak bosan menikmatinya dan tidak perlu lagi berimanjinasi
seperti membaca buku (Romli, 2016). Selain menjadi hiburan, film memiliki
banyak fungsi seperti media informasi, media edukasi, dan media komunikasi.
Film juga sering sekali menjadi sarana untuk mentransmisikan pesan-pesan
bermakna yang ingin disampaikan komunikator kepada audiens massa
(Ardianto, 2007). Semakin berkembangnya teknologi, semakin berkembang
juga dunia perfilman. Jika dulu film cukup sulit tersebar secara global, maka
sekarang menjadi sangat mudah dan bisa ditonton oleh khalayak dari berbagai
belahan dunia. Berkembangnya dunia perfilman membuat berbagai negara

1
2

berlomba-lomba membuat berbagai jenis film yang berkualitas bagus seperti


Jepang, China, Thailand, dan Korea Selatan (Nurmala, 2018). Selanjutnya,
dengan menempatkan film sebagai komunikasi kedalam sebuah sistem besar
yang menggeneralisasikan makna, berarti film itu merupakan sebuah budaya
dan representasinya itu menghadirkan image. Selain berfungsi entertaimen
film juga dapat diartikan sebagai sarana untuk menyampaikan idiologi karena
film juga dapat membongkar suatu realita dan meberikan pencerahan dan
penyadaran dalam masyarakat. Sadar atau tidak, film adalah jembatan sebagai
muatan ideologis baik sebagai culture penetration atau sebaliknya.

Menurut Rusdi Mucthar (2018: 3) Komunikasi Interpersonal


merupakan proses penyampaian pesanleh satu orang dan penerimaan pesan
oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Jadi komunikasi
adalah kebutuhan setiap individu, khususnya dalam menjalin hubungan
interaksi kemanusiaan guna untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pola
komunikasi yang berkembang tidak hanya bersifat informatif tetapi juga
persuasif. Artinya komunikasi tidak hanya bertujuan agar orang lain mengerti,
tetapi juga berharap agar orang lain menerima suatu paham, keyakinan atau
melakukan suatu perbuatan tertentu.

Menurut Suranto (2011) komunikasi interpersonal dianggap efektif


jika komunikan memahami pesan komunikator dengan benar, dan
memberikan respon sesuai dengan yang komunikator inginkan. Tujuan
penting komunikasi interpersonal diarahkan pada enam hal yaitu mengenai
diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan
memelihara hubungan, mengubah sikap dan prilaku, mencari hiburan dan
mebantu orang lain. Menurut Joseph N Cappella (1963) dalam Gerald R
Miller disebutkan bahwa komunikasai interpersonal yang dilakukan pada
tingkat tertentu dapat melahirkan suasana dan dinamika psikologis yang dapat
memberikan manfaat pada kebutuhan psiko-emosional manusia. Namun
dijelaskan juga bahwa manusia secara psikis memiliki kecendrungan
3

terhambatnya kebutuhan psiko-emosional yang mengakibatkan dirinya


mengalami tekanan emosi yang berupa kecemasan, prasangka, rasa takut,
khawatir dan was-was, marah, agresif, dan anarkis.

Seiring dengan berkembangnya zaman maka kehidupan sosial akan


menjadi lebih meningkat dan tidak menutup kemungkinan untuk munculnya
berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bagi manusia normal
yang mempunyai akal pikiran sehat, wajar ketika melakukan kesalahan, lalu
menyadari kesalahannya dan kemudian menyesal. Namun tidak bagi seorang
psikopat.

Dikutip dari hellosehat.com psikopat (psychopath) kerap disebut


dengan psycho, adalah gangguan mental yang ditandai dengan kurangnya
empati dan kontrol prilaku yang buruk atau impulsif. Sikap ini mengakibatkan
penderitanya memiliki perilaku antisosial, serta cendrung melanggar aturan
dan melakukan tidak kejahatan dan kriminal. Bisanya seseorang dengan
kondisi ini umumnya bersikap manipulatif untuk mendapatkan kepercayaan
orang lain. Mereka belajar untuk meniru emosi, yang sebenarnya tidak mereka
rasakan, dan tampak seperti orang normal. Bahkan, mereka seringkali
menunjukkan kepribadian yang hangat dan memesona. Hal inilah, banyak
diantara mereka yang melakukan hal tidak bermoral, seperti membunuh
nyawa seseorang, sering berbohong, tanpa ada penyesalan dan rasa bersalah.
Sikap ini yang kemudian berdampak luas pada kehidupan, termaasuk merusak
pekerjaan, sekolah, serta hubungan dengan keluarga dan lingkungan sosial.
Istilah psikopat tak hanya sering digunakan dalam film semata untuk media
hiburan akan tetapi psikopat benar-benar ada di dunia nyata bahkan
disekeliling kita yang mungkin sering menggunakan kepribadian palsu untuk
berinteraksi dengan orang lain.

Tahun ini dunia perfilman Korea tak pernah berhenti menyajikan film
dengan genre thriller yang mengedepankan unsur audio dan tengah banyak
mendapatkan perhatian masyarakat, salah satunya adalah sebuah film dengan
judul Midnight. Yang dibintangi oleh Jin Ki Joo, Wi Ha Joon dan Kim Hye
4

Yoon. yang menceritakan tentang seorang gadis tunarungu yang tidak sengaja
menginterupsi seorang pembunuh berantai yang sedang beraksi, kejadian ini
kemudian mengantarkan mereka dalam sebuah permainan petak-umpet
mematikan beradu fisik dan kecerdikan yang berlangsung sepanjang malam.

Konflik utama cerita film ini dipicu oleh sifat diskriminatif dan
misoginis dari sang pembunuh berantai yang memasang target merah pada
kepala sang protagonis hanya karena ia merasa gadis muda dengan disabilitas
adalah suatu target mudah baginya. Hal ini yang menjadikannnya begitu
bergairah dalam usahanya mengeksekusi niat kejinya. Sifat psikopat sering
menggunakan kepribadian palsu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Terkadang, para psikopat menggunakan “topeng” untuk berkamuflase dengan
lingkungan sekitar, salah satunya ketika mereka sedang berada dalam forum
diskusi. Inilah dimana sutradara Kwon Oh-seung memasukkan pesan moral
tentang diskriminasi kaum difabel dan peran aparat pemerintah dalam
menanggulanginya.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), Keterlibatan MK


Korea dalam perlindungan hak-hak dasar warga negara salah satunya dalam
hal kewajiban untuk mempekerjakan penyandang disabilitas. Pasal 31-36 UU
Korea tentang hak-hak sosial masyarakat Korea yang mencakup perlindungan
hak atas pendidikan dan bekerja, hak untuk hidup bermartabat serta hak untuk
memiliki mata pencarian yang sehat. Dalam hal ini, MK Korea membenarkan
kontitusional yang mengharuskan semua pelaku usaha dengan presentase
tertentu agar melibatkan penyandang cacat sebagai karyawan. Hakim Korea
Seon Ae Lee dalam The 3rd Indonesian Constitutional Court International
Symposium (ICCIS 2019) menjelaskan apabila terdapat usaha-usaha yang
tidak memenuhi ketentuan, makan akan dieknai biaya tertentu sebagai
kompensasi ketidaktundukan pada konstitusi. Jadi, wajib bagi setiap
perusahaan mempromosikan pekerjaan bagi disabilitas. Karena pada dasarnya
ketentuan yang dimaksud tidak melanggar kebebasan kerja dan hak milik dari
sebuah usaha.
5

Dikutip dari berita Ditjenham (Direktorat Jendral HAM) oleh


Bambang Widodo, penyandang disabilitas belum mendapat tempat
dimasyarakat. Kehadirannya masih dipandang sebelah mata. Keterbatasan
yang dimiliki, membuat mereka dianggap sebagai kelompok yang lemah,
tidak berdaya dan mudah dimanipulasi oleh orang lain. Hak-hak mereka
sebagai manusia seringkali diabaikan. Mulai dari hak untuk hidup, hak
memperoleh pelayanan pendidikan, pekerjaan dan kesehatan hingga hak
kemudahan mengakses fasilitas umum. Sama hal nya seperti hukum di
Indonesia dalam UUD 1945, sudah dengan tegas menjamin para penyandang
disabilitas. Setidaknya dalam pasal 28H ayat (2) UUD 45, menyebutkan
bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.

Selain itu, penyandang disabilitas juga berhak mendapat penghormatan


dan pengakuan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan
dengan orang lain, termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan
perlindungan dan pelayanan sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam
keadaan darurat. Untuk menjamin pemenuhan hak penyandang disabilitas, jika
di Indonesia, pemerintah menerbitkan Undang Undang Nomor 18 tahun 2016
tentang penyandang disabilitas. Adanya undang undang penyandang
disabilitas tersebut, tidak saja menjadi payung hukum bagi penyandang
disabilitas, tapi jaminan agar kaum disabilitas terhindar dari segala bentuk
ketidakadilan, kekerasan dan diskriminasi.

Diskriminasi adalah suatu bentuk sikap dan prilaku yang melanggar


hak asasi manusia (Ihromi, 2007:7). Diskriminasi ini merupakan pembatasan
antara suatu hal yang berbeda, dan hal ini dapat terjadi pada siapa saja. Hal ini
juga termasuk perwujudan dari sikap labelling dan prasangka rencana yang
dilakukan secara terbuka atau tertutup dalam suatu tindakan untuk
menyingkirkan, menjauhi dan menimbulkan sikap bulliying terhadap
seseorang atau kelompok tertentu. Labelling yang diskriminatif merupakan
6

satu contoh kecil di lingkungan masyarakat yang melakukan penamaan kepada


kaun difabel atau penyandang disabilitas dengan istilah “cacat” yang
kemudian disusul dengan praktik tindakan diskriminatif. Dikutip dari
kompas.id perempuan penyandang disabilitas mempunyai potensi dan bakat
seperti perempuan lainnya maupun laki-laki. Diskriminasi yang menjadi
penghambat untuk mengembangkan diri harus dihapus. Selain itu, butuh
dukungan lintas sektor untuk memenuhi hak-hak mereka dengan lebih banyak
dilibatkan dalam berbagai bidang.

Bicara tentang penyandang disabilitas sebagai bagian dari kelompok


rentan tidaklah menuai perdebatan. Hampir semua orang, dengan disiplin dan
alasan yang berbeda menyepakati keberadaan disabilitas sebagai kelompok
rentan. Penyandang disabilitas tidak seberuntung kelompok mayoritas lainnya
dalam menikmati hak dan kesempatan atas pendidikan, kesehatan lapangan
kerja, penghidupan yang layak hingga akses terhadap keadilan dan hukum
yang fair (Syafi’ie, Purwanti dan Ali, 2014:1). Disabilitas sebagai dasar basis
diskriminasi merujuk pada istilah Ableisme yang menganggap penyandang
disabilitas sebagai kelompok lain. Dengan cara pandang itu, ada pemisahan
atas nama sehat-tidak sehat dan normal-tidak normal. Dampaknya,
penyandang disabilitas menjadi tereksklusi dan menjauhkannya dari manusia
dan sumber daya.

Naiknya berbagai interpretasi seputar disabilitas menunjukkan semakin


kayanya cakupan representasi yang dapat dihadirkan dalam film untuk
menjangkau kesadaran publik yang lebih luar terhadap topik ini. Keseluruhan
alur cerita film Midnight dikemas dengan menarik. Pertama, seluruh film
didasarkan pada suatu malam yang membuat tegang setiap adegannya. Meski
begitu, tidak ada satu bagian pun yang membosankan. Konsep keseluruhan
film ini yaitu kejar-kejaran seperti kucing dan tikus, dimana Kyung Mi (Jin Ki
Joo) menemukan seorang gadis yang menjadi korban dari pembunuh berantai
Do Shik (Wi Han Joon).
7

Gaya sinematografi Korea yang memasukkan unsur budayanya dan


menghindari kemiripan dari gaya Hollywood lah yang membuat film-film
Korea berbeda bagi para penonton Internasional. Dasi segi cerita, film-film
Korea juga terkenal sering mengeksplorasi sisi gelap manusia. Dicampur
dengan humor yang gelap serta kekerasan, membuat sinematografinya
menjadi mewah dan memiliki nilai yang lebih tinggi.

Film thriller adalah genre film yang menyajikan aksi menegangkan


dari aktor dan aktrisnya. Film thriller adalah gendre film dengan alur cerita
berupa upaya pemeran protagonis untuk menggagalkan rencana jahat pemeran
antagonis yang biasanya lebih kuat. Genre film ini selalu diasosiasikan
kedalam genre action karena banyak diisi dengan adegan menegangkan dan
mendebarkan. Biasanya tema cerita yang diangkat berasal dari kehidupan
nyata seperti pembunuhan, gangguan kejiwaan, misteri, mata-mata, hingga
teori konspirasi.

Tokoh utama dalam film ini adalah Kyung Mi dan Do Shik, dimana
penggambaran kedua tokoh utama memiliki latar belakang yang sangat
berbeda di dalam film ini yang menjadi daya tarik tersendiri. Salah satunya
yaitu kita bisa belajar menjadi lebih berani dari sosok Kyung Mi yang mana
seorang tunarungu dan berkomunuikasi hanya melalui bahasa isyarat serta teks
diponselnya. Kyung Mi mengarahkan seluruh usahanya dan semua ide yang ia
punya ketika sang pembunuh berantai mengusik orang-orang yang ia sayangi
termasuk ibunya. Ketika dengan tiba-tiba Do Shik ingin menargetkan ibu
Kyung Mi sebagai sosok yang akan menjadi korban selanjutnya, maka Kyung
Mi melakukan tindakan yang tidak pernah terpikirkan oleh pembunuh berantai
yaitu Do Shik bahwa seorang tunarungu akan mengorbankan dirinya sendiri
agar lawan menjadi tersangka dalam kejadian itu.

Sajian alur yang tidak terduga sangat ditampilkan dalm film ini, serta
memberikan kesan yang tidak biasa sejak perilisan poster muncul, maka dari
itu tidak heran jika banyak sekali orang-orang yang tertarik bahkan menunggu
tayang film-film thriller termasuk film Midnight ini. Berdasarkan penjelasan
8

dari latar belakang diatas, peneliti melakukan penelitian dengan judul :


“Komunikasi Interpersonal Psikopat Vs Tunarungu: Representasi dalam
Film Midnight”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan


masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah bagaimana representasi
komunikasi interpersonal psikopat vs tunarungu pada film Midnight dalam
kajian analisis semiotika?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisis semiotika


komunikasi interpersonal yang dilakukan antara psikopat vs tunarungu dalam
film Midnight.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tentang komunikasi interpersonal psikopat vs


tunarungu: representasi dalam film Midnight adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Praktis

Mampu memberikan pemahaman dan untuk dijadikan sebagai bahan


masukan terkait teori representasi dan dapat dijadikan tambahan ilmu
pengetahuan serta wawasan yang lebih luas tentang komunikasi interpersonal
antara individu satu dengan yang lain.

b. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk bahan referensi


bagi peneliti selanjutnya dalam memperluas dan menambah literatur-literatur
khususnya dalam bidang Ilmu Komunikasi mengenai representasi makna
dalam media.
9

1.5 Definisi Konseptual


a. Representasi

Representasi berasal dari bahasa inggris, yaitu representation yang


artinya perwakilan, gambaran atau penggambaran. Danesi (dalam
Wahjuwibowo, 2018: 122) menjelaskan bahwa, representasi adalah proses
perekaman gagasan, pengetahuan atau pesan dengan beberapa cara fisik.
Seacara lebih tepat, didefinisikan sebagai kegunaan dari tanda untuk
menggabungkan, memberi image, meniru sesuatu yang dirasa, dipahami,
diimajinasikan, atau dirasakan dalam bentuk konkrit.

b. Komunikasi Interpersonal

Kathleen S. Verderber et. al (2014: 14) mengemukan komunikasi


interpersonal merupakan proses melalui mana orang yang menciptakan dan
mengola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik
dalam menciptakan makna. Menurutnya pertama, komunikasi interpersonal
sebagai proses. Kedua, komunikasi interpersonal bergantung kepada makna
yang diciptakan oleh pihak yang terlibat. Ketiga, melalui komunikasi kita
menciptakan dan mengelola hubungan kita.

c. Psikopat

Psikopat dan gangguan keperibadian anti sosial menurut kriteria


Diagnosic And Statistical Manual Of Mental Health Disorder-Fourth Edition-
Text Revision (DSM-IV-TR) memiliki beberapa perbedaan penting. Kriteria
untuk gangguan kepribadian anti sosial tersebut hampir seluruhnya difokuskan
pada perilaku yang dapat diobservasi (misalnya: pelanggaran atau perilaku
anti sosial yang berulang). Sebaliknya, psikopat lebih kecil yaitu
penekanannya pada perilaku yang dapat diobservasi. Dengan kata lain
psikopat lebih difokuskan pada ciri kepribadian (misalnya: pesona superfisial,
manipulatif, kurang penyesalan dan self-centered) (Khotimah & Retnowarti,
2014).
10

d. Tunarungu

Tunarungu merupakan seseorang yang mengalami gangguan


pendengaran. Suatu keadaan kehilangan pendengaran ini menyebabkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengarannya yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki
nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari (Somantri, 2012: 93).

e. Film Thriller

Genre film thriller merupakan genre yang fokus utamanya


mengedepankan ketegangan yang dibuat tidak jauh dari unsur logika seperti
pembunuhan (Javandalasta, 2011: 3). Tujuan utama dari film yang bergenre
thriller adalah memberi rasa penasaran, ketgangan serta ketakutan pada diri
penonton.

1.6 Penelitian Terdahulu

Beradasarkan judul peneliti “Komunikasi Interpersonal Psikopat Vs


Tunarungu: Representasi dalam Film Midnight”, belum pernah dibahas oleh
peneliti sebelumnya. Pradigma dan pendekatan yang digunakan terhadap
masalah tersebut akan berbeda dengan peneliti sebelumnya. Maka untuk itu
peneliti mencari perbandingan dan menemukan inspirasi baru untuk peneliti
selanjutnya.

