Anda di halaman 1dari 117

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DI KANTOR CAMAT TAMALATE KOTA MAKASSAR

YUYUN ASMANINGSIH

Nomor Stambuk : 105650 0012 15

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI
DI KANTOR CAMAT TAMALATE KOTA MAKASSAR

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun dan Diajukan Oleh


YUYUN ASMANINGSIH
Nomor Stambuk: 105650 0012 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yuyun Asmaningsih

Nomor Stambuk : 105650 0012 15

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 22 Agustus 2020

Yang menyatakan,

Yuyun Asmaningsih

iii
ABSTRAK

YUYUN ASMANINGSIH. Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat


Tamalate Kota Makassar (dibimbing oleh Ihyani Malik dan Syukri)

Pola komunikasi organisasi merupakan hal penting dalam sistem


pengendalian kepada pegawai/bawahan. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan
oleh pimpinan membuat komunikasi dalam organisasi berjalan berdasarkan pola-
pola yang telah ditetapkan. Kantor Camat Tamalate Makasssar sebagai bagian dari
institusi pemerintahan daerah yang bertugas memberikan pelayanan kepada
masyarakat, serta memiliki banyak pegawai dalam pelaksanaan fungsinya harus
menggunakan cara yang efektif untuk menghindari salah paham dengan
berkomunikasi dengan baik sesuai dengan pola yang telah ditetapkan pimpinannya.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mengetahui pola komunikasi
organisasi serta faktor penghambat dan pendukung dalam proses komunikasi di
Kantor Camat Tamalate.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan subjek atau informan
menggunakan informan peneliti utama yaitu Camat Tamalate, Kepala Sub Bagian,
Kepala Seksi dan pegawai Kantor Camat Tamalate. Data yang dikumpulkan adalah
data kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data tersebut dianalisis dengan tahap pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan pola dan proses komunikasi yang digunakan
adalah pola roda, pola Y, pola rantai, pola lingkaran dan pola menyeluruh. Proses
komunikasi yang dilakukan bergantung pada konteks informasi yang ingin
disampaikan antara pimpinan dan pegawai. Pola yang paling dominan digunakan
adalah pola komunikasi Y, komunikasi berlangsung berdasarkan arus yang
tergambar di struktural. Faktor penghambat komunikasi di Kantor Camat Tamalate
yaitu kedudukan/posisi dalam organisasi, hierarki dalam organisasi, keterbatasan
komunikasi, hubungan yang tidak personal, sistem aturan dan kebijaksanaan.
Faktor pendukung proses komunikasi di Kantor Camat Tamalate yaitu kualitas
media yang digunakan, komunikasi organisasional yang diterima pegawai, iklim
komunikasi yang sehat, komunikasi horisontal sesama pegawai, umpan balik yang
diterima pegawai atas kinerjanya dan komunikasi pimpinan.

Kata kunci : pola komunikasi, organisasi, lembaga pemerintah

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota

Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Dr. H. Muh. Tahir, M.Si., dan Dian

Muhtadiah Hamna, S.IP., M.I.Kom., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., selaku Pembimbing I dan Bapak

Syukri, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

v
4. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Ismail dan Ibunda Sumartin dan

segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik

moril maupun materil.

5. Bapak Drs. H. Hasan Sulaiman selaku Camat Tamalate dan seluruh pegawai

Kantor Camat Tamalate Kota Makassar yang telah mengizinkan penelitian dan

senantiasa memberikan arahan selama penelitian berlangsung.

6. Teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2015, terkhusus

Kelas IK-01, yang telah menjadi teman seperjuangan selama masa perkuliahan.

7. Untuk sahabat seperjuangan selama pembuatan skripsi, Susilawati, Selviana,

Sumarni, Nurfahmi, A. Nilakanti, Indriyanti, Dini Iryani Hakim, Jusmianti,

Riveni Wajdi.

8. Teman terbaik, Ayu Cancerlia, Indri Eka Putri, Amaliah Ulfa, Kharisma,

Yaomil Khaeriyah, Rina Suwardy, Suci Nur Insani, yang selalu memberikan

motivasi serta doa untuk penulis.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu

yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, Agustus 2020

Yuyun Asmaningsih

vi
DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. i

Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .....................................................iii

Abstrak ............................................................................................................... iv

Kata Pengantar .................................................................................................... v

Daftar Isi............................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Komunikasi Organisasi .................................................................. 7

2. Pola Komunikasi Organisasi ........................................................ 11

3. Arus Komunikasi dalam Organisasi ............................................ 18

4. Faktor Penghambat Komunikasi dalam Organisasi ..................... 24

5. Faktor Pendukung Komunikasi Organisasi ................................. 28

B. Kerangka Pikir .................................................................................. 31

C. Fokus Penelitian ............................................................................... 31

D. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................... 32

vii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 34

B. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................. 34

C. Sumber Data ..................................................................................... 35

D. Informan Penelitian .......................................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 36

F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 38

G. Keabsahan Data ................................................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................. 41

B. Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate ................. 59

C. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi Organisasi di


Kantor Camat Tamalate .................................................................... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 92

B. Saran ................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang bisa

menghubungkan satu sama lain kapan dan di manapun juga. Tidak ada manusia

yang tidak akan terlibat komunikasi baik itu komunikasi verbal maupun komunikasi

nonverbal, baik langsung ataupun tak langsung.

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari satu pihak baik

individu, kelompok atau organisasi sebagai sender kepada pihak lain sebagai

receiver untuk memahami dan terbuka peluang memberikan respon balik kepada

sender (Wibowo, 2014 : 241). Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat

dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Komunikasi sangat penting

dalam suatu organisasi, karena merupakan kelompok orang yang bekerja dan saling

ketergantungan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Organisasi terdiri dari sejumlah orang, ia melibatkan keadaan saling

tergantung, ketergantungan memerlukan koordinasi, koordinasi mensyaratkan

komunikasi. Demikianlah hubungan antara komunikasi dan organisasi yang

dinyatakan oleh William V. Hanney (dalam Effendy 2006 : 146). Organisasi

merupakan suatu sistem, mengoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama

atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena organisasi terdiri dari

berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain. Setiap organisasi

memerlukan koordinasi agar masing-masing bagian dari organisasi bekerja

menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa koordinasi

1
2

sulitlah organisasi berfungsi dengan baik. Menurut Keith Davis (dalam Arni, 2014)

suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan

memungkinkan terjadinya koordinasi kerja yang diharapkan, kerja sama baik antara

pimpinan dengan bawahan, maupun antara bawahan dengan bawahan tidak mungkin

tercipta sebab mereka tidak mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama

lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah kebutuhan primer

organisasi, yang tidak hanya berbentuk verbal saja tapi juga nonverbal, hubungan yang

terjalin baik secara struktural maupun emosional antara manusia dalam sebuah

organisasi menjadi salah satu faktor penunjang efektivitas pencapaian tujuan

organisasi. Komunikasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu

sistem pengendalian organisasi, yang pada hakikatnya adalah untuk mencapai suatu

tujuan melalui kinerja pegawai sehingga memperoleh kepuasan komunikasi dalam

organisasi. Oleh sebab itu, komunikasi yang efektif penting dalam kegiatan organisasi.

Komunikasi yang baik dapat menciptakan keharmonisan hubungan yang

terjalin antara satu pegawai dengan pegawai lainnya. Terciptanya suatu suasana kerja

yang kondusif, maka apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan organisasi dapat

terakomodir dengan baik. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dan lancar antara

pimpinan dan seluruh jajaran pegawai sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan organisasi. Keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan tugas-tugas

oleh pegawai sangat ditentukan dari pola komunikasi organisasi dari instansi. Namun

pola komunikasi organisasi yang diterapkan juga dapat membuat banyak tantangan

tersendiri dalam penerapannya. Mulai dari hubungan dari pimpinan bersama pegawai,

ataupun sebaliknya.
3

Pola komunikasi organisasi merupakan hal penting dalam sistem

pengendalian kepada pegawai/bawahan yang bermaksud untuk mengarahkan,

memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan tugas instansi.

Pola komunikasi organisasi atau komunikasi secara berstruktur dalam sistem ini

berguna sebagai pengendalian dan pengontrol perilaku pegawai dalam mengelola

instansi.

Pola komunikasi organisasi akan menciptakan keadaan dimana situasi

organisasi menjadi sangat formal karena adanya pola komunikasi organisasi yang telah

terbentuk. Pola komunikasi organisasi tercipta dari kebijakan interaksi pimpinan yang

menentukan kepada siapa ia akan berinteraksi dengan pegawai yang jabatan dan

pangkat ada di bawahnya. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan oleh pimpinan

membuat komunikasi dalam organisasi berjalan berdasarkan pola-pola yang telah

ditetapkan. Pola yang ditetapkan akan menghasilkan manajemen organisasi yang baik

atau tidak untuk itu pemimpin harus dapat memperhitungkan pola mana yang dapat

menunjang dalam pencapaian tujuan organisasi.

Begitu pula halnya pada Kantor Camat Tamalate Kota Makassar yang

menerapkan pola komunikasi organisasi. Kantor Camat Tamalate dapat dikatakan baik

dalam pelaksanaan sistem manajemen organisasinya. Pada tahun 2018 Kecamatan

Tamalate Makassar berhasil menyabet predikat terbaik dalam pelayanan masyarakat

“Prestasi Dharma Nusantara Awards” Adhikarya Dharma Nusantara. Kantor Camat

Tamalate Makassar terpilih sebagai salah satu di antara beberapa instansi pemerintah

berdasarkan hasil survei yang dilakukan dan telah menunjukkan prestasi dalam

pengabdian dan pantas untuk diberi penghargaan.


4

“Khusus di Kecamatan Tamalate sesuai hasil survei yang dilakukan,

Kecamatan Tamalate adalah sebuah Kecamatan yang berhasil

menciptakan serta meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat”. Ujar

Willy Kojo, Direktur Lembaga Triprestasi Indonesia (dalam Dicky

Minion, 2018, http://beritaku.id/kecamatan-tamalate-raih-penghargaan-

adhikarya-dharma-nusantara.html)

Selain itu, Kecamatan Tamalate juga berhasil menata dan menciptakan

sebuah lingkungan yang bersih, sehat, dan hijau, serta profesional dalam kinerja.

Kantor Camat Tamalate merupakan bagian dari institusi pemerintahan daerah yang

bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kantor Camat Tamalate

memiliki fungsi dan peran terhadap masyarakat, mengoordinasikan kegiatan

pemberdayaan masyarakat, upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum, pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum, mengurus berbagai bentuk

perizinan. Beberapa perizinan yang sering dibuat terkait dengan penerbitan izin usaha

mikro kecil, rekomendasi surat pengantar Surat Keterangan Catatan Kepolisian

(SKCK), surat keterangan domisili, dispensasi nikah, rekomendasi dan pengesahan

permohonan cerai, belum nikah, dan nikah. Ada banyak fungsi dan tugas lain dari

Kantor Camat Tamalate.

Melihat begitu banyaknya tugas dari Kantor Camat Tamalate dan manajemen

organisasi yang berhasil mendapatkan penghargaan atas kinerjanya. Maka peneliti

tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pola komunikasi di Kantor Camat

Tamalate yang ditetapkan pemimpinnya sehingga para pegawainya dapat bekerja sama
5

dengan baik dan factor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam penerapan

pola komunikasi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan yang sudah dipaparkan maka

penulis menarik rumusan masalah:

1. Bagaimana pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota

Makassar?

2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam proses komunikasi di Kantor

Camat Tamalate Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang terdapat di atas maka tujuan yang ingin

dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pola komunikasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam proses

komunikasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan perbaikan untuk

mengembangkan penelitian yang dilakukan selanjutnya tentang teori Ilmu

Komunikasi yang berkaitan dengan pola komunikasi organisasi khususnya

dinas pemerintahan.
6

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi Kantor

Camat dalam proses komunikasi di Kecamatan Tamalate.

b. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengalaman peneliti serta menjadi bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Komunikasi Organisasi

Organisasi adalah wadah bagi orang-orang untuk berkumpul, berserikat,

dan bekerja sama secara sistematis, terencana, dan terkoordinasi dalam

memanfaatkan sumber daya yang tersedia (manusia, dana, material, teknologi,

metode, dan lingkungan) untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sebuah

organisasi, komunikasi merupakan aktivitas yang harus dibina sehingga anggota

organisasi merasakan adanya ikatan yang harmonis, saling mendukung dan saling

membutuhkan. Dengan demikian, komunikasi organisasi adalah proses komunikasi

yang terjadi di suatu organisasi dan bertujuan untuk menjaga keharmonisan kerja

sama di antara berbagai pihak yang berkepentingan. Komunikasi organisasi pada

hakikatnya merupakan komunikasi antarmanusia (human communication) yang

terjadi dalam lingkungan organisasi.

Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk

berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, membagi

pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan

sebagainya. Berbagai keinginan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kegiatan

komunikasi dengan orang lain dalam suatu sistem sosial tertentu, termasuk

didalamnya suatu sistem organisasi. Kemampuan berkomunikasi di organisasi

adalah salah satu kemampuan yang sangat penting bagi pimpinan maupun anggota.

Komunikasi sangat diperlukan sebagai upaya untuk menjaga kinerja, baik internal

7
8

maupun eksternal organisasi. Komunikasi dengan kolega merupakan aktivitas yang

sangat penting karena kedudukan antara satu anggota dengan anggota lain pada

hakikatnya saling terkait.

Dinamika di suatu organisasi menunjukkan adanya suatu aktivitas, tugas,

atau jasa pelayanan sebagai sarana berkoordinasi antar kolega membentuk kesatuan

sistem dari bagian-bagian yang saling bergantung. Dinamika proses kerja sama

untuk mencapai tujuan organisasi dapat ditingkatkan melalui perbaikan

komunikasi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan koordinasi antara

bagian subsistem dalam organisasi. Menurut Kohler (dalam Suranto 2018 : 14)

terdapat sebuah model komunikasi yang sangat tepat dipilih dalam rangka

meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan organisasi, yaitu komunikasi organisasi

(model tata hubungan komunikasi dari para pemangku kepentingan di organisasi),

adalah model komunikasi yang berfungsi: (1) Untuk menyatukan bagian-bagian

(subsistem) organisasi; (2) Mempermudah proses pertukaran informasi yang

berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai

sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam organisasi, maupun

antara organisasi dengan mitra kerja.

Tata hubungan komunikasi adalah sistem pengelolaan komunikasi yang

terjadi dalam suatu organisasi dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi

tersebut. Melalui komunikasi, maka akan mengantarkan terbentuknya kesatuan

sistem dari bagian-bagian yang saling bergantung serta terciptanya pola hubungan

tata kerja yang harmonis. Profil sebuah organisasi merupakan paduan dari berbagai

bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Komunikasi sangat penting untuk
9

mempersatukan bagian-bagian tersebut guna mencapai tujuan bersama. Di dalam

kegiatan sehari-hari, hampir seluruh aktivitas pimpinan dan anggota, pada dasarnya

merupakan bentuk komunikasi organisasi.

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia (Human

Communication) yang terjadi dalam konteks organisasi di mana terjadi jaringan-

jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satu sama lain. Dengan

demikian, komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu

organisasi antara pemimpin dengan pegawai atau sesama pegawai untuk mencapai

suatu tujuan tertentu baik melalui media maupun face to face. (Bungin, 2007 : 274).

Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Suranto 2018 : 17) mendefinisikan

komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Muhammad

Arni (dalam Suranto 2018 : 17) mengemukakan komunikasi organisasi adalah

proses pertukaran pesan dalam sebuah organisasi dan dipengaruhi oleh

lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. Sementara itu, Ig. Wursanto

(dalam Suranto 2018 : 17) menjelaskan bahwa komunikasi organisasi (terutama

pada organisasi formal) dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian, sebagai

berikut.

a. Tata hubungan administrasi, disebut juga tata hubungan fungsi, yaitu tata

hubungan (komunikasi) yang dilakukan oleh setiap orang yang mempunyai

fungsi dan kedudukan sebagai administrator atau manajer dengan para

bawahan atau para pegawai pelaksana yang mengandung unsur perintah.


10

b. Hubungan tata usaha, adalah hubungan yang terjadi atau yang berlangsung

antara satuan organisasi dengan satuan lain didalam organisasi dan tidak

mengandung unsur perintah. Hubungan ini hanya bersifat pengiriman

informasi dalam rangka pelaksanaan pekerjaan organisasi. Pengiriman

informasi ini dapat dilakukan melalui surat-surat atau dapat juga melalui

telepon.

Perlu dipahami, bahwa pelaku komunikasi dalam proses komunikasi

organisasi tidak selamanya perorangan/individu, melainkan sering kali komunikasi

itu berlangsung antara pihak satu dengan pihak lain sama-sama mengatasnamakan

lembaga, unit kerja, atau sebuah seksi tertentu. Dalam konteks ini, pengertian

komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara

unit kerja yang merupakan bagian dari suatu susunan organisasi. Suatu organisasi

terdiri dari unit-unit kerja yang menunjukkan adanya hubungan-hubungan

horisontal dan vertikal. Misalnya, komunikasi antara unit produksi dengan unit

pemasaran, menunjukkan bahwa meskipun yang saling berbicara hanyalah seorang

kepala unit produksi dan seorang kepala unit pemasaran, tetapi keduanya

berkomunikasi atas nama unit kerjanya masing-masing.

Secara sederhana, komunikasi organisasi adalah aktivitas komunikasi

dalam lingkungan organisasi. Organisasi terdiri atas unsur pengurus dan anggota,

ada pimpinan dan staf karyawan. Apabila Anda menjadi anggota organisasi

tertentu, maka informasi yang ada pada diri Anda sangat diperlukan oleh anggota

lainnya dan diperlukan pula oleh pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan.

