Anda di halaman 1dari 93

INOVASI PELAYANAN PUBLIK BAGI MASYARAKAT MISKIN

KOTA DI KECAMATAN RAPPOCINI ,KOTA MAKASSAR

Disusun dan Diusulkan Oleh:

Muhammad Syakir

1056 40187214

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
INOVASI PEALAYANAN PUBLIK BAGI MASYARAKAT MISKIN
KOTA DI KECAMATAN RAPPOCINI ,KOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh Muhammad Syakir


Nomor Stambuk: 105640187214

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Muhammad Syakir

Nomor Stambuk 105640187214

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri

tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau

melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di

kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 01 Oktober 2019

Yang Menyatakan,

Muhammad Syakir
ABSTRAK

Muhammad Syakir, 2020. Inovasi Pelayanan Publik Bagi Masyarakat


Miskin Kota di Kecamatan Rappocini, Kota Makassar (di bimbing oleh Abd
Mahsyar dan Ahmad Taufik)

Penelitian ini membahas mengenai Inovasi Pelayanan Publik Bagi Masyarakat


Miskin Kota di Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian kualitatif dan tipe penelitian yaitu deskriptif kualitatif
dengan jumlah informan sebanyak 3 orang. Teknik pengumpulan data yaitu
Observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis hasil menggunakan analisis dari
indikator Kualitas Pelayanan Publik menurut Sinambella Tahun 2006 yaitu
Transparansi, Akuntabilitas, Kondisional, Partisipatif, Kesamaan Hak, dan
Keseimbangan Hak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Inovasi
Pelayanan Publik Bagi Masyarakat Miskin Kota di Kecamatan Rappocini, Kota
Makassar merupakan upaya Pemerintah Kecamatan Rappocini dalam mengambil
Kebijakan inovasi pelayanan publik melalui program PELOR (Pelayanan Motor
Lorong’ta) dengan upaya menyesuaikan pelayanan yang diberikan Pemerintah
dengan kebutuhan masyarakat yang padat dengan aktivitas dan keterbatasan
akses.

Kata Kunci : Inovasi, Pelayanan Publik, Masyarakat Miskin


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh

makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi

kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.

Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian

yang berjudul “Inovasi Pelayanan Publik Bagi Masyarakat Miskin Kota

Di Kecamatan Rappocini Kota Makassar”.

Penulisan skripsi ini guna bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana ilmu pemerintahan dari program studi Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Saya menyadari bahwa untuk

menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun saya

meyadari begitu banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abd. Mahsyar, M.Si selaku

pembimbing I dan Bapak Ahmad Taufik, S.IP.,M.AP selaku pembimbing II, yang

selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis,

melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak dari awal

sampai selesainya skripsi ini.

Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan

penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuannya terutama kepada:


1. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si dan bapak Ahmad Harakan, S.IP, M.Hi

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Pihak kecamatan Rappocini,dan Kelurahan Gunung Sari Kota Makassar

6. Teman kelas IP A yang telah menemani perjuangan dari semester 1 sampai

sekarang dan teman-teman IP angkatan 2014 yang selalu mengsuport.

7. Sahabat seperjuangan skripsi yang rasa saudara tak sedarah penulis yang

selalu menemani suka dan duka penulis yaitu Tanete Dg Maraja, muklisin

said, Dian Ernaya, Muhammad Sufriadi, alamsya, Hamzah, Malady Sumay.

8. Keluarga penulis yang telah memberikan support dalam penulisan skripsi.

Ucapan terima kasih yang teristimewa dan terdalam penulis kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda Mustary Daeng Ngitung dan Ibunda Hatija, karena

semua usaha penulis tidak berarti apa-apa tanpa adanya pengorbanan dan

dorongan semangat yang sangat luar biasa dari beliau yang selalu suka rela

melakukan segala hal, memberikan doa yang tulus, motivasi, nasehat serta
bimbingan dan membesarkan penulis dengan penuh kasih saying. Terima kasih

juga untuk saudara sedarah saya yaitu Muh Said, Muh Syafaruddin, Muh syahril,

syunarti dan syanti, yang selalu menyayangi dan memberi semangat untuk terus

melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Teriring doa semoga Allah SWT

menjadikan pengorbanan dan kebaikan itu sebagai cahaya penerang di dunia

maupun di akhirat kelak.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan

manfaat kepada para pembaca guna menambah Khasanah Ilmu Pengetahuan

terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan.

Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi

Wabarakatu

Makassar, 01 Oktober 2019

Penulis,

Muhammad Syakir
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM PENGUJI.................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.......................iv

ABSTRAK............................................................................................................v

KATA PENGANTAR.........................................................................................vi

DAFTARISI..........................................................................................................ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................6

C. Tujuan Penelitian.................................................................................6

D. Manfaat Penelitian...............................................................................7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Inovasi....................................................................................8

B. Konsep Pelayanan Publik....................................................................18

C. Konsep Kemiskinan.............................................................................26

D. Pelayanan Motor Lorong’ta.................................................................29

E. Kebaruan penelitian.............................................................................31

F. Kerangka Pikir.....................................................................................32

G. Fokus Penelitian..................................................................................33

H. Deskripsi Fokus Penelitian..................................................................34


BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian...............................................................35

B. Jenis dan Tipe Penelitian.....................................................................35

C. Sumber Data........................................................................................36

D. Informan Penelitian.............................................................................37

E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................38

F. Teknik Analisis Data...........................................................................39

G. Keabsahan Data...................................................................................40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gamaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................43

B. Inovasi Pemetintah Daerah Dalam Pelayanan Motor Lorong’ta

Di Kecamatan Rappocini Kota Makassar.........................................58

C. Kendala dalam pelayanan motor lorong Ta’ di kecamata raoppocini

kota makassar.....................................................................................68

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................69

B. Saran....................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Call Center Pelayanan (PELOR).............................................................30

Tabel 2. Informan Penelitian.................................................................................35

Tabel 3. Luas Wilayah Kelurahan.........................................................................43


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan pelayanan

yang baik yaitu pelayanan prima, memuaskan pelanggan dalam mewujudkan

good governance. Dewasa ini tuntutan masyarakat mengenai pelayanan publik

pada instansi pemerintahan semakin besar mengingat tingkat mobilitas

masyarakat yang meningkat. Upaya untuk menjawab tuntutan tersebut dapat

dilakukan melalui reformasi birokrasi atau reformasi pelayanan publik.

Tuntutan-tuntutan masyarakat tentu harus dijawab oleh pemerintah dengan

membuat sebuah inovasi yang berpihak dan menguntungkan bagi masyarakat.

Dalam hal ini penerapan inovasi pelayanan publik harus mampu memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkan pelayanan menjadi

lebih cepat dan transparan, sehingga pelayanan publik menjadi lebih efektif

dan efisien.

Pemerintah pada awalnya dibentuk untuk menghindari keadaan dimana

sebuah wilayah yang dihuni oleh masyarakat serba mengalami kekacauan.

Aktivitas pemerintah dalam upaya memelihara kedamaian dan keamanan suatu

wilayah menjadi kewenangan utama baik secara internal maupun eksternal.

Sebagaimana tujuan utama dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga

suatu sistem ketertiban dimasyarakat, bisa menjalani kehidupannya secara

wajar. Dengan kata lain, pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat
yang merupakan fungsi primer dari pemerintah. Hubungan antara sesama

manusia memanglah sangat diperlukan dalam menunjang keberlangsungan

hidup masing-masing.

Pelayanan publik di Indonesia mempunyai peran penting bahkan vital

pada kehidupan ekonomi dan politik. Pelayanan publik juga merupakan unsur

paling penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial di dalam masyarakat

manapun. Secara ideal, tujuan utama pemerintah tersebut berada (Saragih) .

Mengingat pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan

ekonomi dan politik. Tetapi, kualitas pelayanan publik sampai saat ini secara

umum masih belum baik. Buruknya kualitas pelayanan publik menimbulkan

krisis kepercayaan di masyarakat terhadap birokrasi publik. Krisis kepercayaan

ditunjukkan dengan munculnya berbagai bentuk protes dan demonstrasi

kepada birokrasi baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan,

pendidikan, akses tehadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender dan

kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak hanya dipahami sebagai

ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan

perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani

hidupnya secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum

meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup,dan rasa aman dari

perlakuan atau ancaman kekerasan. Sedangkan berdasarkan aspek sosial,


perkembangan wilayah perkotaan dapat dilihat dari adanya perubahan pola

pikir dan gaya hidup masyarakatnya.

kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas

kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila

ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan,

kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran

ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya sumberdaya

manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan normal maupun nonformal

yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan

informal.

Inovasi menjadi suatu keharusan yang mesti dilakukan agar keberadaan

pemerintah menjadi bermakna di mata rakyatnya sesuai dengan pemikiran Van

Vierlo. Inovasi tidak hanya penting untuk meningkatkan pelayanan tetapi juga

untuk meningkatkan kapabilitas pemerintah. Keberadaan pemerintah daerah di

mana pun juga adalah di maksudkan untuk menghasilkan output.

Penyelenggaraan output pemerintahan oleh daerah adalah berupa percepatan

kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui pemberdayaan masyarakat,

peran serta masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah. Oleh karena itu

inovasi kelembagaan atau inovasi dalam bidang organisasi menjadi penting

dalam praktek pennyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pemerintah kota Makassar di kecamatan Rappocini mengembangkan

inovasi dalam pelayanan publik untuk memajukan daerah Kota Makassar dan
mensejahterakan masyarakatnya. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik, dijelaskan masyarakat berhak mendapatkan pelayanan yang

berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan (pasal 18). Pelayanan

publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap

warga Negara dan penduduk atas barang,jasa, atau pelayanan administratif

yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik berdasarkan peraturan

Pemerintah Daerah melalui inovasi dalam UU No. 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah. Dalam Bab XXI bertajuk Inovasi Daerah. Dari Pasal

386 hingga Pasal 390 UU 23/2014, menjelaskan bahwa dalam rangka

peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Instansi pemerintahan yang bergerak di bidang pelayanan publik,

Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang baik dari

birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan

karena pada kenyataannya pelayanan publik yang terjadi selama ini masih

berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan karena membutuhkan waktu

yang panjang dalam proses pengurusannya. Kecenderungan seperti itu terjadi

karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan

yang dilayani.

Di kota Makassar tingkat kemskinan masih terbilang sangat tinggi,

karena dari 14 kecamatan sesuai data kemensos 2017 angka ke,miskinan di

kota Makassar sebesar 228,091 jiwa. tentu berbagai upaya telah di lakukan

oleh pemerintah kota Makassar tetapi masih jauh dari kata berhasil, terbukti
dari beberapa wilayah yang ada di kota Makassar kususnya kec rappocini

kelurahan gunung sari. Beberapa masyarakat di kelurahan gunung sari yang

memliki keterbatasan dalam akses pelayanan, maka hadirlah inovasi pelayan di

kecamatan rappocini dengan sebutan pelor (pelayanan motor lorong) untuk

memudahkan masyarakat dalam pelyanan administrasi.

Pelor atau Motor Pelayanan Lorongta’. Sebanyak 11 unit motor dari

Pemkot Makaassar untuk para Lurah yang ada di Kecamatan Rappocini.

Dalam hal Mengenai bentuk inovasi Pelayanan publik, Program pelayanan

motor lorong’ta menerapkan mekanisme jemput bola yang merupakan suatu

inovasi pelayanan yang langsung berhubungan kepada masyarakat dengan

hanya menghubungi call center kecamatan atau kelurahan yang berada di

wilayah kecamatan rappocini, maka petugas pelayanan akan langsung

menuju rumah atau alamat warga tersebut.

