YUYUN ASMANINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi
Kepada
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
Yang menyatakan,
Yuyun Asmaningsih
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota
Makassar”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Dr. H. Muh. Tahir, M.Si., dan Dian
Makassar.
3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., selaku Pembimbing I dan Bapak
diselesaikan.
v
4. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Ismail dan Ibunda Sumartin dan
5. Bapak Drs. H. Hasan Sulaiman selaku Camat Tamalate dan seluruh pegawai
Kantor Camat Tamalate Kota Makassar yang telah mengizinkan penelitian dan
Kelas IK-01, yang telah menjadi teman seperjuangan selama masa perkuliahan.
Riveni Wajdi.
8. Teman terbaik, Ayu Cancerlia, Indri Eka Putri, Amaliah Ulfa, Kharisma,
Yaomil Khaeriyah, Rina Suwardy, Suci Nur Insani, yang selalu memberikan
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
Yuyun Asmaningsih
vi
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
vii
BAB III METODE PENELITIAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................. 93
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
menghubungkan satu sama lain kapan dan di manapun juga. Tidak ada manusia
yang tidak akan terlibat komunikasi baik itu komunikasi verbal maupun komunikasi
individu, kelompok atau organisasi sebagai sender kepada pihak lain sebagai
receiver untuk memahami dan terbuka peluang memberikan respon balik kepada
sender (Wibowo, 2014 : 241). Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat
dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Komunikasi sangat penting
dalam suatu organisasi, karena merupakan kelompok orang yang bekerja dan saling
atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena organisasi terdiri dari
berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain. Setiap organisasi
1
2
sulitlah organisasi berfungsi dengan baik. Menurut Keith Davis (dalam Arni, 2014)
suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan
memungkinkan terjadinya koordinasi kerja yang diharapkan, kerja sama baik antara
pimpinan dengan bawahan, maupun antara bawahan dengan bawahan tidak mungkin
tercipta sebab mereka tidak mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama
lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah kebutuhan primer
organisasi, yang tidak hanya berbentuk verbal saja tapi juga nonverbal, hubungan yang
terjalin baik secara struktural maupun emosional antara manusia dalam sebuah
organisasi. Komunikasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu
sistem pengendalian organisasi, yang pada hakikatnya adalah untuk mencapai suatu
organisasi. Oleh sebab itu, komunikasi yang efektif penting dalam kegiatan organisasi.
terjalin antara satu pegawai dengan pegawai lainnya. Terciptanya suatu suasana kerja
yang kondusif, maka apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan organisasi dapat
terakomodir dengan baik. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dan lancar antara
oleh pegawai sangat ditentukan dari pola komunikasi organisasi dari instansi. Namun
pola komunikasi organisasi yang diterapkan juga dapat membuat banyak tantangan
tersendiri dalam penerapannya. Mulai dari hubungan dari pimpinan bersama pegawai,
ataupun sebaliknya.
3
Pola komunikasi organisasi atau komunikasi secara berstruktur dalam sistem ini
instansi.
organisasi menjadi sangat formal karena adanya pola komunikasi organisasi yang telah
terbentuk. Pola komunikasi organisasi tercipta dari kebijakan interaksi pimpinan yang
menentukan kepada siapa ia akan berinteraksi dengan pegawai yang jabatan dan
pangkat ada di bawahnya. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan oleh pimpinan
ditetapkan. Pola yang ditetapkan akan menghasilkan manajemen organisasi yang baik
atau tidak untuk itu pemimpin harus dapat memperhitungkan pola mana yang dapat
Begitu pula halnya pada Kantor Camat Tamalate Kota Makassar yang
menerapkan pola komunikasi organisasi. Kantor Camat Tamalate dapat dikatakan baik
Tamalate Makassar terpilih sebagai salah satu di antara beberapa instansi pemerintah
berdasarkan hasil survei yang dilakukan dan telah menunjukkan prestasi dalam
adhikarya-dharma-nusantara.html)
sebuah lingkungan yang bersih, sehat, dan hijau, serta profesional dalam kinerja.
Kantor Camat Tamalate merupakan bagian dari institusi pemerintahan daerah yang
perizinan. Beberapa perizinan yang sering dibuat terkait dengan penerbitan izin usaha
permohonan cerai, belum nikah, dan nikah. Ada banyak fungsi dan tugas lain dari
Melihat begitu banyaknya tugas dari Kantor Camat Tamalate dan manajemen
Tamalate yang ditetapkan pemimpinnya sehingga para pegawainya dapat bekerja sama
5
dengan baik dan factor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam penerapan
B. Rumusan Masalah
Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang terdapat di atas maka tujuan yang ingin
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan perbaikan untuk
dinas pemerintahan.
6
2. Manfaat Praktis
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Organisasi
organisasi merasakan adanya ikatan yang harmonis, saling mendukung dan saling
yang terjadi di suatu organisasi dan bertujuan untuk menjaga keharmonisan kerja
pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan
komunikasi dengan orang lain dalam suatu sistem sosial tertentu, termasuk
adalah salah satu kemampuan yang sangat penting bagi pimpinan maupun anggota.
Komunikasi sangat diperlukan sebagai upaya untuk menjaga kinerja, baik internal
7
8
sangat penting karena kedudukan antara satu anggota dengan anggota lain pada
atau jasa pelayanan sebagai sarana berkoordinasi antar kolega membentuk kesatuan
sistem dari bagian-bagian yang saling bergantung. Dinamika proses kerja sama
bagian subsistem dalam organisasi. Menurut Kohler (dalam Suranto 2018 : 14)
terdapat sebuah model komunikasi yang sangat tepat dipilih dalam rangka
terjadi dalam suatu organisasi dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi
sistem dari bagian-bagian yang saling bergantung serta terciptanya pola hubungan
tata kerja yang harmonis. Profil sebuah organisasi merupakan paduan dari berbagai
bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Komunikasi sangat penting untuk
9
kegiatan sehari-hari, hampir seluruh aktivitas pimpinan dan anggota, pada dasarnya
jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satu sama lain. Dengan
organisasi antara pemimpin dengan pegawai atau sesama pegawai untuk mencapai
suatu tujuan tertentu baik melalui media maupun face to face. (Bungin, 2007 : 274).
Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Suranto 2018 : 17) mendefinisikan
lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. Sementara itu, Ig. Wursanto
pada organisasi formal) dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian, sebagai
berikut.
a. Tata hubungan administrasi, disebut juga tata hubungan fungsi, yaitu tata
b. Hubungan tata usaha, adalah hubungan yang terjadi atau yang berlangsung
antara satuan organisasi dengan satuan lain didalam organisasi dan tidak
informasi ini dapat dilakukan melalui surat-surat atau dapat juga melalui
telepon.
itu berlangsung antara pihak satu dengan pihak lain sama-sama mengatasnamakan
lembaga, unit kerja, atau sebuah seksi tertentu. Dalam konteks ini, pengertian
unit kerja yang merupakan bagian dari suatu susunan organisasi. Suatu organisasi
horisontal dan vertikal. Misalnya, komunikasi antara unit produksi dengan unit
kepala unit produksi dan seorang kepala unit pemasaran, tetapi keduanya
dalam lingkungan organisasi. Organisasi terdiri atas unsur pengurus dan anggota,
ada pimpinan dan staf karyawan. Apabila Anda menjadi anggota organisasi
tertentu, maka informasi yang ada pada diri Anda sangat diperlukan oleh anggota
lainnya dan diperlukan pula oleh pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan.
Sebaliknya, informasi yang dikuasai oleh kolega, sebenarnya juga Anda perlukan
11
keharmonisan. Proses bertukar informasi dan ide-ide antara para pimpinan dan
kepada kepentingan organisasi, bukan kepentingan individu. Oleh karena itu, perlu
organisasi. Melalui komunikasi yang baik, diharapkan dapat diperoleh manfaat bagi
5) Produktivitas meningkat.
Kata pola komunikasi berasal dari dua suku kata yakni pola dan
komunikasi. Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 885) dapat
diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan dalam kamus Ilmiah
12
Diantara orang-orang yang berada dalam suatu organisasi akan terjadinya saling
pertukaran pesan, pertukaran pesan ini melalui jalan tertentu yang dinamakan
pola aliran informasi atau jaringan komunikasi. Peranan individu dalam sistem
56-57)
communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya
Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Fajar, 2009 : 31-32) menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya
dengan komponen lainnya (Soejanto, 2005 : 27). Menurut Syaiful Bahri (2004 :
1) pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau
lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi adalah sistem
lainnya seperti media teknologi informasi, media radio visual, surat kabar,
Menurut Tubbs dan Moss dalam Sentosa (2015 : 497) pola komunikasi
ialah satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku
tunduk dan lainnya. Simetri ialah tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas
dasar kesamaan. Pola komunikasi dan aktifitas organisasi atau suatu instansi
sangat tergantung pada tujuan, gaya manajemen, dan iklim organisasi yang
yang bekerja dalam organisasi tersebut, yang ditujukan oleh mereka yang
penyampaian pesan melalui sebuah proses yang oleh karena itu proses ini
organisasi. Salah satu cara untuk melihat susunan organisasi adalah dengan
14
menguji pola-pola interaksi ini untuk melihat siapa yang berkomunikasi dengan
siapa. Karena tidak ada seorang pun yang berkomunikasi sama dengan semua
paling luwes dan sebagainya. Pada komunikasi organisasi kita tentu berbicara
samping itu, organisasi juga perlu melakukan komunikasi dengan pihak luar,
koneksi anggota organisasi, keterbukaan satu individu dengan individu lain dan
I
B
H
G A C
D
F
E
satu sumber untuk kemudian pesan disebarkan kepada yang lain dari sumber
tersebut. Pola komunikasi seperti ini biasanya dilakukan oleh sebuah kelompok
sumber informasi. Dalam pola roda semua komunikasi mengalir melalui satu
2012).
informasi itu kepada A, inilah jaringan komunikasi yang formal. Jika terjadi
b. Pola Komunikasi Y
kelompoknya. Memiliki tingkat sentralisasi lebih rendah yakni dua orang dekat
dengan pusat.
E
menyampaikan informasi, namun setiap anggota hanya dapat
menerima dan memberi informasi maksimum dengan dua orang saja. Biasanya
berkelanjutan.
aliran informasi itu bersumber dari tingkat atas “Kepala Dinas” kepada seorang
“Kepala Subdinas” dan diteruskan kepada “Kepala Seksi”. (Liliweri, 2014 : 387)
A
Pola lingkaran (circle), yaitu pola komunikasi yang
rapat, diskusi, atau juga dalam sebuah kelompok yang bersifat partisipatif.
Kelebihan dari pola ini adalah bahwa bias informasi akan terminimalkan karena
18
itu bersumber dari salah satu sumber, misalnya A ke semua arah dan direspon
kembali kepada A. Di sini terlihat, setiap orang dapat menjadi sumber dan
informasi itu sendiri bukan merupakan suatu benda hidup. Dia hanyalah berupa
sumber daya perangkat lunak, berbentuk pesan, baik lisan maupun tertulis. Pesan
tidak muncul dan bergerak sendiri. Pesan dapat mengalir dari orang ke orang lain,
dari bagian satu ke bagian lain, oleh karena ada yang mengalirkan atau
komunikasi adalah pengaturan aliran pesan dari satu divisi ke divisi lain di suatu
a. Komunikasi vertikal
pihak yang secara hierarki memiliki jenjang kedudukan struktural yang berbeda.
vertikal ini dapat dibedakan menjadi dua arah arus komunikasi, yaitu (1)
(upward communication).
atasan kepada bawahan, atau dari pimpinan kepada staf, atau dari
dari wewenang yang lebih tinggi kepada wewenang yang lebih rendah,
instruction),
berlaku,
pejabat yang berkedudukan lebih tinggi, dari staf kepada pimpinan. Arus
atasannya. Misalnya saja dari Camat kepada Bupati, dari Dekan kepada
bijak.
21
orang atau pejabat yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Wayne Pace
berikut.
bawah.
