Anda di halaman 1dari 92

PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN MOROWALI TERHADAP

TENAGA KERJA ASING ASAL TIONGKOK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Prodi Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

RISMANTO
NIM : 30600119025

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah atas segala pertolongan, rahmat serta inayah
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu terucap pada lisan kita kepada nabi Muhammad saw yang
senantiasa menjadi sumber inspirasi dan teladan terbaik untuk umat manusia.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Politik pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Sejalan dengan ini, penulis memilih judul “Pengawasan
Pemerintah Kabupaten Morowali Terhadap Tenaga Kerja Asing Asal Tiongkok”.
Semoga dengan kehadiran skripsi ini dapat memberikan informasi dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk pihak-pihak yang tertarik akan masalah
ini.

Dalam penyususnan skripsi ini terdapat berbagai kendala yang dihadapi


oleh peneliti. Namun, atas pertolongan Allah swt. Sehingga penyususnan skripsi
ini berjalan lancar. Terimakasih kepada ayahanda Taslim dan Ibunda Riana
tercinta atas do’a, perhatian juga dukungan selama ini dan menjadi motivasi bagi
penulis serta bantuan dari berbagai pihak diiringi kesabaran, semangat, dan kerja
keras, maka penulis telah mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan moril
oleh beberapa pihak. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak berikut:

1. Prof. Hamdan Juhannis, M.A. Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, Dr. H. Kamaluddin Abunawas,M.Ag. selaku Wakil
Rektor I, Dr. H. Andi Aderus, Lc., M. A Selaku Wakil rektor II, Prof. Dr. H.
Kamaluddin Abunawas, M.Ag selaku Wakil rektor III, dan Prof. Dr. H.
Muhammad Amri, Lc., selaku Wakil Rektor IV

2. Bapak Dr. Muhaemin, M.Th.I., M. Ed selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,


Filsafat dan Politik serta Ibu Dr. Wahyuni , S.Sos., M.Si. Selaku Wakil

ii
Dekan I, Ibu Dr. Hj. Darmawati H., M. HI selaku Wakil Dekan II, dan Bapak
Syahrir Karim, M. Si., Ph. D Selaku Wakil Dekan III beserta seluruh staf dan
karyawannya.

3. Bapak Dr. Awal Muqsith, Lc.,M.Phil selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik dan
Ibu Reskiyanti Nurdin, S.IP. M. Si Selaku sekertaris Jurusan Ilmu Politik
UIN Alauddin Makasar.

4. Ibu Dr. Anggraini Alamsyah, S.I.P., M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak
Miftah Farid, S.I.P., M.A Selaku Pembimbing II yang telah sangat sabar dan
banyak memberikan bimbingan, nasehat, saran dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Nur Aliyah Zainal, S.I.P., M.A. selaku penguji I dan Bapak Dr. Awal
Muqsith, Lc.,M.Phil selaku penguji II saat Seminar Proposal, Ujian
Kualifikasi Hasil dan Munaqasyah yang telah memberikan penulis banyak
masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat


UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan pelayanan yang berguna
dalam penyelesaian studi pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

7. Bapak Beny SH, sebagai KASI Norma kerja UPT 2 Pengawasan TKA dan
Bapak Ridwan Arifin, S.S., M.Hum., Kepala Sub seksi informasi dan
komunikasi KANIM Banggai. serta seluruh teman-teman dikabupaten
Morowali yang telah senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian skripsi ini.

8. Sebagai ungkapan terimakasih, skripsi ini penulis persembahkan kepada


orang tua tercinta Ayahanda Taslim dan Ibunda Riana, yang selalu menjadi
penyemangat penulis sebagai sandaran terkuat dari kerasnya dunia, yang tiada
hentinya selalu memberikan kasih sayang, do’a dan motivasi dengan penuh
keikhlasan yang tak terhingga kepada penulis. Terimakasih selalu berjuang
untuk kehidupan penulis.

iii
9. Kepada cinta kasih ke dua saudara saya. Dasriani dan Riswanto serta keluarga
besar yang telah menjadi penyemangat dan senantiasa membantuku dalam
masa – masa sulit selama kuliah. Terimakasih atas segala do’a, usaha dan
motivasi yang telah diberikan kepada adik terakhir ini.

10. Teruntuk teman-teman angkatan Ilmu Politik 2019 “IMPERIUM” terkhusus


teman-teman IPO 1, yang sudah bersedia membarengi penulis dari awal
perkuliahan.

Penulis sangat menyadari akan keterbatasan dan kemampuan dalam


penulisan sehingga dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Gowa, 20 Januari 2024

Penyusun,

Rismanto

Nim: 30600119025

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................................6

D. Tinjauan Terdahulu.................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................13

A. Tinjauan Teoritis...................................................................................13

1. Pengawasan.......................................................................................13

2. Investasi............................................................................................19

3. Tenaga Kerja Asing..........................................................................22

B. Kerangka konseptual.............................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................25

A. Jenis Penelitian......................................................................................25

B. Lokasi Penelitian...................................................................................25

C. Sumber Data..........................................................................................26

D. Informan Penelitian...............................................................................27

E. Metode Pengumpulan Data...................................................................27

F. Instrumen Penelitian..............................................................................29

G. Analisis Data.........................................................................................30

BAB IV..................................................................................................................33

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................33

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................................33

v
1. Gambaran Umum Kabupaten Morowali..........................................33

2. Kondisi Perekonomian di Kabupaten Morowali..............................35

3. Gambaran Umum UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II


Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah....40

4. Gambaran Umum Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai up


Penyelia Unit Kerja Kantor Imigrasi di Morowali................................43

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan.........................................................46

1. Upaya pemerintah dalam Pengawasan Tenaga Kerja Asing di


Kabupaten Morowali.............................................................................47

BAB V....................................................................................................................85

PENUTUP..............................................................................................................85

A. Kesimpulan............................................................................................85

B. Saran......................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................88

LAMPIRAN...........................................................................................................93

vi
ABSTRAK

Nama : Rismanto
Nim : 30600119025
Judul : Pengawasan Pemerintah Kabupaten Morowali
Terhadap Tenaga Kerja Asing Asal Tiongkok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya Pemerintah dalam hal

ini UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan kantor Imigrasi dalam

mengawasi Tenaga Kerja Asing. Informan terdiri dari bagian Kepala Seksi Norma

Kerja, Tim Pengawas Ketenagakerjaan, Kepala Subseksi Informasi dan

Komunikasi Kantor Imigrasi Banggai, Pemerintah Kecamatan Bahodopi,

Masyarakat, Karyawan PT IMIP, Kepala Teknik Tambang PT. IndoFudong.

Penulisan ini menggunakan metode kualitatif fokus penulisan adalah

Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kabupaten Morowali. Data Penulisan

diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dan telah dokumen.

Hasil penulisan menunjukkan bahwa (1) upaya pemerintah dalam

pengawasan tenaga kerja asing di Kabupaten Morowali belum optimal disebabkan

karena kurangnya pegawai pengawasan serta letak geografis perusahaan yang

sulit dijangkau. (2) Pengawasan tenaga kerja asing di Kabupaten Morowali belum

berjalan secara efektif disebabkan koordinasi yang dilakukan hanya pada instansi

terkait yang berhubungan langsung dengan tenaga kerja asing yaitu antara UPT

Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI

Banggai, namun tidak melakukan koordinasi pada pemerintah Kecamatan

setempat. Kemudian dalam upaya mencegah penyimpangan terulang kembali,

1
2

UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Banggai

melakukan evaluasi dari hasil kerja, melakukan tindakan perbaikan apabila

menemukan pelanggaran, meningkatkan kemampuan pegawai maupun karyawan

tambang dengan diadakannya pelatihan.


3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan global sekarang ini mendorong meningkatnya mobilitas

penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan

maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara

Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja

mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan

tujuan pembangunan. Dalam konsideran UU No. 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja

dimaksudkan untuk menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin

kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun

untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap

memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Dalam perkembangan selanjutnya, maraknya Tenaga Kerja Asing (TKA)

khususnya yang berasal dari China yang masuk ke Indonesia menimbulkan

persoalan terkait aktivitas mereka selama berada di wilayah Indonesia.

Bahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H

Laoly menegaskan bahwa isu serbuan 10 juta TKA asal China tidak benar.1

Di dalam agama islam bekerja merupakan ibadah untuk mencari rezeki

dari Allah guna menutupi kebutuhan hidup. Tidak heran makanya jika ada ayat-

ayat Al-Quran tentang bekerja, saking pentingnya bekerja ini untuk seorang lelaki

Muslim dewasa.

1
Jazuli, Ahmad. “Eksistensi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Persepektif Hukum
Keimigrasian.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12, No. 1 (2018).
5

Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk

kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun

Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap

umat manusia. Berikut ini ayat tentang bekerja. Qs - At- taubah : 105

‫َو ُق ِل ا ْع َم ُل وا َف َي ى ال َّل ُه َع َم َل ُك ْم َو َر ُس و ُلُه َو ا ْل ُم ْؤ ِم ُن و َن ۖ َو َس ُت ُّد و َن ِإَلٰى َع ا ِلِم‬


‫َر‬ ‫َس َر‬
‫ِب‬ ‫ِة‬ ‫ِب‬
‫ا ْل َغ ْي َو الَّش َه ا َد َفُيَن ِّبُئُك ْم َم ا ُك ْن ُتْم َتْع َم ُلو َن‬
Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat

pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan

dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Kembali ke pembahasan tadi tentang tenaga kerja kemarahan rakyat

Indonesia dimulai setelah media lokal dan nasional melaporkan fakta bahwa

ribuan TKA telah masuk dan bekerja di beberapa perusahaan besar. Pengamat

politik muslim Arbi, mantan Mentri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan,

dan Industri Ginanjar Kartasasmita, dan pakar hukum tata negara Yuzril Ihza
Mahendra semuanya berbicara. Mereka semua sependepat bahwa kedatangan

ribuan buruh asing merupakan kekeliruan serta meminta pemerintah agar berhati-

hati saat membuat kebijakan.

Untuk menarik investasi asing untuk membiayai pembangunan negeri,

pemerintah Indonesia berusaha menyederhanakan perizinan TKA yang masuk.

Masuknya investasi asing ke Indonesia selalu dikaitkan dengan kedatangan tenaga

kerja asing. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengatur tentang

Ketenagakerjaan dan TKA. Dalam menerapkan undang-undang itu, dibuat

Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Tenaga Kerja, dan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja. Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya sangat ketat


6

mengenai persyaratan masuknya tenaga kerja asing. Banyak TKA yang tidak

memenuhi persyaratan selaku tenaga kerja buruh kasar bekerja di Indonesia

karena mereka terkait dengan proyek pemerintah.2

Peraturan Pemerintah 34 Tahun 2021 terkait Penggunaan Tenaga Kerja

Asing (TKA) ialah peraturan pemerintah dalam menjalankan pasal 81 maupun

pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 terkait Cipta Kerja.

Berdasarkan PP 34 Tahun 2021 terkait Penggunaan TKA, TKA merupakan warga

negara asing yang memiliki visa dan bermaksud bekerja di wilayah Indonesia.

Peraturan pemerintah ini dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan nasional

lewat penggunaan TKA yang selektif berdasarkan persyaratan ataupun

pembatasan untuk TKA yang dapat dipekerjakan untuk posisi tertentu yang bisa

diduduki oleh TKA dalam jangka waktu tertentu. Dengan berkembangnya

teknologi di berbagai bidang kehidupan, seperti transportasi, informasi, dan

ekonomi, sehingga semakin sulit untuk mencegah orang masuk dan keluar dari

Indonesia.

Peraturan yang lengkap baik dalam hal persyaratan TKA ataupun

pengamanan penggunaan TKA, wajib digunakan untuk mendukung upaya

mencegah dampak negatif dari penggunaan TKA. Peraturan ini harus mencakup

hal-hal dasar. Hal ini harus dilakukan untuk memastikan penggunaan tenaga kerja

asing dilakukan dengan hati-hati serta tetap memprioritaskan tenaga kerja

Indonesia.3

Salah satu faktor yang bisa menjadi penentu pembangunan nasional

berhasil atau tidak adalah kualitas tenaga kerjanya. Hidup yang baik tidak dapat

terwujud tanpa jaminan hidup yang baik, dan peningkatan kualitas tenaga kerja

2
Nurhiayati. “Perizinan Tenaga Kerja Asing, Kebijakan dan Implementasinya.” Jurnal
Sekretari dan Manajemen, Vol. 3, No. 2 2019. h. 2.
3
Dekie GG Kasenda. “Penegakan Hukum Pekerja Asing dalam Konsep Omnibus Law.”
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Vol. 5, No. 1 2020. h. 2.
7

susah diwujudkan tanpa adanya pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Seperti

yang telah diatur dalam UU “Tiap-tiap warga warga negara berhak atas pekerjaan

ataupun penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,” berdasarkan ayat 2 Pasal 27

UUD RI 1945.

Akibatnya, negara bertanggung jawab untuk membantu setiap warganya

mendapatkan pekerjaan dengan menciptakan banyak lapangan kerja untuk

mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

Jika mengikuti prosedur serta syarat yang telah ditentukan, penggunaan

TKA bisa berdampak positif pada perekonomian dan perkembangan Indonesia.

TKA dapat meningkatkan pendapatan negara serta mampu mendorong tenaga

kerja Indonesia dalam meningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki

untuk bersaing dengan TKA. Namun, meskipun ada manfaat positif, juga ada

manfaat negatif seperti yang diketahui aturan terkadang tidak sesuai dengan apa

yang terjadi. Sebagai contoh, masih ada banyak individu yang mencari

keuntungan dengan cara menyelundupkan pekerja asing ilegal ke Indonesia.

Beberapa masalah hukum membuat masuknya pekerja asing lebih mudah, di

antaranya adalah:

Pertama, adanya perubahan dalam peraturan yang dapat menyebabkan

TKA ilegal. Beberapa contohnya adalah perubahan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja (Permenaker) Nomor 12 Tahun 2013 menjadi Permenaker 35 Tahun 2015.

Terkait perubahan atas Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 mengenai Tata Cara

Penggunaan Tenaga Kerja Asing perubahan ini dianggap memudahkan

penggunaan TKA, khususnya dilihat dari penghapusan mengenai syarat dapat

berkomunikasi dalam bahasa indonesia yang tercantum dalam Pasal 26 ayat (1)

huruf d. Demikian pula dengan penghapusan rasio jumlah TKA dengan tenaga

kerja lokal. Sebelumnya pada Pasal 3 Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 masih
8

mencantumkan satu orang TKA menyerap 10 tenaga kerja lokal, sehingga hal ini

juga berdampak terhadap berkurangnya peluang penciptaan kesempatan kerja bagi

tenaga kerja lokal sejalan dengan penggunaan TKA. Penghapusan di atas

dikhawatirkan menghilangkan kesempatan terjadinya alih pengetahuan dan alih

teknologi dari TKA ke tenaga kerja lokal. Meskipun demikian, Pasal 65

Permenaker No. 16 Tahun 2015 menyebutkan bahwa perusahaan pemberi kerja

dapat menugaskan TKA untuk melakukan alih teknologi dan keahlian di lembaga

pendidikan dan pelatihan, namun bisa jadi hal ini tidak dilaksanakan jika tidak

diwajibkan secara jelas dalam peraturan perundang-undangan.