Sebaliknya, informasi yang dikuasai oleh kolega, sebenarnya juga Anda perlukan
11

sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan sehingga terjadi

keharmonisan. Proses bertukar informasi dan ide-ide antara para pimpinan dan

anggota, dinamakan komunikasi internal. Apabila transaksi informasi tersebut

melibatkan pihak-pihak di luar organisasi. Proses ini disebut komunikasi eksternal.

(Suranto, 2018 : 18)

Perencanaan dan pelaksanaan komunikasi organisasi, sebaiknya mengacu

kepada kepentingan organisasi, bukan kepentingan individu. Oleh karena itu, perlu

proses panjang yang melibatkan para anggota untuk melakukan identifikasi

masalah komunikasi di kalangan anggota (dari bawah), dimusyawarahkan,

diputuskan, dan dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di

organisasi. Melalui komunikasi yang baik, diharapkan dapat diperoleh manfaat bagi

organisasi sebagai berikut.

1) Citra organisasi lebih baik.

2) Respons khalayak lebih dinamis .

3) Kemitraan lebih kuat.

4) Arus kerja lebih teratur.

5) Produktivitas meningkat.

6) Pengambilan keputusan lebih cepat.

7) Pemecahan masalah lebih akurat.

2. Pola Komunikasi Organisasi

Kata pola komunikasi berasal dari dua suku kata yakni pola dan

komunikasi. Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 885) dapat

diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan dalam kamus Ilmiah
12

Popular pola dapat diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan).

Diantara orang-orang yang berada dalam suatu organisasi akan terjadinya saling

pertukaran pesan, pertukaran pesan ini melalui jalan tertentu yang dinamakan

pola aliran informasi atau jaringan komunikasi. Peranan individu dalam sistem

komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu lainnya

dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi

individu dengan aliran informasi dalam jaringan komunikasi. (Masmuh, 2008 :

56-57)

Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya

communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Menurut Everett M.

Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Fajar, 2009 : 31-32) menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya

terjadi saling pengertian yang mendalam.

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses

komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi

dengan komponen lainnya (Soejanto, 2005 : 27). Menurut Syaiful Bahri (2004 :

1) pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau

lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi adalah sistem

penyampaian pesan komunikasi dari komunikator kepada komunikan dengan

maksud untuk mengubah pendapat, sikap maupun perilaku komunikan. Sistem


13

penyampaian pesan didasarkan pada penggunaan sejumlah teori-teori

komunikasi dalam menyampaikan pesan langsung ataupun melalui perantara

media tertentu, pesan komunikasi disampaikan melalui lambang (symbol)

komunikasi dalam bahasa verbal maupun nonverbal serta media komunikasi

lainnya seperti media teknologi informasi, media radio visual, surat kabar,

majalah dan lain-lain.

Menurut Tubbs dan Moss dalam Sentosa (2015 : 497) pola komunikasi

dapat dicirikan oleh komplementaris atau simetris. Hubungan komplementer

ialah satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku

tunduk dan lainnya. Simetri ialah tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas

dasar kesamaan. Pola komunikasi dan aktifitas organisasi atau suatu instansi

sangat tergantung pada tujuan, gaya manajemen, dan iklim organisasi yang

bersangkutan, artinya bahwa komunikasi itu tergantung pada kekuatan-kekuatan

yang bekerja dalam organisasi tersebut, yang ditujukan oleh mereka yang

melakukan pengiriman dan penerimaan pesan, dalam artian komunikasi

pimpinan dan bawahan.

Pola komunikasi sebagaimana dijelaskan di atas merujuk pada upaya

penyampaian pesan melalui sebuah proses yang oleh karena itu proses ini

dikaitkan dengan keberadaan jaringan komunikasi. Pemahaman mengenai pola

komunikasi salah satunya dapat dilihat dari keberadaan teori jaringan

sebagaimana diungkapkan Weick dan Taylor (dalam Littlejhon, 2009 : 370)

bahwa pola-pola komunikasi akan berkembang seiring waktu dalam sebuah

organisasi. Salah satu cara untuk melihat susunan organisasi adalah dengan
14

menguji pola-pola interaksi ini untuk melihat siapa yang berkomunikasi dengan

siapa. Karena tidak ada seorang pun yang berkomunikasi sama dengan semua

anggota organisasi. Sehingga dapat melihat kelompok-kelompok hubungan

komunikasi yang saling terhubung untuk membentuk keseluruhan jaringan.

Pola komunikasi dilakukan dalam usaha untuk menemukan cara terbaik

dalam berinteraksi ketika penyampaian pesan. Walaupun sebelumnya tidak ada

cara yang benar-benar paling baik secara universal di bidang komunikasi

dikarenakan informasi dapat dikirimkan dengan tujuan yang berbeda-beda. Cara

yang paling efektif dalam mengomunikasikan pesan-pesan tergantung pada

faktor situasional, seperti: kecepatan, ketelitian, biaya, dan keterbatasan waktu.

Meskipun demikian, suatu analisis jaringan komunikasi sangat membantu untuk

menentukan pola-pola mana yang paling cepat penyampaiannya, paling teliti,

paling luwes dan sebagainya. Pada komunikasi organisasi kita tentu berbicara

tentang bagaimana komunikasi itu dapat tersalurkan karena, komunikasi yang

terjadi dengan orang-orang didalam organisasi disebut komunikasi internal di

samping itu, organisasi juga perlu melakukan komunikasi dengan pihak luar,

disebut komunikasi eksternal.

Pola komunikasi merupakan pengembangan dari struktur jaringan

komunikasi. Dengan jaringan komunikasi dapat diketahui bentuk hubungan atau

koneksi anggota organisasi, keterbukaan satu individu dengan individu lain dan

orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Pertukaran

informasi yang terjadi di antara individu-individu tersebut akan membentuk

sebuah pola (Romli, 2014 : 102).


15

Menurut Griffin (2012), terdapat berbagai pola komunikasi dalam

kelompok kerja yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah :

a. Pola Komunikasi Roda (wheel)

I
B
H

G A C

D
F
E

Pola roda (wheel), yaitu pola komunikasi yang menggambarkan dari

satu sumber untuk kemudian pesan disebarkan kepada yang lain dari sumber

tersebut. Pola komunikasi seperti ini biasanya dilakukan oleh sebuah kelompok

di mana pemimpin memiliki kontrol penuh terhadap seluruh anggota. Sumber

informasi yang didapatkan hanya melalui pemimpin yang menjadi satu-satunya

sumber informasi. Dalam pola roda semua komunikasi mengalir melalui satu

individu sentral yang biasanya diungkapkan pemimpin kelompok (Griffin,

2012).

Jaringan komunikasi berbentuk roda menggambarkan bagaimana aliran

informasi itu bersumber dari sentral A (sentralisasi). Dari A informasi itu

dialihkan kepada B atau C, D, dan E lalu masing-masing merespons kembali

informasi itu kepada A, inilah jaringan komunikasi yang formal. Jika terjadi

hubungan di antara A, C, D, dan E maka hubungan itu bersifat informal.

(Liliweri, 2014 : 387)


16

b. Pola Komunikasi Y

Pola komunikasi Y, sekalipun sumber informasi berasal dari satu


A B
sumber, tetapi dalam proses penyebarannya kepada seluruh
C anggota tidak selalu harus melalui dirinya. Informasi tersebut

dapat disebarkan melalui dirinya maupun melalui anggota yang


D lain. Pola komunikasi yang dilakukan dalam sebuah kelompok di

mana pemimpin melakukan delegasi atau pelimpahan wewenang

E atau kepercayaan kepada sebagian dari anggota

kelompoknya. Memiliki tingkat sentralisasi lebih rendah yakni dua orang dekat

dengan pusat.

c. Pola Komunikasi Rantai (chain)


A
Pola rantai (chain), yaitu pola yang menawarkan aliran informasi

yang lebih seimbang antar anggota meski dua individu hanya


B
berinteraksi dengan satu orang lain. Kelemahan ini teratasi

dengan pola lingkaran (Griffin, 2012). Pola komunikasi ini


C

menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pemimpin kepada

bawahan sangat tinggi atau bahkan pemimpin benar-benar


D

memberikan kewenangan kepada anggotanya untuk

E
menyampaikan informasi, namun setiap anggota hanya dapat

menerima dan memberi informasi maksimum dengan dua orang saja. Biasanya

berlaku ketika sebuah pekerjaan dalam kelompok lebih bersifat

berkesinambungan atau berkelanjutan. Pola komunikasi bersambung ini


17

biasanya berlaku ketika sebuah pekerjaan dalam kelompok lebih bersifat

berkelanjutan.

Jaringan komunikasi berbentuk rantai menggambarkan bagaimana

aliran informasi itu bersumber dari tingkat atas “Kepala Dinas” kepada seorang

“Kepala Subdinas” dan diteruskan kepada “Kepala Seksi”. (Liliweri, 2014 : 387)

d. Pola Komunikasi Lingkaran (circle)

A
Pola lingkaran (circle), yaitu pola komunikasi yang

dibangun seperti pola berkelanjutan namun lebih bersifat


E B tertutup. Artinya pada akhirnya pemberi pesan akan

mengevaluasi hasil-hasil dan implikasi dari pesan pertama


D C yang ia kirimkan dari orang terakhir yang menerima pesan.

Jaringan komunikasi berbentuk lingkaran menggambarkan bagaimana

aliran informasi itu bersumber dari seseorang-siapa saja yang mengambil

inisiatif memulainya (komunikator)-misalnya A kepada B, dilanjutkan kepada C

dan D, dikembalikan lagi kepada A, dan seterusnya. (Liliweri, 2014 : 387)

e. Pola Komunikasi Menyeluruh (all Channel)

A Pola Menyeluruh (all Channel), yaitu seluruh anggota

dan pemimpin memiliki kesempatan yang sama untuk

D B menyampaikan pesan atau informasi sebagai bentuk

komunikasi yang dilakukan. Pola komunikasi seperti

E C ini biasanya terjadi dalam momen-momen seperti

rapat, diskusi, atau juga dalam sebuah kelompok yang bersifat partisipatif.

Kelebihan dari pola ini adalah bahwa bias informasi akan terminimalkan karena
18

setiap orang mendapatkan klarifikasi informasi dari seluruh anggota organisasi.

Pola ini yang paling terdesentralisasi memungkinkan terjadinya aliran informasi

secara bebas di antara semua anggota kelompok. Semua orang dapat

berpartisipasi secara adil.

Jaringan komunikasi ini menggambarkan bagaimana aliran informasi

itu bersumber dari salah satu sumber, misalnya A ke semua arah dan direspon

kembali kepada A. Di sini terlihat, setiap orang dapat menjadi sumber dan

sasaran dari informasi. (Liliweri, 2014 : 388)

3. Arus Komunikasi dalam Organisasi

Arus komunikasi organisasi adalah suatu aliran atau jaringan penyebaran

informasi yang terjadi didalam suatu organisasi. Arus komunikasi menunjukkan

pola pengelolaan informasi untuk secara tetap dan berkesinambungan menciptakan,

menampilkan, mengirim, dan menerima, serta menafsirkan pesan atau informasi.

Apabila kita cermati, informasi tidak mengalir dengan sendirinya, karena

informasi itu sendiri bukan merupakan suatu benda hidup. Dia hanyalah berupa

sumber daya perangkat lunak, berbentuk pesan, baik lisan maupun tertulis. Pesan

tidak muncul dan bergerak sendiri. Pesan dapat mengalir dari orang ke orang lain,

dari bagian satu ke bagian lain, oleh karena ada yang mengalirkan atau

menggerakkannya. Kamuli (dalam Suranto, 2018 : 82) menyebut bahwa arus

komunikasi adalah pengaturan aliran pesan dari satu divisi ke divisi lain di suatu

organisasi, dan mempunyai pengaruh langsung pada produktivitas kerja.

Arus komunikasi dalam organisasi meliputi : komunikasi vertikal,

horisontal, dan diagonal.


19

a. Komunikasi vertikal

Komunikasi vertikal adalah arus komunikasi dengan melibatkan pihak-

pihak yang secara hierarki memiliki jenjang kedudukan struktural yang berbeda.

Misalnya, komunikasi antara manajemen dengan staf, antara pimpinan dengan

bawahan, antara kepala bagian dengan subbagian, dan sebagainya. Komunikasi

vertikal ini dapat dibedakan menjadi dua arah arus komunikasi, yaitu (1)

komunikasi vertikal ke bawah (downward communication) dan (2) vertikal ke atas

(upward communication).

1) Komunikasi vertikal ke bawah, adalah penyampaian informasi dari

atasan kepada bawahan, atau dari pimpinan kepada staf, atau dari

pejabat kepada pejabat lain yang secara struktural organisatoris berada

di bawahnya. Komunikasi ke bawah mengalir menurut jenjang hierarki

dari wewenang yang lebih tinggi kepada wewenang yang lebih rendah,

dari tingkat manajemen puncak ke manajemen menengah, terus ke

manajemen operasional yang lebih rendah, sampai akhirnya kepada para

anggota perkantoran. Jadi, komunikasi vertikal ke bawah berlangsung

ketika orang-orang pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada

bawahannya. Komunikasi ke bawah bertujuan untuk menyediakan

informasi yang membantu para karyawan mengerjakan pekerjaan

mereka, pengendalian dan pengawasan kerja, serta berbagai pengarahan

agar staf dapat memahami apa yang harus dikerjakan, bagaimana

metode kerjanya, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam aliran

informasi ke bawah ini, pesan komunikasi dapat berupa:


20

a) Pemberian atau penyampaian instruksi tentang pekerjaan (job

instruction),

b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu

untuk dilaksanakan (job rationale),

c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang

berlaku,

d) Pemberian perintah untuk segera dilaksanakan,

e) Pemberian petunjuk kepada karyawan untuk bekerja lebih baik,

f) Penyampaian teguran untuk tidak melakukan pelanggaran,

g) Pemberian pujian kepada karyawan atas prestasi kerja, dan

h) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2) Komunikasi vertikal ke atas, adalah rangkaian kegiatan penyampaian

informasi dari pejabat yang mempunyai kedudukan lebih rendah kepada

pejabat yang berkedudukan lebih tinggi, dari staf kepada pimpinan. Arus

komunikasi ini terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada

atasannya. Misalnya saja dari Camat kepada Bupati, dari Dekan kepada

Rektor. Oleh karena itu, komunikasi ke atas, mengalir dari hierarki

wewenang yang lebih rendah kepada hierarki wewenang yang lebih

tinggi, dan disampaikan untuk maksud penyampaian aspirasi bawahan

berupa laporan, keluhan, dan usulan. Dengan demikian, memungkinkan

para eksekutif memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara

bijak.
21

Semua anggota atau pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali

mereka yang menduduki posisi manajemen puncak tentu berkomunikasi

ke atas. Artinya, setiap pegawai dapat mempunyai alasan meminta

informasi, meminta penjelasan, maupun mengemukakan usulan kepada

orang atau pejabat yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Wayne Pace

dan Don F. Faules dalam Suranto (2018 : 85) memberikan alasan

pentingnya komunikasi ke atas di suatu perkantoran, di antaranya sebagai

berikut.

a) Arus komunikasi ke atas memberi informasi berharga untuk

pembuatan keputusan secara komprehensif.

b) Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan

mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik

bawahan menerima pesan.

c) Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong keluh kesah

pegawai muncul ke permukaan sehingga atasan dapat mengetahui apa

yang telah terjadi.

d) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada

organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk

mengajukan pertanyaan dan menyumbangkan gagasan serta saran-

saran mengenai operasi organisasi.

e) Komunikasi ke atas mengizinkan pimpinan untuk menentukan apakah

bawahan memahami apa yang diharapkan dari arus komunikasi ke

bawah.
22

f) Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan

mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam perkantoran.

Wujud komunikasi ke atas antara lain :

a) Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah

dilaksanakan,

b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan

ataupun tugas yang belum dapat diselesaikan oleh bawahan,

c) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

hambatan pelaksanaan pekerjaan,

d) Penyampaian pendapat sebagai reaksi atas kebijakan organisasi

maupun kebijakan pimpinan,

e) Penyampaian laporan pertanggungjawaban atas tugas yang telah

dikerjakan, dan

f) Penyampaian usulan sebagai bentuk aspirasi bawahan.

b. Komunikasi horisontal

Arus komunikasi horisontal, disebut pula arus komunikasi ke samping atau

arus komunikasi mendatar, atau arus komunikasi sejajar, disebut pula arus

komunikasi lateral, adalah proses penyampaian informasi yang melibatkan pegawai

atau pimpinan yang masing-masing mempunyai level hierarki jabatan yang

setingkat atau sejajar. Misalnya, komunikasi antarkepala bagian, antarkepala seksi

dalam suatu organisasi, ataupun komunikasi antarpegawai. Masing-masing orang

atau lembaga yang terlibat dalam proses komunikasi ini memiliki kedudukan
23

setingkat untuk berbagai informasi dan berkoordinasi. Arus komunikasi ini sangat

baik untuk penyelesaian masalah yang kompleks dan melibatkan banyak pihak dari

berbagai divisi di organisasi. Aliran informasi seperti ini terjadi atas inisiatif mereka

sendiri untuk meningkatkan kerja sama, memupuk fungsi koordinasi dan

mengupayakan konsolidasi demi kelancaran tugas dalam suasana kerja yang

harmonis. Wujud komunikasi organisasi yang mengikuti serta pola arus komunikasi

horisontal, antara lain.

1) Rapat terpadu untuk menetapkan kebijaksanaan;

2) Bersama-sama merumuskan tujuan;

3) Meningkatkan kerja sama lintas unit kerja;

4) Melakukan koordinasi;

5) Menyampaikan dan menerima pertimbangan;

6) Konsultasi pekerjaan;

7) Tukar-menukar informasi;

8) Menghindarkan tumpang tindih pelaksanaan pekerjaan.

c. Komunikasi diagonal

Komunikasi diagonal adalah proses penyampaian dan penerimaan

informasi atau arus komunikasi yang berlangsung antara pegawai pada tingkat

kedudukan yang berbeda, pada tugas atau fungsi yang berbeda, dan satu sama

lainnya tidak mempunyai wewenang langsung. Arus komunikasi diagonal dapat

terjadi dalam dua arah, yakni komunikasi diagonal ke bawah dan ke atas.