Berikut penelitian terdahulu yang membedakan dengan penelitian peneliti :

1. Pesan Seni Beladiri Dalam Film Man Of Taichi (Sebuah Analisis


Semiotika Roland Barthes Pada Film Man Of Taichi). Oleh M. Luqman
Ahmadi Al Bashir (2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif model semiotika Roland Barthes. Hasil temuan pada penelitian
ini yaitu penanda dan penanda adalah dialog dari tokoh film, gerak tubuh,
ekspresi, latar belakang dan musik ilustrasi dan Hubungan interpersonal
yang berputar karena hubungan timbal balik yang terjadi antar tokoh.
11

Persamaan penelitian ini adalah menggunakan analisis semiotika dan


memakai model Roland Barthes serta ada unsur komunikasi interpersonal
didalamnya. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu mengkaji tentang
pesan beladiri, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang
komunikasi interpersonal antara psikopat dan tunarungu dalam film
Midnight.
2. Diskriminasi Gender dalam Film Pink oleh Halimatus Sakdiyah (2018).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif model semiotika Roland
Barthes. Hasil temuan pada penelitian ini yaitu marginalisasi perempuan,
subordinasi, streotipe dan kekerasan dalam film pink. Persamaan
penelitian ini adalah menggunakan analisis semiotika dan memakai model
Roland Barthes. Perbedaannya adalah Penelitian terdahulu mengkaji
tentang diskriminasi gender sedangkan di dalam penelitian ini mengkaji
tentang komunikasi interpersonal antara psikopat dan tunarungu dalam
film Midnight.
3. Makna Pesan Iklan Homecare Unilever Edisi Ramadhan 2020 oleh Teguh
Pamungkas (2021). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
model semiotika Roland Barthes. Hasil temuan pada penelitian ini yaitu
Gambaran umum Unilever seperti sejarah, prinsip bisnis, dan filosofi.
Persamaan penelitian ini adalah menggunakan analisis semiotika dan
memakai model Roland Barthes. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu
mengkaji tentang makna pesan iklan homecare unilever edisi ramadhan
2020 sedangkan di dalam penelitian ini mengkaji tentang komunikasi
interpersonal antara psikopat dan tunarungu dalam film Midnight.
4. Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Parasite oleh Rifa Alya
(2020). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif model semiotika
Roland Barthes. Hasil temuan pada penelitian ini yaitu menjelaskan
mengeni penanda, petanda, makna denotatif dan konotatif yang
ditampilkan melalui adegan tokoh pada film parasite yang beberapa
diantaranya membentuk mitos atau konstruksi sosial. Persamaan penelitian
ini adalah menggunakan analisis semiotika dan memakai model Roland
12

Barthes. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu mengkaji tentang pesan


moral dan perjuangan kelas bawah serta kesenjangan sosial sedangkan di
dalam penelitian ini mengkaji tentang komunikasi interpersonal antara
psikopat dan tunarungu dalam film Midnight.
5. Analisis Semiotika Diskriminasi Gender Dalam Film “Kartini” 2017
Karya Hanung Bramanto oleh Sandra Oktaviani (2019). Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif model semiotika Roland Barthes.
Hasil temuan pada penelitian ini yaitu Memaparkan data dan penelitian
berfokus pada adegan diskriminasi gender yang terjadi dalam setiap
adegan film kartini 2017. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan
analisis semiotika dan memakai model Roland Barthes. Perbedaannya
adalah penelitian terdahulu mengkaji tentang deskriminasi gender
sedangkan di dalam penelitian ini mengkaji tentang komunikasi
interpersonal antara psikopat dan tunarungu dalam film Midnight.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam penelitian ini, peneliti


menyusun proposal ini ke dalam tiga bab yang membentuk suatu rangkaian
yang saling berhubungan. Adapun tiga bab tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, BAB I PENDAHULUAN; bab ini menjelaskan tentang latar


belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konseptual dan sistematika penulisan proposal penelitian.

Kedua, BAB II KAJIAN TEORITIS; bab ini menjelaskan tentang


tinjauan umum tentang kerangka berfikir, kerangka teori dan kajian terdahulu.

Ketiga, BAB III METODOLOGI PENELITIAN; bab ini menjelaskan


metode penelitian, objek penelitian, jadwal penelitian, sumber data penelitian,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang berkaitan dengan judul
yang telah ditentukan.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kerangka Berpikir

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir

Film Midnight

Komunikasi Interpersonal

Psikopat Tunarungu

Roland Barthes

Makna Konotasi

Makna Denotasi

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori


i i i i i i i

i burhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah


i i i i i i i i

i yang sangat penting. Penelitian ini meneliti tentang bagaimana tampilan


i i i i i i i i

i komunikasi interpersonal pada tayangan film Midnight terhadap seorang


i i i i i i i

i psikopat dan tunarungu. Dalam meneliti hal tersebut peneliti menggunakan


i i i i i i i i

i analisis semiotika model Roland Barthes sehingga pembaca dapat memahami


i i i i i i i i

i tanda pada scene-scene di dalam film ini, dan sekaligus untuk menganalisis
i i i i i i i i i i

i simbol, pemaknaan, serta denotasi dan konotasi yang terkandung dalam cuplikan
i i i i i i i i i

i film tersebut.
i

2.1.1 Komunikasi Interpersonal i

Menurut Julia T. Wood (2013:19), semua komunikasi kecuali


i i i i i i i

i komunikasi intrapersonal adalah komunikasi interpersonal, dan definisi


i i i i i i

i komunikasi interpersonal yang lebih lengkap yaitu: pertama, selektif (setiap


i i i i i i i i

13
14

i orang akan memilih dengan siapa akan berkomunikasi). Kedua, sistemik


i i i i i i i i

i (dipengaruhi oleh beberapa sistem seperti budaya, pengalaman pribadi dan i i i i i i i i

i sebagainya). Ketiga, unik (masing-masing hubungan mengembangkan ritme dan


i i i i i i i

i pola tersendiri yang khas). Keempat, prosesual adalah proses yang berlangsung
i i i i i i i i i

i (on going) dan berkesinambungan (continous). Kelima, transaksi adalah proses


i i i i i i i i

i transaksi diantara orang-orang yang berkomunikasi secara timbal balik dan


i i i i i i i i

i bersamaan (simultaneously). i i

Secara lebih rinci Hovland mendefinisikan komunikasi interpersonal


i i i i i i

i sebagai suatu keadaan interaksi ketika seorang (komunikator) mengirimkan


i i i i i i i

i stimuli (biasanya simbol-simbol verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain
i i i i i i i i i

i (komunikan), dalam sebuah peristiwa tatap muka. Keberadaan komunikasi i i i i i i i i

i interpersonal mampu melahirkan pola hubungan interaksional yang harmonis i i i i i i i

i dan simbiosis. Bagi sebahagian orang komunikasi interpersonal berubah menjadi


i i i i i i i i

i pola hubungan kekerabatan, pertemanan dan peraudaraan. Para pelaku


i i i i i i i

i komunikasi dapat menjadikan dirinya sebagai subjek sekaligus objek i i i i i i i

i komunikasi.

Dinamika komunikasi interpersonal meliputi adanya kesadaran konteks i i i i i i

i (lingkungan), pengelolaan bahasa alami, perangkat dunia maya, dan i i i i i i i

i pembelajaran statistik. Komunikasi interpersonal menghasilkan dinamika i i i i i

i psikologis yang mempengaruhi kerangka kerja dan prilaku hubungan


i i i i i i i

i interperonal individu, adapun dinamika psikologis yang terbentuk dari proses


i i i i i i i i

i komunikasi interpersonal ini meliputi kesadaran konteks lingkungan, i i i i i i

i pengelolaan bahasa informasi, perangkat lunak menggunakan efek dunia maya,


i i i i i i i i

i serta mencapai teori belajar statistik, dan kemudian individu akan memiliki
i i i i i i i i i

i pemahaman dan penafsiran terhadap bahasa statistik dari kode, pengalih sandi
i i i i i i i i i

i informasi dan berakhir pada munculnya prilaku sesuai dengan tujuan


i i i i i i i i

i komunikasi. Untuk mengukur dinamika psikologis itu ada lima dimensi yaitu
i i i i i i i i i

i keterbukaan, empati, sikap suportif, sikap positif dan kesetaraan, yang nantinya
i i i i i i i i i

i akan dijabarkan dalam beberapa indikator.


i i i i
15

2.1.2 Psikopat

Psikopat adalah gangguan jiwa yang membahayakan orang-orang i i i i i i

i terdekat bahkan merugikan masyarakat. Psikopat apabila dilihat secara sepintas


i i i i i i i i

i memilki sifat yang sangat baik dan disukai banyak orang dengan kemampuannya
i i i i i i i i i i

i untuk memanipulasi dan berbohong terhadap keadaan sekitar, namun disebalik


i i i i i i i i

i itu mereka sangatlah merugikan mayarakat. Orang-orang seperti inilah yang


i i i i i i i i i

i sering disebutkan oleh para ahli sebagai psikopat yang menderita kelainan atau
i i i i i i i i i i

i patologi.

Psikopat merupakan diagnosis gangguan kepribadian anti sosial yang i i i i i i i

i dapat berasal dari berbagai genetik dan faktor lingkungan. Hal ini ditandai
i i i i i i i i i i

i dengan kurangnya empati dan kebiasaan melanggar aturan. Psikopat tidak selalu
i i i i i i i i i

i mudah untuk dikenali dan sering kali disukai setidaknya pada awal-awalnya saja,
i i i i i i i i i i

i namun seiring berjalannya waktu sifat sejati mereka menjadi semakin jelas
i i i i i i i i i

i (Tumampas, 2021: 3). i i i

Gangguan psikopat merupakan salah satu dari masalah kesehatan mental, i i i i i i i i

i namun gangguan psikopat tidak seperti gangguan mental yang lainnya yang biasa
i i i i i i i i i i

i ditemukan pada manusia seperti depresi, stres, bipolar atau kepribadian ganda.
i i i i i i i i i

i Orang yang mengalami gangguan psikopat pada dirinya cendrung tidak


i i i i i i i i

i teridentifikasi kepribadiannya maka dari itu gangguan psikopat tidak sama i i i i i i i i

i dengan gangguan mental yang lainnya (Santoso et al., 2017).


i i i i i i i i

Jadi dapat disimpulkan bahwa psikopat adalah kelainan dan gangguan


i i i i i i i i

i jiwa yang ciri utamanya memilki ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri.


i i i i i i i i

i Selain itu seorang psikopat tidak mempunyai tanggung jawab moral dan sosial,
i i i i i i i i i i

i berkeperibadian labil serta emosinya tidak cukup matang. Psikopat dapat i i i i i i i i

i melakukan apapun yang diinginkan dan meyakini bahwa yang dilakukannya i i i i i i i i

i tersebut benar. Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa rasa belas kasihan,
i i i i i i i i i

i serta tidak merasa bersalah saat menyakiti orang lain. Bahkan terkadang psikopat
i i i i i i i i i i

i ini bertindak kejam kepada siapapun, tidak peduli saudara, kerabat, teman dekat,
i i i i i i i i i i

i atau orang tua untuk kepuasannya itu.


i i i i i i
16

Seseorang yang antisoial cendrung tidak memperdulikan norma-norma i i i i i i

i sosial yang ada, pemberontak serta tidak memperdulikan aturan dan hukum yang
i i i i i i i i i i

i ada. Keperibadiannya susah untuk ditebak. Hal ini bisa dilihat dari tidak stabilnya
i i i i i i i i i i i

i dalam hubungan interpersonal dan lebih mementingkan citra diri. Seorang


i i i i i i i i

i psikopat selalu bertindak berdasarkan kata hatinya tanpa mementingkan apakah


i i i i i i i i

i tindakan nya tersebut salah atau merugikan orang lain atau tidak. Orang seperti ini
i i i i i i i i i i i i

i juga cendrung melakukan sesuatu tanpa berfikir panjang (impulsif) dan selalu
i i i i i i i i i

i berfikit negatif yang apabila kemauannya terwujud maka akan ada rasa kepuasan
i i i i i i i i i i

i tersendiri terhadapnya. Bahkan, ia juga memiliki sifat pendendam, sekali saja


i i i i i i i i i

i orang lain melakukan kesalahan kemungkinan besar seumur hidup ia akan


i i i i i i i i i

i mengingatnya.

Prof. Robert D Hare dalam bukunya yang berjudul Without Conscience


i i i i i i i i i

i menyebutkan ciri-ciri psikopat. Diantaranya: i i i

1. Egosentris yang menganggap dirinya hebat i i i i

2. Sering berbohong, fasih dan dangkal i i i i

3. Tidak mempunyai rasa sesal dan bersalah ketika melakukan kesalahan


i i i i i i i i

4. Ketika masih kecil sering melakukan pelanggaran i i i i i

5. Bersikap acuh tak acuh terhadap masyarakat i i i i i

6. Tidak memiliki sikap empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan
i i i i i i i i i

i memotong kepala orang tidak ada bedanya i i i i i

7. Bersifat agresif i

8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri i i i i

9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi i i i i i i i

i kesenangannya
10. Manipulatif dan curang i i

11. Hidup i sebagai i parasite i karena i memanfaatkan i orang i lain i demi


i kesenangannya
12. Seorang psikopat biasanya lebih cerdas i i i i

13. Biasanya banyak mengetahui sesuatu yang tidak diketahui i i i i i i i


17

Jadi, psikopat ini merupakan kelainan psikis dan termasuk bagian dari
i i i i i i i i i

i gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilakunya yang antisosial tidak


i i i i i i i i

i mengikuti bahkan mengabaikan norma dalam masyarakat.


i i i i i

2.1.3 Disabilitas i

Kisah disabilitas tidak hanya kita temui di dalam dunia nyata namun juga
i i i i i i i i i i i

i dalam media massa. Salah satu film yang menghadirkan tokoh disabilitas adalah
i i i i i i i i i i

i film Midnight melalui tokoh utamanya. Sebahagian orang menganggap bahwa


i i i i i i i i

i disabilitas adalah seseorang yang dianggap sakit, tidak mandiri, tidak dapat
i i i i i i i i i

i bekerja dan bersosialisasi dengan masyarakat. Namun pada film Midnight,


i i i i i i i i

i disabilitas digambarkan sebagai sosok yang pemberani, mandiri dan mampu


i i i i i i i i

i bersosialisasi. Selain itu, film ini juga memantapkan beberapa mitos seperti i i i i i i i i i

i dikucilkan rekan kerja, sesuatu yang menyedihkan dan memiliki derajat yang
i i i i i i i i i

i dipandang sangat rendah. i i

Fenomena representasi kelompok minoritas penyandang disabilitas i i i i i

i masih menjadi isu menarik untuk diangkat menjadi sebuah produksi film baik
i i i i i i i i i i

i dalam negeri maupun luar negeri. Permasalahan disabilitas sangat erat kaitannya
i i i i i i i i i

i dengan stigma dan diskriminasi. Sebagai minoritas belum mendapatkan hak


i i i i i i i i

i sepenuhnya sebagai warga negara. Peminggiran selalu terjadi di berbagai bidang,


i i i i i i i i i

i antara lain pekerjaan, pendidikan, kesehatan, politik, dan lain sebagainya.


i i i i i i i i

i Stereotype sebagai manusia lemah, tidak memiliki kemampuan, atau label


i i i i i i i i

i “cacat” sangat melekat pada jati diri disabilitas.


i i i i i i i

Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, i i i i i i i

i mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
i i i i i i i i i

i berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui i i i i i i i

i hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan


i i i i i i i i

i kesamaan hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan


i i i i i i i i

i Hak-Hak Penyandang Disabilitas). i i i

Istilah disabilitas berasal dari bahasa inggris yaitu different ability yang
i i i i i i i i i

i artinya manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Terdapat beberapa istilah


i i i i i i i i
18

i penyebutan menunjuk pada penyandang disabilitas, Kementrian Sosial


i i i i i i

i menyebut dengan istilah penyandang cacat, Kementrian Pendidikan Nasional


i i i i i i i

i menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus dan Kementrian Kesehatan


i i i i i i i

i menyebut dengan istilah penderita cacat.


i i i i i

Partisipasi keluarga dalam layanan rehabilitas sosial penyandang i i i i i i

i disabilitas merupakan hal penting, mengingat penyandang disabilitas terus


i i i i i i i

i mengalami ketidakberdayaan akibat kurangnya pemahaman, komitmen,


i i i i i

i kepedulian, dan keberpihakan dari pemangku kewajiban dan masyarakat,


i i i i i i i

i termasuk kekurangpahaman keluarga terhadap kebutuhan hak asasi dan


i i i i i i i

i pelayanan disabilitas (Sunit Agus Tri Cahyono, dkk, 2015). Kondisi faktual ini
i i i i i i i i i i

i menunjukkan, bahwa masalah utama yang dihadapi disabilitas adalah i i i i i i i

i keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,


i i i i i i i

i transportasi dan lain sebagainya. i i i i

Penyandang disabilitas merupakan istilah untuk merujuk kepada mereka i i i i i i i

i yang memiliki kelainan fisik atau non-fisik. Di dalam penyandang disabilitas


i i i i i i i i i

i terdapat tiga jenis, yaitu pertama, kelompok kelainan secara fisik, terdiri dari
i i i i i i i i i i

i tunanetra, tunadaksa, tunarungu, dan tunarungu wicara. Kedua, kelompok


i i i i i i i

i kelainan secara non-fisik, terdiri dari tunagrahita, autis, hiperaktif. Ketiga,


i i i i i i i i

i kelompok kelainan ganda, yaitu mereka yang mengalami kelainan lebih dari satu
i i i i i i i i i i

i jenis kelamin.
i i

Tunarungu adalah sesuatu keadaan kehilangan pendengaran yang i i i i i i

i mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama i i i i i i i

i melalui indera pendengarannya. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran


i i i i i i i

i individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa


i i i i i i i i

i disebut tunawicara.
i

Tunarungu merupakan
i i seseorang yang
i mengalami
i i gangguan
i pendengaran. Suatu keadaan kehilangan pendengaran ini menyebabkan i i i i i i

i seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera


i i i i i i i i
19

i pendengarannya yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai i i i i i i

i fungsional dalam kehidupan sehari-hari (Somantri, 2012: 93). i i i i i i

2.1.4 Semiotika Film i

Awalnya, film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi. Ia i i i i i i i i

i ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor.


i i i i i i i

i Thomas Edison yang untuk pertama kalinya mengembangkan kamera citra


i i i i i i i i

i bergerak pada tahun 1888 ketika ia membuat film sepanjang 15 detik yang
i i i i i i i i i i i

i merekan salah seorang asistennya ketika sedang bersin. Segera sesudah itu,
i i i i i i i i i

i Lumiere bersaudara memberikan pertunjukkan film sinematik kepada umum


i i i i i i i

i disebuah kafe di Paris. i i i

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah lakon (cerita) i i i i i i i i

i gambar hidup. Menurut definisi film melalui UU No. 8/1992 film adalah karya
i i i i i i i i i i i

i cipta dan seni yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang
i i i i i i i i i

i dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita
i i i i i i i i i

i vidio, piringan vidio dan/atau berhak atas hasil penemuan teknologi lainnya
i i i i i i i i i

i dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik
i i i i i i i i i i

i atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dengan
i i i i i i i i i i

i sistem proyeksi mekanik dan lain sebagainya. Film adalah rangkaian gambar
i i i i i i i i i

i yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut Movie atau Vidio.
i i i i i i i i i i i i

Pengertian film (sinema) secara harfiah dilansir melalui web i i i i i i i

i kajianpustaka.com adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = i i i i i i i i i

i phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya


i i i i i i i i i i i i

i yaitu melukis gerak dengan cahaya. Apabila kita akan melukis gerak dengan
i i i i i i i i i i

i cahaya harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera. Film
i i i i i i i i i i

i merupakan gambar hidup, salah satu media komunikasi bersifat audio visual
i i i i i i i i i

i untuk menyampaikan sebuah pesan kepada sekelompok orang (Halik,


i i i i i i i

i 2013:109).