Motor pelayanan lorongta’ ini di luncurkan pada Januari 2017, sejauh

ini masyarakat tidak pernah terkendala dengan prosedur yang ada karena

prosedurnya sangat mudah untuk semua kalangan masyarakat. Namun,

setelah melakukan observasi untuk mengamati pelaksanaan program Pelayanan

Motor Lorongta’, dibalik prosedur yang sangat mudah hal yang menjadi

masalah sampai saat ini menyangkut program Motor Pelayanan lorongta’ yakni

masalah ketepatan waktu. Ketetapan waktu yang di maksud adalah masih

banyak masyarakat yang mengeluh karena harus menunggu lama untuk

mendapatkan pelayanan administrasi motor lorongta’, serta kurangnya SDM


dan prasarana yang di sediakan oleh pihak kecamatan cukup menjadi hambatan

dalam penyelenggaraan inovasi pelayanan motor lorongta.

Sudah banyak yang melakukan penelitian tentang pelayanan namun

masing-masing daerah memiliki karakter tersendiri dalam melakukan

pelayanan, baim dari jenis pelayanan, kualitas pelayanan dan hambatan-

hambatan yang dilakukan pada saaat melakukan pelyanan

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Inovasi Pelayanan Publik Bagi Masyrakat Miskin

Kota di Kecamatan Rappocini Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti

berusaha seoptimal mungkin mengkaji masalah dengan batasan:

Bagaimana Inovasi Pelayanan Publik Bagi Masyrakat Miskin Kota

dalam Pelayanan Menggunakan Motor Lorong’ta (PELOR) di

Kecamatan Rapocini Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan dari penelitian

ini adalah :

Untuk mengetahui Inovasi Pelayanan Publik Bagi Masyrakat Miskin Kota

dalam Pelayanan Menggunakan Motor Lorong’ta (PELOR) di Kecamatan

Rapocini Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis.

Dapat di jadikan sebagai pedoman dan panduaan untuk penelitian

selanjutnya dan dijadikan sebagai bahan kajian dan diskusi pemekiran

tentang inovasi pelayanan publik bagi masyarakt msikin kota.

2. Manfaat praktis.

Dapat di jadikan sebagai bahan referensi dan panduan bagi kecamatan

yang lain dalam sektor inovasi pelayanan publik. serta sebagai bahan

evaluasi bagi kecamatan terkait untuk lebih meningkatkan pelayanan yang

memberikan kemudahan pada masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Inovasi

1. Pengertian Inovasi

Istilah inovasi memang selalu diartikan secara berbeda-beda oleh

beberapa ahli. Inovasi dalam konsep yang luas sebenarnya tidak hanya

terbatas pada produk. Inovasi dapat berupa ide, cara-cara ataupun obyek

yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi juga

sering dugunakan untuk merujuk pada perubahan yang dirasakan sebagai

hal yang baru oleh masyarakat yang mengalami. Namun demikian, dalam

konteks pemasaran dan konteks perilaku konsumen inovasi dikaitkan

dengan produk atau jasa yang sifatnya baru. Baru untuk merujuk pada

produk yang memang benar-benar belum pernah ada sebelumnya di pasar

dan baru dalam arti ada hal yang berbeda yang merupakan penyempurnaan

atau perbaikan dari produk sebelumnya yang pernah ditemui konsumen di

pasar (Ikhsani, 2016)

Kata inovasi dapat diartikan sebagai proses atau hasil pengembangan

dan atau pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk

keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau

memperbaiki produk, proses yang dapat memberikan nilai yang lebih

berarti. inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan

jasa baru, tindakan menggunakan sesuatu yang baru. Sedangkan menurut

Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama (Nurdyansyah &

8
Fahyuni, 2016), bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari

suatu gagasan baru atau dengan kata lain merupakan mobilisasi

pengetahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan

produk, proses dan jasa baru Namun menurut, inovasi adalah kesuksesan

ekonomi dan sosial berkat diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru

dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output yang

menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilaiguna dan harga

yang ditawarkan kepada konsumen dan/atau pengguna, komunitas, sosietas

dan lingkungan.

Hampir sama dengan inovasi organisasi yang didefinisikan sebagai

cara-cara baru dalam pengaturan kerja, dan dilakukan dalam sebuah

organisasi untuk mendorong dan mempromosikan keunggulan kompetitif.

Inti dari inovasi organisasi adalah kebutuhan untuk memperbaiki atau

mengubah suatu produk, proses atau jasa. Inovasi organisasi mendorong

individu untuk berpikir secara mandiri dan kreatif dalam menerapkan

pengetahuan pribadi untuk tantangan organisasi. Semua organisasi bisa

berinovasi termasuk untuk organisasi perusahaan, rumah sakit,

universitas, dan organisasi pemerintahan (Suwarno, 2020). Pentingnya

nilai, pengetahuan dan pembelajaran dalam inovasi organisasi sangat

penting

Menurut inovasi biasanya erat kaitannya dengan lingkungan yang

berkarakteristik dinamis dan berkembang. Pengertian inovasi sendiri sangat

beragam, dan dari banyak perspektif. menjelaskan bahwa inovasi adalah

sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit
adopsi lainnya. Sedangkan menurut Damanpour bahwa sebuah inovasi dapat

berupa produk atau jasa yang baru, tekonologi proses produk yang baru,

sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota

organisasi (Wahyudin & Susilana, 2011).

Menurut Rogers dalam (Supriyanto, 2016) mengatakan bahwa inovasi

mempunyai atribut sebagai berikut:

1. Keuntungan Relatif

Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih

dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai

kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang

membedakannya dengan yang lain.

2. Kesesuaian

Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain

dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang

lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor

biaya yang sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari

proses transisi ke inovasi terbaru. Selain itu juga dapat memudahkan

proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih

cepat.

3. Kerumitan

Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat

kerumitan yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi

sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara


yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada

umumnya tidak menjadi masalah penting.

4. Kemungkinan Dicoba

Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti

mempunyai keuntungan atau nilai dibandingkan dengan inovasi yang

lama. Sehingga sebuah produk inovasi harus melewati fase uji publik,

dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji

kualitas dari sebuah inovasi.

5. Kemudahan diamati

Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi bagaimana sebuah

inovasi bekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli maka peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa inovasi merupakan suatu penemuan baru yang berbeda

dari yang sebelumnya berupa hasil pemikiran dan ide yang dapat

dikembangkan juga diimplementasikan agar dirasakan manfaatnya.

Inovasi erat kaitannya teknologi dan informasi, khususnya internet,

memiliki peranan penting dalam meningkatkan transparansi.

mengelompokkan manfaat tekonologi informasi dan komunikasi dalam dua

kelompok, yaitu (Supriyanto, 2016):

1. Manfaat pada Tingkat Proses


a. biaya transaksi bagi masyarakat untuk akses ke informasi pemerintah

dan mengirim informasi ke pemerintah, mengurangi biaya bagi

pemerintah untuk menyediakan inoformasi.

b. Menghemat waktu: mempercepat proses internal dan proses

pertukaran data dengan instansi lain.

c. Mengurangi keterbatasan: dimanapun, kapanpun informasi dan

layanan pemerintah dapat diakses oleh masyarakat.

d. Keputusan yang lebih baik: pimpinan dapat mengontrol kinerja

stafnya, mengontrol kegiatan, ataupun mengontrol kebutuhan.

2. Manfaat pada Tingkat Pengelolaan

a. Merubah perilaku aparatur: mengurangi interes pribadi dan

meningkatkan interes rasional atau nasional. Misalnya dalam

mengurangi tindakan korupsi, mengurangi pemalsuan, kerja lebih

efektif dan efisien dan perlakuan terhadap masyarakat yang lebih

setara dalam pelayanan publik.

b. Merubah perilaku masyarakat: partisipasi yang lebih besar terhadap

proses pemerintahan dan memperluas kesempatan pemasok untuk

ambil bagian dalam pelayanan pengadaan barang atau jasa.

c. Pemberdayaan: meningkatkan keseimbangan kekuatan antar

kelompok, melalui kemudahan, akses ke informasi kepemerintahan.

Pemberdayaan aparatur lebih meningkat melalui akses ke informasi

yang dibutuhkan mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya,

pemberdayaan pemasok melalui akses ke informasi tentang pengadaan


barang dan jasa dan pemberdayaan manajer melalui akses ke

informasi mengenai stafnya dan sumberdaya lainnya.

2. Jenis-Jenis Inovasi

Jenis-jenis inovasi menurut diharapkan dapat memberikan masukan

yang positif dalam menciptakan inovasi, jenis-jenis inovasi tersebut antara

lain (Prabawati, 2011):

a. Inovasi Terus Menerus

Adalah modifikasi dari produk yang sudah ada dan bukan

pembuatan produk yang baru sepenuhnya. Inovasi ini menimbulkan

pengaruh yang paling tidak mengacaukan pola perilaku yang sudah

mapan. Contohnya, memperkenalkan perubahan model baru,

menambahkan mentol pada rokok atau mengubah panjang rokok.

b. Inovasi Terus Menerus Secara Dinamis

Mungkin melibatkan penciptaan produk baru atau perubahan

produk yang sudah ada, tetapi pada umumnya tidak mengubah pola yang

sudah mapan dari kebiasaan belanja pelanggan dan pemakaian produk.

Contohnya antara lain, sikat gigi listrik, compact disk, makanan alami

dan raket tenis yang sangat besar.

c. Inovasi Terputus
Melibatkan pengenalan sebuah produk yang sepenuhnya baru yang

menyebabkan pembeli mengubah secara signifikan pola perilaku mereka

Contohnya, komputer, videocassete recorder.

3. Tipologi Inovasi

Inovasi yang berhasli merupakan kreasi dan implementasi dari proses,

produk layanan dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil

pengembangan nyata dalam hal efesiensi, efektivitas atau kualitas hasil.

Inovasi produk atau layanan berasal dari perubahan bentuk dan desain

produk atau layanan sementara inovasi proses berasal dari gerakan

pembaruan kualitas yang berkelanjutan dan mengacu pada kombinasi

perubahaan organisasi, prosedur, dan kebijakan yang di butuhkan untuk

berinovasi (Wicaksono, 2019). Inovasi dalam metode pelayanan adalah

perubahan baaru dalam hal berinteraksi dengan pelanggan atau cara baru

dalam memberikan pelayanan.

Inovasi dalam strategi atau kebijakan mengacu pada visi, misi, tujuan

dan strategi baru beserta alasannya yang berangkat dari realitas yang ada

(Rahmi, 2019). Jenis lain yang kini juga berkembang adalah inovasi dalam

interaksi system yang mencakup cara baru atau yang diperbarui dalam

berinteraksi dengan actor-aktor lain atau dengan kata alain adanya

perubahan dalam tata keloala pemerintah (changes in governance).


4. Kategori Inovasi

Dilihat dari segi proses, inovasi juga dapat di bedakan dalam dua kategori

yaitu (Ridlowi & Himam, 2018):

1. Sustaining innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang

membawa perubahan baru namun dengan tetap mendasarkan diri pada

kondisi pelayanan dan system yang sedang berjalan atau produk yang

sudah ada.