Komunikasi diagonal ke bawah berarti merupakan rangkaian kegiatan


24

penyampaian informasi dari pejabat yang berkedudukan lebih tinggi kepada pejabat

yang berkedudukan lebih rendah dan berbeda satuan unit kerjanya. Wujud arus

komunikasi diagonal ke bawah, antara lain:

1) Meminta pendapat;

2) Meminta dokumen;

3) Menyampaikan pesan;

4) Mengundang pertemuan;

5) Cek silang kebenaran informasi;

6) Klarifikasi.

Komunikasi diagonal ke atas adalah alur informasi dari pejabat yang

berkedudukan lebih rendah kepada pejabat yang berkedudukan lebih tinggi, dan

mereka berada pada bagian atau divisi yang berbeda, sebenarnya tidak berada

dalam satu garis komando langsung. Wujud arus komunikasi diagonal ke atas,

antara lain:

1) Menyampaikan pendapat;

2) Menanyakan kepastian pertemuan;

3) Mengonsultasikan gagasan;

4) Konfirmasi jadwal;

5) Dan sebagainya.

4. Faktor Penghambat Komunikasi dalam Organisasi

Ada beberapa hal dari lingkungan organisasi yang ikut memberikan

kontribusi terhadap gangguan pesan dalam komunikasi, di antaranya adalah sebagai

berikut. (Arni, 2014 : 214)


25

a. Kedudukan atau Posisi dalam Organisasi

Kedudukan atau posisi dalam suatu organisasi mempengaruhi cara orang

berkomunikasi. Anggota-anggota fungsional organisasi yang menduduki jabatan

dengan tugas dan otoritas yang ditetapkan untuk itu akan mempunyai perspektif

dan sistem nilai yang berbeda dengan anggota lain yang mempunyai jabatan yang

berbeda. Misalnya seorang pimpinan melihat fungsi organisasi berbeda dengan

bawahannya. Bila terjadi ada pesan yang berkenaan dengan masalah produksi maka

pesan ini akan ditanggapi secara berbeda oleh anggota-anggota organisasi sesuai

dengan jabatannya masing-masing. Pimpinan yang bertanggung jawab dalam

produksi mungkin lebih tertarik akan pesan itu karena hal itu merupakan tanggung

jawabnya tetapi pegawai di bidang administrasi misalnya mungkin akan

mengabaikan saja pesan tersebut karena tidak menyangkut bidangnya. Pada

kenyataan dapat dilihat, bahwa anggota yang bekerja dalam organisasi melihat

pekerjaan mereka dengan cara berbeda dengan orang yang di luar organisasi. Tiap-

tiap posisi dalam organisasi menuntut bahwa anggota yang menduduki posisi

tersebut harus mempersepsi dan berkomunikasi dari pandangan posisinya.

b. Hierarki dalam Organisasi

Susunan posisi dalam bentuk hierarki menggambarkan bahwa ada orang

yang menduduki posisi yang superior dan yang lainnya bawahan. Hierarki

hubungan atasan dan bawahan ini mempengaruhi cara seorang berkomunikasi. Di

antara mereka terdapat perbedaan dalam persepsi status. Orang menduduki tempat

yang lebih tinggi dalam hierarki, mempunyai kontrol yang lebih banyak daripada

orang yang ditempatkan pada bagian bawah. Informasi mungkin terganggu ke atas
26

karena bawahan harus hati-hati untuk membicarakan sesuatu yang menarik bagi

atasannya untuk didengar atau menghindarkan topik atau cara penyampaian yang

sensitif terhadap atasannya. Sebaliknya atasan hanya ingin mendengarkan atau

mendiskusikan hal-hal yang cenderung tidak mengurangi posisi mereka dalam

organisasi dengan refleksi negatif dari kemampuan mereka dalam pembentukan

keputusan dan kompetensi mereka. Bahkan di antara teman hubungan yang bersifat

hierarki ini mempengaruhi cara-cara mereka mendiskusikan sesuatu.

c. Keterbatasan Berkomunikasi

Keterbatasan yang ditentukan oleh organisasi dimana seseorang boleh

berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa yang boleh membuat

keputusan, mempengaruhi cara anggota organisasi berkomunikasi. Koordinasi

aktivitas dan arus informasi dalam organisasi menghendaki beberapa pembuatan

keputusan secara sentralisasi. Untuk menghindari anggota organisasi tidak begitu

banyak berbeda-beda arah dan membuat keputusan yang mungkin bertentangan

dengan tidak seimbangnya beban kerja, maka organisasi di struktur sehingga

keputusan-keputusan dibuat oleh anggota yang terbatas dari organisasi.

Bila pembuatan keputusan secara sentral maka akan sangat banyak

informasi dan sangat banyak keputusan yang harus dibuat dengan cepat. Keadaan

informasi yang terlampau banyak itu akan menimbulkan gangguan dalam

komunikasi. Bila begitu banyak pesan atau kontak yang masuk sistem atau pesan

harus ditangani cepat satu atau beberapa orang dalam organisasi mengalami

terlampau banyak beban informasi (overload). Jaringan komunikasi, organisasi dan

individu menciptakan cara penyesuaian untuk menghindari pesan bila terlalu


27

banyak untuk menjaga tidak terputusnya urutan dalam proses informasi, individu

dapat melakukan beberapa hal berikut ini :

1) Mengabaikan beberapa pesan.

2) Menunda respon bagi pesan yang penting.

3) Menjawab atau merespon hanya terhadap bagian dari beberapa pesan.

4) Berespon secara tidak tepat terhadap pesan tertentu.

5) Menggunakan waktu yang sedikit untuk tiap-tiap pesan.

6) Bereaksi terhadap pesan hanya pada level permukaannya saja.

7) Memblok pesan sebelum masuk sistem.

8) Menukar beban respon terhadap beberapa pesan lain.

9) Menciptakan satu posisi atau unit untuk menangani macam-macam

pesan tertentu.

10) Mengurangi standar untuk membiarkan beberapa kesalahan dalam

tanggapan terhadap pesan.

Tiap penyesuaian yang dilakukan di atas mendorong terjadinya gangguan

pesan dalam organisasi.

d. Hubungan yang Tidak Personal

Hubungan yang tidak personal dalam organisasi mempengaruhi cara

anggota berkomunikasi. Salah satu dari karakteristik organisasi formal adalah

hubungan yang bersifat formal dan tidak personal. Hubungan-hubungan yang tidak

bersifat personal ini mengarahkan kepada tekanan-tekanan yang bersifat emosional.

Untuk menyembunyikan atau memungkiri ekspresi emosional kepada orang lain

orang mengembangkan cara-cara menyimpan ekspresi emosional tersebut.


28

Organisasi bahkan mungkin menolak mempertimbangkan ide-ide yang menuju

pada pembuktian pernyataan perasaan. Akibatnya lambat laun berkurang kehati-

hatian pada perasaan pribadi yang lain dan tidak mampu memperkirakan secara

tepat reaksi emosional yang lain. Akhirnya organisasi terdiri dari individu yang

tidak dapat mengomunikasikan perasaan mereka.

e. Sistem Aturan dan Kebijaksanaan

Sistem aturan, kebijaksanaan, dan aturan-aturan yang berkaitan dengan

pemikiran, dan perbuatan, mempengaruhi cara-cara orang berkomunikasi.

Penggunaan aturan dan kebijaksanaan yang kaku mengarahkan ketidakmampuan

untuk membuat persetujuan dan mengarahkan pada hubungan yang tidak personal

dan kurangnya komunikasi yang bersifat emosional. Aturan mengarahkan kepada

pola komunikasi tradisional yang kaku dan rutin. Akibatnya komunikasi dalam

organisasi berkurang terutama komunikasi interpersonal. Informasi dan pesan

mengalami gangguan karena terikat dengan aturan yang terlalu formal.

5. Faktor Pendukung Komunikasi Organisasi

Menurut Pace & Faules (2006 : 26) mengatakan bahwa komunikasi

merupakan suatu hal yang terjadi ketika terdapat dua bentuk umum tindakan yang

terjadi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Komunikasi yang terjadi

dalam hierarki perusahaan dapat disebut dengan komunikasi organisasi. Dalam

komunikasi organisasi, ada salah satu faktor yang membuat komunikasi dapat

berjalan dengan baik, yaitu kepuasaan komunikasi. Kepuasaan komunikasi adalah

suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam

komunikasi berarti perasaan nyaman dengan pesan-pesan media, dan hubungan-


29

hubungan dalam organisasi (Pace & Faules, 2006 : 165). Menurut Redding (dalam

Lukito, 2017 : 152) istilah kepuasaan komunikasi digunakan untuk menyatakan

keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan karyawan dalam lingkungan total

komunikasinya. Down & Hazen (dalam Lukito, 2017 : 152) menemukan bahwa

komunikasi memiliki delapan faktor yang diyakini sebagai indikator kepuasan

komunikasi dimana merupakan bagian dari dimensi variabel informational

communication dan relational communication. Informational communication

memfokuskan kepada kepuasan konten, alur komunikasi, lingkungan komunikasi,

sudut pandang organisasi, dan integrasi organisasi, sedangkan relational

communication berfokus pada kepuasan komunikasi terhadap anggota organisasi

yang lainnya, dimana lebih cenderung pada tanggapan, dan sikap dari para

karyawan (Pincus, 1986, dalam Okay & Okay, 2009; Gray & Laidlaw, 2004;

Goldhaber, et.al., 1978; Putti, et.al., 1990, dalam Jalalkamali, et.al., 2016).

a. Informational Communication (Komunikasi Informasi)

1) Media quality (kualitas media)

Variabel ini memberikan gambaran seberapa jauh suatu pertemuan

dirancang dengan baik, bagaimana hasil dari pertemuan tercatat dengan

baik, dan apakah komunikasi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik,

serta sarana komunikasi yang mendukung guna tersampaikannya informasi

tersebut.

2) Organizational communication (komunikasi organisasional)

Kepuasan karyawan dalam mendapatkan jumlah informasi yang

diterima mengenai lingkungan pekerjaan, dan sesuai dengan tingkatan


30

karyawan, seperti bagaimana job desk tersampaikan dengan jelas dan

detail, pemberian informasi yang sesuai dan tidak melebihi job desk

karyawan.

3) Communication climate (iklim komunikasi)

Merefleksikan komunikasi dalam tingkat organisasi dan personal,

dimana iklim tersebut digunakan untuk memotivasi, dan mendorong

pekerja dalam mencapai tujuan perusahaan, namun untuk mencapai hal

tersebut, komunikasi yang ada harus merupakan komunikasi yang sehat.

b. Relational Communication (Komunikasi Relasional)

1) Horizontal communication (komunikasi horisontal)

Komunikasi horisontal informal ini mengenai bagaimana para pekerja

puas dengan komunikasi antar karyawan sejawat, dan mendapatkan

informasi yang akurat, bermanfaat serta bebas mengalir.

2) Personal feedback (umpan balik pribadi)

Keinginan karyawan dalam mengetahui bagaimana pekerjaannya

dinilai, sehingga dapat lebih menstimulasi kerja karyawan, sehingga dapat

memberikan kerja yang lebih maksimal.

3) Supervisory communication (komunikasi pemimpin)

Kepuasan berkomunikasi dengan karyawan yang memiliki jabatan

lebih tinggi, yaitu bagaimana seorang supervisor dapat terbuka

untuk/dalam menerima ide atau masukan dari bawahan, maupun

keterbukaan untuk mendengarkan dan memerhatikan bawahan, serta dapat

membimbing dalam menyelesaikan permasalahan kerja yang ada.


31

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian teoritis di atas maka peneliti dapat menarik sebuah

kerangka pemikiran.
Kantor Camat
Tamalate

Pola Komunikasi

• Pola Komunikasi Roda


• Pola Komunikasi Y
• Pola Komunikasi Rantai
• Pola Komunikasi Lingkaran
• Pola Komunikasi Menyeluruh

Faktor Penghambat Faktor Pendukung


Komunikasi Organisasi Komunikasi Organisasi
• Kedudukan atau Posisi dalam • Informational Communication
Organisasi ▪ Media quality
• Hierarki dalam Organisasi ▪ Organizational communication
▪ Communication climate
• Keterbatasan Berkomunikasi
• Relational Communication
• Hubungan yang Tidak Personal ▪ Horizontal communication
• Sistem Aturan dan Kebijaksanaan ▪ Personal feedback
▪ Supervisory communication

Iklim komunikasi organisasi


yang baik

C. Fokus Penelitian

Skripsi ini berjudul “Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat

Tamalate Kota Makassar”. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis
32

penelitian kualitatif, maka penelitian ini akan difokuskan pada pola komunikasi

dalam organisasi yaitu pola komunikasi roda, pola komunikasi Y, pola komunikasi

rantai, pola komunikasi lingkaran dan pola komunikasi menyeluruh.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Gambaran penelitian ini dibatasi pada bagaimana pola komunikasi

organisasi di Kantor Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Oleh karena itu penulis

memberikan deskripsi fokus sebagai :

1. Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah suatu pola hubungan yang terbentuk antara dua

orang atau lebih yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain dan

bertujuan untuk memberikan gambaran terkait proses komunikasi yang sedang

terjadi.

2. Pola Komunikasi Roda

Pola komunikasi roda adalah pola komunikasi yang menggambarkan

aliran informasi berasal dari satu sumber, yaitu pemimpinnya yang berada di

posisi pusat. Jadi apabila seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota

lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

3. Pola Komunikasi Y

Pola komunikasi Y adalah pola komunikasi di mana pemimpin

melakukan pelimpahan wewenang kepada anggota yang dipercayainya di

kelompok dalam penyebaran informasi yang bersumber darinya.


33

4. Pola Komunikasi Rantai

Pola komunikasi rantai adalah pola komunikasi yang menunjukkan

tingkat kepercayaan pemimpin yang sangat tinggi pada bawahannya untuk

menyampaikan informasi.

5. Pola Komunikasi Lingkaran

Pola komunikasi lingkaran adalah pola komunikasi yang tidak memiliki

pemimpin. Semua anggota posisinya sama dan memiliki wewenang untuk

mempengaruhi kelompok.

6. Pola Komunikasi Menyeluruh

Pola komunikasi menyeluruh adalah pola komunikasi dimana seluruh

anggota dan pemimpin mempunyai peluang yang sama untuk menyampaikan

informasi.

7. Faktor Penghambat Komunikasi Organisasi

Faktor penghambat adalah segala hal-hal yang menghambat terjadinya

pelaksanaan komunikasi organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar.

8. Faktor Pendukung Komunikasi Organisasi

Faktor pendukung adalah segala upaya-upaya yang bisa mendukung

berjalannya komunikasi organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan penelitian ini yaitu

kurang lebih selama dua bulan terhitung setelah ujian proposal dilaksanakan.

Penelitian ini dilakukan penulis di kantor Camat Tamalate, Kota Makassar

yang beralamat di Jalan Danau Tanjung Bunga No. 181, Tamalate, Maccini

Sombala, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Gambar 3.1 Letak Kantor Camat Tamalate Makassar

Sumber : Google Maps

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif yang bertujuan mengumpulkan data serta informasi dari sejumlah

informan kunci yang dianggap bisa memberikan informasi yang akurat lebih

34
35

mendalam. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui dan menganalisis

bagaimana pola komunikasi dalam organisasi. Selain itu, kualitatif digunakan

untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang Kantor Camat Tamalate

khusus pada faktor penghambat dan faktor pendukung dalam proses komunikasi

organisasi.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian fenomenologi, yaitu tipe

penelitian yang memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah

yang diteliti berdasarkan pengalaman yang dialami informan.

C. Sumber Data

Dilihat dari sudut ilmu sistem informasi, data adalah suatu fakta dan

angka yang secara relatif belum dapat dimanfaatkan bagi pengguna (Umar dalam

Ardial, 2014 : 359). Oleh karena itu, data harus ditransformasikan terlebih

dahulu.

Data yang diperlukan dalam penelitian merupakan indikator dari

dimensi variabel. Selanjutnya dibuat operasionalisasi variabel yang digolongkan

menurut jenis dan sifat data. Jenis data dapat digolongkan kepada data primer

dan sekunder.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati

dan dicatat untuk pertama kalinya. Data yang dihimpun adalah tentang bagaimana

pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tamalate dan faktor penghambat dan

pendukung dalam proses komunikasi organisasi. Data dapat diperoleh melalui


36

permintaan keterangan-keterangan kepada pihak yang bersangkutan, yaitu Camat

Kecamatan Tamalate dan Staf Kantor Camat Tamalate Kota Makassar. Data

tersebut berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui

wawancara langsung.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder. Data sekunder ini adalah segala informasi yang dapat dijadikan sebagai

pendukung atau penguat informasi yang didapat dari informan. Data-data ini

diperoleh dari berbagai dokumen baik buku, jurnal, dan internet yang berhubungan

dengan topik yang diteliti.