22
dilaksanakan,
dikerjakan, dan
b. Komunikasi horisontal
arus komunikasi mendatar, atau arus komunikasi sejajar, disebut pula arus
atau lembaga yang terlibat dalam proses komunikasi ini memiliki kedudukan
23
setingkat untuk berbagai informasi dan berkoordinasi. Arus komunikasi ini sangat
baik untuk penyelesaian masalah yang kompleks dan melibatkan banyak pihak dari
berbagai divisi di organisasi. Aliran informasi seperti ini terjadi atas inisiatif mereka
harmonis. Wujud komunikasi organisasi yang mengikuti serta pola arus komunikasi
4) Melakukan koordinasi;
6) Konsultasi pekerjaan;
7) Tukar-menukar informasi;
c. Komunikasi diagonal
informasi atau arus komunikasi yang berlangsung antara pegawai pada tingkat
kedudukan yang berbeda, pada tugas atau fungsi yang berbeda, dan satu sama
terjadi dalam dua arah, yakni komunikasi diagonal ke bawah dan ke atas.
penyampaian informasi dari pejabat yang berkedudukan lebih tinggi kepada pejabat
yang berkedudukan lebih rendah dan berbeda satuan unit kerjanya. Wujud arus
1) Meminta pendapat;
2) Meminta dokumen;
3) Menyampaikan pesan;
4) Mengundang pertemuan;
6) Klarifikasi.
berkedudukan lebih rendah kepada pejabat yang berkedudukan lebih tinggi, dan
mereka berada pada bagian atau divisi yang berbeda, sebenarnya tidak berada
dalam satu garis komando langsung. Wujud arus komunikasi diagonal ke atas,
antara lain:
1) Menyampaikan pendapat;
3) Mengonsultasikan gagasan;
4) Konfirmasi jadwal;
5) Dan sebagainya.
dengan tugas dan otoritas yang ditetapkan untuk itu akan mempunyai perspektif
dan sistem nilai yang berbeda dengan anggota lain yang mempunyai jabatan yang
bawahannya. Bila terjadi ada pesan yang berkenaan dengan masalah produksi maka
pesan ini akan ditanggapi secara berbeda oleh anggota-anggota organisasi sesuai
produksi mungkin lebih tertarik akan pesan itu karena hal itu merupakan tanggung
kenyataan dapat dilihat, bahwa anggota yang bekerja dalam organisasi melihat
pekerjaan mereka dengan cara berbeda dengan orang yang di luar organisasi. Tiap-
tiap posisi dalam organisasi menuntut bahwa anggota yang menduduki posisi
yang menduduki posisi yang superior dan yang lainnya bawahan. Hierarki
antara mereka terdapat perbedaan dalam persepsi status. Orang menduduki tempat
yang lebih tinggi dalam hierarki, mempunyai kontrol yang lebih banyak daripada
orang yang ditempatkan pada bagian bawah. Informasi mungkin terganggu ke atas
26
karena bawahan harus hati-hati untuk membicarakan sesuatu yang menarik bagi
atasannya untuk didengar atau menghindarkan topik atau cara penyampaian yang
keputusan dan kompetensi mereka. Bahkan di antara teman hubungan yang bersifat
c. Keterbatasan Berkomunikasi
berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa yang boleh membuat
informasi dan sangat banyak keputusan yang harus dibuat dengan cepat. Keadaan
komunikasi. Bila begitu banyak pesan atau kontak yang masuk sistem atau pesan
harus ditangani cepat satu atau beberapa orang dalam organisasi mengalami
banyak untuk menjaga tidak terputusnya urutan dalam proses informasi, individu
pesan tertentu.
hubungan yang bersifat formal dan tidak personal. Hubungan-hubungan yang tidak
hatian pada perasaan pribadi yang lain dan tidak mampu memperkirakan secara
tepat reaksi emosional yang lain. Akhirnya organisasi terdiri dari individu yang
untuk membuat persetujuan dan mengarahkan pada hubungan yang tidak personal
pola komunikasi tradisional yang kaku dan rutin. Akibatnya komunikasi dalam
merupakan suatu hal yang terjadi ketika terdapat dua bentuk umum tindakan yang
terjadi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Komunikasi yang terjadi
komunikasi organisasi, ada salah satu faktor yang membuat komunikasi dapat
suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam
hubungan dalam organisasi (Pace & Faules, 2006 : 165). Menurut Redding (dalam
komunikasinya. Down & Hazen (dalam Lukito, 2017 : 152) menemukan bahwa
yang lainnya, dimana lebih cenderung pada tanggapan, dan sikap dari para
karyawan (Pincus, 1986, dalam Okay & Okay, 2009; Gray & Laidlaw, 2004;
Goldhaber, et.al., 1978; Putti, et.al., 1990, dalam Jalalkamali, et.al., 2016).
baik, dan apakah komunikasi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik,
tersebut.
detail, pemberian informasi yang sesuai dan tidak melebihi job desk
karyawan.
B. Kerangka Pikir
kerangka pemikiran.
Kantor Camat
Tamalate
Pola Komunikasi
C. Fokus Penelitian
Tamalate Kota Makassar”. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis
32
penelitian kualitatif, maka penelitian ini akan difokuskan pada pola komunikasi
dalam organisasi yaitu pola komunikasi roda, pola komunikasi Y, pola komunikasi
organisasi di Kantor Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Oleh karena itu penulis
1. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu pola hubungan yang terbentuk antara dua
orang atau lebih yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain dan
terjadi.
aliran informasi berasal dari satu sumber, yaitu pemimpinnya yang berada di
posisi pusat. Jadi apabila seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota
3. Pola Komunikasi Y
menyampaikan informasi.
mempengaruhi kelompok.
informasi.
METODE PENELITIAN
Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan penelitian ini yaitu
kurang lebih selama dua bulan terhitung setelah ujian proposal dilaksanakan.
yang beralamat di Jalan Danau Tanjung Bunga No. 181, Tamalate, Maccini
1. Jenis penelitian
informan kunci yang dianggap bisa memberikan informasi yang akurat lebih
34
35
untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang Kantor Camat Tamalate
khusus pada faktor penghambat dan faktor pendukung dalam proses komunikasi
organisasi.
