Anda di halaman 1dari 78

Skiripsi

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT MISKIN KOTA


MAKASSAR PADA PEMILIHAN GUBERNUR SULAWESI
SELATAN TAHUN 2018

MUKLISIN SAID

Nomor Stambuk : 105640187614

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

i
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT MISKIN KOTA
MAKASSAR PADA PEMILIHAN GUBERNUR SULAWESI
SELATAN TAHUN 2018

Skiripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar serjana ilmu pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh :

MUKLISIN SAID

Nomor Stambuk : 105640187614

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
ABSTRAK

MUKLISIN SAID (2020 ). Partisipasi politik masyarakat miskin Kota Makassar


pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018. Skripsi Dibimbing Oleh
(Dr. Abdul Masyar, M.Si. dan Dr. Amir Muhiddin, M.Si).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat


miskin kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun
2018.Jenis penelitian yang di gunakan yaitu penelitian kualitatif dan tipe
penelitian yaitu deskripsi kaulitatif dengan jumlah informan sebanyak lima orang.
Teknik pengumpulan data yaitu observasi,wawancara dan dokumentasi, teknik
analisis data penelitian menggunakan pengumpulan data, reduksi, penyajian,
penarikan kesimpulan sedangkan keabsahan data menggunakan triangualasi
waktu, teknik sumber data. Hasil penelitian analisis tersebut menunjukan bahwa
partisipasi politik masyarakat pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun
2018 mngalami penurunan dalam partisipasi berdasarkan data dari KPU bahwa
partisipasi di tahun 2013 sekitar 59, 94 persen sedangkan di di tahun 2018
mengalami penurunan yakni 57,02 persen atau hanya 584.406 yang menggunkan
hak pilihnya dari jumlah DPT sebanyak 1,01 hal ini di karenakan kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya berpartisipasi. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi partisipasi tersebut adalah faktor sosial ekonomi,faktor kesadaran
politik dan kepecayaan pada pemerintah,faktor pengaruh kaum intelektual dan
faktor ekonomi.
Kata kunci: Partisipasi Politik ,Masyarakat Miskin Kota.

v
vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu Syukur Alhamdulillah

senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, salawat dan salam tercurahkan kepada Nabi segala

zaman yang menjadi rahmat petunjuk bagi umat manusia dan seluruh sahabat dan

keluarganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Partisipasi politik masyarakat miskin kota Makassar pada pemilihan Gubernur

Sulawesi Selatah tahun 2018”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ayahanda Usman Said sebagai inspirasi terbesar dalam perjalanan hidup

saya dan Ibunda Latifa Mau sebagai pemberi kebahagiaan terikhlas dan

terbesar memberikan dorongan, nasehat dan doa selama hidup saya. Dan

seluruh keluarga besar saya yang selalu ikhlas memberikan segalanya.

2. Bapak Dr. Abdul Masyar ,M.Si selaku Pembimbing I dalam penulisan

skripsi ini, yang dengan keikhlasan, pengertian dan kesediaan

melapangkan waktu di tengah kesibukan untuk mengarahkan,

membimbing, dan mengoreksi penulisan skripsi ini, sehingga terselesaikan

dalam penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi

vi
vii
3. Terima kasih Apresiasi bapak Dr. Amir Muhiddin, M.Si selaku

Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang dengan keikhlasan,

pengertian dan kesediaan melapangkan waktu di tengah kesibukan untuk

viii mengarahkan, membimbing, dan mengoreksi penulisan skripsi ini,

sehingga terselesaikan dalam penyusunan proposal sampai penyusunan

skripsi.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberi ilmu kepada saya selama

menduduki bangku kuliah serta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Tak lupa juga kuucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk teman

seperjuangan kelas A jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 014 yang

kiranya telah member semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi

ini.

9. sehingga terselesaikan dalam penyusunan proposal sampai penyusunan

skripsi.

vii
viii
10. Bapak dan ibu dosen yang telah memberi ilmu kepada saya selama

menduduki bangku kuliah serta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

11. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

12. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

13. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

14. Tak lupa juga kuucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk teman

seperjuangan kelas A jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 014 yang

kiranya telah member semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi

ini.

Semoga semua kebaikan, ketulusan dan keikhlasan ini menjadi amal yang

berguna dan memperoleh balasan seimbang. Dan semoga karya yang jauh dari

kata sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembacanya.

Makassar, 29 Otober 2020

Penulis

Muklisin Said

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
PENERIMAAN TIM ..........................................................................................iii.
KEASLIAAN KARYA ILMIAH ....................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... .v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... .vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ .ix
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………....…..1
A. Latar Belakang……………………………………………………….…....1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………....…5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………...5
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………6
A. Konsep Partisipasi Politik…………………………………………………6
1. Pengertian Partisipasi Politik……………………………….…....…6
2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Politik……………………………...…10
3. Tipe Partisipasi Politik……………………………………….....…13
4. Fungsi Partisipasi Politik………………………………………..…14
5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik………..…15
6. Tujuan Partisipasi Politik…………………………………….....…18
B. Masyarakat Miskin Kota…………………………………………………18
1. Pengertian Masyarakat Miskin Kota……………………………..18
2. Penyebab Kemiskinan Kota…………...…………………………20
3. Kriteria Masyarakat Miskin Kota………………………………..20
4. Lingkaran Kemiskinan Masyarakat Kota……………………..…21
C. Kerangka Pikir…………...………………………………………………27
D. Focus Penelitian……………………………………………………….…27
E. Deskripsi Fokus Penelitian………………………………………………28

x
BAB 111 METODE PENELITIAN…………………………………………....29
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian……………………………………………29
B. Jenis Dan Tipe Penelitian………………………………………………..29
C. Sumber Data…………………………………………………………..…30

xi
D. Informan Penelitian…………………………………………………..….31
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………....…32
F. Teknik Analisa Data………………………………………………….….33
G. Keabsahan Data………………………………………………………….33
BAB VI HASIL PENELITIAN…………………………………………………35
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………………….35
1. Gambaran Umum Kota Makassar……………………………….35
2. Gambaran Umum Kelurahan Parangtambung……………..……40
B. Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Makassar Pada Pemilihan
Gubernur Sulawesi- Selatan Tahun 2018……………………….……….43
1. Sosial ekonomi……………………………….…………….…….45
2. Kesadaran dan Kepercayaan Pada Pmerintah……………………48
3. Pengaruh Dari Kaum Intelektual…………..………….………….52
4. Kepuasan Finansial…………………………………..…………..56
BAB V PENUTUP……………………………………………………………….62
A. Kesimpulan………………………………………………………...…….62
B. Saran……………………………………………………………………..63
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………64

xii
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Partisipasi politik yang merupakan wujud pengejawantahan kedaulatan

rakyat adalah suatu hal yang sangat fundamental dalam proses demokrasi. Ia

memiliki makna yang sangat penting dalam bergeraknya roda dan sistem

demokrasi. Apabila masyarakat, memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, maka

proses pembangunan politik akan berjalan dengan baik, sehingga akan sangat

berarti pula terhadap perkembangan bangsa dan negara.

Sebaliknya partisipasi politik juga tidak akan bermakna apa-apa dan tidak

berarti sama sekali kalau ia tidak memenuhi syarat dari segi kualitatif maupun

kuantitif. Oleh karenanya tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan

umum, termasuk pemilihan kepala daerah merupakan hal yang sangat penting

pula untuk ditilik, karena rendah atau tingginya suatu partisipasi merupakan sinyal

dan indikator penting terhadap jalannya proses demokasi dan pengejawantahan

dari kedaulatan rakyat. Partisipasi politik di Indonesia membawa tuntutan yang

besar kepada perubahan sistem dan kehidupan masyarakat di Indonesia.

Partisipasi politik sebagai hal yang penting dalam perkembangan kehidupan

bangsa dan negara.

Pertumbuhan partisipasi politik memerlukan tata nilai yang operasional

yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku nyata untuk menerima dan

menghargai persamaan, keterbukaan, perbedaan pendapat sehingga terjadi

kesinambungan antara masyarakat dengan pemerintah dalam sistem demokrasi di

1
Negara Indonesia sehingga sistem pemerintahan dapat terlaksana dengan

baik.salah satu ciri khas pemerintahan yang baik adalah bisah menjawab

kebutuhan masyarakat

Salah satu bentuk partisipasi politik masyrakat adalah melakukan proses

pilkada sesuai dengan amanah undang – undang nomor 10 tahun 2016 tentang

pemilihan bupati,walikota dan gubernur.Keterlibatan warga dalam pemilihan

kepala daerah mereka masing – masing sudah barang tentu memberikan

kebermanfaatan bagi daerah tersebut. Dengan asumsi bahwa mereka yang di pilih

merupakan representasif dari mereka yang memilih,oleh karena itu kesejahtraan

yang di idamkan oleh warga suatu daerah dapat terwujud apabila mereka memilih

calon kepala daerah yang memang memprogramkan kesejahtraan daerah bukan

yang lainnya.

Pilkada secara langsung memberikan kesempatan yang luas kepada

masyarakat untuk terlibat di dalam berbagai proses politik.Di pilihnya system

pilkada langsung ini mendatangkan optimisme pesimisme tersendiri.Pilkada

langsung di nilai sebagai perwujudan hak – hak dasar masyarakat di daerah

dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rekrutmen pemimpin daerah

sehingga ada kehidupan demokrasi di tingkat lokal.

Keberhasilan pilkada langsung untuk melahirkan pemimpin yang

demokratis, sesuai dengan kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada

kritisme dan rasionalitas rakyat sendiri sehingga gagasan pilkada langsung ini

merupakan proses lanjutan dari keinginan untuk memperbaiki kualitas demokrasi

2
semata tetapi harus juga melihat aspek normatif yang mengatur proses

penyelenggaraan pilkada dan aspek – aspek etika, sosial dan budaya. Sehingga

semua pihak yang ikut andil dalam pelaksanaan pilkada harus memahami dan

melaksanakan seluruh peraturan yang berlaku secara konsisten sehingga

pemimpin yang nantinya lahir dari poses politik yang demokratis tersebut adalah

pemimpin daerah yang professional, legitimasi dan merakyat.

Salah satu kelas masyarakat yang turut dalam berpartisipasi politik di ting

kat daerah adalah masyarakat miskin kota yang di nilai kurang rasional dalam

melakukan partisipasi politik Dengan demikian,keberadaan masyarakat miskin

perkotaan memberikan sebuah arti bahwa partisipasi mereka juga ikut

menentukan arah kebijakan suatu daerah. Masyarakat miskin kota adalah

masyarakat yang tidak memiliki mata pencaharian yang tetap dan memiliki anak

yang lebih dari dua sehingga sulit dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

Dengan kekurangan secara ekonomi serta memiliki status sosial yang

rendah dalam lingkungan sosial maka banyak dari masyrakat miskin kota yang

lebih memilih untuk mencari kebutuhan keseharian daripada terlibat dalam

aktifitas politik hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam

setiap perheletan politik kerna banyak dari masyrakat miskin kota yang tidak

memahami secara baik tentang respon politik yang mereka ambil yang mereka tau

adalah bagaimana bisa mendapatkan kepuasan finansial dari partisipasi politik

yang mereka ambil untuk menutupi kebutuhan sehari – hari. Walaupun mereka

terlibat dalam urusan politikpun mereka hanya menjadi massa yang bukan otonom

akan tetapi massa yang di mobilisir

3
Munculnya prilaku tersebut karna kelompok masyarakat miskin kota ini

lebih menfokuskan dirinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ketimbang

memikirkan sesuatu yang menurut mereka tidak ada kaitannya dengan masalah

sosial yang mereka hadapi dan meraka menganggap bahwa kemiskinan meraka

merupakan dampak dari kebijakan pemerintah yang tidak berpihak terhadap nasip

serta kehidupan mereka sehingga kepercayaan mereka terhdap institusi

pemerintahan sedikit berkurang dan beranggapan bahwa siapapun orangnya yang

jadi pemimpin nasib mereka tidak akan berubah hal ini akan berefek pada

partisipasi mereka yakni lebih meilih kandidat yang berduit. Walaupun begitu

kepedulian mereka dalam berpolitik terutama untuk merespon lingkungan

disekitarnya jelas adanya. Artinya masyarakat miskin merespon fenomena politik

disekitar mereka jika berkaitan dengan masalah mereka.tanpa memikirkan

dampak politik dari pilhan serta partisipasi politik yang mereka ambil

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang melakukan proses

pilkada serentak yang di laksanakan pada tanggal 27 Juni 2018 untuk memilih

Gubernur Sulawesi Selatan priode 2018 – 2023. Namun dalam proses pilkada

tersebut tingkat partisipasi masyrakat masi rendah,terutama di kota Makassar.