D. Informan Penelitian

Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam agar dapat

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara

peneliti dengan informan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Camat

Tamalate, 2 orang Kasubag, yaitu Kepala Subbagian Umum Kepegawaian dan

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial beserta 3

orang pegawai di Kantor Camat Tamalate.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Tipe observasi menurut Indriantoro dan Supomo (dalam Ruslan, 2010),

ada beberapa jenis objek, subjek dan kejadian yang dapat diamati oleh peneliti,

yaitu perilaku fisik, verbal, ekspresif, dan benda-benda fisik lainnya, atau

kejadian yang rutin dan temporal. Teknik observasi di penelitian, pertama, dapat
37

dilakukan secara langsung (direct obsevation), terutama untuk subjek atau objek

penelitian yang susah diprediksi. Kedua, melakukan observasi secara mekanikal

(mechanical observation), yang pada umumnya diterapkan pada penelitian

terhadap perilaku atau kejadian bersifat rutin, berulang-ulang dan telah

terprogram sebelumnya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam

metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap

responden (subjek). Biasanya data yang dikumpulkan bersifat kompleks, sensitif,

dan kontroversial sehingga menyebabkan kurang mendapat respon dari

subjeknya, apalagi kalau responden tidak dapat membaca dan menulis atau

kurang memahami daftar pertanyaan yang diajukan tersebut. Maka peneliti harus

menerjemahkan atau memberikan penjelasan yang memakan waktu cukup lama

untuk menyelesaikan penelitian tepat waktu. Teknik wawancara dapat dilakukan

(1) dengan tatap muka (face to face interviews) dan (2) melalui saluran telepon

(telephone interviews).

3. Dokumentasi

Dokumentasi penelitian ialah pengumpulan data dengan cara melakukan

analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data yang menunjang penelitian.

Metode dokumentasi peneliti digunakan peneliti untuk mendapat data berupa

dokumen yang berfungsi untuk melengkapi data penelitian penulis.


38

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan menyusun data ke dalam

pola, jenis dan satuan urai dasar. Tujuan analisis adalah untuk menyederhanakan

data ke dalam bentuk yang mudah dibaca diimplementasikan. Peneliti

menggunakan teknik pendekatan deskriptif kualitatif dalam penelitian ini, yang

merupakan suatu proses menggambarkan keadaan sasaran yang sebenarnya,

penelitian secara apa adanya sejauh peneliti dapatkan dari hasil observasi,

wawancara maupun dokumentasi. Proses analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan empat tahap, yaitu:

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan

reflektif.

2. Reduksi data

Tahap selanjutnya adalah reduksi data. Reduksi data adalah pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Maksudnya reduksi data

digunakan untuk analisi yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan

membuang yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga

memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan.


39

3. Penyajian data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik,

dan tabel. Tujuan penyajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga

dapat menggambarkan keadaan yang terjadi.

4. Penarikan kesimpulan

Usaha menarik kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama

melakukan penelitian. Penarikan kesimpulan dimulai dari pengumpulan data

hingga menemukan penjelasan dalam permasalahan yang diteliti dan mendapatkan

kesimpulan.

G. Keabsahan Data

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data dalam

penelitian ini, yaitu: nilai subjektivitas, metode pengumpulan dan sumber data

penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena

beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam

penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan

observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan

apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan

mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa

cara untuk meningkatkan keabsahan data penelitian kualitatif, yaitu: kredibilitas,

transferabilitas dan konfirmitas.

1. Kredibilitas

Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.

Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail,
40

triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil

penelitian lain, dan member check.

2. Transferabilitas

Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Supaya orang dapat memahami hasil penelitian ini sehingga ada kemungkinan

untuk menerapkan hasil penelitian yang telah didapat, maka penelitian dalam

membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan

dapat dipercaya.

3. Dependabilitas

Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada tingkat

konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan

konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan

dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan

hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam

penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Kecamatan Tamalate

Kecamatan Tamalate merupakan salah satu dari 14 kecamatan di Kota

Makassar yang berbatasan di sebelah utara dengan Kecamatan Mamajang, di sebelah

timur Kabupaten Gowa, di sebelah selatan Kabupaten Takalar dan di sebelah barat

dengan Selat Makassar. Wilayah Kecamatan Tamalate berada di bagian selatan Kota

Makassar. Sebanyak tiga kelurahan di Kecamatan Tamalate merupakan daerah pantai

dan delapan kelurahan lainnya merupakan daerah bukan pantai dengan topografi

dibawah 500 meter dari permukaan laut.

Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke ibukota kecamatan

bervariasi antara 1-2 km (Maccini Sombala dan Balang Baru), antara 3-4 km (Jongaya,

Bontoduri dan Parang Tambung), kelurahan lainnya berjarak 5-10 km. Kecamatan

Tamalate terdiri dari 566 RT, 113 RW dan - lingkungan.

41
42

Tabel 4.1. Banyaknya RT, RW dan Lingkungan di Kecamatan Tamalate


Tahun 2017-2018

Desa/Kelurahan RT RW Lingkungan

(1) (2) (3) (4)

01. Barombong 69 13 -

02. Tanjung Merdeka 31 8 -

03. Maccini Sombala 72 9 -

04. Balang Baru 52 10 -

05. Jongaya 56 14 -

06. Bungaya 47 12 -

07. Pa’baeng-baeng 38 10 -

08. Mannuruki 29 8 -

09. Parang Tambung 66 9 -

10. Mangasa 58 13 -

11. Bontoduri 43 7 ...

2018 561 113 --

Kecamatan Tamalate 2017 561 113 --

Sumber : Kecamatan Tamalate dalam Angka 2019

2. Luas Wilayah

Pada tahun 2016 Kelurahan Parang Tambung mengalami pemekaran menjadi

dua kelurahan yakni Kelurahan Parang Tambung dan Kelurahan Bontoduri. Oleh

karena itu, Kecamatan Tamalate pada tahun 2016 terdiri dari 11 kelurahan dengan luas
43

wilayah 20, 21 km2. Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa Kelurahan Barombong

memilik wilayah terluas, yaitu 7, 34 km2, terluas kedua adalah Kelurahan Tanjung

Merdeka dengan luas wilayah 3, 37 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya

adalah Kelurahan Bungaya yaitu 0,29 km2.

Tabel 4.2. Luas dan Ketinggian Dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan
di Kecamatan Tamalate Tahun 2017-2018

Desa/Kelurahan Luas Ketinggian dari Permukaan Laut (M)

(Km2) <500 500-700 >700

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Barombong 7,34 √ - -

02. Tanjung Merdeka 3,37 √ - -

03. Maccini Sombala 2,04 √ - -

04. Balang Baru 1,18 √ - -

05. Jongaya 0,51 √ - -

06. Bungaya 0,29 √ - -

07. Pa’baeng-baeng 0,53 √ - -

08. Mannuruki 1,54 √ - -

09. Parang Tambung 1,38 √ - -

10. Mangasa 2,03 √ - -

11. Bontoduri ... ... ... ...

2018 20,21

Kecamatan Tamalate 2017 20,21 10 - -

Sumber : Kecamatan Tamalate dalam Angka 2019


44

3. Visi dan Misi Kecamatan Tamalate

Visi Kecamatan Tamalate Kota Makassar adalah “Terwujudnya pelayanan

prima dan profesional dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan untuk menunjang visi Kota Makassar sebagai Kota Dunia.”

Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan dalam lima tahun yang

bertumpu pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta ditunjang oleh semangat

kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional, maka misi Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Kecamatan Tamalate adalah :

a. Mengoordinasikan penyelenggaraan pembinaan ideologi negara dan

kesatuan bangsa, pembinaan kerukunan hidup beragama, pengoordinasian

kegiatan instansi pemerintah, pemberdayaan masyarakat pembinaan

administrasi Kecamatan, serta pembinaan administrasi kependudukan;

b. Mendorong peningkatan kualitas prima Kecamatan terhadap seluruh lapisan

masyarakat;

c. Peningkatan pelayanan prima Kecamatan terhadap seluruh lapisan

masyarakat.

d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana umum;

e. Mendorong peningkatan pengembangan perekonomian wilayah

Kecamatan;

f. Mengoordinasikan penyelenggaraan pembinaan ketentraman dan ketertiban

umum serta kemasyarakatan, penerapan, penegakan pelaksanaan Peraturan

Daerah dan Peraturan Walikota serta Perundang-undangan.


45

4. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Tamalate

a. Camat

Camat sebagai Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan

oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat bertanggung

jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota Makassar. Dalam

melaksanakan tugas pokok tersebut Camat melaksanakan fungsi :

1) Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

2) Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum;

3) Mengoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-

undangan;

4) Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan

umum;

5) Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat

kecamatan;

6) Membina penyelenggaraan pemerintah kelurahan;

7) Mengoordinasikan kegiatan pengolaan kebersihan;

8) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tuasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah kelurahan;

9) Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional

pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang, milik

daerah yang berada dalam penguasaannya;


46

10) Pelaksanaan kesekretariatan.

b. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif bagi

seluruh satuan kerja di lingkungan Kecamatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut,

Sekretariat mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan pengelolaan ketatausahaan;

2) Pelaksanaan urusan kepegawaian kecamatan;

3) Pelaksanaan urusan keuangan;

4) Pelaksanaan urusan perlengkapan;

5) Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga;

6) Pelaksanaan koordinasi terhadap penyusunan perencanaan dan program

kerja kecamatan.

c. Sub bagian umum dan kepegawaian

Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas menyusun

rencana kerja, melaksanakan tugas teknis ketatausahaan, mengelola administrasi

kepegawaian serta melaksanakan urusan kerumahtanggaan kecamatan. Sub bagian

umum dan kepegawaian menyelenggarakan fungsi :

1) Menyusun rencana kerja pada sub bagian umum dan kepegawaian;

2) Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan ketatausahaan meliputi

surat menyurat, kearsipan, surat perjalanan dinas, mendistribusikan surat

sesuai bidang;

3) Melakukan urusan kerumahtanggaan kecamatan;

4) Membuat usul kenaikan pangkat, mutasi dan pensiun;


47

5) Membuat usul gaji berkala, usul tugas belajar;

6) Menghimpun dan mensosialisasi Peraturan Perundang-undangan di

bidang kepegawaian dalam lingkup kecamatan;

7) Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang

kepegawaian, pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan;

8) Melaksanakan tugas pembinaan terhadap anggota Korps Pegawai

Republik Indonesia (KORPRI);

9) Melakukan koordinasi pada sekretariat Korps Pegawai Republik

Indonesia (KORPRI) Kota Makassar;

10) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

d. Sub bagian perencanaan dan keuangan

Sub bagian perencanaan dan keuangan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan meliputi penyusunan anggaran,

penggunaan anggaran, pembukuan, pertanggungjawaban, dan merumuskan rencana

kebutuhan perlengkapan. Sub bagian keuangan dan perlengkapan mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya;

2) Mengumpulkan dan menyusun rencana kerja kecamatan;

3) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dari

masing-masing satuan kerja sebagian bahan konsultasi perencanaan ke

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda);


48

4) Menyusun realisasi perhitungan anggaran dan administrasi

perbendaharaan Dinas;

5) Menyusun rencana kebutuhan barang perlengkapan kecamatan;

6) Membuat laporan inventaris barang dan tata administrasi perlengkapan;

7) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan laporan akuntabilitas kinerja

instansi dari masing-masing satuan kerja;

8) Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan dengan

bidang tugasnya;

9) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan;

10) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

e. Seksi pemerintahan, kinerja Lurah dan Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga

(RW)

Seksi pemerintahan, kinerja Lurah dan Rukun Tetangga (RT)/Rukun

Warga (RW) mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan penyelenggaraan

pembinaan ideologi negara dan kesatuan bangsa, pengoordinasian kegiatan instansi

pemerintah, pembinaan administrasi kelurahan, serta pembinaan administrasi

kependudukan, pelaksanaan koordinasi dan pembinaan Kesatuan Polisi Pamong Praja

dan perlindungan masyarakat, serta penegakan pelaksanaan Peraturan Daerah dan

Peraturan Walikota serta Undang-undang lainnya. Untuk melaksanakan tugas, seksi

pemerintahan, kinerja Lurah dan Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)

mempunyai fungsi :
49

1) Melakukan kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan dan

pendokumentasian di bidang kinerja Lurah dan Rukun Tetangga

(RT)/Rukun Warga (RW);

2) Melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan,

koordinasi dan penyusunan laporan di bidang kinerja Lurah dan Rukun

Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) untuk disajikan kepada pimpinan;

3) Menyajikan surat atau dokumen terkait kinerja Lurah dan Rukun

Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) sesuai prosedur dan ketentuan yang

berlaku sebagai bahan rapat pembahasan penyusunan anggaran.

4) Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan ideologi negara dan

kesatuan bangsa;

5) Menyelenggarakan kegiatan administrasi kependudukan;

6) Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan ideologi negara dan

kesatuan bangsa;

7) Melaksanakan administrasi pemberian rekomendasi dan perizinan yang

bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsinya;

f. Seksi ketentraman, ketertiban dan penegakan Peraturan Daerah

Seksi ketentraman, ketertiban dan penegakan Peraturan Daerah

mempunyai tugas melakukan pembinaan kerukunan hidup beragama,

penyelenggaraan pembinaan ketentraman dan ketertiban serta kemasyarakatan. Untuk

melaksanakan tugas, seksi ketentraman, ketertiban dan penegakan Peraturan Daerah

mempunyai tugas :
50

1) Menyusun rencana dan program kerja berdasarkan tugas pokok dan

fungsinya;

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidangnya;

3) Melakukan bahan dalam rangka fasilitas pembinaan kerukunan antar

umat beragama;

4) Menyelenggarakan fasilitas penataan kelurahan;

5) Melaksanakan pendataan dan inventarisasi aset daerah dan kekayaan

daerah lainnya yang ada di wiliyah kecamatan;

6) Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan ketentraman dan

ketertiban serta kemasyarakatan;

7) Melakukan kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan dan

pendokumentasian di bidang ketentraman, ketertiban dan penegakan

Peraturan Daerah;

8) Mengumpulkan bahan dan menyusun rencana penegakan dan

pelaksanaan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota serta Peraturan

Perundang-undangan lainnya di wilayah kecamatan;

9) Melakukan pelayanan antar jemput pejabat/pegawai dan pelayanan

transportasi lainnya yang bersifat kedinasan dengan kendaraan dinas;

10) Mengelompokkan surat atau dokumen ketentraman, ketertiban dan

penegakan Peraturan Daerah menurut jenis dan sifatnya sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pendistribusian.


51

g. Seksi perekonomian, pembangunan dan pengembangan sistem manajemen

informasi

Seksi perekonomian, pembangunan dan pengembangan sistem

manajemen informasi mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan

penyelenggaraan pengembangan perekonomian wilayah kecamatan dan kelurahan,

pelaksanaan administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, dan pengembangan

kegiatan perindustrian dan perdagangan, serta penyelenggaraan pengembangan

pembangunan, pelaksanaan pembangunan swadaya masyarakat, pembinaan dan

penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta pembinaan dan

pengawasan bangunan. Untuk melaksanakan tugas, seksi perekonomian,

pembangunan, pengembangan informasi manajemen mempunyai fungsi :

1) Melakukan kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan dan

pendokumentasian di bidang perekonomian, pembangunan dan

pengembangan sistem manajemen informasi;

2) Melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan,

koordinasi dan penyusunan laporan di bidang perekonomian,

pembangunan dan pengembangan sistem manajemen informasi untuk

disajikan kepada pimpinan.

3) Mengumpulkan bahan bagi pelaksanaan pungutan atas pajak dan

retribusi daerah di wilayah kecamatan;

4) Menyusun rencana bagi pelaksanaan pungutan atas pajak dan retribusi

daerah di wilayah kecamatan;


52

5) Menyusun rencana pengembangan serta pemantauan kegiatan

perindustrian, perdagangan, perkoperasian, dan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM);

6) Melaksanakan pengawasan penyaluran dan pengembalian kredit dalam

rangka menunjang keberhasilan program usaha perekonomian

masyarakat;

7) Menyusun rencana bagi pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi

penyelenggaraan pembangunan di wilayah kecamatan;

8) Melaksanakan pembinaan kegiatan program generasi muda,

keolahragaan, kebudayaan, kepramukaan serta peranan wanita;

9) Melaksanakan administrasi pemberian rekomendasi dan perizinan yang

bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsinya;

h. Seksi pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan sosial

Seksi pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan sosial mempunyai

tugas melakukan penyusunan rencana dan pembinaan pemberdayaan masyarakat

Kecamatan. Untuk melaksanakan tugas, seksi pemberdayaan masyarakat dan

kesejahteraan sosial mempunyai fungsi :

1) Mengumpulkan bahan dalam rangka fasilitasi dan koordinasi

penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat di wilayah kecamatan;

2) Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan di wilayah kecamatan;

3) Mengumpulkan bahan fasilitasi pemberian bantuan stimulus bagi

lembaga kemasyarakatan;
53

4) Mengumpulkan bahan fasilitasi pengembangan sumber daya manusia

tenaga teknis pemberdayaan masyarakat kecamatan;

5) Melaksanakan penyiapan bahan penyelenggaraan kegiatan gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

6) Melakukan kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan dan

pendokumentasian di bidang pemberdayaan masyarakat dan

kesejahteraan sosial;

7) Melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan,

koordinasi dan penyusunan laporan di bidang pemberdayaan masyarakat

dan kesejahteraan sosial untuk disajikan kepada pimpinan.

i. Seksi pengelolaan kebersihan dan pertamanan

Seksi pengelolaan kebersihan dan pertamanan mempunyai tugas

melakukan penyusunan rencana dan penyelenggaraan pengelolaan kebersihan dan

pertamanan di wilayah kecamatan. Untuk melaksanakan tugas, seksi pengelolaan

kebersihan dan pertamanan mempunyai tugas :

1) Menyusun rencana penyelenggaraan pengelolaan kebersihan di wilayah

kecamatan;

2) Menyusun dan mengoordinasikan jadwal pengambilan sampah di

kelurahan;

3) Melaksanakan koordinasi dengan dinas pertamanan dan kebersihan

dalam hal pengelolaan kebersihan;

4) Melaksanakan koordinasi kerja sama dengan lembaga masyarakat dalam

hal pengelolaan kebersihan;


54

5) Melakukan kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan dan

pendokumentasian di bidang pengelolaan kebersihan dan pertamanan;

6) Menyajikan surat atau dokumen terkait pengelolaan kebersihan dan

pertamanan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bahan

rapat pembahasan penyusunan anggaran;

7) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan pengelolaan

kebersihan dan pertamanan yang berlaku sebagai bahan evaluasi dan

pertanggungjawaban.