2. Tipe penelitian
C. Sumber Data
Dilihat dari sudut ilmu sistem informasi, data adalah suatu fakta dan
angka yang secara relatif belum dapat dimanfaatkan bagi pengguna (Umar dalam
Ardial, 2014 : 359). Oleh karena itu, data harus ditransformasikan terlebih
dahulu.
menurut jenis dan sifat data. Jenis data dapat digolongkan kepada data primer
dan sekunder.
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya. Data yang dihimpun adalah tentang bagaimana
pola komunikasi organisasi di Kantor Camat Tamalate dan faktor penghambat dan
Kecamatan Tamalate dan Staf Kantor Camat Tamalate Kota Makassar. Data
wawancara langsung.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder. Data sekunder ini adalah segala informasi yang dapat dijadikan sebagai
pendukung atau penguat informasi yang didapat dari informan. Data-data ini
diperoleh dari berbagai dokumen baik buku, jurnal, dan internet yang berhubungan
D. Informan Penelitian
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Camat
1. Observasi
ada beberapa jenis objek, subjek dan kejadian yang dapat diamati oleh peneliti,
yaitu perilaku fisik, verbal, ekspresif, dan benda-benda fisik lainnya, atau
kejadian yang rutin dan temporal. Teknik observasi di penelitian, pertama, dapat
37
dilakukan secara langsung (direct obsevation), terutama untuk subjek atau objek
terprogram sebelumnya.
2. Wawancara
metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap
subjeknya, apalagi kalau responden tidak dapat membaca dan menulis atau
kurang memahami daftar pertanyaan yang diajukan tersebut. Maka peneliti harus
(1) dengan tatap muka (face to face interviews) dan (2) melalui saluran telepon
(telephone interviews).
3. Dokumentasi
pola, jenis dan satuan urai dasar. Tujuan analisis adalah untuk menyederhanakan
penelitian secara apa adanya sejauh peneliti dapatkan dari hasil observasi,
1. Pengumpulan data
dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan
reflektif.
2. Reduksi data
3. Penyajian data
Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik,
dan tabel. Tujuan penyajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga
4. Penarikan kesimpulan
kesimpulan.
G. Keabsahan Data
penelitian ini, yaitu: nilai subjektivitas, metode pengumpulan dan sumber data
beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam
apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan
1. Kredibilitas
Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail,
40
2. Transferabilitas
Supaya orang dapat memahami hasil penelitian ini sehingga ada kemungkinan
untuk menerapkan hasil penelitian yang telah didapat, maka penelitian dalam
membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan
dapat dipercaya.
3. Dependabilitas
4. Konfirmabilitas
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan
hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
A. Gambaran Umum
timur Kabupaten Gowa, di sebelah selatan Kabupaten Takalar dan di sebelah barat
dengan Selat Makassar. Wilayah Kecamatan Tamalate berada di bagian selatan Kota
dan delapan kelurahan lainnya merupakan daerah bukan pantai dengan topografi
bervariasi antara 1-2 km (Maccini Sombala dan Balang Baru), antara 3-4 km (Jongaya,
Bontoduri dan Parang Tambung), kelurahan lainnya berjarak 5-10 km. Kecamatan
41
42
Desa/Kelurahan RT RW Lingkungan
01. Barombong 69 13 -
05. Jongaya 56 14 -
06. Bungaya 47 12 -
07. Pa’baeng-baeng 38 10 -
08. Mannuruki 29 8 -
10. Mangasa 58 13 -
2. Luas Wilayah
dua kelurahan yakni Kelurahan Parang Tambung dan Kelurahan Bontoduri. Oleh
karena itu, Kecamatan Tamalate pada tahun 2016 terdiri dari 11 kelurahan dengan luas
43
wilayah 20, 21 km2. Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa Kelurahan Barombong
memilik wilayah terluas, yaitu 7, 34 km2, terluas kedua adalah Kelurahan Tanjung
Merdeka dengan luas wilayah 3, 37 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya
Tabel 4.2. Luas dan Ketinggian Dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan
di Kecamatan Tamalate Tahun 2017-2018
2018 20,21
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan dalam lima tahun yang
bertumpu pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta ditunjang oleh semangat
kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional, maka misi Satuan Kerja
masyarakat;
masyarakat.
Kecamatan;
a. Camat
oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat bertanggung
jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota Makassar. Dalam
umum;
undangan;
umum;
kecamatan;
b. Sekretariat
kerja kecamatan.
sesuai bidang;
fungsinya;
perbendaharaan Dinas;
bidang tugasnya;
(RW)
mempunyai fungsi :
49
kesatuan bangsa;
kesatuan bangsa;
mempunyai tugas :
50
fungsinya;
umat beragama;
Peraturan Daerah;
informasi
Menengah (UKM);
masyarakat;
lembaga kemasyarakatan;
53
kesejahteraan sosial;
kecamatan;
kelurahan;
pertanggungjawaban.
5. Kepegawaian
252 orang aparat/pegawai negeri, berasal dari berbagai dinas/instansi pemerintah, yang
Camat, satu orang Sekretaris Camat dan 60 orang staf yang terdiri dari PNS, tenaga
SEKRETARIS
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI EKONOMI, KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PEMERINTAHAN, KINERJA KETENTRAMAN DAN PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN PENGELOLAAN
LURAH DAN RT/RW PENEGAKAN PERDA PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KEBERSIHAN
INFORMASI MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL PERTAMANAN
AMRAN BARANG, S.Sos M. NAUFAL, S.Sos DEWI ROSITA DJ, S.STP MUH. SYAMSUL GAFUR
NIP. 19790227 201001 1 013 NIP. 19700911 199103 1 006 NIP. 19830128 200112 2 001 NIP. 19670630 199003 1 006
penelitian serta data tambahan berupa dokumen Kantor Camat Tamalate. Data
tambahan yang di maksud dalam penelitian ini adalah dokumen tentang struktur
organisasi, visi misi dan beberapa data lainnya. Wawancara dilakukan terhadap
No Nama Jabatan
keseluruhan data yang diperoleh peneliti maka telah diketahui pola komunikasi
pemimpin melakukan kontrol penuh kepada seluruh pegawai. Orang ini merupakan
satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota.