Berdasarkan data dari KPU Sulawesi Selatan tingkat partisipasi masyarakat di

kota Makassar masi sekitar 61,6% dari jumlah pemilih yang ada .Hal ini di

karenakan proses sosialisasi yang masi kurang sehingga ada sikap apatis dari

masyrakat terkait tentang proses partisipasi politik yang mereka laukakan,seperti

halnya masyarakat miskin kota yang ada di Makassar tepatnya di kecamatan

Tamalate kelurahan Parangtambung.Dimana masyarakat miskin kota yang ada

4
pada kelurahan tersebut masi apatis dalam soal politik hal ini terlihat dari aktifitas

politik yang mereka lakukan yakni banyak dari masyarakat miskin kota yang lebih

memilih untuk mencari kebutuhan hidup sehari – hari daripada terlibat aktif dalam

urusan politik bahkan kalau mereka terlibat aktif dalam politik sekalipun itu di

karenakan dorongan untuk mencari kepuasan secara finansial.

Namun,keterlibatan masyarakat miskin kota dalam aktifitas politik ini juga

lebih pada aktifitas yang kurang produktif berupa pemasangan baliho atau jadi

timsukses atau menjadi saksi untuk kandidat yang cenderung mengharapkan

barter secara ekonomi dari para kandidat sehingga hal ini menjadi lahan yang

subur bagi para kandidat yang memiliki kekuatan finansial yang banyak dan

efeknya pada proses pemilihan yang kurang kridibel sehingga pemimpin yang di

pilihpun kurang aspratis sesuai dengan harapan masyarakat.

Berdasarkan uraian singkat latar belakang tersebut maka ,penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota

Makassar Pada Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2018.

B.Rumusan Masalah.

Beranjak dari latar belakang di atas maka,penulis mengemukakan rumusan

masalah sebagaiberikut:

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat miskin kota Makassar pada

pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018.

5
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi politk masyarakat

miskin kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun

2018.

C. Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan peneliti, maka tujuan

diadakan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk partisipasi masyarakat miskin

kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun

2018.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat miskin kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi

Selatan tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis.

Secara teoritik hasil peniltian mampu menamabah pengetahuan kepada

peneliti pada khususnya dalam pengembangan disiplin ilmu pemerintahan pada

umumnya dalam hal ini berkaitan tentang partisipasi politik masyarakat miskin

kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018.

2. ManfaatPraktis

Secara praktis hasil penelitian semoga menambah wawasan dan

masukan serta referensi dan pendidikan politik bagi masyarakat agar lebih

rsasional dalam berpatisipasi di setiap pesta demokrasi yang ada.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PARTISIPASI POLITIK

1. Pengertian Partisipasi Politik

Pengertian Partisipasi Politik Partisipasi politik sangat erat kaitanya

dengan pemilihan umum karena partisipasi politik adalah penentu keberhasilan

pelaksanaan demokrasi. Imawan (2003:4-5) mengungkapkan bahwa partisipasi

adalah ciri terpenting demokrasi. Artinya tidak ada partisipasi berarti tidak ada

demokrasi. Tanpa adanya partisipasi mustahil produk-produk kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah dapat memenuhi rasa keadilan warga negaranya.

Terkandung tiga macam aspek dalam partisipasi, yang pertama yaitu adannya

kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk mengungkapkan

pandangan dan kepentingannya dalam proses perumusan kebijakan, yang kedua

yaitu adanya kesempatan untuk memperjuangkan pandangan dan kepentingannya

tersebut baik secara individu maupun bersama-sama, yang ketiga yaitu adanya

perlakuan yang sama terutama dari pemerintah yang berkuasa, terhadap

pandangan dan kepentingan yang diperjuangkan oleh warga negaranya..

Teori tentang definisi politik banyak dikemukakan oleh para tokoh,

Axford dan Browning (dalam Handoyo 2008:57) mendefinisikan “politik sebagai

proses dengan mana kelompok-kelompok membuat keputusan- keputusan

kolektif”. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa politik merupakan suatu

proses, proses tersebut dilakukan oeh kelompok- kelompok dalam suatu

masyarakat untuk mencapai keinginan bersama atau tujuan kelompok tersebut.

7
Kemudian Budiardjo yang memahami politik (politics) sebagai bermacam-macam

kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses

menentukan tujuan sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pemahaman

tentang politik ini tidak jauh berbeda dengan Easton yang menyatakan bahwa

politik adalah bermacam-macam kegiatan yang mempengaruhi kebijakan dari

pihak berwenang yang diterima oleh suatu masyarakat dan mempengaruhi cara-

cara untuk melaksanakan kebijakan. (Budiardjo, 2001:13).

Dari kedua pemahaman tersebut, politik dapat dikatakan sebagaim

bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara untuk mempengaruhi kebijakan

yang diambil oleh pemerintah, selain itu kegiatan-kegiatan politik juga dapat

mempengaruhi implementasi dari kebijakan yang telah diputuskan.

Dari beberapa definisi tentang politik, dapat disimpulkan bahwa politik

merupakan suatu peristiwa, kegiatan, usaha atau proses yang melibatkan

pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara dalam membuat kebijakan atau

keputusan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat,

bangsa, dan negara. Setelah kebijakan atau keputusan diambil, keterlibatan

masyarakat juga dapat mempengaruhi implementasi dari kebijakan yang telah

diputuskan.

Huntington dan Nelson (1994:4) mendefinisikan tentang partisipasi,

partisipasi politik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh warga negara preman,

warga negara preman yang dimaksud adalah warga negara biasa yang bukan

pejabat. Tujuan partisipasi politik untuk mempengaruhi pemerintah dalam

mengambil keputusan. Partisipasi politik dapat secara spontan atau secara

8
sinambung, secara damai atau dengan kekerasan, illegal atau legal, efektif

atau tidak efektif.

Kemudian Huntington dan Nelson (1994:6-9) juga mengungkapkan

tentang konsep partisipasi politik. Konsep partisipasi politik ini mengharuskan

beberapa hal yang harus terkandung dalam partisipasi politik. Partisipasi politik

mencakup kegiatan-kegiatan nyata yang bias dilihat dengan kasat mata, berupa

perilaku politik yang nyata bukan sikap-sikap.

Kemudian kegiatan tersebut dilakukan oleh warga negara preman atau

warga negara biasa bukan pejabat. Fokus dari kegiatan partisipasi politik adalah

pejabat umum. Partisipasi politik dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah

dalam membuat suatu kebijakan. Kegiatan tersebut dianggap sebagai partisipasi

politik baik kegiatan tersebut menimbulkan efek maupun tidak menimbulkan efek.

Kegiatan yang dimaksud dalam partisipasi politik adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik

oleh pelakunya sendiri maupun oleh orang lain diluar diri si pelaku. Jadi dapat

dijelaskan bahwa partisipasi politik dapat dikatakan sebagai kegiatan nyata atau

dapat dilihat dengan kasat mata yang dilakukan oleh warga negara untuk

mempengaruhi keputusan pemerintah, kegiatan tersebut termasuk dalam

partisipasi politik baik menimbulkan efek ataupun tidak menimbulkan efek bagi

keputusan pemerintah, tujuan kegiatan tersebut harus dimaksudkan untuk

mempengaruhi kebijakan pemerintah bukan hanya oleh yang melakukan

partisipasi namun di luar yang melakukan partisipasi juga harus bertujuan untuk

mempe ngaruhi keputusan pemerintah.

9
Pengertian partisipasi politik yang diungkapkan oleh Prihatmoko

(2008:46) bahwa partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dikatakan

bahwa partisipasi politik menyoal hubungan antara kesadaran politik dan

kepercayaan kepada pemerintahan. Dari kedua definisi tersebut, dapat dikatakan

bahwa partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara biasa atau warga

negara yang tidak mempunyai kewenangan dalam mempengaruhi proses

pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Partisipasi politik dikemukakan oleh Jalbi (dalam Handoyo, 2008:206)

bahwa partisipasi politik adalah aktivitas yang dengannya individu dapat

memainkan peran dalam kehidupan politik masyarakatnya, sehingga ia

mempunyai kesempatan untuk memberi andil dalam menggariskan tujuan-tujuan

umum kehidupan masyarakat tersebut dan dalam menentukan sarana terbaik untuk

mewujudkanya.

Kemudian Budiardjo (2008:367) menyatakan bahwa partisipasi politik

adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif

dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Dari

pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa partisipasi politik juga merupakan

aktivitas secara aktif seseorang dalam pembuatan keputusan politik dalam

kehidupan politik baik secara langsung maupun tidak langsung.Kegiatan ini

mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,

menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying

10
dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau

salah satu gerakan sosial dengan direct action dan sebagainya.

Kemudian McClosky (dalam Budiardjo, 2008:367) juga mengemukakan

tentang definisi mengenai pasrtisipasi politik, partisipasi politik diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka

mengambil bagian dalam proses pemiihan penguasa, dan secara langsung

mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau

tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Pendapat ini sesuai dengan definisi yang diungkapkan Setiadi dan Kolip

(2013:128-129) bahwa partisipasi politik dipahami sebagai kegiatan seseorang

atau kelompok orang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan

cara memilih pimpinan dan secara langsung atau secara tidak langsung

mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi politik merupakan kehendak

sukarela masyarakat baik individu maupun kelompok dalam mewujudkan

kepentingan umum. Jadi kegiatan-kegiatan partisipasi politik merupakan kegiatan

yang sukarela dalam pengambilan bagian oleh masyarakat untuk ikut secara

langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum.

Alfian (dalam Suparno, 2005:18) mengemukakan bahwa partisipasi politik

merupakan prasyarat mutlak dalam sebuah sistem poitik yang demokratis. Sebuah

sistem politik yang sehat menghendaki terbukanya saluran-saluran komunikasi

politik sebagai bentuk partisipasi politik masyarakat. Komunikasi politik ini akan

mengalirkan pesan-pesan politik yang berupa tuntutan, protes, dukungan (aspirasi

11
dan kepentingan) ke pusat pemprosetan sistem politik, dan hasil pemprosesan itu

menjadi feedback sistem politik. Dari pandangan tersebut partisipasi politik dapat

dikatakan sebagai syarat mutlak dari demokrasi, dengan adanya partisipasi politik

akan terbuka jalan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat berupa pesan-pesan

politik yang berupa tuntutan, protes, dukungan kepada pemerintah. Kemudian

aspirasi tersebut akan menjadi pertimbangan pemerintah untuk membuat suatu

kebijakan.

Luasanya definisi partisipasi politik menjadikan banyak pendapat yang

memberikan batasan tentang partisipasi politik. Gatara (2011:92-93)

mengungkapkan terdapat hal substantif yang menjadi “rambu-rambu” berkenaan

dengan konsep partisipasi politik yaitu; a) berupa kegiatan- kegiatan nyata, b)

bersifat sukarela, c) dilakukan oleh warga negara atau masyarakat biasa, baik

individu maupun kelompok masyarakat, d). Memiliki tujuan ikut serta dalam

kehidupan politik, memengaruhi kebijakan pemerintah dan/ mencari jabatan

politik, e) memiliki tingkatan partisipasi.

Partisipasi politik harus berupa kegiatan-kegiatan nyata. Kegiatan-

kegiatan nyata yang dimaksud disini adalah kegiatan-kegiatan yang bisa diamati

secara kasat mata, bukan sikap-sikap atau orientasi. Kemudian suatu partisipasi

politik juga harus bersifat sukarela. Bersifat sukarela maksudnya kegiatan yang

dilakukan didorong oleh dirinya sendiri atau kesadaran sendiri (self metion),

bukan digerakan oleh pihak lain, seperti bayang-bayang pihak pemerintah.

Desakan manipulasi jika pemicunya adalah pihak lain, kecenderunganya bukan

12
pasrtisipasi politik melainkan mobilisasi politik. Jika pemicunya kesadaran diri

hal tersebut merupakan partisipasi dalam pengertian otonom.

Kultur politik partisipan adalah kultur dalam mana anggota-anggota dari

sistem politik secara eksplisit berorientasi kepada sistem politik dalam semua

aspeknya. Walaupun perasaan-perasaan dan evaluasi-evaluasi mereka dapat

berupa penerimaan hingga penoakan, anggota-anggota individual dari masyarakat

selalu memegang peranan aktifis. Dari pengertian tersebut dapat di simpulkan

bahwa dalam partisipasi politik masyarakat selalu berperan sebagai aktifis baik

masyarakat menerima ataupun menolak suatu kebijakan pemerintah.