5. Kepegawaian

Kegiatan pemerintahan di Kecamatan Tamalate dilaksanakan oleh sebanyak

252 orang aparat/pegawai negeri, berasal dari berbagai dinas/instansi pemerintah, yang

terdiri atas 89 orang laki-laki dan 163 orang perempuan.

Kegiatan pemerintahan di Kantor Camat Tamalate dilaksanakan oleh seorang

Camat, satu orang Sekretaris Camat dan 60 orang staf yang terdiri dari PNS, tenaga

kontrak dan sukarela.

Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Kantor Camat Tamalate Berdasarkan Bidang

No Nama NIP Gol Jabatan


1 Drs. H. Hasan Sulaiman 19740524199302 1 001 IV/b Camat
2 Sekretaris Camat
3 Kasi Trantib dan
Penegakan Perda
4 Hj. St. Hawa, S. Ipem 19641231198603 2 169 III/d Staf
5 M. Lutfi. L Tenaga Kontrak - Staf
6 Riswandi Abadi Tenaga Kontrak - Staf
7 Cakra Prasetyo Sofyan, SE Tenaga Kontrak - Staf
55

8 Ivah Danellah Anwar, SE Tenaga Kontrak - Staf


9 M. Naufal, S. Sos 19700911199103 1 006 III/d Kasi Perekonomian,
Pembangunan,
Pengembangan
Informasi
Manajemen
10 Muh. Abd. Syukur M, SH 19660612200604 1 021 III/d Staf
11 Ferrel Supomo Tenaga Kontrak - Staf
12 Desi Ma’tan Sarampang Tenaga Kontrak - Staf
13 Dewi Rosita Djahini, S. STP 19830128200112 2 001 III/d Kasi PMK dan
Kesejahteraan Sosial
14 Rini 19850428201409 2 001 II/a Staf
15 Murti Ferminingsih Tenaga Kontrak - Staf
Muchtar, SE
16 Muhammad Ilham Ariawan Tenaga Kontrak - Staf
17 Nurul Libta Anggi Pratiwi Tenaga Kontrak - Staf
18 Suhardi Tenaga Kontrak - Staf
19 Muhammad Syamsul Gafur 19670630199003 1 006 III/c Kasi Kebersihan dan
Pertamanan
20 Benny A. Mannaungi 19690918199503 1 006 III/a Staf
21 Samsuddin Tjalo, ST 19710210200701 1 019 III/a Staf
22 Andi Mappanganro 19780909200801 1 008 II/d Staf
23 Idul S 19850526200901 1 002 I/c Staf
24 Herman 19750915201001 1 017 I/c Staf
25 Mariati, SE Tenaga Kontrak - Staf
26 Mulia Febriana, S. Sos Tenaga Kontrak - Staf
27 M. Darwis Tenaga Kontrak - Staf
28 Wardiman Adi Kusuma, SE Tenaga Kontrak - Staf
29 Irwansyah Tenaga Kontrak - Staf
30 Andi Irvandi Tenaga Kontrak - Staf
56

31 Amran Barang, S.Sos 19790227201001 1 013 III/c Kasi Pemerintahan,


Kinerja Lurah dan
RT/RW
32 Hj. Aryani Malik, S.Sos 19780602199711 2 001 III/d Staf
33 Munawir Tenaga Kontrak - Staf
34 Fadly M Tenaga Kontrak - Staf
35 Febrianti Rusli Tenaga Kontrak - Staf
36 Sry Wulan SR Tenaga Kontrak - Staf
37 A.Mila Karmila Tenaga Kontrak - Staf
38 Zulkifli Tenaga Kontrak - Staf
39 Nur Kalbi Tenaga Kontrak - Staf
40 Eka Rosdiana Tenaga Kontrak - Staf
41 H. Abd. Rahman Sikki Sukarela - Staf
42 Hasrullah Sukarela - Staf
43 St. Fatimah, S. IP 19630111199309 2 001 III/c Kasubag Umum
Kepegawaian
44 Arifuddin S 19780406200901 1 001 II/c Staf
45 Amiruddin 19820713201407 1 006 II/b Staf
46 Zaenal, S. Sos Tenaga Kontrak - Staf
47 Saenal Abidin Tenaga Kontrak - Staf
48 Ade Wirahady Yusuf Tenaga Kontrak - Staf
49 Andini Putri Sagita Tenaga Kontrak - Staf
50 Saiful Tenaga Kontrak - Staf
51 Andi Rifaldi Wawo, B.S.Ds Sukarela - Staf
52 Azhar Hidayat Yusuf, S. 19890307201206 1 002 III/b Kasubag
STP. Perencanaan dan
Keuangan
53 Halimah 19780817201410 2 001 III/a Staf
54 Syahriana 19730207201001 2 005 II/c Staf
55 Prita Damayanti Tenaga Kontrak Staf
57

56 St. Kamariah Tenaga Kontrak Staf


57 Muh. Fahrul Islam Tenaga Kontrak Staf
58 Yul Fadli Salam Tenaga Kontrak Staf
59 Ardiansyah Zuqur Tenaga Kontrak Staf
60 Muswiliyah Tenaga Kontrak Staf
61 Fitri Abidin, S. Si Tenaga Kontrak Staf
62 Purnamasari Tenaga Kontrak Staf
63 Septya Wulandari, SE Tenaga Kontrak Staf
64 Anshar Rauf Tenaga Kontrak Staf
Sumber : Kantor Camat Tamalate
58

6. Struktur Organisasi Kantor Camat Tamalate


CAMAT
Drs. H. HASAN SULAIMAN, MM
NIP. 19740524 199302 1 001

SEKRETARIS

KEPALA SUB BAGIAN UMUM KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN


DAN KEPEGAWAIAN DAN KEUANGAN

ST. FATIMAH, S.IP AZHAR HIDAYAT YUSUF, S.STP


NIP. 19630111 199309 001 NIP. 19890307 201206 1 002

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI EKONOMI, KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PEMERINTAHAN, KINERJA KETENTRAMAN DAN PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN PENGELOLAAN
LURAH DAN RT/RW PENEGAKAN PERDA PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KEBERSIHAN
INFORMASI MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL PERTAMANAN
AMRAN BARANG, S.Sos M. NAUFAL, S.Sos DEWI ROSITA DJ, S.STP MUH. SYAMSUL GAFUR
NIP. 19790227 201001 1 013 NIP. 19700911 199103 1 006 NIP. 19830128 200112 2 001 NIP. 19670630 199003 1 006

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Camat Tamalate


Sumber : Kantor Camat Tamalate Makassar
59

B. Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate

Untuk memperoleh hasil penelitian dari rumusan masalah pertama terkait

pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tamalate Makassar, peneliti

melakukan teknik wawancara kepada pihak yang berkenaan langsung dengan

penelitian serta data tambahan berupa dokumen Kantor Camat Tamalate. Data

tambahan yang di maksud dalam penelitian ini adalah dokumen tentang struktur

organisasi, visi misi dan beberapa data lainnya. Wawancara dilakukan terhadap

enam informan. Keenam informan tersebut merupakan pimpinan dan pegawai

Kantor Camat Tamalate Makassar. Adapun karakteristik informan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Karakteristik Informan

No Nama Jabatan

1 Drs. H. Hasan Sulaiman Camat

2 St. Fatimah, S. IP Kepala Sub Bagian Umum


Kepegawaian
3 Dewi Rosita Djahini, S. STP Kepala Seksi PMK dan
Kesejahteraan Sosial
4 Andini Putri Sagita Staf Bagian Umum Kepegawaian

5 Anshar Rauf Staf Bagian Perencanaan dan


Keuangan
6 Desi Ma’tan Sarampang Staf Perekonomian,
Pembangunan, Pengembangan
Informasi Manajemen
Sebuah organisasi membutuhkan pola komunikasi agar visi misi

organisasi dapat tercapai dan berjalan dengan baik. Berdasarkan tahapan

keseluruhan data yang diperoleh peneliti maka telah diketahui pola komunikasi

organisasi Kantor Camat Tamalate yaitu :


60

1. Pola Komunikasi Roda

Kantor Camat Tamalate menggunakan pola komunikasi roda karena

pemimpin melakukan kontrol penuh kepada seluruh pegawai. Orang ini merupakan

satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota.

Sebagian besar komunikasi organisasi berlangsung dari orang ke orang dan hanya

melibatkan sumber pesan dan penerima.

Peneliti melihat bahwa komunikasi dari pimpinan Kantor Camat Tamalate

ke bawahannya sudah cukup efektif karena dalam suatu instansi pemerintahan,

pimpinan menjadi penentu atas keberlangsungan suatu kegiatan yang direncanakan

sebab pimpinan yang memberikan perintah dan pengarahan. Sebagaimana

dijelaskan oleh St. Fatimah, S.IP., Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian :

“Kami bekerja berdasarkan perintah Pak Camat. Sudah ada juga diatur

tugas dan fungsi masing-masing bidang, Pak Camat memberi arahan

supaya pekerjaan kami tetap efektif dan efisien”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dalam melaksanakan sebuah pekerjaan

tentu komunikasi dari pimpinan ke bawahan sangat dibutuhkan dalam sebuah

organisasi karena tanpa arahan dan perintah, pegawai tidak dapat melaksanakan

pekerjaan dan tidak akan bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Sama halnya

dengan apa yang dijelaskan oleh Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial,

Dewi Rosita Djahini, S. STP :

“Informasi kita dapat langsung dari Pak Camat, dipanggil ke

ruangannya atau lewat telepon dan whatsapp”.


61

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Kantor

Camat Tamalate telah menerapkan pola roda sebagai salah satu sarana untuk terus

memberikan informasi kepada para pegawai dan diorientasikan sebagai cara

menjaga stabilitas kinerja organisasi agar tetap berjalan secara efektif. Ketika

pimpinan ingin menyampaikan informasi kepada lebih dari seorang pegawai,

pemimpin memanfaatkan media yang ada agar memudahkan informasi tersebut

dapat tersalurkan kepada semua pegawai sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Kepala Bidang Umum Kepegawaian mengatakan bahwa dalam praktiknya

komunikasi kepada atasan lebih banyak mengenai laporan pekerjaan. Ketika

pegawai memiliki kendala dalam pekerjaan yang dilakukan, maka Kepala Bidang

biasanya langsung berkomunikasi kepada pimpinan dengan bertanya ataupun

meminta saran untuk membantu dan memberi arahan mengenai pekerjaan tersebut.

Berikut pernyataan St. Fatimah, S. IP :

“Komunikasi biasanya soal laporan kerja atau kalau staf saya ada

kendala. Maka langsung minta sarannya Beliau”.

Berdasarkan pernyataan di atas pimpinan menyampaikan komunikasi

yang berhubungan dengan arahan. Komunikasi yang berhubungan dengan instruksi

tersebut berkaitan dengan laporan dari Kepala Bidang, yang jika ditemui kendala

maka Camat menyampaikan instruksi atau perintah mengenai apa yang harus

dilakukan dan apa yang harus diperbaiki. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang

disampaikan oleh Drs. H. Hasan Sulaiman :

“Saya selalu berkomunikasi dengan pegawai. Sudah pasti komunikasi


mengenai pekerjaan. Selain itu, saling bertukar ide pekerjaan. Kami
juga mengadakan rapat mingguan. Di sinilah para pegawai
menyampaikan keluhan, saran, ide-ide dalam pekerjaannya”.
62

Berdasarkan pernyataan Camat Tamalate tersebut komunikasi atasan dan

bawahan tidak hanya tentang laporan kerja, tetapi juga informasi mengenai saran-

saran. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan keterlibatan anggota didalam

bidang kerjanya masing-masing untuk menjaga kelancaran tugas organisasi yang

diberikan. Sebab apabila terdapat suatu pekerjaan yang tidak lancar akan

mempengaruhi kepada tugas-tugas lainnya.

Pada pola komunikasi roda Camat sebagai sentral organisasi

berkomunikasi dengan pegawai-pegawai Kecamatan Tamalate. Pesan yang

disampaikan Camat berupa instruksi tugas. Instruksi mengenai apa yang diharapkan

dilakukan dan bagaimana melakukannya. Selain instruksi tugas, Camat juga

memberikan pemahaman untuk membuat semua pihak bertanggung jawab pada

tugasnya masing-masing. Berikut pernyataan Drs. H. Hasan Sulaiman, Camat

Tamalate :

“Saya selalu berusaha meluangkan waktu melihat langsung bagaimana

kinerja mereka, supaya komunikasi kami tetap nyambung dan

menghindari adanya kesalahpahaman nantinya”.

Berdasarkan hasil wawancara penelitian yang didapat peneliti ditemukan

bahwa pola yang digunakan oleh Kantor Camat Tamalate dalam memberikan

informasi pekerjaan ataupun memberi dan menerima instruksi kerja dan hal-hal

lainnya adalah pola roda. Pola komunikasi roda ini adalah pola komunikasi yang

memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat.

Pola komunikasi ini dapat menghasilkan produktifitas organisasi yang

terstruktur dan terorganisasi dan di dalamnya ada proses komunikasi yang efektif,
63

karena mempunyai satu fokus perhatian dan melihat siapa yang menjadi tokoh

utamanya. Pemimpin selalu menjadi komunikator dan bawahan menjadi

komunikannya.

Kegiatan formal pada Kantor Camat Tamalate Makassar dimulai pada

pukul 07.30 pagi mulai dari hari Senin sampai hari Jumat. Penulis melihat bahwa

kegiatan komunikasi organisasi dari pimpinan kepada pegawai biasanya

berlangsung saat upacara bendera atau apel pagi yang dilaksanakan setiap hari

Senin di halaman Kantor Camat Tamalate. Saat pelaksanaan apel pagi pimpinan

memberikan himbauan tentang kedisiplinan kepada para pegawai serta rancangan

kerja jangka pendek. Proses komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan selanjutnya

seperti penyebaran informasi rutin, informasi prosedural serta pelaksanaan

komunikasi dalam penerapan visi dan misi disampaikan secara tatap muka atau

melalui media yang telah disepakati. Selain itu salah satu proses komunikasi dari

pimpinan kepada pegawai terkait evaluasi kerja masing-masing bidang yang

dilakukan dengan cara mengadakan rapat koordinasi dengan menghadirkan seluruh

para Kepala Bidang dan Kepala Seksi.

Pola roda tercipta pada Kantor Camat Tamalate Makasar dari hasil

penelitian didapat bahwa, biasanya pesan yang disampaikan pimpinan tentang

pekerjaan, kebijakan dan ide-ide kepada para bawahan. Komunikasinya dapat

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi ini dimaksudkan

agar pegawai Kantor Camat Tamalate mengetahui yang harus dikerjakan,

bagaimana pelaksanaannya dan bagaimana untuk metode kerjanya.


64

2. Pola Komunikasi Y

Penggunaan pola ini terbentuk ketika pesan dari pimpinan yang akan

disampaikan kepada pegawai terlebih dahulu disampaikan kepada orang-orang

yang memiliki kedekatan dengan pimpinan itu sendiri baik dari jabatan maupun

kepentingan instansi. Salah satu proses komunikasi di Kantor Camat Tamalate dari

Camat kepada pegawai dengan cara mengadakan rapat koordinasi dengan

menghadirkan seluruh para Kepala Bidang. Sebagaimana dijelaskan Camat

Tamalate, Drs. H. Hasan Sulaiman:

“Komunikasi yang saya lakukan dalam penerapan visi misi biasanya

saya komunikasikan pada saat rapat koordinasi bersama Kepala

Bidang”.

Berdasarkan pernyataan di atas, kepengurusan Kantor Camat Tamalate

menunjukkan bahwa Camat menyampaikan informasi melalui Kepala Bidang

terlebih dahulu. Kepala Bidang adalah wujud perwakilan dari anggota bidang di

bawahnya. Dengan adanya beberapa pihak yang terlibat secara struktural, aliran

informasi yang digunakan adalah secara berurutan. Artinya, Camat sebagai sumber

pesan menyampaikan kepada Kepala Bidang. Masing-masing Kepala Bidang akan

menyampaikan interpretasinya kepada anggota bidangnya.

Proses penyampaian hasil rapat koordinasi kepada seluruh pegawai

disampaikan para Kepala Bidang melalui rapat kelompok bersama anggota

bidangnya. Sebagaimana diungkapkan Dewi Rosita Djahini, S. STP., Kepala Seksi

PMK dan Kesejahteraan Sosial :

“Kita berkoordinasi. Kita rapat kecil-kecilan tiap minggu. Di situ saya


sampaikan hasil rapat dengan Pak Camat. Dan kalau pegawai saya ada
65

kendala disitu kami carikan bagaimana penyelesaiannya. Ada juga grup


koordinasi whatsapp cuma ada Kepala Seksi, Sekcam, Kasubag dan
Lurah. Tidak semua. Kita juga ada namanya grup staf. Grup staf itu apa-
apa saja yang kita mau perintahkan sama staf, kita kirim saja disitu”.

Berdasarkan penuturan Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial di

atas dapat disimpulkan bahwa Kepala Seksi berperan dalam proses penyebaran

informasi yang bersumber dari Camat Tamalate kepada pegawai-pegawai di

bidangnya. Kepala Seksi diberi kepercayaan dalam penyelesaian kendala anggota-

anggotanya dan meneruskan informasi tersebut ke pimpinan yaitu Camat Tamalate.