2. Discontinues innovation (inovasi terputus) merupakan proses inovasi

yang mebawa perubahan yang sama sekali baru dan tidak lagi berdasar

pada kondisi yang sudah ada sebelumnya

5. Level Inovasi

Aspek penting lain didalam inivasi kajian inovasi adalah berkenaan

dengan level inovasi yang mencermikinkan variasi besarnya dampak

ditimbulkan oleh inovasi yang berlangsung. Kategori level inovasi ini

dijelaskan oleh Mulgan dan Albury berentang mulai dari incremental, radikal,

sampai transformative (Zakso, 2010).

1. Inovasi incremental berarti inovasi nyang terjadi membawa perubahan-

perubahan kecil atau proses layanana yang ada. Umumnya sebagian

inovasi berada dalam level ini dan jarang sekali membawa perubahan

terhadap struktur organisasi dan hubungan keorganisasian. Walaupun

demikian inovasi incremental memainkan peran penting dalam

pembaruan sektor publik karena dapat melakukan perubahan kecil yang

dapat ditetapkan secara terus-menerus, dan mendukung rajuitan pelayana


yang responsive terhadap kebutuhan lokal dan perorangan, serta

mendukung nilai tambah uang (value for money).

2. Inovasi radikal merupakan perubahan mendasar dan pelayanan publik

atau pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proses

keorganisasian dan pelayan. Inovasi jenis ini jarang sekali sekali di

lakukan karna membutuhkan dukungan politik yang sangat besar karena

umumnya memliliki resiko yang lebih besar pula. Inoavsi radikal

diperlukan untuk membawa perbaikan yang nyata dalam kinerja

pelayanan publik dan memenuhi harapan pengguna layanan yang lama

terabaikan.

3. Inovasi transformative atau system membawa perubahan dalam struktur

angkatan kerja dan keorganisasian dengan menstranformasi semua sektor

secara dramatis mengubah keorganisasian. Inovasi jenis ini membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan

membutuhkan perubahan mendasar dalam susunan sosial, budaya dan

organisasi

6. Faktor Penghambat Inovasi

Inovasi tidak terjadi secara mulus atau resistensi. Banyak dari kasus

inovasi diantaranya justru terkendala oleh berbagai faktor. Biasanya budaya

menjadi faktort penghambat terbesar dalam mempenetrasikan sebuah inovasi.

Hambatan inovasi diidentifikasi ada delapan jenis. Salah satunya yang di

maksud dengan budaya risk aversion adalah budaya yang tidak menyukai

resiko. Hal ini berkenaan dengan sifat inoavsi yang memiliki segala resiko,
termasuk resiko kegagalan. Sektor publik, khususnya pegawai cenderung

enggan berehubungan dengan resiko, dan memili untuk melaksanakan

pekerjaan secara prosedural –administratif dengan resiko minimal. Selain itu,

secara kelembagaan pun, karakter unit kerja disektor publik pada umumnya

tidak memiliki kemampuan untuk menangani resiko yang muncul akibat dari

pekerjaanya (Suwarno, 2020).

5. Penerapan Inovasi

Dalam penerapan inovasi memilik atribut yang melekat dalam inovasi

tersebut. Atribut inovasi yang dimaksud menurut, Antara lain sebagai berikut

(Fatchiya, 2016):

1. relative advantage atau keuntungan relative, sebuah inbovasi harus

memiliki keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi

sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam

inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain.

2. compatibility atau kesesuaian, inovasi juiga mempunyai sifat kompatibel

atau sesuai dengan inovasi yang di gantikannya. Hal ini dimaksud agar

inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena

alasan factor biaya yang tidak sedikit, namun juga inovasi yang lama

menjadi bagian proses transisi ke inovasi terbaru. Selain itu juga dapat

memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu

secara lebih cepat.


3. complexity atau kerumitan dengan sifatnya yang baru, maka inovasi

mempunyai tingkat kerumitan yang boleh menjadi lebih tinggi

dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian, karena

sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik,

maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah

penting.

4. Triability atau kemungkinan dicoba, inovasi hanya diterima apabila telah

teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan

dengan inovasi yang lama. Sehingga sebuah produk inovasi harus

melewati fase uji coba, dimana setiap orang atau pihak mempunyai

kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi.

5. Observability atau kemudahan yang diamati, sebuah inovasi harus juga

dapat diamati, dari segi bagaimana ia bekerja dan menghasilkan sesuatu

yang lebih baik

Aspek penting dalam kajian inoivasi adalah berkenaan dengan level

inovasi yang mencerminkan variasi besarnya dampak yang ditimbulkan dari

inovasi yang berlangsung. Kategori level inovasi ini di jelaskan oleh

Mulgan & Albury berentang mulai dari incremental , berarti inovasi yang

membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau layanan yang

ada. Umumnya sebagaian besar inovasi berada pada level ini dan jarang

sekali membawa perubahan terhadap struktur organisasi dan hubungan

keorganisasian.
B. Konsep Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Istialah pelayanan publik dalam bahasa inggris service mendefinisikan

pelayana sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

(penulis atau badan hukum atau instansi pemerintah) dengan landasan

tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya dapat di rasakan oleh orang

yang melayanai atau dilayani, tergantung kemampuan penyedia jasa dalam

memenuhi harapan pengguna (Saputro, 2016).

Terdapat banyak literatur ilmiah yang telah menyajikan defenisi

tentang pelayanan publik tetapi pada penelitian ini akan diuraikan beberapa

penjabaran dari beberapa ahli diantaranya menurut pelayanan pada dasarnya

didefinisikan sebagai aktifitas seseorang, sekelompok dan atau organisasi

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan

(Budiaman, 2018). Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pelayanan terdapat

dua aspek yaitu seseorang atau organisasi dan pemenuhan kebutuhan

Pelayanan publik diartikan, pemberian layanan (melayani) keperluan

orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu

sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan dalam

(Sinambela, 2014)

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah kegiatan atau kebutuhan

pelayanan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan

atau pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara


pelayanan publik. Menurut Susanto dalam bahwa dalam sistem

pemerintahan dominan, perumus dan pelaksana layanan publik dilakukan

oleh pemerintah, dan masyarakat sebagai penerima layanan. Namun

menurut pelayanan oleh birokrasi seharusnya digerakkan oleh visi dan misi

pelayanan, namun pada kenyataannya justru digerakkan oleh peraturan dan

anggaran yang tidak dimengerti oleh publik karena tidak disosialisasikan

secara transparan (Rusli, 2013).

Secara konstitusional dalam Undang-undang NKRI Tahun 1945 telah

diatur secara tegas dalam pasa 34 ayat 3 bahwa Negara bertanggun jawab

atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum lainnya.

Sehingga pemerintah dan pemerintah daerah memiliki tanggung jawab besar

dalam aksesbilitas pelayanan publik. Aksesbilitas sendiri merupakan derajat

kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun

lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan

gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya (Kurniawan, 2017).

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

seperti yang ada di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan

publik adalah suatu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh pemberi

pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang harus digerakkan

dan disosialisasikan secara terbuka. Juga berdasarkan pemaparan tentang

ruang lingkup yang berkaitan dengan pelayanan publik.


2. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan publik merupakan tolak ukur untuk menentukan

bagaimana kinerja layanan publik di suatu lembaga penyedia layanan

publik. Menurut terkait kualitas pelayanan publik, adalah sbb: Kualitas

pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relative bersifat

abstrak, kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat

penyesuaian suatu hal terdapat persyaratan atau spesifikasinya itu

terpenuhi berarti kualitas suatu hal yang dimaksud dapat dikatakan baik,

sebaliknya jika persyaratan tidak terpenuhi maka dapat dikatakan tidak

baik. Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah

memuaskan masyarakat (Saputro, 2016).

Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang

tercermin dari (Sinambela, 2014):

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan

disediakan ecara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang

pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.


5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi

dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status

sosial, dan lain-lain.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima

pelayanan publik.

Pada dasarnya kualitas mengacu pada pengertian pokok (Sinambela,

2014):

1. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan

langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan

pelanggan dan memberikan kepuasan atas penggunaan produk.

2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau

kerusakan.

Disamping itu, mengatakan bahwa untuk mengetahui kualitas

pelayanan yang dirasakan secaranyata oleh konsumen, ada beberapa

indikator ukuran kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi

kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan konsumen. Kelima dimensi

tersebut antara lain yaitu (Budiaman, 2018):

1. Tangibles : kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran,

komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.

2. Reliability : kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan pelayanan

yang terpercaya.
3. Responsivess : kesanggupan untuk membantu dan menyediakan

pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan

konsumen.

4. Assurance : kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai

dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.

5. Emphaty : sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap

konsumen

Agar terdapat kepastian pelayanan publik perlu segera disusun standar

pelayanan yang jelas. Standar demikian diperlukan bukanhanya kepastian

pelayanan, tetapi juga dapat digunakan untuk menilai kompetensi aparatur

dan usaha untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik (Sinambela,

2014). Hak-hak masyarakat dalam pelayanan publik perlu diekspose untuk

diketahui masyarakat, demikian pula kewajiban aparatur dalam memberi

pelayanan

3. Prinsip Pelayanan Publik

Menurut pelayanan publik yang diberikan oleh Birokrasi hendaknya

berdasarkan prinsip-prinsip dasar berikut ini (Budisetyowati, 2017):

1. Rasional, efektif dan efisien yang dilakukan melalui manajemen terbuka.

2. Ilmiah, berdasarkan kajian dan penelitian serta didukung oleh cabang-

cabang ilmu pengetahuan lainnya.

3. Inovatif, pembaruan yang dilakukan terus-menerus untuk menghadapi

lingkungan yang dinamis, berubah dan berkembang.

4. Produktif, berorientasi kepada hasil kerja yang optimal.


5. Profesionalisme, penggunaan tenaga kerja profesional, terampil dalam

istilah “The Right Man in The Right Pleace”.

6. Penggunaan teknologi modern yang tepat guna.

Islamy dalam (Sellang et al., 2016) menyatakan bahwa pelayanan

publik harus dilaksanakan oleh Birokrasi Pemerintah berdasarkan kepada

prinsip-prinsip pelayanan prima berikut ini:

Appropriateness (kesesuaian)

Accesibility (keterjangakauan)

Continuity (keberlanjutan)

Technically (teknis)

Profitability (menguntungkan)

Equitability (adil)

Transparency (terbuka)

Accountability (bertanggungjawab)

Effectiveness and Efficiency (efektif dan efisien)

4. Standar Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Pasal 1 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas

pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat

dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan

terukur (rakhmah, 2016).


Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi

penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan

dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi

atau penerima pelayanan (Kurniawan, 2017).

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 63

Tahun 2004 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik,

standar pelayanan harus meliputi (Elysia & Wihadanto, 2017):

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan dalam hal ini antara lain

kesederhanaan, yaitu kemudahan dalam memenuhi persyaratan.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sama dengan

waktu penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan

dengan kepastian waktu dalam memberikan pelayanan yang sesuai

dengan lamanya waktu layanan masing-masing.

3. Biaya Pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian dalam proses

pemberian pelayanan, haruslah dengan pengenaan biaya yang secara

wajar dan terperinci serta tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

4. Produk Layanan

Hasil layanan yang diterima harus sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan dalam pemberian


pelayanan yaitu hasil pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan

yang telah ditentukan.

5. Sarana dan Prasarana

Penyedia sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara

pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan perangkat

penunjang pelayanan yang memadai serta adanya kemudahan dan

kenyamanan dalam memperoleh suatu pelayanan.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas memberi pelayanan harus ditetapkan dengan

tetap berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan

perilaku yang dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab

petugas pelayanan seperti pengetahuan, kedisiplinan, kesopanan, dalam

memberikan pelayanan

C. Konsep Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Masyarakat miskin memiliki kemampuan yang relatif baik untuk

memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada. Kendatipun bantuan luar

kadang-kadang digunakan, tetapi tidak begitu saja dapat dipastikan sehingga

masyarakat bergantung pada dukungan dari luar (Amalia, 2015).