2. Bentuk – bentuk partisipasi politik.

Huntington dan Nelson (1994:16-17) menyebutkan jenis-jenis partisipasi

yaitu: a) kegiatan pemilihan mencakup ikut dalam pemungutan suara, kegiatan

kegiatan kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi

seseorang, b) lobbying, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk

menghubungi pejabat-pejabat pemerintahan dan pemimpin-pemerintah politik

dengan maksud mempengaruhi. Contoh yang jelas adalah kegiatan yang ditujukan

untuk menimbulkan dukungan bagi, atau oposisi terhadap, suatu usul legislatif

atau keputusan administrasi tertentu, c) kegiatan organisasi, menyangkut

partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuan

utamanya adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintan, d) mencari

koneksi, merupakan tindakan perorangan yang ditujukan kepada pejabat-pejabat

pemerintahan dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat

13
bagi hanya satu orang atau segelintir orang, e) tindak kekerasan, juga dapat

merupakan satu bentuk partisipasi politik, dilakukan dengan jalan menimbulkan

kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda dengan tujuan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Kemudian mengenai kegiatan kampanye politik yang seringkali

dikategorikan sebagai bentuk partisipasi politik tersebut dijelaskan oleh Lilleker

dan Negrine (dalam Firmanzah, 2008:271) bahwa kegiatan kampanye politik

merupakan periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan,

baik partai politik atau perorangan, untuk memaparkan program-program kerja

dam mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar

memberikan suara kepada mereka sewaktu pecoblosan.Kegiatan kampanye dalam

kaitan ini dilihat sebagai suatu aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik,

pemasangan atribut partai (misalnya umbul-umbul, poster, spanduk) dan

pengiklanan partai.

Menurut Surbakti (2007:142) partisipasi politik sebagai kegiatan

dibedakan menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Yang termasuk

dalam katagori partisipasi aktif ialah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan

umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan

yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan

kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah. Sebaliknya

kegiatan yang termasuk dalam partisipasi pasif adalah kegiatan yang menaati

pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. Jadi

partisipasi aktif berarti kegiatan yang berorientasi pada proses input dan output

14
politik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada

output politik, sejumlah anggota masyarakat yang tidak termasuk dalam katagori

partisipasi pasif maupun partispasi aktif disebut apatis atau gologan putih

(golput).

Milbrath dan Goel (dalam Sahid, 2011:181) membedakan partisipasi

politik dalam beberapa katagori berdasarkan kadar dan jenis aktivitasnya yang

pertama yaitu apatis (masa bodoh), apatis adalah seseorang yang menarik diri dari

aktivitas politik.

Perludem (2014:5) juga menjelaskan beberapa jenis atau tipe pemilih yaitu

rasional, kritis, tradisional, skeptis, dan pragmatis. Jika terdapat pemilih yang

sangat mementingkan kemampuan calon yang akan dipilih maka orang tersebut

dikatagorikan sebagai pemilih rasional. Tipe pemilih yang kritis yang menjadikan

aspek ideologi sebagai penilaian penting selain penilaian atas policy-problem

solving yang ditawarkan.

Kemudian pemilih yang tradisional sangat mementingkan ideologi, sangat

tidak terlalu mementingkan program kerja atau solusi yang ditawarkan

kontestan.Akan menilai dan melihat ketokohan seseorang. Pemilih skeptis, tipe

pemilih ini menggunakan metode acak atau random. Jadi sangat tidak objektif dan

sama sekali tidak cerdas. Kegiatan demontrasi, unjuk rasa yang disertai kekerasan

juga termasuk dalam salah satu bentuk partisipasi yang aktif seperti yang

dikatakan Rush dan Althoff (2005:128) bahwa, “kekerasan dapat

memanifestasikan diri dalam berbagai tingkatan pada suatu hierarki, tidak hanya

dalam bentuk demonstrasi, akan tetapi juga melalui berbagai organisasi politik

15
dan semua pihak.”Jadi bentuk partisipasi politik bukan hanya dapat dilakukan

dengan cara damai tetapi juga dapat dilakukan dengan partisipasi politik tidak

terbatas pada pemberian suara. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ruslan (dalam

Handoyo, 2008:212) bahwa partisipasi politik tidak terbatas pada pemberian suara

dan pencalonan dalam pemilu tapi bentuk-bentuk partisipasi politik lebih

bervariasi dari itu.

Bentuk partisipasi politik lainnya adalah: a) memahami berbagai

persoalan politik dan sosial dengan cara mengikuti berita-berita politik baik

internal maupun eksternal melalui media massa, seminar, symposium, konggres

dan diskusi informal dengan orang lain, b) ikut serta dalam kegiatan kampanye

politik, misalnya kegiatan kampanye penyanderaan masyarakat tentang berbagai

peristiwa politik, c) ikut serta dalam berbagai aksi atau demonstrasi politik yang

bertujuan untuk memberi pengaruh terhadap keputusan publik, d) memberikan

kontribusi nyata dalam berbagai kegiatan, seperti perbaikan lingkungan atau

pelayanan masyarakat dengan usahanya sendiri, e) bergabung dengan suatu partai

politik atau pressure group baik secara aktif maupun biasa-biasa saja. Jadi

meskipun pemberian suara merupakan wujud partisipasi politik yang lebih dikenal

oleh masyarakat, namun beberapa bentuk partisipasi politik di atas juga dapat

dilakukan oleh masyarakat.ekerasan seperti demontrasi.

3. Tipe partisipasi politik

Ada beberapa tipe pemilih dalam pemilihinan umum, hal ini juga dijelaskan

oleh Firmanzah (2007:134-139), bahwa ada beberapa tipologi pemilih yaitu;

a.Pemilih rasional (rational voter).

16
Dalam konfigurasi ini, pemilih memiliki orientasi tinggi pada policy-

problem-solvingdan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal

ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam

program kerjanya.

b. pemilih kritis.

Pemilih kritis merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada

kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menyelesaikan

permasalahan dan tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis.

Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih pada sebuah partai atau

seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah rational voter untuk berpaling

ke partai lain.

c. Pemilih tradisional

Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan

tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau kontestan sebagai sesuatu yang

penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan

kedekatan sosial budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk

memilih sebuah partai politik.

d. pemilih skeptis.

Pemilih ini adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi cukup

tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan

kebijakan sebagai sesuatu yang penting.

Demikian halnya dengan Almond (dalam Gatara, 2011:98)yang

membedakan partisipasi politik menjadi dua bentuk. Pertama yaitu partisipasi

17
politik konvensional, bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi

modern dan patisipasi politik non-konvesional, yaitu kegiatan ilegal dan bahkan

penuh kekerasan (violence) dan revolusioner. Partisipasi politik kovensional,

berupa pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kegiatan kampanye, membentuk

dan bergabung dalam kelompok kepentingan, serta komunikasi kelompok

individual dengan pejabat politik. Partisipasi politik nonkonvensioanal, yaitu

berupa pengajuan petisi, berdemonstrasi/ unjuk rasa konfrontasi, mogok, tindakan

kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk partisipasi

politik jika dilihat dari aktifitasnya dibedakan menjadi partisipasi aktif dan

partisipasi pasif. Kemudian jika dilihat berdasarkan jumlah pelaku dibedakan

menjadi partisipasi individu dan partisipasi kolektif.

4. Fungsi Partisipasi Politik

Lane (dalam Handoyo, 2008:214) menyebutkan, bahwa partisipasi politik

paling tidak memiliki empat fungsi yakni; a) sebagai sarana mengejar kebutuhan

ekonomi, b) sebagai saranamemuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial,

c) mengejar nilai-nilai khusus, d) memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan

kebutuhan psikologi tertentu. Dari empat fungsi tersebut dapat dilihat bahwa

partisipasi politik berfungsi untuk usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan bagi

pelaku partisipasi politik dalam hal ini adalah masyarakat. Pemenuhan Kebutuhan

tersebut dapat berupa kebutuhan ekonomi, kebutuhan bagi penyesuaian sosial,

kebutuhan psikologis tertentu, maupun mengejar suatu nilai-nilai khusus. Semua

18
kebutuhan tersebut berusaha dicapai dengan partisipasi politik yang dilakukan

masyarakat.

Dari empat fungsi tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi politik berfungsi

untuk usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan bagi pelaku partisipasi politik

dalam hal ini adalah masyarakat. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat berupa

kebutuhan ekonomi, kebutuhan bagi penyesuaian sosial, kebutuhan psikologis

tertentu, maupun mengejar suatu nilai-nilai khusus. Semua kebutuhan tersebut

berusaha dicapai dengan partisipasi politik yang dilakukan masyarakat.

Sahid (2011:184) menyimpulkan sebagai berikut. Partisipasi politik

mendorong program-program pemerintah, sebagai institusi yang menyuarakan

kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan

meningkatkanpembangunan, sebagai sarana untuk memberi masukan, saran dan

kritik terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelakanaan program-program

pembangunan.

Dari fungsi diatas dapat dikatakan bahwa partisipasi politik bukan hanya

berfungsi untuk masyarakat tetapi juga berfungsi untuk kepentingan pemerintah.

Fungsi pertama dapat memperlihatkan bahwa dengan adanya partisipasi politik

dari masyarakat akan mendorong program-program pemerintah, karena program-

program kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah untuk kepentingan

masyarakat, bangsa dan negara, jadi tanpa adanya partisipasi dari masyarakat

maka program-program pemerintah tersebut tidak akan berhasil memenuhi

kepentingan masyarakat. Kemudian fungsi kedua, partisipasi politik juga dapat

memberikan suatu arahan atau pertimbangan untuk menentukan suatu kebijakan.

19
Kebijakan tersebut harus mengarah ke peningkatan pembangunan. Selain itu

seperti telah diuraikan fungsi ketiga, partisipasi politik juga berfungsi untuk

member masukan, saran dan kritik terhadap perencanaan dan pelaksanaan

program pemerintah.

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.

Huntington dan Nelson (1994:60) menyatakan sebagai berikut. Di dalam suatu

masyarakat, tingkat partisipasi politik cenderung bervariasi dengan status sosial

ekonomi. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar dan

mempunyai pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih partisipatif dari pada

mereka yang miskin, tak berpendidikan dan memiliki pekerjaan berstatus rendah.

Pembangunan sosial dan ekonomi melibatkan ketegangan dan tekanan antar

kelompok sosial, dan sebagai konsekuensinya, kelompok-kelompok itu harus

masuk dalam dunia politik. Perekonomian yang semakin kompleks menyebabkan

bertambah banyaknya organisasi maupun perkumpulan dan meningkatnya jumlah

orang yang terlibat dalam kelompok-kelompok itu. Pembangunan ekonomi

menghasilkan perluasan penting dari fungsi-fungsi pemerintah. Modernisasi sosial

ekonomi biasanya berlangsung dalam bentuk pembangunan nasional.

Faktor-faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya

pasrtisipasi politik seseorang adalah kesadaran politik dan kepercayaan kepada

pemerintah (sistem politik). Bahwa faktor kesadaran politik, sikap dan

kepercayaan politik sebagai faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

partisipasi politik. Jika seseorang mempunyai kesadaran politik, sikap dan

kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi terhadap pemerintah, maka

20
partisipasinya akan bersifat aktif. Apabila seseorang mempunyai kesadaran politik

sikap, dan kepercayaan kepada pemerintah rendah, maka partisipasi politiknya

akan bersifat apatis.

Selain itu faktor pendorong timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas

dalam proses politik, yaitu; pengaruh dari kaum intelektual, jadi semakin baik

komunikasi politik yang dilakukan kaum intelektual maka masyarakat akan

semakin mengarah ke arah masyarakat yang partisipatif..

Faktor terahir sebagai pendorong utama seseorang untuk berpartisipasi dalam

kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Bahwa status ekonomi yang rendah

menyebabkan seseorang merasa terasing dari kehidupan politik, dan yang

bersangkutanpun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi pada orang yang

memiliki kemampuan ekonomi. Jadi finansial atau materi menjadi faktor penentu

partisipasi politik. Semakin tinggi status ekonomi seseorang maka semakin tinggi

partisipasi politiknya.

6. Tujuan partisipasi politik.

Adanya kondisi masyarakat dengan latar belakan yang berbeda- beda tentunya

setiap warga masyarakat memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda. Demikian

juga dalam partisipasi politik tentu memiliki tujuan tertentu untuk memenuhi apa

yang menjadicita-cita setiap masyarakat. Partisipasi politik bertujuan untuk

mempengaruhi penguasa baik dalam arti memperkuat maupun dalam pengertian

menekanya sehingga mereka memperhatikan atau memenuhi kepentingan pelaku

partisipasi..