Sebagai pegawai harus mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Setiap

bidang memiliki atasan masing-masing, maka pesan yang ingin disampaikan

sebelum sampai ke pimpinan harus ke Kepala Bidang terdahulu. Sesuai yang

diutarakan oleh Staf Perekonomian, Pembangunan, Pengembangan Informasi

Manajemen, Desi Ma’tan Sarampang :

“Sudah ada sistem yang mengatur bagaimana kalau kita mau

menyampaikan informasi. Step by step, bilang ke Kabid dulu. Nanti

dibahas sama Pak Camat”.

Berdasarkan pernyataan tersebut menegaskan bahwa komunikasi dalam

organisasi yang terjalin dari pegawai kepada pimpinan sangat penting dalam

kelancaran kerja pegawai, sebab dalam tahap ini pegawai biasanya memberikan

umpan balik kepada Kepala Bidang dan selanjutnya akan diteruskan kepada Camat.

Seperti halnya instansi pemerintahan lainnya, kedudukan Camat sebagai

pengambil keputusan dan kebijakan juga berlaku di Kantor Camat Tamalate.

Pengambilan keputusan di Kantor Camat Tamalate adalah yang berhubungan

dengan visi, misi dan tujuan daripada Kecamatan Tamalate. Di luar itu seperti
66

permasalahan teknis, maka Camat menyerahkan kepada bidang-bidang organisasi

yang mempunyai fungsi dan tugas yang sesuai. Sebagaimana diungkapkan Kepala

Bidang Umum Kepegawaian, St. Fatimah, S. IP :

“Kita biasanya masalahnya apa dulu, apa yang bisa kita lakukan dan

seumpama data-data apa yang diperlukan”.

Berdasarkan pernyataan di atas, adanya rasa saling percaya antara atasan

dan bawahan adalah rasa yang mahal harganya dalam menjalin organisasi, Camat

dengan tanggungjawab yang telah diberikannya kepada masing-masing Kepala

Bidang, dan Kepala Bidang menjalankan beban tanggungjawab yang telah

diberikan dengan semaksimal mungkin bersama pegawai di bidangnya. Dengan

adanya rasa percaya ini Camat tidak begitu saja lepas tangan dengan apa yang

dikerjakan oleh pegawainya, akan tetapi Camat tetap melakukan kontrol dan

memberikan arahan kepada bawahannya. Sebagaimana diungkapkan oleh Camat

Tamalate, Drs. H. Hasan Sulaiman :

“Saya selalu berusaha percaya dan jujur dengan pegawai-pegawai saya,


karena jika kejujuran dan kepercayaan tidak dijalani secara bersamaan
dan tidak diterapkan dalam berorganisasi maka buat apa struktur
organisasi. Struktur itu kan ada untuk nantinya kami bisa saling jujur
dan mempercayai terhadap apa yang telah diamanatkan kepada masing-
masing”.

Berdasarkan pernyataan di atas rasa percaya dan jujur memang harus

dijalankan secara bersamaan karena salah satu faktor sukses dalam menjalankan

sebuah organisasi adalah dengan adanya rasa percaya dan kejujuran antara

pimpinan dan bawahan. Rasa kepercayaan bukan berarti pimpinan melepas kontrol

begitu saja, namun pimpinan tetap memberikan arahan pada bawahannya.


67

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan penulis, pemimpin Kantor

Camat Tamalate yaitu Camat melakukan pelimpahan wewenang atau kepercayaan

kepada anggota organisasi yang berada dekat dengan posisinya di struktural

organisasi yaitu Kepala Bidang. Kepala Bidang berperan sebagai perpanjangan

tangan Camat dalam membantu pekerjaannya. Camat memberikan wewenang pada

Kepala Bidang dalam pengambilan keputusan teknis yang berkaitan dengan bidang

masing-masing.

Penerapan pola komunikasi Y terlihat saat penulis pertama kali

memperlihatkan surat penelitian di Kantor Camat Tamalate pada salah seorang staf,

saat itu penulis diarahkan ke Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan

Sosial dan bertemu Kepala Seksi yaitu Dewi Rosita Djahini, S. STP. Beliau

menjelaskan bahwa Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial bertugas di bidang

penelitian yang akan dilakukan di Kantor Camat Tamalate. Pada saat itu pula

penulis ditanyai penelitian seperti apa yang akan dilakukan.

Berdasarkan pengamatan penulis tersebut, seperti instansi pemerintahan

lainnya, Kantor Camat Tamalate terdiri atas beberapa bidang untuk membantu

kinerja pemimpin instansi yaitu Camat Tamalate. Contohnya seperti Seksi

Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial yang bertugas menerima,

mencatat dan mendokumentasikan di bidang pemberdayaan masyarakat. Kepala

Seksi yang telah diberi kepercayaan oleh pimpinan akan memutuskan menerima

atau tidak penelitian yang diusulkan penulis.


68

3. Pola Komunikasi Rantai

Pada Kantor Camat Tamalate menggunakan pola komunikasi rantai karena

bentuk komunikasi yang diterapkan adalah komunikasi formal dan bertahap.

Seperti instansi pemerintahan lainnya Kantor Camat Tamalate memiliki beberapa

tingkatan jabatan, jabatan tertinggi dari Camat ke Sekretaris Camat selanjutnya

Kepala Bidang dan terakhir pegawai atau staf. Sebagaimana yang disampaikan oleh

Staf Bagian Umum Kepegawaian, Andini Putri Sagita :

“Apabila ada perintah dari Pak Camat disampaikan melalui Kasubag

dulu lalu Kasubag menyampaikan ke pegawai-pegawai bidangnya”.

Hal yang sama disampaikan oleh Desi Ma’tan Sarampang, Staf Perekonomian,

Pembangunan, Pengembangan Informasi Manajemen:

“Biasa langsung ke Kepala Seksinya masing-masing. Nanti Kepala

Seksinya sampaikan ke staf”.

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pimpinan tidak harus

berkomunikasi atau menyampaikan pesan langsung kepada pegawai satu dengan

pegawai lainnya. Pola yang tergambar dalam hal ini adalah pola rantai. Di mana

semua pelaku komunikasi terikat oleh struktur. Pelaksanaan komunikasi dilakukan

mengikuti arus kewenangan yang tergambar dalam struktur organisasi.

Kewenangan inilah sebagai sistem kerja yang menyediakan saluran-saluran di mana

prosedur kerja, instruksi dan gagasan serta umpan balik mengenai pelaksanaan

tugas-tugas dapat disalurkan. Begitupun sebaliknya apabila pegawai ingin

menyampaikan kendala, memberi masukan dan sebagainya harus melalui Kepala


69

Bidang atau Kepala Seksi terlebih dahulu. Seperti yang dijelaskan oleh Anshar

Rauf, Staf Bagian Perencanaan dan Keuangan :

“Kalau staf sampaikan ke Kepala Seksinya nanti Kepala Seksi yang

memberikan ke pimpinan”.

Kesimpulan yang dapat dikemukakan bahwa komunikasi secara formal

dan terstruktur telah menjadi ketentuan peraturan yang ada di Kantor Camat

Tamalate. Setiap pegawai tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan

Camat, dalam hal ini harus ada perantara karena di Kantor Camat Tamalate ini

menggunakan pola komunikasi rantai yakni ada struktur yang harus dilewati

sebelumnya dalam penyampaian pesan yang ingin disampaikan. Hal yang tak jauh

berbeda diungkapkan Staf Perekonomian, Pembangunan, Pengembangan Informasi

Manajemen, Desi Ma’tan Sarampang :

“Kalau saya ada masalah perihal pekerjaan, saya harus melalui Kepala
Seksi, nanti Kepala Seksi menyampaikannya kepada Camat, setelah itu
baru saya diberi solusi dari apa yang telah saya sampaikan
sebelumnya”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pegawai

tidak dapat berkomunikasi langsung dengan pimpinan, artinya harus ada perantara

karena dalam Kantor Camat Tamalate menggunakan pola komunikasi rantai yakni

ada struktur yang harus dilewati sebelumnya dalam penyampaian pesannya.

Pelaksanaan komunikasi pegawai terhadap Kepala Bidangnya dilakukan

untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan kerja pegawai dan mengajukan

saran, usulan dan mengemukakan pendapat. Sesuai yang dikatakan oleh Staf

Bagian Umum Kepegawaian, Andini Putri Sagita :


70

“Bu Kabid selalu rutin berkomunikasi dengan kami. Kami diberi

kesempatan memberi masukan, yang penting masih berhubungan sama

tugas dan fungsi bidang kami”.

Berdasarkan pernyataan di atas, proses komunikasi antara pegawai dan

pimpinan menghasilkan keadaan yang dinamis dengan adanya timbal balik dari

pegawai atas pekerjaannya dan menyampaikan hal tersebut kepada Kepala

Bidangnya. Namun, tetap tidak menghilangkan otoritas pimpinan sebagai

komunikator utama yang mengendalikan kebijakan dan keputusan di Kantor Camat

Tamalate. Sebagaimana dikatakan oleh St. Fatimah, S. IP., Kepala Sub Bagian

Umum Kepegawaian :

“Apa yang kita inginkan belum tentu tercapai, maka dari itu saya selalu
melibatkan staf saya untuk memberi masukan. Saya hanya sebagai
perpanjangan tangan, ada beberapa hal yang tidak bisa saya yang
memutuskan, diajukan ke atasan lagi untuk mencari jalan keluar”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi

secara formal yang dilakukan Kantor Camat Tamalate sudah berjalan efektif baik

terhadap pimpinan maupun pegawai, karena di Kantor Camat Tamalate sudah

mempunyai struktur organisasi dan masing-masing pegawai sudah mempunyai

tugas. Secara formal yang dimaksud adalah alur komunikasi yang terarah antara

Camat, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan pegawai.

Pola rantai terbentuk pada Kantor Camat Tamalate Makassar dari hasil

penelitian didapat bahwa, pegawai mengikuti perintah yang formal atau secara

resmi. Sebuah pesan dari pimpinan yang ingin dibagikan kepada pegawai secara

umum mula-mulanya akan diberikan pada masing-masing Kepala Bidang, dari

Kepala Bidang pesan tersebut kemudian disampaikan kepada Kepala Seksi dan
71

barulah dari Kepala Seksi sebuah pesan atau tugas dari pimpinan dapat diterima

oleh pegawai.

Sesuai dengan karakteristiknya pola komunikasi rantai lebih

menitikberatkan kepada pihak penerima pesan yang berada di tengah dalam hal ini

adalah Kepala Bidang dari arah penyampaian pesan, sebab dari Kepala Bidang,

pesan dari pimpinan akan diterima oleh pegawai dengan baik, dalam hal ini adalah

mengenai pelaksanaan tugas dan sebagainya. Hasil pengamatan dari pola

komunikasi rantai yang tercipta pada Kantor Camat Tamalate Kota Makassar

didapati bahwa pegawai akan kurang memberikan feedback kepada pimpinan

secara langsung, sebab harus melalui Kepala Seksi dan Kepala Bidang dan

kemudian pesan dari pegawai akan dibawa dan disampaikan kepada pimpinan,

melalui kegiatan-kegiatan formal seperti rapat koordinasi.

4. Pola Komunikasi Lingkaran

Pola komunikasi lingkaran pada Kantor Camat Tamalate terjadi ketika

diadakan rapat koordinasi. Rapat koordinasi bertujuan untuk mencapai tujuan

organisasi dengan kesepakatan masing-masing bidang agar tidak terjadi kesalahan

dalam bekerja dan tidak menghambat kinerja dan tugas masing-masing bidang serta

selalu terjalinnya komunikasi antar bidang. Sebagaimana dijelaskan St. Fatimah, S.

IP., Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian:

“Pak Camat kirim lewat whatsapp grup Kecamatan bahwasanya


sebentar rapat koordinasi. Di rapat koordinasi yang diadakan satu kali
satu minggu di situlah setiap Kepala Seksi, Kasubag ditanyakan
masalah apa yang bermasalah di Kecamatan. Di situlah tempatnya
berkomunikasi”.
72

Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Kepala Seksi PMK dan

Kesejahteraan Sosial, Dewi Rosita Djahini, S.STP :

“Ada rapat koordinasi itu tiap hari Senin atau Pak Camat seumpama ada

rapat koordinasi yang dilaksanakan di Balai Kota, kita juga dipanggil

untuk tindak lanjuti solusi hasil rapatnya yang di Balai Kota ke sini”.

Berdasarkan pernyataan di atas dengan diadakannya rapat koordinasi

secara rutin setiap pekannya, mampu mempermudah para pegawai dalam

menjalankan pekerjaannya. Memberikan pernyataan, saran atau solusi menjadikan

para pegawai memotivasi dirinya agar bekerja secara efektif dan saling berinteraksi

antara satu dengan yang lainnya. Hal yang tak jauh berbeda disampaikan Drs. H.

Hasan Sulaiman:

“Saya selalu berkomunikasi dengan pegawai. Komunikasi tentang


pekerjaan itu sudah pasti. Selain itu, ide-ide tentang pekerjaan. Kami
juga mengadakan rapat mingguan. Di sinilah para pegawai memberikan
informasi tentang keluhan, saran, ide-ide dalam pekerjaannya”.
Berdasarkan pernyataan Camat Tamalate tersebut komunikasi atasan dan

bawahan tidak hanya tentang laporan kerja, tetapi juga informasi mengenai saran-

saran. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan keterlibatan anggota didalam

bidang kerjanya masing-masing untuk menjaga kelancaran tugas organisasi yang

diberikan. Sebab apabila terdapat suatu pekerjaan yang tidak lancar akan

mempengaruhi kepada tugas-tugas lainnya.

Rapat koordinasi dilakukan agar semua pihak mengetahui perkembangan

informasi dan selalu berpegang pada tujuan organisasi agar tidak melenceng dan

justru memperburuk keadaan. Sebagaimana dijelaskan Kepala Seksi PMK dan

Kesejahteraan Sosial, Dewi Rosita Djahini, S. STP:


73

“Di rapat koordinasi dibahas masalah di Kepala Seksi, misalnya

Keuangan apa masalahnya. Kita semua Kepala Seksi apa unek-

uneknya”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa rapat koordinasi

menjadi pemecah masalah disetiap masalah dan konflik semua pihak serta menjadi

wadah bagi pemimpin untuk mensinergikan serta mengontrol perkembangan

bidang-bidang yang ada di organisasi.

Kantor Camat Tamalate menerapkan pola komunikasi lingkaran saat rapat

koordinasi. Rapat koordinasi yang dihadiri oleh semua Kepala Bidang dan Camat

dilakukan untuk mengoordinasi tugas-tugas antara bidang-bidang di Kantor Camat

Tamalate. Penulis melihat bahwa dalam rapat koordinasi yang dilakukan secara

tertutup tersebut banyak yang didiskusikan, setiap bidang menunjukkan kinerja

bawahannya, mengevaluasi apa yang terjadi pekan lalu, mencarikan solusi yang

terbaik, dan merencanakan program kerja yang akan dilaksanakan. Camat sebagai

pemimpin rapat pada akhirnya akan mengevaluasi informasi-informasi yang

disampaikan dan mengambil kebijakan dan keputusan atas apa yang telah

disampaikan masing-masing Kepala Bidang.

5. Pola Komunikasi Menyeluruh

Pola komunikasi menyeluruh di Kantor Camat Tamalate terjadi pada

situasi informal. Berdasarkan wawancara dengan St. Fatimah selaku Kepala Sub

Bagian Umum Kepegawaian, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa mereka juga

melakukan komunikasi yang bersifat informal agar interaksi yang mereka lakukan

tidak terasa canggung dan lebih kekeluargaan.


74

“Dalam hal komunikasi, kami sebagai pegawai dengan pimpinan


menempatkan komunikasi kami pada tempatnya, ketika dalam kondisi
formal komunikasi kami pun harus formal tapi ketika kami berada di
luar kantor maka rasa canggung pun hilang, jadi komunikasi kami
tergantung situasi dan kondisi”.

Berdasarkan hasil wawancara mengungkapkan bahwa hubungannya

sebagai seorang pegawai yang memegang jabatan sebagai Kepala Sub Bagian

Umum Kepegawaian dengan pimpinan cukup baik. Ini dikarenakan pimpinan

merupakan sosok yang ramah dan mudah akrab kepada semua pegawai. Hal yang

tak jauh berbeda diungkapkan Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial, Dewi

Rosita Djahini, S. STP :

“Komunikasi kami dengan pimpinan disini bagus, tidak ada sekat,

maksudnya tidak ada bilang orang segan melapor kayak keluarga saja”.

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan komunikasi yang dilakukan

pimpinan dan pegawai dapat berlangsung secara informal yakni tidak terkait

dengan jabatan, agar mampu menciptakan suatu komunikasi yang kondusif.

Hal ini juga disampaikan Camat Tamalate, Drs. H. Hasan Sulaiman yang

mengatakan bahwa atasan harus mampu berbaur dengan bawahannya dan

berkomunikasi antarpribadi bukan hanya mengenai masalah pekerjaan namun bisa

juga membicarakan kehidupan pribadi masing-masing. Berikut pernyataan Drs. H.

Hasan Sulaiman:

“Kalau berbicara di luar konteks pekerjaan pasti pernah, itu namanya


informal. Menurut saya melalui komunikasi informal itulah saya dapat
mengetahui siapa dan bagaimana pegawai saya. Lagi pula tidak mesti
kerjaan terus kita bahas kan bosan juga kalau begitu”.
Komunikasi informal dapat menjalin kedekatan antara atasan dan

bawahan, melalui komunikasi informal biasanya anggota organisasi mengawali


75

sifat keterbukaannya, karena tentunya suasana yang cenderung rileks, berbeda

dengan komunikasi formal seperti rapat, biasanya anggota organisasi enggan untuk

mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.