Seiring perkembangan zaman, film pun berkembang sangat pesat, dan


i i i i i i i i

i tidak menutup kemungkinan berbagai variasi baik dari segi cerita, aksi para aktor
i i i i i i i i i i i
20

i dan aktris, dari segi alur cerita yang disajikan. Dengan perkembangan teknologi
i i i i i i i i i i

i perfilman, produksi film pun menjadi lebih muda, film-film pun akhirnya
i i i i i i i i i

i dibedakan dalam berbagai macam menurut cara pembuatannya, alur cerita dan
i i i i i i i i i

i aksi para tokohnya, adapun jenis-jenis film yaitu:


i i i i i i

a. Drama i

Yang menekankan pada sisi human interest bertujuan untuk mengajak


i i i i i i i i

i penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya sehingga mereka


i i i i i i i i

i terkadang merasa ada di posisi pemeran dalam film tersebut. i i i i i i i i

b. Action i

Menekankan pada adegan-adegan perkelahian, pertempuran dengan alat i i i i i i

i senjata, adegan mengerikan antara protagonis dengan antagonis, sehingga


i i i i i i i

i penonton yang melihat merasa takut, was-was dan sebagainya.


i i i i i i i i

c. Komedian
Mengarahkan pada tontonan yang membuat penonton tesenyum atau bahkan i i i i i i i i

i tertawa terbahak-bahak karena lawakan dari sang komedi.


i i i i i i

d. Tragedi
Umumkan menekankan pada kondisi atau nasib (yang dialami membuat i i i i i i i i

i penonton iba, kasihan bahkan prihatin), yang dialami tokoh utama dalam fil
i i i i i i i i i i

e. Horor i

Menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan, yang membuat penonton i i i i i i

i merasa merinding bahkan takut disetiap scene yang disajikan.


i i i i i i i i

f. Thriller i

Film yang menyajikan aksi menegangkan dari aktor dan aktrisnya. Film
i i i i i i i i i

i thriller adalah gendre film dengan alur cerita berupa upaya pemeran
i i i i i i i i i

i protagonis untuk menggagalkan rencana jahat pemeran antagonis yang i i i i i i i

i biasanya lebih kuat. Genre film thriller merupakan genre yang fokus
i i i i i i i i i

i utamanya mengedepankan ketegangan yang dibuat tidak jauh dari unsur i i i i i i i i

i logika seperti pembunuhan (Javandalasta, 2011: 3). Tujuan utama dari film
i i i i i i i i i

i yang bergenre thriller adalah memberi rasa penasaran, ketgangan serta


i i i i i i i i

i ketakutan pada diri penonton. i i i i


21

Film dianggap lebih dari media hiburan ketimbang media pembujuk.


i i i i i i i i

i Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang
i i i i i i i i i i

i besar. Kritik publik dan adanya dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan
i i i i i i i i i i

i bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh, McQuail (2010) menyatakan bahwa


i i i i i i i i

i pesan yang terkandung dalam film timbul dari keinginan untuk merefleksikan
i i i i i i i i i

i kondisi masyarakat dan bahkan mungkin juga bersumber dari keinginan untuk
i i i i i i i i i

i memanipulasi. Pentingnya pemanfaatan film dalam pendidikan sebagian


i i i i i i

i didasari oleh pertimbangan bahwa film memilki kemampuan untuk menarik


i i i i i i i i i

i perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki
i i i i i i i i i i

i kemampuan mengantar pesan secara unik.


i i i i

Secara mendalam film merupakan alat untuk menyampaikan sebuah


pesan bagi para pemirsanya dan juga merupakan alat bagi sutradara untuk
menyampaikan sebuah pesan untuk masyarakat. Sistem semiotika yang lebih
penting dalam film yakni digunakannya tanda-tanda ikonis yaitu untuk
menggambarkan sesuatu yang dimaksud dalam penyampaian pesan kepada
khalayak. Tanda-tanda ikonis yang digunakan dalam film mengisyaratkan
pesan kepada penonton dan setiap isyarat yang diterima akan berbeda namun
apabila cerita yang diperankan memang sudah membentuk satu pokok makna
dalam hal ini makna cerita yang ditampilkan. (Sobur. 2003:128).

2.2 Kerangka Teori


2.2.1 Semiotika Roland Barthes

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa yunani


semeion yang artinya tanda. Tanda merupakan sesuatu yang berasal dari
tradisi sosial yang sudah melekat dan terbentuk sebelumnya dan dianggap
dapat mewakili sesuatu yang lain. (Wibowo, 2013: 7)

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji


tanda. Tanda-tanda dikaji dalam teori semiotika untuk meminimalisir adanya
kesalahpahaman antara komunikator dengan komunikan. Tanda-tanda (sign)
22

adalah basis dari seluruh komunikaksi. Manusia dengan perantaraan tanda-


tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.

Salah satu pakar semiotik yang memfokuskan permasalahan semiotik


pada makna denotasi dan konotasi adalah Roland Barthes yang mengatakan
bahwa struktur makna yang terbangun di dalam produk dan genre media
diturunkan dari mitos-mitos kuno, dan berbagai peristiwa media ini
mendapatkan jenis signifikasi yang sama dengan signifikasi tradisional hanya
dipakai dalam ritual keagamaan. Dalam terminologi Barthes, jenis budaya
populer apapun dapat diuraikan kodenya dengan membaca tanda-tanda di
dalam teks. Tanda-tanda tersebut adalah hak otonom pembaca/penonton. Saat
sebuah karya selesai dibuat, makna yang dikandung karya itu bukan lagi
miliknya, melainkan milik pembaca atau penontonnya untuk
menginterpretasikannya begitu rupa.

Nilai penting dari kajian semiotika ini terletak pada fungsionalitasnya.


Karena di dalam film terdapat tanda-tanda atau simbol serta makna atas pesan
yang disampaikan. Ini dari teori Barthes yang menyangkut dalam dua
tingkatan signifikasi atau bisa disebut signifikasi dua tahap (two order of
signification). Yang pertama adalah denotasi, merupakan adanya keterkaitan
antara penanda dan petanda dalam sebuah (sign), dan tanda mengacu dalam
realitas eksternal. Baerthes menyebutkan bahwa denotasi merupakan bentuk
yang paling nyata dari sebuah tanda (sign). Yang kedua adalah bentuk,
konotasi, mitos, dan simbol. Yang terakhir adalah signifikasi, dimana pada
bagian ini menjelaskan bagaimana mitos-mitos dasn ideologi memproses
suatu naskah melalui tanda-tanda. (Roland Barthes, 2017: 10).

Teori semiotik Barthes diturunkan dari teori bahasa menurut De


Saussure. Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah
sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu
dalam waktu tertentu. Secara terminologi, teori ini memungkinkan kita untuk
menghadirkan suatu tatanan awal bagi massa beragam yang terdiri dari fakta-
fakta yang signifikan yaitu fakta-fakta yang menghasilkan tanda. Roland
23

Barthes, menemukan model semiotika dengan melihat makna sebagai sebuah


mitos. Pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan antara
penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat
abriter. Jika Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tatanan
denotatif, maka Barthes menyempurnakan semiologi Saussure dengan
mengembangkan sistem penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu
masyarakat.

Peta Tanda Roland Barthes

1. Signifier 2. Signified
(penanda) (pertand Tingkat
a) pertama
(bahasa)
3. Denotative sign (tanda
denotatif)
2. Connotative signifier (penanda 3. Connotative
konotatif) signified (pertanda
konotatif) Tingkat
kedua
4. Connotative sign (tanda
(mitos)
konotatif)
Tabel 2.2 Peta Tanda Roland Barthes (Sumber: Sobur 2013)

Dari gambar diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda
denotatif adalah juga tanda konotatif (4). Denotasi dalam pandangan Barthes
merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denokasi
menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denokasi merupakan
makna yang sebenar-benarnya, yang pasti disepakati bersama secara sosial,
yang rujukannya pada realitas.

Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai


keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan tidak pasti,
artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-penafsiran baru. Dalam
24

semiologi Barthes denokasi merupakan sistem signifikasi tingkat kedua.


Denokasi dapat dikatakan merupakan makna objektif yang tetap, sedangkan
konotasi merupakan makna subjektif dan berfariasi (Nawiroh Vera, 2014: 26).

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,


yang disebut sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di
dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, pertanda dan tanda.
Namun sebagai suatu sitem yang unik mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah
suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah pertanda
dapat memilki beberapa penanda (Budiman, 2001:28).

Dalam pandangan Barthes dengan konsep mitos dalam arti umum.


Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka mitos itu sebuah sistem
komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Dalam uraiannya, ia
mengemukakan bahwa mito dalam pengertian khusus merupakan
perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama
dimasyarakat itulah mitos. Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan
sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia (Hoed,
2008: 59).

Rumusan tentang signifikasi dan mitos dapat dilihat pada bagan berikut ini.
25

Firs Order Second Order

Reality Sign Culture


Frm
Konotasi
Signifier
denokasi
-------------------
Signified
Mitos
Content

Tabel 2.3 Signifikasi dan Mitos Roland Barthes.

Sumber: Nawiroh Vera. 2014. Semiotika dan Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia, hlm 30.

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa signifikasi tahap pertama


merupakan hubungan antara signifier dan signified yang disebut denokasi,
yaitu makna sebenarnya dari tanda. Sedangkan signifikasi kedua, digunakan
istilah konotasi, yaitu makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif
yang berhubungan dengan isi, tanda kerja melalui nitos, mitos merupakan
lapisan pertanda dan makna yang paling dalam (Nawiroh Vera, 2014:30)

2
2.31
2.32
2.2.2 Teori Representasi

Representasi menurut Stuart Hall mengandung dua pengertian yaitu,


pertama representasi mental, adalah konsep tentang suatu yang ada dikepala
kita masing-masing atau disebut juga sebagai peta konseptual. Representasi
mental ini membentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, representasi bahasa,
representasi bahasa berperan penting dalam konstruksi makna. Konsep abstrak
yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim,
supaya kita dapat menghubungkan konsep-konsep dan ide-ide kita tentang
26

suatu tanda dan simbol tertentu. Jadi representasi adalah konsep yang
digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang
tersedia, seperti dialog, video, film, teks, fotografi dan sebagainya.

Graeme Turner mengatakan dalam buku (Prasetya, 2019:27-28) bahwa


“film merupakan representasi diri realitas. Film membentuk dan
menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode konveksi dan ideologi
dari kebudayaannya. Hal ini terkait dengan konsep representasi. Sesuatu yang
hadir namun dapat menunjukkan bahwa sesuatu diluar dirinya yang dia coba
lakukan adalah prinsip dasar representasi. Oleh sebab itu, representasi
memiliki kemampuan untuk dianggap sesuatu yang dapat direpresentasikan
sendiri ataupun menjadi realitas baru.

Representasi juga merupakan proses menghasilkan makna melalui


indra penglihatan dan pendengaran serta menyampaikannya kembali melalui
bahasa. Sistem pada bentuk representasi ini memiliki dua bagian yaitu konsep
pikiran memungkinkan kita untuk mengetahui makna sesuatu, tetapi tanpa
konsep bahasa tidak dapat menyampaikan maknanya. Oleh karena itu yang
terpenting dalam sistem representasi adalah suatu kelompok yang dapat
memmbangkitkan dan bertukar makna dengan baik, dan memiliki latar
belakang budaya yang sama agar dapat menjalin pemahaman yang sama.
Representasi pada media adalah representasi dari kelompok sosial,
representasi berkaitan dengan streotip yang tidak ada hubungannya dengan
penampilan. Representasi memiliki acuan pada realitas yang ada di
masyarakat, representasi juga melihat makna atau nilai dibalik tampilan fisik.
Menggambarkan realitas disekitarnya kepada audience, sehingga realitas yang
dibentuk secara tidak langsung oleh film menjadi acuan bagi khalayak
penonton.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Tipe riset ini merupakan riset deskriptif kualitatif dengan memakai


analisa ilmu lambang bentuk Roland Barthes. Lewat bentuk itu, hendak
menganalisa isyarat dalam sesuatu catatan yang hendak dihidangkan dalam
wujud table serta frame dari scene- scene yang ada bisa film. Tata cara riset
kualitatif diseleksi sebab tata cara ini banyak dipakai buat mempelajari akta
berbentuk bacaan, lukisan, ikon serta lain serupanya buat menguasai adat pada
sesuatu kondisi sosial khusus. Tata cara riset kualitatif ini merujuk pada tata
cara analisa akta mengenali, interprestasikan, mengelolah serta manganalisis
sesuatu akta supaya bisa menguasai makna- makna yang terdapat di dalamnya.
Ilmu lambang ialah tata cara analisa yang dipakai buat menggali arti yang ada
dalam suatu ciri. Bagi Sussane Langer“ memperhitungkan ikon ataupun ciri
ialah suatu yang berarti, kehidupan fauna diperantai lewat perasaan (feeling).
Tetapi perasaan manusia diperantarai oleh sejumlah konsep, simbol, dan
bahasa” (Morrissan, 2013: 135).

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam
rangka menepati sasaran. Subjek dalam penelitian ini adalah film Midnight
yang disutradarai oleh Kwon Oh-seung.

Objek penelitian adalah yang menjadi sasaran penelitian. Objek dalam


penelitian ini adalah komunikasi interpersonal psikopat vs tunarungu
representasi dalam film Midnight. Film dengan genre Thriller berdurasi 103
menit. Dalam film tersebut peneliti akan menganalisis scene-scene yang
direpresentasikan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

27
28

Metode pengumpulan informasi merupakan cara- cara yang dipakai


oleh periset dalam mengakulasi informasi. Metode pengumpulan ialah tahap
yang sangat penting dalam riset, sebab tujuan dari riset ini merupakan buat
memperoleh informasi.( Sugiyono, 2016: 224). Metode pengumpulan
informasi dalam riset ini merupakan pemantauan serta pemilihan.

a. Pemantauan merupakan observasi serta pencatatan dengan cara analitis


fenomena- fenomena yang akan diawasi. Tata cara pemantauan pada riset
ini dicoba dengan mencermati dengan cara cermat totalitas subjek ataupun
modul riset dalam bagian scene film Midnight, kemudian data- data yang
telah terkumpul dikira menyampaikan serta menganalisa memakai analisa
ilmu lambang Roland Barthes serta kerangka filosofi yang terdapat setelah
itu ditarik kesimpulan dari kasus riset.
b. Pemilihan merupakan sesuatu metode yang dipakai buat mendapatkan
informasi serta data dalam wujud novel, arsip, akta, catatan nilai serta
lukisan yang berbentuk informasi dan penjelasan yang bisa mensupport
riset. Pemilihan dipakai buat mengakulasi informasi, pemilihan dalam riset
ini merupakan scene yang menunjukkan mengenai komunikasi
interpersonal maniak vs tuli di dalam film Midnight.

Dalam film Midnight data-data yang dikumpulkan dibagi menjadi dua bagian
yaitu:

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber data pertama.
Keseruluhan informasi di dapat secara langsung dari objek penelitian
(Moleong, 2016: 157). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
rekaman video, dokumentasi (foto/screenshoot) dan semua tanda-tanda
berupa artistic, dan segala aspek scene dalam film Midnight.
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua
(Moleong, 2006: 97). Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari
buku, artikel, karya ilmiah, catatan, skripsi, dan website.
3.4 Teknik Analisis Data
29

Metode analisa informasi merupakan cara mencari, menata, membagi,


menata serta menyusun dengan cara antre ataupun analitis informasi yang
telah didapat dari pemantauan, pemilihan, serta yang lain. Metode
pengumpulan informasi yang dipakai dalam riset ini lewat pemantauan, serta
pemilihan hingga metode analisa informasinya ialah dengan mencari serta
menyusun dengan cara analitis informasi yang didapat dari hasil pemantauan
serta pemilihan. Informasi yang telah digabungkan, paling utama potongan-
potongan segmen yang membuktikan terdapatnya komunikasi interpersonal
dipaparkan dengan cara pendek serta nyata. Kemudian hasil informasi itu
dianalisis dengan fokus serta pengelompkkan serta pengerjaan cocok dengan
fokus serta ulasan dari riset.

Berikutnya informasi itu dimaknai dengan cara denotatif, konotatif


serta dongeng. Dimana bagi Barthes tiap poin dikira menampilkan suatu yang
menarik serta berarti hal sesuatu kultur..

Selanjutnya data tersebut dimaknai secara denotatif, konotatif dan


mitos. Dimana menurut Barthes setiap topik dianggap memperlihatkan sesuatu
yang menarik dan penting mengenai suatu kebudayaan.

3.5 Proses analisis

Selanjutnya cara analisa informasi dalam riset ini. Dimana periset


mamaparkan cara itu dengan cara kualitatif dengan memakai tabel- tabel
supaya gampang dimengerti. Selanjutnya merupakan tabelnya:

Tabel 3.1 Kerja Analisa

Durasi Scene
(Capture)

Sehabis melaksanakan pengelompokkan serta setelah itu dipaparkan mengenai


potongan- potongan yang ada pada lukisan dalam film itu, hingga periset mulai
melaksanakan pengenalan serta pemaknaan dari keadaan berbentuk ciri. Sehabis
seluruh langkah dicoba hingga bisa dikenal gimana representasi komunikasi
30

interpersonal dalam film Midnight, yang cocok dengan kesimpulan permasalahan


yang periset untuk serta buat menggapai tujuan riset ialah mengantarkan cerminan
biasa serta global dan struktual mapupun arti dari ciri yang berikutnya hendak
dihidangkan dan dideskripsikan dengan cara kualitatif.
31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Penelitian

Film Midnight merupakan film berjenis Thriller yang lagi marak


diperbincangkan tahun kemudian sehabis Korea Selatan sukses memproduksi
film Squid Permainan yang luang populer pada masanya diseluruh bumi. Film
ini banyak memperoleh penghargaan sebab dikemas dengan menarik. Semua
narasi dalam film Midnight berlatar balik pada durasi malam hari saja, alhasil
tidak terdapat perihal yang menjenuhkan serta amat membentangkan. Film
yang bertempo 103 menit ini luncurkan di bioskop serta program TVING pas
pada bertepatan pada 30 Juni 2021 yang disutradarai oleh Kwon Oh Seung.
Film ini diperankan oleh bintang film yang bernama Wi Ha Joon (Do Shik =
Psikopat), Jin Ki Joo ( Kyung Mi = Tunarungu), dan Kim Hye Yoon (Choi
See Jung = Pelajar).