Sebagian besar komunikasi organisasi berlangsung dari orang ke orang dan hanya
dijelaskan oleh St. Fatimah, S.IP., Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian :
“Kami bekerja berdasarkan perintah Pak Camat. Sudah ada juga diatur
organisasi karena tanpa arahan dan perintah, pegawai tidak dapat melaksanakan
pekerjaan dan tidak akan bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Sama halnya
dengan apa yang dijelaskan oleh Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial,
Camat Tamalate telah menerapkan pola roda sebagai salah satu sarana untuk terus
menjaga stabilitas kinerja organisasi agar tetap berjalan secara efektif. Ketika
dapat tersalurkan kepada semua pegawai sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
pegawai memiliki kendala dalam pekerjaan yang dilakukan, maka Kepala Bidang
meminta saran untuk membantu dan memberi arahan mengenai pekerjaan tersebut.
“Komunikasi biasanya soal laporan kerja atau kalau staf saya ada
tersebut berkaitan dengan laporan dari Kepala Bidang, yang jika ditemui kendala
maka Camat menyampaikan instruksi atau perintah mengenai apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus diperbaiki. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang
bawahan tidak hanya tentang laporan kerja, tetapi juga informasi mengenai saran-
diberikan. Sebab apabila terdapat suatu pekerjaan yang tidak lancar akan
disampaikan Camat berupa instruksi tugas. Instruksi mengenai apa yang diharapkan
Tamalate :
bahwa pola yang digunakan oleh Kantor Camat Tamalate dalam memberikan
informasi pekerjaan ataupun memberi dan menerima instruksi kerja dan hal-hal
lainnya adalah pola roda. Pola komunikasi roda ini adalah pola komunikasi yang
terstruktur dan terorganisasi dan di dalamnya ada proses komunikasi yang efektif,
63
karena mempunyai satu fokus perhatian dan melihat siapa yang menjadi tokoh
komunikannya.
pukul 07.30 pagi mulai dari hari Senin sampai hari Jumat. Penulis melihat bahwa
berlangsung saat upacara bendera atau apel pagi yang dilaksanakan setiap hari
Senin di halaman Kantor Camat Tamalate. Saat pelaksanaan apel pagi pimpinan
kerja jangka pendek. Proses komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan selanjutnya
komunikasi dalam penerapan visi dan misi disampaikan secara tatap muka atau
melalui media yang telah disepakati. Selain itu salah satu proses komunikasi dari
Pola roda tercipta pada Kantor Camat Tamalate Makasar dari hasil
2. Pola Komunikasi Y
Penggunaan pola ini terbentuk ketika pesan dari pimpinan yang akan
yang memiliki kedekatan dengan pimpinan itu sendiri baik dari jabatan maupun
kepentingan instansi. Salah satu proses komunikasi di Kantor Camat Tamalate dari
Bidang”.
terlebih dahulu. Kepala Bidang adalah wujud perwakilan dari anggota bidang di
bawahnya. Dengan adanya beberapa pihak yang terlibat secara struktural, aliran
informasi yang digunakan adalah secara berurutan. Artinya, Camat sebagai sumber
atas dapat disimpulkan bahwa Kepala Seksi berperan dalam proses penyebaran
organisasi yang terjalin dari pegawai kepada pimpinan sangat penting dalam
kelancaran kerja pegawai, sebab dalam tahap ini pegawai biasanya memberikan
umpan balik kepada Kepala Bidang dan selanjutnya akan diteruskan kepada Camat.
dengan visi, misi dan tujuan daripada Kecamatan Tamalate. Di luar itu seperti
66
yang mempunyai fungsi dan tugas yang sesuai. Sebagaimana diungkapkan Kepala
“Kita biasanya masalahnya apa dulu, apa yang bisa kita lakukan dan
dan bawahan adalah rasa yang mahal harganya dalam menjalin organisasi, Camat
adanya rasa percaya ini Camat tidak begitu saja lepas tangan dengan apa yang
dikerjakan oleh pegawainya, akan tetapi Camat tetap melakukan kontrol dan
dijalankan secara bersamaan karena salah satu faktor sukses dalam menjalankan
sebuah organisasi adalah dengan adanya rasa percaya dan kejujuran antara
pimpinan dan bawahan. Rasa kepercayaan bukan berarti pimpinan melepas kontrol
Kepala Bidang dalam pengambilan keputusan teknis yang berkaitan dengan bidang
masing-masing.
memperlihatkan surat penelitian di Kantor Camat Tamalate pada salah seorang staf,
Sosial dan bertemu Kepala Seksi yaitu Dewi Rosita Djahini, S. STP. Beliau
penelitian yang akan dilakukan di Kantor Camat Tamalate. Pada saat itu pula
lainnya, Kantor Camat Tamalate terdiri atas beberapa bidang untuk membantu
Seksi yang telah diberi kepercayaan oleh pimpinan akan memutuskan menerima
Kepala Bidang dan terakhir pegawai atau staf. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Hal yang sama disampaikan oleh Desi Ma’tan Sarampang, Staf Perekonomian,
pegawai lainnya. Pola yang tergambar dalam hal ini adalah pola rantai. Di mana
prosedur kerja, instruksi dan gagasan serta umpan balik mengenai pelaksanaan
Bidang atau Kepala Seksi terlebih dahulu. Seperti yang dijelaskan oleh Anshar
memberikan ke pimpinan”.
dan terstruktur telah menjadi ketentuan peraturan yang ada di Kantor Camat
Camat, dalam hal ini harus ada perantara karena di Kantor Camat Tamalate ini
menggunakan pola komunikasi rantai yakni ada struktur yang harus dilewati
sebelumnya dalam penyampaian pesan yang ingin disampaikan. Hal yang tak jauh
“Kalau saya ada masalah perihal pekerjaan, saya harus melalui Kepala
Seksi, nanti Kepala Seksi menyampaikannya kepada Camat, setelah itu
baru saya diberi solusi dari apa yang telah saya sampaikan
sebelumnya”.