Pendekatan pemberdayaan ini dianggap tidak berhasil karena tidak ada

masyarakat yang dapat hidup dan berkembang bila terisolasi dari kelompok
masyarakat lainnya. Pengisolasian ini menimbulkan sikap pasif, bahkan

keadaan menjadi semakin miskin

Untuk memecahkan masalah ini, perlu kebijaksanaan yang tepat

dengan mengidentifikasi golongan masyarakat yang hidup di bawah garis

kemiskinan berikut karakteristiknya lebih dulu. Umumnya, suatu keadaan

disebut miskin bila ditandai oleh kekurangan atau tidak mampu memenuhi

tingkat kebutuhan dasar manusia (Yulianto, 2015).

Kemiskinan tersebut meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

yang mencakup aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya

aset pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa

miskinnya jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informal, seperti

kekurangan gizi, air, perumahan, perawatan kesehatan yang kurang baik dan

pendidikan yang relatif rendah (syawie, 2011).

2. Penyebab Kemiskinan

Faktor-faktor yang menyebab-kan timbulnya kemiskinan diantara-

nya; rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya derajat kesehatan,

terbatasnya lapangan kerja, dan kondisi keterisolasian. Dalam laporan yang

dikeluarkan dari World Bank (syawie, 2011) diketahui ada lima faktor yang

dianggap dapat mempengaruhi terjadinya kemiskinan, yaitu: pendidikan,

jenis pekerjaan, gender, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar dan

infrastruktur dan lokasi geografis. Seperti yang dikemuka-kan oleh Nazara,

Factor penyebab kemiskinan sangat komplek dan saling mempengaruhi,


artinya kemiskinan terjadi bukan disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi

multi faktor. Namun demikian secara garis besar faktor dominan yang

mempengaruhi timbulnya kemiskinan diantaranya; pendidikan, pendapatan,

lokasi, keterbatasan akses diantaranya akses ke kesehatan, keuangan dan

pelayan-an publik lainnya.

3. Penanggulangan Kemiskinan

Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat sangat relevan

sebagai paradigma kebijakan desentralisasi dalam penanganan masalah

sosial termasuk masalah kemiskinan. Pendekatan ini menyadari tentang

betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian

dan kekuatan internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol

internal atas sumber daya materi dan nonmaterial (Aneta, 2010).

Korten menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk melakukan

perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang

berpusat pada rakyat (Amalia, 2015):

a. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada

penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-

usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri,

dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri di tingkat

individual, keluarga, dan komunitas.

b. Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi

yang berfungsi menurut kaidah-kaidah sistem organisasi.


c. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi

secara teritorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan

pengendalian lokal

D. Konsep Pelayanan Motor lorong’Ta (Pelor)

1. Latar Belakang

Salah satu kecamatan di Kota Makassar yang mampu bersaing dalam

melakukan sebuah perubahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

publik adalah Kantor Kecamatan Rappocini, yakni menghadirkan sebuah

inovasi dalam rangka memperbaiki pelayanan administrasi di Kecamatan

Rappocini melalui program Motor Pelayanan Lorong Ta’. Dalam hal

mengenai bentuk Inovasi Pelayanan Publik, program Motor Pelayanan

Lorong Ta’ menerapkan mekanisme jemput bola, yang merupakan suatu

inovasi pelayanan yang langsung berhubungan kepada masyarakat dengan

hanya menghubungi call center kecamatan atau kelurahan yang berada di

wilayah kecamatan rappocini dengan jumlah 11 motor pelayanan dan

masing-masing 1 motor disetiap Kelurahan, Kelurahan Gunung Sari hanya

mempunyai satu driver yang akan langsung menuju ke rumah/alamat warga

tersebut. Pelayanan langsung ke rumah (Motor Pelayanan Lorong ta’) juga

bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima layanan seperti

pengerusan KK/KTP dll, baik yang terkendala dengan waktu ataupun

berbagai aktivitas yang tidak memungkinkan masyarakat datang langsung

ke kantor lurah ataupun ke kantor kecamatan Rappocini (Pratiwi & Syukur,

2018).
Inovasi pelayanan ini sendiri tergolong sebagai inovasi yang baru

diterapkan di Kota Makassar. Inovasi ini dalam pelaksanaanya sangat

tergantung dari komunikasi masyarakat terhadap call center yang telah

ditugaskan oleh pihak pemerintahan se Kecamatan Rappocini.

Tabel: 2.1 call center Pelayanan (pelor)

Kecamatan Rappocini

(0811 8470 3003)


Kelurahan Mapala Kelurahan Banta-Bantaeng
(0811 8470 3006) (0811 8470 3004)
Kelurahan Kassi-Kassi Kelurahan Karunrung
(0811 8470 3008) (0811 8470 3009)
Kelurahan Ballaparrang Kelurahan Buakanaya
(0811 8470 3012) (0811 8470 3011)
Kelurahan Tidung Kelurahan Bonto Makkio
(0811 8470 3014) (0811 8470 3013)
Kelurahan Rappocini Kelurahan Gunung Sari
(0811 8470 3006) (0811 8470 3015)

Kelurahan Minasaupa

(811 0 3016)

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud dari Program Motor Pelayanan Lorongta’ menerapkan

mekanisme jemput bola, yang merupakan suatu inovasi pelayanan yang

langsung berhubungan kepada masyarakat, dengan hanya menghubungi call

center kecamatan atau kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan


Rappocini, maka petugas pelayanan Motor Lorongta’ akan langsung menuju

ke rumah/alamat warga tersebut.

Inovasi pemerintah kecamatan Rappocini dalam pelayanan motor

Lorongta’ merupakan program pemerintah yang di luncurkan agar

pelayanan meningkat serta membantu masyarakat dalam melakukan

pengurusan di Kecamatan Rappocini, baik dalam sistem pelayanan

pengurusan KTP (Kartu Tanda Penduduk), kartu keluarga dan Akta nikah,

serta pengurusan administrasi la innya.

b. Tujuan

Tujuan dari program Pelayanan Motor Lorong (PELOR) Untuk

memudahkan masyarakat dalam menerima layanan seperti pengerusan

KK/KTP dll, baik yang terkendala dengan waktu ataupun berbagai

aktivitas yang tidak memungkinkan masyarakat datang langsung ke

kantor lurah ataupun ke kantor kecamatan Rappocini

3. Sasaran

Sasaran dalam Program Pelayanan Motor Lorong’ta (Pelor) yaitu Masyarakat

4. Lokasi Kegiatan

Kegiatan di laksanakan di Kantor Kecamatan Rappocini dan setiap Kelurahan

Yang ada di wilayah Kecamatan Rappocini Kota Makassar

5. Jadwal Kegiatan

Bulan Januari 2017

E. Kebaruan Penelitian
Sudah banyak yang melakukan penelitian tentang pelayanan

namun masing-masing daerah memiliki karakter tersendiri dalam

melakukan pelayanan, baik dari jenis pelayanan, kualitas pelayanan dan

hambatan- hambatan yang dilakukan pada saaat melakukan pelayanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Isdaryani yang berjudul Inovasi motor

lorongta dalam pelayanan administrasi di Kecamatan Rappocini Kota

Makassar, dalam hal ini peneliti menekankan pada aspek administrasi program

pelayanan motor lorongta, temuan dari peneliti yaitu pemerintah kecamatan

rappocini Kota Makassar harus terus melakukan perbaikan dalam sarana dan

prasarana program seperti peningkatan kemampuan petugas dalam

menjalankan program ini. Hal ini perlu mendapat perhatian karena motor

pelayanan lorongta’ harus memiliki sistem yang berbasis teknologi.

Sedangkan dalam penelitian ini lebih mengfokuskan pada pelayanan

terhadap masyarakat miskin Kota yang artinya ingin mengetahui tentang

bagaimana inovasi ini memberikan layanan terhadap masyarakat miskin Kota,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan

tergolong masih baru dan belum banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu.

F. Kerangka Pikir

Dalam rangka untuk mengetahui Inovasi Pelayanan Publik yang di

lakukan pemerintah daerah Kecamatan Rappocini yaitu penggunaan Motor

Lorong dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

yang mengatur mengenai Pelayanan Publik. Tentu, perlu sebuah teori unruk
menilai Inovasi Pelayanan Publik dalam memberikan akses pelayanan

menggunakan Motor Lorong’ta. Untuk menganalisis terkait pelayanan publik

sebagaimana yang di kemukakan oleh yakni: Transparansi, Akuntabilitas,

Kondisional, Partisipatif, Kesamaan hak, Keseimbangan hak dan kewajiban

Pada gambar 2.1 kerangka pikir ini memberikan teori sebagai tolak ukur

penggunaan Pelayanan Motor Lorong’Ta di Kecamatan Rappocini Kota Makassar dan di dukung
Pelayanan Publik.

Bagan Kerangka Pikir

INOVASI PELAYANAN DI KECAMATAN RAPPOCINI


KOTA MAKASSAR

Indikator Inovasi Pelayanan

1. Transparansi,
2. Akuntabilitas,
3. Kondisional
4. Partisipatif,
5. Kesamaan hak,
6. Keseimbangan hak dan
kewajiban,

Keberhasilan pelayanan bagi


Masyarakat Miskin
G. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada inovasi pelayanan publik bagi masyarakat

miskin kota menggunakan motor lorong di Kecamatan Rappocini Kelurahan

Gunung Sari, yang menjadi fokus penelitian ini adalah : Bagaimana Inovasi

Pelayanan Publik Bagi Masyrakat Miskin Kota dalam Pelayanan Menggunakan

Motor Lorong’ta (PELOR) di Kecamatan Rapocini Kota Makassar.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan

disediakan ecara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan

pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip

efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat

dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial,

dan lain-lain.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima

pelayanan publik
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan setelah dilakukan

seminar proposal. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kota

Makassar tepatnya di Kantor Kecamatan Rappocini Kelurahan Gunungt Sari

Kota Makassar. Alasan peneliti memilih kelurahan Gunung Sari, karena

memiliki luas wilaya terbesar di kecamatan rappocini dan memilik jumlah

penduduk terbesar,

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan

instrumen kunci untuk mengumpulkan data secara triangulasi (gabungan),

analisis data yang bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif

kualitatif. suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan

gambaran umum berbagai macam data yang dikumpul dari lapangan

secara objektif. Sedangkan dasar penelitiannya adalah survei yakni tujuan

dari penelitian deskriptif ini merupakan menggambarkan mengenai situasi-

35
situasi atau kejadian-kejadian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta dari Inovasi Pelayanan publik bagi masyarakat miskin kota

mrnggunakan Motor Lorong’Ta (Pelor) di Kecamatan Rappocini,Kelurahan

Gunung Sari Kota Makassar

C. Sumber Data

Menurut kriteria dalam penelitian kualitatif merupakan data yang pasti.

Data yang pasti adalah data yang sebenarnya sebagaimana adanya, bukan data

yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna balik yang

terlihat dan terucap tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber data, yaitu

data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Menurut mendefinisikan bahwa data primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengumpulan

data primer dalam penelitian ini dengan cara melakukan wawancara secara

langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan melalui kantor Kecamatan Rappocini serta elemen yang terlibat

pada pelaksanaan Program inovasi pelayanan motor lorong’ta (Pelor).