21
Bagi pemerintah, partisipasi politik dari warga negaramempunyai Untuk

mendukung program-program pemeritah, artinya peran serta masyarakat

diwujudkan untuk mendukung program politik dan pembangunan. Sebagai

organisiasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi

pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan

B. Masyarakat Miakin Kota.

1. Pengertian masyarakat miskin kota.

Kemiskinan kota memiliki sifat plural sehingga kemiskinan menunjukkan

adanya sekelompok orang yang serba kekurangan. Masyarakat subsisten yang

tidak berpenghasilan atau berpenghasilan tapi rendah, bisa jadi tidak merasa

miskin karena mereka merasa sudah terpenuhi kebutuhannya. Sebaliknya

penduduk urban yang berpenghasilan sedang, mungkin merasa selalu kekurangan

karena gaya hidup hedonis, atau lingkungan budaya tidak sehat. Dalam hal ini

meski kelihatannya mereka berkecukupan, namun apabila selalu merasa

kekurangan, bisa dikatakan miskin (Sulistiyani,2009)

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan masyarakat kota

dengan standar garis kemiskinan (poverty line) makanan dan non makanan. Garis

kemiskinan makanan yaitu nilai pengeluaran konsumsi kebutuhan dasar makanan

setara dengan 2100 kalori per kapita per hari. Garis kemiskinan non makanan

adalah besarnya rupiah untuk memenuhi kebutuhan minimum non makanan

seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan, pakaian dan barang/jasa

lainnya. Garis kemiskinan in.i memiliki kesamaan dengan garis kemiskinan

menurut Bank Dunia yaitu diukur menurut pendapatan seseorang.

22
Sedangkan BKKBN menggunakan satuan rumah tangga untuk mengukur

tingkat kemiskinan.Kemiskinan berada pada keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan

Keluarga Sejahtera 1 (KS1) yang ditandai oleh kesulitan pemenuhan kebutuhan

ekonomi dan non ekonomi. Di samping merujuk kepada individu dan rumah

tangga penduduk miskin, ukuran kemiskinan juga dengan pendekatan melalui

pengamatan daerah miskin. Terdapat hubungan yang kuat antara wilayah miskin

dengan penduduk miskin, sehingga dengan mengetahui wilayah miskin dapat

diharapkan ditemui mayoritas penduduk miskin.

BAPPENAS (2004), dalam Diah, 2007 mendefinsikan kemiskinan

masyarakat kota sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-

laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak

dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,

pendidikan, pekerjan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan

lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan

hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik baik bagi perempuan

maupun laki-laki. Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000) sebagai berikut:

1. Secara Makro Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang,

penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan

kualitasnya rendah;

23
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia

karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga

rendah upahnya pun rendah.

3. Kemiskinan muncul disebabkan perbedaaan akses dan modal. Ketiga

penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious

circle of poverty)

2. Penyebab kemiskinan masyarakat kota

Menurut Sharp dalam Kuncoro (1997), terdapat tiga faktor penyebab

kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, kemiskinan muncul karena

adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan

distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber 18

daya yang terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat

perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

yang rendah berarti produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya

rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya

pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi. Ketiga,

kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.

Menurut Nasikun dalam Suryawati (2005), salah satu sumber dan proses

penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu: population growth, prespektif yang

didasari oleh teori Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur

sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung. Seperti halnya dalam

Mustika (2011), tesis yang paling mendasar dari Malthus adalah bahwa “jumlah

penduduk cendrung meningkat lebih cepat dari persediaan bahan makanan”.

24
Berdasarkan tesis tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk tumbuh bagaikan

deret ukur dan persediaan bahan makanan berdasar deret hitung. Akibatnya

sumber daya bumi tidak mampu mengimbangi kebutuhan manusia yang terus

bertambah dengan cepat. Hal itulah yang menimbulkan kemiskinan.

3. Kriteria masyarkat miskin kota.

BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti

yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005),

rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

berkualitas rendah atau murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia, kayu berkualitas

rendah, tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan ruma

tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air

hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak

tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

25
11. .Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di dokter atau puskesmas/

poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau

pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak

tamat SD/hanya SD

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.

500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya

4. Lingkaran kemiskinan masyarakat kota.

Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan dari

Nurkse. Lingkaran kemiskinan adalah suatu rangkaian kekuatan yang saling

mempengaruhi suatu keadaaan dimana suatu negara akan tetap miskin dan akan

banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih

baik. Adanya keterbelakangan dan ketertinggalan sumber daya manusia (yang

tercermin oleh tingkat pendidikan yang rendah), ketidaksempurnaan pasar, dan

kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas.

Rendahnya produktifitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang

mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya

tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya akumulasi

modal sehingga proses penciptaan lapangan kerja rendah (tercemin oleh tingginya

26
jumlah pengangguran). Rendahnya akumulasi modal disebabkan oleh

keterbelakangan dan seterusnya (Kuncoro, 1997).

C. Kerangka Pikir

Partisipasi politik Sosial ekonomi


masyarakat Faktor yang
miskin kota mempengaruh
Makassar pada i partisipasi Kepercaayaan
pemilihan politik kepada pemerintah
Gubernur masyarakat
Sulawesi Selatan Pengaruh kaum
tahun2018 intelektual

Kepuasan finansial

D.fokus Penelitian.

Pembatasan fokus Penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan

masalah maupun data yang dikumpulkan, dimana fokus merupakan pecahan

dari masalah. Agar Peneliti dengan mudah dalam pencarian data, maka lebih

dahulu ditetapkan fokus penelitian yang dimana fokus penelitaian yaitu:

1. .partisipasi politik masyarakat miskin kota Makassar pada pemilihan

Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi dan menghambat partisipasi politik

masyarakat miskin kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi

Selatan tahun 2018.

27
E. Deskripsi Fokus Penelitian.

Studi tentang partisipasi masyarakat miskin kota Makassar pada tahun

2018 menggunakan mekanisme sebagai berikut:

1. Sosial ekonomi.

pembangunan sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan secara implisit,

mengakibatkan tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi, dan secara implisit,

mengakibatkan suatu pergeseran dari bentuk partisipasi yang dimobilisasi ke

partispasi yang otonom.

2. kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik).

Kesadaran politik, sikap dan kepercayaan politik sebagai faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik. Jika seseorang mempunyai

kesadaran politik, sikap dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi terhadap

pemerintah, maka partisipasinya akan bersifat aktif.

3. Pengaruh dari kaum intelektual.

Semakin baik komunikasi politik yang dilakukan kaum intelektual maka

masyarakat akan semakin mengarah ke arah masyarakat yang partisipatif.

4. Kepuasan finansial.

Status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa terasing dari

kehidupan politik, dan yang bersangkutanpun akan menjadi apatis.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang di butuhkan dalam penelitian ini selama 2 bulan terhitung

setelah pelaksanan ujian seminar, dan lokasi bertempat kota Makassar tepatnya

di Kecamatan Tamalate Kelurahan Parangtambung,dengan alasan bahwa

tingkat masyarakat miskin yang ada masi cukup banyak sekitar 8.123 KK atau

36.531 jiwa sehingga penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat

partisispasi masyarakat miskin kota yang ada di kota Makassar pada pemilihan

Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018 .

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah suatu proses penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-orang

atau perilaku dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan. Salah satu ciri

penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif dimana data di rangkumkan

melalui , gambaran dan bukan angka. Metode penelitian kualitatif ini juga di

istilahkan dengan bentuk naturalistik, karena pengkajiannya berdasarkan

perinsip yang alamih (naturalsetting).(Sugiyono : 2013). Data tersebut lebih

banyak bercerita mengenai objek penelitian sehingga tujuan penelitian dapat

tercapai.

29
2. Tipe penelitian

Menggunakan Tipe penelitian deskriptif yang dimana melalui metode

penelitian kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti

terkait partisipasi politik masyarakat miskin kota pada pilkada serentak tahun

2020 di kota Makassar.

C .Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ada dua yaitu :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang peneliti dapat secara langsung dari

sumbernya yaitu para informan yang menjadi objek penelitian peneliti. Peneliti

mendatangi dan melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan hasil atau

data yang valid dari informan secara langsung agar dalam menggambarkan

hasil penelitian lebih mudah.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh melalui media dengan

maksud untuk melengkapi data primer seperti buku, artikel, internet, atau jurnal

ilmiah yang saling berkaitandari objek yang di teliti sehingga penelitian lebih

akurat.

D.Informan Penelitian

Informan penelitian adalah untuk memperoleh data guna kepentingan serta

adanya hasil, maka diperlukan informan yang memahami dan mempunyai kaitan

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sehingga dalam proses penelitian

peneliti bisa mampu mendapatkan informasi yang akurat dan detail tentang pokok

30
permasalahan yang di teliti oleh penulis. Informan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Informan Keterangan

1. Komisi pemilihan umum kota Makassar 1 orang

2. Pemerintah kelurahan Parangtambung 1orang

3. Masyarakat sebanyak tiga keluarga 3 Orang

Jumlah 5.Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara dalam

pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah tinjauan langsung yang bertujuan dengan

membandingkan referensi atauliteratul yang ada dengan apa yang betul-betul

terjadi/berlangsung dilapangan. Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti

mendatangi lokasi penelitian, selanjutnya melakukan peninjauan serta penilaian

kejadian-kejadianyang terjadi di lokasi penelitian..

2. Wawancara

Wawancara atau diskusi, dilakukan melalui metode formal maupun

informal. Wawancara ini bertujuan untuk memperkuat apa yang telah didapat

dari observasi langsung. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara

mendalam (indepth iterview) yaitu dengan mengumpulkan sejumlah data dari

informandata ini di dapatkan melalui jawaban yang di berikan oleh para

31
informanberdasarkan pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti, sehingga akurasi

dari data bisa diperoleh oleh peneliti.

3. Dokumentasi .

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi merupkan catatan

peristiwa massa lampau. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan

lebih kredibel ( dapat dipercaya) jika didukung oleh dokumentasi.

F.Teknik Analisis Data

Pengujian data yang di lakukan dengan cara pengumpulan data melalui

metodelogi pencatatan ataupun dialektika untuk bisa mendapatkan informasi

yang akurat dan mudah di pahami baik oleh individu ataupun orang lain agar

bisa di gunakan sebagai referensi dalam bertindak.(Sugiyono : 2013).

Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis datacara

padagogik, Milles dan Huberman yaitu terdapat tiga proses yang berlangsung

secara interaktif. Pertama yaitu,penyederhanaan argumentasi berupa,

memfokuskan, pengerucutan, serta penyimpulan informasi dari berbagai

sumber yang didapatkan berupa dokumen, arsip, serta hal lainnya, sementara

jalan memperjelas, memperpendek,membuang yang tidak perlu, menentukan

fokus, lalu mengumpulkan informasi untuk di jadikan sebagai kesimpulan

Kedua,penyaringan data yang di perlukan dengan baik agar lebih mudah untuk

di pahami. Penyaringan bisa berupa matrik, gambar, skema, jaringan kerja,

tabel dan seterusnya. Yang ketiga melakukan penyimpulan sementra secara,

32
terbuka dan skeptic. Kesimpulan akhir akan dilakukan setelah pengumpulan

data berkahir (Sugiyono : 2013).

G.Kebsahan Data

Dalam Penelitian kualitatif, data bisa di katakan akurat ketika terjadi

keselarasan antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang

sesungguhnya terjadipada obyek penelitian.

Untuk menguji kebenaran informasi pada metodologi inidapat digunakan

uji kredibilitas. Menurut (Sugiyono :2013) untuk menguji kredibilitas suatu

penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan

Hal ini di lakukan ketika peniliti masih menemukan kekeliruan dari hasil

penelitiannya sehinga mengharuskan untuk melakukan peninjauan kembali ke

lokasi penelitian sehinga bisah mendapatkan informasi yang lebih akurat lagi

dari apa yang sudah di dapatkan sebelumnya, hal ini juga akan mempererat

hubungan emosional antara peneliti dan masyrakat yang menjadi objek

penelitiannya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati lagi hal yang ingin di teliti dengan cara lebih

memfokuskan diri pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistemmatis dan

lebih jelih lagi untuk melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau

salah.