Film ini menceritakan tentang seorang wanita tunarungu yang menjadi


i i i i i i i i

i target seorang psikopat atau pembunuhan berantai yang beraksi pada malam hari.
i i i i i i i i i i

i Konsep dari film midnight ini seperti Tom & Jerry yang selalu kejar-kejaran. Tak
i i i i i i i i i i i i

i hanya itu dalam film ini juga diceritakan bahwa seorang gadis tunarungu ini
i i i i i i i i i i i

i bekerja di pusat call center sebagai konselor bahasa isyarat. Sayang nya bukan
i i i i i i i i i i i

i hanya dirinya saja yang menyandang tunarungu namun ibunya Kyung Mi juga
i i i i i i i i i i

i mengidap hal yang sama sekaligus turut menjadi target Do Shik.


i i i i i i i i i i

Do shik adalah seorang psikopat yang telah melakukan pembunuhan


i i i i i i i i

i berantai. Orang-orang setempat mengenalinya sebagai seorang pria yang sangat


i i i i i i i i

i ramah, berwibawa, sopan santun dan hangat karena berpenampilan sangat rapi
i i i i i i i i i

i seperti karyawan pada umumnya. Namun, saat sedang beraksi Do Shik 180
i i i i i i i i i i
32

i derajat berubah total menjadi seorang pembunuh yang sangat kejam, tidak peduli
i i i i i i i i i i

i siapa korban yang menjadi target niat kejinya. Selain sadis ia juga manipulator
i i i i i i i i i i i

i bisa memanipulasi keadaan sehingga merasa tidak ada penyesalan sama sekali
i i i i i i i i i

i atas perlakuannya. Bisa datang ke kantor polisi untuk melaporkan kejaadian yang
i i i i i i i i i i

i ia buat sendiri, seakan-akan tidak bersalah dan menjadi saksi atau seseorang yang
i i i i i i i i i i i

i menemukan korban. Saat malam hari ia identik dengan sosok pria yang senang i i i i i i i i i i i

i menggunakan masker dan topi agar tidak ada satu pun orang yang dapat i i i i i i i i i i i

i mengenali atau menggagalkan niat busuknya itu. i i i i i i

Dalam film Midnight ini, pemeran gadis tunarungu atau Kyung Mi tidak
i i i i i i i i i i

i memiliki dialog apapun. Karena ia berkomunikasi hanya dapat menggunakan


i i i i i i i i

i bahasa isyarat (non verbal) dan menulis yang ia maksud di ponsel atau di kertas
i i i i i i i i i i i i i

i untuk mengungkapkan apa yang sedang ia pikirkan dan katakan kepada orang.
i i i i i i i i i i

i Namun, hal ini bukan masalah besar yang dapat mengurangi daya tarik atau
i i i i i i i i i i i

i ketegangan intens yang terjadi di setiap adegan. Bahkan, melalui keterbatasan itu
i i i i i i i i i i

i bukan berarti seorang wanita tunarungu tidak pandai menjaga diri dan bisa
i i i i i i i i i i

i dianggap lemah. Dalam film ini, Kyung Mi menunjukkan akting menjadi sosok
i i i i i i i i i i

i wanita yang tangguh dan pemberani. Selain aktingnya yang sangat memukau ia
i i i i i i i i i i

i juga berhasil membuat penonton merasakan ketegangan dan ketakutan saat


i i i i i i i i

i berusaha dan berjuang untuk menyelamatkan diri dari psikopat.


i i i i i i i i

Karakter Pemeran Utama Film Midnight i i i i

1. Jin Ki Joo i i

Jin Ki Joo (lahir 26 Januari 1989, Korea Selatan) merupakan sosok aktris
i i i i i i i i i i i

i yang menjadi pemeran utama dalam film Midnight yang berperan sangat baik
i i i i i i i i i i

i dalam menjiwai dan menghidupkan karakternya sebagai wanita tunarungu.


i i i i i i i

i Dalam film ini Jin Ki Joo dikenal sebagai Kyung Mi. Kyung Mi adalah sosok
i i i i i i i i i i i i i

i wanita yang sangat menginspirasi lewat perannya sebagai wanita tunarungu yang
i i i i i i i i i

i mengedukasi bahwa tidak semua kaum disabilitas lemah dan dapat i i i i i i i i

i mempertahankan hak hidup. i i


33

Kyung Mi adalah seorang pekerja berhati baik yang bersedia mendedikasi i i i i i i i i i

i dirinya pada kebutuhan pekerjaan. Kyung mempunyai jiwa sosial yang kuat
i i i i i i i i i

i bahkan Kyung Mi akan tegas jika diperlakukan dengan buruk dan menjadi galak
i i i i i i i i i i i

i dan tidak merasa sungkan untuk memaki pelanggannya yang kasar. Di dalam film
i i i i i i i i i i i

i Midnight ini Kyung Mi di gambarakan sebagai sosok yang gigih karena ditengah
i i i i i i i i i i i

i ketakutannya beradu akting dengan lawan mainnya Do Sik (Psikopat), Kyung Mi i i i i i i i i i i

i masih mempunyai jiwa nurani untuk membantu orang yang membutuhkan


i i i i i i i i

i pertolongannya. Dia wanita yang sangat berani yang mempunyai keinginan kuat i i i i i i i i i

i untuk terus bertahan hidup.i i i i

Saat beradu akting dengan lawan mainnya Do Sik, Kyung Mi dapat i i i i i i i i i i

i disebut sebagai wanita yang cerdas karena bisa melarikan diri sekalipun dalam
i i i i i i i i i i

i keadaan terdesak. Dengan kecerdasannya Kyung Mi dan Ibunya bisa selamat dari
i i i i i i i i i i

i Do Sik. Kyung Mi juga di kenal sebagai wanita yang tidak memiliki rasa dendam
i i i i i i i i i i i i i

i karena di dalam hidupnya Kyung Mi hanya mempunyai keinginan untuk


i i i i i i i i i

i menjalani kehidupan layak manusia biasa, menikah lalu mempunyai seorang i i i i i i i i

i anak dan pergi ke pulau Jeju bersama Ibunya.


i i i i i i i i

2. Wi Ha Joon i i

Wi Ha Joon (lahir 5 Agustus 1991, Soan-myeon Wando) merupakan salah


i i i i i i i i i i

i satu aktris Korea Selatan yang sempat menjadi perbincangan di seluruh dunia
i i i i i i i i i i

i pada tahun 2021 karena ikut serta dalam film Squid Games. Dia terkenal karena
i i i i i i i i i i i i

i perannya dalam film horor Gonjiam: Hauted Asylum. Dalam film Midnight ini
i i i i i i i i i i

i Wi Ha Joon dapat peran sebagai Do Sik yang di kenal sebagai Psikopat berdarah
i i i i i i i i i i i i i

i dingin. Do Sik adalah seorang pembunuh berantai, dia dapat membunuh siapa
i i i i i i i i i i

i saja baik itu pria maupun wanita yang dia temui pada waktu malam hari. Do Sik
i i i i i i i i i i i i i i

i membunuh targetnya secara spontan dan mengikuti keinginannya serta akan i i i i i i i i

i merasa puas ketika sudah melenyapkan jiwa seseorang.


i i i i i i i

Sementara dari sisi akting, aktor pemeran tokoh Do Sik patut diapresiasi i i i i i i i i i i

i atas kepiawaiannya dalam memerankan sosok psikopat yang cerdik dan pandai
i i i i i i i i i

i bersandiwara. Aktor yang terkenal dari perannya di dalam film horor korea i i i i i i i i i i
34

i berjudul “Gonjiam: Haunted Asylum (2018)” tersebut sukses memainkan emosi


i i i i i i i i i i

i penonton dengan kepandaiannya bertransformasi layaknya domba berbulu


i i i i i i

i serigala.

Pada film ini Do Sik di kenal sebagai pria yang licik dan manipulatif. Do
i i i i i i i i i i i i i

i Sik sengaja menyimpan banyak pakaian di dalam mobilnya agar dapat menyamar
i i i i i i i i i i

i dan menipu banyak orang disekitarnya. Setiap kali aksi pembunuhan, Do Sik
i i i i i i i i i i

i selalu menggunakan masker dan topi agar misinya berhasil dan Do Sik dapat
i i i i i i i i i i i

i merasakan hal yang tenang karena dalam waktu sebentar Do Sik dapat menjadi
i i i i i i i i i i i

i sosok yang baru. Do Sik dengan mudah dapat membohongi banyak orang, dia
i i i i i i i i i i i

i pandai memanipulasi cerita dan membuat orang lain percaya bahwa dirinya tidak
i i i i i i i i i i

i bersalah.

Gambar 4.1 Poster Film Midnight. i i i i

4.2 Data Penelitian i

Menurut Suharsimi Arikunto (2002) dijelaskaan bahwa data penelitian


i i i i i i i

i merupakan segala bentuk fakta atau angka yang bisa dijadikan bahan untuk
i i i i i i i i i i

i menyusun suatu informasi. Sehingga fakta dalam bentuk apapun nantinya bisa
i i i i i i i i i

i dijadikan data untuk penelitian, dan sumbernya sendiri bisa dar sumber manapun
i i i i i i i i i i

i yang terpercaya.
i
35

Secara umum, data penelitian diartikan sebagai kumpulan dari fakta yang
i i i i i i i i i

i bisa berbentuk angka, simbol, makna, maupun tulisan yang diperoleh melalui
i i i i i i i i i

i proses pengamatan subyek penelitian. Data yang dikumpulkan pada dasarnya


i i i i i i i i

i bersifat mentah yang akan diolah kembali oleh peneliti sehingga dalam
i i i i i i i i i

i pengelolaan data membantu peneliti mendapatkan informasi tertentu yang


i i i i i i i

i menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah.


i i i i

Berikut data penelitian yang diperoleh peneliti setelah menonton secara


i i i i i i i i

i keseluruhan film Midnight yang berdurasi 103 menit.


i i i i i i

Potongan Scene Yang Mempresentasikan Komunikasi Interpersonal Psikopat


i i i i i i

i Vs Tunarungu dan Pemaknaan Tataran Kedua Roland Barthes:


i i i i i i i

Tabel 4.1 i

“Tantangan Disabilitas Dalam Menyelamatkan Diri” i i i i

Durasi Scene (Capture) i

0:28:32

Sumber: Data primer, Tahun 2022. i i i i

KETERANGAN: i

Perbedaan kemampuan komunikasi pada kaum disabilitas dengan orang


i i i i i i i

i lain dapat menyebabkan beberapa masalah diantaranya adalah masalah adaptasi


i i i i i i i i

i sosial. Menurut Soekanto (2007) adaptasi sosial adalah proses penyesuaian diri
i i i i i i i i i

i individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses


i i i i i i i

i perubahan ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Hambatan dalam komunikasi


i i i i i i i i
36

i (communication barrier) adalah segala bentuk aspek yang menjadi penghalang i i i i i i i i

i untuk terjadinya komunikasi. Seperti yang disebutkan Cangara (2014) bahwa ada
i i i i i i i i i

i 6 poin yang dapat menghalangi proses komunikasi yaitu gangguan teknis,


i i i i i i i i i

i gangguan semantik dan gangguan psikologis, rintangan fisik, rintangan status,


i i i i i i i i

i rintangan kerangka berfikir, dan rintangan budaya.


i i i i i

Pada scene ini memperlihatkan bahwa psikopat yang sedang mengancam


i i i i i i i i

i sekaligus menggagalkan rencana wanita tunarungu (Kyung Mi) saat hendak


i i i i i i i i

i kabur lari dari kejarannya. Ternyata psikopat lebih cerdik seakan seperti dukun
i i i i i i i i i i

i yang mengetahui mobil mana yang akan kyung mi naiki untuk lari darinya.
i i i i i i i i i i i

i Namun, secara spontan Kyung Mi kaget karena tidak disangka psikopat


i i i i i i i i i

i bersamanya di dalam mobil yang sama. i i i i i

Menjadi penyandang disabilitas berarti berhadapan dengan pradigma i i i i i i

i berfikir yang kerap mendiskriminasi golongan ini, meskipun secara sah hak
i i i i i i i i i

i penyandang disabilitas di Indonesia diatur dalam UU No. 8 Tahun 2016. Namun,


i i i i i i i i i i i

i masih dikatakan sulit karena di Negara maju penyandang disabilitas relatif


i i i i i i i i i

i terbilang merdeka dan sudah mandiri sedangkan di Indonesia sendiri penyandang


i i i i i i i i i

i disabilitas sulit untuk melakukannya. Dalam kehidupan sehari-hari sering


i i i i i i i

i ditemui tidak mudah bagi mereka untuk beraktivitas di ruang publik contohnya
i i i i i i i i i i

i lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi. i i i i i i

Ketika stigma terhadap penyandang disabilitas kuat, maka sulit untuk i i i i i i i i

i menjadikan penyandang disabilitas bagian inklusif dari masyarakat, karena itu


i i i i i i i i

i diperlukan upaya pemberdayaan untuk menghapus stigma bahwa kaum i i i i i i i

i disabilitas adalah lemah. Negara memiliki otoritas dan negara menjadi peran
i i i i i i i i i

i yang sangat penting untuk mengadvokasi hak penyandang disabilitas terhadap


i i i i i i i i

i penerapan kebijakan yang sudah diatur dalam Undang-Undang.i i i i i i

Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment) adalah ide utama i i i i i i

i suatu kekuasaan yang bersentuhan dengan kemampuan kita untuk membuat


i i i i i i i i

i orang lain melakukan apa yang kita inginkan. Pemberdayaan menunjukkan pada
i i i i i i i i i

i kemampuan seseorang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka i i i i i i i i


37

i memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi segala kebutuhan


i i i i i i i

i sehingga memiliki kebebasan (freedom). Kebebasan yang dimaksud adalah


i i i i i i i

i bebas dari kelaparan, kebodohan, kesakitan, bebas menjangkau sumber-sumber


i i i i i i i

i produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan dan


i i i i i i i

i memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. Serta bebas berpartisipasi dan
i i i i i i i i i

i proses pembangunan dan keputusan memberikan hak suara.


i i i i i i i

Menjadi mandiri adalah hal yang sangat penting bagi penyandang i i i i i i i i

i disabilitas. Agar bisa mandiri, penyandang disabilitas membutuhkan


i i i i i i

i aksesibilitas sebagai kuncinya. Aksesibilitas adalah suatu kemudahan yang


i i i i i i i

i disediakan bagi kaum disabilitas untuk mewujudkan kesamaan kesempatan


i i i i i i i

i dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.


i i i i i i i

Pada scene diatas tantangan disabilitas dalam komunikasi adalah tidak


i i i i i i i i

i tersedianya informasi dalam format yang aksesibel di tempat-tempati i i i i i i

i penyelenggaraan pelayanam publik sehingga bagi penyandang tunarungu akan i i i i i i i

i mengalami kesulitan bila dihadapkan pada informasi auditer.


i i i i i i i

Penanda (Signifier) i

Dijelaskan pada gambar diatas terlihat seorang psikopat mengeluarkan i i i i i i i

i senjata tajam dan menodongkan ke wajah wanita tunarungu. Identik psikopat


i i i i i i i i i

i menggunakan masker, jaket dan juga topi agar tidak ada satu pun yang dapat i i i i i i i i i i i i

i mengenalinya. i

Petanda (Signified) i

Wanita tunarungu yang tampak terlihat kaget karena takut akan perbuatan
i i i i i i i i i

i psikopat yang mengancam dirinya di dalam mobil berwarna merah berlatar


i i i i i i i i i

i belakang pada malah hari. i i i i

Tanda Denotatif (Denotative Sign)


i i i
38

Pisau yang dikeluarkan psikopat sebagai alat ancaman sekaligus untuk


i i i i i i i i

i membuat wanita tunarungu merasa takut dan cemas.


i i i i i i

Tanda Konotatif (Connotative Sign)


i i i

- Teknik pengambilan gambar pada scene ini yaitu medium close up, dimana
i i i i i i i i i i

i objek terlihat lebih dekat dan menampilkan kesan yang lebih fokus dan
i i i i i i i i i i

i meneganggakan.
- Raut cemas Kyung Mi menunjukkan bahwa pada saat itu Kyung Mi bisa saja
i i i i i i i i i i i i

i mati konyol dan menunjukkan bahwa psikopat sangat ahli memainkan


i i i i i i i i

i senjata tajam yang ia gunakan.


i i i i i

- Saat monodongkan pisau psikopat terlihat sangat lihai memainkan peran.


i i i i i i i i

Tabel 4.2 i

“Triadic Communication” i

Durasi Scene (Capture) i

0:31:50

0:32:16

Sumber: Data primer, Tahun 2022. i i i i

KETERANGAN: i
39

Gambar diatas menunjukkan pola komunikasi yang disebut dengan i i i i i i i

i triadic communication yang artinya proses penyampaian informasi yang


i i i i i i i

i melibatkan tiga orang. Bentuk komunikasi ini termasuk ke dalam komunikasi i i i i i i i i i

i interpersonal yang bisa terjadi secara verbal (lisan dan tertulis) maupu non verbal i i i i i i i i i i i

i (bahasa tuhuh, raut wajah, bahasa isyarat). Komunikasi triadik adalah proses
i i i i i i i i i

i komunikasi yang partisipannya terdiri dari tiga orang. Satu orang berperan i i i i i i i i i

i sebagai komunikator dan dua orang sebagai komunikan.


i i i i i i i

Pada gambar diatas memperlihatkan jelas bahwa ada unsur komunikasi


i i i i i i i i

i triadik yang dilakukan oleh sosok pria yang berpenampilan rapi layak seperti pria
i i i i i i i i i i i

i yang bekerja di kantoran (komunikator) yang sedang berinteraksi kepada Kyung


i i i i i i i i i

i Mi dan Ibunya (komunikan) tepat di depan bel Dapartemen Kepolisian. Sebagai


i i i i i i i i i i

i salah satu bentuk komunikasi interpersonal komunikasi triadik fokus dalam


i i i i i i i i

i pembicaraan komunikator yang diarahkan pada dua komunikan. i i i i i i i

Scene diatas menjelaskan tentang penyamaran seorang psikopat yang i i i i i i i

i sebelumnya yang berkamufalase menjadi sosok yang sangat berbeda agar i i i i i i i i

i posisinya tidak diketahui oleh siapapun. Di dalam percakapan itu psikopat sangat
i i i i i i i i i i

i pandai memanipulasi seakan mencari saudari perempuannya yang hilang dan


i i i i i i i i

i sedikit menjelaskan ciri-ciri wanita yang dicari itu seperti apa, padahal sosok pria
i i i i i i i i i i i

i ini atau psikopat inilah yang menculik dan menyerang wanita yang sedang
i i i i i i i i i i

i dicarinya. Tanpa berfikir panjang wanita tunarungu akhirnya meminta sang ibu
i i i i i i i i i

i untuk memberikan ponsel dan menulis beberapa pertanyaan untuk menjelaskan


i i i i i i i i

i bahwa ia melihat sosok gadis dengan ciri-ciri yang sama seperti psikopat itu
i i i i i i i i i i i

i maksud. i

Penanda (Signifier) i

Pada gambar terlihat bahwa pria yang berpakaian rapi menggunakan jas
i i i i i i i i i

i kemeja putih dan dasi yang terikat dileher membuatnya berpenampilan sangat
i i i i i i i i i

i sopan dan berwibawa sehingga Kyung Mi tertipu dan tidak mengenali bahwa ia
i i i i i i i i i i i i

i adalah psikopat yang dimaksud.