Kedua, pengawasan TKA yang kurang efektif. Salah satu kendala dalam

mengawasi TKA ilegal adalah kekurangan tenaga pengawas. Maruli Apul

Hasoloan, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Tenaga

Kerja Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mengakui bahwa pihaknya

tidak memiliki kemampuan untuk mengawasi TKA ilegal. Alasannya adalah

penurunan jumlah pengawas dari 2.000 pengawas menjadi 1.923.4

Masuknya TKA ke Indonesia terjadi karena adanya kebutuhan dari

perusahaan. Di era masyarakat ekonomi ASEAN, lalu lintas TKA tidak dapat

dihindari walaupun baru terbatas pada jenis atau profesi tertentu. Selain itu,

didukung kebijakan pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2016

mengenai Bebas Visa Kunjungan, yang membebaskan visa kunjungan bagi 169

negara. Pada saat yang bersamaan masih berlaku tiga peraturan menteri yang

berbeda yang mengatur terkait pengawasan terhadap orang asing ataupun TKA.

Berdasarkan hal demikian, sejatinya pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan

pengendalian terhadap TKA berdasarkan Permendagri No. 50 Tahun 2010 terkait

4
Endri Kurniawati. “Pemerintah Akui Pengawasan Tenaga Kerja Asing Ilegal Lemah.”
Tempo Blog, https://nasional.tempo.co/read/837726/pemerintah-akui-pengawasan-tenaga-kerja-
asing-ilegal-lemah/ (2 Februari 2023).
9

Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing di Daerah serta bentuk pengendalian

tersebut dengan cara memantau TKA.5

Dilihat dari apa yang terjadi di Kabupaten Morowali, banyak perusaahan

smelter yang masih menggunakan pekerja asal Tiongkok dalam melakukan

pembangunan pabrik. Jumlah buruh asing di Indonesia pada 2019 sebanyak

109.546 orang, menurut Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker)

Afriansyah Noor, kemudian turun menjadi 93.761 orang pada 2020, 88.271 orang

pada 2021, dan 70.571 orang pada 2022. TKA ini bekerja paling banyak di

Kabupaten Morowali dengan jumlah 4.000 TKA pada tahun 2022 sebagian besar

TKA tersebut bekerja dikawasan industri PT. Indonesia Morowali Industrial Park

(IMIP).6 Kabupaten Morowali memiliki pabrik nikel terbesar di Indonesia. TKA

biasanya bekerja dengan kontrak selama paling singkat enam bulan dan dapat

diperpanjang jika kontrak mereka berakhir.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul “Pengawasan Pemerintah Kabupaten Morowali Pada Tenaga

Kerja Asing Asal Tiongkok.”

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari penjelasan sebelumnya, adapun rumusan masalah dari

penelitian ini ialah bagaimana upaya pemerintah dalam mengawasi Tenaga Kerja

Asing (TKA) yang bekerja di Kabupaten Morowali?

5
Susilo Andi Darma. “Pengendalian Tenaga Kerja Asing oleh Pemerintah Daerah.”
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2017. h. 1.
6
Arfyana Citra Rahayu, “Kemnaker: Tenaga Kerja Asing dari China Paling Banyak
Bekerja di Morowali”, Konan Blog, https://nasional.kontan.co.id/news/kemenaker-tenaga-kerja-
asing-dari-china-paling-banyak-bekerja-di-morowali/ (14 Januari 2023).
10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian sudah pasti memiliki tujuan dan kegunaan. Oleh karena

itu akan diuraikan berikut ini tujuan dan kegunaan dari penelitian ini, yaitu:

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan meneliti, mengeksplorasi, mengevaluasi, dan

mendeskripsikan:

a. Untuk Mengetahui Strategi Yang Dilakukan Pemerintah Dalam

Pengawasan Tenaga Kerja Asing Di Kabupaten Morowali.

b. Untuk Mengetahui Terkait Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan Yang

Dilakukan Pemerintah Dalam Mengawasi Tenaga Kerja Asing Di

Kabupaten Morowali.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai manfaat kepada

mahasiswa baik secara teoritis ataupun praktis, berikut manfaat yang diharapkan:

a. Nilai Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,


meningkatkan pemahaman, dan memperkuat pemikiran kristis

mahasiswa, terutama tentang kebijakan pemerintah yang

mendatangkan Tenaga Kerja Asing (TKA).

b. Nilai Praktis

Hasil dari penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana peranan pemerintah dalam mengawasi masuknya Tenaga

Kerja Asing (TKA), dan untuk mengetahui alasan pemerintah

mendatangkan TKA asal Tiongkok.


11

D. Tinjauan Terdahulu

Bagian tinjauan terdahulu pada dasarnya bertujuan untuk memberikan

gambaran awal tentang topik penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal

yang menjadi acuan dari penelitian sebelumnya serta untuk memastikan bahwa

penelitian ini tidak akan mengulangi. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang

penulis jadikan sebagai acuan:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Novia Rezky Riani mahasiswa

Universitas Pasundan pada tahun 2017 yang berjudul “Pengawasan dan

Penindakan terhadap Tenaga Kerja Asing dalam Mengurangi Penyalahgunaan

Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing Asal Tiongkok di Indonesia”. Penelitian

libarary, atau penelitian kepustakaan, dilakukan dengan menggunakan data primer

serta sekunder kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan jika pemberian visa on

arrival bebas visa kunjungan wisata adalah penyebab utama penyalahgunaan izin

tinggal kunjungan wisata. Masalah ini semakin sulit untuk diselesaikan secara

bertahap. Keikutsertaan Indonesia di beberapa perjanjian internasional

memungkinkan penggunaan tenaga kerja asing dan penanaman modal.

menjadikan Indonesia semakin penuh dengan tenaga kerja dan pemodal asing.

Pemerintah harus sangat memperhatikan masalah penggunaan tenaga kerja asing,

terutama dengan mengawasi aktivitas mereka selama mereka bekerja di Indonesia.

Dengan demikian, penggunaan tenaga kerja asing bisa menjadi manfaat buat

Indonesia untuk pengolahan kekayaan alamnya serta mempercepat

pembangunannya.

Kedua penelitian yang dilakukan oleh Abharina Atika Sari pada tahun

2017 dengan judul “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon”. Menurut

penelitian ini, sebagian besar tenaga kerja asing di Kota Cilegon bekerja di

perusahaan swasta asing ataupun perseroan terbatas (PT) yang bergerak di


12

industri. Pengawasan tenaga kerja asing di Kota Cilegon mesti dilakukan dengan

tepat waktu dan akurat sesuai dengan jadwal pengawasan administratif dan

lapangan. Namun, masih belum cukup untuk mengawasi penggunaan tenaga kerja

asing di perusahaan-perusahaan di Kota Cilegon. Kurangnya sumber daya

manusia, banyaknya perusahaan yang mempekerjakan secara paket atau

borongan, dan waktu pengawasan yang masih kurang oleh tim pora.7 Perbedaan

antara penilitian yang dilakukan oleh Novia Resky bisa dilihat dari sumber

kajiannya. Yang dimana, penelitiannya mengkaji tentang lemah atau buruknya

sistem pemberian visa tenaga kerja asing. Sehingga, banyak tenaga kerja asing

masuk ke Indoonesia memakai visa wisata.

Ketiga, penelitian Diello Wigra Hardinata (2018) dengan judul

“Pengawasan Kemigrasian terhadap Tenaga Kerja Asing dalam Kegiatan

Penanaman Modal Asing”. Hasil penelitian membuktikan jika, berdasarkan pasal

42 undang-undang ketenagakerjaan, setiap pemberi kerja yang mempekerjakan

tenaga asing wajib mempunyai izin tertulis dari mentri ataupun pejabat yang

ditunjuk. Di sisi lain, pasal 68 undang-undang ketenagakerjaan mengatur

pengawasan tenaga kerja asing dalam kegiatan penanaman modal asing, yang

dilaksanakan oleh keimigrasian.8 Jika dua penelitian sebelumnya, mengkaji

tentang kurangnya pengawasan pemerintah dan buruknya sistem pemberian visa

terhadap tenaga kerja asing. Maka penelitian yang dilakukan oleh Hardinata

membahas tentang kurangnya koordinasi antara lembaga pemerintah dengan

pihak yang berwenang sehingga, banyak kejadian/kasus tenaga kerja asing yang

melanggar peraturan perundang-undangan di Indonesia tentang TKA.

7
Abharina Atika Sari. “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.” Skipsi
(Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2017).
8
Diello Wigra Hardinata. “Pengawasan Keimigrasian terhadap Tenaga Kerja Asing
dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing.” Skripsi (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018).
13

Keempat, jurnal yang ditulis oleh Ahmad Jazuli yang berjudul “Eksistensi

Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Keimigrasian”.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Pasal 68 Ayat (1) UU

Kemigrasian mengatur pengawasan bagi orang asing, yang dimulai dengan proses

permohonan visa masuk dan keluar, serta pengawasan penggunaan TKA yang

dilaksanakan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan umum UU

No. 13 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (32). Tapi, dalam peraturan perundaan.9

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Riza Fauziah Djazuli yang

berjudul “Dinamika Pengaturan Tenaga Kerja Asing Di Indonesia”. Studi

menunjukkan bahwa negara bertanggung jawab terhadap TKA dan harus

memberikan hak atas pekerjaan dengan standar kehidupan yang layak bagi warga

negara. Selain itu, negara diharuskan memastikan bahwa TKA memiliki akses ke

pekerjaan dan tidak pernah melakukan pelanggaran HAM misalnya kerja paksa,

praktik perbudakan ataupun praktik yang serupa dengan perbudakan, jeratan

hutang, perdagangan orang, maupun pernikahan paksa. Jika hak-hak dasar TKA

yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu kesempatan

serta perlakuan yang sama dalam hubungan kerja, dipenuhi, tanggung jawab

negara dalam hal ini akan terpenuhi. Dalam hal perlindungan hukum

ketengakerjaan Indonesia, tanggung jawab Negara termasuk melakukan usaha

mendidik serta melatih TKI demi peningkatan standar kompetensi yang dapat

bersaing dengan TKA. Selain itu, ada aturan yang mengatur penggunaan TKA

dengan hati-hati serta tetap memprioritaskan TKI. Oleh karena itu, pemerintah

harus bekerja sama dengan semua lembaga maupun badan yang berhubungan

untuk mengawasi serta mengendalikan TKI.10


9
Ahmad Jazuli, “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dalam Perspektif Hukum
Keimigrasian.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12, No. 1, 2018.
10
Riza Fauziah Djazuli, “Dinamika Pengaturan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.” Jurnal
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung,, 2021.
14

Dari beberapa hasil penelitian diatas keterbaruan dari penelitian kali ini,

lebih memfokuskan terhadap bagaimana upaya pemerintah daerah dalam

mengawasi masuknya TKA asal Tiongkok. Dimana beberapa tahun terakhir

Kabupaten Morowali menjadi tranding topic dengan berbagai masalah

diantaranya adalah masuknya TKA dalam jumlah yang begitu besar untuk

bekerja. Seharusnya ini menjadi kesempatan besar bagi masyarakat Indonesia

terlebih untuk masyarakat lokal untuk bisa bekerja di perusahan tersebut. Maka

dari itu penelitian saya ini begitu penting bagi pemerintah daerah untuk bisa

mengevaluasi aturan tentang masuknya TKA untuk bekerja disebuah perusahaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengawasan
a. Definisi Pengawasan
Pengawasan merupakan tugas akhir manajemen demi tercapainya tujuan

di dalam organisasi. Pengawasan, menurut Earl P Strong, adalah metode untuk

menyesuaikan berbagai elemen yang terdapat di perusahaan agar pelaksanaannya

sesuai dengan rencana. Baik manajer maupun pimpinan melakukan berbagai

fungsi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan (Planning),

pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating), serta pengawasan

(Controlling) adalah beberapa fungsi manajemen.


Fungsi terakhir dari manajemen ialah pengawasan (controlling) disebut
juga sebagai pemantuan keberhasilan kegiatan-kegiatan demi mencapai target
ataupun tujuan yang sudah ditentukan pada saat membuat sebuah perencanaan,
pengorganisasian. Manajer diharuskan memantau kegiatan-kegiatan itu demi
memastikan jika tidak terdapat penyelewengan dari perencanaan..11

Proses pengawasan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.


Pengawasan adalah tugas terakhir dari metode manajemen. Tugas tersebut
sangatlah penting karena menentukan penerapan sistem manajemen, jadi harus
dilakukan dengan baik. Pengawasan dan fungsi perencanaan sangat terkait satu
sama lain karena (1) pengawasan harus direncanakan sebelumnya, (2)
pengawasan baru bisa dilaksanakan bila ada rencana, dan (3) pelaksanaan rencana
akan berhasil bila pengawasannya benar.12

11
Henki Idris Issakh dan Zahrida Wiryawan, Pengantar Manajemen. (Jakarta: In Media,
2015), h. 63.
12
Hani Handoko . (1999). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT Rafika Aditam. Hlm.360.

13
14

Pengawasan dilaksanakan sebelum, sekarang, maupun setelah proses


sampai hasil akhir dicapai karena tujuan pengawasan adalah untuk mencegah
pelanggaran dan memperbaikinya jika terjadi.

b. Peran Pengawasan
Secara umum, ada beberapa keuntungan dari menerapkan pengawasan

dalam sebuah organisasi, antara lain:

1) Pengawasan sangat penting, terutama dalam proses memastikan bahwa

semua tugas dilakukan sesuai rencana. Pengawasan juga bisa

memudahkan manajer menjaga dan memenuhi visi dan misi perusahaan,

termasuk memperlakukan manajer sebagai orang yang memiliki

wewenang utama dalam organisasi.13 Pengawasan bermanfaat dalam

menumbuhkan hubungan baik bagi pemimpin serta karyawan.

2) Menumbuhkan kepercayaan pemangku kepentingan dalam organisasi

sangat memerlukan pengawasan yang baik. Orang-orang yang sangat

peduli dengan organisasi disebut sebagai stakeholder.14

c. Asas-asas Pengawasan

Asas pengawasan, ialah :


1) Asas pencapaian tujuan, menyatakan bahwa pengawasan

diharuskan fokus kepada pencapaian tujuan melalui pengoreksian

untuk memastikan bahwa tetap dalam rencana.

2) Asas pengawasan yang efektif adalah pengawasan dapat

menghindari rancangan yang keliru, sehingga tidak tercipta situasi

kondisi yang tidak diinginkan.

13

14
Victor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, penerbit
Rineka Cipta, Jakarta 1994 cet-1 Hlm 20
15

3) Asas tanggung jawab pengawasan, yaitu pengawasan cuma dapat

dilaksanakan oleh pengelola yang memiliki tanggung jawab atas

pelaksanaan rancangan.

4) Asas pengawasan langsung merupakan cara mengendalikan yang

dianggap paling efektif, bergantung pada kehadiran manajer

bawahan yang berkualitas.

5) Mengingat prinsip rencana, yang berarti perhatian serta rencana

wajib disusun sebaik-baiknya dengan pengawasan yang

terorganisir.15

6) Asas penyesuaian organisasi berarti pengawasan wajib dilakukan

sesuai dengan struktur keorganisasian.

7) Asas pengawasan personal merupakan bahwa manajer diwajibkan

memahami strategi pengawasan serta supervisi.

8) Prinsip standar, yang berarti penerapan standar yang bisa diterima

untuk tolok ukur serta batasan target, merupakan contoh

pengawasan yang efisien dan efektif..

9) Pengawasan strategis berarti mempunyai pengawasan yang

optimal serta memerhatikan elemen strategis perusahaan.