33
3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasih dengan berbagai cara dan berbagai

kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai

cara.hal ini di lakukan dengan tiga cara yakni triangulasi data berupa pemilihan

dan pemilahan data yang akurat dan tidak akurat. Kedua, triangulasi teknik

yakni berupa mengecek kebenaran data dengan mengujinya dengan satu

sember dengan sumber yang berbeda.Ketiga, triangulasi waktu yaitu data yang

dikumpulkan dengan teknik melihat kondisi sikologis informan yang di nilai

berdasarkan waktu wawancara antara pagi, siang ataupun sore hari.

4. Analisis kasus negative

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak di

temukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang di

peroleh dianggap benar dan di jadikan sebagai referensi.

5. Menggunakan bahan referensi

Hal ini di lakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar

ataupun suara rekaman antara peneliti dan informan sehingga ada pembuktian

yang kongkret bahwa peneliti betul-betul melakukan penelitian dan data yang

di dikumpulkan adalah data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi

peneliti atau opini.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran umum Kota Makassar

a. Sejarah Kota Makassar

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 1959 tentang Pembentukan.Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi,

sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1822. Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan

Undang-UndangNomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor

94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah

Tingkat II Kota praja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya

Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi

Ujung Pandang,wilayahnya di mekarkan dari 21 km2 menjadi 175,77 km2 dengan

mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene

Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971

tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten

Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, Lingkup Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan.

35
Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kota

madya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat

yang didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan

budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis.

b. Luas dan batas wilayah administrasi.

Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan batas-

batas wilayah administrative sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Maros

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa

3. Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros

4. Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan dan 143

Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas kecamatan Biringkanaya, Kecamatan

Tamalanrea, Kecamatan Tallo dan Kecamatan Ujung Tanah. Di bagian selatan

terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini.Di bagian Timur

terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakukang. Dibagian barat

adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang,

Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso. Rincian

luas masing-masing kecamatan, diperbandingkan dengan persentase luas wilayah

Kota Makassar sebagai berikut :

Tabel 4.1 :Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Wilayah Menurut

Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2018

36
Kode Wil Kecamatan Luas Wilayah Presentase Terhadap

Luas Kota Makasar

010 Mariso 1,82 1,04

020 Mamajang 2,25 1,28

030 Tamalate 20,21 11,50

031 Rappocini 9,23 5,25

040 Makassar 2,52 1,43

050 Ujung 2,65 1,50

pandang

60 Wajo 1,99 1,13

070 Bontoala 2,10 1,19

080 Ujung 5,94 3,38

Tanah

090 Tallo 5,83 3,32

100 Panakukang 17,05 9,70

101 Manggala 24,14 13,73

110 Biringkaiya 48,22 27,43

111 Tamalanrea 31,18 27,43

7371 Kota 17.577 100,00

Makassar

Sumber :BPS Kota Makassar Tahun 2018.

Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassarjuga mamiliki wilayah

kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Pulau ini

37
merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan

pulau-pulau sangkarang, atau disebut juga pulau-pulau pabbiring, atau lebih

dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau

Lanjukang (terjauh),Pulau Langkai,Pulau Lumu-Lumu, Pulau Bonetambung,

Pulau Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau

Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Lae-Lae Kecil

(gusung) dan Pulau Kayangan (terdekat).

c. Letak dan Kondisi Geografis Kota Makassar.

Secara geografis Kota Makassar terletak di pesisir Pantai Barat bagian

Selatan Sulawesi selatan, pada koordinat antara 119° 18‟ 27,97” sampai d119°

32‟31, 03” BT dan 5° 30',18" - 5°14‟,49" LS. Ketinggian kota ini bervariasi

antara 0-25 meter dari permukaan laut, suhu udara antara 20°C- 32° C, memiliki

pantai sepanjang 32 km dan areal seluas 175,77 km/persegi, serta terdiri dari 14

Kecamatan dan 143 Kelurahan

Dua sungai besar mengapit Kota ini, yaitu sungai Tallo yang bermuara di

sebelah utara Kota dan sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan

Kota.Kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros sebelah Utara dan

Timur, berbatasan dengan Kabupaten Gowa sebelah Selatan dan berbatasan

dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan di bagian Barat dan Utara, pada

perairan selat Makassar.

Jumlah penduduk Kota Makassar berdasarkan data dari badan pusat

Statistik Tahun 2018, 1.508.154 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota

38
Makassar selain di pengaruhi oleh kelahiran alami juga dipengaruhi oleh arus

migrasi dari daerah yang lain yang masuk ke Kota Makassar.

d. Visi dan Misi Kota Makassar.

Visi Kota Makassar 2005-2025 “ Makassar sebagai Kota Maritim, niaga,

pendidikan, budaya, dan jasa yang berorientasi global, berwawasan lingkungan

dan paling bersahabat”. Berdasarkan analisis terhadap permasalahan

pembangunan dan isu strategis daerah Kota Makassar dengan memperhatikan

sepenuhnya visi kepala Daerah Terpilih, maka visi Pemerintah Kota Makassar

2014-2019 adalah : “Makassar Kota Dunia yang nyaman untuk semua”

Visi tersebut mengandung makna :

1.Terwujudnya kota Maritim yang tercermin pada tumbuh berkembangnya

budaya bahari dalam kegiatan sehari-hari dan dalam pembangunan yang mampu

memanfaatkan daratan maupun perairan secara optimal dengan tetap terprosesnya

peningkatan kualitas lingkungan hidupnya;

2. Terwujudnya atmosfir perniagaan yang aman, lancar dan mantap bagi

pengusaha kecil, menengah maupun besar;

3. Terwujudnya atmosfir pendidikan yang kondusif dalam arti adil dan

merata bagi setiap golongan dan lapisan masyarakat, yang relevan dengan dunia

kerja, yang mampu meningkatkan kualitas budi pekerti dan relevan dengan

pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK);

4. Terwujudnya Makassar sebagai kota maritim, niaga dan pendidikan ini

dilandasi oleh martabat para aparat pemerintah kota, warga kota dan pendatang

yang manusiawi dan tercermin dalam peri kehidupannya yang menjaga

39
keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan

manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Misi dimaksudkan sebagai upaya umum yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi. Adapaun Misi Kota Makassar yaitu :

1. Merekontruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahterah standar

dunia

2. Merestorasi tata ruang Kota menjadi Kota nyaman berstandar dunia.

3. Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik standar dunia

bebas korupsi.

2. Gambaran Umum Kelurahan Parangtambung.

a. Sejarah Kelurahan Parangtambung.

Kelurahan Parangtambung adalah salah satu bagian dari Kecamatan

Tamalate Kota Makassar .Dikutip dari nama Rupabumi nama Parangtambung

terdiri dari dua kata yakni:parang dan tambung .Parang artinya hamparan yang

luas sedangkan sedangkan tambung artinya tinggi atau menumpuk.Kelurahan

Parangtambung di bentuk pada tahun 1992 yang sebelumnya merupakan bagian

dari kelurahan Macini Sombala,Kelurahan ini memiliki kode wilayah

72.71.10.1009.

b. Laus dan batas wilayah administrasi.

Luas wilayah kelurahan Parangtambung tercatat sekitar 0,05 km dengan

batas- batas wilayah administarsi sebagai berikut:

1. Sebelah utar berbatasan dengan Kelurahan Bontoduri.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan sungai je”neberang.

40
3. Sebelah timur berbatasan dengan sungai je”neberang.

4. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Balangbaru.

c. Kondisi Penduduk Kelurahan Parangtambung.

Jumlah penduduk Kelurahan Parangtambung berdasarkan data statistik

tahun 2018 sebanyak 42. 396 orang dengan jumlah rumah tangga atau KK

sebanyak 4.381 KK dengan klasifikasi jender,laki- laki sebanyak 21.245 orang

dan perempuan sebanyak 21.151 orang.

d. Visi dan Misi Kelurahan Parangtambung.

Rumusan visi dan misi merupakan suatu ungkapan dari suatu niat yang

luhur untuk memperbaiki dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan di tingkat Kelurahan baik secara individu maupun secara

kelembagaan sehingga Kelurahan Parangtambung mengalami suatu perubahan

yang lebih baik dan peningkatan kesejahtraan masyrakat di lihat dari segi ekonomi

dengan di landasi dengan semangat kebersamaan dalam peneyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Visi dan Misi Kelurahan

Parangtambung tersebut adalah mewujudkan Kelurahan Parangtambung yang

lebih maju ,mandiri dan berkeadilan menuju masyarakat yang sejahtra ,beriman

dan bermartabat.

Adapun maksud dari visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lebih Maju.

Kelurahan Parangtambung dalam jangka waktu 5 ( lima ) tahun kedepan

harus mampu berada di peringkat teratas dari sector pembanguan dan

41
pelayanan pemerintahan dalam wilayah Kecamatan Tamalate Kota

Makassar.

2. Mandiri.

Kelurahan Parangtambung dalam jangka waktu 5 ( lima ) tahun kedepan

harus mampu melaksanakan pengelolaan pendapatan dan belanja

kelurahan baik dari segi perencanaan maupun dari segi pelaksanaan

administarsi pemerintahan Kelurahan.

3. Berkeadilan.

Pemerintahan Kelurahan Parangtambung dalam melaksanakan

pembangunan dan pelayanan masyarakat secara merata ke seluruh wilayah

Kelurahan dengan berdasarkan program – program prioritas.

4. Sejahtera.

Pemerintah Kelurahan Parangtambung dalam jangka waktu lima tahun

kedepan tidak ada lagi masyarakat yang tidak berkecukupan dari sector

sandang ,pangan dan papan.

5. Beriman.

Kelurahan Parangtambung dalam jangka waktu 5 ( lima ) tahun kedepan

tidak ada lagi yang tidak mampu baca tulis Al-Qur”an yang lebih di

fokuskan pada wajib sekolah usiah dini.

6. Bermartabat.

Pemerintah Kelurahan Parangtambung menentukan arah pembangunan

dan perekonomian secara mandiri dan mendorong berkembangnya

kerakter dan kebudayaan yang mendukung kemajuan Kelurahan.

42
Misi Kelurahan Parangtambung adalah.

a. Memperkuat kelembagaan Kelurahan untuk melayani masyarakat secara

optimal.

b. Bersama masyrakat dan kelembagaan Kelurahan melaksanakan

pembangunan yang partisipastif.

c. Mewujudkan kelurahan yang aman ,tentam ,maju ,mandiri dan berdaya

saing tinggi.

B. Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Makassar Pada

Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2018.

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang melakukan proses

pilkada serentak yang di laksanakan pada tanggal 27 Juni 2018 untuk memilih

Gubernur Sulawesi Selatan priode 2018 – 2023. Namun dalam proses pilkada

tersebut tingkat partisipasi masyrakat masi rendah,terutama di kota Makassar.

Berdasarkan data dari KPU Sulawesi Selatan tingkat partisipasi masyarakat di

kota Makassar masi sekitar 61,6% dari jumlah pemilih yang ada.

Partisipasi politik yang merupakan wujud pengejawantahan kedaulatan

rakyat adalah suatu hal yang sangat fundamental dalam proses demokrasi. Ia

memiliki makna yang sangat penting dalam bergeraknya roda dan sistem

demokrasi. Apabila masyarakat, memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, maka

proses pembangunan politik akan berjalan dengan baik, sehingga akan sangat

berarti pula terhadap perkembangan bangsa dan Negara.

Oleh karenanya tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan

umum, termasuk pemilihan kepala daerah merupakan hal yang sangat penting

43
pula untuk ditilik, karena rendah atau tingginya suatu partisipasi merupakan sinyal

dan indicator penting terhadap jalannya proses demokasi dan pengejawantahan

dari kedaulatan rakyat. Partisipasi politik di Indonesia membawa tuntutan yang

besar kepada perubahan sistem dan kehidupan masyarakat di Indonesia.

Partisipasi politik sebagai hal yang penting dalam perkembangan kehidupan

bangsa dan negara.

Pilkada secara langsung memberikan kesempatan yang luas kepada

masyarakat untuk terlibat di dalam berbagai proses politik. Di pilihnya system

pilkada langsung ini mendatangkan optimisme pesimisme tersendiri.Pilkada

langsung di nilai sebagai perwujudan hak – hak dasar masyarakat di daerah

dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rekrutmen pemimpin daerah

sehingga ada kehidupan demokrasi di tingkat lokal.

Partisipasi masyarakat miskin kota tentu harus di pahami bahwa banyak

dari masyarakat miskin kota ini kalau diamati ternyata tidak memiliki kesadaran

politik ketika mengikuti aktifitas politik, seperti memberikan dukungan suara

dalam pilkada.

Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui apa sesungguhnya makna dari

respon politik yang merekalakukan. Apalagi jika ditambah dengan kecenderungan

stimulus politik yang berasal dari lingkungan sekitar mereka yang penuh dengan

rekayasa dari para politisi yang haus kekuasaan dan diorientasikan untuk

mendapatkan dukungan masyarakat.Seringkali fenomena masyarakat miskin

dalam berpolitik dikaitkn dengan perilaku yang apatis. irasional, dan cenderung

tertutup.

44
1. Sosial ekonomi.

Pembangunan sosioal ekonomi yang lebih tinggi, dan secara implisit,

mengakibatkan tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi, dan secara implisit,

mengakibatkan suatu pergeseran dari bentuk partisipasi yang pasif ke partispasi

yang lebih aktif. Karena kesejahtraan merupakan salah satu hal yang paling

penting untuk di lakukan oleh seorang kepala daerah ,jika masyarakatnya sudah

sejahtra secara ekonomi maka tingkat kepercayaan mereka terhadap pemimpin

terutama seorang kepala daerah akan juga semakin baik dengan sendirinya maka

tingkat partisispasi akan semakin baik.

Berikut ini hasil wawancara dengan salah satu informan yakni masyrakat

kelurahan Parangtambung, terkait dengan partisipasi politik masyrakat miskin

kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi - Selatan tahun 2018 yang

mengatakan bahwa:

“kami sebagai warga masyarakat tentunya menginginkan seorang pemimpin


kepala daerah yang mampu mendengarkan suara kami untuk bagaimana bisa
memberikan kesejahtraan pada kami teutama sosal ekonomi.apalagi kami
sebagai masyrakat yang terbelakang maka kami sangat mengharapkan bahwa
pemimpin yang kami pilih bisa mampu menjawab segala kebutuhan kami
terutama kebutuhan dasar kami sebagai masyrakat.Sehingga kita bisa merasa
bahwa suara yang kami berikan saat memilih pemimpin tidak sia- sia tetapi
bisa berdampak terhadap perubahan hidup kami.”( Hasil wawancara dengan
AS pada tanggal 12 juni 2020).
Di lihat dari hasil wawancara yang di sampaikan oleh informan di atas maka

dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Salah satu fariabel yang paling banyak

mempengaruhi partisipasi masyarakat miskin kota adalah faktor ekonomi karena

faktor ekonomi merupakan hal yang paling dasar yang harus di penuhi oleh

seorang kepala daerah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.Hal ini karena

45
keterbelangkangan secara ekonomi akan berdampak pada partisipasinya

masyarakat yang nantinya juga akan berefek pada kualitas seoarang pemimpin

atau kepala daerah yang di pilih oleh masyrakat.

Namun terkadang masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih

mapan tidak selamanya juga aktif dalam setiap aktifitas politik, malahan lebih

banyak aktif untuk berpartisipasi adaah masyarakat yang memiliki ekonomi

rendah .Hal ini bisa di lihat seperti pemasangan baliho,atau jadi saksi dan

sebagainya lebih banyak di lakukan oleh orang yang memiliki status sosial

ekonomi rendah akan tetapi yang mendorong meraka untuk melakukan itu adalah

adalah faktor ekonomi.

Status sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi sikap politik individu

maupun masyarakat yang biasa apatis atau partisipatif dalam patisipasi

politiknya.Karena status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang

cenderung apatis dalam berpolitik begitupun sebaliknya tingkat pendapatan yang

tinggi ,pendidikan yang tinggi dan status sosial yang tinggi cenderung

mempengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat tersebut.

Pemilih yang pada umumnya yang terdiri dari berbagai status sosial, dalam

memilih seseorang ada faktor status sosial ekonomi yang mempengaruhinya.Maka

dari ungkapan tersebut dapat di katakana bahwa status sosialekonomi seseoarang

selalu berkorelasi dan sebagai salah satu variabel yang menentukan terwujudnya

partisipasi politik pemilih dalam proses politik.

Hal ini juga di sampaikan oleh salah satu informan yakni DA bahwa:

“kami akan selalu mendukung siapapun pemimpin yang mampu memberikan


kelayakan hidup terhdap kami dan selalu melindungi hak – hak sosial

46
ekonomi yang kami miliki jangan sampai kami memilih sesorang yang tidak
mau memberikan kesejahtraan kepada kami serta merusak tatanan sosial yang
selama ini kami bangaun bersama .”(Hasil wawancara dengan DA pada
tanggal 12 juni 2020).
Sesuai dengan hasil wawancara yang di sampaikan oleh informan diatas maka

dapat di simpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin haruslah bisa

memberikan kesejahtraan pada masyarakat terutama persoalan ekonomi apalagi

mereka yang punya latar belakang ekonimi rendah atau yang berada di garis

kemiskinan.jika seorang pemimpin tidak mampu menguraikan persoalan –

persoalan rakyat secara baik maka tingkat kepercayaan mereka terhadap kepala

dearah akan semakin hilang sehingga dengan sendirinya partisipasi masyrakat

akan menurun dengan sendirinya.

Status sosial ekonomi seseorang seperti tingkat pendidikan,kekayaan

ataupun status sosial lainnnya sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik hal

ini di karenakan minat politik seseorang akan bertambah bersamaan dengan

berubahnya kondisi sosial ekonomi seseorang. Kerakteristik sosial seseorang

kerakter sosial masyarakat menyangkut status sosial ekonomi,kelompok ras,etinis

dan agama seseorang bagaimanapun juga lingkungan sosial itu ikut

mempengaruhi presepsi ,sikap dan prilaku seseorang dalam aktivitas politik

.Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang lebih rasional yang menghargai

nilai- nilai demokrasi tentu akan mau juga memperjuangkan tegaknya nilai

tersebut dalam bidang politik.

Hal ini juga di sampaikan oleh Kepala Lurah Kelurahan Parangtambung

bahwa:

47
“untuk menjadi seorang pemimpin harus memperhatikan kesejahtraan bagi
warganya apalagi persoalan ekonomi hal itu adalah kebutuhan dasar
masyrakat oleh karena itu sudah semestinya harus selalu menjadi prioritas
pembanguan bagi seorang pemimpin apalagi seorang kepala daerah yang
mendapat amanah langsung dari rakyat saat pemilihan sehingga untuk bisa
menigkatkan partisipasi masyrakat maka sangat di butuh perhatian dari
seorang kepala daerah untuk bisa memberikan kesejahtraan secara ekonomi
kepada masyarakat apalagi masyarakat miskin di satu sisi meraka tidak punya
pengetahuan yang mapan tentang persoalan politik kedekatan emosional
terhadap seoarang calon kepala daerah juga kurang jadi, hanya factor
ekonomilah yang menjadi dasar bagi mereka untuk bisa berpartisipasi”(Hasil
wawancara dengan MB pada tangga 13 juni 2020).
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Masyarakat

miskin di kelurahan Parangtambung dalam memberikan partisipasi sangat di

tentukan oleh faktor ekonomi yang menjadi jembatan untuk mereka bisa

menentukan pilihan politik kepada seoarang kepala daerah sebab masyakat miskin

juga masi kurang secara pendidikan dan tidak memiliki ikatan emosional yang

begitu kuat dengan seoarang calon kepala daerah maka faktor ekonomi serta

kesejahtraan sosialah yang menjadi indikator utama bagi masyarakat miskin kota

dalam memberikan partisipasi politik.

Oleh karena itu untuk bisa meningkatkan partisipasi politk masyrakat miskin

kota maka tugas seorang pejabat politik atau kepala daerah adalah bagimana

berbuat dan mengabdikan seluruh tenaga dan pikiran serta waktu untuk

kesejahtaan masyrakat terutama dalam hal ekonomi sehingga segala orentasi

pembangunan bisa punya dampak terhadap kelayakan hidup masyrakat sehingga

masyrakat bisa turut serta dalam setiap kebijakan yang di lakukan oleh seorang

kepala daerah .Sebab di era sekarang tingkat partisipasi politik bukan di lihat dari

48
letak geografi dimana masyarakat itu berada tapi sangat di tentukan oleh situasi

kondisi sisielekonomi yang berada di sebuah daerah tersebut.

2. Kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem

politik).

Kesadaran politik merupakan perasaan bahwa dirinya di perintah dan percaya

bahwa mereka dapat sedikit banyak mempengaruhi pemegang kekuasaan atau

percaya bahwa mereka memiliki efek politik .Seseorang di anggap memiliki

kesadaran politik apabila ia telah menyadari dan mengetahui hal – hal yang terkait

dengan sistem politik baik dari segi uoput maupun input.

Kesadaran politik, sikap dan kepercayaan politik sebagai faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik. Jika seseorang mempunyai

kesadaran politik, sikap dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi terhadap

pemerintah, maka partisipasinya akan bersifat aktif. Seseorang yang mempunyai

kesadaran politik yang cukup besar dan memiliki pengetahuan mengenai politik

yang cukup luas, dan sadar akan haknya sebagai warga negara maka ia akan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan pemilihan kepala daerah, tidak lagi

memikirkan status sosial ekonomi yang mereka miliki. Sehingga jika masyarakat

memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, maka proses pembangunan politik akan

berjalan dengan baik.

Berikut ini hasil wawancara dengan salah satu informan yakni masyrakat

kelurahan Parangtambung, terkait dengan partisipasi politik masyrakat miskin

49
kota Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018 yang

mengatakan bahwa:

“kami sebagai masyrakat ketika berpartisapasi yang aktualnya pada saat


memberikan hak suara pada pemilihan tentunya kami telah memberikan
mandate kepada pemimpin untuk mengatur kehidupan kami sebagai
rakyat.Sehingga kepercayaan dan amanah yang kami berikan itu di jalankan
secara baik tentunya itu akan punya efek terhadap rakyat banyak,sehingga
rakyat akan mendukung segala kebijakan yang di ambil oleh pemerintah
namun jika amanah itu tidak di dijalankan secara baik tentunya kami akan
selalu mengawasinya”(Hasil wawancara dengan MS pada tanggal 13 juni
2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa :

partisipasi yang di berikan oleh rakyat saat pemilihan tentunya itu merupakan

pelimpahan mandate kepada seorang pemimpin dan itu bukan hanya di maknai

sebagai pemenuhan hak konstitusional sebagai warga Negara semata tapi sebagai

sebuah bentuk kepercayaan kepada seorang pemimpin terutama kepala daerah

untuk bisa mengorganisisr kehidupan mereka. Upaya mengorganisir itu tentunya

melalui kebijakan yang mampu mengokomudir kepentingan rakyat apalagi

masyrakat miskin.

Salah satu varibael penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi

politik seseorang adalah kesadaran politik artinya jika seseorang yang memiliki

kesadaran politk maka ia akan memiliki kesadaran akan posisi dirinya dalam

sebuah tatanan kehidupan bernegara.Sebab partisipasi politik yang di landasi

dengan kesadaran politik maka akan mendorong individu dalam mengunakan hak

pilihnya secara rasional.Partisipasi politik tanpa kesadaran politik itu bisa saja

terjadi, seperti pada kasus pemilih yang hanya menggunkan hak pilihnya namun

sebenarnya ia hanya asal memilih saja.Sebaliknya ,partisipasi politik yang di

50
landasi dengan kesadaran politik maka akan menghasilkan pilihan yang baik dan

sesuai dengan aspirasi yang bersangkutan.

Oleh sebab itu untuk bisa meningkatkan partisipasi masyarakat maka sangat di

butuhkan peran penting dari pemerintah untuk bisa atau mampu memberikan

kepercayaan kepada masyarakat hal ini menyangkut bagaiaman penilaian dan

apresiasinya terhadap pemerintah baik terhadap kebijakan – kebijakannya ataupun

terhadap penyelenggara pemerintahannya .Penilaian ini merupakan rangkaian dari

kepercayaannya, baik yang menyangkut pemerintah itu dapat di percaya ataupun

tidak.Artinya, jika mereka memandang pemerintah tidak dapat di pengarungi

dalam proses pengambilan keputusan politik ,maka bagi mereka beratisipasi

secara aktif adalah hal yang sia –sia .