i i i i

Petanda (Signified) i
40

Psikopat yang sedang menyamar sebagai sosok pria yang sangat


i i i i i i i i

i berpenampilan rapi layaknya seorang yang bekerja di kantoran.


i i i i i i i

Tanda Denotatif (Denotative Sign)


i i i

Pada gambar di atas terlihat psikopat sedang berinteraksi kepada Kyung


i i i i i i i i i

i Mi dan kelihatan cemas karena di dalam scene ia sedang menyamar menjadi


i i i i i i i i i i i

i sosok pria yang sangat berbeda dari ia yang biasa. Kyung Mi pun menjelaskan
i i i i i i i i i i i i

i kepada pria tersebut bahwa ia melihat sosok pria psikopat yang mencurigakan
i i i i i i i i i i

i yang diduga menculik adiknya dengan menggunakan komunikasi nonverbal


i i i i i i i

i seperti menuliskan pesan lewat telpon dan menggunakan bahasa tubuh.


i i i i i i i i i

Tanda Konotatif (Connotative Sign)


i i i

Pada scene ini terlihat jelas bahwa psikopat ingin menghilangkan jejak
i i i i i i i i i

i dengan menyamar sebagai sosok pria yang berpenampilan sangat rapi agar
i i i i i i i i i

i identitasnya sebagai psikopat tidak diketahui oleh pihak kepolisian karena lokasi
i i i i i i i i i

i mereka berinteraksi tepat pada bel Dapartemen Kepolisian.


i i i i i i i i

Tabel 4.3 i

“Diadic Communication Antara Psikopat dan Wanita Tunarungu”


i i i i i i

Durasi Scene (Capture) i

0:41:36

Sumber: Data primer, Tahun 2022. i i i i

KETERANGAN: i
41

Diadic communicaton disebut juga two way communication yang artinya i i i i i i i i

i proses komunikasi yang terjadi secara dua arah antara individu satu dengan
i i i i i i i i i i

i individu lainnya yang saling berhadapan langsung. Dengan kata lain komunikasi
i i i i i i i i i

i diadik merupakan bentuk khusus komunikasi interpersonal.


i i i i i

Komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang i i i i i i i

i melibatkan dua orang atau lebih secara face to face selama proses komunikasi
i i i i i i i i i i i

i berlangsung. Yang memungkinkan setiap pelakunya memahami reaksi orang i i i i i i i

i secara langsung, baik verbal maupun non verbal. Kemampuan komunikasi


i i i i i i i i

i interpersonal adalah hal yang paling mendasar. Adanya perbedaan pendapat, i i i i i i i i

i konflik serta pertikaian merupakan wujud kesalahfahaman berkomunikasi.


i i i i i i

i Seperti halnya cerita psikopat dan wanita tunarungu dalam gambar di atas.
i i i i i i i i i i

i Ketidak jujuran wanita tunarungu (Kyung Mi) kepada psikopat saat berbicara di
i i i i i i i i i i

i belakangnya membuat psikopat emosi dan marah. i i i i i i

Kutipan scene diatas menggambarkan adanya komunikasi interpersonal i i i i i i

i antara psikopat (Do Sik) dengan seorang wanita tunarung (Kyung Mi). Dalam
i i i i i i i i i i

i percakapan tersebut Do Sik bertanya tentang apa yang sedang Kyung Mi i i i i i i i i i i

i bicarakan dibelakangnya dan keterangan apa saja yang ia buat pada laporan di
i i i i i i i i i i i

i kantor polisi. Unsur komunikasi interpersonal terlihat jelas pada percakapan


i i i i i i i i

i tersebut, yakni terdiri antara dua orang, terdapat informasi yang disampaikan
i i i i i i i i i

i oleh komunikator (Do Sik) serta kepahaman komunikan (Kyung Mi) selama
i i i i i i i i i

i interaksi berlangsung. i i

Pada scene ini psikopat tampak kesal kepada wanita tunarungu karena
i i i i i i i i i

i melihat begitu banyaknya detail laporan pada saat dimintai keterangan oleh
i i i i i i i i i

i polisi. Psikopat sangat marah ketika melihat Kyung Mi dan Ibunya


i i i i i i i i i

i berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat, lalu psikopat pun i i i i i i i

i mendatangi Ibu Kyung Mi dan ingin menunjukkan isi tas hitam yang berisi
i i i i i i i i i i i

i senjata tajam yang ia jinjing dari tadi. Namun disaat yang bersamaan datang
i i i i i i i i i i i

i sosok pria gagah yang ingin melapor tentang kehilangan adik perempuannya.
i i i i i i i i i

i Keterangan yang dilaporkan pria gagah ini kepada polisi sama persis dengan
i i i i i i i i i i

i detail laporang Kyung Mi di awal.


i i i i i
42

Kemampuan komunikasi interpersonal diperlukan setiap individu untuk i i i i i i

i menunjang segala aktifitas dan kegiatan sehari-hari agar lancar karena


i i i i i i i i

i komunikasi yang baik dapat mempengaruhi persepsi seseorang.


i i i i i i i

Penanda (Signifier) i

Dalam gambar ini terlihat psikopat sangat marah kepada Kyung Mi


i i i i i i i i i

i karena berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat kepada Ibunya serta


i i i i i i i i

i membuat laporan yang sangat detail di kantor polisi.


i i i i i i i i

Petanda (Signified) i

Kyung Mi yang sedang meyakinkan bahwa komunikasi nya kepaada sang


i i i i i i i i i

i ibu tidaklah penting.


i i

Tanda Denotatif (Denotative Sign)


i i i

Pada gambar ini terlihat bahwa pria yang berpenampilan rapi itu
i i i i i i i i i

i (psikopat), berbicara kepada Kyung Mi. Ia melontarkan pertanyaan apa yang


i i i i i i i i i

i sedang Kyung Mi dan Ibunya bicarakan dibelakangnya. Kyung Mi pun


i i i i i i i i i

i meyakinkan bahwa komunikasi non verbalnya itu tidak ada maksud yang penting
i i i i i i i i i i

i dengan menuliskannya di buku kecil.


i i i i

Tanda Konotatif (Connotative Sign)


i i i

Pada gambar ini terlihat bahwa pria yang berpenampilan rapi itu bertanya
i i i i i i i i i i

i karena kebingungan apa yang sebenarnya Kyung Mi dan Ibunya bicarakan di


i i i i i i i i i i

i belakangnya saat ia melihat detail laporan Kyung Mi di kantor polisi.


i i i i i i i i i i

Tabel 4.4 i

Komunikasi Interpersonal: Verbal dan Non Verbal i i i i i i


43

Durasi Scene (Capture) i

01:04:15

01:04:17

Sumber: Data primer, Tahun 2022. i i i i

KETERANGAN: i

Komunikasi interpersonal mempunyai peran penting karena sebagai alat i i i i i i i

i penghubung makhluk sosial. Vrdeber dalam Mulyana (2014) mengatakan bahwa


i i i i i i i i

i komunikasi memiliki dua fungsional. Pertama, sebagai fungsi sosial yaitu


i i i i i i i i

i mempunyai tujuan untuk kesenangan, menunjukkan hubungan erat dengan orang


i i i i i i i i

i lain. Kedua, berfungsi sebagai pengambilan keputusan, yaitu berhak


i i i i i i i

i memutuskan untuk melakukan atau tidak pada suatu tindakan tertentu.


i i i i i i i i

i Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam proses


i i i i i i i i

i penyampaian dan penerimaan informasi yang dilakukan secara tatap muka antara
i i i i i i i i i

i dua orang atau lebih.


i i i i

Menurut i Joseph i Devito i dalam i bukunya i The i Interpersonal


i Communication Book (Devito, 1989:4 dalam Awi dkk., 2016) komunikasi
i i i i i i i i

i antarpribadi adalah “the proses of sending and receiving messages between two
i i i i i i i i i i

i persons, be among a small group of persons, with some effect and some
i i i i i i i i i i i i

i immediate feedback”. i
44

Verbal communication adalah bentuk komunikasi yang disampaikan i i i i i i

i komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). i i i i i i i i i

i Komunikasi verbal menempati posisi paling besar karena pernyataan, ide-ide, i i i i i i i i

i pesan-pesan, informasi yang disampaikan lebih mudah di pahami dibandingkan i i i i i i i i

i komunikasi non verbal. i i i

Menurut Daryanto dan Muljo Raharjo (2016) non verbal communication i i i i i i i i

i diambil dari kata non yang berarti tidak, verbal adalah kata-kata (words) sehingga
i i i i i i i i i i i

i komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang digunakan manusia tanpa kata-i i i i i i i i

kata. Jadi komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa
i i i i i i i i i

i tubuh atau bahsa isyarat seperti gerakan tangan, raut wajah, geleng kepala, tanda,
i i i i i i i i i i i

i tindakan dan lain sebagainya. Didalam proses komunikasi, simbol merupakan


i i i i i i i i

i ekspresi yang mewakili sesuau hal. Salah satu karakteristiknya aalah bahwa
i i i i i i i i i

i simbol memiliki hubungan langsung dengan yang diwakilinya. Simbol dapat


i i i i i i i i

i berbentuk suara, tanda pada kertas, gerakan dan lain sebagainya.


i i i i i i i i i

Pada gambar diatas komunikasi verbal dilakukan oleh psikopat yang


i i i i i i i i

i menjadi komunikator sedang komunikasi non verbal dilakukan oleh wanita


i i i i i i i i

i tunarungu yang menjadi komunikan dalam hubungan interaksi simbolik. Ciri


i i i i i i i i

i khas dari interaksi simbolik adalah penekanannya terhadap manusia untuk saling
i i i i i i i i i

i mendefinisikan dan saling menelaah tindakan yang dibuat. Hal ini untuk i i i i i i i i i

i menentukan cara berpikir (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan i i i i i i i i i

i banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun komunikasi.


i i i i i i i

i Dengan menggunakan sosiologi sebagi fondasi maka hal ini mengajarkan kita
i i i i i i i i i

i untuk saling membagi makna krtika sedang berinteraksi anatara satu dan yang
i i i i i i i i i i

i lainnya. i

Pada scene ini psikopat (Do Sik) menggunakan komunikasi verbal saat
i i i i i i i i i

i hendak membunuh wanita tunarung (Kyung Mi). Dalam gambar terlihat jelas
i i i i i i i i i

i bahwa psikopat sudah membobol pintu kamar Kyung Mi dengan sebuah kapak.
i i i i i i i i i i

i Sebelumnya Kyung Mi meninggalkan pesan di ponselnya kepada sang ibu dan i i i i i i i i i i

i kakak wanita yang di culik psikopat, bahwa psikopat telah sampai di rumahnya.
i i i i i i i i i i i

i Komunikasi disini selalu terjadi dalam keadaan spesifik. Ketika berinteraksi i i i i i i i i


45

i dengan orang lain, akan ada sejumlah informasi yang diberikan kepada orang
i i i i i i i i i i

i pula. Seseorang tidak hanya memperhatikan apa yang sedang lawan bicara kita
i i i i i i i i i i

i bicarakan, namun ada juga informasi non verbal yang diberikan. Misalnya, sikap
i i i i i i i i i i

i atau gerak-gerik selama berinterkasi, ekspresi wajah, orientasi tubuh, kontak


i i i i i i i i

i mata antara Kyung Mi dan Do Sik.


i i i i i i

Percobaan pertama psikopat untuk membunuh Kyung Mi gagal karena i i i i i i i i

i Kyung Mi berhasil menutup pintu kamar dengan cepat. Psikopat pun seperti
i i i i i i i i i i

i kancil yang banyak ide licik, lalu ia menggunakan sebuah kapak untuk membobol
i i i i i i i i i i i

i pintu kamar Kyung Mi dan hal itu berhasil. Namun karena keberanian, Kyung Mi
i i i i i i i i i i i i

i tak terlihat bodoh ia pun berencana untuk melompat dari jendela kamarnya ke
i i i i i i i i i i i

i bawah untuk menyelamatkan diri. Walau berhasil melompat dan lari, namun hal
i i i i i i i i i i

i tersebut tak membuat psikopat berhenti mengejar Kyung Mi. psikopat terus
i i i i i i i i i

i mengejar wanita tunarungu pada waktu malam hari di sekeliling kota seperti Tom
i i i i i i i i i i i

i & Jerry.
i i

Penanda (Signifier) i

Berdasarkan gambar diatas psikopat berhasil masuk kedalam kamar i i i i i i i

i wanita tunarungu dengan membobol pintu kamar menggunakan senjata tajam


i i i i i i i i

i berupa kapak. Terlihat jelas ekspresi wajah psikopat sangat puas karena ia
i i i i i i i i i i

i mengira bahwa niat liciknya untuk membunuh Kayung Mi akan berhasil.


i i i i i i i i i i

Petanda (Signified) i

Psikopat bertanya kepada wanita tunarungu apa yang sedang i i i i i i i

i dilakukannya dan berharap wanita tunarungu menyerah saja. i i i i i i

Tanda Denotatif (Denotative Sign) i i i

Komunikasi dua arah seorang psikopat dengan wanita tunarungu di dalam i i i i i i i i i

i kamar. Psikopat berfikir kali ini wanita tunarungu tak dapat melarikan diri karena
i i i i i i i i i i i

i tidak ada cela untuk kebur dan tampak dalam gambar ini wanita tunarungu sangat
i i i i i i i i i i i i

i ketakutan. Teknik pengambilan gambar pada scene ini adalah medium close up,
i i i i i i i i i i
46

i dimana objek pada gambar terlihat lebih dekat dan memberikan kesan sangat
i i i i i i i i i i

i jelas dan fokus.


i i i

Tanda Konotatif (Connotative Sign)


i i i

Pada gambar ini walau wanita tunarungu nampak ketakutan akan tetapi
i i i i i i i i i

i dia masih punya ide untuk lepas dari kejaran psikopat dan berhasil meloloskan
i i i i i i i i i i i

i diri dengan melompati jendela dan jatuh kebawah dasar perkarangan rumah dan
i i i i i i i i i i

i melarikan diri. i

Tabel 4.5 i

Komunikasi Interpersonal: Emphaty i i

Durasi Scene (Capture) i

01:24:00

01:25:56

Sumber: Data primer, Tahun 2022.


i i i i

KETERANGAN: i

Menerapkan empati dalam komunikasi interpersonal merupakan sesuatu


i i i i i i

i yang sangat penting. Karena sistem komunikasi interpersonal merupakan proses


i i i i i i i i

i komunikasi yang dilakukan individu satu dengan yang lainnya untuk


i i i i i i i i

i mendapatkan informasi yang diinginkan. Dalam komunikasi interpersonal kita


i i i i i i i
47

i mengetahui bahwa lawan kita berinterkasi dalam berkomunikasi adalah manusia i i i i i i i i

i yang mempunyai rangsangan untuk memberikan feedback atau perasaan. Apa


i i i i i i i i

i yang disampaikan akan berpengaruh pada proses penerimaan suau pesan. Oleh
i i i i i i i i i

i karena itu empati dalam komunikasi wajib dimiliki setiap individu.


i i i i i i i i

Salah satu komponen dalam strategi komunikasi interpersonal yang i i i i i i i

i digunakan adalah penggunaan empati. Empati bisa diartikan sebagai komunikasi


i i i i i i i i

i yang mengarah pada usaha untuk memperhatikan apa yang menjadi hambatan,
i i i i i i i i i

i keluhan serta kesulitan seseorang. Melalui empati, seseorang dapat merasakan


i i i i i i i i

i apa yang dirasakan orang lain dan memposisikan diri jika berada di posisi orang
i i i i i i i i i i i i

i tersebut. i

Komunikasi interpersonal dapat berjalan sesuai keinginan jika mampu i i i i i i i

i membuat lawan berkomunikasi merasa nyaman terhadap pesan yang i i i i i i i

i disampaikan dengan melepaskan empati di dalamnya. karena salah satu tujuan i i i i i i i i i

i dari empati dalam berkomunikasi adalah memahami posisi orang lain dan
i i i i i i i i i

i memperlihatkan kesungguhan menjadi pendengar selama berlangsungnya i i i i i

i komunikasi.