tidak dapat berkomunikasi langsung dengan pimpinan, artinya harus ada perantara
karena dalam Kantor Camat Tamalate menggunakan pola komunikasi rantai yakni
saran, usulan dan mengemukakan pendapat. Sesuai yang dikatakan oleh Staf
pimpinan menghasilkan keadaan yang dinamis dengan adanya timbal balik dari
Tamalate. Sebagaimana dikatakan oleh St. Fatimah, S. IP., Kepala Sub Bagian
Umum Kepegawaian :
“Apa yang kita inginkan belum tentu tercapai, maka dari itu saya selalu
melibatkan staf saya untuk memberi masukan. Saya hanya sebagai
perpanjangan tangan, ada beberapa hal yang tidak bisa saya yang
memutuskan, diajukan ke atasan lagi untuk mencari jalan keluar”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi
secara formal yang dilakukan Kantor Camat Tamalate sudah berjalan efektif baik
tugas. Secara formal yang dimaksud adalah alur komunikasi yang terarah antara
Pola rantai terbentuk pada Kantor Camat Tamalate Makassar dari hasil
penelitian didapat bahwa, pegawai mengikuti perintah yang formal atau secara
resmi. Sebuah pesan dari pimpinan yang ingin dibagikan kepada pegawai secara
Kepala Bidang pesan tersebut kemudian disampaikan kepada Kepala Seksi dan
71
barulah dari Kepala Seksi sebuah pesan atau tugas dari pimpinan dapat diterima
oleh pegawai.
menitikberatkan kepada pihak penerima pesan yang berada di tengah dalam hal ini
adalah Kepala Bidang dari arah penyampaian pesan, sebab dari Kepala Bidang,
pesan dari pimpinan akan diterima oleh pegawai dengan baik, dalam hal ini adalah
komunikasi rantai yang tercipta pada Kantor Camat Tamalate Kota Makassar
secara langsung, sebab harus melalui Kepala Seksi dan Kepala Bidang dan
kemudian pesan dari pegawai akan dibawa dan disampaikan kepada pimpinan,
dalam bekerja dan tidak menghambat kinerja dan tugas masing-masing bidang serta
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Kepala Seksi PMK dan
“Ada rapat koordinasi itu tiap hari Senin atau Pak Camat seumpama ada
untuk tindak lanjuti solusi hasil rapatnya yang di Balai Kota ke sini”.
para pegawai memotivasi dirinya agar bekerja secara efektif dan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya. Hal yang tak jauh berbeda disampaikan Drs. H.
Hasan Sulaiman:
bawahan tidak hanya tentang laporan kerja, tetapi juga informasi mengenai saran-
diberikan. Sebab apabila terdapat suatu pekerjaan yang tidak lancar akan
informasi dan selalu berpegang pada tujuan organisasi agar tidak melenceng dan
uneknya”.
menjadi pemecah masalah disetiap masalah dan konflik semua pihak serta menjadi
koordinasi. Rapat koordinasi yang dihadiri oleh semua Kepala Bidang dan Camat
Tamalate. Penulis melihat bahwa dalam rapat koordinasi yang dilakukan secara
bawahannya, mengevaluasi apa yang terjadi pekan lalu, mencarikan solusi yang
terbaik, dan merencanakan program kerja yang akan dilaksanakan. Camat sebagai
disampaikan dan mengambil kebijakan dan keputusan atas apa yang telah
situasi informal. Berdasarkan wawancara dengan St. Fatimah selaku Kepala Sub
Bagian Umum Kepegawaian, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa mereka juga
melakukan komunikasi yang bersifat informal agar interaksi yang mereka lakukan
sebagai seorang pegawai yang memegang jabatan sebagai Kepala Sub Bagian
merupakan sosok yang ramah dan mudah akrab kepada semua pegawai. Hal yang
tak jauh berbeda diungkapkan Kepala Seksi PMK dan Kesejahteraan Sosial, Dewi
maksudnya tidak ada bilang orang segan melapor kayak keluarga saja”.
pimpinan dan pegawai dapat berlangsung secara informal yakni tidak terkait
Hal ini juga disampaikan Camat Tamalate, Drs. H. Hasan Sulaiman yang
Hasan Sulaiman:
dengan komunikasi formal seperti rapat, biasanya anggota organisasi enggan untuk
perbaikan dalam pekerjaan, ide-ide yang ingin disampaikan, dan interpersonal para
maupun sebaliknya atau sesama pegawai harus mampu menjalin hubungan personal
suasana dan efektifitas lingkungan organisasi sehingga akan tercipta iklim kerja
yang kondusif.
komunikasi yang bersifat informal. Komunikasi informal dapat terjadi pada setiap
Kepala Bidang dan pegawai dalam lingkungan Kantor Camat Tamalate, mereka
dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi
jabatan mereka. Berdasarkan observasi penulis terlihat bahwa tatanan ruang yang
bersifat pribadi. Komunikasi informal tidak memiliki batas atau tidak mengenal
garis kewenangan dalam organisasi karena siapa saja dapat melakukannya dengan
siapa saja yang diinginkan, tetapi tidak membuat pegawai tidak bersikap hormat,
dan kekeluargaan.
Tamalate
1. Faktor Penghambat
pelayanan masyarakat. Maksud dan tujuan adanya struktur organisasi adalah untuk
mengatur dan mengefektifkan tugas-tugas yang ada dalam organisasi. Selain itu
Kantor Camat Tamalate khususnya bidang PMK dan Kesejahteraan Sosial sudah
posisi dalam organisasi menuntut bahwa pegawai yang menduduki posisi yang
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh St. Fatimah, S.IP., Kepala Sub Bagian
Umum Kepegawaian:
intensif kepada setiap pegawai untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai
keragu-raguan dalam berinteraksi kepada pimpinan dalam urusan tugas, inilah yang
dan juga pegawai merasa dirinya tidak dimintai pendapat dari Kepala Bidang atau
“Selaku bawahan saya biasa merasa ragu dan bertanya pada diri saya
tentang saran-saran yang ingin saya sampaikan kepada pimpinan, tetapi
perasaan ketika tidak dimintai pendapat yang membuat saya untuk
mengikuti aturan yang dibuat oleh pimpinan”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pegawai masih
memiliki rasa ragu dalam menyampaikan sarannya. Hal ini dapat mempengaruhi
solidaritas organisasi. Untuk itu pimpinan dan pegawai sebaiknya lebih banyak
pesan yang mereka lakukan dapat lebih merasa akrab sehingga apapun hambatan
yang terjadi di antara mereka dapat diselesaikan tanpa harus merasa sungkan atau
segan.