Hal senada juga di sampaikan oleh masyarakat Kelurahan Parangtambung saat

di wawancara sebagai berikut:

“jika suara serta amanah yang kami berikan itu di dengar dan di laksanakan
maka kami msayarakat akan merasa puas tapi, terkadang suara kami hanya di
dengar oleh pemimpin hanya pada saat mereka kampanye untuk merebut suara
kami setelah itu suara kamipun di lupakan apalagi kami yang notabenenya
masyrakat msikin sangat susah sekali suara kami di dengar sehingga terkadang
kami malas untuk berpartisipasi pada saat pemiluh kenapa kerna siapapun
pemimpinnya nasib kami sebagai orang miskin tidak akan berubah dan kami
akan begitu terus.” (Hasil wawancara dengan DA pada tanggal 12 juni 2020).
Dari hasil wawancara tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa masyakat

akan berpartisipasi secara baik ketika apa yang menjadi harapan mereka di

wujudkan secara baik oleh pemerintah jika tidak maka ada sikap acuh tak acuh

yang hadir di dalam masyrakat tentang politik dan pemerintah dan hal ini akan

menghambat proses partisipasi yang mereka lakukan dan hal ini menjadi

tanggungjawab dari seorang pemerintah dalam hal ini kepala daeah baik di tingkat

51
Provinsi ataupun Kabupaten /Kota untuk terus menigkatkan partisipasi masyrakat

melalui penyerapan aspirasi masyarakat dan tidak membangun jarak bersama

masyarakat sehigga ada rasa kepercayaan terhadap pemimpin dan system politik

yang ada.

Partisipasi politik sangat erat sekali kaitannya dengan kesadran politik,kerna

seseorang yang semakin sadar dirinya di perinntah ,orang kemudian menuntut

untuk di berikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah.sehingga sangat

di butuhkan kesadaran individu terhadap pentignya pemilu kerna satu suara sangat

berpengaruh.Maka dengan kesadaran politik di harapkan mampu untuk

melahirkan individu yang dapat bertanggungjawab terhadap sikap ataupun

tindakannya terhadap proses politik tanpa ada gangguan dari pihak manapun.

Sehimgga melalui pemberian suara atau kegiatan lainnya terdorong oleh

keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kegiatan mereka akan tersalurkan

atau sekurang –kurangnya di perhatikan,dan bahwa mereka sedikit banyak dapat

mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwewenang untuk membuat

keputusan yang mengikat.Dengan kata lain mereka percaya bahwa kegiatan

mereka mempunyai efek politik.

Selanjutnya hasil wawancara dengan salah satu anggota KPU yang


menyatakan bahwa:
“ Sebagai penyelenggara kita tentunya sudah berupaya secara semaksimal
mungkin untuk meningktakan partisipasi masyrakat dengan terus memperbaiki
system serta mekanisme tehnis yang ada untuk mempermudah masyarakat dalam
berpastisipasi. Namun tidak bisa kita pungkiri juga bahwa masi ada saja
masyarakat yang belum bisa berpartisipasi secara baik mungkin ini di
karekanakan bahwa peraktek dari prilaku para politisi kita sendiri yang belum
mampu memperbaiki system politik kita yang ada dengan berbuat sesuatu untuk
rakyat banyak.Hal ini bisa kita lihat bahwa ada sebagian pandangan masyarakat

52
yang menganggap bahwa politik itu sesuatu yang kotor atau tipu muslihat dan ini
merupakan satu bentuk ketidak percayaan masyarakat terhadap system politik kita
hari ini. Seharusnya para politisi kita juga bisa bekerjasama dengan kita yang ada
sebagai penyelenggara agar bisa membangun mitra untuk memperbaiki system
politik kita yang ada.”(Hasil wawancara dengan AR pada tanggal 13 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan peneliti dengan informan

diatas maka dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa, kurangnya partisipasi yang

di lakukan oleh masyrakat bukan kerna persoalan kurangnya menejemen tehnis

yang di lakukan oleh para penyelenggar pilkada akan tetapi memang di sebabkan

dari peraktek para politisi kita yang belum mampu mengurai persoalan rakyat

secara baik sehingga ada rasa ketidakpercayaan dari masyrakat terhadap

pemerintah yang ada dan membuat masyrakat merasa apatis dan acuh tak acuh

dalam memberikan partisipasinya.

Sehingga kita butuh upaya dan kerjama yang baik dari setiap komponen

yang ada untuk sama –sama memperbaiki system politik kita yang ada dengan

terus memberikan keyakinan pada masyarakat bahwa salah satu varibael yang

mampu merubah hidup mereka adalah persoalan politik tentunya pandangan ini

harus juga di dukung dengan kerja – kerja praktis yang nyata bersentuhan dengan

hal- hal pokok yang menjadi kebutuhan masyrakat dengan agar ada rasa

kepercayaan yang hadir di lingkungan masyarakat untuk bisa menaruh harapan

pada pemerintah maka dengan sendirinya mereka akan berpartisipasi.

3. Pengaruh dari kaum intelektual.

Semakin baik komunikasi politik yang dilakukan kaum intelektual maka

masyarakat akan semakin mengarah ke arah masyarakat yang partisipatif. Di era

informasi ini, sangat mudah rasanya menyebarkan berbagai ide, pikiran, gagasan,

53
dan sebagainya. Banyak di antara kaum intelektual bidang politik yang

menyampaikan opininya terhadap suatu permasalahan politik tertentu di berbagai

media. Bagi para konsumen media, hal tersebut dapat meningkatkan partisipasi

politik mereka, atau bahkan sebaliknya, membuat mereka semakin antipati

terhadap politik.

Berikut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat Kelurahan

Parangtambung tentang partisipasi politik masyarakat miskin kota Makassar pada

pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018 yang menyatakan bahwa:

“kami sebagai masyrakat miskin yang punya pendidikan sangat standar


tentunya sangat membutuhkan proses pendidikan politik agar kami bisa
memikirkan secara betul tentang pilihan politik yang kami berikan sehingga
dalam memberikan pilihan politk itu kami tidak butah karena selama ini jarang
sekali kami di berikan pendidikan politik palingan ujung – ujungnya pada saat
kampanye dan sosialisai dan sebagainya baru kami di berikan pengetahuan
tentang bagaiman itu politik dan bagaimana itu meilih pemimpin yang baik.
Tapikan itu pada saat kampanye jadi pastilah kita tau maksud mereka
setelahnya itu tidak perna lagi ada pelatihan pendidikan politik dari para
politisi yang kami dapatkan.jadi kalau tidak ada seperti itu kami hanya
mendapatkan pemahaman politik hanya melalui media social itupun kalau kita
yang sering mengunakan itu secara baik.”(Hasil wawancara dengan DA pada
tanggal 12 juni 2020).
Dari uraian hasil wawancara yang di lakukan peneliti dengan informan diatas

maka dapat di tarik satu kesimpulan bahwa masyarakat Kelurahan Parangtambung

dalam melakukan partisipasi belum berdasarkan kajian dan analisa yang baik hal

ini di karenakan prose pendidikan politik yang kurang masksimal yang di lakukan

oleh para kaum intelektual.Seharusnya hal ini menjadi tanggungjawab bersama

antara pihak penyelenggara pilkada dengan partai politik yang sebagai pelaku

politik di setiap konstalasi demokrasi yang ada di setiap daerah .Apalagi dengan

kemajuan zaman yang semakin berkembang denga tehnoliogi dan informasi yang

54
serba terbuka seharusnya ada proses edukasi politik di public sehingga bisa

mempengaruhi sikap masyrakat dalam menenrukan sikap politik yang mereka

berikan.

Pentingnya sosialisasi ini agar dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman masyrakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya dapat

mendorong tumbuhnya partisipasi yang maksimal dalam system politiknya,kerna

hal ini sejalan dengan konsep demokrasi ,yaitu dari,oleh dan untuk rakyat yang

berarti rakyat harus berpartisipasi dalam kehidupan politik. Proses sosialisasi

politik tersebut di harapkan dapat merata di seluruh lapisan masyarakat agar

pengetahuan dan pemahan tentang kehidupan politik tidak hanya menjadi

monopoli di kalangan elit politik.

Hal serupa juga di sampaikan oleh salah satu warga masyarakat Kelurahan

Parangtambung yang mengatakan bahwa:

“sebagai masyarakat yang minim secara pengetahuan kami tentunya sangat


mengaharapkan peran dari orang – orang mempunyai pengetahuan agar
mampu memberikan didikan politik kepada kami agar dalam memberikan
pilihan politik kami bisa mengerti bagaimana harus memberikan dukungan
terhadap kandidat yang mampu mendengar suarah kami dari masyrakat
bawah.Karena terkadang kami selaku masyrakat selalu di bohongi dengan
janji –janji yang tidak pasti dari para politisi yang mencalonkan diri sebagai
kepala daerah dan banyak juga dari kaum terpelajar yang dating memberikan
pendidikan politik terhadap kami tapi tidak pernah punya kemandirian
malahan pembicaraannya terkadang lebih mengarahkan kami untuk
memberikan dukungan terhadap kandidat tertentu seperti timsukses atau
mereka itu tim pemenangan dari kandidat tertentu.” (Hasil wawancara dengan
DA pada tanggal 12 juni 2020).
Dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti dengan masyrakat di atas maka

dapat di ambil kesimpulan bahwa masyrakat dalam memberikan partisipasi politik

sangat mengharapkan pendidikan politik dari kaum intelektual yang kompetibel

55
dalam bidang politik yang secara otonom tanpa interfensi dari kandidat manapun

tetapi seseorang inteleual yang secara objektif mampu memberikan proses edukasi

politik yang baik agar bisa mempengaruhi sikap serta pola piker politi yang

selama ini sudah rusak di mata masyarakat akibat prilaku para actor politik yang

lebih mementingkan urusan pribadi atau kelompok ketimbang mengurusi urusan

masyrakat.

Hal ini memang sangat penting jika kita mengharapkan perubahan dalam

kondisi social kemasyrakatan maka sangat di butuhkan perbaikan system politik

kita yang ada dan awalnya harus berangkat dari cara masyarakat dalam memilih

seorang pemimpin dan itu butuh kerja – kerja intelektual yang berada di luar

system untuk selalu memberikan pendidikan politk hal ini bisa di lakukan dengan

turun langsung kelapangan untuk berbaur dengan masyarakat atau bisa memalui

media masa sebagai langka strategis dalam mempengaruhi presepsi masyarakat

dalam memberikan proses partisipasi untuk mengurangi peraktek-peraktek yang

inkonstitusional yang ada dalam sistem perpolitikan kita seperti tindakan mani

politk dan sebagainya.

Selain itu hasil wawancara peneliti dengan salah satu anggota KPU kota

Makassar yang menyatakan bahwa:

“Teman – teman di KPU sudah berupaya semaksimal mungkin untuk


selalu memberikan proses pendidkan politk kepada masyrakat bahkan kita
selalu bekerja sama dengan teman- teman yang berada di bawaslu agar
mereka terus memberikan edukasi kepada warga masyarakat agar bisa
bersikap secara ilmiah dan rasional dalam menentukan pilihan politik
mereka,hal ini di lakukan melalui jalur – jalur sosialisai serta seminar-
seminar tentang pendidikan politik.Jadi upaya itu sudah kita lakukan yang
kita harapkan juga keikutsertaan teman-teman intelektual yang paham
tentang persoalan politik terutama mereka yang akedemisi untuk mari kita
sama- sama bekerja untuk memperbaiki system politik kita dengan cara

56
terus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.”(Hasil
wawancara dengan AR pada tanggal 13 Juli 2020).
Di tilik dari hasil wawancara yang di sampaikan informan tersebut maka

dapat kita ambil kesimpilan bahwa : untuk memperbaiki pola serta system politik

yang ada sekarang maka sangat di butuhkan kerjasama yang maksimal antara

setiap komponen yang ada baik itu pihak yang berada di dalam system politik

maupun yang berada di luar sistem terutama kaum inteletual atau para akedemisi

yang ada untuk bisa berkolaborasi secara baik untuk meningkatkan partisipasi

politik masyarakat melalui proses pendidikan politk sehingga masyrakat bisa

paham dan tidak butah tentang persoalan politik.

Jika upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat miskin kota itu

hanya di berikan kepada institusi – instusi atau lembaga Negara maka hal ini

cukup sulit karena kerja – kerja kelembagaan terikat dengan regulasi yang ada dan

itu kurang maksimal karena yang mereka lakukan hanya pada momen ketika

menjelang proses pemilihan seorang kepala daerah,sehingga kita butuh kerjasama

dengan dukungan moril dari setiap pihak yang ada untuk terus berkolaborasi

dalam upaya meningkatakan partisipasi politik masyrakat miskin kota.