Berdasarkan scene diatas komunikasi interpersonal yang menggunakan i i i i i i

i empati adalah Kyung Mi, Kyung Mi burusaha membujuk Do Sik untuk


i i i i i i i i i i

i membebaskannya dari target pembunuhannya itu. Kyung Mi sudah melatih i i i i i i i i

i kepekaan lawan bicara nya saat berinterkasi face to face untuk memahami
i i i i i i i i i i

i kondisinya. Dalam Scene di atas terlihat jelas sosok Kyung Mi yang memohon i i i i i i i i i i i

i mengeluarkan air mata dengan rasa sedih menjelaskan kepada Do Sik bahwa i i i i i i i i i i

i banyak hal yang masih Kyung Mi lakukan. Namun Do Sik tidak memberikan
i i i i i i i i i i i

i feedback baik sehingga dalam komunikasi tersebut mempunyai hambatan.


i i i i i i i

Kepribadian psikopat adalah sosok manusia yang dapat berkamuflase i i i i i i i

i kapan saja agar dirinya tidak diketahui banyak orang dengan menyamar atau
i i i i i i i i i i

i dapat melakukan apa saja yang ia mau selagi hal itu dapat membuat dirinya puas.
i i i i i i i i i i i i i

i Kyung Mi memohon kepada psikopat agar tidak membunuhnya karena masih


i i i i i i i i i

i banyak yang ingin ia lakukan di dunia dan masih ingin bertemu orang-orang baik
i i i i i i i i i i i i
48

i dan Kyung Mi ingin menikah dan mempunyai seorang anak. Namun disayangkan
i i i i i i i i i i

i menurut psikopat permohonan itu tidak membuatnya merasa peduli dan kasihan
i i i i i i i i i

i sama sekali.
i

Penanda (Signifier) i

Berdasarkan hasil gambar di atas terlihat wajah sedih wanita tunarungu i i i i i i i i i

i (Kyung Mi) menangis memohon kepada psikopat untuk membebaskan nya


i i i i i i i i

i dengan bahasa isyarat dan menggunakan bahasa tubuh.


i i i i i i

Petanda (Signified) i

Pada gambar di atas terlihat bahwa wanita tunarungu sedang menangis


i i i i i i i i i

i dan memohon kepada psikopat untuk tidak membunuhnya. Psikopat


i i i i i i i

i memperhatikan dan mendengarkan Kyung Mi saat memohon kepadanya namun i i i i i i i i

i semua menurutnya itu permohonan yang bodoh.


i i i i i i

Tanda Denotatif (Denotative Sign)


i i i

Pada gambar di atas walau dalam keadaan menangis Kyung Mi tetap


i i i i i i i i i i

i menjelaskan dengan menggunakan komunikasi non verbal berupa bahasa isyarat


i i i i i i i i

i dan bahasa tubuh sambil memandang wajah psikopat tanpa rasa takut berharap
i i i i i i i i i i

i permohonan nya dikabulkan. Teknik pengambilan gambar pada scene ini adalah
i i i i i i i i i

i medium close up, dengan memfokuskan lensa kepada suatu objek.


i i i i i i i i

Tanda Konotatif (Connotative Sign)


i i i

Komunikasi interpersonal yang dilakukan antara psikopat dan wanita i i i i i i i

i tunarungu berjalan baik karena keduanya faham makna yang disampaikan satu
i i i i i i i i i

i sama lainnya. Kyung Mi yang mencoba memnujuk psikopat dengan memohon


i i i i i i i i i

i dan menangis berharap psikopat akan iba kepadanya.


i i i i i i

Tabel 4.6 i

“Simbol dan Makna Dalam Komunikasi Interpersonal” i i i i i


49

Durasi Scene (Capture) i

01:31:36

Sumber: Data primer, Tahun 2022. i i i i

KETERANGAN: i

Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggris adalah i i i i i i i i

i “communicate” yang memiliki arti bertukar pikiran dan perasaan untuk i i i i i i i i

i membuat tahu tentang suatu informasi. Sedangkan dalam kata benda (noun)
i i i i i i i i i

i “communications” artinya pertukaran simbol-simbol, pesan-pesan yang i i i i i

i dilakukan seorang individu berupa seni mengekspresikan gagasan-gagasan dan


i i i i i i i

i ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi kepada orang lain.


i i i i i i i

Simbol adalah tanda-tanda yang mempunyai arti yang digunakan dalam


i i i i i i i i

i suatu kumpulan dimana dalam kumpulan tersebut telah mengetahui arti simbol
i i i i i i i i i

i yang digunakan. Sehingga simbol tersebut berfungsi sebagai penyampaian pesan


i i i i i i i i

i atas informasi kepada seseorang. Sedangkan makna adalah arti yang diterima
i i i i i i i i i

i oleh komunikan dari komunikator. Makna itu bermacam-macam tergantung


i i i i i i i

i individu yang memahami makna tersebut. Jadi sebuah pesan dapat menjadi postif
i i i i i i i i i i

i ataupun negatif tergantung komunikan memahami makna dari pesan yang


i i i i i i i i

i disampaikan komunikator. i

Komunikasi interpersonal berasal dari akar kata yang mempunyai makna i i i i i i i i

i (1) melibatkan pertukaran simbol atau tanda baik itu verbal maupun non verbal
i i i i i i i i i i i

i dalam proses interkasi yang dilakukan antara individu satu dengan yang lainnya.
i i i i i i i i i i

i (2) membangun sebuah relasi kebersamaan antara komunikan dan komunikator.


i i i i i i i i

i Simbol atau tanda dalam komunikasi verbal seperti bahasa lisan dan dapat
i i i i i i i i i i

i dilakukan dengan tulisan. Sedangkan simbol dan tanda dalam komunikasi non
i i i i i i i i i
50

i verbal dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahasa tubuh atau bahasa
i i i i i i i i i

i isyarat, mimik, gerak-gerik serta suara.


i i i i i

Berdasarkan scene diatas terlihat bahwa Kyung Mi menggunakan i i i i i i i

i komunikasi non verbal dan memberikan informasi kepada ibunya dengan simbol
i i i i i i i i i

i atau tanda “tangan seperti sedang menahan untuk tidak mendekat”. Sehingga
i i i i i i i i i

i pesan yang disampaikan Kyung Mi dapat dipahami jelas oleh ibunya karena
i i i i i i i i i i

i sama-sama mempunyai keterbatasan untuk menggunakan komunikasi verbal


i i i i i i

i sehingga dengan tanda yang digunakan Kyung Mi dapat dimengerti ibunya.


i i i i i i i i i

Pada gambar diatas terlihat jelas Kyung Mi menahan rasa sakit karena
i i i i i i i i i i

i sebelumnya ia hendak menyelamatkan Ibunya dari psikopat. Namun, tak i i i i i i i i

i disangka Kyung Mi malah menyakiti dirinya sendiri dengan menusuk senjata


i i i i i i i i i

i tajam berupa pisau ke perutnya dan meyakini Ibunya bahwa Kyung Mi akan
i i i i i i i i i i i

i menyelesaikannya dan semua akan baik-baik saja. Dalam konteks komunikasi i i i i i i i i

i interpersonal ini tidak hanya bercerita tentang komunikasi non verbal i i i i i i i i

i menggunakan simbol dan tanda saja tetapi memunculkan sifat komunikasi i i i i i i i i

i didalamnya berupa komunikasi kelompok. i i i

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara tiga i i i i i i i

i orang atau lebih secara tatap muka, antara anggota saling berinteraksi karena
i i i i i i i i i i

i masing-masing terlibat saat proses penyampaian informasi. Dalam scene diatas i i i i i i i i

i komunikasi kelompok melibatkan Kyung Mi, Do Sik, Ibu Kyung Mi dan i i i i i i i i i i

i beberapa masyarakat yang melihat kejadian tersebut.


i i i i i i

Penanda (Signifier) i

Pada gambar di atas terlihat jelas tangan psikopat memegang kepala


i i i i i i i i i

i wanita tunarungu dengan erat tanda kekesalannya dan tampak Kyung Mi


i i i i i i i i i

i memegang tangan psikopat untuk mengarahkan ke perutnya akibat pisau yang di


i i i i i i i i i i

i tancapkan ke perutnya yang penuh dengan darah itu.


i i i i i i i

Petanda (Signified) i
51

Wanita tunarungu menghampiri psikopat karena ingin menyelamatkan i i i i i i

i Ibunya saat psikopat mencoba ingin membunuhnya.


i i i i i

Tanda Denotatif (Denotative Sign)


i i i

Pada scene diatas tampak Kyung Mi berbicara kepada Ibunya bahwa


i i i i i i i i i

i jangan mendekat karena ia akan melakukannya dengan berhasil. Raut wajah


i i i i i i i i i

i Kyung Mi terlihat menahan rasa sakit dan emosi atas semua tindakan yang sudah
i i i i i i i i i i i i

i ia terima dari psikopat. Psikopat terlihat seperti menganggap hal yang dilakukan
i i i i i i i i i i

i Kyung Mi hanya akan menyusahkan dirinya sendiri dan tidak percaya bahwa
i i i i i i i i i i

i yang dilakukan Kyung Mi bisa menghentikan niat kejinya. Teknik pengambilan


i i i i i i i i i

i gambar pada scene ini adalah medium close up, dengan memfokuskan lensa
i i i i i i i i i i

i kepada suatu objek. i i

Tanda Konotatif (Connotative Sign)


i i i

Pada scene ini terlihat Kyung Mi tetap pada pendiriannya dani i i i i i i i i

i menjalankan misinya dengan berhasil untuk melindungi Ibunya dari psikopat i i i i i i i i

i yang berhati busuk walau Kyung Mi memiliki keterbatasan untuk mendengar dan
i i i i i i i i i i

i berbicara layaknya manusia normal pada umumnya. Kyung Mi tidak pernah


i i i i i i i i i

i takut sampai ia benar-benar membuktikannya.


i i i i

4.3 Pembahasan i

4.3.1. Deskripsi Hasil Penelitian i i

Hasil dari pembahasan penelitian ini adalah melihat dari cara i i i i i i i i

i pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang disesuaikan dengan tujuan i i i i i i i i

i penelitian, yaitu untuk mengetahui analisis semiotika komunikasi i i i i i i

i interpersonal yang dilakukan antara psikopat vs tunarungu dalam film i i i i i i i i

i Midnight. Hasil penelitiannya diperoleh langsung melalui observasi terhadap


i i i i i i i

i film Midnight. i i
52

Pada film Midnight ini, peneliti mengambil beberapa scene yang


i i i i i i i i

i mempresentasikan komunikasi interpersonal, yang dilihat secara langsung i i i i i i

i dengan melakukan observasi dan menonton film tersebut. Pada film Midnight
i i i i i i i i i

i ini representasi komunuikasi interpersonal dilakukan oleh psikopat dan


i i i i i i i

i wanita tunarungu. Seorang psikopat menggunakan komunikasi verbal


i i i i i i

i sementara wanita tunarungu menggunakan komunikasi non verbal karena


i i i i i i i

i keterbatasan (bahasa isyarat dan bahasa tubuh). i i i i i i i

Durasi Film Midnight 103 menit ini, diteliti menggunakan teori i i i i i i i i

i Representasi dan teori semiotika Roland Barthes. Peneliti mengganggap i i i i i i i

i kedua teori ini sangat cocok dan relevan dengan judul dan rumusan masalah
i i i i i i i i i i i

i dalam penelitian ini. Representasi yaitu sudut pandang manusia untuk


i i i i i i i i

i menilai, melihat dan menafsirkan sesuatu, sedangkan semiotika Roland


i i i i i i i

i Barthes digunakan peneliti untuk melakukan analisis mengenai suatu tanda-


i i i i i i i i

tanda yang terjadi di dalam film yang dijadikan objek penelitian.


i i i i i i i i i i i

4.3.2. Sinopsis Film “Midnight” i i i

Film Midnight merupakan produksi film tahun 2020 dan rilis tahun
i i i i i i i i i

i 2021 sebab ada penundaan akibat pandemi covid-19. Film ini


i i i i i i i i

i menggambarkan begitu besarnya perjuangan wanita tunarungu untuk i i i i i i

i bertahan hidup terlebih ia memiliki masalah pada pendengaran. Wanita


i i i i i i i i

i tunarungu ini mempertahankan hak-hak nya bekerja layak manusia normal


i i i i i i i i

i dan beraktivitas seperti makhluk sosial lainnya. Di dalam film ini wanita
i i i i i i i i i i

i tunarungu atau di kenal sebagai Kyung Mi tidak memiliki percakapan apapun


i i i i i i i i i i

i karena keterbatasannya untuk mendengar sehingga membuat nya juga bisu,


i i i i i i i i

i ia berkomunikasi menggunakan komunikasi nonverbal lewat bahasa isyarat


i i i i i i i

i dan terkadang menulis beberapa percakapan di ponsel miliknya dan


i i i i i i i i

i mengandalkan ekspresi dan gerak tubuh lawan berbicara. Namun, i i i i i i i

i kekurangannya tersebut tak membuatnya gentar atau malu untuk melakukan i i i i i i i i

i apa yang ingin diwujudkannya.


i i i
53

Film Midnight bercerita seperti permainan petak umpet yang i i i i i i i

i dilakukan oleh dua orang pada umumnya untuk bersembunyi dan mencari
i i i i i i i i i

i lawan main. Terkadang film ini juga terlihat seperti adegan kartun Tom and
i i i i i i i i i i i

i Jerry yang selalu kejar-kejaran. Namun hal ini lebih berbahaya karena
i i i i i i i i i

i mengancam dan menghabiskan nyawa seseorang antara psikopat dan wanita i i i i i i i i

i tunarungu. i

Wanita tunarung (Kyung Mi) suatu malam mengadakan pertemuan i i i i i i i

i makan malam dengan kru lainnya karena Kyung Mi bekerja di pusat


i i i i i i i i i i

i pelayanan panggilan. Namun pertemuan makan malam itu sangat i i i i i i i

i membosankan karena Kyung Mi di perlakukan tidak baik oleh klien yang i i i i i i i i i i

i lainnya karena tindakan diskriminasi bahkan mencemooh Kyung Mi.


i i i i i i i

i Sehabis pulang Kyung Mi langsung menjemput ibunya, setelah menjemput


i i i i i i i i

i ibunya Kyung Mi meninggalkan ibunya sebentar untuk memarkir mobil


i i i i i i i i

i miliknya dan disaat yang bersamaan pula psikopat (Do Sik) melihat seorang
i i i i i i i i i i

i wanita tua yang tak lain tak bukan adalah Ibunya Kyung Mi yang menjadi
i i i i i i i i i i i i

i sasaran empuk untuknya yang berjalan mondar mandir sendirian karena


i i i i i i i i

i menunggu Kyung Mi datang. Tetapi psikopat merubah niat kejinya kepada


i i i i i i i i i

i seorang gadis yang bernama So Jung yang sempat melewatinya juga saat ia
i i i i i i i i i i i

i menelpon kakaknya di tempat yang sama. Akhirnya psikopat beralih target ke


i i i i i i i i i i

i So Jung karena merasa kesal dengan gangguan saat sedang telponan lalu
i i i i i i i i i i

i tanpa berpikir panjang Do Sik menikam So Jung di gang kecil dekat kota yang
i i i i i i i i i i i i i

i sunyi lalu meninggalkannya untuk kembali ke mobil mengambil alat senjata


i i i i i i i i i

i tajam lainnya.
i i

Setelah selesai memarkirkan mobil Kyung Mi pun kembali untuk i i i i i i i i

i menjeput ibunya yang ia tinggal sebelumnya, namun saat hendak berjalan


i i i i i i i i i

i menemui ibunya Kyung Mi melewati gang kecil di kawasan kota tempat


i i i i i i i i i i

i tinggalnya lalu melihat ada yang melemparkan sepatu hak berwarna putih,
i i i i i i i i i

i dan ternyata itu adalah So Jung. Karena rasa penasaran Kyung Mi pun
i i i i i i i i i i i

i menghampiri So Jung untuk membantu. Do Sik yang memantau dari dalam i i i i i i i i i i


54

i mobil pun bergegas turun karena melihat Kyung Mi ingin menghampiri So


i i i i i i i i i i

i Jung, maka target psikopat selanjutnya adalah Kyung Mi.


i i i i i i i i

Do Sik merupakan sosok psikopat yang bisa disebut pembunuh


i i i i i i i i

i berantai yang sangat sadis. Psikopat ini selalu menyusun strategi nya waktu
i i i i i i i i i i

i malam hari agar keadaan sekitar tidak terlalu ramai, tidak lupa saat
i i i i i i i i i i

i melakukan misi jahatnya itu ia selalu menggunakan topi dan masker agar tak i i i i i i i i i i i

i satu pun orang yang dapat mengenalinya. Di keseharian Do Sik dikenal


i i i i i i i i i i

i masyarakat sebagai sosok pria yang sangat sopan, ramah dan intelektual i i i i i i i i i

i namun pada waktu malam hari Do Sik akan berubah total menjadi sosok
i i i i i i i i i i i

i binatang buas yang lapar untuk memangsa tanpa pandang bulu. Namun lebih
i i i i i i i i i i

i kejinya lagi Do Sik bisa datang ke kantor polisi untuk melapor seolah-olah
i i i i i i i i i i i

i menjadi saksi atau sosok yang menemukan jasad korban atas ulahnya sendiri.
i i i i i i i i i i i

Saat Do Sik hendak membunuh Kyung Mi dengan kapak, So Jung pun


i i i i i i i i i i i

i dengan sigap menghentikan Do Sik dengan menindihkan badannya agar


i i i i i i i i

i kapak tersebut jatuh dari pegangan Do Sik. Akhirnya Kyung Mi berhasil


i i i i i i i i i i

i melarikan diri dari Do Sik akibat bantuan So Jung, ia berlari sekuat mungkin i i i i i i i i i i i i

i untuk menyelamatkan diri dan mencoba untuk bersembunyi. Namun Do Sik


i i i i i i i i i

i yang licik itu terus mengejar Kyung Mi dan bermula pada malam ini lah
i i i i i i i i i i i i

i adegan kejar-kejaran antara psikopat dan wanita tunarungu pada malam hari.
i i i i i i i i i

i Do Sik berhasil maembuntuti Kyung Mi sampai maasuk ke dalam mobil yang


i i i i i i i i i i i

i sama tanpa diketahui Kyung Mi sebelumnya. Lalu, karena rasa khawatir dan
i i i i i i i i i i

i cemas akan ibunya Kyung Mi sempat melakukan vidio call kepada sang ibu
i i i i i i i i i i i

i menggunakan komunikasi nonverbal (bahasa isyarat) karena ibu Kyung Mi i i i i i i i i

i juga mengidap hal yang sama yaitu tunarungu. Kyung Mi berpesan bahwa ia
i i i i i i i i i i i

i akan segera datang dan menyuruh sang ibu agar tidak pergi kemana-mana.
i i i i i i i i i i i

Tak berapa lama tanpa disadari, Kyung Mi dikagetkan oleh Do Sik


i i i i i i i i i i

i yang sebelumnya bersembunyi tepat di belakangnya di dalam mobil yang


i i i i i i i i i

i sama lalu menertawakan Kyung Mi karena gangguan pada pendengrannya


i i i i i i i i

i itu. Do Sik yang menggunakan masker, topi dan kaca mata nya itu lalu
i i i i i i i i i i i i

i menodongkan pisau tepat di depan wajah Kyung Mi lalu menyuruh Kyung Mi i i i i i i i i i i i


55

i untuk mengendarai mobil untuk pergi jikalau tidak Do Sik akan


i i i i i i i i i

i membunuhnya. Namun Kyung Mi bukanlah wanita yang lugu ia juga punya i i i i i i i i i i

i cara untuk membebaskan diri dari Do Sik, saat mengendarai mobil Kyung Mi
i i i i i i i i i i i

i menggunakan kecepatan di atas rata-rata lalu menurunkan rem tiba-tiba i i i i i i i i

i sehingga ia mendapatkan cela untuk keluar dari mobil dan berlari secepat
i i i i i i i i i i

i mungkin menghindari Do Sik sampai pada akhirnya ia berhasil menekan bel


i i i i i i i i i i

i dapartemen pihak kepolisian yang langsung terhubung saat bertugas. i i i i i i i

Do Sik yang tak bisa tinggal diam pun bergegas lagi ke mobil nya
i i i i i i i i i i i i

i untuk mengganti pakaian dan menyamar menjadi pria yang lebih sopan dan
i i i i i i i i i i

i berpenampilan beda. Ia menggunakan jas dan membawa tas layak pria i i i i i i i i i

i kantoran pada umumnya. Do Sik pun menghampiri Kyung Mi dan ibunya lalu
i i i i i i i i i i i

i berpura-pura sedang mencari saudara perempuannya, dengan ciri-ciri i i i i i i

i seseorang wanita yang ia tikam sebelumnya yaitu So Jung. Karena Kyung Mi


i i i i i i i i i i i

i tidak melihat ada yang aneh pada pria tersebut atau merasa curiga maka
i i i i i i i i i i i

i Kyung Mi dan Ibunya masuk kedalam permainan Do Sik selanjutnya.