antara pimpinan atau antara pegawai itu sendiri. Hambatan yang terjadi dalam
organisasi pasti ada solusinya agar organisasi dapat berjalan lancar dan tujuan
c. Keterbatasan berkomunikasi
yang baik dari lawan bicara kita, namun tidak menutup kemungkinan ada hambatan
terletak pada pemaknaan pesan yang diterima. Penerima pesan tidak membalas
penerimaan pesan karena adanya perantara antara pimpinan dan pegawai. Yang
berakibat pada pemaknaan pesan yang diterima, pegawai tidak memahami makna
pegawai tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Andini Putri Sagita, Staf Bagian
Umum Kepegawaian :
akan kurang memberikan feedback kepada pimpinan secara langsung, sebab harus
melalui Kepala Seksi atau Kepala Bidang dan kemudian pesan dari pegawai akan
dibawa dan disampaikan kepada pimpinan melalui kegiatan formal seperti rapat
koordinasi.
dengan orang lain. Hubungan personal yang baik akan menumbuhkan derajat
tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang
“Kalau saya rasa, kedekatan satu sama lain masih kurang. Saya sendiri
susah dekat dengan yang lain, paling hanya beberapa orang saja, itu
juga karena saya merasa sama pemikiran dan sering kerja bareng. Cuma
tidak sampai dekat sekali, tapi lebih dekatlah dibanding dengan teman
bidang lain”.
renggang karena perbedaan watak, pemikiran dan kepentingan. Apabila hal ini terus
Tamalate karena dengan komunikasi yang baik antara anggota organisasi akan
menciptakan kerja sama yang baik dan tentunya dengan kerja sama yang baik akan
lebih menghasilkan dan lebih berkembang sehingga dapat solid untuk kedepannya.
81
pegawai dapat diketahui dengan jelas dan dapat dicarikan jalan keluar. Upaya
yang akrab dan harmonis dalam organisasi akan dapat tercapai bila tercipta iklim
kerja yang kondusif yang mendukung terciptanya rasa kebersamaan dalam bekerja
yang masih mendapat batasan dalam berkomunikasi seperti usia pegawai yang
dan biasanya dilakukan didalam lembaga formal melalui garis perintah atau
secara formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam sebuah organisasi dengan
cara resmi yang dilakukan oleh pimpinan dengan staf. Hal ini dijelaskan oleh Staf
secara formal dan terstruktur telah menjadi ketentuan peraturan yang ada di Kantor
dengan pimpinan, dalam hal ini harus ada perantara yaitu Kepala Bidang.
dalam sebuah instansi pemerintahan dan harus dijaga agar tidak dilakukan dengan
semena-mena, baik pimpinan maupun pegawai. Hal ini untuk menghindari agar
disiplin pegawai yang selama ini ada tetap terjaga. Sebagaimana dijelaskan Dewi
komunikasi yang bersifat formal lebih sering mereka gunakan agar interaksi yang
mereka lakukan tetap menghargai prosedur dan aturan pekerjaan yang telah
ditetapkan.
2. Faktor Pendukung
a. Media quality
orang lain untuk menghasilkan persepsi yang sama. Media merupakan hal yang
83
pimpinan dan bawahan atas pekerjaan. Seperti yang dikatakan Andini Putri Sagita,
efektivitas dan efisiensi kerja pegawai. Sama halnya dengan pernyataan Dewi
tersebut, Beliau mengatakan bahwa fasilitas memang seharusnya ada dan sangat
kita menggunakan papan pengumuman jika ada informasi yang harus diketahui
komunikasi yang bisa digunakan sebagai penyalur berbagai pengumuman yang bisa
dengan cepat diterima oleh para anggota. Seperti yang dikatakan Dewi Rosita
Djahini, S. STP :
informasi di situ”.
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh St. Fatimah, Kepala Sub Bagian
Umum Kepegawaian:
“Sekarang kan sudah canggih, sudah ada grup whatsapp. Jadi umpama
ada rapat, Pak Camat kirim saja di whatsapp. Kita sudah tahu.
b. Organizational communication
Kantor Camat Tamalate memiliki visi dan misi yang telah ditetapkan
untuk masing-masing bidang. Visi misi menjadi pedoman pegawai dalam bekerja
sesuai topoksinya. Hal ini memudahkan terjalinnya komunikasi yang efektif dan
Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Dewi Rosita Djahini,
bahwa setiap pegawai yang bekerja di Kantor Camat Tamalate khususnya bidang
c. Communication climate
sumber daya manusia yang berkualitas. Sikap dan perilaku menjadi tolak ukur
akuntabilitas dan profesional dalam rangka mewujudkan eksistensi dalam hal ini
dalam mengatur pelayanan yang prima kepada masyarakat. St. Fatimah selaku
baik adalah hal yang dapat menjadi motivasi pegawai untuk melakukan yang baik
keterlambatan. Saya saja yang rumahnya jauh bisa sampai tepat waktu
di kantor. Saya juga tidak bisa menegur, tidak perlu lagi ditegur karena
mereka bukan lagi anak-anak, sudah dewasa semua. Tugas kita hanya
memberikan contoh yang baik kepada mereka”.