2. Data Sekunder

Menurut data sekunder merupakan sumber data penelitian secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain. Data sekunder. Yakni berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku,


dan hasil penelitian tentang pelayanan publik bagi masyarakat miskin kota

di kecamatan rappocini kota makassar. Kedua data tersebut, akan

membantu peneliti menganalisis secara kualitatif, kemudian di interpretasi

dan diakhiri dengan pengambilan kesimpulan dengan data

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan informan dengan teknik

Purposive Sampling. Tujuannya untuk mengetahui permasalahan yang akan

diteliti. Sumber informan merupakan informasi dari pemerintah dan elemen-

elemen yang terkait dengan program inovasi pelayanan motor lorong’ta

(Pelor) di kecamatan rappocini Kota Makassar. Adapun yang menjadi

informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel: 3.1 Informan Penelitian

Informan

No. Jabatan Nama Inisial

1. Kepala Kelurahan Gunung A. Erwin, S. Sos AE

Sari

2. Driver Pelayanan Motor Asriani AS

Lorong’ta

3 Masyrakat Kelurahan Musran dani MD

. Gunung Sari Muhammad Asrul MA


E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono, 2012) mendefinisikan bahwa dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang

alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi, serta wawancara dan dokumentasi sebagai berikut:

1. Observasi

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi

terus terang atau tersamar untuk menghindari suatu data yang dicari

merupakan data yang masih rahasia sehingga kemungkinan jika

dilakukan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk

melakukan observasi. Observasi penelitian yang dilakukan peneliti

dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yang

berkaitan dengaan pemerintah yaitu Program inovasi pelayanan motor

lorong’ta (Pelor).

2. Wawancara

Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu, wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data dengan dukungan alat bantu buku

untuk mencatat informasi yang dibutuhkan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang berhubungan dengan


masalah penelitian yang ada dilokasi penelitian yang merupakan

catatan peristiwa yang sudah lalu dokumentasi dapat berupa tulisan

ataupun berita media online dan arsip-arsip tertulis ataupun dokumentasi

eksternal berisi bahan-bahan informasi berupa buku, jurnal ilmiah, data

internet yang berkaitan untuk membantu penelitian

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan

kerja data, memilah-milahnya menjadi suatu yang dapat dikelola,

mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Menurut Miles dan Huberman langkah-langkah dalam

melakukan analisis data yaitu (Sugiyono, 2012):

1. Pengumpulan Data (data collection), adalah langkah untuk mengumpulkan

berbagai data yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan

data penelitian melalui wawancara mendalam, observasi nonpartisipan,

dokumentasi serta beberapa referensi buku maupun penelusuran online.

2. Reduksi Data (data reduction), adalah proses penelitian, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan data kasar dari catatan tertulis lapangan

penelitian, membuat ringkasan, penggolongan kategori jawaban dan

kualifikasi jawaban informan penelitian kembali catatan yang telah

diperoleh setelah mengumpulkan data. Penelitian meredusikan data setelah

melakukan pengumpulan data, hal ini bertujuan untuk mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian yang dilakukan


dilapangan. Peneliti pemilah dan memilih data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan observasi, serta disesuaikan dengan kebutuhan dalam

penelitian ini, mengenai inovasi pelayanan publik bagi masyarakata miskin

kota menggunakan motor lorong’ta (Pelor), di Kelurahan Gunung Sari

Kecamatan Rappocini.

3. Penyajian Data (data display), yakni penyusunan penyajian kategori

jawaban informan dalam tabel, kecenderungan dari informan disertai

analisis awal terhadap berbagai temuan data di lapangan sebagai proses

awal dalam pengelolaan data. Peneliti melakukan penyusunan data yang

diredusikan, selanjutnya dilakukan analisis hasil penelitian. Sehingga

menghasilkan data yang dapat dijadikan pembahasan dan ditarik

kesimpulan mengenai inovasi pelayanan publik bagi masyarakata miskin

kota menggunakan motor lorong’ta (Pelor), di Kelurahan Gunung Sari

Kecamatan Rappocini.

4. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing), adalah dilakukannya

pembahasan bedasarkan pada rujukan berbagai teori yang digunakan.

Peneliti melihat kesesuaian data di lapangan dengan teori yang digunakan,

inovasi pelayanan motor lorong’ta (Pelor), di Kecamatan Rappocini.

G. Keabsahan Data

menyatakan bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif

bersifat majemuk, ganda dan dinamis selalu berubah, sehingga tidak ada yang

konsisten dan berulang seperti semula. Jadi, uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif yaitu uji kredibilitas (validitas internal). Menurut uji


kredibilitas data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan beberapa cara

antara lain:

1. Perpanjangan pengamatan, artinya penelitian kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru untuk mengecek kembali apakah data yang

telah diberikan sebelumnya merupakan data yang sudah benar apa tidak.

2. Trianglasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, data berbagai waktu

a. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan waktu atau situasi yang berbeda.

3. Menggunakan bahan referensi dilakukan untuk membuktikan data yang

telah ditemui oleh peneliti. Dalam laporan peneliti, sebaiknya data yang

dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik,

sehingga menjadi lebih dapat dipercaya

4. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuannya merupakan untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara

Tahun 1965 Nsomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah

Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan

terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119° 18’

30,18" sampai dengan 119°32'31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai dengan

5°14’ 6,49" LS.

Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Secara

administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan.

Bagian utara kota terdiri atas

 Kecamatan Biringkanaya

 Kecamatan Tamalanrea

 Kecamatan Tallo, dan

 Kecamatan Ujung Tanah.

Di bagian selatan terdiri atas :


 Kecamatan Tamalate dan

 Kecamatan Rappocini.

Di bagian Timur terbagi atas :

43
 Kecamatan Manggala dan

 Kecamatan Panakkukang.

Bagian barat Kecadalah :

 Kecamatan Wajo

 Kecamatan Bontoala

 Kecamatan Ujung Pandang

 Kecamatan Makassar

 Kecamatan Mamajang,dan

 Kecamatan Mariso.

2. Gambaran Umum Kantor Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

1. Profil Kantor Kecamatan Rappocini Kota Makassar

Kecamatan Rappocini merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di

Kota Makassar, pemekaran dari Kecamatan Tamalate yang dibentuk pada hari

Rabu tanggal 07 Januari 1998 tindak lanjut dari persetujuan Mendagri nomor

138 /1242/PUOD tanggl 03 Mei 1996 berdasarkan Gubernur Sulwesi Selatan

538/VI/1996 Tahun 1996 tanggal 27 Juni 1996, dengan luas wilayah 9,23 km

yang berbatasan :

 Sebelah Utara dengan Kecamatan Panakkukang dan Kecamatan Manggala

 Sebelah Timur dengan Kecamatan Manggala dan Kabupaten Gowa


 Sebelah Selatan dengan Kecamatan Tamalate Kabupaten Gowa

 Sebelah Barat Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang dan

Kecamatan Tamalate

Dalam kurung waktu ± 16 tahun Kecamatan Rappocini telah di pimpin

oleh 8 ( delapan ) orang camat sebagai kepala Kecamatan yaitu ;

1. H.A. Rompegading Patiroi,M.Si

2. Darmawati AP

3. H. A. Kamaruddin Munde

4. A. Muh. Hasan Basri Ambarala

5. Imran Samad

6. A. Muh.Yasir, M.Si

7. A. Azis Hasan, M.Si

8. Hamri Haiya,AP.,S.Sos.,SH.,M.Si (sekarang)

Kecamatan Rappocini merupakan daerah bukan pantai dengan

topografi ketinggian antara permukaan laut terdiri dari 10 kelurahan menurut

jaraknya layak masing-masing kelurahan ke kecamatan berkisar 1 km sampai

dengan jarak 5-10 km yaitu :

Tabel: 4.1 Luas Wilayah/Kelurahan

No. Kelurahan Luas Wilayah (Km²)


1. Banta-Bantaeng 1.27

2. Balla Parang 0.59

3. Bonto Makkio 0.20

4. Buakana 0.77

5. Gunung Sari 2.31

6. Karunrung 1.52

7. Kassi-Kassi 0.82

8. Mappala 0.50

9. Rappocini 0.36

10. Tidung 0.89

Sumber: BPS kota makassar

Luas keseluruhan : 9.23 Dengan Jumlah Penduduk sekitar 190.539

Jiwa pada bulan Juli tahun 2016 dan Adapun lembaga-lembaga milik

Pemerintah dan swasta yang mendukung kegiatan pemerintahan

Kecamatan Rappocini. Dari 14 kecamatan di Makassar, kecamatan

rappocini berada di peringkat kedua dalam jumlah warga miskin paling

banyak yaitu 11.245 kk yang di sumbang dua kelurahan yakni kelurahan

Gunung Sari dan Banta- bantaeng.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kecamatan Rappocini sesuai dengan Peraturan

Walikota Makassar Nomor 112 Tahun 2016 yaitu :

1. Camat
2. Sekretariat :

a. Sub bagian Umum dan Kepegawaian

b. Sub bagian Perencanaan dan Keuangan

3. Seksi pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW

4. Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah

5. Seksi Perekonomian, Pembangunan dan Pengembangan Sistem

Manajemen Informasi

6. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial

7. Seksi Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan

3. Penjabaran Tugas Pokok Jabatan Struktural

a. Camat

Tugas : Membantu Walikota melaksanakan pemerintahan di wilayah

Kecamatan dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan

pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat

kelurahan. Uraian Tugas :

1. Merumuskan dan melaksasnakan urusan pemerintahan umum di

wilayah kelurahan;

2. Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi Kecamatan;

3. Merumuskan dan mengendalikan pelaksanaan program dan

kegiatan Sekretariat dan Seksi Pemerintahan Kinerja Lurah dan

RT/RW, Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan

Peraturan Daerah, Seksi Perekonomian, Pembangunan, dan

pengembangan Sistem Manajemen Informasi, Seksi

Pemberdayaan Masyarakat
dan kesejahteraan Sosial dan Seksi Pengelolaan Kebersihan dan

Pertamanan;

4. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja

(RENJA), Indikator Kinerja Utama (IKU), rencana Kerja dan

Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK) Kecamatan;

5. Mengkoordinasikan dan merumuskan bahan penyiapan

penyususnan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(LPPD). Laporan Keteranga Pertanggungjawaban (LKPJ) dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/

Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) Kota dan

segala bentuk pelaporan lainnya sesuai dengan bidang tugasnya.