Komunikasi informal antar sesama pegawai biasanya membahas

perbaikan dalam pekerjaan, ide-ide yang ingin disampaikan, dan interpersonal para

pegawai. Hal ini dijelaskan Desi Ma’tan Sarampang, Staf Perekonomian,

Pembangunan, Pengembangan Informasi Manajemen :

“Tukar menukar informasi kebanyakan kita lakukan dengan teman-


teman di bagian lain saat jam istirahat, sekedar obrolan ringan atau
apabila muncul masalah-masalah khusus dalam kantor di situlah
saatnya para pegawai berkomunikasi”.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, pimpinan dengan pegawai

maupun sebaliknya atau sesama pegawai harus mampu menjalin hubungan personal

karena dengan adanya aspek hubungan manusiawi tersebut dapat menunjang

suasana dan efektifitas lingkungan organisasi sehingga akan tercipta iklim kerja

yang kondusif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, di Kantor Camat Tamalate

menerapkan pola komunikasi menyeluruh di mana semua anggota dan pimpinan

memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan informasi melalui

komunikasi yang bersifat informal. Komunikasi informal dapat terjadi pada setiap

Kepala Bidang dan pegawai dalam lingkungan Kantor Camat Tamalate, mereka

dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi

jabatan mereka. Berdasarkan observasi penulis terlihat bahwa tatanan ruang yang

saling berdekatan juga membuat komunikasi antar pegawai semakin menimbulkan

kedekatan. Adanya komunikasi informal membuat hubungan antar anggota


76

organisasi terjalin harmonis dan komunikasinya pun terbuka. Komunikasi informal

terjadi sebagai perwujudan dari keinginan untuk menyampaikan informasi yang

diketahui dan dianggap tidak diketahui oleh sesama anggota organisasi.

Komunikasi informal dalam lingkungan Kantor Camat Tamalate

dimaksudkan untuk memelihara hubungan sosial dan penyebaran informasi yang

bersifat pribadi. Komunikasi informal tidak memiliki batas atau tidak mengenal

garis kewenangan dalam organisasi karena siapa saja dapat melakukannya dengan

siapa saja yang diinginkan, tetapi tidak membuat pegawai tidak bersikap hormat,

sehingga hubungan antar anggota organisasi berlangsung secara bebas, bersahabat

dan kekeluargaan.

B. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi Kantor Camat

Tamalate

1. Faktor Penghambat

a. Kedudukan atau posisi dalam organisasi

Sebagai sebuah organisasi khususnya instansi pemerintahan, Kantor

Camat Tamalate memiliki struktur organisasi yang meliputi beberapa bidang

pelayanan masyarakat. Maksud dan tujuan adanya struktur organisasi adalah untuk

mengatur dan mengefektifkan tugas-tugas yang ada dalam organisasi. Selain itu

diharapkan tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas. Sebagaimana

diungkapkan Dewi Rosita Djahini, S. STP:

“Semua pegawai sudah mempunyai tugas masing-masing, pegawai


yang sudah ditempatkan di bagian pemberdayaan masyarakat tidak
perlu menyelesaikan masalah yang ada di bagian kepegawaian maupun
bidang-bidang lainnya”.
77

Berdasarkan penjelasan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan

Kesejahteraan Sosial dapat disimpulkan bahwa setiap pegawai yang bekerja di

Kantor Camat Tamalate khususnya bidang PMK dan Kesejahteraan Sosial sudah

memiliki tugas masing-masing yang telah terstruktur di instansi tersebut. Tiap-tiap

posisi dalam organisasi menuntut bahwa pegawai yang menduduki posisi yang

telah ditetapkan harus mempersepsi dan berkomunikasi dari pandangan posisinya.

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh St. Fatimah, S.IP., Kepala Sub Bagian

Umum Kepegawaian:

“Kami berupaya untuk mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan


dengan penjabaran visi misi Kantor Camat Tamalate. Hal ini agar
terwujud transparansi dari tugas pokok dan fungsi masing-masing
bidang.”
Berdasarkan wawancara yang telah dikemukakan di atas pada intinya

bahwa bagian umum kepegawaian telah melakukan komunikasi organisasi secara

intensif kepada setiap pegawai untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai

visi misi Kantor Camat Tamalate.

b. Hierarki dalam organisasi

Pada saat pegawai ingin berinteraksi dengan pimpinan biasanya ada

keragu-raguan dalam berinteraksi kepada pimpinan dalam urusan tugas, inilah yang

membuat pegawai jarang memberikan feedback kepada pimpinan setelah menerima

arahan melalui Kepala Bidang. Pegawai takut untuk mengutarakan pendapatnya

dan juga pegawai merasa dirinya tidak dimintai pendapat dari Kepala Bidang atau

pimpinan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Anshar Rauf, staf bagian

perencanaan dan keuangan menjelaskan bahwa :


78

“Selaku bawahan saya biasa merasa ragu dan bertanya pada diri saya
tentang saran-saran yang ingin saya sampaikan kepada pimpinan, tetapi
perasaan ketika tidak dimintai pendapat yang membuat saya untuk
mengikuti aturan yang dibuat oleh pimpinan”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pegawai masih

memiliki rasa ragu dalam menyampaikan sarannya. Hal ini dapat mempengaruhi

solidaritas organisasi. Untuk itu pimpinan dan pegawai sebaiknya lebih banyak

melakukan komunikasi nonformal karena dengan menggunakan aspek ini arus

pesan yang mereka lakukan dapat lebih merasa akrab sehingga apapun hambatan

yang terjadi di antara mereka dapat diselesaikan tanpa harus merasa sungkan atau

segan.

Komunikasi sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman, baik di

antara pimpinan atau antara pegawai itu sendiri. Hambatan yang terjadi dalam

organisasi pasti ada solusinya agar organisasi dapat berjalan lancar dan tujuan

organisasi dapat tercapai dengan mempertahankan komunikasi organisasi yang

baik. Seperti yang dikatakan Camat Tamalate, Hasan Sulaiman :

“Biasanya kesalahpahaman yang terjadi dalam Kantor yaitu adanya


perbedaan pendapat dan persepsi antara atasan dan staf, namun
hambatan tersebut bisa diatasi dengan diadakan pertemuan secara
langsung antara atasan dan bawahan dan dikomunikasikan secara baik-
baik, sampai menemukan jalan keluar dari kesalahpahaman tersebut
sehingga kerja sama tim yang baik akan tercipta kembali”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap

kesalahpahaman yang terjadi antara pimpinan dan pegawai maupun sesama

pegawai dapat diselesaikan dengan berdiskusi dan menyelesaikannya sampai

menemukan jalan keluar dari masalah tersebut.


79

c. Keterbatasan berkomunikasi

Saat melakukan komunikasi tentu kita mengharapkan adanya feedback

yang baik dari lawan bicara kita, namun tidak menutup kemungkinan ada hambatan

saat kita berkomunikasi seperti miss communication. Masalah pokok biasanya

terletak pada pemaknaan pesan yang diterima. Penerima pesan tidak membalas

makna pesan sebagaimana yang diinginkan oleh pengirim pesan. Sebagaimana

yang dikatakan Desi Ma’tan Sarampang selaku Staf Perekonomian, Pembangunan,

Pengembangan Informasi Manajemen :

“Hambatan yang biasa terjadi yaitu hambatan dari penerima pesan di


mana pesan yang disampaikan oleh Camat ke Kepala Bidang untuk
ditujukan kepada pegawai tidak diterima dengan baik. Hal itu terjadi
karena adanya perantara dalam penyampaian pesan antara Camat dan
Pegawai”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas ditemukan hambatan dalam proses

komunikasi yaitu kemungkinan adanya miss communication saat proses

penerimaan pesan karena adanya perantara antara pimpinan dan pegawai. Yang

berakibat pada pemaknaan pesan yang diterima, pegawai tidak memahami makna

pesan sebagaimana yang diinginkan pimpinan.

Para pegawai dalam berinteraksi dengan pimpinan dibatasi dengan skala

kepentingan keperluan pegawai. Pegawai tidak dapat langsung bertemu dengan

pimpinan apabila persoalan pegawai dapat diselesaikan bersama Kepala Bidang

pegawai tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Andini Putri Sagita, Staf Bagian

Umum Kepegawaian :

“Didiskusikan dulu sama Ibu Kasubag. Kalau belum dapat

penyelesaian, Beliau nanti yang menyampaikan di Pak Camat”.


80

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pegawai

akan kurang memberikan feedback kepada pimpinan secara langsung, sebab harus

melalui Kepala Seksi atau Kepala Bidang dan kemudian pesan dari pegawai akan

dibawa dan disampaikan kepada pimpinan melalui kegiatan formal seperti rapat

koordinasi.

d. Hubungan yang tidak personal

Hubungan personal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang

dengan orang lain. Hubungan personal yang baik akan menumbuhkan derajat

keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya

tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang

berlangsung di antara komunikator. Namun sebaliknya jika dalam sebuah

organisasi komunikasi yang dibangun sejak awal antara anggota organisasi

mengalami gangguan, maka dapat dipastikan organisasi tidak berjalan maksimal.

Menurut Anshar Rauf, Staf Bagian Perencanaan dan Keuangan:

“Kalau saya rasa, kedekatan satu sama lain masih kurang. Saya sendiri
susah dekat dengan yang lain, paling hanya beberapa orang saja, itu
juga karena saya merasa sama pemikiran dan sering kerja bareng. Cuma
tidak sampai dekat sekali, tapi lebih dekatlah dibanding dengan teman
bidang lain”.

Berdasarkan pernyataan di atas komunikasi personal antara pegawai masih

renggang karena perbedaan watak, pemikiran dan kepentingan. Apabila hal ini terus

berlangsung akan berdampak pada kesuksesan yang dicapai Kantor Camat

Tamalate karena dengan komunikasi yang baik antara anggota organisasi akan

menciptakan kerja sama yang baik dan tentunya dengan kerja sama yang baik akan

lebih menghasilkan dan lebih berkembang sehingga dapat solid untuk kedepannya.
81

Iklim kerja yang harmonis perlu diciptakan melalui keterbukaan individu-

individu yang terlibat dalam kinerja organisasi sehingga setiap permasalahan

pegawai dapat diketahui dengan jelas dan dapat dicarikan jalan keluar. Upaya

tersebut perlu dilakukan mengingat pembentukan suatu kondisi pergaulan sosial

yang akrab dan harmonis dalam organisasi akan dapat tercapai bila tercipta iklim

kerja yang kondusif yang mendukung terciptanya rasa kebersamaan dalam bekerja

dan menghindari konflik-konflik yang mungkin timbul. Berdasarkan penjelasan

Andini Putri Sagita, Staf Bagian Umum Kepegawaian menjelaskan bahwa:

“Kalau kedekatan seperti biasa saja, cerita-cerita sama teman-teman,


mungkin karena saya juga orangnya suka cerita jadi biasa saja, Cuma
tidak sampai dekat sekali. Karena beda-beda sifatnya orang, ada yang
tertutup, ada yang tidak dan juga faktor umur”.

Berdasarkan pernyataan tersebut komunikasi antar pegawai yang terjadi

dapat menggambarkan tentang hubungan antar pegawai di Kantor Camat Tamalate

yang masih mendapat batasan dalam berkomunikasi seperti usia pegawai yang

berbeda, pangkat atau jabatan, dan perbedaan bidang.

e. Sistem aturan dan kebijaksanaan

Kantor Camat Tamalate melakukan proses komunikasi yang bersifat resmi

dan biasanya dilakukan didalam lembaga formal melalui garis perintah atau

instruksi, berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang berkomunikasi sebagai

anggota organisasi dengan status masing-masing, komunikasi yang pertama yaitu

secara formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam sebuah organisasi dengan

cara resmi yang dilakukan oleh pimpinan dengan staf. Hal ini dijelaskan oleh Staf

Bagian Perencanaan dan Keuangan, Anshar Rauf:


82

“Kalau mau menyampaikan seperti informasi atau saran mengenai


perkembangan kantor harus melalui Kepala Bidang dan itu dilakukan
secara bertahap karena di kantor ada tingkatan jabatan yang memang
sudah terstruktur, tidak langsung menyampaikan ke Pak Camat, kita
harus menghormati Kepala Bidang terlebih dahulu”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

secara formal dan terstruktur telah menjadi ketentuan peraturan yang ada di Kantor

Camat Tamalate. Setiap pegawai tidak dapat berkomunikasi secara langsung

dengan pimpinan, dalam hal ini harus ada perantara yaitu Kepala Bidang.

Komunikasi formal sudah menjadi sebuah sistem aturan tidak tertulis

dalam sebuah instansi pemerintahan dan harus dijaga agar tidak dilakukan dengan

semena-mena, baik pimpinan maupun pegawai. Hal ini untuk menghindari agar

disiplin pegawai yang selama ini ada tetap terjaga. Sebagaimana dijelaskan Dewi

Rosita Djahini, S. STP :

“Dalam hal komunikasi, kami sebagai staf menempatkan komunikasi


kami pada tempatnya, ketika dalam kondisi formal seperti masih dalam
suasana jam kerja kamipun harus menggunakan komunikasi formal
agar terkesan menghargai atasan”.

Berdasarkan wawancara di atas maka diperoleh kesimpulan bahwa

komunikasi yang bersifat formal lebih sering mereka gunakan agar interaksi yang

mereka lakukan tetap menghargai prosedur dan aturan pekerjaan yang telah

ditetapkan.

2. Faktor Pendukung

a. Media quality

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang ke

orang lain untuk menghasilkan persepsi yang sama. Media merupakan hal yang
83

mendukung komunikasi akan mengakibatkan kepuasan kerja yang dirasakan

pimpinan dan bawahan atas pekerjaan. Seperti yang dikatakan Andini Putri Sagita,

Staf Bagian Umum Kepegawaian :

“Dengan adanya fasilitas yang disediakan yaitu komputer dan wifi

sangat membantu pekerjaan kita. Apalagi wifi, kalau jaringan hp kan

kadang tidak stabil”.

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan bahwa adanya penyediaan

fasilitas sebagai sarana komunikasi sangat membantu pegawai saat melakukan

pekerjaan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dapat meningkatkan

efektivitas dan efisiensi kerja pegawai. Sama halnya dengan pernyataan Dewi

Rosita Djahini, S. STP., yang mengatakan bahwa:

“Kalau fasilitas yang mendukung sebenarnya sudah menjadi

standarisasi. Seperti komputer, AC, wifi, printer dan lain-lain. Fasilitas

yang lengkap tentunya akan mendukung pelaksanaan kerja yang baik”.

Berdasarkan pernyataan Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial

tersebut, Beliau mengatakan bahwa fasilitas memang seharusnya ada dan sangat

dibutuhkan pegawai. Adanya fasilitas tersebut tentunya dapat mendukung

pelaksanaan pekerjaan dengan baik.

Penggunaan teknologi komunikasi berpengaruh signifikan pada bentuk

informasi yang biasa diberikan sebagai pola komunikasi organisasi. Sebelumnya

kita menggunakan papan pengumuman jika ada informasi yang harus diketahui

publik. Namun, kini bentuk komunikasi yang demikian sepertinya sudah

ketinggalan zaman. Organisasi akan dimudahkan dengan teknologi jaringan


84

komunikasi yang bisa digunakan sebagai penyalur berbagai pengumuman yang bisa

dengan cepat diterima oleh para anggota. Seperti yang dikatakan Dewi Rosita

Djahini, S. STP :

“Alhamdulillah dengan adanya smartphone terutama grup whatsapp

sangat mendukung dalam pekerjaan karena selalu ada penyampaian

informasi di situ”.

Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh St. Fatimah, Kepala Sub Bagian

Umum Kepegawaian:

“Sekarang kan sudah canggih, sudah ada grup whatsapp. Jadi umpama

ada rapat, Pak Camat kirim saja di whatsapp. Kita sudah tahu.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi membantu

komunikasi berlangsung lebih efektif dan efisien dalam komunikasi organisasi.

Penggunaan teknologi akan semakin mempercepat sampainya informasi. Terlebih

dalam sebuah organisasi kecepatan dan ketepatan amatlah diperlukan.

b. Organizational communication

Kantor Camat Tamalate memiliki visi dan misi yang telah ditetapkan

untuk masing-masing bidang. Visi misi menjadi pedoman pegawai dalam bekerja

sesuai topoksinya. Hal ini memudahkan terjalinnya komunikasi yang efektif dan

efisien dalam organisasi. Sebagaimana dijelaskan St. Fatimah, S. IP :

“Saya tidak pernah dapat hambatan masalah pegawaiku. Karena satu


kali saja bicara dia ikuti. Itu baiknya di Kecamatan Tamalate tidak
terlalu susah kita nasihati. Dia sudah tahu semua topoksinya masing-
masing baik itu Kepala Seksi maupun staf bekerja sesuai dengan
topoksinya. Pegawai Kecamatan Tamalate termasuk disiplinnya
tinggi”.
85

Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Dewi Rosita Djahini,

S.STP., Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial:

“Di Kecamatan itu, Camat membawahi beberapa Seksi, Seksi


Pemerintahan, Seksi Trantib, Seksi Kesra dan Pemberdayaan
Masyarakat, Seksi Ekonomi dan Seksi Kebersihan. Terus yang
membawahi Sekcam ada Kasubag Kepegawaian dan Kasubag
Keuangan. Di antara itu ada topoksi masing-masing dan ada kerja
masing-masing. Jadi pelayanan disini itu seperti KTP dari
pemerintahan, Ekbang itu IMB dan izin-izin, kalau Kesra seperti izin
penelitian dan pemberdayaan masyarakat yang di bawah”.