Beliau telah melakukan komunikasi yang baik dengan memberikan contoh yang
baik kepada pegawainya agar mendorong dan memotivasi mereka melakukan hal
yang sama.
menghargai antar pegawai dan adanya sikap saling terbuka antara satu dengan yang
menjalin hubungan yang baik dengan mengemukakan tugas dan diskusi bersama
d. Horizontal communication
bekerja dalam suatu bidang. Komunikasi horisontal dalam tingkatan yang sama
mencapai tujuan bersama. Seperti yang dikatakan oleh Andini Putri Sagita, Staf
yang setingkat sangat menunjang satu sama lain terutama dalam pengembangan
kerja sama yang berkaitan dan hubungan komunikasi dengan sederajat bersifat
akrab.
horisontal dalam lingkup Kantor Camat Tamalate terjadi pada setiap staf, mereka
dapat berinteraksi satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatannya.
menjalin suatu hubungan yang baik dan solid antar pegawainya. Sebagaimana
pegawai lainnya agar mampu menciptakan suatu komunikasi yang kondusif sebagai
salah satu upaya untuk memajukan organisasi. Sama halnya dengan yang telah
seputar pekerjaan”.
koordinasi yang ada berjalan baik. Koordinasi dilakukan ke semua pegawai karena
e. Personal feedback
Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat penting dalam organisasi
karena jika satu arah saja, misalnya dari pimpinan kepada pegawainya saja, maka
atau saran para pegawai sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana dikatakan Drs.
“Saya selalu mencoba meluangkan waktu untuk melihat hasil kerja staf
saya, hal ini saya lakukan selain untuk menjaga komunikasi yang aktif
dan berkesinambungan juga untuk mengurangi dan meminimalkan
kesalahan. Jika hasil kerjanya baik akan saya berikan pujian agar
mereka merasa dihargai, tapi jika salah atau kurang baik ya akan saya
beri masukan agar kelak hasil kerjanya menjadi lebih baik”.
memberikan respon positif atas kinerja pegawainya. Dengan adanya respon positif
dari pimpinan, pegawai akan merasa diperhatikan dan dihargai atas hasil kerja yang
telah dilakukan. Tidak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja
89
pegawai.
bawahannya. Salah satu yang dapat memperkuat keduanya adalah berupa pujian
serta selalu berinteraksi dengan ramah kepada para pegawai dan adanya perhatian
pimpinan kepada pegawai. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian Umum
anak meskipun itu hal kecil sekalipun. Tindakan yang dilakukan dapat
pencapaian kinerja organisasi, motivasi merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mendorong seorang staf untuk bekerja. Motivasi kerja dari pimpinan sangat
terbaik.
f. Supervisory communication
Cara penyampaian yang baik tanpa paksaan dan kekerasan dari pimpinan
juga menjadi faktor bangkitnya semangat kerja pegawai. Pemahaman sebuah pesan
akan mudah diterima oleh pegawai jika pemimpin mampu menggiring para
“Dengan komunikasi yang baik, saya yakin kejelasan antara tugas dan
visi misi dapat dipahami oleh para pegawai. Jika terjadi paksaan, hanya
lemah lembut atau biasa disebut dengan Qaulan Layyina. Qaulan Layyina secara
Bahasa layyina artinya lemah lembut, bermakna sebagai strategi dakwah. Pasalnya,
hal ini dilakukan oleh Nabi Musa saat berhadapan dengan Firaun. Nabi Musa
agar Firaun menjadi sadar dan takut. Seperti firman Allah swt. dalam QS. Ta-ha
Artinya:
maka setiap pekerjaan akan terhambat dan tidak dapat tercapai apa yang diharapkan
organisasi. Pimpinan harus selalu terbuka dengan bawahan agar tidak terjadi
91
“Kita tidak boleh marah sama pegawai, harus selalu kita mengambil
hati anak-anak supaya mereka nyaman dan tidak sungkan sama kita.
Karena kita disini saling membutuhkan satu sama lain. Jadi saling
menghargai saja”.
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Kepala Seksi PMK dan
Kesejahteraan Sosial, Dewi Rosita Djahini, S.STP., ketika staf pada bidangnya
menghadapi masalah:
“Kalau saya, kalau di Seksi saya paling saya panggil baik-baik, kamu
kenapa, ada apa, permasalahannya dan kita tidak bisa membela satu
kesadaran pimpinan akan arti pentingnya suatu komunikasi organisasi timbal balik
agar pimpinan dan pegawai mempunyai rasa saling hormat menghormati dan saling
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidang dan Kepala Seksi yang berada dekat dengan posisinya di struktural.
maka melalui perantara Kepala Bidang atau Kepala Seksi terlebih dahulu.
92
93
B. Saran
rasa canggung tapi tetap dengan batasan ada tingkatan jabatan yang harus
dan selalu melakukan kegiatan diluar kerja atau sekedar sharing kepada
Buku
Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
94
Wibowo, 2014. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo.
Jurnal
Jalalkamali, M., Ali, A. J., Hyun, S. S., Nibkin, D. 2016. “Relationship Between
Work Values, Communication Satisfaction, and Employee Job
Performance”. Journal of Management Decision. Vol 54 No. 4.
Sentosa, Amrin Tegar. 2015. “Pola Komunikasi dalam Proses Interaksi Sosial di
Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda”. eJournal Ilmu Komunikasi.
Vol. 3 No. 3 : 491-503.
Sumber lain
Badan Pusat Statistik. (27 September 2019). Kecamatan Tamalate dalam Angka
2019. Diakses pada 18 Januari 2020, dari
https://makassarkota.bps.go.id/publication/2019/27/7eb19f63dd6341910854756e/
kecamatan-tamalate-dalam-angka-2019.html
95
L
N
97
Dokumentasi
90221
Saya atas nama Yuyun Asmaningsih Jurusan Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam hal ini saya sedang
penelitian ini hanya untuk kepentingan penelitian semata dalam menyusun Skripsi.
Atas bantuan, ketersediaan waktu, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Hari/Tgl : ......................
Lokasi : ......................
A. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan/Pekerjaan :
101
B. Pertanyaan Wawancara
Camat :
3. Bagaimana keterlibatan Kepala Sub Bagian & Kepala Seksi dalam rapat
koordinasi ?
?
102
Pegawai
sosial tersebut ?
seperti apa ?
RIWAYAT HIDUP
SMA Negeri 2 Bantaeng dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis diterima
bermodalkan kemauan dan tekad yang kuat, mendaftar di Perguruan Tinggi Swasta
penulis menyelesaikan studi dengan menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Pola