6. Merumuskan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) Kecamatan;

7. Merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar

Pelayanan (SP) Kecamatan;

8. Mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan kapasitas

organisasi dan tata laksana;

9. Melakukan koordinasi dengan perangkat daerah dan instansi

vertical di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;


10. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan

perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang penyelenggaraan

kegiatan pemerintahan;

11. Melakukan koordinasi dengan kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia mengenai program dan

kegiatan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di

wilayah kecamatan;

12. Melakukan koordinasi dengan pemuka agama yang berada di

wilayah kerja kecamatan untuk menwujudkan ketentraman dan

ketertiban umum masyarakat di wilayah kecamatan ;

13. Melakukan koordinasu dengan perangkat daerah yang tugas dan

fungsinya di bidang penerapan peraturan perundang-undangan;

14. Melakukan koordinasi dengan perangkat daerah yang tugas dan

fungsinya di bidang penegakan dan peraturan perundang-

undangan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;

15. Melakukan koordinasi dengan perangkat daera atau instansi

vertical yang tugas dan fungsinya di bidang pemeliharaan

prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

16. Melakukan koordinasi dengan pihak swasta dalam pelaksanaan

pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum;

17. Mendorong partisipasi msyarakat untuk ikut serata

dalamperencanaan pembangunan lingkup kecamatan dalam

forum Musyawarah Perencaanaan Pembangunan


(MUSRENBANG) tingkat kecamatan sebagai bahan

penyusunan rekomendasi Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (MUSRENBANG) tingkat kota;

18. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap keseluruhan

unit kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai

program kerja dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah

kecamatan;

19. Melakukan pembinaan dan pengawasan tata tertib administrasi

pemerintahan kelurahan;

20. Memberikan bimbingan, supervise, fasilitas, dan kosultasi

pelaksanaan administrasi kelurahan;

21. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Lurah

danperangkat kelurahan

22. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penilaian terhadap kinerja

lurah, RT dan RW;

23. Mengkoordinasikan penanganan bencana di wilayah kerja

kecamatan;

24. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pengawasan pendidikan

nonformal, kebudayaan, pemuda dan olahraga masyarkat di luar

kegiatan persekolahan di wilayah kerja kecamatan;

25. Mengkoordinasikan penyelenggaran pengembangan system

manajemen informasi kecamatan;


26. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pengelolaan kebersihan,

sampah dan taman di wilayah kerja kecamatan;

27. Melaksanakan kewenagan pemerintahan yang oleh walikota

untuk menangani sebagian urusan merintahan;

28. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi

permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternative

pemecahannya;

29. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya

sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;

b. Sekretariat

Tugas: Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan

pelayanan administrasi kepada semua unit organisasi di lingkungan

kecamatan. Uraian Tugas :

1. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan

Sekretariat;

2. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis untuk perencanaan,

pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian;

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian Perencanaan dan

Keuangan dan Subbagian Umum dan Kepegawaian;

4. Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA

Sekretariat;
5. Mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Sekretariat;

6. Mengkoordinasikan setiap bidang dalam dalam penyusunan

Rencana Strategis (RENSTRA) dan rencana Kerja (RENJA).

Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA dan

Perjanjian Kerja (PK), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP)/ Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) Kecamatan;

7. Mengkoordinasikan setiap seksi dalam penyiapan bahan

penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD),

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) kota dan segala

bentuk pelaporan lainnya sesuai bidang tugasnya;

8. Mengkoordinasikan setiap seksi dalam penyususnan Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan Standar pelayanan (SP);

9. Mengkoordinasikan setiap seksi dalam pembinaan dan

pemngembangankapasitas organisasi dan tata laksana;

10. Mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan ketataushaan

administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan set serta

urusan kehumasan,dokumentasi dan protokoler kecamatan;


11. Mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Sekretariat;

12. Mengkoordinasikan setiap bidang dalam dalam penyusunan

Rencana Strategis(RENSTRA) dan rencana Kerja (RENJA).

Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA

dan Perjanjian Kerja (PK), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP)/ Sistem Akuntabilitas Kinerja

InstansiPemerintah (SAKIP) Kecamatan;

13. Mengkoordinasikan setiap seksi dalam penyiapan bahan

penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

(LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) kota dan segala bentuk pelaporan lainnya sesuai

bidang tugasnya;

14. Mengkoordinasikan setiap seksi dalam penyususnan Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan Standar pelayanan (SP);

15. Mengkoordinasikan setiap seksi dalam pembinaan dan

pemngembangan kapasitas organisasi dan tata laksana;

16. Mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan ketataushaan

administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan serta

urusan kehumasan,dokumentasi dan protokoler kecamatan


4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kecamatan Rappocini sesuai dengan Peraturan

Walikota Makassar Nomor 112 Tahun 2016 yaitu :

1. Camat
2. Sekretariat :

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian

b. Subbagian Perencanaan dan Keuangan

3. Seksi pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW

4. Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah

5. Seksi Perekonomian, Pembangunan dan Pengembangan

Sistem Manajeen Informasi.

6. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial

7. Seksi Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan

5. Visi dan Misi Kantor Kecamatan Rappocini

a. Visi

Dalam upaya mewujudkan harapan dan aspirasi stakeholders serta

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka perlu dituangkan dalam

suatu Visi Kecamatan Rappocini. Rumusan Visi juga diharapkan dapat

mencerminkan kebutuhan yang fundamental dan sekaligus merefleksikan

dinamika pembangunan dari berbagai aspek. Adapun Visi Kecamatan

Rappocini dijabarkan sebagai berikut: “Terwujudnya Pelayanan Prima

Menuju Kecamatan Rappocini Yang Sejahtera dan Nyaman Untuk Semua”

Untuk merealisasikan visi dari maksud tersebut diatas, maka setiap pegawai
Kecamatan Rappocini dan Stakeholder haruslah memiliki

pemahaman bersama terhadap visi tersebut diatas yakni sebagai

berikut :

a) Pelayanan prima adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan public dalam hal ini

Kecamatan Rappocini memiliki standar pelayanan ISO 1900 :

2008 sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam

pelaksanaan peraturan perundang undangan.

b) Sejahtera adalah menggambarkan derajat kehidupan masyarakat

yang meningkat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar

pendidikan, kesehatan serta lingkungan fisik, sosial dan religius

sebagai bentuk perwujudan masyarakat yang sejahtera.

c) Nyaman Untuk Semua adalah terwujudnya proses pembangunan

yang semakin mengurangi kesenjangan dan melahirkan

kemandirian secara stabil, dalam struktur dan pola ruang kota

yang menjamin kenyamanan bagi perkembangan masyarakat yang

dapat dinikmati dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat

tanpa diskriminasi.

b. Misi

Misi adalah sesuatu yang dilaksanakan atau diemban oleh instansi

pemerintah sebagai penjabaran dari visi yang telah ditetapkan. Dengan

pernyataan Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang

berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui peran

dan programnya serta hasil yang diperoleh di masa mendatang. Untuk


merealisasikan visi Kecamatan Rappocini yang telah ditetapkan dalam 5

(lima) tahun kedepan, yakni Tahun 2014-2019 yang bertumpu pada

potensi dan sumber daya yang dimiliki serta ditunjang dengan semangat

kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional. Maka

Misi Kecamatan Rappocini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Pelayanan Publik dan Kinerja Pelayanan;

2. MeningkatkanPertumbuhan Ekonomi Masyarakat;

3. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Masyarakat Kota dalam

memberikan kenyamanan bagi masyarakat.

3. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Gunung Sari

a. Keadaan Geografi dan Administrasi

Kelurahan Gunung Sari merupakan salah satu kelurahan yang

terdapat di Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Kelurahan ini

merupakan salah satu wilayah kelurahan di bagian selatan kota Makassar.

Wilayah ini memiliki batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan

Rappocini

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

 Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Banta-bantaeng

 Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Karunrung dan

Kabupaten Gowa
Kelurahan Gunung Sari berada pada ketinggian <500 meter dari

permukaan laut yang terdiri dari dataran rendah. Secara administrative,

Kelurahan Gunung Sari terdiri dari 26 RW dan 141 RT. Kelurahan Gunung

Sari memiliki jarak kurang lebih 1 km dari pusat pemerintahan kecamatan dan

kurang lebih 10 km dari pusat pemerintahan kota.

b. Luas Wilayah

Kelurahan Gunung Sari memiliki luas wilayah keseluruhan yaitu

54,80 Ha. Penggunaan lahan yaitu sekitar 150 m2 diperuntukkan untuk

perkantoran, 1 km2 diperuntukkan untuk pekuburan dan sisanya untuk

pemukiman penduduk. Seperti halnya dengan wilayah-wilayah lain dalam

kota Makasar, wilayah 28 Kelurahan Gunung Sari juga cukup padat. Oleh

sebab itu di perlukan adanya upaya-upaya dari berbagai pihak untuk lebih

memperhatikan kondisi tata ruang kota dalam memberikan kenyamanan bagi

masyarakat.

B. Inovasi Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Motor Lorong’ta Di

Kecamatan Rappocini Kota Makassar

Inovasi motor pelayanan lorongta’ merupakan satu dari sekian inovasi

yang di luncurkan kecamatan rappocini yang mempunyai tujuan tertentu

untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat yang ingin mengurus

berkas kependudukan tanpa harus datang lagi ke kantor kecamatan serta

menutup celah terjadinya pencalonan, tidak ada peluang bagi oknum, baik
internal maupun eksternal untuk melakukan pemungutan liar (pungli) atau

korupsi.

Rencana Strategis (RENSTRA) Kecamatan Rappocini tahun 2014-2019

sebagai perwujudan aturan tersebut memuat visi dan misi, kebijakan dan

program strategis di Kecamatan Rappocini selama 5 tahun periode,

sebagaimana yang telah di tetapkan dalam RPJMD Kota Makassar tahun

2014-2019, sehingga RENSTRA kecamatan rappocini juga memuat

pelaksanaan program ciptaan kecamatan rappocini yaitu pelayanan motor

lorongta’(pelayanan kependudukan dengan penjemputan berkas di rumah

masyarakat) yang berlandaskan pada peraturan daerah melalui inovasi

dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Dalam bab XXI

bertajuk inovasi daerah. Sehingga aturan tersebut mewajibkan masyarakat

tanpa terkecuali untuk senantiasa memanfaatkan adanya program pelayanan

motor lorong’ta di Kecamatan Rappocini.

Berawal dari pengadaan sepeda motor yang di peruntukkan sebagai

kendaraan dinas para lurah, namun 11 unit kendaraan itu di sulap menjadi

motor pelayanan bagi masyarakat dimana bagian belakang motor di desain

menggunakan box untuk penyimpangan berkas warga kecamatan rappocini.

1 .Transparansi,
Transparansi juga menunjuk pada suatau keadaan dimana segala aspek

dari proses peneyelenggara bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah

oleh para pengguna dengan stakeholders yang membutuhkan. Transparansi

merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang

untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan peleksanaannya. Selain itu

pemerintah kecamatan rappocini menciptakan inovasi merupakan suatu nilai

keunggulan yang otomatis memiliki ciri khas dan perbedaan dengan inovasi

kecamatan lainnya. Pemerintah Kecamatan Rappocini menghadirkan inovasi

Motor Pelayanan Lorong’ta tentunya berharap bisa memberikan kemudahan

bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap

informan dimana yang di maksud adalah AE Kepala Kelurahan Gunung Sari

Kota Makassar mengenai transparansi pelayanan motor lorong’ta (PELOR) di

Kecamatan Rappocini yaitu menyatakan bahwa:

“iya, jadi memang program pelor ini kurang lebih dua tahun sejak
kepemimpinan Bapak Camat Hamri Haya dan itu dimana inovasi
ini dijalankan disetiap kelurahan dan memang memiliki kendaraan
yang khusus untuk melayani masyarakat di lorong-lorong dan
kegunaan dari inovasi pelayanan pelor ini supaya tidak menumpuk
di kantor lurah serta kemudahan masyrakat dalam mengakses
segala informasi sehingga ada upaya transparansi berkas terhadap
masyrakat dan kantor camat untuk pelayanan, itulah tujuannya
dibuat inovasi pelor. Untuk mengantar jemput pengurusan-
pengurusan masyarakat karena kita tidak tahu masyarakat itu tidak
punya waktu kesibukannya tidak memiliki kendaraan dan
mengurani kerumunan di kantor lurah dan di kantor kecamatan”.
Berikut ini yang dikemukakan oleh AS Driver Pelor di Kelurahan

Gunung Sari Kota Makassar menyatakan bahwa:

“iya mudah karena sudah terpasang nomor telfon pelayanan


PELOR jadi masyarakat yang terkendala masalah pengurusan
berkas tinggal menghubungi saja nomor pelayanan ini yang telah
dipasang di kantor kelurahan khusunya di kelurahan gunung sari”.

Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat simpulkan bahwa

dalam menjalankan program pelayanan PELOR ini pemerintah ingin

memberikan kemudahan kepada masyrakat dalam hal pelayanan berkas

administrasi dan memberikan transparansi kepada masyrakat dalam hal

pelayanan dan ada upaya untuk meminimalisir pungli yang terjadi dalam

proses pengurusan berkas administrasi tersebut.

2. Akuntabilitas

Yakni pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas dapat dilihat dari

kinerja pelayanan publik, biaya pelayanan publik dan produk pelayanan

publik, pemerintah Kecamatan Rappocini dalam inovasi ini pelayanan motor

lorong’ta (PELOR) di Kota Makassar

Berdasarkan hasil wawancara yang dilalukan penelitih terhadap

informan di mana yang di maksud adalah AE Bapak Lurah di

Kelurahan Gunung Sari Kota Makassar menyatakan bahwa:


“itu tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, baik itu
undang –undang maupun peraturan daerah. Hal ini hanya
merupakan inovasi dari bapak camat Rappocini sehingga PELOR
tidak semua kecamatan memiliki inovasi seperti ini. karena kalau
hal ini ada perda yang mengatur maka itu sifatnya perintah maka
semuah kecamatan harus ada.

Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

program kerja PELOR ini merupakan inisiatif khusus di luar instruksi

peraturan daerah, tetapi upaya pemerintah Kecamatan Rappocini dalam hal

memberikan kemudahan pelayanan terhadap masyarakat setempat dan karena

program ini merupakan inovasi dari pemerintah Kecamatan Rappocini maka

tidak ada perda yang mengatur tentang hal ini sehingga program ini tidak di

berlakukan di Kecamatan yang lain di kota Makassar dan disinilah di lihat

nalurih leardership sebagai seorang pemimpin kecamatan yang mampu

mengambil sebuah langka strategis untuk memberikan kemudahan pelayanan

kepada masyrakat tanpa harus terpaku atau menunggu perintah undang-

undang .

3 .Kondisional

Yaitu pelayanana yang sesuai dengan kondisi dengan kemampuan

pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip

efisiensi dan efektivitas. Dengan kemampuan aparatur pemerintah dalam

melayanani masyarakat sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu.
Adapun Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan AE bapak

kelurahan gunung sari, menyatakan bahwa;

“kenapa pelayanan ini ada, karena melihat kondisi di kecamatan


dan kelurahan banyak masyarakat yang menumpuk dan tidak
memiliki akses untuk mengurus berkas atau surat keterangan,
sehingga pemerintah Kecamatan Rappocini membuat inovasi
PELOR ini untuk mengurangi kerumunan masayakat, khususnya
daerah kelurahan gunung sari banyak masyarakat tidak memiliki
akses.

Berikut ini yang dikemukakan oleh AS Driver Pelor di Kelurahan

Gunung Sari Kota Makassar menyatakan bahwa:

“kita sebagai draiver PELOR selalu aktif dalam menjemput dan


mengantar pengurusan berkas masyrakat jika masyrakat
membutuhkan dan pelayanan ini hanya berlaku saat jam kantor dan
kami selalu siap di kantor kapanpun kami di telfon maka kami
langsung menjemput berkas tersebut dan di luar jam kantor kami
tidak melayani.”

Di tilik dari hasil wawancara di atas maka dapat di ambil kesimpulan

bahwa ada efektifitas yang di lakukan pemerintah kecamatan Rappocini

untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyrakat karena system

pelayanan harus menjunjung tinggi yang namanya efektif dan efisien kepada

masyrakat sebagai sasaran dari program pelayanan yang di berikan oleh

pemerintah. Hal ini sejalan dengan wawancara yang di lakukan dengan

masyrakat MD yang menyatakan bahwa:

“kami sebagai masyarakat setempat merasa sangat terbantuh


dengan program yang di lakukan oleh pemerintah Kecamatan
Rappocini ,apalagi dengan kepadatan aktifitas dan keterbatasan
akses, jadi dengan adanya PELOR ini sangat membantu kami
kerna berkas bias di jemput di rumah jadi kami bisa melakukan
aktifitas yang lain tanpa harus ke kantor kecamatan untuk
menghabiskan waktu untuk antrian lagi.

Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa ada

langkah strategis yang di lakukan oleh pemerintah Kecamatan Rappocini

untuk mewujudkan pelayanan yang efektif dan efisien terhadap masyrakat,

apalagi dalam situasi pendemi covid 19 ini dimana aktifitas dengan jumlah

orang yang banyak di batasi maka program kerja seperti ini sangat membantu

masyrakat dan seharusnya hal ini menjadi contoh bagi kecamatan yang lain

yang ada di kota Makassar.

4. Partisipatif

yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan, dan harapan masyarakat. Partisipasif dapat dilihat dari identifikasi

peran masyarakat, identifikasi metode yang dapat digunakan untuk

meningkatkan partisipasi, mencocokkan instrument partisipasi yang sesuai

dengan peran masyarakat dalam proses penyelenggaraan layanan publik,

memilih instrument partisipasi yang akan digunakan, dan

mengimplementasikan strategi yang dipilih.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penelitih

terhadap informan dimana yang dimaksud adalah AE Bapak Lurah di

Kelurahan Gunung Sari Kota Makassar menyatakan bahwa:


“Tanggapan masyarakat sangat positif karena sangat membantu
dan itu sudah hasil survei bahwa inovasi ini sangat membantu
masyarakat dalam pengurusan berkas di kecamatan dan kelurahan.
Dan bagi masyarakat yang mengurus itu harus dilengkapi berkas-
berkasnya sebelum dijemput”.

Sedangkan menurut AS selaku driver PELOR di Kelurahan Gunung

Sari menyatakan bahwa:

“yah tanggapan masyarakat senang tentang inovasi PELOR ini,


tapi tidak semuanya juga pengurusan harus melalui PELOR
seperti pengurusan sertifikat tanah, IMB, dan KTP. Jadi yang di
jemput cuman surat keterangan tidak mampu, atau seperti
undangan rapat ke RT,RW, atau penyampaian dari kecamatan”.

Dari hasil waancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

ketika sebuah kebijakan itu bisa memberikan kemudahan terhadap masyrakat

maka kebijakan itu akan mendapat sambutan yang baik dari masyrakat

sebagai sasaran dari kebijkan yang ada ,tapi apabila kebijkakan itu tidak

punya dampak yang baik terhadap masyrakat maka kebijkan itu akan di tolak

bahkan akan mendapat resistensi atau perlawanan dari masyrakat maka

dengan sendirnya tidak ada partisipasi dari masyarakat.

Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara yang di lakukan

dengan masyrakat MA yang menyatakan bahwa:

“kami masyrakat sangat mengapresiasi program kerja pemerintah


ini dan apapun yang di lakukan oleh pemerintah kalau itu baik bagi
kami maka kami akan menerima serta mendukung segala hal baik
dari pemerintah dan itulah yang kami lakukan sebagai
masyrakat,makanya tugas kami sebagai masyrakat adalah
menyiapkan segala persyaratan administrasi untuk kelengkapan
berkas yang mau di urus di Kecamatan sehingga petugas
kecamatan yang menjemput berkas kami tidak pulang balik untuk
pengurusan kelengkapan persyaratannya.”

Dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti dengan masyrakat di

atas maka dapat di tarik kesimpulannya bahwa masyrakat sebagai stakeholder

tentunya akan selalu berpartisipasi dan selalu memberikan dukungan terhadap

pemerintah ketika apa yang di lakukan oleh pemerintah mampu

mengakomudir kepentingan mereka apalagi soal pelayanan yang mampu

memberikan kumudahan bagi masyrakat dan inilah yang seharusnya menjadi

agenda bagi setiap pememrintah bahwa dalam memberikan pelayanan harus

melibatkan dukungan dari masyrakat untuk berpartisipasi.

5. Kesamaan Hak

Kesamaan hak adalah pelayanan yang tidak melakukan diskriminatif

dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial

dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat

dengan tidak membeda-bedakan status sosial dan lainnya. Kesamaan hak

dapat dilihat dari keteguhan dan ketegasan.

Berikut ini yang dikemukakan oleh AE selaku kepala Kelurahan

Gunung Sari di Kota Makassar menyatakan bahwa:

“Tidak ada membeda-bedakan karena tujuan dari PELOR ini


diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak punya waktu untuk
mengurus dan biasanya orang-orang yang memiliki kesibukan , ada
juga masyarakat yg tdk memiliki kendaraan karena jarak dari
ruamh kekantor lurah atau camat sangat jauh”.

Sedangkan menurut AS selaku driver PELOR di Kelurahan Gunung

Sari menyatakan bahwa:

“Tidak ada, karna pelayanan ini di peruntukan bagi setiap warga


masyarakat kecamatan rappocini, yang memang memiliki
kesibukan atau keterbatasan akses sehingga tdk sempat mengurus
ke kantor lurah atau kecamatan”

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan tersebut maka dapat di

simpulkan bahwa upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan terhadap

masyrakat tentunya harus bersifat menyeluruh tanpa melihat kelas sosial atau

ras dan agama tertentu karena masyrakat adalah kesatuan tanpa terpisahkan

antar golongan maka kebijkan harus tanpa diskriminatif terhadap kondisi

sosial yang ada. Selain itu hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang di

lakukan dengan MA bahwa:

“program pemerintah ini dalam pelayanannya tidak pernah


pandang bulu soal status social yang ada, intinya kita sebagai
masyarakat semuahnya di perlakukan secara merata dari kebijakan
pemerintah tersebut namanya juga pelayanan umum tentunya
harus di rasakan oleh semuah masyrakat dan itulah sikap yang adil
dari pemerintah jangan sampe pemerintah hanya melayani
keluarganya atau sahabatnya itukan tidak adil namanya.”

Dari hasil wawancara yang di lakukan tersebut dapat disimpulkan

bahwa subtansi dari pelayanan adalah bagaimana mampu mengakomudir


semuah kepentingan masyrakat tanpa memandang status social atau

diskriminasi social kerna keberhasilan dari sebuah kebijakan adalah ketika

kebijakan itu mampu menghadirkan keadilan di tengah komplesnya masyrakat

dan bisa di akses oleh semuah masyrakat.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara

pemberi dan penerima pelayanan publik.Pelayanan yang di berikan

pemerintah kepada masyarakat dapat menciptakan keseimbangan hak dan

kewajiban aparatur dan penerima pelayanan .Keseimbangan hak dan

kewajiban meliputi keadilan dan kejujuran. Berikut ini hasil wawancara

dengan AE Bapak kepala kelurahan Gunung Sari Makassar sebagai berikut:

“ sebagai pemerintah dalam memberikan pelayanan tentunya harus


mempertimbangkan aspek hak dan kejiban yang selalu
mengedepankan kejujuran,kan masyarakat sudah bayar pajak
artinya mereka sudah penuhi kewajibannya maka kita sebagai
pemerintah harus memenuhi haknya ,makanya lewat kebijakan
PELOR ini selalu mengedepankan kejujuran dan keadilan sehingga
kita sebagai pemerintah pembuat kebijakan juga merasa senang
artinya kita mampu memberikan kebaikan kepada masyrakat”

Dari penjelasan wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa

orentasi dari kebijakan adalah adalah harus mempertimbangkan aspek

keadilan dan kejujuran karena hal ini merupakan tujuan dasar dari kebijakan

yang di ambil oleh pememrintah sehingga ouput dan input dari kebijakan

tersebut bisa di ukur dan di rasakan oleh semuah pihak, baik pemerintah
sebagai pembuat kebijakan maupun masyrakat sebagai pelaksana dari kebijan

tersebut. Hal ini juga di sampaikan oleh masyarakat dalam wawancara MD

sebagai berikut:

“kita sebagai masyarakat sangat menginginkan setiap kebijakan ini


bisa menyentuh seluruh aspek hak dan kewajiban apalagi kita
masyarakat bahwa sering di perlakukan secara tidak adil oleh
pemerintah tetapi lewat program PELOR ini kami merasa di
perlakukan secara adil karena kapan kalau kita mengantri di
Kecamatan maka biasanya yang punya kenalan orang dalam
biasanya itu yang di layani duluan.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setiap

kebijakan yang di ambil pemerintah harus mampu mempertimbangkan sisi

hak dan kewajiban dari setiap aspek yang ada baik itu pemerintah ataupun

masyarakat , karena masyarakat adalah pemegang kekuasaan tertinggi,

seharusnya hak mereka harus terpenuhi secara baik apalagi ketika mereka

sudah menunaikan kewajibannya sehingga ketika kebijakan itu memberikan

dampak terhadap semuah pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat

distulah keberhasilan dari sebuah kebijakan yang di buat.