i i i i i i i i i i

Pihak kepolisian yang bertugas malam itu pun datang menemui i i i i i i i i

i mereka bertiga, lalu Do Sik yang ber pura-pura kehilangan saudara


i i i i i i i i i

i perempuannya itu ikut serta untuk melihat Kyung Mi membuat laporan atas i i i i i i i i i i

i kejadian yang ia buat sendiri. Tiba di kantor polisi, Ibu Kyung Mi tampak
i i i i i i i i i i i i

i curiga kepada Do Sik karena melihat Kyung Mi dan ibunya dengan mata sipit
i i i i i i i i i i i i

i namun Kyung Mi tetap merasa bahwa ia tidak menaruh rasa curiga sama
i i i i i i i i i i i

i sekali karena mungkin saja pria itu tidak mengerti apa yang sedang mereka
i i i i i i i i i i i

i bicarakan. Saat Kyung Mi membuat laporan tiba-tiba Do Sik memotong i i i i i i i i i

i pertanyaan yang dilontarkan polisi kepada Kyung Mi untuk menambahkan i i i i i i i i

i keterangan lainnya, namun polisi membantah bahwa ia tidak boleh ikut i i i i i i i i i

i campur dalam file pertanyaan Kyung Mi, akan bertanya secara pribadi
i i i i i i i i i

i dengannya nanti. i

Disaat itu juga tampak seorang pria tua yang sedang tidur di kursi i i i i i i i i i i i

i tunggu marah kepada Do Sik karena mendengar Do Sik memotong


i i i i i i i i i

i pembicaran polisi kepada Kyung Mi. Ia merasa bahwa hal yang dilakukan Do i i i i i i i i i i i
56

i Sik sangat tidak sopan. Namun sebagai sosok seorang psikopat hal itu bukan
i i i i i i i i i i i

i masalah besar asal dirinya merasa aman dan puas, dengan mata yang sinis
i i i i i i i i i i i

i sambil tersenyum sengit kepada pria tua itu Do Sik mengatakan bahwa pria
i i i i i i i i i i i

i tua itu brengsek dan akhirnya pria tua itu pun berkelahi dengan Do Sik.
i i i i i i i i i i i i

Pada saat itu ibu Kyung Mi menemukan ponsel Do Sik yang jatuh saat
i i i i i i i i i i i i

i Do Sik dan pria tua itu asik berkelahi. Namun dengan sigap Do Sik merebut
i i i i i i i i i i i i i

i kembali ponsel miliknya itu. Setelah di bantu polisi akhirnya pak tua itu di
i i i i i i i i i i i i

i usir keluar untuk tidak membuat keributan di dalam. Do Sik pun


i i i i i i i i i i

i menghampiri Kyung Mi yang sedang membuat laporan untuk melihatnya. i i i i i i i i

i Sangat tidak di duga Kyung Mi membuat laporan sangat detail yang membuat
i i i i i i i i i i i

i Do Sik marah ditambah dengan ibu Kyung Mi mengajak Kyung Mi berbicara


i i i i i i i i i i i

i menggunakan bahasa isyarat karena sangat curiga kepada Do Sik setelah i i i i i i i i i

i melihat ponselnya yang jatuh dengan wallpaper seorang gadis anggun dan
i i i i i i i i i

i ponsel itu berbeda dengan ponsel saat Do Sik tunjukkan pertama kali kepada
i i i i i i i i i i i

i Kyung Mi dan ibunya. Do Sik pun penasaran apa yang sedang gadis tua dan
i i i i i i i i i i i i i

i wanita tunarungu itu bicarakan dibelakangnya yang membuatnya marah dan


i i i i i i i i

i ingin melukai ibu Kyung Mi. Tak berapa lama datanglah Jong Tak (kakak
i i i i i i i i i i i

i kandung So Jung) dengan tergesah-gesah karena So Jung menghilang dan i i i i i i i i i

i tidak menganggat telponnya.


i i

Saat dimintai keterangan oleh polisi apa yang dipakai adiknya saat
i i i i i i i i i

i pergi, polisi teringat dengan laporan yang dibuat Kyung Mi ternyata orang
i i i i i i i i i i

i dan kasus yang sama. Jong Tak pun tak perlu menjelaskan lebih detail dan
i i i i i i i i i i i i

i meminta Kyung Mi untuk mengkonfirmasi lebih dalam dan Jong Tak sempat i i i i i i i i i i

i menunjukkan foto adiknya itu kepada siapa yang ada di kantor polisi, i i i i i i i i i i

i termasuklah di dalam nya Do Sik, Kyung Mi dan Ibunya. Saat Jong Tak i i i i i i i i i i i i

i bertanya kepada Do Sik ia mengaku bahwa tidak melihat gadis itu walau Do
i i i i i i i i i i i i

i Sik lah yang menikam adik Jong Tak, dan saat bertanya kepada ibu Kyung Mi
i i i i i i i i i i i i i

i ia tidak langsung mengenalinya. Tapi, saat Jong Tak bertanya kepada Kyung
i i i i i i i i i i

i Mi tentu saja Kyung Mi kenal dan pernah melihat nya gadis itu sama persis
i i i i i i i i i i i i i

i dengan gadis yang ia temui di gang sempit yang sempat meminta bantuan
i i i i i i i i i i i
57

i dengan kode melemparkan sepatu putih saat Kyung Mi melewati jalan yang
i i i i i i i i i i

i sama. Pada saat itu karena Kyung Mi mengenali gadis itu, Ibu Kyung Mi
i i i i i i i i i i i i

i akhirnya faham dan mencoba memberitahu bahwa pelaku itu adalah Do Sik i i i i i i i i i i

i karena sempat melihat gambar gadis itu di ponsel yang ia temui tadi. tiba-tiba
i i i i i i i i i i i i

i Do Sik yang duduk disebelahnya langsung menggenggam tangan ibu Kyung


i i i i i i i i i

i Mi agar tutup mulut dan memberikan ancaman akan membunuh putrinya jika
i i i i i i i i i i

i ia angkat bicara.
i i i

Pak tua yang sempat di usir keluar pun masuk lagi ke dalam kantor
i i i i i i i i i i i i

i karena merasa tidak puas atas perlakuan Do Sik kepadanya, tetapi polisi
i i i i i i i i i i

i berhasil mengusirnya kembali dan saat polisi mengantarkan pria tua itu i i i i i i i i i

i kembali keluar Do Sik menunjukkan kepada ibu Kyung Mi isi tas yang ia i i i i i i i i i i i i

i bawa dan menyuruh Ibu Kyung Mi membukanya. Saat dibuka ternyata isi nya
i i i i i i i i i i i

i adalah senjata tajam semua yang membuat ibu Kyung Mi menelan ludah
i i i i i i i i i i

i karena khawatir. Karena sibuk tanya jawab antara Jong Tak dan Kyung Mi
i i i i i i i i i i i

i akhirnya Do Sik mengambil salah satu senjata tajam berupa pisau dan untuk i i i i i i i i i i i

i menyerang Jong Tak, tetapi karena teriakan ibu Kyung Mi membuat Jong Tak i i i i i i i i i i i

i cepat menoleh kebelakang dan dapat menangkis serangan Do Sik walau


i i i i i i i i i

i tangan nya berdarah menahan pisau yang di todong Do Sik kepadanya. Do Sik
i i i i i i i i i i i i

i pun jujur kepada Jong Tak bahwa dia lah yang menikam adiknya, dan mereka
i i i i i i i i i i i i

i pun berkelahi dengan hebat.


i i i

Saat polisi masuk kedalam karena aduan Kyung Mi dan ibunya, polisi
i i i i i i i i i i

i pun termakan dengan omongan Do Sik dan langsung menganggap Jong Tak
i i i i i i i i i i

i terlalu bersemangat karena melihat Jong Tak ingin membunuh Do Sik dengan
i i i i i i i i i i

i pisau yang dipegangnya. Akhirnya polisi menembakkan magnet pelemah


i i i i i i i

i daya tahan tubuh ke Jong Tak hingga lemah dan membebaskan Do Sik yang
i i i i i i i i i i i i

i licik itu. Setelah dibebaskan Do Sik menyusun rencana baru untuk


i i i i i i i i i

i mengetahui alamat rumah Kyung Mi untuk permainan selanjutnya. i i i i i i i i

Baru saja sampai dirumah untuk berisitirahat dan menenangkan i i i i i i i

i pikiran, lampu peringatan pun kelap-kelip dengan otomatis tanda ada suara.
i i i i i i i i i

i Ternyata ada seseorang yang tak ingin berkunjung kerumah Kyung Mi, i i i i i i i i i
58

i dengan rasa takut dan khawatir Kyung Mi dan Ibunya cukup lama berfikir
i i i i i i i i i i i

i untuk membuka pintu karena masih takut dengan sosok Do Sik yang
i i i i i i i i i i

i menghantui mereka. Setelah memberanikan diri untuk kedepan pintu dan i i i i i i i i

i membukanya ternyata kunjungan pada malam hari itu adalah Bibi Kyung Mi. i i i i i i i i i i

i Bibi Kyung datang untuk mengambil barangnya namun karena kasihan ibu
i i i i i i i i i i

i Kyung Mi membantu Bibinya untuk membawa barang-barang itu sampai


i i i i i i i i

i kerumah nya dan meninggalkan Kyung Mi sebentar. Dalam perjalanan Bibi


i i i i i i i i i

i Kyung meminta Ibunya untuk bergegas pindah kota, karena ia rasa kota itu
i i i i i i i i i i i

i sudah tidak aman dan sudah mulai sepi.


i i i i i i i

Saat ditinggal oleh ibunya, Kyung Mi pun menutup rapat semua pintu
i i i i i i i i i i

i dan masuk ke dalam kamar untuk bersih-bersih dan mengganti pakaian.


i i i i i i i i i

i Namun siapa sangka lampu peringatan kedap-kedip kembali menyala untuk


i i i i i i i i

i kedua kalinya, boneka kucing bertepuk dengan keras tanda ada bahaya.
i i i i i i i i i

i Ternyata Do Sik sudah tiba dirumah Kyung Mi dan ia berhasil membobol i i i i i i i i i i i

i pintu depan dan masuk ke dalam rumah Kyung Mi. Tak berapa lama Kyung
i i i i i i i i i i i i i

i Mi mengirim pesan kepada Jung Tak untuk memaafkan adiknya, dan tanpa ia
i i i i i i i i i i i

i sadari Do Sik sudah tiba dibelakangnya untuk membunuh Kyung Mi dengan


i i i i i i i i i i

i sebuah kapak. Saat ingin mencoba membunuh Kyung Mi hal itu gagal
i i i i i i i i i i

i dilakukan Do Sik karena Kyung Mi sadar bahwa lampu peringatan mulai mati i i i i i i i i i i i

i semua dan tepukan boneka kucing semakin kuat tanda ada bahaya di
i i i i i i i i i i

i dekatnya. Saat menoleh kebelakang Kyung Mi berhasil mengindar dari i i i i i i i i

i serangan Do Sik yang ingin membunuhnya dan lari untuk masuk kedalam i i i i i i i i i i

i kamar. i

Kyung Mi dengan cepat mengunci pintu kamar dan mendorong meja i i i i i i i i i

i ke pintu agar Do Sik tidak bisa masuk, dan mengirim pesan lagi kepada Jung
i i i i i i i i i i i i i

i Tak bahwa psikopat itu sudah tiba dirumahnya. tidak kehabisan akal Do Sik
i i i i i i i i i i i

i pun membobol pintu kamar Kyung Mi dengan kapak yang ia pegang. Hampir
i i i i i i i i i i i

i saja berhasil membunuh Kyung Mi namun lebih dulu Kyung Mi mencoba


i i i i i i i i i i

i menyelamatkan diri dengan melompati jendela kamar dan jatuh diatas i i i i i i i i

i tumpukan sampah-sampah. Saat Kyung Mi mencoba melarikan diri, Do Sik i i i i i i i i i


59

i pun mengejar Kyung Mi di sepanjang waktu malam di kawasan Kyung Mi


i i i i i i i i i i i

i tinggal, Mereka berdua kembali kejar-kejaran seperti Tom and Jerry.


i i i i i i i i i

4.3.3. Representasi Komunikasi Interpersonal Psikopat Vs Tunarungu i i i i i

i Dalam Film Midnight i i

Dalam ilmu komunikasi representasi adalah sebuah tanda yang i i i i i i i

i berfungsi untuk menampilkan sesuatu yang dirasakan, diserap, dan


i i i i i i i

i dibayangkan untuk melahirkan sebuah gagasan berupa ide-ide yang faktual.i i i i i i i i

i Representasi juga salah satu konsep penting dalam komunikasi visual yangi i i i i i i i i

i berkaitan erat dengan kajian semiotika. i i i i i

Representasi bekerja melalui sistemnya yang terdiri dari peranan i i i i i i i

i penting, yakni konsep dalam pikiran dan bahasa. Kedua peranan ini saling
i i i i i i i i i i

i bersangkutan satu sama lain. Konsep dari sesuatu yang kita miliki untuk i i i i i i i i i i

i berpikir dapat membuat kita mengetahui suatu makna. Namun makna tidak
i i i i i i i i i

i akan dapat dikomunikasikan jika tanpa bahasa. Misalkan gadget (alat yang
i i i i i i i i i

i digunakan manusia untuk berkomunikasi di era modern) jika tidak dijelaskan


i i i i i i i i i

i dalam bahasa maka makna tersebut tidak terealisasikan dengan baik dan
i i i i i i i i i

i efektif. i

Berpikir dan merasa juga merupakan hasil dari sistem representasi, i i i i i i i i

i karena keduanya mempunyai fungsi sebagai pemaknaan terhadap sesuatu.


i i i i i i i

i Oleh karena itu, untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan latar
i i i i i i i i i

i belakang pemahaman yang sama terhadap konsep, gambar, dan ide (cultural
i i i i i i i i i

i codes).

Untuk menjelaskan bagaimana produksi suatu makna dan i i i i i i

i penggunaan konstruksi sosial, Hall menyebutkan ada tiga teori representasi


i i i i i i i i

i yang berhubungan. Pertama, Pendekatan Reflektif. Bahasa digunakan


i i i i i i

i sebagai suatu cermin, yang mendeskripsikan makna yang sesungguhnya dari


i i i i i i i i

i seluruh yang ada di dunia. Dalam pendekatan reflektif, sebuah makna itu
i i i i i i i i i i

i tergantung pada objek, manusia, gagasan, idea, atau suatu peristiwa yang
i i i i i i i i i
60

i terjadi di dunia nyata. Disebutkan bahasa itu suatu cermin karena dapat
i i i i i i i i i i

i memantulkan makna atau arti yang sesungguhnya. i i i i i i

Kedua, Pendekatan Intensional. Bahasa yang kita gunakan sehari- i i i i i i i

hari merupakan cara kita berkomunikasi sesuai dengan apa yang kita pikirkan
i i i i i i i i i i

i dan merupakan bagaimana cara pandang kita terhadap sesuatu. Artinya,


i i i i i i i i

i komunikator berhak mengungkapkan apa saja kepada komunikan sesuai i i i i i i i

i makna yang ingin ia jelaskan melalui bahasa.i i i i i i

Ketiga, Pendekatan Konstruksi. Manusia mengkonstruksi makna itu i i i i i i

i lewat bahasa yang di pakai. Melalui pendekatan ketiga manusia dituntut


i i i i i i i i i

i untuk mengetahui dan mengenali publik, karakter, watak, tingkah laku sosial
i i i i i i i i i

i serta bahasa. Sistem representasi dari pendekatan ini meliputi gambar, foto,
i i i i i i i i i

i suara, gambar, lighting cahaya. i i i i

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelskan di atas, maka i i i i i i i i i

i peneliti mengaitkan hasil analisis data dengan teori representasi tentang


i i i i i i i i

i bagaiamana pandangan atau penilaian manusia dalam menafsirkan sesuatu. i i i i i i i

i Melalui film Midnight ini manusia dapat mematahkan pemikiran masyarakat


i i i i i i i i

i atau suatu budaya dalam film Midnight bahwa manusia yang berkebutuhan
i i i i i i i i i

i khusus itu tidak punya tempat di masyarakat atau kerap disebut manusia
i i i i i i i i i i

i lemah, tidak cerdas, penakut dapat dipatahkan. Sosok wanita tunarungu


i i i i i i i i

i dalam film ini bukan hanya dapat membuat bungkan mulut manusia tetapi
i i i i i i i i i i

i juga membuat manusia sadar bahwa seseorang yang berkebutuhan khusus


i i i i i i i i

i atau mempunyai kekurangan seperti tunarungu juga mendapatkan dan berhak


i i i i i i i i

i dilindungi negara. Wanita tunarungu berhak mendapatkan keadilan, i i i i i i

i mempunyai hak asasi sebagai manusia, diberi tempat untuk bekerja dan i i i i i i i i i

i berpendidikan layak manusia normal lainnya. i i i i i

Kyung Mi sosok wanita wanita tunarungu dalam film ini sangat i i i i i i i i i

i menginspirasi, khusus bagi penyandang disabilitas lainnya. Bahwa sebagai i i i i i i i

i seorang perempuan terlebih penyandang disabilitas memiliki tempat dan hak


i i i i i i i i

i sebagai manusia. Suatu keterbatasan bukan halangan untuk berhenti hidup


i i i i i i i i
61

i dan berkarya. Walau komunikasi dari penyandang disabilitas non verbal


i i i i i i i i

i bukan berarti tidak bisa berkomunikasi dengan manusai normal lainnya.


i i i i i i i i

i Hambatan itu bisa diatasi dengan komunikasi behavioral dengan cara i i i i i i i i

i menggunakan suatu tindakan, komunikator mengarahkan komunikan untuk i i i i i i

i mencapai tujuan secara pribadi maupun relasional. Misal, komunikator i i i i i i i

i tunarungu bisa menggunakan gadget sebagai media komunikasi kepada i i i i i i i

i komunikan untuk mencapai titik yang maksud. i i i i i i

4.3.4. Analisis Kajian Semiotika Pada Film Midnight i i i i i

Di dalam film Midnight, komunikasi interpersonal menjadi hal utama


i i i i i i i i

i dari jalan cerita film ini, sehingga dalam film Midnight banyak menimbulkan
i i i i i i i i i i

i representasi komunikasi
i i interpersonal. i Karena i setiap representasi
i

i komunikasi interpersonal yang dimunculkan dalam film ini terdapat makna i i i i i i i i

i atau pesan yang ingin disampaikan termasuk ke dalamnya makna denotasi,


i i i i i i i i i

i konotasi yang sudah dijelaskan sebelumnya hingga penulis memenukan satu


i i i i i i i i

i temuan data yang memunculkan makna mitos. i i i i i

Mitos menurut Barthes adalah suatu cara untuk memberikan makna i i i i i i i i

i kepada suatu pesan atau sebagai suatu wakil untuk mempresentasikan makna
i i i i i i i i i

i yang terlihat, bukan makna yang sesungguhnya terjadi. Jadi, Mitos itu dapat
i i i i i i i i i i

i menggiring opini masyarakat untuk membentuk pola pikir yang dibentuk i i i i i i i i

i oleh suatu tanda. Dilihat dari penjelasan Barthes mitos itu tidak dapat
i i i i i i i i i i

i digambarkan melalui objek, tetapi bagaimana suatu pesan itu disampaikan. i i i i i i i i i

Tujuan komunikasi interpersonal salah satu yang termuat di dalam i i i i i i i i

i film Midnight adalah untuk membantu. Maksudnya, di dalam berinteraksi


i i i i i i i i

i kita dapat membantu orang lain saat menggunakan komunikasi interpersonal.


i i i i i i i i

i Di dalam Film “Midnight” contohnya wanita tunarungu yang ingin


i i i i i i i i

i membantu seorang gadis yang bernama So Jung saat ditikam psikopat di gang i i i i i i i i i i i

i kecil, walau menggunakan komunikasi interpersonal non verbal kepada


i i i i i i i

i lawan bicaranya yang menggunakan kamonukasi verbal, bukan berarti pesan


i i i i i i i i

i yang ia sampaikan selama nya tidak dimengerti oleh komunikan.


i i i i i i i i
62

Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang di sampaikan i i i i i i i

i kepada lawan bicara atau komunikan tidak dengan mengungkapkan kata-kata


i i i i i i i i

i terkadang komunikasi non verbal di sampaikan melalui bahasa tubuh (body i i i i i i i i i

i language) yang dapat dipahami melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, tatapan,
i i i i i i i i i

i simbol ifografis, emosi, gaya bicara bahkan alat praga lainnya. (Liliweri:
i i i i i i i i i

i 2015). i

Dimulai dari cerita pada film Midnight, wanita tunarungu (Kyung Mi) i i i i i i i i i

i menjadi salah satu contoh bahwa komunikasi interpersonal non verbal dapat
i i i i i i i i i

i berjalan sesuai keinginan selama dapat membuat lawan bicara mengerti lewat
i i i i i i i i i

i media yang kita sampaikan. Dalam film ini Kyung Mi digambarkan sebagai
i i i i i i i i i i

i sosok wanita yang menyandang disabilitas yang berani mempertahankan hak


i i i i i i i i

i hidup dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi untuk membantu bahkan orang
i i i i i i i i i i

i yang baru saja ia kenal. Selain itu, Kyung Mi merupakan sosok yang tangguh,
i i i i i i i i i i i i

i pantang menyerah, kuat dan pemberani. Representasi tentang komunikasi


i i i i i i i

i interpersonal non verbal yang ia perankan jarang sekali dimunculkan dalam i i i i i i i i i

i film.