4. Kepuasan Finansial.

Kepuasan finansial yang rendah menyebabkan seseorang merasa terasing dari

kehidupan politik,dan yang bersangkutanpun akan menjadi apatis.Rendahnya

status social ekonomi masyrakat di khawatirkan memicu partisipasi politik yang

tidak sesuai harapan.Masyarakat dapat saja memilih pihak dengan janji

kesejahtraan social tanpa secara realistis mempertimbangkan kelayakan dan

kualitas pihak yang di pilih. Selain itu ketidak puasan finansial ini menyebabkan

57
masyrakat dengan muda memilih pihak yang dengan langsung dapat memberikan

keuntungan finansial maupun ekonomi.

Pendapatan tinggi memudahkan orang menanggung beban finansial akibat

keterlibatannya dalam proses pemilu para pemilih yang tingkat pendapatannya

rendah cenderung menunjukkan angka ketidakhadiran cukup tinggi. Sebaliknya,

pemilih yang berlatarbelakang pendapatan tinggi cenderung menunjukkan angka

ketidakhadiran dalam pemilu rendah”.

Berikut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat Kelurahan

Parangtambung tentang partisipasi masryrakat miskin kota Makassar pada

pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018 yang menyatakan bahwa:

“selaku masyrakat yang tidak memiliki kelayakan hidup tentunya kami sangat
tidak mengharapkan hal yang banyak dari pemerintah karena terkadang kami
selalu di bohongi oleh pemerintah yang kami pilih sendiri dengan janji politik
yang merekan yakinkan pada kami di saat musim kampanye tapi setelah
mereka di pilih janji itupun hilang sehingga terkadang dengan kodisi yang
terbelakang secara ekonomi ini membuat kami acu tak acuh sama soal politik
kerna siapapun pemimpinnya kondisi hidup kami tidak berubah kami tetap
menjadi orang miskin.” (Hasil wawancara dengan DA pada tanggal 12 juni
2020).
Dari hasil wawancara dengan informan di atas maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa: masyarakat dalam memberikan partisipasi politik sangat di

pengaruhi oleh tingkat kepuasan finansial yang mereka miliki terkadang jika

kondisi finansial mereka rendah maka masyrakat akan sangat apatis terhadap

partisipasi mereka kerna mereka beranggapan bahwa partisipasi politik

sebagai upaya untuk melakukan proses rotasi kepemimpinan di tingkat daerah

tidak memberikan dampak yang begitu besar terhadap perubahan hidup

mereka.

58
Sehingga proses partisipasi yang mereka berikan bukan atas dasar

pertimbangan yang matang akan tetapi diberikan kepada para kandidit yang

mampu memberikan kepuasan finansial kepada mereka pada saat proses

pilkada itu berlangsung dan hal ini akan menjadi lahan yang empuk bagi para

kandidat yang memiliki kekuatan finansial yang mapan.

Biasanya seseorang dengan tingakat kepuasan finansial yang tinggi akan

selalu aktif dalam memberikan partisipasi politik hal ini di karenakan tidak

adanya kesibukan untuk menghabiskan waktu dalam mencari kepuasan

finansial sehingga mereka lebih banyak untuk melibatkan diri dalam proses

politik yang terjadi .

Hal ini juga di sampaikan oleh salah satu masyarakat Kelurahan

Parangtambung yang menyatakan bahwa:

“Bagaiman kami masyrakat miskin ini bisa berpartisipasi secara baik


sementara di setiap proses pergantian kepala daerah nasib kami tidak
pernah berubah sehingga dengan kondisi dan latar belakang kehidupan
yang serba pas –pasan itu kami lebih banyak menghabiskan waktu untuk
mencari nafka ketimbang libatkan diri dalam urusan politik yang belum
tentu mampu memperbaiki hidup kami sebagai masyrakat miskin.palingan
yang paling aktif dan berperan dalam setiap proses pilkada daerah itu
hanya orang – orang yang memiliki kekuatan uang yang banyak sementara
kami hanya di butuhkan pada saat suara kami di berikan setalah itu
kamipun tidak lagi di butuhkan. ”(Hasil wawancara dengan MS pada
tanggal 13 juni 2020).
Dari hasil wawancara dengan informan di atas maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa: proses partisipasi politik yang masyrakat berikan sangat

bergantung pada kondisi finansial yang mereka miliki hal ini seharusnya menjadi

perhatian khusus bagi setiap pemimpin daerah yang ada untuk bagaiman bisa

59
mampu memberikan kelayakan hidup bagi setiap warganya tanpa memandang

status social yang ada sehingga jalan mendistribusikan keadalian secara merata.

Bahwa masi banyak masyarakat yang mengggap barpartisipasi dalam hal

politik dengan memberikan hak suara kepada seseorang yang tidak bisa di percaya

adalah tindakan yang sia- sia saja hal inilah yang menyebabkan masi rendahnya

partisipasi politik yang di lakukan oleh masyarakat dengan kondisi finansial yang

belum cukup.

Sehingga jika kita ingin memperbaiki kondisi demokrasi kita yang ada

maka hal – hal seperti ini harus menjadi perhatian yang serius dari seorang kepala

daerah maupun setiap politisi yang ada untuk bisa mampu memberikan kelayakan

hidup pada masyrakat terutama mereka yang memiliki kekurangan finansial

sebagai langkah dalam upaya meningkatkan partisipasi mereka.

Selain itu juga berikut hasil wawancara dengan pak Lurah Kelurahan

Parangtambung tentang partisipasi politik masyrakat miskin kota Makassar pada

pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2018 yang menyatakan bahwa:

“Memang di kelurahan Parangtambung ini masih banyak masyarakat yang


tertinggal secara ekonomi sehingga kami sebagai lurah yang notabennya
sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah yang lebih di atas selalu
berupaya untuk terus memberikan kelayakan hidup bagi setiap masyrakat yang
ada agar mereka punya sikap dan kerakter yang pasti dalam berpartisipasi
dalam artian ketika mereka berpartisipasi mereka tidak terjebak dengan
praktek – praktek yang jahat dari seorang politisi yang mencalonkan diri
sebagai seorang kepala daerah..”(Hasil wawancara dengan MB pada tangga 13
juni 2020).
Dari hasil wawancara yang di lakukan dengan informan di atas maka dapat

di ambil kesimpulan bahwa: tingkat partisipasi politik yang di lakukan oleh

masyrakat kelurahan Parangtambung ternyat masi kurang dari harapan hal ini

60
di karenakan bahwa masi banyak masyarakat yang kurang secara finansial

yang tinggal di daerah tersebut hal ini butuh sebuah upaya peningkatan

kesejahtraan yang serius dari seorang kepala kelurahan untuk bisa

memberikan kesejahtraan secara ekonomi bagi setiap masyarakat yang ada.

Agar partisipasi bisa kita tingkatkan maka kita butuh upaya untuk bisa

mampu meningkatkan taraf hidup masyrakat hal ini juga sebagai upaya untuk

menghindari praktek yang menyimpang dari politisi yang memliki kekuatan

modal yang banyak sehingga seorang kepala daerah yang terpilih adalah betul-

betul seorang kepala daerah yang memiliki kapabilitas dan interritas yang

mampu mensejahtrakan rakyatnya.

61
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan.

Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas terkait dengan partisipasi politik

masyarakat miskin kota Makassar pada pemiihan Gubernur Sulawesi –Selatan

tahun 2018 ,maka dapat di ambil kesimpulannya sebagai berikut:

1. Partisipasi politik masyarakat miskin kota Makassar pada pemilihan

Gubernur Sulawesi –Selatan tahun 2018 cukup bagus.Hal ini disebabkan

oleh adanya kesadaran masyarakat untuk datang memilih cukup banyak

atau meningkat dengan adanya: (a) Bentuk partisipasi politik yaitu adanya

partisipasi masyarakat dalam megikuti pemilihan umum; (b) Alasan

Partisipasi Politik yaitu beberapa alasan masyarakat miskin kota Makassar

dalam memberikan partisipasinya seperti adanya pengaruh kondidisi

socialeknomi masyarakat, kesadaran politik dan kepercayaan kepda

pemerintah, pengaruh dari kaum intelektual dan keadaan finansial (c) Tipe

Partisipasi Politik yaitu partisipasi yang di mobilisasi dan partisipasi

otonom.

2. Bahwa partisipasi politik masyarakat miskin kota Makassar pada

pemilihan Gubernur Sulawesi – Selatan tahun 2018 yang ada di Kelurahan

Parangtambung lebih banyak di pengaruhi oleh factor kondisi ekonomi

serta masi kurangnya proses pendidkan politk yang di lakukan.

62
B. Saran.

Dari hasil penelitian tentang partisipasi politik masyarakat miskin kota

Makassar pada pemilihan Gubernur Sulawesi-Selatan tahun 2018 di Kelurahan

Parangtambung dapat penulis sarankan yaitu:

1. Perlunya adanya pendidikan politik dan komunikasi yang baik kepada

masyarakat agar masyarakat lebih cerdas dalam mengikutu pemilihan

umum utamanya dalam pemilihan Gubernur Sulawesi - Selatan sebagai

kepala daerah.

2. Perlu adanya kerjasama yang baik antara setiap eleman yang ada baik itu

dari partai politik maupun penyelenggara untuk bisa bekerjasama secara

baik untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

63
DAFTAR PUSTAKA

Samuel, H,Nelson.1994. Partisipasi Politik Di Negara Berkembang. jakarta:


Raneka Cipta.
Maryam, B. 2008. dasar – dasar ilmu politi. jakarta: geremedia Pustaka Utama.
Maryam, B. 2007. Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta : Gramedia.
Moesafa, Joko,Prihatmoko. 2008. Menang Pemilu di Tengah Oligarki Partai
politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryadi, S.2001 Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pengembangan Demokrasi,
Jakarta : LP3ES.
Suwando, K.2004.Partisipasi dan Demokrasi Dinamika Politik Lokal di Indonesia,
Salatiga : Pustaka Percik.
Kartono, K. 2010. Pendidikan Politik Sebagai Bagian Dari Pendidikan Orang
Dewasa, Jakarta : Mandar Maju.
Handoyo,Eko. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negri Semarang
pers
Suleman, Zulkarnain. 2014. Demokrasi Untuk Indonesia Pemikiran Politik Bung
Hatta, Jakarta: Gramedia.
Setiadi, Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Halim,Rahmawati. 2016 .Partisipasi politik teori dan praktek.Makassar: CV Sah
Media
Gatara, A, A, Sahid. 2011. Ilmu Politik Memahami dan Menerapkannya.Jakarta:
Pustaka Setia.
Alfian. 2005. Perkembangan Ilmu Politik di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Firmansyah. 2008. Marketing Politik Antara Pemahaman Dan Realitas. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Surbakti. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Syarbaini, Syahril. 2002. Sosiologi Dan Politik. Jakarta: Ghania Indonesia.

64
Sulistiyani, Ambar. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mudrajat, Kuncoro. 2000. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP. Yayasan
Yayasan Keluarga Pahlawan Indonesia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Yogyakarta
:Rajawali Pers.
Nur, Chotimah. 2015. Partisipasi Politik Pemilih Pemula di Desa Karangsari
Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas Pada Pemilihan Presiden 2014
. Skiripsi di Terbitkan:Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Universitas
Negri Semarang.

Amaliah, Muhajirah, Alimudin. 2015. Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota


Dalam Pemilihan Presiden 2014 di Kota Makassar. Jurnal Ilmu
Pemerintahan vol.5.
Wardani, Kusuma. 2013. Pengaruh Pengangguran, Pengeluaran Pemerintah Dan
Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan Kab/Kota di Jawa Tengah
Tahun 2006-2010. Skiripsi di Terbitkan: Fakultas Ekonomi Universitas
Negri Semarang.
Nasikun, J. 2010. Penanggulangan Kemiskinan Kebijakan Dalam Perspektif
Gerakan sosial. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik vol 6.
Rustanto,B. 2015 . Menangani Kemiskinan.Bandung: Rosda

65
RIWAYAT HIDUP

Nama Muklisin Said lahir di desa Kalikur WL Kabupaten

Lembata Nusa Tenggara Timur pada tanggal 24 oktober

1993.Penulis lahir dari pasangan Usman Said dan Latifa

Mau merupakan anak ke empat dari dari lima bersaudara.

Pada tahun 2001 penulis mulai masuk sekolah

Dasar Negri Waikoro ( SDN) dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan

sekolah tingkat pertama pada tahun itu juga di MTSN Negri 1 Lembata dan lulus

tiga tahun kemudian pada tahun 2010 .Selanjutnya masuk pada sekolah menengah

atas di SMA Darul Istiqamah Makassar dan lulus pada tahun 2013.

Setelah satu tahun kemudian penulis melanjutkan kulia pada Universitas

Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan

Ilmu Pmerintahan

66

Anda mungkin juga menyukai