Berdasarkan penjelasan Kepala Bidang Umum Kepegawaian tersebut

bahwa setiap pegawai yang bekerja di Kantor Camat Tamalate khususnya bidang

Umum Kepegawaian sudah mempunyai tugas masing-masing yang telah terstruktur

di instansi tersebut sehingga memudahkan pegawai bekerja berdasarkan job desk

dan tidak menganggu job desk bidang yang lainnya.

c. Communication climate

Hal utama yang menjadi faktor penunjang keberhasilan organisasi adalah

sumber daya manusia yang berkualitas. Sikap dan perilaku menjadi tolak ukur

keberhasilan dalam pemerintahan. Staf pemerintahan harus memiliki sikap

akuntabilitas dan profesional dalam rangka mewujudkan eksistensi dalam hal ini

pemerintahan Kecamatan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintahan Kota

dalam mengatur pelayanan yang prima kepada masyarakat. St. Fatimah selaku

Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian menjelaskan bahwa keteladanan yang

baik adalah hal yang dapat menjadi motivasi pegawai untuk melakukan yang baik

pula. Berikut pernyataan St. Fatimah :

“Saya tidak pernah berkomunikasi bahwa harus begini atau begitu.


Saya hanya memperlihatkan contoh yang baik. Contohnya
86

keterlambatan. Saya saja yang rumahnya jauh bisa sampai tepat waktu
di kantor. Saya juga tidak bisa menegur, tidak perlu lagi ditegur karena
mereka bukan lagi anak-anak, sudah dewasa semua. Tugas kita hanya
memberikan contoh yang baik kepada mereka”.

Berdasarkan pernyataan Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian tersebut

Beliau telah melakukan komunikasi yang baik dengan memberikan contoh yang

baik kepada pegawainya agar mendorong dan memotivasi mereka melakukan hal

yang sama.

Faktor sumber daya juga berpengaruh apabila tercipta rasa saling

menghargai antar pegawai dan adanya sikap saling terbuka antara satu dengan yang

lainnya sehingga dapat menciptakan suasana yang harmonis. Sebagaimana

dijelaskan oleh Desi Ma’tan Sarampang:

“Rasa kebersamaan lebih terasa ketika kami melakukan tugas bersama-


sama dan kami juga menyemangati agar teman-teman lebih
bersemangat dalam melakukan tugasnya, biasanya saya dan teman-
teman bercanda-canda supaya tidak merasa berat untuk mengerjakan
tugas.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa para pegawai

menjalin hubungan yang baik dengan mengemukakan tugas dan diskusi bersama

sehingga para pegawai lebih termotivasi melaksanakan tugas. Meningkatkan rasa

kekeluargaan di antara individu sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan

kinerja untuk pencapaian visi dan misi.

d. Horizontal communication

Komunikasi horisontal dapat terjadi secara teratur di antara pegawai yang

bekerja dalam suatu bidang. Komunikasi horisontal dalam tingkatan yang sama

memudahkan untuk mewujudkan kerja sama dalam melaksanakan tugas demi


87

mencapai tujuan bersama. Seperti yang dikatakan oleh Andini Putri Sagita, Staf

Bagian Umum Kepegawaian bahwa hubungan komunikasi dengan teman sejawat

yang setingkat sangat menunjang satu sama lain terutama dalam pengembangan

kerja sama yang berkaitan dan hubungan komunikasi dengan sederajat bersifat

akrab.

“Bila saya bekerja sama dengan teman-teman yang seumuran terasa


nyaman karena tidak merasa enak hati lagi tapi tidak membuat saya
tidak berkomunikasi dengan staf yang lain. Justru disini kita dapat
saling menghargai”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

horisontal dalam lingkup Kantor Camat Tamalate terjadi pada setiap staf, mereka

dapat berinteraksi satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatannya.

Salah satu upaya Kantor Camat Tamalate untuk menciptakan komunikasi

yang efektif adalah mempertahankan solidaritas anggota organisasinya dengan

menjalin suatu hubungan yang baik dan solid antar pegawainya. Sebagaimana

dijelaskan Desi Ma’tan Sarampang, Staf Perekonomian, Pembangunan,

Pengembangan Informasi Manajemen:

“Untuk mempertahankan keakraban kami, biasanya saya dan teman-


teman banyak melakukan aktivitas bersama seperti melakukan tugas
bersama atau sekedar makan sama-sama saat jam istirahat. Kalau
berkumpul bersama saya juga dapat menyampaikan informasi ke teman
yang lain”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas komunikasi yang dilakukan

Kantor Camat Tamalate, pegawai menyampaikan pesan untuk disampaikan kepada

pegawai lainnya agar mampu menciptakan suatu komunikasi yang kondusif sebagai

salah satu upaya untuk memajukan organisasi. Sama halnya dengan yang telah

dijelaskan oleh Dewi Rosita Djahini, S.STP., yang mengatakan bahwa :


88

“Koordinasi di sini berjalan harmonis, karena saling bekerja sama dan

mau berbagi pengetahuan. Hal yang disampaikan tentunya informasi

seputar pekerjaan”.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

koordinasi yang ada berjalan baik. Koordinasi dilakukan ke semua pegawai karena

antara satu dengan yang lain harus saling bekerja sama.

e. Personal feedback

Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat penting dalam organisasi

karena jika satu arah saja, misalnya dari pimpinan kepada pegawainya saja, maka

roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik.

Komunikasi vertikal yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakan

sikap pimpinan yang demokratis. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan

atau saran para pegawai sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana dikatakan Drs.

H. Hasan Sulaiman, Camat Tamalate :

“Saya selalu mencoba meluangkan waktu untuk melihat hasil kerja staf
saya, hal ini saya lakukan selain untuk menjaga komunikasi yang aktif
dan berkesinambungan juga untuk mengurangi dan meminimalkan
kesalahan. Jika hasil kerjanya baik akan saya berikan pujian agar
mereka merasa dihargai, tapi jika salah atau kurang baik ya akan saya
beri masukan agar kelak hasil kerjanya menjadi lebih baik”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas pimpinan berusaha senantiasa

memberikan respon positif atas kinerja pegawainya. Dengan adanya respon positif

dari pimpinan, pegawai akan merasa diperhatikan dan dihargai atas hasil kerja yang

telah dilakukan. Tidak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja
89

pegawai juga dapat memotivasi produktivitas dan membangun kepercayaan diri

pegawai.

Cara seorang pimpinan untuk memperkuat loyalitas dan moral pegawai

tergantung dari bagaimana seorang pimpinan mampu memotivasi para

bawahannya. Salah satu yang dapat memperkuat keduanya adalah berupa pujian

serta selalu berinteraksi dengan ramah kepada para pegawai dan adanya perhatian

pimpinan kepada pegawai. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian Umum

Kepegawaian, St. Fatimah, S.IP:

“Hal yang selalu saya usahakan adalah memberikan pujian ke anak-

anak meskipun itu hal kecil sekalipun. Tindakan yang dilakukan dapat

berupa selalu berinteraksi ramah dan perhatian kepada pegawai.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pencapaian kinerja organisasi, motivasi merupakan salah satu faktor penting yang

dapat mendorong seorang staf untuk bekerja. Motivasi kerja dari pimpinan sangat

penting dilakukan dalam meningkatkan kinerja pegawai. Motivasi menjadi

pendorong seseorang untuk melaksanakan kegiatan guna mendapatkan hasil yang

terbaik.

f. Supervisory communication

Cara penyampaian yang baik tanpa paksaan dan kekerasan dari pimpinan

juga menjadi faktor bangkitnya semangat kerja pegawai. Pemahaman sebuah pesan

akan mudah diterima oleh pegawai jika pemimpin mampu menggiring para

bawahan tanpa paksaan. Sebagaimana dikatakan Drs. H. Hasan Sulaiman :


90

“Dengan komunikasi yang baik, saya yakin kejelasan antara tugas dan

visi misi dapat dipahami oleh para pegawai. Jika terjadi paksaan, hanya

akan merusak suasana dan semangat kerja pegawai nantinya”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

pimpinan yang baik akan memudahkan pegawai memahami tugasnya dan

memberikan feedback kepada pimpinan tanpa merasa sungkan serta menumbuhkan

semangat kerja pegawai untuk mencapai visi misi organisasi.

Seorang pimpinan hendaknya memotivasi pegawai dengan cara yang

lemah lembut atau biasa disebut dengan Qaulan Layyina. Qaulan Layyina secara

Bahasa layyina artinya lemah lembut, bermakna sebagai strategi dakwah. Pasalnya,

hal ini dilakukan oleh Nabi Musa saat berhadapan dengan Firaun. Nabi Musa

menggunakan Qaulan Layyina saat menyampaikan dakwahnya. Ini dimaksudkan

agar Firaun menjadi sadar dan takut. Seperti firman Allah swt. dalam QS. Ta-ha

(20) : 44 yang berbunyi :

‫ول لَهۥُ قَ ۡو ًل لَّ ِّينًا لَّ َعلَّهۥُ َيتَذَ َّك ُر أ َ ۡو َي ۡخشَى‬


َ ُ‫فَق‬

Artinya:

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

Pimpinan harus selalu berkomunikasi kepada bawahan dengan baik,

karena pimpinan sangat berkepentingan. Jika bawahan sungkan dengan pimpinan

maka setiap pekerjaan akan terhambat dan tidak dapat tercapai apa yang diharapkan

organisasi. Pimpinan harus selalu terbuka dengan bawahan agar tidak terjadi
91

kesungkanan. Sebagaimana dijelaskan Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian,

St. Fatimah, S.IP:

“Kita tidak boleh marah sama pegawai, harus selalu kita mengambil
hati anak-anak supaya mereka nyaman dan tidak sungkan sama kita.
Karena kita disini saling membutuhkan satu sama lain. Jadi saling
menghargai saja”.

Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Kepala Seksi PMK dan

Kesejahteraan Sosial, Dewi Rosita Djahini, S.STP., ketika staf pada bidangnya

menghadapi masalah:

“Kalau saya, kalau di Seksi saya paling saya panggil baik-baik, kamu

kenapa, ada apa, permasalahannya dan kita tidak bisa membela satu

orang saja. Kita harus mendengar apa pokok masalahnya”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

kesadaran pimpinan akan arti pentingnya suatu komunikasi organisasi timbal balik

agar pimpinan dan pegawai mempunyai rasa saling hormat menghormati dan saling

terbuka dalam menghadapi masalah.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada pembahasan,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kantor Camat Tamalate Kota Makassar menerapkan pola komunikasi roda,

pola komunikasi Y, pola komunikasi rantai, pola komunikasi lingkaran dan

pola komunikasi menyeluruh menyesuaikan pada isi pesan yang akan

disampaikan dan pada situasi organisasi. Berdasarkan observasi dan

wawancara yang dilakukan penulis, pola komunikasi yang paling dominan

digunakan pada Kantor Camat Tamalate adalah pola komunikasi Y, dimana

Camat selaku pimpinan melakukan pelimpahan wewenang kepada Kepala

Bidang dan Kepala Seksi yang berada dekat dengan posisinya di struktural.

Pelimpahan wewenang dalam hal ini yaitu pengambilan keputusan teknis

yang berkaitan dengan masing-masing bidang atau seksi. Begitupun

sebaliknya apabila staf ingin menyampaikan informasi kepada pimpinan,

maka melalui perantara Kepala Bidang atau Kepala Seksi terlebih dahulu.

2. Hal yang menghambat komunikasi di Kantor Camat Tamalate adalah

kedudukan atau posisi dalam organisasi, hierarki dalam organisasi,

keterbatasan berkomunikasi, hubungan yang tidak personal, Sistem aturan

dan kebijaksanaan. Sedangkan hal yang mendukung proses komunikasi

Kantor Camat Tamalate adalah kualitas media (media quality), komunikasi

organisasional (organizational communication), iklim komunikasi

92
93

(communication climate), komunikasi horisontal (horizontal

communication), umpan balik pribadi (personal feedback) dan komunikasi

pimpinan (supervisory communication).

B. Saran

1. Pimpinan dan pegawai harus menjalin komunikasi yang lebih efektif

walaupun bukan di lingkungan Kantor, sehingga dalam bekerja tidak ada

rasa canggung tapi tetap dengan batasan ada tingkatan jabatan yang harus

dihormati sehingga Kantor Camat Tamalate dapat lebih berkembang.

2. Untuk meningkatkan kepuasan kerja diharapkan pemimpin yang baik dapat

menempatkan dirinya sebagai sahabat atau keluarga dengan pegawai,

sehingga pegawai tidak canggung dalam berkomunikasi dengan pimpinan

dan selalu melakukan kegiatan diluar kerja atau sekedar sharing kepada

pegawai tentang masalah apa yang terjadi dalam Kantor.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ardial. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Arni, Muhammad. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.
Bandung : Remaja Rosdakarya.

Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek. Bandung :


PT Remaja Rosdakarya.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Griffin. 2012. First Look At Communication Theory. New York: Mc Grawhall.

Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT Bumi


Aksara.

Littlejhon, Stephen W & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta :


Salemba Humanika.

Masmuh, Abdullah. 2008. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan


Praktek. Malang : UMM Press.

Pace, R. Wayne & Faules, Don. 2006. Komunikasi Organisasi, Strategi


Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Romli, Khomsahrial. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta : PT


Grasindo.

Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian : Public Relation dan Komunikasi.


Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Soejanto, A. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.

Suranto. 2018. Komunikasi Organisasi Prinsip Komunikasi untuk Peningkatan


Kinerja Organisasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

94
Wibowo, 2014. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo.

Jurnal

Jalalkamali, M., Ali, A. J., Hyun, S. S., Nibkin, D. 2016. “Relationship Between
Work Values, Communication Satisfaction, and Employee Job
Performance”. Journal of Management Decision. Vol 54 No. 4.

Lukito. 2017. “Analisa Kepuasan Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja


Karyawan di Hotel Yello Surabaya”. Jurnal Hospitality dan Manajemen
Jasa. Vol 5 No. 2 : 151-161.

Sentosa, Amrin Tegar. 2015. “Pola Komunikasi dalam Proses Interaksi Sosial di
Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda”. eJournal Ilmu Komunikasi.
Vol. 3 No. 3 : 491-503.

Sumber lain

Badan Pusat Statistik. (27 September 2019). Kecamatan Tamalate dalam Angka
2019. Diakses pada 18 Januari 2020, dari
https://makassarkota.bps.go.id/publication/2019/27/7eb19f63dd6341910854756e/
kecamatan-tamalate-dalam-angka-2019.html

Dicky, M. (12 Desember 2018). Kecamatan Tamalate Raih Penghargaan Adhikarya


Dharma Nusantara. Diakses pada 18 Desember 2019, dari
https://beritaku.id/kecamatan-tamalate-raih-penghargaan-adhikarya-dharma-
nusantara.html

95
L

N
97

Dokumentasi

Wawancara dengan informan


98
99
100

Lampiran: Pedoman Wawancara

Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan

Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar Jl.

Sultan Alauddin KM. 7 Telp. 041186697. Makassar

90221

Bapak/Ibu yang saya hormati,

Saya atas nama Yuyun Asmaningsih Jurusan Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam hal ini saya sedang

mengadakan penelitian tugas akhir yang berhubungan dengan Judul “Pola

Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar”. Dimana

penelitian ini hanya untuk kepentingan penelitian semata dalam menyusun Skripsi.

Atas bantuan, ketersediaan waktu, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Hari/Tgl : ......................

Lokasi : ......................

A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan/Pekerjaan :
101

B. Pertanyaan Wawancara

Camat :

1. Bagaimana alur penyampaian informasi dari pimpinan ?

2. Perbedaan informasi yang disampaikan melalui perantara Kepala Bidang

dengan tanpa perantara, berkomunikasi langsung dengan pegawai ?

3. Bagaimana Camat mengamati hasil kinerja pegawai ?

4. Apakah melakukan komunikasi informal dengan pegawai ?

5. Apa hambatan yang dirasakan dalam proses komunikasi ?

6. Adakah fasilitas yang disediakan oleh Kantor untuk kelancaran pertukaran

informasi atau dalam kelancaran pelayanan pada masyarakat ?

7. Bagaimana feedback pimpinan atas kinerja pegawai ?

8. Bagaimana penyampaian pimpinan apabila ada tugas yang harus diperbaiki ?

Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi

1. Informasi seperti apa yang biasanya dari pimpinan ?

2. Apa ada media social untuk kelancaran komunikasi ?

3. Bagaimana keterlibatan Kepala Sub Bagian & Kepala Seksi dalam rapat

koordinasi ?

4. Bagaimana pengambilan keputusan teknis dalam Kantor ?

5. Keputusan seperti apa yang harus melibatkan Camat langsung ?

6. Pernahkah ada kesalahpahaman dengan pegawai karena miss communication

?
102

7. Bagaimana feedback yang diberikan saat pegawai melakukan kesalahan ?

Pegawai

1. Bagaimana alur penyampaian informasi dari pimpinan ?

2. Adakah media sosial ? bagaimaan keterlibatan dalam pegawai dalam media

sosial tersebut ?

3. Kalau ada kendala dalam pelaksanaan tugas, bagaimana sistematika

penyampaian kepada pimpinan ?

4. Komunikasi dengan Kepala Sub Bagian / Kepala Seksi mengenai pekerjaan

seperti apa ?

5. Apa hambatan dalam proses komunikasi di Kantor ?

6. Bagaimana hubungan personal antar pegawai, apakah saling terbuka untuk

membahas hal-hal personal ?

7. Bagaimana iklim komunikasi di Kantor Camat Tamalate ?


103
104
105
106
107

RIWAYAT HIDUP

Yuyun Asmaningsih, lahir di Kabupaten Bantaeng pada

tanggal 31 Maret 1997. Anak tunggal dari pasangan Ismail

dan Sumartin. Penulis memulai jenjang Pendidikan sekolah

dasar di SD Inpres Teladan Merpati Bantaeng dan tamat 2009.

Dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bantaeng dan

tamat pada tahun 2012, kemudian melanjutkan Pendidikan

SMA Negeri 2 Bantaeng dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis diterima

di Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

Keinginan untuk melanjutkan pendidikan memacu semangat lebih giat dengan

bermodalkan kemauan dan tekad yang kuat, mendaftar di Perguruan Tinggi Swasta

Universitas Muhammadiyah Makassar. Pada tahun 2020 ini akan mengantarkan

penulis menyelesaikan studi dengan menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Pola

Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar”.

Anda mungkin juga menyukai