Mitos menjadikan pandangan dunia itu tak bisa dipatahkan, karena hal itu
i i i i i i i i i i

i terjadi secara alamiah atau sudah ditakdirkan. Pada tatanan konotasi,


i i i i i i i i

i penelitian ini mengkaji bagaimana tanda-tanda yang muncul di dalam film i i i i i i i i i

i dapat mengkonstruksikan komunikasi interpersonal. Sementara dalam


i i i i i

i tatanan mitos, penelitian ini mendalami bagaimana adegan di dalam film agar
i i i i i i i i i i

i dapat menaturalisasikan makna disabilitas yang dikaitan dengan konteks


i i i i i i i

i budaya yang ada. i i i

Mitos “disabilitas” dalam film Midnight ini jatuh kepada Kyung Mi i i i i i i i i i

i (wanita tunarungu) yang dianggap remeh dan lemah karena mempunyai


i i i i i i i i

i keterbatasan untuk berbicara bahkan mendengar, sehingga masyarakat lebih i i i i i i i

i percaya kepada Do Sik (psikopat) sebagai manusia normal. Saat Kyung Mi


i i i i i i i i i i

i ingin meminta bantuan kepada masyarakat setempat karena ia merupakan


i i i i i i i i

i target pembunuhan Do Sik, namun tak satu pun masyarakat percaya.


i i i i i i i i i
63

i Masyarakat yang melihat Kyung Mi lari-lari meminta bantuan pun di anggap


i i i i i i i i i i

i seperti orang yang mempunyai gangguan jiwa.


i i i i i

Kyung Mi yang menyandang disabilitas tunarungu berpikir jika ia datang


i i i i i i i i i

i kepada mayarakat ia akan mendapatkan pertolongan yang dapat membantu


i i i i i i i i

i menyelamatkan hidupnya. Ia mengira bahwa hal itu adalah kemungkinan i i i i i i i i

i yang sangat besar. Ternyata, masyarakat lebih percaya hal yang ia lihat dan
i i i i i i i i i i i

i dengar ketimbang percaya dengan Kyung Mi yang berkebutuhan khusus.


i i i i i i i i

Dari film Midnight ini juga memunculkan konstruksi sosial berupa


i i i i i i i i

i diskriminasi yang dialami oleh penyandang disabilitas oleh Kyung Mi dan


i i i i i i i i i

i ibunya di dalam kehidupan masyarakat yang masih nyata adanya dan


i i i i i i i i i

i sekaligus menjadi representasi keminoritasan para penyandang disabilitas


i i i i i i

i tunarungu. Hal ini merupakan rendah nya moral masyarakat terhadapa nilai-
i i i i i i i i i

nilai sosial untuk menghargai keberadan penyandang disabilitas, karena


i i i i i i i

i keterbatasan itulah membuat masyarakat menganggap remeh dan i i i i i i

i penyandang disabilitas tidak mempunyai nilai guna yang mengakibatkan


i i i i i i i

i mereka terasingi dan dikucilkan.


i i i i
BAB V i

KESIMPULAN DAN SARAN i i

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil deskripsi dari bab sebelumnya mengenai analisis i i i i i i i

i semiotika Roland Barthes tentang “Komunikasi Interpersonal Psikopat Vs


i i i i i i i

i Tunarungu: Representasi dalam Film Midnight”. Peneliti pada bab ini akan
i i i i i i i i i

i menguraikan kesimpulan dan saran-saran yang dapat membangun dan menjadi


i i i i i i i i

i bahan pertimbangan untuk hal yang lebih baik lagi kedepannya sebagai berikut:
i i i i i i i i i i

a. Dalam kerangka Barthes, denotasi merupakan tataran yang paling utama


i i i i i i i i

i yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi


i i i i i i i i

i merupakan makna yang sebenar-benarnya yang telah disepakati secara sosial


i i i i i i i i

i yang rujukannya pada realitas. Makna denotasi dalam penelitian ini adalah
i i i i i i i i i

i komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh psikopat (komunikasi verbal)


i i i i i i i

i dan wanita tunarungu (komunikasi non verbal). Konotasi adalah tanda yang
i i i i i i i i i

i mempunyai keterbukaan makna yang implisit, tidak langsung dan tidak pasti.
i i i i i i i i i

i Artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-penafsiran baru, dalam


i i i i i i

i makna konotasi ditemukan penemuan data bahwa kehidupan seorang


i i i i i i i

i perempuan dalam representasi film Midnight ini memfokuskan pada


i i i i i i i

i komunikasi interpersonal yang mendapatkan ideologi untuk melakukani i i i i i

i perlawanan terhadap ancaman psikopat bahwa kaum disabilitas juga i i i i i i i

i mempunyai hak dan tempat di dalam masyarakat. sedangkan mitos yaitu


i i i i i i i i i

i bentuk representasi yang dapat menggiring opini masyarakat untuk


i i i i i i i

i membentuk pola pikir yang di bentuk oleh tanda. Makna mitos yang terdapat
i i i i i i i i i i i

i dalam penelitian adalah menganggap bahwa kaum disabilitas adalah


i i i i i i i

i kelompok rentan dengan keterbatasan yang dimiliki sehingga mempunyai


i i i i i i i

i keterbatasan untuk melakukan sebuah pekerjaan dan kurang mampu i i i i i i i

i bersosialisasi dengan masyarakat. i i i i

64
65

b. Komunikasi interpersonal yang digunakan antara psikopat dan wanita i i i i i i i

i tunarungu adalah diadic communication, yaitu komunikasi yang dilakukan i i i i i i i

i oleh dua orang. Terdapat dua jenis diadic communication di dalamnya yaitu
i i i i i i i i i i

i primer dan sekunder. Primer yang dimaksud adalah komunikasi yang


i i i i i i i i

i dilakukan secara langsung (face to face) dan sekunder yang dimaksud adalah
i i i i i i i i i i

i komunikasi yang terjadi melalui media atau perantara. Namun, di dalam film i i i i i i i i i i

i ini juga menggunakan triadic communication yaitu komunikasi yang terdiri


i i i i i i i i

i dari tiga orang. Yakni antara psikopat, wanita tunarung dan ibu wanita
i i i i i i i i i i

i tunarungu yang mengidap hal serupa. Klasifikasi komunikasi interpersonal


i i i i i i i

i yang digambarkan dalam film “Midnight” ini berupa interaksi intim, karena
i i i i i i i i i

i antara komunikator dan komunikan memiliki tingkatan emosional yang


i i i i i i i

i sangat kuat. i

c. Adanya fenomena sosial yang ditonjolkan dalam film midnight yang berisi
i i i i i i i i i

i upaya mempertahakan hak hidup seorang wanita tunarungu terhadap kejaran


i i i i i i i i

i psikopat.
d. Terjadi diskriminasi oleh penyandang disabilitas sebagai seseorang yang
i i i i i i i

i belum sepenuhnya mendapatkan tempat di dalam masyarakat. Penyandang


i i i i i i i

i disabilitas kerap di pandang sebelah mata, sebagai kaum minoritas yang i i i i i i i i i

i lemah, sehingga sulit untuk mendapatkan pertolongan dan kepercayaan.


i i i i i i i i

5.2 Saran i

Setelah peneliti melakukan penelitian dan menganalisis film “Midnight” i i i i i i i

i terdapat unsur komunikasi interpersonal, maka peneliti memberikan saran yang


i i i i i i i i

i mendukung, yaitu: i

a. Di dalam film Midnight ini bukan mencakup komunikasi interpersonal antara


i i i i i i i i i

i psikopat dengan wanita tunarungu saja melainkan banyak nilai edukasi yang
i i i i i i i i i

i bisa kita jadikan pelajaran untuk tidak menumbuhkan sikap diskriminasi,


i i i i i i i i

i kekerasan terhadap kaum minoritas seperti penyandang tunarungu dan i i i i i i i

i sebagainya. i
66

b. Penelitian ini hanya memfokuskan pada kajian representasi komunikasi


i i i i i i i

i interpersonal antara psikopat dan wanita tunarungu dengan menggunakan


i i i i i i i

i analisis semiotika Roland Barthes, jika peneliti selanjutnya ingin meneliti


i i i i i i i i

i film Midnight ini bisa menggunakan penelitian kualitatif atau kuantitatif


i i i i i i i i

i dengan pembahasan yang lain. Di dalam film Midnight ini tidak hanya
i i i i i i i i i i

i memunculkan konsep komunikasi saja tetapi banyak pembahasan yang bisa


i i i i i i i i

i dijadikan pembahasan untuk penelitian selanjutnya. Contohnya dalam film


i i i i i i i

i ini menyinggung tantang realitas sosial pola asu seorang ibu difabel terhadap
i i i i i i i i i i

i anak yang disabilitas.


i i
DAFTAR PUSTAKA i

Ancok, Jamaluddin. 2010. Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Setia.


i i i i i i i

Ardianto, Elvinaro dkk. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:


i i i i i i i i

i Simbiosa Rekatama Media. i i i

Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa


i i i i i i i i

i Rekatama Media. i i

Barthes Roland. 2017. Elemen-Elemen Semiologi. Yogyakarta: Basabasi


i i i i i i

Daryanto dan Raharjo, M. 2016. Teori Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Gava Media
i i i i i i i i i i

Duck, Stave. 1983. Interpersonal Communication: in Developing Acquantance.


i i i i i i i

i London: Sage Publications. i i

Effendi, Onong Utjana. 1996. Ilmu Komunikasi: Teori Komunikasi dan Praktek.
i i i i i i i i i

i Bandung: PT. Rosdakarya. i i

Halik, Abdul. 2013. Komunikasi Massa. Makasar: Alauddin University Press.


i i i i i i i i

Hovland, C.I & W. Weiss, 1951. The Influence of Source Credibility on


i i i i i i i i i i i

i Communication Effectivennes. POQ. i i i

Javandalasta, P. 2011. Lima Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group
i i i i i i i i i i i

Kathleen S. Venderber et. al. 2014. Dalam Muhammad Budyatna, Laila Mona
i i i i i i i i i i

i Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media i i i i i i i

i Group.
Khotimah. H. & Retnowati. S. 2014. Kecendrungan Psikopat Pada Remaja Di
i i i i i i i i i i

i Lembaga Permsayarakatan Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua. i i i i i i

i Jurnal Psikologi Tabularasa. i i

Alo Liliweri. 2015. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka


i i i i i i i

i Pelajar i i i

Miller, Gerald R. 1989. Explorution in Interpersonal Communication, London:


i i i i i i i i i

i SAGA Publications. i

Moleong, Lexy. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


i i i i i i i i i

i PT. Remaja Rosdakarya. i i i

68
69

Muchtar. Rusdi. Prof. Dr. APU. 2018. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta:


i i i i i i i i

i Pustaka Belajar i

Mulyana, Dedy. 2014. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya.


i i i i i i i

Pearce, W.B. 1973. “Consensual Rule in Interpersonal Communications and


i i i i i i i i

i Relationship”. Journal of Communication. i i i i

Piliang, Y. Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya


i i i i i i i i i

i Makna. Yogyakarta: Jalasutra. i i i

Prasetya, A.B. 2019. Analisis Semiotika Film dan Komunikasi (Cetakan Pe). Malang:
i i i i i i i i i i

i Intrans Publishing. i i

Romli, Khomsahrial. 2016. Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo.


i i i i i i i i

Ruslan, Rosady. 2013. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Depok:
i i i i i i i i i i

i PT Rajagrafindo Persada. i i

Santoso, M, B., Krisnani, H,. & Isna Deraputri, G. N. 2017. Gangguan Kepribadian
i i i i i i i i i i i i

i Antisosial Pada Narapidana. Share: Social Work Journal, 7(2), 18. i i i i i i i i

i https://doi.org/10.24198/share.v7i2.15681 i

Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.


i i i i i i i i

Somantri. 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
i i i i i i i i i

Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayaan Rakyat Kajian


i i i i i i i

i Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. i i i i i i

i Bandung: PT Revika Aditama. i i i

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: PT.
i i i i i i i i i

i Alfabet. i

Sunit Agus Tri Cahyono. dkk. 2015. Pengembangan Model Rehabilitas Sosial
i i i i i i i i i

i Disabilitas Berbasis Keluarga. Yogyakarta: B2P3KS Press. i i i i i i

Stuart Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representation and Signifying


i i i i i i i i

i Practices. London: Sage Publications. i i i

Tumampas, R.Y.V. 2021. Analisis Psikopat Terhadap Micheal Myers dalam Film
i i i i i i i i i

i Hallowen Produksi David Green. Universitas Sam Ratulangi. i i i i i i i


70

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2013. Semiotic Communication. Jakarta: Mitra:


i i i i i i i i

i Wacana Media i

Wood j. T. 2013. Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta: Selemba Humanika.


i i i i i i i i i i

Jurnal i

Alya, Rifa. 2020. Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Parasite. Universitas
i i i i i i i i i i

i Sumatera Utara. Diakses pada 27 Juli 2022 Pukul 10:02 wib. i i i i i i i i i i

Ariani, Meldina. 2015. Representasi Kecantikan Wanita dalam Film 200 Pounds
i i i i i i i i i

i Beauty. Karya Kim Young Hwa. eJurnal Ilmu Komunikasi. Vol.3 No. 4. i i i i i i i i i i

i Diakses pada 18 Juni 2022 Pukul 23.48 wib. i i i i i i i i

Dio Pratama, A. 2014. “Exploitasi Tubuh Perempuan dalam Film: Air Terjun
i i i i i i i i i i

i Pengantin Karya Rizal Mantovani (Analisis Semiotika Roland Barthes)”. i i i i i i i

i eJurnal Ilmu Komunikasi. Vol.2 No. 4. Diakses pada 18 Juni 2022 pukul
i i i i i i i i i i i

i 23.46 wib. i

M. Luqman Ahmadi Al Bashir. 2014. Pesan Seni Beladiri Dalam Film Man Of
i i i i i i i i i i i i

i Taichi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Diakses pada 29


i i i i i i i i i

i Juli 2022 Pukul 14.57 wib. i i i i

Pamungkas, Teguh. 2021. Makna Pesan Iklan Homecare Unilever Edisi Ramadhan
i i i i i i i i i

i 2020. IAIN Purwokerto. Diakses pada 29 Juli 2022 Pukul 16.07 wib.
i i i i i i i i i i

Sakdiyah, Halimatus. 2018. Diskriminasi Gender dalam Film Pink. Universitas


i i i i i i i i

i Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Diakses pada 29 Juli 2022 Pukul 15.00
i i i i i i i i i i i

i wib.
Sholeh, Akhmad. 2015. Islam dan Penyandang Disabilitas: Telaah Hak
i i i i i i i i

i Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Sistem Pendidikan di Indonesia. i i i i i i i

i Vol. 8 No. 2. Diakses pada 19 Juni 2022 Pukul 19.48 wib.


i i i i i i i i i i i

Oktaviani, sandra. 2019. Analisis Semiotika Diskriminasi Gender Dalam Film


i i i i i i i i

i “Kartini” 2017 Karya Hanung Bramanto. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. i i i i i i i i

i Diakses pada 27 Juli 2022 Pukul 10:24 wib. i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i

Internet
71

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=15999&menu=2 Diakses
i

i pada 4 Juni 2022 Pukul 15.10 wib.


i i i i i i

https://ham.go.id/2020/03/06/upaya-memenuhi-hak-penyandang-disabilitas/
i Diakeses pada 30 Mei 2022 pukul 12:16 wib
i i i i i i i

https://www.kompas.id/baca/dikbud/2022/03/08/hapus-diskriminasi-dan-penuhi-
hak-perempuan-penyandang-disabilitas Diakses pada 6 Juni 2022 Pukul i i i i i i

i 11:25 wib. i

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat. Diakses pada 19 Juni 2022 Pukul 18.35 wib. i i i i i i i i

https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-
penyandang-disabilitas/723-penyandang-disabilitas. Diakses pada 19 Juni i i i i

i 2022 Pukul 19.22 wib.


i i i i

https://yoursay.suara.com/ulasan/2022/03/05/140423/3-alasan-midnight-menjadi-
film-underrated-di-tahun-2021-alurnya-menarik. Diakses pada 27 Juni 2022 i i i i i

i Pukul 09.00 wib.i i

https://www.google.com/amps/s/hellosehat.com/mental/mentallainnya/psikopat/
%3famp=1. Diakses pada 3 Agustus 2022 Pukul 18.12 wib.
i i i i i i i i

Anda mungkin juga menyukai