10) Asas eksepsi mengatakan bahwa faktor eksklusi harus diperhatikan

untuk meningkatkan efisiensi pengawasan.Asas

11) Pengawasan bersifat fleksibel, yang berarti pengawasan

diharuskan fleksibel untuk menghindari kegagalan ketika

melakukan perencanaan.

12) Demi mempergunakan prosedur penerima, sistem kendali harus

diperiksa secara teratur. Ini adalah dasar peninjauan kembali.

15
Makmur (2011) Efektivitas Kebijakan Pengawasan. Bandung PT. Refika Aditama.
Hlm.176 8
16

13) Asas tindakan, yang berarti memungkinkan untuk mengawasi

Saat memperbaiki kesalahan dalam perencanaan, organisasi, staf,

dan bimbingan.16

d. Jenis-jenis Pengawasan

Terdapat beberapa jenis-jenis pengawasan antara lain:

1. Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern dilaksanakan oleh orang atau entitas di dalam

unit organisasi yang berkaitan, sedangkan pengawasan ekstern

dilaksanakan oleh unit pengawasan di luar unit organisasi yang diawasi.

2. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif adalah pengawasan terhadap suatu kegiatan

sebelum dilakukan agar tidak terjadi kesalahan. Pengawasan represif ialah

pengawasan yang setelah kegiatan itu dilakukan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilaksanakan di lokasi kegiatan yang

berkaitan.. Pengawasan tersebut tidak sama dengan pengawasan jauh (pasif),

yang pengawasannya dilakukan lewat pemeriksaan serta pengujian surat-

surat pertanggung jawaban.17

e. Tujuan dan Manfaat Pengawasan

Terdapat 8 tujuan pengawasan antara lain:

1) Untuk menyelesaikan tahap implementasi berdasarkan rencana.

2) Untuk memperbaiki kesalahan apabila terjadi.

16
Makmur. Efektivitas Kebijakan Pengawasan. Bandung PT. Refika Aditama. Hlm.176
8.
17
Sofi. 2013. Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja terhadap Motivasi
Pegawai kantor Bea dan Cukai tipe Madya Bandung. Hlm.17
17

3) Untuk memastikan bahwa tujuan akhirnya sesuai berdasarkan

rencana.

4) Menghindari terjadinya kesalahan, peyimpangan, salah urus,

pemborosan, hambatan ataupun ketidaksetaraan.

5) Mencegah terjadinya kesalahan, pelanggaran, kekerasan,

pemborosan, hambatan,serta ketidaksetaraan kedepannya.

6) Mencari cara yang lebih baik ataupun menemukan cara baru.

7) Membuat lingkungan yang terbuka, adil, terlibat maupun

bertanggung jawab kepada organisasi.

8) Memperbaiki kinerja perusahaan.18

2. Investasi

a. Pengertian Investasi

Investasi merupakan pembelian sejumlah dana ataupun sumber daya

lainnya demi mendapatkan keuntungan kedepannya. Istilah "investasi" bisa

dikaitkan dengan banyak hal. Sangat umum untuk menginvestasikan dana pada

sektor rill, seperti tanah, emas, mesin, maupun bangunan, serta aset finansial,

seperti deposito, saham, ataupun obligasi.

Menurut Jogiyanto, investasi merupakan penundaan pengeluaraan

sekarang demi dipergunakan dalam produksi yang efesien dalam jangka waktu

tertentu.19 Namun, menurut Sukirno, investasi jangka panjang oleh masyarakat

mampu meningkatkan aktivitas ekonomi, menciptakan lebih banyak lowongan

kerja, meningkatkan pendapatan negara, serta meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Salah satu dari tiga fungsi utama investasi adalah:

18
http//www.prosesbelajar.com/2015/12/makalah-tentang-pengawasan kewenangan
pemerintah.html. Diakses tanggal 29/2/2023. Pkl.21.07. WIB
19
Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Ed. III, Cet. I; (Yogyakarta: BPFE,
2003). h. 5
18

1) Pengeluaran agregat terdiri dari investasi, jadi peningkatan investasi

dapat meningkatkan permintaan agregat, pendapatan negara, serta

lowongan pekerjaaan;

2) Kapasitas produksi dapat ditingkatkan dengan barang modal yang

ditambahkan melalui investasi;

3) Perkembangan teknologi selalu diikuti investasi.

b. Kerja Sama Pemerintah indonesia dengan invetor Asing

Investasi asing langsung, juga disebut foreign direct investment

merupakan investasi yang dilakukan dalam jangka panjang serta melibatkan

pemegang kendali atas aset. Investor membangun tempat baru untuk

memproduksi barang. Investor dapat melakukannya dengan membangun usaha

patungan bersama perusahaan di negara lain atau dengan mendirikan anak

perusahaan di negara tersebut. Hal itulah membuat sejumlah perusahaan

Tiongkok telah sepakat ntuk menanamkan modal di Kawasan Industri Morowali

di Sulawesi Tengah. Perusahaan-perusahaan ini mengeluarkan total investasi

sebesar US$ 1,63 miliar, ataupun sekitar Rp 21,7 triliun. Investasi ini

dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama perusahaan lokal. Pemerintah

menghargai kerja sama B to B (Business to Business) antara kedua negara. Kerja

sama ini diharapkan mampu mendorong pendalaman struktur dan meningkatkan

daya saing industri nasional. Selain itu ivestasi ini memiliki tujuan untuk

meningkatkan keseimbangan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan ini, Tsingshan Group dan Bintang Delapan Mineral Group

menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Indonesia Morowali

Industrial Park. Kerja sama tersebut bertujuan untuk membangun pabrik baja

karbon di kawasan industri Morowali. Pabrik ini rencana dibangun dengan


kapabilitas produksi 3,5 juta ton per tahun serta investasi keseluruhan US$ 980

juta.20

c. Tujuan Pemerintah Melakukan Investasi didalam Pembangunan

Ekonomi global semakin terhubung, sehingga keadaan ekonomi seseorang

dapat dengan cepat serta lancar menyebar ke negara lain. Perekonomian negara

semakin tergantung satu sama lain. Ini tidak hanya terjadi antara negara maju

maupun negara berkembang, Ekspor ke berbagai negara memiliki potensi untuk

meningkatkan total produksi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang

dinantikan akan memberikan bantuan yang besar bagi pertumbuhan serta

kestabilan ekonomi. Akibatnya, ekspor ke berbagai negara menjadi salah satu

sumber devisa yang sangat diperlukan oleh negara ataupun daerah yang

perekonomiannya terbuka seperti Indonesia.

Selain itu, Indonesia, yang baru saja bangkit dari keterpurukan disebabkan

krisis ekonomi yang kompleks, terus berusaha untuk meningkatkan ekspornya

demi mendukung pemulihan ekonominya melalui pertumbuhan ekonomi yang

didukung oleh investasi, stabilitas, dan kepastian hukum. Modal yang sangat besar

diperlukan untuk pembangunan, tetapi negara tidak dapat menyediakan dana

untuk mempercepat pembangunan. Salah satunya caranya adalah dengan

meningkatkan investasi dalam dan luar negeri.21

3. Tenaga Kerja Asing

a. Pengertian Tenaga Kerja Asing


Tenaga kerja asing ialah setiap warga negara yang bukan berasal dari

Indonesia yang dapat bekerja, baik di dalam ataupun di luar hubungan kerja,

20
Katadata.co.id dengan judul "Tiongkok Investasi Rp 21,7 Triliun di Morowali" ,
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/tiongkok-investasi-rp-21-triliun-di-morowali
21
Oki Seru. “Analisis Kebijakan Investasi Asing (Studi Kasus Investasi China ke
Indonesia dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Era Presiden Joko Widodo Tahun 2014-
2016.” Skripsi (Malang: Universitas Merdeka Malang, 2017). h. 33.

13
demi mendapatkan barang dan jasa demi mencukupi kebutuhan masyarakat

dianggap sebagai teanaga kerja.

Menurut Pasal 1 Angka 13 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

mengenai Ketenagakerjaan, pekerja asing ialah penduduk negara pemegang visa

yang datang ke Indonesia yang bertujuan mencari pekerjaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun

mereka berada di Indonesia dan tidak bekerja di Indonesia, dia tidak dapat

dianggap sebagai tenaga kerja asing.

b. Alur Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Warga negara asing yang mempunyai visa untuk bekerja di Indonesia

dikenal sebagai tenaga kerja asing, atau TKA. Ayat 4 Pasal 1 menyatakan:

“Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) adalah rencana


untuk menggunakan tenaga kerja asing untuk jabatan tertentu dengan
jangka waktu tertentu yang dibuat oleh Pemberi Kerja TKA serta disahkan
oleh mentri yang memegang tanggungjawab pemerintahan di bagian
ketenagakerjaan ataupun pejabat yang ditunjuk.”22

Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan semua uang yang didaptkan

pemerintah pusat yang asalnya bukan dari pajak. Selain itu, disebutkan bahwa

penerimaan daerah merupakan kompensasi atas penggunaan TKA yang

menghasilkan dana untuk daerah. Dalam prosedur untuk mendapatkan visa serta

izin tinggal untuk tenaga kerja asing, dijelaskan bahwa:

“Visa tinggal terbatas yang juga dikenal sebagai ITAS, adalah dokumen
tertulis yang diberikan oleh pejabat yang memiliki wewenang di Indonesia
ataupun di tempat lain yang ditentukan oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang menyatakan persetujuan bagi orang asing dalam
melaksanakan perjalanan ke wilayah Indonesia serta berfungsi sebagai
acuan untuk memberikan Izin Tinggal Terbatas untuk bekerja.”23

22
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing, pasal 1 ayat 1 – 4.

13
Izin Tinggal Terbatas diberikan pada Orang Asing untuk tinggal maupun

bekerja di Indonesia dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, proses

penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia dapat dilihat dibawah ini:

1) Memulai Pendaftaraan Pengguna TKA secara online untuk

mendapatkan akun;

2) Meminta Rancangan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

Baru

3) Meminta Rancangan Pengguna Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

Sementara/Darurat Mendesak

4) Prosedur untuk mengajukan permohonan Rancangan Penggunaan

Tenaga Kerja Asing (RPTKA) sementara, yang berlangsung

selama 1 hingga 6 bulan.

5) Alur Permohonan Notifikasi Baru atau Jangka Pendek

6) Prosedur untuk meminta Notifikasi Perubahan Dari IMTA

(Perpanjangan Lintas Provinsi)

7) Prosedur Permohonan Notifikasi Perubahan IMTA (Perpanjangan

lintas Kabupaten atau Kota dalam satu Provinsi maupun satu

Kabupaten)

8) Prosedur Permohonan Notifikasi Non-RPTKA (Rencana

Penggunaan Tenaga Kerja Asing)24

23
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2018 ,
pasal 1, ayat 9.
24
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2018,
pasal 1 ayat 11.

13
B. Kerangka konseptual

Pemerintah Daerah

UPT Pengawasan Imigrasi


Tenaga Kerja Asing

Pengawasan Pemerintah
Daerah Terhadap Tenaga
Kerja Asing

13
13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode kualitatif dapat digunakan untuk membuka, menggambarkan, atau

menguraikan informasi yang sudah ada. Metode berusaha untuk memahami

fenomena dan temuan di lapangan menurut bukti ataupun fakta sosial seperti

sikap, tindakan, serta pandangan. Penelitian kualitatif merupakan alat untuk

menunjukkan serta mengerti arti individu maupun kelompok terhadap persoalan

sosial ataupun persoalan individu. Penelitian kualitatif, menurut Denzin dan

Lincol, didefinisikan sebagai penelitian yang menafsirkan fenomena dengan

menggunakan latar alamiah dan menggunakan berbagai metode yang ada.25

B. Fokus Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis fokus penelitian terhadap bagaimana

pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Morowali terhadap

banyaknya jumlah TKA yang dinilai melanggar Undang-Undang.

C. Lokasi Penelitian

Berdasarkan lokasinya, penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten

Morowali. Dikarenakan membahas masalah terakait fokus penelitian. Selain

melakukan penelitian dilokasi ini, karena peneliti juga berasal dari Kabupaten

Morowali, serta akan memudahkan peneliti untuk mencari informansi serta

memperoleh data-data terkait dengan penyusunan ini.

25
Leli J Moloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017), h. 5.

24
25

D. Sumber Data

Penelitian kualitatif biasanya mendapatkan data dari banyak sumber,

misalnya observasi, dokumentasi, serta wawancara, daripada cuma menggunakan

satu sumber.26 Berikut ini beberapa sumber data:

1. Data Primer

Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari subjek penelitian,

seperti individu, kelompok, atau organisasi. Dalam penelitian ini, data

primer didapatkan melalui wawancara bersama sumber yang relevan

dengan penelitian. Peneliti turun langsung ke lapangan demi mendapatkan

data, yang mencakup foto kegiatan di lapangan, dokumentasi hasil

wawancara, dan sesi tanya jawab yang mengacu pada fenomena

penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder, juga dikenal sebagai "secondary data", merupakan data

yang dikumpulkan ataupun didapatkan oleh instrumen penelitian dari

sumber-sumber yang sebelumnya sudah ada. Sumber-sumber ini termasuk

profil wilayah desa, dokumen peristiwa, undang-undang yang terkait,

buku, dan referensi buku, jurnal, maupun artikel yang berhubungan

dengan topik penelitian.27

26
John W Cresswell. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). h. 261.
27
Rosadi Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010). h. 29.
E. Informan Penelitian
No Nama Informan Jabatan Informan

KASI Norma Kerja UPT Pengawasan


1 Beny, SH
Ketenagakerjaan Wilayah II

Pengawas Ketenagakerjaan UPT


2 Siti Kursia, SKM
Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah
II

Kepala Subseksi Informasi dan


3 Ridwan Arifin,
S.S.,M.Hum Komunikasi KANIM Banggai

4 Dahran Manan, S.Sos Seksi Informasi dan Komunikasi


Kantor Kecamatan Bahodopi

5 Alwan Masyarakat

6 Jaya Masyarakat

7 Utpurwansyah Karyawan PT. IMIP

Pengawas Kontruksi PT.Indofudong


8 Arjun Ardiansyah

F. Metode Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam

penelitian ini:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan tindakan yang terstruktur terhadap

gejala fisikal atau mental. Peneliti harus berpartisipasi sebagai partisipan

dan non-partisipasi saat melakukan observasi. Peneliti dalam hal ini

mencoba memahami serta mempelajari perilaku seseorang yang terlibat

dalam hal ini dengan cara yang sedapat mungkin melibatkan diri

sepenuhnya. Untuk melihat perilaku karyawan secara langsung, metode

24
observasi ini dapat digunakan. Oleh sebab itu, bisa dikatakan jika

observasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung, akan sangat

membantu dalam menyampaikan fakta yang ada.28 Untuk mengumpulkan

data ataupun hal-hal yang dibutuhkan dalam proses penelitian, maka

penulis mendatangi objek penelitian secara langsung di Kabupaten

Morowali.

2. Wawancara

Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh peneliti dimana untuk

memperoeh sebuah informasi dari responden dinamakan interview.

Instrumen yang digunakan untuk wawancara disebut pedoman wawancara

atau panduan wawancara. Interview dapat dilakukan secara terstruktur

atau tidak terstruktur. Jenis wawancara , yaitu:

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan jenis wawancara yang dilaksanakan

dengan memakai daftar pertanyaan yang sudah ditetukan sebelumnya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diarahkan secara konsisten kepada

setiap responden. Wawancara terstruktur biasanya digunakan dalam

penelitian ilmiah dan survei yang membutuhkan data yang konsisten

dan dapat dibandingkan antara satu responden dengan responden

lainnya.

b. Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah jenis wawancara yang memakai

kombinasi antara pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya serta

pertanyaan-pertanyaan yang diimprovisasi oleh pewawancara. Dalam

wawancara jenis ini, pewawancara memiliki kebebasan untuk

28
Ajat Rukajat. Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach), Cet.
I; (Yogyakarta: Deepublish, 2018). h. 22.

24
enambahkan pertanyaan-pertanyaan tambahan yang tidak tercantum

dalam daftar pertanyaan awal. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam

mengeksplorasi topik-topik yang muncul selama wawancara.

c. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur merupakan jenis wawancara yang tidak

memiliki daftar pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Pewawancara berinteraksi secara bebas dengan informan serta

pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan didasarkan pada tanggapan

ataupun jawaban dari responden. Wawancara ini sering digunakan

dalam penelitian kualitatif, dengan tujuan demi memperoleh

pemahaman mendalam terkait pengalaman, perspektif, dan pandangan

responden.29

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah salah satu teknik mengumpulkan data yang melibatkan

pengambilan gambar, video, rekaman suara, atau tulisan yang

berhubungan dengan informasi atau laporan yang relevan. Tujuan dari

menggunakan gambar serta sumber tertulis lain adalah demi menguatkan

data yang didapatkan dari observasi maupun wawancara yang sebelumnya

sudah dilakukan, hingga dapat digunakan dalam deskripsi umum

mengenai area penelitian yang sedang diteliti.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data ialah alat yang dipilih serta dipergunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data sehingga kegiatan itu jadi

terstruktur serta lebih mudah. Instrumen ini sangat berhubungan dengan metode

pengumpulan data, yang bertujuan untuk menjalankan kegiatan dengan lebih

29
Budur Anufia, dan Thalha Alhamid. “Resume Instrumen Pengumpulan Data.” Jurnal
Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Sorong, Tahun 2019. h. 7-8.

24
terstruktur dan memastikan bahwa data yang diperoleh akurat dan mudah diakses.

Saat melakukan pengumpulan data, peneliti membutuhkan berbagai alat yang

bermanfaat untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dimana

alat-alat yang peneliti sendiri gunakan hal ini ditopang oleh keberadaan potensi

manusia, dengan watak dan kemampuannya untuk mempertimbangkan,

mengevaluasi, memutuskan, serta mengumpulkan hasil penelitian secara objektif.

Mengenai alat yang dipakai antara lain pedoman wawancara, telah dari

kepustakaan misalnya pena, buku, foto, dokumen ataupun alat yang jadi

pendukung lain misalnya kamera, perekam suara, buku catatan, maupun juga

mencatat hasil wawancara serta observasi.

H. Analisis Data

Analisis data ialah proses mengelompokkan serta mengatur semua data

dari berbagai sumber ke dalam pola, jenis, ataupun menjadi deskripsi acuan agar

bsa ditentukan topik serta membuat hipotesis kerjanya berdasarkan apa yang

ditunjukkan oleh data. Kemudian, buat ringkasan inti dan reduksi data. Setelah

itu, mereka harus dimasukkan ke dalam satuan-satuan, dikelompokkan dalam

kelompok yang sama, dan datanya diperiksa untuk memastikan bahwa semuanya

benar. Dan berikut adalah tindakan yang harus dilakukan pada tahap akhir:

1. Memaparkan bagaimana upaya Pemerintah Kabupaten Morowali

dalam mengawasi TKA di Kabupaten Morowali.

2. Menyampaikan informasi ataupun fakta-fakta dimana fakta itu

kemudian dianalisis serta disampaikan hasil terkait hal-hal yang

mempengaruhi masuknya TKA ilegal di Kabupaten Morowali.

3. Selanjutnya, menarik kesimpulan dengan cara menguji validasi data

sebelumnya sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertangung

jawabkan.

24
1. Penyajian Data

Sekumpulan data yang diatur untuk memungkinkan pengambilan

tindakan dan penarikan kesimpulan disebut penyajian data. Teks

naratif, catatan lapangan, grafik, matriks, jaringan, maupun bagan ialah

beberapa contoh penyajian data kualitatif. Selain itu, bentuk-bentuk

tersebut mengelompokkan data yang tersusun ke dalam bentuk yang

mudah diakses serta logis. Maka dari itu, akan lebih mudah dalam

mengetahui apakah kesimpulan benar ataupun salah, karena penelitian

harus melaksanakan analisis kembali.30

2. Penarikan Kesimpulan

Para peneliti di bidang ini tidak berhenti bekerja demi mencapai

kesimpulan. Maksudnya, sejak pertama mengumpulkan data, peneliti

kualitatif mulai menggali makna, penjelasan, pola teratur (catatan

teoretis), bentuk yang mungkin, serta alur penyebab objek, catatan,

maupun saran. Kesimpulan sudah ada dalam kasus di mana

kesimpulan ini diperlukan secara lapang, trasnparan, serta tidak ragu-

ragu. Awalnya tidak jelas, tapi seiring berjalannya waktu jadi lebih

jelas serta valid. Singkatnya, temuan ini juga divalidasi selama

penelitian:

a) Memikirkan kembali saat menulis.

b) Memeriksa catatan dalam laporan.

c) Mendiskusikan dan berbagi ide dengan rekan untuk mencapai

kesepakatan intersubjektif.

30
Ahmat Rizali. “Analisis Data Kualitatif.” Jurnal Alhadharah, Vol. 17, No. 33, Tahun
2018. h. 94.

24
d) Upaya ekstensif untuk menempatkan kesimpulan juga divalidasi

selama penelitian dengan berusaha untuk dapat menyalin temuan

dari kumpulan data lainnya.

24
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

Kabupaten Morowali berada di bagian selatan Sulawesi Tengah.

Penamaan Kabupaten Morowali berasal dari cagar budaya tempat suku To

Wanaa adalah suku pedalaman asli yang tinggal di kabupaten Morowali.

Morowali berasal dari kata "gemuruh air". Kabupaten Morowali adalah salah satu

daerah yang terbentuk pasca reformasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51

tahun 1999 mengenai Pembentukan Kabupaten Buol, Banggai Kepulauan, serta

Morowali, kabupaten ini dibentuk sebagai daerah otonom bersamaan dengan dua

kabupaten lainnya.

Semangat perjuangan untuk membentuk kabupaten Morowali telah

melekat dan menggelora dalam jiwa masyarakat. Aspirasi tersebut terus

berkembang hingga mencapai tingkat kemampuan politik wakil rakyat di Dewan

Perwakilan Rakyat. Ini terlihat pada Putusan DPRD-GR Provinsi Sulawesi

Tengah nomor 1/DPRD/1966, yang meminta pemerintah pusat untuk membentuk

11 daerah otonom tingkat II, terdiri dari 2 kota madya serta 9 kabupaten, salah

satunya ialah Kabupaten Morowali, yang waktu itu masih disebut Mori Bungku.

Sebelumnya, Morowali merupakan 41 daerah bagian dari Kabupaten Poso. Itu

terletak antara tenggara ke barat dan melebar ke timur. Pada tanggal 3 November

1999, wilayah tersebut terpisah dari kabupaten Poso menjadi Kabupaten

Morowali secara resmi, dan kota Bungku sebagai ibu kota.

Saat ini, Kabupaten Morowali dibentuk sebagai akibat dari perubahan

politik maupun perkembangan sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor,

sebagai berikut:

32
33

a. Karena perang suku-kerajaan dan suku-suku, kedudukan To Mori atapun

To Bungku sering diserang oleh suku-suku terdekat dan kerajaan besar

misalnya Luwu. Hal ini meningkatkan solidaritas diantara kedua suku

tersebut. Kerajaan Mori kemudian sering kali membantu kerajaan Bungku,

tetapi keduanya sering terlibat dalam perdagangan tingkat lokal. Seperti,

To Bungku berdagang di pasar masyarakat Mori untuk barang dagangan

seperti hasil ladang, ternak, dan makanan.

b. Serangan tentara Belanda terhadap permukiman orang pedalaman yang

bermukim di daerah pantai menyebabkan penyatuan satu pemerintahan.

Ini termasuk penduduk Taa Wana Posangke yang pindah ke daerah pesisir

dari pedalaman termasuk Taronggo serta Lemo, yang sekarang dikenal

sebagai Kecamatan Bungku Utara. Sebagai akibat dari serangan Belanda,

tiga suku besar, To Bungku, tersebar di seluruh wilayah Morowali,

terutama di wilayah Bungku Tengah, Bumi Raya, dan Bungku Selatan.

Sebuah dokumen menyatakan jika pendiri masyarakat asli Bungku hidup

sekitar abad ke-16, yaitu pada tahun 1597 M, ketika raja pertama Bungku

diangkat menjadi Sangia Kinambuka. Selama masa kekuasaan Sultan

Babullah di Ternate, Maluku Utara (1570–1585), Sementara To Mori

terletak di bagian petasia sampai Mori Atas, dan suku asli Tau Taa Wana

tinggal di bagian utara pegunungan Mamosalato hingga Baturube. Selain

tiga suku besar tersebut, ada suku lain sebagai pendatang yang telah turun

temurun bermukim di wilayah Morowali, seperti Buton, Ternate, Bugis,

dan Toraja, kemudian menyusul masyarakat pindahan dari Jawa, Lombok,

serta Bali. Suku Bajo, yang hidup dekat dengan laut, banyak dihuni di

sekitar teluk.
34

c. Masyarakat Bungku melakukan demonstrasi besar-besaran pada bulan

September 2001 untuk menuntut Pemerintah Kabupaten demi memenuhi

salah satu amanah Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999, yaitu

penempatan ibu kota di Bungku. Demonstrasi ini dipicu oleh konflik

tentang penempatan ib u kota sementara di Kolondale. Berbanding terbalik

dengan masyarakat Bungku, terdapat kelompok yang hendak mendirikan

ibu kota di Kolondale berusaha untuk mempertahankannya. Setelah

konflik di sekitar ibu kota, ada wacana untuk membentuk kabupaten baru.

Upaya pemekaran akhirnya dilakukan selama proses pemindahan,

mempertimbangkan sejarah wilayah kesukuan antara Mori ataupun

Bungku. Pada akhirnya, pada tahun 2013, saran untuk membentuk

Kabupaten Morowali Utara disetujui oleh DPR RI dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2013. Selain itu, Kabupaten Morowali

mempunyai dua musim: musim kemarau serta musim hujan.31

1. Kondisi Perekonomian di Kabupaten Morowali


Sebagian besar Kabupaten Morowali adalah wilayah pertanian, Setiap

kabupaten maupun kota mempunyai wewenang yang lumayan luas untuk

mengembangkan ekonominya, sesuai dengan harapan otonomi daerah.

Pemerintah daerah harus memiliki kemampuan untuk menetapkan prioritas yang

tepat untuk kemajuan wilayah dan sektoral. Angka PDRB menunjukkan keadaan

ekonomi suatu daerah, yang sangat bergantung pada potensi sumber ekonominya.

Jumlah PDRB tergantung dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya

manusia, sumber daya alam, sumber daya bantuan, ataupun sumber daya

kelembagaan yang dipunyai daerah itu. Antara tahun 2002 dan 2007, sektor

31
Morowali, Kab. Di akses pada 19 Oktober 2023, dari morowali kab: https ://morowali
kab.bps.go.id/link/view/id132.
35

primer, terutama sektor pertanian, mendominasi perekonomian kabupaten

Morowali. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2002 mencapai 7,08 persen,

peningkatan dari 6,12 persen tahun 2001.32

Demi peningkatan pertumbuhan ekonomi serta mengejar ketertinggalan

dari daerah lainnya, pemerintah Kabupaten Morowali mengizinkan investor untuk

membuka perkebunan kelapa sawit skala besar. Perusahaan besar misalnya Astra

Agro maupun Sinar Mas memulai proyek ini dengan memberdayakan petani-

petani. Banyak masyarakat bergantung pada komiditas kelapa sawit sebagai

sumber pendapatan mereka. Banyak petani padi menanamkan tanah mereka demi

perkebunan kelapa sawit karna sebagian wilayah di Morowali sering dilanda

banjir, sehingga tanaman padi yang merupakan sumber penghasilan masyarakat

darurat panen. Akibatnya, banyak masyarakat yang leih memilih menjadikan

tanah mereka sebagai investasi untuk perkebunan kelapa sawit.

Perlahan-lahan, pemerintah daerah mulai terbuka untuk investasi dalam

industri lain seperti pengolahan sumber daya tambang. Perusahaan Tiongkok, baik

negara maupun swasta, masuk ke Kabupaten Morowali, membawa pertambangan

ke babak baru. Mulai dari tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Morowali sudah

mengeluarkan 183 izin penambangan. Proses ini masih berlanjut walaupun telah

dikeluarkan "Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI)"

pada tahun 2011. Dalam catatan ekonomi itu, dijelaskan jika peningkatan 22

aktivitas perekonomian yang bergantung pada sumber daya alam akan dilakukan.

Namun, produksi tambang, terutama nikel, di Kabupaten Morowali akan terus

meningkat.

32
https://media.neliti.com/media/publications/245603-peran-sektor-pertanian-dalam-
perekonomian kabupaten Morowali.
36

Dengan luas sekitar 15.490,12 km2, dan sekitar 22,77% dari seluruh

wilayah Provinsi Sulawesi Tengah kabupaten Morowali berada di urutan kedua

terluas dari seluruh kabupaten kota di Sulawesi Tengah.33

Peta berikut menunjukkan luas wilayah Kabupaten Morowali di Provinsi

Sulawesi Tengah:
Gambar 4 1 Peta Wilayah Kabupaten Morowali

(Sumber: Internet)

Kecamatan Bungku Tengah merupakan ibu kota dari Kabupaten

Morowali. Wilayah kabupaten Morowali terdiri dari daratan, pegunungan,

lembah, serta beberapa pulau-pulau kecil mempunyai batas-batas wilayah antara

lain :

a. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan wilayah Morowali Utara.

b. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Sulawesi Selatan.

c. Sebelah Barat Daya berbatasan dengan Wilayah Sulawesi Selatan.

d. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tenggara.


33
Iksan Abd Aziz, Yantu, Arifudin Lamusa, “Peran sektor pertanian dalam perekonomian
kabupaten Morowali”, Jurnal Agrotekbis 3 (2) : 2015, h. 212 – 221.
37

Kabupaten Morowali terdiri dari 7 kecamatan, 126 kelurahan, dan 240

desa secara administratif. Kecamatan tersebut terdiri dari:

a. Kecamatan Bungku Selatan.

b. Kecamatan Bungku Pesisir.

c. Kecamatan Bahodopi.

d. Kecamatan Bungku Timur.

e. Kecamatan Bungku Tengah.

f. Kecamatan Bungku Barat.

g. Kecamatan Bumi Raya.

Berikut ini visi dan misi Kabupaten Morowali antara lain:

Visi Kabupaten Morowali :

“Menjadikan Masyarakat Sejahtera serta Berdaya Saing lewat

pemerintahan yang Bersih maupun Profesional.”

Misi Kabupaten Morowali :

a. Mewujud pelayanan publik yang profesional dan birokrasi yang bersih.

b. Meningkatkan daya dukung lingkungan dan infrastruktur lokal secara

berkelanjutan.

c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta investasi dengan

memfasilitasi lingkungan usaha yang baik.

d. Sumber daya manusia yang lebih baik lewat pendidikan serta

kesehatan.

e. Meningkatkan keterlibatan masyarakat untuk mebangunan daerah

secara inklusif.

f. Mewujud keharmonisan serta kerukunan keagamaan, serta


38

g. Mengurangi masyarakat miskin di pinggiran.34

2. Gambaran Umum UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah

Di bawah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

Tengah, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II

menangani pengawasan tenaga kerja, penguatan hukum, norma kerja, dan standar

keselamatan serta kesehatan kerja (K3). setiap organisasi wajib mempunyai visi

misi dalam menentukan arah dan tujuan mereka. Misi adalah proses ataupun

langkah yang dijalani sebuah organisasi untuk mencapai tujuan, sedangkan visi

adalah kumpulan kata yang mencakup cita-cita organisasi. Visi dan Misi UPT

Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II berkaitan dengan Visi serta Misi Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu:

1) Visi UPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II

“Terbentuknya Masyarakat Transmigrasi serta Tenaga Kerja yang

Inovatif, Berdaya Saing, dan sejahtera”.

2) Misi UPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II

1) Membuat kualitas ataupun produktivitas tenaga kerja serta

masyrakat transmigrasi meningkat;

2) Peningkatan Tempat tenaga kerja serta perluasan kesempatan

kerja;

3) Mewujudkan hubungan industrial yang adil, dinamis, bermartabat;

4) Memberikan jaminan hukum di bidang ketenagakerjaan, jadi

perusahaan yang andal, serta menciptakan lingkungan kerja yang

menyenangkan serta produktif;

3) Tugas dan Fungsi UPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II


34
Pemerintah Kabupaten Morowali, Official Website, www.morowalikab.go.id
Demi melakukan tanggungjawab tersebut, UPT Pengawas

Ketenagakerjaan Wilayah II memiliki tugas serta fungsi.

1) Penyediaan layanan kepada masyarakat di bawah pengawasan

pengawas ketenagakerjaan Wilayah II berdasar dengan perundang-

undangan yang berlaku.

2) Persediaan demi melaksanakan tugas teknis operasional ataupun

kegiatan teknis sebagai penunjang di Dinas berdasar pada bidang

pengawas ketenagakerjaan Wilayah II.

3) Penyusunan dan pelaksanaan layanan teknis administrasi

ketatausahaaan untuk UPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II.

4) Melaksanakan tanggung jawab kedinasan tambahan yang

ditugaskan dari Kepala Dinas.

Adapun pelaksanaan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang

pada Seksi Norma Kerja, seperti:

a. Untuk mengatur kegiatan di bidang pengawasan norma kerja, seksi

pengawasan norma kerja untuk mempersiapkan bahan serta data.

b. Menurut ayat (1), tanggung jawab Seksi Pengawasan Norma Kerja

mencakup:

1) Melakukan pengumpulan informasi dan bahan serta

menyiapkan bahan untuk menyusun program kerja untuk Seksi

Pengawasan Norma Kerja;

2) Mengumpulkan undang-undang, petunjuk pelaksanaan, serta

petunjuk tekhnis untuk kegiatan di bidang pengawasan norma

kerja;

3) Melakukan persiapan bahan dan mensosialisasikan pelaksanaan

tugas terkait Pengawasan Norma Kerja;

32
4) Merencanakan, mempersiapkan, serta melaksanakan kegiatan

tekhnis seperti penelitian maupun pengembangan Pengawasan

Norma Kerja;

5) Melakukan persiapan bahan dan mengatur pelaksanaan

kegiatan di bidang pengawasan standar kerja;

6) Mengumpulkan dan menganalisis data untuk Pengawasan

Norma Kerja;

7) Mempersiapkan bahan ataupun data, serta pembuatan

rancangan tekhnis dalam melaksanakan kegiatan di bidang

pengawasan standar kerja;

8) Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pengawasan

standar kerja;

9) Mengawasi dan mengevaluasi pengawasan standar kerja;

10) Melaksanakan tugas kedinasan tambahan yang diberikan oleh

pemimpin; serta

11) Melaksanakan tugas yang diberikan kepada Seksi Pengawasan

Norma Kerja termasuk menyediakan bahan maupun data,

menyusun serta menyerahkan catatan tentang pelaksanaan

tugas;

Struktur organisasi sangat penting untuk kelancaran aktivitas sebuah

organisasi. Struktur ini berfungsi untuk menjelaskan tiap fungsi maupun tugas

organisasi.35 Struktur organisasi UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

ditetapkan oleh Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 1 Tahun 2018

mengenai Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas,

35
Marta & Triwijayanti,”Pengaruh Budaya Organisasi dan Komunikasi Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan PT.X”, Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA), Vol.8 No.2, 2016.

32
Unit Pelaksanaan Teknis Badan, serta Cabang Dinas Provinsi Sulawesi Tengah

sebagai berikut:

a. Kepala UPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II

b. Kepala Seksi Norma Kerja

c. Kepala Seksi Norma K3

d. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

e. Pengawas Ketenagakerjaan

3. Gambaran Umum Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai

Unit Kerja Kantor Imigrasi di Morowali

Pada dasarnya, tujuan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 terkait

Kemigrasian ialah untuk menyediakan layanan, penegakan hukum, dan

pengamanan lalu lintas orang yang keluar dan masuk ke Indonesia maupun untuk

melindungi kemerdekaan negara, misalnya yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka

(1) undang-undang tersebut. Pasal 1, Angka (3) dari Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 menyatakan:


“Pemerintah dan negara bertanggung jawab atas pelayanan kemigrasian,
penegakan hukum, keamanan negara, serta pengembangan
kesejahteraan.”36

Unit Pelaksana Teknis Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai

beroperasi di enam wilayah kerja di Morowali. Wilayah kerja tersebut meliputi

Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut,

Kabupaten Morowali, Kabupaten Morowali, serta Kabupaten Tojo Una-una.

Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai berlokasi di Kompleks

Perkantoran Pemerintah Daerah Kelurahan Tanjung Tuwis Kecamatan Luwuk

Selatan Kabupaten Banggai. Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Morowali

36
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, pasal 1 Angka (3).

32
berlokasi di Bente (Kompleks Perkantoran), Kecamatan Bungku Tengah,

Kabupaten Morowali. Berikut ini adalah Visi, Misi, serta Tugas Utama Kantor

Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai:

Visi Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai

“Memberikan keamanan hukum kepada masyarakat.”

Misi Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai

a. Menjaga Hak Asasi Manusia

b. Tugas pokok dan fungsi keimigrasian

c. Kewajiban utama Kantor Imigrasi Morowali dan fungsinya adalah:

1) Menerbitkan maupun membatalkan paspor RI, Surat Perjalanan

Laksana Passpor, PLB.

2) Menerbitkan maupun membatalkan Visa dan Izin Tinggal.

3) Memeriksa Kemigrasian di TPI (Bandara, Pelabuhan,) mencekal

Orang Asing, ataupun Mencegah Warga Negara Indonesia.

4) Mengawasi Kemigrasian, pendeteksian, deportasi, serta Tim Pora.

Tugas dan Fungsi Pengawasan Kemigrasian

Tugas utama serta fungsi imigrasi Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI

Banggai termasuk:

a. Pengawasan keberadaan orang asing.

b. Pengawasan serta pengecekan Izin Tinggal (sesuaian alokasi).

32
c. Pengawasan Penjamin/Sponsor Orang asing yang bekerja di wilayah

kerja KANIM Banggai.

Suatu organisasi pasti mempunyai struktur, yang sangat penting untuk

memperlancar operasinya. Struktur ini berfungsi untuk menjelaskan tiap fungsi

serta bagian dari organisasi. Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI

Banggai terdiri dari struktur organisasi berikut ini:

a. Kepala Kantor Imigrasi.

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

1) Kepala Urusan Umum.

2) Kepala Urusan Kepegawaian.

3) Kepala Urusan Keuangan.

c. Kepala Seksi Dokumen dan Izin Tinggal Kemigrasian.

1) Kepala Sub Seksi Izin Tinggal Kemigrasian.

2) Kepala Sub Seksi Dokumen Perjalanan Kemigrasian.

3) Kepala Seksi Tekhnologi Informasi serta Komunikasi

Kemigrasian.

4) Kepala Sub Seksi Tekhnologi Informasi Kemigrasian

5) Kepala Sub Seksi Infromasi dan Komunikasi Kemigrasian.

d. Kepala Seksi Intelijen serta Penindakan Keimigrasian.

1) Kepala Sub seksi Intelijen Keimigrasian.

2) Kepala Sub seksi Penindakan Kemigrasian.37

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pengawasan kepada orang asing dilakukan tidak hanya saat orang asing

pergi ataupun datang, namun juga saat orang asing berada di Indonesia. Hal

37
Republik Indonesia, Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 23
Tahun 2019.

32
tersebut dilakukan demi memastikan tidak ada orang asing, pekerja asing, atau

orang lain yang memiliki status ilegal berada di wilayah Indonesia.

Izin Tinggal Terbatas, Visa Kunjungan bagi wisatawan, Visa Kerja bagi

TKA, adalah contoh dokumen imigrasi yang perlu diperiksa saat mengawasi

orang asing maupun tenaga kerja asing. Tujuan dari pengawasan lapangan adalah

untuk memeriksa keberadaan serta aktivitas orang asing maupun tenaga kerja

asing. Peneliti mengumpulkan informasi tentang Strategi UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Banggai untuk Pengawasan

Tenaga Kerja Asing maupun tingkat keberhasilan pelaksanaannya melalui

wawancara serta observasi. Studi tersebut melihat pada dua dinas: UPT

Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Banggai. Dinas-

dinas ini berperan penting dalam mengawasi keberadaan tenaga kerja asing di

wilayah Kabupaten Morowali.

Penelitian serta diskusi tentang pengawasan tenaga kerja asing di

Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah akan dipaparkan didalam

penelitian ini. Melalui penelitian ini, penulis menggunakan teori tentang

pengawasan dan efektivitas pengawasan untuk mendapatkan data dan fakta

langsung dari lapangan. Mereka menggunakan indikator untuk membuat strategi

yang diterapkan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II ataupun Kantor

Imigrasi Banggai dan seberapa efektif dalam melaksanakan pengawasan tenaga

kerja asing di Kabupaten Morowali. Hal-hal berikut dibahas dengan rinci berikut

ini:

1. Upaya pemerintah dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing di

Kabupaten Morowali

A. Pengawasan Preventif

32
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang sebelum kegiatan

dilakukan. Dengan maksud untuk mencegah kesalahan dalam pelaksanaan

tugas. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang

terjadi saat pelaksanaan tugas dilapangan. Berikut ini akan dibahas

terperinci menegenai pengawasan Preventif:

a) Peraturan dan pedoman dalam melaksanakan pengawasan

Untuk memastikan bahwa pekerjaan terarah dan berjalan sesuai

rencana, harus didasari pada aturan yang berlaku. Sangat penting untuk

memiliki aturan untuk pelaksanaan pengawasan agar tidak terjadi

kesalahan dilapangan. Untuk mengawasi tenaga kerja asing di Kabupaten

Morowali, UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor

Imigrasi Kelas II Non-TPI Banggai tentu memiliki dasar serta aturan

Saat ini UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor

Imigrasi Kelas II Non-TPI Banggai mengikuti undang-undang Republik

Indonesia yang berlaku. Ibu Siti Kursia, SKM, selaku Pengawas

Ketenagakerjaan Wilayah II, menyampaikan:


“Dalam hal pengawasan tentu kami memiliki aturan serta
pedoman, kami menggunakan UU 13 Tahun 2003, PP, Permenaker,
dan yang terbaru adalah Omnibus Law.”38

Bapak Beny, SH juga menyampaikan hal yang sama sebagai KASI

norma Kerja UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II:


“Tentu ada, terdapat dua pedoman yang kami gunakan untuk
mengatur pengawasan TKA yaitu Permenaker 33 Tahun 2016
mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan dan PP 34 Tahun
2021 terkait penggunaan TKA.”39

38
Siti kursia, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali
Wawancara, Morowali, 2 September 2023.
39
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Mdaorowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.

32
Dari hasil wawancara diatas penulis membuat kesimpulan bahwa

UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II mengacu pada UU 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, PP 34 Tahun 2021 mengenai

Penggunaan TKA, serta Permenaker 33 Tahun 2016 mengenai Tata Cara

Pelaksanaan Pengawasan. Dalam melaksanakan pengawasan Tenaga Kerja

Asing, UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II menggunakan hal

ini sebagai acuan. Agar dimaksudkan nantinya pengambilan tindakan

hukum dapat berjalan dengan lancar dan sesuai ketentuan perundang

udangan.

Pada saat yang sama, Bapak Ridwan Arifin, S.S., M.Hum selaku

Kepala Sub seksi Komunikasi dan Infomansi KANIM Banggai,

menyatakan bahwa:
“Ya benar, kami di imigrasi dalam melaksanakan pengawasan ada
pedoman dan aturan. Yaitu UU No 6 Tahun 2011 mengenai
Kemigrasian, PP 31 Tahun 2013 terkait Pelaksanaan Keimigrasian,
Permenkumham No 4 Tahun 2017 tentang Pengawasan
Keimigrasian, Permenkumham No 30 Tahun 2016 mengenai
Inteligensi Kemigrasian, dan Permenkumham No 50 Tahun 2016
mengenai TIMPORA.”40

Dari hasil wawancara diatas kantor Imigrasi mengikuti peraturan

peundang-undangan yang berlaku untuk menghindari penyimpangan

dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing. Peraturan tentang penggunaan

dan pengawasan diperlukan untuk memastikan bahwa pengawasan dan

penggunaan TKA bisa dilaksanakan dengan efektif serta berjalan dengan

baik..

Berdasarkan pernyataan dari kedua instansi diatas yaitu UPT

Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Kelas II

40
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

32
Non-TPI Banggai, penulis memberikan berpendapat bahwa selain

mengikuti prosedur pengawasan yang telah ditetapkan , juga mengikuti

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Melakukan koordinasi untuk pelaporan dan pemeriksaan serta

kerjasama dengan beberapa instansi

Suatu pengawasan akan berjalan dengan baik ketika diintegrasikan

ke dalam alur kerja sebuah organisasi. Ini karena pencapaian keseluruhan

tugas dipengaruhi oleh setiap langkah dalam proses pelaksanaan kerja.

Dua instansi di Kabupaten Morowali bekerja sama untuk

mengawasi tenaga kerja asing yaitu UPT Pengawas Ketenagakerjaan

Wilayah II dan Kantor Imigrasi. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

memiliki tugas untuk memantau lokasi dimana tenaga kerja asing itu

bekerja. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 bahwa

semua tugas pengawasan dialihkan ke pemerintah provinsi sejak januari

2017 sehingga Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi sulteng

memiliki 2 UPT pengawasan ketenagakerjaan untuk mengawasi TKA

dibeberapa Kabupaten yang ada di sulteng terkhusus di wilayah

Kabupaten Morowali.

Seperti yang di sampaikan Ibu Siti Kursia, SKM selaku Pengawas

Ketenagakerjaan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II:


“berbicara tentang koordinasi tentu ada, koordinasi harus
dilakukan lewat hasil laporan ataupun pemeriksaaan tentang
pengawasan TKA di lapangan. Sebelum dikirim ke Kepala Dinas
Nakertrans kami melakukan proses terlebih dahulu. Selain
itu,apabila di dalam pemeriksaan kami menemukan aduan
masyarakat bahwa perusahaan ini mempekerjakan pekerja asing
yang tidak punya dokumen lengkap. Kami pasti menginspeksi
langsung ke lokasi.”41

41
Siti kursia, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali,
Wawancara, Morowali, 2 September 2023.

32
Selanjutnya Bapak Beny, SH selaku KASI Norma Kerja

menyampaikan:
“Untuk berkoordinasi tentang laporan dalam melaksanakan
pengawasan di lapangan, kami membuat laporan dulu dan
kemudian melaporkannya ke kepala dinas. Kepala dinas kemudian
berkoordinasi dengan lembaga lain seperti Imigrasi jika ada
pelanggaran atau kecurangan yang dilaksanakan oleh perusahaan
tentang penggunaan TKA berdasarkan laporan yang kami buat.
Selanjutnya, mengenai laporan masyarakat tentang pekerja asing
yang dokumennya tidak lengkap, Kami pasti melakukan
pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan semua dokumen untuk
memastikan kebenarannya. Oleh karena itu, laporan yang kami buat
didasarkan pada apa yang kami lihat di lapangan.”42
Dari pernyataan informan di atas, saat menetapkan sistem

koordinasi pelaporan dan pemeriksaan terlebih dahulu hasil laporan

disusun dan disampaikan kepada Kepala Dinas terkait. Jika ditemukan

penyimpangan maka akan dilakukan koordinasi bersama pihak Imigrasi

untuk penindakan serta menegakkan hukum kepada karyawan asing yang

melanggar.

Kepala Sub seksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,

Bapak Ridwan Arifin, S.S.M.Hum, menyampaikan:


“Kami menyerahkan LHI (Laporan Harian Inteligen)untuk
pelaporan dan pemeriksaan lapangan. Pada LHI ini menjelaskan
tentang pengawasan yang kami laksanakan baik di lapangan
ataupun di kantor mengenai perpanjangan izin tinggal dan dokumen
TKA lainnya.”43
Pelaporan dapat didefinisikan sebagai proses, cara, atau perbuatan

melaporkan sesuatu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Berdasarkan pernyataan serta informasi yang diberikan oleh informan,

peneliti menyimpulkan bahwa penerapan sistem koordinasi pelaporan

maupun pemeriksaan untuk UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

42
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.
43
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

32
melalui hasil pelaksanaan kerja yang dilakukan dilapangan kemudian

disampaikan pada Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Tengah. Sedangkan untuk Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI

Banggai yaitu dengan memberikan Laporan Harian Inteligen (LHI) yang

menjelaskan tentang pelaksanaan pengawasan yang ada.

Penulis juga melakukan wawancara dengan pemerintah kecamatan

yang terkait dengan pengawasan Tenaga Kerja Asing. Bapak Dahran

Manan, S.Sos (Seksi Informasi dan Komunikasi), di mana perusahaan

tambang yang mempekerjakan tenaga kerja asing berada di wilayah

Kecamatan Bahodopi. Hasil wawancara dengan beliau mengemukakan

bahwa:
“Kami tidak pernah berkoordinasi dengan pihak yang berhubungan
dengan pengawasan TKA selama ini, sehingga kami tidak
mengetahui jumlah TKA yang bekerja di wilayah kami. Namun,
kami berharap akan ada koordinasi antar kecamatan serta semua
elemen yang berkaitan dengan pengawasan TKA, sehingga
memungkinkan kami dapat mengambil tindakan ketika terjadi
masalah-masalah yang berkaitan dengan TKA.”44
Berdasarkan pernyataan informan dan informasi yang penulis

dapatkan tentang proses penentuan sistem koordinasi. Dalam hal ini, tidak

terdapat koordinasi diantara Disnaker, Tim Pengawas, dan Kantor Imigrasi

dengan pemerintah kecamatan. Menurut pemerintah kecamatan, tidak ada

koordinasi yang dilakukan selama ini dengan desa maupun kecamatan.

Padahal dalam hal ini perlu diketahui bahwa lokasi perusahaan berada

dalam lingkup kecamatan, sehingga desa atau kecamatan perlu mengetahui

mengenai masalah dalam penggunaan TKA.

Berdasarkan Hasil temuan penulis menunjukkan bahwa ada

perbedaan dalam pelaksanaan pengawasan dimana banyak tenaga kerja

44
Dahran Manan, Seksi Informasi dan Komunikasi, Wawancara, Morowali, 22
September 2023.

32
asing yang bekerja di Wilayah Kabupaten Morowali yang tidak memiliki

dokumen yang lengkap serta bekerja tidak sesuai dengan penempatan

dimana seharusnya mereka bekerja. Namun hal tersebut tim pengawas

tentunya tidak dapat membuat kesimpulan langsung tentang hal ini perlu

dilakukan pengecekan langsung ke lapangan. Seperti yang dijelaskan

dalam wawancara dengan informan mengatakan bahwa apabila mendapat

aduan masyarakat maka tim pengawas akan melakukan pemeriksaan

terlebih dahulu. Pihak pengawas ketenagakerjaan tidak dapat langsung

memberi Nota Pemeriksaan pada perusahaan yang terlibat dalam laporan

masyarakat jika tidak ditemukan pelanggaran dilapangan.

c) Memberikan sanksi apabila menemukan pelanggaran

Sanksi merupakan suatu tindakan yang digunakan untuk memaksa

seseorang, organisasi, atau perusahaan agar mematuhi peraturan maupun

ketetapan yang berlaku. Salah satu jenis sanksi adalah sanksi administratif

yang diberikan kepada pelanggar administratif yang melanggar peraturan

pemerintah. Sanksi yang yang diberikan berupa pencabutan izin,

pembubaran, pengawasan, pemberhentian sementara, denda

administratif.45

Sanksi yang tegas jelas diperlukan dalam pengawasan Tenaga

Kerja Asing. Mengingat bahwa beberapa perusahaan tidak mematuhi

aturan yang berlaku saat menggunakan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.

Diantaranya berhubungan dengan kelengkapan dokumen yang diperlukan

45
https://www.hukumonline.com/klinik/a/mengenal-sanksi-hukum-pidana--perdata--dan-
administratif.

32
untuk menggunakan Tenaga Kerja Asing, termasuk RPTKA, IMTA, dan

Izin Tinggal, yang wajib dipenuhi oleh perusahaan saat menggunakan

Tenaga Kerja Asing.

Kantor Imigrasi dan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

dalam menghindari penyimpangan pastinya akan memberikan sanksi

kepada perusahaan ataupun karyawan asing yang berbuat kesalahan atau

melanggar aturan ketika mereka bekerja di wilayah Kabupaten Morowali .

Bapak Ridwan Arifin, S.S,.M.Hum sebagai Kepala Sub seksi

Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai menyatakan bahwa:


“Berdasarkan Pasal 75 UU No 6 Tahun 2011 tentang langkah
administratif keimigrasian, kami akan memulai dengan memanggil
orang asing maupun yang menjamin dan kemudian melaksanakan
pemeriksaan yang yang dimasukkan kedalam BAP (Berita Acara
Pemeriksaan). Apabila didapatkan pelanggaran kemigrasian ringan,
kami akan mengambil tindakan administratif keimigrasian yaitu
dideportasi kemudian dicekal dan tidak diperbolehkan masuk
selama 6 bulan. Nah, apabila kami menemukan pelanggaran berat
misalnya melakukan pemalsuan passport, atau melakukan
pembunuhan maka kamiakan mengambil tindakan yang dikenal
sebagai Projustisia atau proses pengadilan yang berarti pidana.
Kami BAP langsung ke Kejaksaan setelah lengkap kemudian ke
Pengadilan setelah itu ke LAPAS.”46

Menurut Ayat 1 Pasal 75 UU No 6 Tahun 2011 mengenai

Tindakan Administratif Kemigrasian Pejabat Imigrasi diberi wewenang

untuk melaksanakan tindakan administratif kemigrasian kepada Orang

Asing yang kegiatannya dianggap berbahaya dan tidak mematuhi aturan

yang berlaku. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh

informan bahwa jika ada pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan

oleh Tenaga Kerja Asing maka akan dilakukan tindakan pemanggilan dan

46
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

32
apabila yang dilakukan pelanggaran berat maka akan langsung diproses ke

pengadilan.

Sementara itu Ibu Siti Kursia, SKM selaku Pengawas

Ketenagakerjaan menyampaikan:
“Apabila kami menemukan pelanggaran di lapangan, kami
langsung memberi NOTA (Surat peringatan) sesuai dengan
TUPOKSI kami. Menurut peraturan yang berlaku, apabila mereka
tidak melengkapi administrasinya maka kami akan langsung
berikan NOTA.”47

Bapak Beny, SH, sebagai KASI Norma Kerja memperjelas

hukuman yang akan dijatuhkan kepada perusahaan yang melanggar ketika

menggunakan TKA, dengan menyampaikan:


“Untuk memperbaiki kesalahan atau pelanggaran yang terjadi kami
melaksanakannya berdasarkan aturan. Jika terjadi pelanggaran,
misalnya bekerja di luar bidang keahlian mereka kami meminta
mereka untuk memperbaikinya kemudian akan ditentukan jangka
waktunya. Dan untuk TKA yang tidak memiliki ijin sama sekali
kami akan langsung berhentikan dari tempat kerja serta kami akan
berkoordinasi dengan imigrasi agar dilakukan deportasi.”48

Berdasarkan pernyataan dan data yang diberikan oleh informan,

penulis menyimpulkan bahwa sistem pengawasan Tenaga Kerja Asing di

Kabupaten Morowali oleh Pihak Imigrasi dan UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan Wilayah II akan menindak lanjuti pelanggaran dan akan

memberikan sanksi kepada TKA ataupun perusahaan yang melakukan

pelanggaran. Untuk dokumen misalnya RPTKA, IMTA, serta Izin

Tinggal tidak lengkap maka pihak imigrasi akan memberikan deportasi

kepada TKA selama enam bulan untuk tidak dapat masuk ke Indonesia.

Bagi pelanggaran seperti pemalsuan pasport dan tindakan kejahatan

47
Siti kursia, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali,
Wawancara,Morowali, 2 September 2023.
48
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.

32
misalnya pembunuhan, perampokan, ataupun lain sebagainya maka akan

dilakukan proses pengadilan. Untuk UPT Pengawasan Ketenagakerjaan

Wilayah II jika mereka menemukan tenaga kerja asing yang bekerja tidak

sesuai dengan keahliannya maka mereka akan diberikan surat peringatan

yang dikenal sebagai NOTA. Selanjutnya, UPT Pengawas

Ketenagakerjaan Wilayah II berkoordinasi dengan Imigrasi ketika

melakukan deportasi jika pekerja asing tidak memiliki dokumen resmi

selama pemeriksaan.

Hasil wawancara penulis menunjukkan bahwa untuk mencegah

penyimpangan diperlukan pedoman yang akan menjadi acuan untuk

melaksanakan pengawasan. Selanjutnya, untuk memastikan tercapainya

rencana serta tujuan yang sebelumnya sudah ditentukan, diperlukan

koordinasi dengan berbagai instansi untuk menerapkan sistem pelaporan

dan pemeriksaan. Selain itu ada sanksi yang diberikan kepada TKA dan

perusahaan yang melanggar untuk mencegah pelanggaran itu kembali

terjadi.

B. Pengawasan Represif

Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah

kegiatan itu selesai. Pengawasan ini bertujuan untuk mencegah

pelanggaran atau penyimpangan kembali terulang. Dalam pengawasan

represif hal-hal berikut yang dilakukan:

1) Membandingkan antara hasil dengan rencana

Pengawasan akan berjalan dengan baik apabila dilakukan

perbandingan antara hasil dan rencana. Tujuan dari perbandingan ini

adalah demi mengetahui apakah rencana sebelumnya sudah dilaksanakan

dengan baik atau ada pelanggaran dalam pelaksanaannya. Pengawasan

32
yang dilaksanakan oleh UPT Pengawas Ketenagakerjaan dan Imigrasi

tentu saja mengevaluasi hasil serta rancangan sebelumnya untuk

memastikan bahwa rencana tersebut berjalan dengan optimal. Hal tersebut

didisampaikan oleh Ibu Siti Kursia, SKM, yang menyatakan:

“Iya, tentu kami membandingkan hasil kami dengan rencana


sebelumnya. Seperti, apa yang kita rencanakan sebelumnya harus
dicapai. Namun terkadang kami menemukan masalah.
Contohnya, kami menemukan pelanggaran jadi kami memberi
mereka teguran. Jika NOTA pertama tidak dipenuhi, kami
memberi mereka NOTA kedua, dan jika situasinya tetap sama,
kami memberi mereka NOTA ketiga secara langsung. Jika
situasinya masih tetap tidak berubah, kami langsung
menyerahkannya kepada pihak imigrasi. Kemudian, kami
melakukan evaluasi kembali mengenai rencana serta hasil yang
kami dapat.”49

Bapak Beny, SH, KASI Norma Kerja UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan Wilayah II, mengatakan hal yang sama:

“Ya, setiap tiga bulan sekali dan akhir tahun kami melakukan
evaluasi untuk menilai apakah telah sama dengan rencana yang
telah ditentukan dan seberapa banyak penyimpangan yang ada.”50

Menurut pernyataan di atas, peneliti berpendapat bahwa jika

selama melakukan pengawasan hasil dan rencana akan dibandingkan. Hal

tersebut dilakukan demi mengevaluasi kembali rencana yang sudah

dilaksanakan. Suharsimi Arikunto mengatakan jika evaluasi adalah

kumpulan kegiatan ataupun aktifitas yang bertujuan untuk dapat mengukur

tingkat keberhasilan. Tentunya rencana yang telah dibuat sebelumnya pasti

49
Siti kursia, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali,
Wawancara, Morowali, 2 September 2023.
50
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.

32
akan dievaluasi selama pelaksanaan untuk melihat serta menilai kembali

rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.51

Selama pengawasan, Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai

melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan demi mengetahui apakah

rencana yang sudah ditetapkan telah dicapai serta sesuai dengan rencana.

Evaluasi ini juga membahas apakah metode pengawasan telah berjalan

dengan efektif dan apakah ada ditemukan pelanggaran Tenaga Kerja

Asing. Hasil dari wawancara dengan Bapak Ridwan Arifin, S.S., M.Hum.,

Kepala Sub seksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,

menyampaikan:

“Ini adalah bagian dari proses evaluasi pelaksanaan kegiatan.


Apakah hasil dari tujuan sebelumnya sudah tercapai atau tidak.
Dimana mencakup yakni target operasi, apakah ada yang
ditangkap, dan apakah sistem pengawasannya berlangsung dengan
baik.”52

Evaluasi adalah kumpulan tindakan yang membandingkan

bagaimana masukan, keluaran, dan hasil dilaksanakan sesuai dengan

rencana serta standar. Hasil wawancara yang didapatkan peneliti dengan

UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi

Banggai menunjukkan jika penilaian akan dilaksanakan selama

pengawasan bagi tenaga kerja asing. Tujuan penilaian tersebut ialah demi

mengetahui apakah rencana yang telah ditetapkan telah dilaksanakan

sebaik-baiknya dan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan dalam

51
Wayan Nurkancana & Sumartan, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
2005), h. 3.
52
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

32
pelaksanaannya. UPT Pengawasan Ketenagakerjaan akan mengevaluasi

hasil yang telah d dilakukan setiap tiga bulan sekali dan akhir tahun.

2) Memberikan tindakan perbaikan apabila ditemukan pelanggaran saat

Melaksanakan tugas

Mencari tindakan perbaikan ketika ditemukan kesalahan berarti

pengawas harus dapat menerapkan berbagai metode untuk memperbaiki

kesalahan agar tidak terulang lagi.

Untuk memantau tenaga kerja asing di Kabupaten Morowali, UPT

Pengawasan Tenaga Kerja Wilayah II serta Imigrasi melakukan berbagai

upaya untuk menghindari penyimpangan dalam pelaksanaan

pengawasan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Siti Kursia,SKM yang

bertugas sebagai Pengawas Ketenagakerjaan, menyampaikan bahwa:

“Kami langsung memberikan teguran jika kami menemukan


pelanggaran atau penyimpangan di lapangan. Tindakan perbaikan
yang kami lakukan adalah memberi tahu perusahaan tentang
kesalahan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku karena
tugas tujuan kami lebih kepada penegakan hukumnya.”53

Selanjutnya Bapak Beny,SH memperjelas mengenai langkah

perbaikan yang akan dilakukan jika terdapat penyimpangan yakni:

“Untuk mencegah pelanggaran berulang kami pengawas


memberikan preventif edukatif represif nonjustisia dan represif
projustisia. bagaimana agar tidak terulang kami menyampaikan
kepada perusahaan agar tidak mengulanginya lagi, kedua harus
monitor secara regular karena tidak ada yang bisa pastikan dia
tidak mengulangi pelanggaran yang dilakukan sehingga kami
monitor secara rutin sambil kita bangun pelan-pelan kesadaran
53
Siti kursia, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali,
Wawancara, Morowali, 2 September 2023.

32
mereka akan aturan. Agar aturan tidak dilanggar berulang-ulang
berarti saksinya harus tegas dan diproses. Untuk pemberian saksi
dilakukan oleh pengadilan.”54

Berdasarkan pernyataan informan di atas, penulis menyimpulkan

bahwa ketika tenaga kerja asing melakukan pelanggaran maka pengawas

akan memberi Nota Pemeriksaan pada perusahaan sebagai maksud untuk

memberi peringatan pada perusahaan untuk tidak melakukan kesalahan

yang sama lagi.

Sementara itu, Bapak Ridwan Arifin,S.S,.M.Hum selaku Kepala

Sub seksi Informasi dan Komunikasi menyampaikan:

“Saat kami mendapatkan penyimpangan atau pelanggaran, seperti


TKA yang melewati masa izin tinggal, kami memberikan tindakan
administrasi keimigrasian bagi mereka serta perusahaan juga bisa
dijatuhi hukuman apabila mereka tidak melapor. Perusahaan
tersebut mestinya melakukan pelaporan-pelaporan keimigrasi
terkait perubahan data, orang asing yang datang seperti yang
tertuang dalam pasal 68 UU Nomor 6 Tahun 2011. ”55

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti berpendapat bahwa

langkah perbaikan yang diambil jika ditemukan pelanggaran terkait

dengan kelengkapan dokumen seperti diberikan pembinaan, dilakukan

pengawasan rutin, diberikan surat teguran pada perusahaan serta TKA,

maupun di deportasi.

3) Memberikan pelatihan untuk peningkatan kemampuan pengawas

Pelatihan juga dikenal sebagai pelatihan atau suatu proses yang

direncanakan untuk memberikan bantuan pelatihan kepada pegawai


54
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.
55
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

32
atau tenaga kerja dengan tujuan meningkatkan kemampuan bagi

mereka dalam bidang pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan pegawai.56

Untuk menjalankan pengawasan dengan baik dan efektif, petugas

pengawas harus dilatih dan dididik. Pelatihan dan pendidikan rutin

sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pengawas.

Ibu Siti Kursia, SKM selaku Pengawas Ketenagakerjaan UPT

Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II menyampaikan:


“Iya, tapi pelatihan ataupun pendidikan itu di awal. Bagi
pengawas umum itu enam bulan, ada yang empat bulan, dan ada
yang dua bulan. Pendidikannya itu dilakukan di Jakarta.”57

Selanjutnya bapak Beny,SH selaku KASI Norma Kerja

menyampaikan:
“Agar menjadi pengawas ada pelatihan khusus selama empat bulan.
Tidak mungkin bagi pengawai biasa langsung menjadi pengawas
mereka wajib ditunjuk oleh Mentri sebelum dapat diberikan jabatan
fungsional. Untuk upgrading itu tidak ada, hanya pelatihan saja.
Tentunya untuk peningkatan keterampilan dan kemampuan
pengawas itu bukan cuman sekali saja tetapi harus dilakukan setiap
kali ada perubahan peraturan.”58

Penulis berpendapat berdasarkan pernyataan UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan tentang pelatihan (training) serta pendidikan

(education), bahwa petugas pengawasan cuma menerima sekali

pelatihan maupun pendidikan yang berlangsung sekitar enam bulan,

56
Handayani, N. R., & Makian, P. (2016). Pengaruh Pelatihan Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Karyawan Bagian PT. PCI Elektronik International (Studi pada Karyawan PT
PCI Elektronik International). Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis. h. 41
57
Siti kursia, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali,
Wawancara, Morowai, 2 September 2023.
58
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.

32
dan tidak ada peningkatan kemampuan (upgrading) selepas pelatihan

maupun pendidikan.

Peneliti pun mengajukan pertanyaan serupa pada Bapak Ridwan

Arifin, S.S., M.Hum, Kasubsi Informasi dan Komunikasi KANIM

Banggai mengenai pelatihan (training) dan pendidikan (education)

ketika mengawasi TKA. Dia menyatakan:


“Sebelum bertugas di imigrasi dan selama menjadi petugas
imigrasi, mereka menerima pelatihan seperti pelatihan pengawasan,
pelatihan dasar hukum, dan pelatihan intelijen (pengintaian).
Kemudian, kami juga menyelenggarakan briefing mengenai data
yang sangat penting. Oleh karena itu, petugas dilatih untuk
mengolah data yang terdapat di aplikasi SIPOA.”59

Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai memberikan pelatihan

maupun pendidikan sebelum dan selama menjadi petugas, sehingga

pegawai lebih mahir mengawasi tenaga kerja asing. Sejalan dari

pernyataan di atas, Keith Davis dan William B. Werther, Jr.

Berpendapat bahwa pelatihan adalah untuk menyiapkan seseorang

dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehingga dapat berjalan

dengan baik dan pengembangan untuk menyiapkan pengawas yang

membutuhkan ilmu serta keterampilan.

Perusahaan yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing harus

diberikan pelatihan dan pendidikan sebelum mereka dipekerjakan. Ini

dilakukan agar mereka memahami tugas serta juga memahami

peraturan yang berlaku di Indonesia di mana mereka bekerja.

59
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

32
Bapak Arjun Ardiansyah, ST, Kepala Pengawas Kontruksi PT.

Indofudong saat diwawancarai, menyatakan:


“Kami memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan
asing yang bekerja di perusahaan kami. Selain itu, kami
memberikan pelatihan tentang peraturan yang berlaku di Indonesia.
Kami melakukan ini untuk memastikan bahwa mereka memahami
aturan saat berada di wilayah Indonesia, khususnya di Kabupaten
Morowali. Sementara pelatihan yang diberikan oleh DISNAKER
atau lembaga pemerintah yang lain belum ada secara khusus untuk
TKA.”60

Dari hasil wawancara diatas dijelaskan bahwa masing-masing

perusahaan melakukan pelatihan dan pendidikan. TKA menerima

pelatihan setelah mereka tiba di Indonesia, mereka juga akan

menerima buku pedoman serta instruksi mengenai peraturan yang

berlaku. Dijelaskan juga jika tenaga kerja asing yang bekerja untuk

perusahaan mereka tidak diberikan pelatihan oleh Dinas

Ketenagakerjaan.

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan informan, serta

observasi yang dilakukan penulis maka dapat disimpulkan bahwa

dalam pelaksanaan pengawasan TKA terdapat pelatihan dari masing-

masing instansi terkait, serta adanya pelatihan yang di sediakan

sendiri dari pihak perusahaan untuk pekerja Asing yang bekerja pada

perusahaan tersebut.

60
Arjun Ardiansyah, Kepala Pengawas Kontruksi PT Indofudong, Wawancara,
Morowali, 18 September 2023.

32
UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi

Kelas II Non TPI dalam pengawasannya juga menemukan beberapa

kendala yang muncul saat melakukan pengawasan, seperti masalah lokasi

perusahaan dan perjalanan yang jauh. Seperti yang disampaikan oleh

Bapak Ridwan Arifin, S.S., M.Hum, menyatakan:


“Salah satu hambatan adalah lokasi geografis di Morowali yang
masih banyak hutan dan gunung. Perusahaan yang biasanya
memiliki TKA berada di lokasi yang sulit secara geografis, yang
berarti harus menempuh jarak yang jauh dan memiliki jalan yang
rusak. Kedua, karena lokasinya di hutan sistem atau jaringan
membuat kami susah untuk mengidentifikasi pekerja asing. Namun,
kami telah menemukan solusinya yaitu sebuah aplikasi yang
namanya SIPOA (Sistem Pengawasan Orang Asing). kedua kami
ada alat GPS non-internet yang kami gunakan. Kemudian ada
masalah dengan sumber daya manusia yang kurang, yang berarti
kami kekurangan tenaga pengawas padahal kami mempunyai
jangkauan kerja yang luas.61

Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Ridwan Arifin, masalah lokasi

pengawasan yang luas serta jarak yang jauh antar kantor dengan

perusahaan menjadi kesulitan yang dihadapi. Selain itu, saat melakukan

pemeriksaan dilapangan terkadang ada masalah kesisteman atau jaringan.

Serta kurangnya sumber daya manusia. Tapi, kantor Imigrasi sudah

meluncurkan aplikasi SIPOA yang bisa digunakan secara offline guna

pengecekan data warga asing ataupun karyawan asing yang bertempat di

wilayah Kabupaten Morowali.

Gambar 4 2 Tampilan Aplikasi SIPOA

61
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.

86
87

(Sumber: Humas Kanwil Sulteng 2020)

Gambar diatas merupakan aplikasi SIPOA yang digunakan oleh

Pihak Imigrasi untuk mengawasi orang asing di lapangan. Aplikasi ini bisa

memperrmudah petugas dalam menegawasi ataupun mengecek orang

asing. Selain itu, petugas dapat menggunakan aplikasi ini untuk

mengawasi perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing untuk

mengatasi masalah jaringan. Kemajuan teknologi saat ini tidak dapat

dipungkiri memiliki banyak manfaat untuk semua jenis pekerjaan. Hal ini

karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan.

Sementara itu Bapak Beny SH, yang bertugas sebagai KASI

Norma Kerja UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II, berbicara

tentang masalah yang dihadapi ketika melaksanakan pengawasan TKA,

beliau menyampaikan :
“Salah satu hambatan terbesar adalah area yang terlalu luas. Kami
masuk di wilayah dua operasionalnya yaitu Kabupaten Morowali,
Kabupaten Morowali Utara, Kabupaten Poso, Kabupaten Tojo
Una-Una, Kabupaten Banggai, Kabupaten Luwuk, dan Kabupaten
Banggai Kepulauan. Dari sisi kendala teknis untuk pelaksanaan,
seperti luasnya wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana yang
terbatas, dan keterbatasan anggaran. Selain itu, terkait dengan
jumlah pengawas yang terbatas, Tim Pengawas terdiri 12 orang
dan kami mempunyai dua kantor, yaitu di Bungku dan Luwuk
Banggai.”62

62
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.
88

Menurut pernyataan informan di atas, ada beberapa tantangan

yang dihadapi oleh UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II. Salah

satunya adalah wilayah kerja yang luas dan ketersediaan fasilitas yang

tidak memadai. Akibatnya, UPT tidak dapat melaksanakan tugas dengan

baik. Hal ini bertentangan dengan teori Rohiyat sarana dan prasarana,

yang didefinisikan sebagai keseluruhan tahapan perencanaan, pengadaan,

dan pengawasan fasilitas yang dipakai untuk pencapaian tujuan dengan

efektif serta transparan. Berdasarkan teori tersebut sarana dan prasarana

yang mendukung sangat penting untuk memaksimalkan pelaksanaan

pengawasan.

Menurut analisis penulis, implementasi pengawasan tenaga kerja

asing di Kabupaten Morowali masih kurang efektif. Hal ini disebabkan

jarak tempuh (perjalanan), keterbatasan sarana prasarana, sistem

(jaringan), serta kekurangan tenaga kerja pengawas. Hal ini karena

perusahaan berada di tengah hutan, sehingga dalam pelaksanaan

pengawasan terkadang mendapat kesulitan. Namun, dalam menghadapi

kendala tersebut, khususnya pada kesisteman (jaringan) pihak Kantor

Imigrasi telah menyiapkan sebuah alat GPS non internet serta aplikasi

SIPOA (Sistem Pengawasan Orang Asing). Hal ini memudahkan pegawai

Imigrasi dalam melakukan pengawasan terhadap Tenaga Kerja Asing yang

berada di Kabupaten Morowali . Dengan perkembangan teknologi saat ini

dapat memudahkan individu maupun organisasi dalam menghadapi

permasalah ataupun kendala yang ada. Sedangkan dari pihak UPT

Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II belum memiliki sistem atau

aplikasi yang dapat membantu saat dilakukannya pengawasan Tenaga

Kerja Asing di lapangan.


89

Penulis juga melakukan observasi tentang masalah yang ditemui

UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Kelas

II Non TPI Banggai untuk mendukung hasil wawancara. Karena lokasinya

di tengah hutan dan medan tempuh yang jauh, UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan Wilayah II dan Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI

Banggai kesulitan mencapai perusahaan karena lokasi kedua instansi

berada di Kota Bungku.

Penulis kemudian bertanya tentang seberapa siap pegawai

Pengawas Ketenagakerjaan maupun pegawai Kantor Imigrasi Kelas II

Non TPI Banggai untuk melakukan pengawasan tenaga kerja asing di

Kabupaten Morowali. Bapak Beny, SH, sebagai KASI norma Kerja

menyatakan:
“Kantor kami berada di Bungku sedangkan wilayah kerja kami
tidak hanya di kabupaten Morowali saja tapi juga ada sebagian
besar perusahaan yang berada diluar kabupaten Morowali.
Kemudian kami juga tidak diperbolekan memanfaatkan sarana
prasarana yang disiapkan perusahan. Jadi, kami menggunakan
fasilitas seadanya. Pemeriksanaan perusahaan besar misalnya IMIP
tidak dapat dilaksanakan dalam sehari. Sedangkan untuk biaya
akomodasi itu hanya 150.000.”63

Berdasarkan pernyataan informan di atas, penulis membuat

kesimpulan bahwa pengawas UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah

II belum sepenuhnya siap. Ketidaksiapan ini disebabkan oleh anggaran

yang terbatas, jarak antara kantor ke perusahaan yang mempekerjakan

TKA yang sangat jauh, serta kurangnya jumlah pegawai menjadikan salah

satu ketidaksiapan dalam melaksanakan tugas. Hal ini berlawanan dengan

UU No. 13 Tahun 2013 mengenai Ketenagakerjaan, yang menyatakan

bahwa kesiapan kerja merupakan kapasitas kerja tiap orang yang meliputi

63
Beny, Pengawas UPT ketenagakerjaan wilayah II Kabupaten Morowali, Wawancara,
Morowali, 4 September 2023.
90

persepktif pengetahuan, kapabilitas, perilaku kerja yang sesuai dengan

standar yang telah ditentukan. Jadi, dalam hal tersbut petugas pengawas

harus siap untuk melaksanakan tugas serta fungsinya demi tercapainya

tujuan.

Di sisi lain, Bapak Ridwan Arifin, S.S., M.Hum, Kepala Sub seksi

Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai, menyatakan:


“Tentu saja, kami mempersiapkan pegawai kami dengan
memberikan pelatihan tentang apa yang harus dilakukan di
lapangan saat melakukan pengawasan. Selain itu, karena kondisi
Wilayah Kerja KANIM Banggai yang jauh, jadi kami harus
menyiapkan semuanya dengan baik. agar kami dapat memeriksa
pekerja asing secara langsung ketika berada di lapangan.”64

Berdasarkan hasil wawancara penulis maka disimpulkan bahwa

pegawai Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai begitu siap untuk

melakukan pekerjaan mereka dengan diberikan pelatihan dan instruksi

tentang apa yang harus dilakukan saat mengawasi serta memeriksa TKA di

lapangan. Hal tersebut sesuai dengan definisi manajemen sumber daya

manusia yang ialah individu produktif yang bertanggung jawab untuk

menggerakkan sebuah organisasi, baik di institusi ataupun perusahaan. .65

Selanjutnya untuk mendukung hasil wawancara penulis melakukan

pengamatan dimana untuk kesiapan pegawai dalam melaksanakan

pengawasan dapat dikatakan bahwa belum sepenuhnya siap. Karena,

kondisi jarak yang ada antar perusahaan maupun Kantor Pengawasan

Ketenagakerjaan dan Kantor Imigrasi pusat mereka yang berada diluar

64
Ridwan Arifin , Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi KANIM Banggai,
Wawancara, Morowali, 21 Agustus 2023.
65
M. Kadarisma, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Cet. II; Jakarta:
Rajawali Perss, 2013), h. 5.
91

Kabupaten Morowali menjadi kendala dan tantangan bagi pegawai yang

akan melakukan pengawasan.

Selain malakukan wawancara dengan dinas/instansi, penulis juga

melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar mengenai kinerja dari

dari Tim Pengawas Tenaga Kerja Asing. Berikut ini adalah pernyataan

yang dibuat oleh Bapak Jaya sebagai masyarakat. Beliau mengatakan:


“Saya mendengar bahwa pemerintah telah membentuk lembaga
tertentu untuk melakukan pengawasan, terutama untuk TKA di
daerah kita Morowali. Karena jika tidak ada pengawasan otomatis
yang dirugikan ialah kita sendiri. Hal tersebut dapat menyebabkan
tenaga kerja asing terus datang ke wilayah Morowali. Selain itu,
sebagai masyarakat, kami berusaha membantu pemerintah dan
mendoakan.”66

Bapak Alwan kemudian juga kemudian menyampaikan

pendapatnya sebagai orang-orang yang tinggal di desa lingkar perusahaan

yang memberikan pekerjaan kepada TKA. Bapak Alwan berkata:


“Menurut pendapat saya, banyak TKA yang datang ke sini yang
tidak diketahui oleh masyarakat terkait proses masuknya. Dengan
demikian, saya percaya bahwa pengawasan yang dilakukan belum
maksimal. Namun, dari apa yang saya ketahui, pemerintah telah
berusaha untuk melakukan pengawasan yang baik. Namun,
realisasinya tidak sesuai dengan ketentuan.”67

Bapak Utpurwansyah yang merupakan salah satu karyawan

perusahaan yang mempekerjakan TKA juga menyatakan pendapat yang

sama. Beliau mengatakan :


“Menurut pengamatan saya yang telah bekerja di wilayah PT IMIP,
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah itu belum baik.
Juga banyak berita bahwa banyak TKA yang tidak punya dokumen
lengkap bekerja untuk perusahaan. Namun, saya yakin pemerintah
serta tim pengawas telah merencakan sebaik-baiknya, tetapi juga
kita tidak tahu bagaimana cara perusahaan menutupi ketidak
lengkapan dokumen dari TKA yang bekerja didaloam kawasan.”68
66
Jaya , Masyarakat Lingkar Tambang, Wawancara, Morowali, 25 Agustus 2023.
67
Alwan , Masyarakat Lingkar Tambang, Wawancara, Morowali, 26 Agustus 2023.
68
Utpurwansyah, Karyawan PT IMIP, Wawancara, Morowali 27 Agustus 2023.
92

Karena pernyataan informan di atas memiliki perbedaan pendapat,

maka penulis membuat kesimpulan bahwa penilaian masyarakat terhadap

kinerja tim pengawas masih kurang karena dari penjelasan informan

terdapat TKA yang masih bekerja untuk perusahaan meskipun

dokumennya tidak lengkap.

Hasil wawancara tentang penilaian kinerja menunjukkan bahwa

Tim Pengawas (UPT Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II serta Kantor

Imigrasi Banggai) belum siap secara keseluruhan. Hal tersebut dapat

diukur dengan melihat seberapa sesuai rencana kerja, target, pencapaian,

serta kesiapan karyawan ketika melaksanakan pengawasan. Tetapi karena

wilayah yang cukup luas dan anggaran yang tidak cukup untuk

pengawasan menimbulkan masalah mengenai kesiapan pegawai.

Kemudian tidak berjalannya dengan baik terkait kinerja karyawan di

lapangan karena masih ada pekerja asing yang bekerja tanpa memiliki

dokumen lengkap.

Berdasarkan temuan dan diskusi, penulis kemudian menyimpulkan

bahwa cara yang digunakan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

dan Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai ketika mengawasi tenaga

kerja asing di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah belum

optimal. Ini karena masih ada masalah yang belum sepenuhnya ditangani

dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kerja. Pada penilaian kinerja

juga dijelaskan bahwa pegawai belum siap sepenuhnya. Hal tersebut

karena petugas yang melakukan pengawasan masih kurang sehingga

menyebabkan pengawasan tidak berjalan dengan maksimal.

Dari hasil penelitian ini penulis juga ingin memberikan catatan

kritis bahwa pelaksanaan pengawasan masih bertolak belakang dengan


93

fakta yang ada dilapangan dimana dari hasil pengamatan penulis banyak

tenaga kerja asing yang bekerja di Wilayah Kabupaten Morowali tidak

bekerja sesuai prosedur yang ada. Salah satunya adalah Pasal 65

Permenaker No. 16 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa persyaratan

menggunakan TKA adalah ahli teknologi atau ahli dalam suatu bidang

kemudian fakta yang penulis temukana dilapangan bahwa banyak TKA

yang dipekerjakan sebagai buruh kasar oleh perusahaan di Kabupaten

Morowali.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis mencapai beberapa kesimpulan berdasarkan pada peneltian yang

telah dilakukan, antara lain:

a. Menurut hasil dan pembahasan dari indikator di atas, yaitu penetapan

perencanaan dan pelaksanaan kerja, penulis menyimpulkan bahwa terkait

strategi pengawasan yang dilakukan oleh UPT Pengawasan Ketenagakerjaan

Wilayah II dan Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai ketika mengawasi

Tenaga Kerja Asing di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah masih

kurang optimal. Ini karena masih ada beberapa masalah yang belum
94

sepenuhnya ditangani dengan baik selama proses perencanaan dan

pelaksanaan pengawasan. Pada penilaian kinerja juga dijelaskan bahwa

pegawai belum sepenuhnya siap hal dikarenakan petugas pengawasan yang

kurang sehingga pengawasan belum terlaksana dengan maksimal.

b. Menurut hasil penelitian maupun pembahasan tentang kedua indikator di atas,

yaitu 1) Pengawasan Preventif serta 2) Pengawasan Represif, penulis

berpendapat jika dalam pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing di

Kabupaten Morowali belum sepenuhnya efektif. Hal itu dikarenakan dari

beberapa sub indikator pada pengawasan preventif dan pengawasan represif

belum terpenuhi. Berdasarkan pada penetapan koordinasi belum sepenuhnya

berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan tidak terjalinnya koordinasi antara

pihak instansi yang bertanggung jawab terkait pengawasan dengan pihak

pemerintah yang berada pada lingkar tambang. Selanjutnya pada sub

indikator meningkatkan kemampuan melalui training belum sepenuhnya, hal

ini belum adanya pelatihan khusus yang diberikan kepada UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan terkait pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja

Asing.Kemudian tidak adanya pelatihan khusus yang di berikan pihak terkait

yang bertanggung jawab terkait pengawasan TKA kepada perusahaan yang

menggunakan tenaga kerja asing. Selain itu, dinas yang berkewajiban untuk

mengawasi TKA pada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja asing

tidak menerima pelatihan khusus.


95

B. Saran

Dari hasil temuan di atas, peneliti memberikan saran-saran berikut untuk

memberikan kemudahan dalam cara mengawasi tenaga kerja asing di Kabupaten

Morowali agar terlaksana dengan baik, antara lain:

1. Meningkatkan jumlah pengawas di UPT Pengawasan Ketenagakerjaan

Wilayah II dan Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai karena terlalu

banyak tenaga kerja asing yang harus diawasi.

2. Untuk mengawasi tenaga kerja asing pihak yang terkait harus bekerja

sama dan berkoordinasi dengan baik. Misalnya, UPT Pengawasan

Ketenagakerjaan Wilayah II, Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai,

dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Morowali harus membagikan data

tentang jumlah tenaga kerja asing di Kabupaten Morowali pada kecamatan

ataupun desa yang mempekerjakan tenaga kerja asing agar kecamatan dan

desa dapat bekerja sama jika ditemukan pelanggaran.


DAFTAR PUSTAKA
Alwan. Wawancara, 2023.
Anufia, Budur, dan Thalha Alhamid. “Resume Instrumen Pengumpulan Data.”
Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong (2019).
Ardiansyah, Arjun. Wawancara, 2023.
Arifin, Ridwan. Wawancara, 2023.
Aziz, Iksan Abd, dkk. “Peran sektor pertanian dalam perekonomian kabupaten
Morowali”, Jurnal Agrotekbis. Vol. 3, No.2 ( 2015)
Beny. Wawancara, 2023.
Creswel, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Darma, Susilo Andi. “Kajian Hukum Ketenagakerjaan terhadap Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012”. Mimbar
Hukum, Vol. 26, No. 2 (2014).
Darma, Susilo Andi. “Pengendalian Tenaga Kerja Asing oleh Pemerintah
Daerah.” Jurnal Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (2017).
DF, Fajar Nur’aini. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan. Yogyakarta:
Quadrat, 2017.
Djazuli, Riza Fauziah, “Dinamika Pengaturan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.”
Jurnal Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, Tahun 2021.
Hardinata, Diello Wigra.“Pengawasan Keimigrasian terhadap Tenaga Kerja Asing
dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing”. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2018.
https://media.neliti.com/media/publications/245603-peran-sektor-pertanian-
dalam-perekonomian kabupaten Morowali.
Indriani, Maulidia. “Peran Tenaga Kerja Indonesia Dalam Pembangunan
Ekonomi Nasional”. Gema Keadilan, Vol. 3, No. 1 (2016).
Jaya. Wawancara, 2023.
Jazuli, Ahmad. “Eksistensi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Persepektif
Hukum Keimigrasian.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12, No. 1
(2018).
Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Ed. III, Cet. I; Yogyakarta:
BPFE, 2003.

89
90

Kasenda, Dekie GG. “Penegakan Hukum Pekerja Asing dalam Konsep Omnibus
Law.” Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai. Vol. 5, No. 1 (2020).
Kurniawati, Endri. “Pemerintah Akui Pengawasan Tenaga Kerja Asing Ilegal
Lemah”.WebsiteTempo.
https://nasional.tempo.co/read/837726/pemerintah-akui-pengawasan-
tenaga-kerja-asing-ilegal-lemah/ (2 Februari 2023).
Kursia, Siti. Wawancara, 2023.
Manan, Dahran. Wawancara, 2023.
Meleong, Lely J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017.
Nawiyah, dan Zahidiputra M Puar. “Pengaruh Investasi China ke Indonesia,
Ekspor Indonesia-China, dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Nasional”. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Industri dan Rantai Pasok, Vol. 1 (2020).
Nizar, Chairul, dkk. “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia.” Jurnal Ekonomi Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala, Vol. 1, No. 2 ( 2013).
Nurhiayati. “Perizinan Tenaga Kerja Asing, Kebijakan dan Implementasinya.”
Jurnal Sekretari dan Manajemen. Vol. 3, No. 2 (2019).
Pemerintah Kabupaten Morowali. Official Website. www.morowalikab.go.id.
Rahayu, Arfyana Citra. “Kemnaker: Tenaga Kerja Asing dari China Paling
Banyak Bekerja di Morowali”. Blog Nasional Kontan,
https://nasional.kontan.co.id/news/kemenaker-tenaga-kerja-asing-dari-
china-paling-banyak-bekerja-di-morowali/ (14 Januari 2023).
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor 23 Tahun 2019.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2018 ,
pasal 1, ayat 9.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2018,
pasal 1 ayat 11.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja
Asing, pasal 1, ayat 6 dan 7.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006.
91

Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing, pasal 1 ayat 1 – 4.
Republik Indonesia. Permenaker Pasal 30 Nomor 30 Tahun 2016.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, pasal 1 Angka 3.
Rijali, Ahmad. “Analisis Data Kualitatif.” Jurnal Alhadharah, Vol. 17, No. 33
(2018).
Risni, Novia Resky. “Pengawasan dan Penindakan terhadap Tenaga Kerja Asing
dalam Mengurangi Penyalahgunaan Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing
Asal Tiongkok di Indonesia”. Skripsi. Bandung: Universitas Pasundan,
2017.
Rukajat, Ajat. Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach).
Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Sari, Abharina Atikah. “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon”,
Skripsi. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2017.
Seru, Oki. “Analisis Kebijakan Investasi Asing (Studi Kasus Investasi China ke
Indonesia dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Era Presiden
Joko Widodo Tahun 2014-2016.” Skripsi. Malang: Universitas Merdeka
Malang, 2017.
Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Ed. I, Cet. I;
Yogyakarta: BPFE, 2001.
Utpurwansyah. Wawancara, 2023.
Widanarto. Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal dan Kinerja
Pemerintah”. Padjadjaran: FISIP Universitas Padjadjaran.
Qs - At- taubah : 105
92

LAMPIRAN

a. Foto Dokumentasi
1. Siti Kursia, SKM (Pengawas Ketenagakerjaan Wilayah II)

2. Beny, S.H (Kasi Norma Kerja UPT Ketenagakerjaan Wilayah II)


93

3. Ridwan Arifin, S. S, S. Hum (Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi


Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai)

4. Jaya (Masyarakat Lingkar Tambang)


94

5. Alwan (Masyarkat Lingkar Tambang)

6. Utpurwansyah (Masyarakat Lingkar Tambang)


95

7. Dahran Manan, S.Sos (Seksi Informasi dan Komunikasi)

8. Bapak Arjun Ardiansyah, ST (Kepala Teknik Tambang PT.Indofudong)


96

b. Struktur Organisasi UPT Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah


97

c. Struktur Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Banggai


98

d. Dokumen Notifikasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing


99

e. Surat Izin Penelitian dari LP2M UIN Alauddin Makassar


100

f. Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Terpadu Satu Pintu Kabupaten Morowali
101

g. Surat Keterangan Selesai melakukan Penelitian di Kantor Imigrasi


Kelas II Non TPI Banggai Unit kerja Kantor Imigrasi Di Morowali
102

h. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian Di Kantor UPT


Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah II

Anda mungkin juga menyukai