C. Kendala dalam Pelayanan Motor Lorongta’ di Kecamatan Rappocini

Kota Makassar.

Motor pelayanan lorong Ta’ adalah salah satu bentuk inovasi pelayanan

yang prosedurnya terbilang sangat mudah. Namun dibalik prosedur yang

sangat mudah hal yang menjadi masalah sampai saat ini menyangkut Motor

Pelayanan Lorong Ta’ yakni masalah ketepatan waktu. Banyak masyarakat


yang masih mengeluh karena masih harus menunggun lama untuk

mendapatkan pelayanan ini. Drivernya juga merasa lelah karena setiap

harinya harus melayani hanya 10 dari 20 lebih permintaan masyarakat.

Dalam hal ini pemerintah Kecamatan Rappocini kota makassar masih

belum konsisten dalam pelayanan yang di berikan kepada masyarakat

sehingga pada saat penjemputan berkas banyak masyarakat yang mengeluh

atas keterlambatan dari pihak Motor Pelayanan Lorong Ta’.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi penulis yang diangkat dalam pembahasan

yang terkait inovasi pelayanan publik bagi masyarakat miskin Kota di


Kecamatan Rappocini Kota Makassar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Transparansi

Upaya pemerintah Kecamatan Rappocini dalam mengambil

kebijakan inovasi pelayanan publik melalui program PELOR (pelayanan

motor lorong’ta) selalu mengedepankan prinsip transparansi bahwa

pelayanan itu harus terbuka untuk di akses oleh masyrakat karena tugas

pemerintah adalah bagaiman mendekatkan pelayan pada masyrakat.

2. Akuntabilitas

Pemerintah kecamatan Rappocini dalam menjalankan kebijakan

PELOR (pelayanan motor lorong’ta) selalu berdasarkan pada aturan main

atau sistem operasional prosedur yanga berlaku agar program tersebut

bisa di pertangggungjawabkan secara baik

3. Kondisional

Program inovasi atau kebijakan pelayanan yang di ambil oleh

pemerinah Kecamatan Rappocini yakni pelayanan motor lorong’ta

(PELOR) merupakan usaha untuk menyesuaikan pelayanan yang di

berikan pemerintah dengan kebutuhan masyarakat yang padat dengan

aktifitas.
69
4. Partisipasi

Program inovasi pelayanan publik yakni pelayanan motor lorong’ta

( PELOR) selalu melibatkan partisipasi dan kerja sama dari masyrakat


setempat karena inovasi pelayanan itu untuk masyarakat maka tentunya

harus melibatkan partisipasinya masyrakat.

5. Kesamaan Hak

Inovasi pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah

Kecamatan Rappocini yakni pelayanan motor lorong’ta (PELOR) selalu

mengedepankan aspek kesamaan bahwa setiap masyrakat punya hak yang

sama dalam mengakses segala bentuk pelayanan yang ada tanpa

memandang status sosial yang ada.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban.

Inovasi pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah

Kecamatan Rappocini yang pelayanan motor lorong’ta (PELOR) selalu

mengedepankan aspek keadilan karena disitulah letak keberhasilan sebuah

pelayan yakni memberikan dampak baik pemerintah sebagai pembuat

kebijakan maupun masyarakat sebagai sasaran dari kebijakan.

B. Saran.

Berdasarkan pembahasan dan rumusan kesimpulan yang diutarakan

sebelumnya. Penelitian ini menyarankan beberapa hal yang terkait

sebagai berikut:

1. Inovasi pelayanan yang di lakukan oleh pemerintah Kecamatan Rappocini

berupa pelayanan motor lorong’ta (PELOR) belum banyak di ketahui oleh

masyarakat setempat hal ini di karenakan kurangnya upaya sosialisasi

yang di lakukan oleh pemerintah, sehingga kedepannya sebelum kebijakan


itu di jalankan haruslah ada upaya untuk mensosialisikan secara maksimal

mungkin kepada setiap masyarakat yang ada.

2. Upaya untuk melakukan inovasi pelayanan yang di lakukan oleh

pemerintah Kecamatan Rappocini melalui program pelayanan motor

lorong’ta (PELOR) masi berada pada berkas-berkas tertentu bukan semuah

berkas,sehingga kedepannya minimal semuah berkas pelayanan bisa

menggunakan program inovasi pelayanan tersebut dan tidak kalah

pentinya lagi pemerintah Kecamatan Rappocini harus bisa

mengembangkan inovasi pelayanan yang berbasis teknologi yang kontesk

dengan perkembangan zaman sehingga berkas dari masyarakat bukan di

jemput lagi menggunakan motor tapi di jemput oleh sistem teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. D. (2015). Modal Sosial dan Kemiskinan. Sosio Informa.

Aneta, A. (2010). Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan


Perkotaan (P2KP) di Kota Gorontalo. Jurnal Administrasi Publik.

Budiaman. (2018). Manajemen Pelayanan Publik. Andi Offset.

Budisetyowati, D. A. (2017). Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pelayanan


Publik. Socio Justitia.

Curatman A., Rahmadi, Maulany, S., Ikhsani, M. . (2016). Analisis Faktor-faktor


Pengaruh Inovasi Produk yang Berdampak pada Keunggulan Bersaing UKM
Makanan dan Minuman di Wilayah Harjamukti Kota Cirebon. Jurnal
Logika.

Fatchiya, A., Amanah, S., & Kusumastuti, Y. I. (2016). Penerapan Inovasi


Teknologi Pertanian dan Hubungannya dengan Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani. Jurnal Penyuluhan.

Kurniawan, R. C. (2017). Inovasi Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah Daerah.


FIAT JUSTISIA. https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v10no3.794

Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model. In Nizmania Learning


Center.

Prabawati, S., Richana, N., & Suismono. (2011). Inovasi Pengolahan Singkong
Meningkatkan Pendapatan dan Diversifikasi Pangan. Sinar Tani Edisi 4-10
Mei 2011 No.3404 Tahun XLI.

Pratiwi, M., & Syukur, A. T. (2018). Inovasi Pelayanan Publik Studi Kasus
“Motor Pelayanan Lorong Ta” Pada Kantor Kecamatan Rappocini Kota
Makassar. Jurnal Administrasi Negara.

Rahmi, A. (2019). Analisis Tipologi Inovasi Pelayanan Administrasi


Kependudukan di Kota Padang Panjang. In e-Skripsi Universitas Andalas.
RAKHMAH, A. (2016). Kualitas Pelayanan Publik Dalam Pembuatan Ktp-El
(Kartu Tanda Penduduk Elektronik) Di Dinas Kependudukan Dan Catatan
Sipil (Dispenduk Capil) Surabaya. Publika.

Ridlowi, R., & Himam, F. (2018). Inovasi pada Organisasi Pemerintah: Tahapan
dan Dinamika. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP).
https://doi.org/10.22146/gamajop.31866

Rusli, B. (2013). Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik yang


Responsif. Kebijakan Publik.

Saputro, H. E. (2016). Kualitas Pelayanan Publik. Profesional: Jurnal Komunikasi


Dan Administrasi Publik. https://doi.org/10.37676/professional.v2i1.163

Sellang, K., Lahibu, T., & Muhammad, B. (2016). Penerapan Prinsip-Prinsip


Pelayanan Publik Dalam Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik Pada
Kabupaten Sidenreng Rappang. Akmen.

Sinambela. (2014). Pengertian Teori Pelayanan Publik. Journal of Chemical


Information and Modeling.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &


D.Bandung:Alfabeta. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &
D.Bandung:Alfabeta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Supriyanto, E. E. (2016). Kebijakan Inovasi Teknologi Informasi (IT) Melalui


Program Elektronik Goverment dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Publik di Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan : Kajian Ilmu Pemerintahan
Dan Politik Daerah. https://doi.org/10.24905/jip.v1i1.438

Suwarno, Y. (2020). Inovasi sektor publik. Kompas.


syawie, M. (2011). kemiskinan dan kesenjangan sosial. Informasi.

Vita Elysia, Ake Wihadanto, S. (2017). Implementasi E-Government Untuk


Mendorong Pelayan an Publik Yang Terintegrasi di Indonesia. Optimalisasi
Peran Sains Dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City.

Wahyudin, D., & Susilana, R. (2011). Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran.


Kurikulum Pembelajaran.

Wicaksono, K. W. (2019). Tipologi Inovasi Sektor Publik Pada Tiga Program


Inovatif Pemerintah Daerah Kota Surabaya (Tinjauan Reflektif terhadap
Tiga Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2018).
Jurnal Manajemen Pelayanan Publik.
https://doi.org/10.24198/jmpp.v1i2.19895

Yulianto, K. (2015). Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya. Kebijakan Publik


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UNG.

Zakso, A. (2010). Inovasi Pendidikan Di Indonesia Antara Harapan Dan


Kenyataan. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora.

L
A
M
P
I
R
A
N

Bersama kepala kelurahan Gunung Sari


Driver Motor Pelayanan Lorong Ta’
Call center (Pelor)
Struktur Kelurahan Gunung Sari
RIWAYAT HIDUP

Muhammad Syakir, dilahirkan di Ambon Maluku

tanggal 27 April 1993. Penulis merupakan anak ke 5 dari

6 bersaudara dari buah kasih pasangan Bapak Mustary

Dg Ngitung dan ibu Hatija. Penulis mengawali

pendidikan formal mulai pada tahun 2000 di SD Negeri 2

puundoho dan tamat tahun 2006, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 2 Pakue dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang

sama pula, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Batu Putih,tidak

selesai di SMA Negeri 1 Batu Putih penulis lanjut di MAN 1 Malili dan tamat

pada tahun 2012. Sempat menganggur 2 tahun, Pada tahun 2014 penulis

melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi yaitu Universitas

Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan

Ilmu Pemerintahan S1.

Berkat Rahmat Allah SWT dan iringan doa dari keluarga serta teman-

teman. Perjuangan panjang penulis dalam penempuh pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Makassar berhasil dengan tersusunnya skripsi yang berjudul

Inovasi Pelayanan Publik bagi Masyarakat Miskin Kota di Kecamatan Rappocini

Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai