Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN DAN PENATAAN


TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MAKASSAR

Oleh:

ARAS PUTRA BULA’ .P


Nomor Induk Mahasiswa: 10561 04749 13

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

i
SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN DAN PENATAAN


TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh:

ARAS PUTRA BULA’ .P

Nomor Stambuk: 10561 04749 13

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Aras Putra Bula’. P

Nomor Stambuk : 1056 1047 49 13

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 23 juli 2020

Yang Menyatakan,

Aras Putra Bula’, P

v
ABSTRAK

Aras. Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan


Malam di Kota Makassar (dibimbing oleh Muh Tahir dan Samsir Rahim)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah


dalam penertiban tempat hiburan malam di Kota Makassar , Bagaimana upaya
pemerintah dalam penataan tempat hiburan malam di Kota Makassar.

Tipe penelitian ini yang digunakan adalah deskriktif kualitatif yaitu penulis
bermaksud mendeskripsikan peran pemerintah dalam penertiban dan penataan
tempat hiburan malam di kota makassar dengan memilih orang tertentu yang
dianggap memiliki pengetahuan tentang peran pemerintah dalam penertiban dan
penataan tempat hiburan malam di kota makassar. Adapun jumlah informan
dalam penelitian ini adalah 11 orang, sumber data terdiri dari data primer dan data
sekunder yang diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder dari
dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi
yang dapat didukung dengan kelengkapan data primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penertiban


dan penataan tempat hiburan malam di kota makassar sudah berjalan sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Hal ini dilihat dari kelima indikator yaitu
pemerintah sebagai stabilisator, pemerintah sebagai innovator, pemerintah sebagai
modernisator, pemerintah sebagai pelopor, dan pemerintah sebagai penertiban
penataan pemerintah dalam hal ini telah melakukan pendampingan kepada pemiliki
usaha tempat hiburan malam termasuk dalam melakukan pendampingan.

Kata Kunci : Peran Pemerintah, Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan


Malam di Kota Makassar

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pearan Pemerintah dalam Penertiban dan Penataan Tempat

Hiburan Malam di Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ayahanda Dr. Muhammaad Tahir, M.Si selaku pembimbing I dan Ayahanda

Dr. Syamsir Rahim, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik,

mengarahkan, dan senantiasa mendo’akan serta memberikan bantuan yang

vii
tiada ternilai baik moral maupun materi, nasehat serta pengorbanan yang tak

terhingga dalam melalui hari demi hari dalam kehidupan ini.

5. Buat saudara-saudaraku tercinta, yang senantiasa memberikan bantuan yang

tiada ternilai baik moral maupun materi kepada penulis.

6. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik yang telah sudi berbagi ilmunya kepada penulis selama ini.

7. Buat semua saudara tak sedarahku di organisasi RAMPPALA Sul-Sel,

NUSANTARA INSTITUTE, dan semua teman organisasi yang lain

8. Buat kakandaku Muh.aswar darwis S.Sos yang menjadi pengganti orang tuaku

selama di Makassar yang selalu memberikan teguran serta buat teman-teman

seperjuangan di jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2013, penulis

mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan pengertiannya selama ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 23 juli 2020

Penulis,

Aras Putra Bula’. P

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................ iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8


A. Pengertian, Konsep, dan Teori ................................................... 8
a. Pengertian Peran ..................................................................... 8
b. Pengertian Penertiban ............................................................. 17
c. Pengertian Penataan ................................................................ 19
d. Konsep Tata Ruang................................................................. 20
e. Tempat Hiburan Malam ......................................................... 21
B. Kerangka Fikir ............................................................................ 23
C. Fokus Penelitian.......................................................................... 24
D. Deskripsi Fokus Penelitian ......................................................... 24

BAB III. METODE PENELTIAN ................................................................ 28

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................... 28


B. Jenis Dan Tipe Penelitian ........................................................... 28
C. Sumber Data ............................................................................... 29

ix
D. Informan Penelitaian .................................................................. 29
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 30
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 31
G. Keabsahan Data .......................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 34

A. Gambaran Umum Kota Mkassar ............................................... 34


B. Profil Singkat Dinas Pariwisata Kota Makassar ........................ 35
C. Koordinasi Dinas PTSP dengan Tempat HIburan Malam di Kota
Makassar .................................................................................... 41

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 59

A. Kesimpulan ................................................................................ 59
B. Saran .......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

3.1 Data I nforman Penelitian 31

4.1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan 41

4.2 Rekap Usaha THM yang terdaftar di 46


Kota Makassar

4.3 Data THM yang berdiri sendiri maupun 47


yang di bawah naungan Hotel

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

4.0 Data I nforman Penelitian 42

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata pada dasarnya merupakan

suatu kegiatan seseorang atau kelompok mengunjungi suatu tempat/daerah

untuk rekreasi, dimana terjadi interaksi sosial antara wisatawan dengan

penduduk setempat yang dapat memungkinkan timbulnya permasalahan

ataupun konflik. Oleh karena itu, untuk menghindari permasalahan yang timbul

antara wisatawan dengan penduduk setempat, maka diperlukannya instrument

dari pemerintah setempat yang bertujuan untuk menjaga ketertiban dan

keamanan, maka fungsi perizinan dalam hal ini sangatlah penting.

Maka dari itu peranan pemerintah Kota Makassar sangatlah penting,

dalam hal ini yang memiliki wewenang untuk terus bersinergi dengan

semua stakeholder dalam melakukan penertiban serta penataan tempat-

tempat hiburan malam yang ada di Kota Makassar, termasuk tempat

hiburan malam yang tidak memiliki izin atau bahkan melanggar

izin serta menata tempat-tempat hiburan malam agar lebih memenuhi

SOP sebagai tempat wisata hiburan terkhususnya tempat hiburan

malam yang ada di Kota Makassar. Perkembangan kepariwisataan

dewasa ini di Kota Makassar sangat pesat dan memberikan peluang

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun lokal.

1
Pariwisata bagi Kota Makassar merupakan sector yang sangat

berperan dalam proses pembangunan karena memberikan kontribusi

bagi pendapatan daerah maupun pendapatan masyarakat, pengembangan

social budaya dan pembentukan citra daerah. Penertiban dan penataan

tempat hiburan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik. Salah satu dari bentuk pelayanan public adalah

kegiatan yang berlatar belakang usaha yaitu usaha pariwisata.

Penyelenggaraan kegiatan usaha pariwisata khususnya di Kota Makassar

telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 tahun

2011 tentang Tanda Daftar Usaha dan Pariwisata. Namun ironinya

adalah masih ada penyelenggaraan pelayanan public yang dilaksanakan

oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sector pelayanan, terutama

yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar

masyarakat, kinerjanya masih belum seperti yang diharapkan, salah

satunya adalah pembuatan Surat Izin Usaha (SIU). Biasanya dari

surat izin usaha yang diterbitkan Relative tidak sepenuhnya berdasarkan

pada ketetapan dan prosedur yang sebagaimana semestinya harus

melalui Undang-undang.

Para pelaku bisnis kerap menyalah gunakan izin yang telah

diberikan oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kegiatan

2
usahanya, seperti pelanggaran izin usaha, penyelenggaraan usaha yang

tidak sesuai izin, bahkan usaha yang tidak memiliki izin. Hal ini

tentu saja dapat mengganggu ketertiban masyarakat dan mengurangi

pendapatan daerah dengan akibat yang lebih lanjut dapat menurunkan

kesejahteraan masyarakat. Dasar pemberian izin yang salah satunya

untuk bidang usaha yaitu tidak bertentangan dengan peraturan

perundangan-undangan, ketertiban umum, dan keasusilaan. Untuk

mengatasi masalah tersebut, maka penegakan hukum atas peraturan-

peraturan yang ada perlu dilakukan dengan tegas dan adil oleh

pemerintah. Dalam hal pelanggaran perizinan penyelenggaraan usaha,

penegakan hokum yang harus dilakukan secara berlanjut oleh

pemerintah adalah pengawasan dan penegakan sanksi.

Sebagai peraturan pelaksana dari UU No 32 Tahun 2004,

dibuatlah Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 6 ayat (2) berbunyi

bahwa Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Sedangkan yang menjadi

urusan pilihan sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (4).

Berbicara lebih lanjut terkait bidang usaha di Kota Makassar

telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun

2011 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan juga lebih lanjut

terkait perizinannya diatur Peraturan Walikota Makassar Nomor 60

3
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

khususnya untuk izin usaha pariwisata di Kota Makassar termuat

dalam Peraturan tersebut pada pasal 23 tentang Izin Usaha

Kepariwisataan. Jenis Usaha Hiburan Malam adalah salah satu jenis

usaha bidang pariwisata yang menyelenggarakan kegiatan hiburan dan

rekreasi, diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5

tahun 2011 pasal 22 ayat (1) d terdiri dari club malam (nigh

club), diskotik. Penerbitan Peraturan Daerah di Kota Makassar dalam

bidang usaha membuktikan bahwa penyelenggaraan usaha tidak hanya

mengutamakan aspek penerimaan daerah, namun juga mengutamakan

aspek keindahan, ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan.

Kepariwisataan merupakan kegiatan Multisektor yang berarti bahwa

kepariwisataan terkait dengan Perhotelan, Perdagangan, Transportasi,

Jasa dan Lain-lain. Pesatnya perkembangan kepariwisataan, Ketentuan

Pasal 1 Nomor 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.

Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan.

Berdampak pada meningkatnya kegiatan usaha dibidang

kepariwisataan. Hal demikian diperlukan peran Pemerintah Daerah

untuk mengatur dan mengendalikan serta mengawasi kegiatan usaha

bidang kepariwisataan, yang salah satunya dapat dilakukan melalui

stelsel perizinan. Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi

pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dan dalam hal-hal tertentu

4
perizinan merupakan sarana untuk mencegah bahaya bagi lingkungan dan

melindungi obyek-obyek tertentu. Pemerintah Daerah terus-menerus berupaya

untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan termasuk pelayanan perizinan

usaha bidang pariwisata menuju pelayanan prima, dalam upaya mewujudkan

iklim usaha yang kondusif dan memberikan kemanfaatan bagi kesejahteraan

masyarakat. Kota Makassar merupakan salah satu daerah yang kaya akan

objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata

buatan dan peninggalan sejarah.

Wilayah Kota Makassar terdapat banyak objek dan daya tarik wisata

yang kian tahun kian banyak menjadi perhatian wisatawan, baik berasal dari

wisatawan nusantara maupun wisatawan luar negeri. Salah satu tempat hiburan

yang disukai oleh masyarakat adalah Tempat Hiburan Malam. Tempat Hiburan

Malam adalah salah satu usaha wisata malam yang merupakan gaya hidup

yang mulai marak dikota kota besar salah satunya Kota Makassar yang

memiliki aturan tersendiri seperti pembatasan umur bagi pengunjung. Pengikut

gaya hidup dunia malam masa kini pun sudah meluas yang awalnya hanyalah

kalangan dewasa yang memiliki mobilitas tinggi namun kini banyak dijumpai

penganut gaya hidup malam merupakan remaja bahkan anak - anak dibawah

umur yang beranjak dewasa.

Peraturan terhadap badan usaha telah diatur dan diberlakukan kepada

para pelaku usaha dalam peraturan daerah tersebut, implementasi hukum yang

tegas atas peraturan daerah oleh pemerintah sangat diharapkan untuk

mengoptimalkan manfaat dari penyelenggaraan suatu kegiatan. Penegakan

5
hukum disini termasuk pengawasan dan pemberian sanksi kepada penanggung

jawab tempat wisata khususnya Tempat Hiburan malam yang tidak sesuai

dengan peraturan pemerintah Kota Makassar .

Meskipun Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini sudah menjalankan

fungsinya dalam penegakan hukum tersebut yaitu pengawasan dan pemberian

sanksi. Namun, pelanggaran perizinan usaha khusunya usaha wisata tempat

hiburan malam masih ditemukan di banyak tempat di Kota Makassar. Dalam

rangka mewujudkan Kota Makassar menuju kota Dunia terntunya hala seperti

Tempat Hiburan Malam Perlu di perhatiakan agar THM di makassar tidak

menjamur, tentunya di perlukan pengawasan yang baik dalam pembangunan agar

THM dapat di lokalisasi seperti yang ada di Kota kota maju di Negara maju.

Berdasarkan adanya sidak dari tim gabungan Komisi A Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar tim gabungan menemukan titik

permasalah Tempat Hiburan Malam dalam hal ini adalah “Club Malam”,

salah satunya menyalahi izin lokasi usaha wisata malam serta melanggar

peraturan daerah nomor 5 tahun 2011 tentang tanda daftar usaha pariwisata.

Dalam aturan tersebut menyebutkan klub malam di larang berada di dalam

radius dua ratus meter dari tempat ibadah dan pendidikan.

Maka dari itu masih dibutuhkan penegakan hukum yang lebih tegas

serta pengawasan yang berlanjut guna mengetahui sejauh mana para pengusaha

menaati peraturan yang berlaku. Serta berdasarkan observasi yang telah di

lakukan oleh penulis maka penulis memiliki alasan yang kuat untuk mencoba

melakukan penelitian ini. Berpijak dari uraian diatas, maka penulis tertarik

6
untuk mengkaji, meneliti, dan selanjutnya dituangkan kedalam suatu karya

tulis dalam bentuk proposal dan skripsi dengan judul “Peran Pemerintah

Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota

Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan

dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana upaya pemerintah dalam penertiban tempat hiburan malam di Kota

Makassar ?

2. Bagaimana upaya pemerintah dalam penataan tempat hiburan malam di Kota

Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dipaparkan

diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam penertiban tempat hiburan malam

di Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam penataan tempat hiburan malam

di Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan

pemahaman serta menjadi aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan

selama perkuliahan.

7
2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak

yang mempunyai perhatian dalam penertiban dan penataan serta

perkembangannya, bagi intansi dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota

Makassar diharapkan dapat memberikan sumbangan serta saran dalam

penertiban dan penataan tempat wisata di Kota Makassar.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengertian, Konsep, dan Teori

1. Peran Pemerintah dalam Pelayan Publik

Teori peran (role theory) mengemukakan bahwa peran adalah sekulpulan

tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai

dalam satu situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relative bebas pada seseorang

yang menjalankan peran tersebut.

Peran adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang

melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika seseorang

menjalankan peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan berharap bahwa

apa yang dijalankan sesuai keinginan dari lingkungan.Peran memiliki arti perilaku

yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Sehingga peran

mempunyai suatu status. Sehingga peran mempunyai kaitan yang erat dengan

status, karena didalamnya terdapat aspek-aspek yang dinamis dari status, yaiutu

seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban.

Sedangkan menurut Poerwodarminta (1995: 571) “peran merupakan tindakan

yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”.

Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa tersebut merupakan

perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang

berkedudukan di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : “Peran

9
adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat”.

Menurut Soekanto,’’peranan lebih banyak menunjukkan suatu fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang

menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan.’’(soekanto, 1987:221)

Dalam peran ada 3 hal yang mencangkup didalamnya:

a. Meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat.

b. Suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat

sebagai organisasi.

c. Sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat.

Ciri-ciri peran, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

dalam aturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi st

d. ruktur masyarakat.

Hal-hal penting yang terkait dengan peranan:

a. Bahwa peranan-peranan harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat

hendak dipertahankan kelangsungannya.

10
b. Peranan tersebur seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat

dianggap mampu melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang takmampu

melaksankan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

d. Apanila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannnya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Kutipan (soekanto, 1987:221), lebih lanjut Soejono soekanto mengemukakan

aspek –aspek peranan sebagai berikut :

a. Peranan meliputi norma –norma yang di hubungkan dengan posisi seseorang

dalam masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dilakukan sebagai prilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Secara konseptual dan empirik di berbagai negara, kata local dalam kaitannya

dengan local government dan local autonomy tidak dicerna sebagai daerah, tetapi

merupakan masyarakat setempat. Urusan dan kepentingan yang menjadi perhatian

local government dan tercakup dalam local autonomy bersifat locality. Basis

politiknya adalah lokalitas dan bukan bangsa. Pemerintahan lokal adalah

representasi dari eksistensi lokalitas, sekaligus sebagai agen negara (pemerintah

pusat). Seperti yang tampak pada pengertian lokal government yang diberikan oleh

United Nation bahwa daerah otonom mengelola local affairs sebagaimana

dikemukakan oleh Hampton bahwa : local authority are elected bodies and expected

11
to develop policies appropriate to their localities whitin the framework of national

legislation. juga ditegaskan bahwa daerah otonom harus diberikan hak untuk

mengatur urusan-urusan yang bersifat lokal.

Daerah otonom adalah daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuasaan

otonom, atau kebebasan dari pemerintah di luar daerah tersebut. Biasanya suatu

daerah diberi sistem ini karena keadaan geografinya yang unik atau penduduknya

merupakan minoritas negara tersebut, sehingga diperlukan hukum-hukum yang

khusus, yang hanya cocok diterapkan untuk daerah tersebut. Menurut jenisnya,

daerah otonom dapat berupa otonomi teritorial, otonomi kebudayaan, dan otonomi

lokal. Pengertian "otonom" secara etimologis adalah "berdiri sendiri" atau "dengan

pemerintahan sendiri"( Poerwadarminta,1999:542). Otonomi Daerahadalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (6), UU No.23 tahun 2014 Pemerintahan

Daerah).

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa otonomi daerah adalah

wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola

untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi,

politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya,

dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya. Dengan

kata lain, otonomi daerah memberikan keleluasan kepada daerah untuk mengatur

dan mengurus rumah tangga sendiri yang disesuaikan dengan kondisi dalam daerah

tersebut. Pemerintah daerah menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah Gubernur,

12
Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah. Sedangkan Pemerintahan daerah menurut UU Nomor 23

Tahun 2014 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah

dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah

mengatur mengenai Dinas yaitu: a. Dinas Daerah melakukan unsur pelaksana

otonomi daerah. b. Dinas Daerah dpimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan

diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat

atas usul Sekretaris Daerah. c. Kepala Dinas daerah bertanggung jawab kepada

kepala daerah melalui sekretaris daerah. Menurut Siagian (1992:128) pemerintah

negara pada hakikatnya berfungsi untuk mengatur dan melayani. Fungsi pengaturan

biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum

(legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai

suatu negara kesejahteraan (welfare state). Disini terlihat jelas bahwa peran

pemerintah dipahami sebagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatur

maupun mengelola masyarakat di dalam suatu negara dengan tujuan untuk

menegakkan hukum dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Pengertian operasional Menurut R.S Stainton sebagai mana di kutip oleh Lalu

Sumayang (2003:17), yang di maksud dengan operasional applikasi metode-

metode ilmiah terhadap masalah-masalah kompleks dengan mengarahkan dan

13
mengendalikan system yang luas mengenai kehidupan manusia, mesin-mesin,

materi, dan uamg dalam industri. Bisnis, Pemerintahan, serta pertahanan.

Pendekatan yang terbaik adalah mengembangkan suati model ilmiah dari sistem

berikut, pengukuran yang menyeluruh mengenai faktor-faktor seperti kesempatan

dan resiko yang di gunakan untuk meramal atau membandingkan hasil keputusan-

keputusan strategis atau pengendalian-pengendalian yang bersifat alternatif.

Menurut Siagian (1992) pemerintah pada hakikatnya berfungsi untuk mengatur

dan melayani. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern

sebagai suatu negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan

dengan hakikat negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state). Disini

terlihat jelas bahwa peran pemerintah dipahami sebagai upaya yang dilakukan

pemerintah untuk mengatur maupun mengelola masyarakat di dalam suatu negara

dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan menciptakan kesejahteraan bagi

masyarakatnya

Davey (1998:21) memaparkan bahwa terdapat lima fungsi utama

pemerintahan, antara lain pertama sebagai penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi

pemerintah yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan yang berorientasi pada

lingkungan dan masyarakatnya. Kedua, fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang

berkaitan dengan perumusan dan penegakkan peraturan-peraturan. Ketiga, fungsi

pembangunan yaitu fungsi yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah dalam

kegiatan ekonomi. Keempat, fungsi perwakilan yaitu mewakili masyarakat di luar

wilayah mereka. Kelima, fungsi koordinasi yaitu berkaitan dengan peran

pemerintah dalam pengkoordinasiaan, perencanaan, investasi dan tata guna lahan.

14
Secara lebih jelas dan detail, peran pemerintah dalam pembangunan nasional

dikemukakan oleh Siagian (2000: 142-150) yaitu pemerintah memainkan peranan

yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah sebagai

stabilisator, innovator, modernisator, pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan

pembangunan tertentu. Secara lebih rinci peran tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Stabilisator, peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak berubah

menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman bagi

keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. Peran tersebut dapat

terwujud dengan menggunakan berbagai cara antara lain: kemampuan selektif

yang tinggi, proses sosialisasi yang elegan tetapi efektif., melalui pendidikan,

pendekatan yang persuasive dan pendekatan yang bertahap tetapi

berkesinambungan.

b. Inovator, dalam memainkan peran selaku innovator pemerintah sebagai

keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. Jadi prakondisi yang

harus terpenuhi agar efektif memainkan peranannya pemerintah perlu memiliki

tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Suatu pemerintahan yang tingkat

keabsahannya rendah, misalnya karena “menang” dalam perebutan kekuasaan

atau karena melalui pemilihan umum yang tidak jujur dan tidak adil, akan sulit

menyodorkan inovasinya kepada masyarakat. Tiga hal yang mutlak

mendapatkan perhatian serius adalah, penerapan inovasi dilakukan

dilingkungan birokrasi terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional,

inovasi sistem, prosedur dan metode kerja.

15
c. Modernisator, melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara yang

kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. Untuk

mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara lain: penguasan ilmu pengetahuan,

kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan mengolah kekayaan alam

yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, sistem pendidikan

nasional yang andal yang menghasilkan sumber daya manusia yang produktif,

landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis, memiliki visi yang

jelas tentang masa depan yang diinginkan sehingga berorientasi pada masa

depan.

d. Pelopor, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi

seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti kepeloporan

dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam menegakkan keadilan

dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya

dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan negara.

e. Pelaksana sendiri, meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan

pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban

pemerintah semata, karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara,

modal terbatas, kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh

masyarakat dan karena secara konstitusional merupakan tugas pemerintah,

sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak bisa diserahkan kepada

pihak swasta melainkan harus dilaksanakan sendiri oleh pemerintah.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Siagian, (Blakely, 1989:78-81) dalam

Mudrajad Kuncoro (2004, 113-114) menyatakan bahwa peran pemerintah dapat

16
mencakup peran-peran wirausaha (entrepreneur), koordinator, fasilitator dan

stimulator.

a. Wirausaha (entrepreneur), sebagai wirausaha pemerintah daerah bertanggung

jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat

memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah atau

bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan konservasi

atau alasan-alasan lingkungan lainnya, dapat juga untuk alasan perencanaan

pembangunan atau juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat

ekonomi. Hal tersebut bisa membuka peluang kerja bagi masyarakat dan bisa

mensejahterakan perekonomian di sekitar.

b. Koordinator, pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk

menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan

di daerahnya. Perenanaan pengembangan pariwisata daerah atau perencanaan

pengembangan ekonomi daerah yang telah dipersiapkan di wilayah tertentu,

mencerminkan kemungkinan pendekatan di mana sebuah perencanaan disusun

sebagai suatu kesepakatan bersama antara pemerintah, pengusaha, dan

kelompok masyarakat lainnya.

c. Fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui

perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi

pengefisienan proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan

penetapan peraturan.

d. Stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan

pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan

17
mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan

menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut.

Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik pengusaha, dalam

bidang kepariwisataan pemerintah daerah dapat mempromosikan tema atau

kegiatan khusus di objek wisata tertentu. serta pembinaan kemampuan

kelembagaan dan sumber daya manusia yang ada dan tersedia, dengan selalu

mendasarkan pada kesatuan wilayah nasional dan ditujukan bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat, memelihara lingkungan hidup dan diarahkan

untuk mendukung upaya pertahanan keamanan.

2. Peran Pemerintah dalam Penertiban Tata Ruang

Penertiban berasal dari kata dasar tertib, yang diberi awalan pe- dan akhiran –

kan yang berarti aturan atau peraturan yang baik. Di dalam peraturan pemerintah

Nomor 23 tahun 2014 tentang pedoman polisi pamong praja, yang dimaksud

penertiban adalah “ Tindakan dalam rangka menumbuhkan kataatan warga

masyarakat agar tidak melanggar ketentraman dan ketertiban umum serta Peraturan

Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Tujuan penertiban adalah untuk

menghilangkan atau mengurangi segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap

ketertiban dalam masyarakat, serta menjaga agar roda pemerintahan dan peraturan

perundang-undangan daerah dapat berjalan dengan lancar, sehingga pemerintah dan

masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib teratur dalam

menciptakan ketahanan nasional.

Penertiban dalam pemanfaatan ruang adalah usaha atau kegiatan untuk

mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang sesuai rencana dapat terwujud.

18
Kegiatan penertiban dapat dilakukan dalam bentuk penertiban langsung dan

penertiban tidak langsung. Penertiban dilakukan melalui mekanisme penegakan

hukum yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sedangkan penertiban tidak langsung dilakukan dalam bentuk sanksi

disinsentif, antara lain melalui pengenaan retribusi secara progresif atau membatasi

penyediaan sarana dan prasarana lingkungannya.

Bentuk-bentuk pengenaan sanksi yang berkenaan dengan penertiban antara

lain :

a) Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang

berakibat pada terhambatnya palaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi

dapat berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan hak.

b. Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat

terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang, atau badan hukum.

Sanksi dapat berupa tindakan pemngenaan denda atau ganti rugi.

c. Sanksi pidana, dikenakan terhadap pelanggaran penataan ruang yang berakibat

terganggunya kepentingan umum. Sanksi dapat berupa tindakan penahan dan

kurungan.

Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran

merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang

mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila konsep tersebut dikaitkan

dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah organisasi

pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi pemerintahan

19
daerah di Kota Makassar dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Makassar.

3. Peran Pemerintah Dalam Penataan Ruang

Penataan merupakan suatu proses perencanaan dalam upaya meningkatkan

keteraturan, ketertiban, dan keamanan. Penataan menjadi bagian dari suatu proses

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam proses penataan tersebut dapat

menjamin terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Penataan dapat dirumuskan

sebagai hal, cara, hasil atau proses menata. (Badudu, Zein, 1995:132). Penataan ini

membutuhkan suatu proses yang panjang dimana dalam proses penataan ini perlu

ada perencanaan dan pelaksanaan yang lebih teratur demi pencapaian

tujuan. Dalam kamus Tata Ruang dikemukakan bahwa: Penataan merupakan suatu

proses perencanaan , pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan untuk

semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi,

selaras, seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan

perlindungan hukum (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997)

Proses penataan ini juga mencakup penataan ruang dimana penduduk

menempati daerah tertentu. Wilayah penempatatan penduduk juga perlu ditata dan

diatur agar dapat mencipatakan suatu lingkungan masyarakat yang tertib dan teratur

dalam rangka mewujudkan pembangunan. Dalam UU RI No. 24 tentang penataan

ruang dikatakan bahwa penataan ruang adalah wujud struktural dari pola

pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Penataan ruang adalah proses

perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Sujarto dalam bukunya Pengantar Planologi mengemukakan bahwa penataan

20
sebagai proses perencanaan , pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan

merupakan satu kesatuan sisem yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Kebutuhan suatu penataan pada berbagai tingkat wilayah pada dasarnya tidak dapat

dilepaskan dari semakin banyaknya permasalahan pembangunan.(Sujarto,

2003:50).

4. Konsep Tata Ruang

Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang

meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan tata ruang dan

pengendalian pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama

lain. Jadi dalam penataan ruang terkandung berbagai pengertian mengenai tata

ruang yang komprehensif.Tata ruang mengandung arti penataan segala sesuatu

yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggara kehidupan. Tata ruang

pada hakikatnya merupakan lingkungan fisik yang mempunyai hubungan

organisatoris/fungsional antara berbagai macam objek dan manusia yang terpisah

dalam ruang-ruang tertentu (Rapoport, 1980). Konsep tata ruang ini, menurut Foley

(1964), tidak hanya menyangkut suatu wawasan yang disebut sebagai wawasan

spasial tetapi menyangkut pula aspek-aspek non spasial atau aspasial. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa struktur fisik sangat ditentukan dan dipengaruhi

pula oleh faktor-faktor non fisik seperti organisasi fungsional, pola sosial budaya

dan nilai kehidupan komunitas (Wheaton, 1974 dan Porteus, 1977) Berdasarkan

konsepsi penataan ruang tersebut, maka dalam Undang-Undang No.24 tahun 1992

(UU No 26 tahun 2007) tentang Penataan Ruang yang disebutkan secara lebih

21
spesifik bahwa penataan ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang

yang terencana, dengan memperhatikan :

a) keadaan lingkungan alam,

b) lingkungan buatan,

c) lingkungan sosial,

d) interkasi antar lingkungan,

e) tahapan dan pengelolaan pembangunan,

5. Tempat Hiburan Malam

Hiburan adalalah semua kegiatan atau perbuatan yang mempunyai tujuan untuk

menghibur hati seseorang untuk menjadi senang. Menurut R.S. Darmajati,

(2005:25) mengemukakan bahwa,”Istilah tempat hiburan malam berasal dari: kata

tempat yang berarti suatu area/tempat atau lokasi, kedua kata hiburan, kata hiburan

memiliki persamaan arti kata entertainmentdalam bahasa inggris yang berarti

sejenis touristattraction, para pengunjung (wisatawan) merupakan subyek yang

pasif sebagai audience/hadirin yang datang menyaksikan, menikmati atau pun

mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan

rohaniah sesuai dengan motif-motif yang mendorong kunjungan tersebut.

Jenis-jenis hiburan Jenis-jenis hiburan dapat dikelompokkan menjadi beberapa

jenis, diantaranya:

a. Gelanggang olahraga

b. Gelanggang seni

c. Arena permainan

d. Hiburan malam (klub malam, diskotik )

22
e. Panti pijat

f. Taman rekreasi

g. Karaoke

h. Jasa impreseriat/promoter

Adanya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 menyebabkan adanya

pendelegasian dan pengaturan sektor-sektor tertentu pada satuan tingkat daerah.

Begitu pula dengan bidang pariwisata, organisasi pemerintah yang bertanggung

jawab dalam bidang pariwisata adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Secara

garis besar peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah melakukan tugas

pemerintah dengan mengelola pariwisata dan kebudayaan yang ada di suatu daerah.

Secara spesifik adalah memberdayakan masyarakat untuk bersama

mengembangkan pariwisata yang ada di daerah.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh ahli, maka peneliti bisa

menyimpulkan bahwa peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar

mencakup pendorong bagi masyarakat local agar senantiasa mendukung

perkembangan pariwisata di wilayahnya (motivator), penyediaan fasilitas

pendukung pariwisata (fasilitator), kerjasama yang sinergis dengan berbagai

stakeholder pariwisata (dinamisator)

B. Kerangka Fikir

Pariwisata merupakan sektor yang bisa mendongkrak perekonomian suatu

negara. Pariwisata dapat menimbulkan efek bola salju ganda (Multiplier effect)

terhadap sektor-sektor lainnya seperti sektor ekonomi, sosial, lingkungan,

23
pendidikan dan budaya. Berbagai peningkatan devisa yang terjadi setiap tahunnya

mengindikasikan bahwa pariwisata menjadi hal yang penting dan perlu

mendapatkan perhatian dari pemerintah.termasuk dalam hal ini adalah THM

(Tempat hiburan malam). Dalam upaya mewujudkan pengembangan pariwisata

yang baik, maka pemerintah pusat berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014

tentang otonomi daerah mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada

Pemerintah Daerah.

Terkait dengan penertiban dan penataan maka peran pemerintah dikemukakan

oleh Siagian (2000: 142-150) yaitu pemerintah memainkan peranan yang dominan

dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah sebagai stabilisator,

innovator, modernisator, pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan pembangunan

tertentu.

24
Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan
Malam di Kota Makassar

Peran Pemerintah
1. Stabilisator
2. Innovator
3. Modernisator
4. Pelopor
5. pelaksana sendiri

Penertiban dan Penataan THM (tempat Hiburan Malam)


Yang ada di Kota Makassar

Bagan 2.1 Kerangka Fikir

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan

Tempat Hiburan Malam (THM) di kota Makassar. Di mana penelitian ini terdapat

lima indikator yaitu : 1) Stabilisator, 2) Innovator, 3) Modernisator, 4) Pelopor, 5)

Pelaksana Sendiri.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran

merupakan fungsi penyesuain yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang

mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila konsep tersebut dikaitkan

dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah organisasi

pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi pemerintahan

25
daerah di Kota Makassar dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Makassar.

1. Stabilisator.

Peran sebagai Stabilisator dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan

Malam di Kota Makassar ini dapat terwujud dengan menggunakan berbagai

cara antara lain: kemampuan selektif yang tinggi terkhusus dalam pemilihan

lokasi atau penataan Tempat Hiburan Malam, proses sosialisasi yang elegan

tetapi efektif misalnya melalui pendidikan, pendekatan yang persuasive dan

pendekatan yang bertahap tetapi berkesinambungan.

2. Inovator.

Dalam memainkan peran selaku inovator pemerintah sebagai keseluruhan

harus menjadi sumber dari hal-hal baru termasuk dalam hal penertiban dan

penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar dengan melakukan

prakondisi terhadap obyek agar terpenuhi serta efektif dalam memainkan

peranannya sebagai pemerintah maka dari itu perlu memiliki tingkat keabsahan

(legitimacy) yang tinggi. Tiga hal yang mutlak mendapatkan perhatian serius

adalah, penerap an inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi terlebih dahulu,

inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem, prosedur dan metode kerja.

3. Modernisator

Sebagai Modernisator peran pemerintah dalam penertiban dan penataan

Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar harus memperkuat penguasan ilmu

pengetahuan, kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan mengolah

kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi,

26
sistem pendidikan, yang handal yang menghasilkan sumber daya manusia yang

produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis,termasuk

dalam hal memperjelas aturan penertiban dan penataan Tempat Hiburan

Malam di Kota Makassar agar sehingga dapat berorientasi kepada kemajuan

pariwisata yang ada di Kota Makassar.

4. Pelopor

Selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh

masyarakat maupun stakeholder. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti

kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam

menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian

terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban

demi kepentingan Negara termasuk dalam hal penertiban dan penataan Tempat

Hiburan Malam di Kota Makassar, pemerintah harus menjadi pelopor dalam

meningkatkan kedisplinan usaha wisata khususnya Tempat Hiburan Malam

agar menjalankan usaha sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan

pemerintah Kota Makassar.

5. Pelaksana sendiri

meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan

merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah

semata, karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal

terbatas, kemampuan yang belum memadai, maka dari itu peran pemerintah

dalam hal penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar

memberikan tanggung jawab kepada pengelola agar menjalankan aturan

27
sendiri dengan merujuk dari aturan pemerintah Kota Makassar dalam hal ini

pemerintah bias saja melaksankan keputusan sebagai pelaksana sendiri untuk

menentukan kebaikan terhadap Tempat Hiburan Malam terkhusus di wilayah

penertiban dan penataannya.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini di laksankan selama dua bulan terhitung dari tangga 28

November 2019 sampai 30 januari 2020. Adapun Lokasi pada penelitian ini

yaitu di Kota Makassar dengan mengunjungi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Makassar, Dinas Satuan polisi Pamong Praja, Dinas Penanaman Modal

dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar, Tempat Hiburan Malam

Publiq di Jl. Arief Rate No.7, Mangkura, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan 90114, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana peran

pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota

Makassar.

Alasan pemilihan lokasi ini di dasarkan pada: (1) Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Makassar merupakan salah satu unsur pemerintah tingkat

Kota yang menaungi dan menangani sistem kepariwisataan di Kota Makassar,

termasuk Tempat Hiburan Malam. (2) kurangnya pengawasan serta penataan

lokasi yang tidak tepat terhadap Tempat Hiburan Malam yang ada di Kota

Makassar. Dalam pemilihan lokasi penelitian di dasarkan atas efektifitas,

waktu, dana dan kemudahan dalam mengumpulkan data karena lokasi tersebut

mudah di jangkau oleh penulis.

29
B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran

mengenai peran pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan

Malam di Kota Makassar yang terjadi secara obyektif, maka jenis penelitian

ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan

tentang ruang lingkup dan proses peran pemerintah dalam penertiban dan

penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi di maksudkan untuk memberi

gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan

pengalaman yang di alami oleh informan.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti membagi 2 jenis data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan

atau obyek penelitian. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini

maka peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa informan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data tertulis yang digunakan sebagai

informasi pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada umumnya

berupa dokume-ndokumen tertulis, foto, dan lain-lain yang terkait dengan

peranan pemerintah dalam penertiban dan penataan tempat hiburan malam.

30
D. Informan penelitian

Inforaman merupakan seseorang yang akan diwawancrai ialah orang yang

faham tentang penertiban dan penataan tempat hiburan malam. Adapun

informan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Data informan penelitian

No Nama Informan Jabatan Inisial


Kasubag perencanaan
1 Hj. Hartati, S.E. AK,. M.si & pelaporan di dinas HT
pariwisata
2 Armin Paera, AP,. M.si Sekretaris Dinas PTSP AP
A. Nazaruddin zainal, S.sos,.
3 Kasi retribisi pariwista NZ
M.M
Kasi penegakan di
4 Muflis S.sos MU
dinas satpol PP
Kasi pengkajian dan
verivikasi perizinan
5 Hj. Hamma Faizal, ST,.MM HF
non teknis di dinas
PTSP
Kasi penetapan
6 Drs. Rusli Ismail retribusi non teknis di RI
dinas PTSP
Kasie Promosi dinas
7 Merita Ekawaty Mustika,.SE ME
pariwisata
Kabid Peng.Destinasi
8 Drs. A.Karunrung,.M.Si AK
& Industri Pariwisata
9 A. Aswar Tokoh Pemuda AA

Bidang HRD THM


10 Rahmatullah. S.E RA
PUBLIQ
Suvevisor THM Retro
11 Zulkarnain. S.sos ZK
Club
Sumber: Hasil Observasi & Wanwancara

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara interview.

31
Peneliti melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan

yang menjadi obyek penelitian yaitu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Makassar, Kepala Dinas Satuan polisi Pamong Praja Kota Makassar,

Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar, serta penanggung

jawab Tempat Hiburan Malam. Adapun wawancara ini bertujuan untuk

memperoleh informasi penelitian menghenai peran pemerintah dalam

penertiban dan penataan tempat hiburan malam yang ada di Kota Makassar.

2. Observasi.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung

dinas-dinas tekait dan faktor-faktor yang mempengaruhi peran pemerintah

dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang di perlukan dalam penelitian ini meliputi data pegawai

yang terkait data-data potensi obyek wisata khususnya Tempat Hiburan Malam

yang ada di Kota Makassar.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data

yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk

menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.

Dalam

model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman

dalam Sugiyono (2012:92-99) ketiga komponen tersebut yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

32
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti

di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Selain dalam bentuk

naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan data yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian

kredibilitas data adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:125)

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara, dan

33
berbagai waktu. Lebih lanjut Sugiyono (2012:127) membagi triangulasi ke dalam

tiga macam, yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan

pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan

dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil

pengamatan dengan wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan

dokumentasi yang ada. Dengan kata lain triangulasi sumber adalah langkah

pengecekan kembali data-data yang diperoleh dari informan dengan cara

menanyakan kebenaran data atau informasi.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga

teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-

beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap

benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,

belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih

34
kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data

yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai

ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara

mengecek hasil peneitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan

pengumpulan data.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di

bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak

antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang

berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten

Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat

Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-

2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota

Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim

sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C

sampai dengan 29°C. Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan

pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal

sebagai “Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai

Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara

ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang

berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut.

Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami

genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan

dengan naiknya air pasang. Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi

15 kecamatan dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada

36
tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate,

Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan

Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya. Batas-batas

administrasi Kota Makassar adalah:

 Batas Utara: Kabupaten Maros

 Batas Timur: Kabupaten Maros

 Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

 Batas Barat: Selat Makassar

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu :

a. Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.

b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan

Antang Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur

Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan

Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang, dan Rappocini

2. Profil Singkat Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar

Dinas pariwisata kota Makassar merupakan teknis yang menangani dan

menggerakkan pembangunan pariwisata kota Makassar yang disasarkan pada

upaya untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan nusantara maupun

mancanegara dan membentuk citra kota Makassar sebagai Bandar dunia yang

menarik dikunjungi oleh wisatawan. Dinas Pariwisata Kota Makassar dulunya

bernama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar, yang kemudian

37
dipisah karena masing-masing berdiri sendiri. Munculnya nama baru menjadi

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar. Pada pertengahan tahun

2016 Dinas Pariwisata dan Ekonomi kreatif kota Makassar memisahkan

kembali Ekonomi kreatif menjadi Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar

sampai dengan sekarang. Kantor Dinas Pariwisata Pemerintah kota Makassar

bertempat di jalan jend. Urip sumhoharjo, Maccini no.58 kecamatan Makassar.

Kini Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar memiliki keseluruhan staff

berjumlah 97 orang dan dipimpin oleh kepala Dinas bernama Ir. Hj.

Rusmayani Madjid, M.SP. Terdapat 5 bidang didalamnya antara lain bidang

sekretariat, bidang ekonomi kreatif, bidang pengembangan destinasi dan

industri pariwisata, bidang promosi dan pemasaran, dan bidang pengembangan

kapasitas. Sebagai Dinas Teknis yang menangani pariwisata dan ekonomi

kreatif, Dinas Pariwisata mempunyai tantangan yang sangat kuat untuk

memenuhi kedua tugas tersebut. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sekaligus mewujudkan

visi Kota Makassar maka diperlukan upaya-upaya pengembangan segenap

potensi dan sumber daya sebagai kekuatan internal yang harus saling bersinergi

secara optimal dalam rangka peningkatan manajemen Dinas Pariwisata.

Oleh karena itu Dinas Pariwisata Kota Makassar telah menetapkan

Visi sebagai berikut: “Terwujudnya Kota Makassar sebagai Destinasi

Pariwisata Dunia” Makna pokok yang terkandung dalam visi Dinas Pariwisata

Kota Makassar tersebut merupakan hasil pendalaman dari rangkaian antara

kegiatan dan subtansi tupoksi serta jati diri pelayanan yang nerupakan

38
eksistensi dari Dinas Pariwisata Kota Makassar yang diwujudkan dalam

peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Destinasi Pariwisata artinya bahwa pengembangan pariwisata Kota Makassar

disasarkan pada upaya untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan

mancanegara dan nusantara melalui perencanaan dan pembangunan terpadu

dari alam, budaya, dan sejarah maysrakat sehingga terbentuk ikon pariwisata

yang berdaya saing dan unggul dalam menggerakkan pembangunan ekonomi

kota Makassar.

Dunia artinya bahwa pelaksanaan pembangunan pariwisata Kota

Makassar harus memiliki daya saing yang unggul dan terkemuka sehingga

mampu mengembalikkan citra Kota Makassar sebagai Bandar dunia yang

menarik dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan nusantara melalui

penyediaan dan pengembangan aksebilitas, atraksi wisata, aktivitas wisata,

akomodasi dan sarana prasarana penunjang kegiatan wisata yang berkualitas,

ramah lingkungan, berkelanjutan dan berkelas dunia. Untuk mewujudkan visi

yang telah ditetapkan dalam 5 (lima) tahun kedepan (2014-2019), Dinas

Pariwisata Kota Makassar telah menetapkan misi sebagai pernyataan dalam

upaya atau cara mencapai visi yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata yang terarah dan terencana;

2. Penataan dan pengembangan usaha industri pariwisata dalam meningkatkan

daya saing;

3. Peningkatan kompetensi dan daya saing SDM pariwisata Kota Makassar yang

berstandar internasional;

39
4. Peningkatan kapasistas kelembagaan Dinas Pariwisata Kota Makassar.

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi

Dinas Pariwisata Kota Makassar, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai atau

dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima tahun kedepan). Sedangkan sasaran

merupakan penjabaran dari tujuan Dinas Pariwisata Kota Makassar, yaitu hasil

yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terperinci,

dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek

dari tujuan. Tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Pariwisata Kota

Makassar tahun 2014-2019 berdasa kan rumusan misi dapat dilihat pada tabel

4.1. Strategi pada dasarnya lebih bersifat grand design (agenda), sebagai suatu

cara atau pola yang dirancang untuk merespon isu strategis yang dihadapi

atau untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran instansi. Dengan kata lain,

strategi merupakan suatu cara atau pola untuk mewujudkan tujuan atau misi

yang ditetapkan. Strategi Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar, selain

dirancang untuk merespon isu strategis juga dirancang mengakomodir „Strategi

Pembangunan Daerah‟ sebagai suatu strategi pembangunan jangka menengah

daerah Kota Makassar sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kota Makassar

Tahun 2014-2019. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar untuk

dijadikan pedoman, pegangan/indikasi kegiatan guna tercapainya kelancaran

dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi.

Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan maka diperlukan strategi dan

kebijakan sebagai suatu landasan tindak lanjut untuk merespon isu strategis

40
serta prospek pembangunan tahun 2014-2019. Berikut tabel strategi dan

kebijakan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar pada setiap misi.

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan kebijakan

Visi : Terwujudnya Kota Makassar Sebagai Destinasi Pariwisata Dunia Misi

Misi 1 : Peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata yang terarah dan

terencana

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Mewujudkan Meningkatnya a. Meningkatkan Pemanfaatan


koordinasi promosi jumlah kunjungan kualitas media teknologi
dan pemasaran wisatawan dan jangkauan informasi
pariwisata melalui nusantara dan promosi dalam
kerjasama antar mancanegara b. Meningkatkan promosi dan
lembaga dan aksebilitas pemasaran
peningkatan mutu informasi pariwisata
promosi dan pariwisata
pemasaran
pariwisata
Sumber : Data Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar

41
Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar

Sumber : Data Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar

42
3. Koordinasi Dinas PTSP dengan Tempat Hiburan Malam di Kota

Makassar

Penyusunan kebijakan dan regulasi teknis dalam penyelenggaraan

pelayanan terpadu satu pintu terkait koordinasi dinas PTSP kota dalam peran

pemerintah untuk penataan dan penertiban tempat hiburan malam yang tidak

sah dan masih beraktivitas serta badan secara perorangan, Berdasarkan

Peraturan daerah kota makassar No. 05 Tahun 2011, tentang tanda daftar

usaha pariwisata, bahwa pendaftaran usaha pariwasata yang ditujukan untuk

melindungi kepentingan warga masyarakat serta peningkatan kesejahteraan

warga masyarakat serta memberikan kepastian hokum dalam menjalankan

usaha pariwisata bagi pelaku usaha, dipandang perlu dilakukan pengaturan

pendaftaran usaha pariwisata merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan

bidang penanaman modal dan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non

perizinan. Dinas PTSP kota yang terkait mempunyai tugas pelayanan dan

penandatanganan izin penataan dan non izin terkait pertiban usaha yang

menjadi kewenangannya serta melaksanakan perencanaan, pengembangan dan

promosi, pelayanan pengaduan dan komunikasi masyarakat, pengelolaan sistem

teknologi informatika dan kearsipan serta pengendalian dan pembinaan atas

penyelenggaraan di Dinas PTSP kota Makassar dalam menangi masalah

perizinan, termasuk koordinasi antara dinas PTSP dengan tempat hiburan

malam yang ada di kota Makassar, yang di mana dinas PTSP sangat berperan

dalam menerbitkan izin usaha tempat hiburan malam, atau pun izin lain yang

43
ingin di urus oleh suatu tempat Hiburan Malam (THM) seperti izin penjualan

Minuman Berakohol (MINOL).

Pemprosesan penataan dan penertibaan tempat hiburan malam dalam

rumpun ketataruangan perlu kajian lingkungan, dan pembangunan serta

kelaikan bangunan, yang melingkupi penerimaan berkas, pemeriksaan

kelengkapan dan keabsahan dokumen, pemeriksaan penertiban teknis/

penelitian fisik, penghitungan retribusi, penandatanganan Surat Ketetapan

Retribusi Daerah sebgai bentuk kontribusi penataan ruanglingkup kebijakan

pemerintah dalam pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang

Ketataruangan, Kajian Lingkungan dan Pembangunan kota Makassar namun

apabila terdapat kesalahan pada perijinan suatu usaha tempat hiburan malam

maka dinas PTSP kota berhak mencabut izin usaha berdasarkan rekomendasi

dari dinas pariwisata dalam penertiban dan penataan usaha tersebut.

Dalam pencabutan izin usaha yang di lakukan oleh pihak dinas PTSP

tidak serta merta langsung melakukan tindakan namun melalui kajian dan

temuan pelanggaran prosedural yang di lakukan oleh usaha Tempat hiburan

malam. Dengan adanya temuan pelanggaran maka Dinas pariwisata yang

memiliki peran memberikan rekomendasi kepada dinas PTSP untuk melakukan

tindakan pencabutan izin usaha dan tahapan selanjutnya ada tim khusus yang

melaksanakan Penyegelan suatu Usaha Tempat Hiburan Malam dalam hal ini

Dinas pariwisata membentuk tim yang terdiri dari beberapa stakeholder yakni

Dinas pariwisata itu sendiri, Dinas Perindag (perindustrian dan perdagangan),

Dinas PTSP, Dinas Satuan Polisi Pamong praja. Sebelum terlalu jauh kembali

44
ditekankan bahwa istilah pengawasan biasanya digunakan untuk menunjuk

kepada apa yang hendak dicapai oleh pengawasan. Dapat di tarik kesimpulan

bahwa penataan dan penertiban pada setiap usaha atau tindakan serta kegiatan

untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan tugas yang di berikan atau

dibebankan dapat sesuai tujuan dan sasarannya.

Bisnis hiburan malam ini sudah banyak beredar di masyarakat Kota

Makassar hanya tidak terekspose dan pemerintah Kota Makassar sendiri tidak

menutup mata dengan pertumbuhan tempat hiburan malam ini. Meningkatnya

jumlah usaha tempat hiburan malam di Kota makassar selain sebagai media

hiburan, ternyata memiliki efek negatif tersendiri bagi masyarakat.

Pertumbuhan tempat hiburan malam berbanding lurus dengan banyaknya

pelangaran-pelangaran atas penyelenggara tempat hiburan malam ini. Seperti

pelanggaran izin usaha, penyelenggaraan usaha yang tidak sesuai izin bahkan

ada yang sama sekali tidak memiliki izin usaha. Hal tentu meresahkan banyak

masyarakat dan mengganggu ketertiban masyarakat bahkan mengurangi

pendapatan daerah. Untuk mengatasi masalah tersebut di harapkan agar pihak

pemerintah aktif dalam menjalankan pengawasan izin tempat hiburan malam

di kota Makassar.

Untuk menemukan hasil data yang akurat dalam peran pemerintah kota

Makassar khususnya dinas pariwisata dalam tahap penanganan penertiban dan

penataan yang harus dilalui untuk pelaksanaan aktivitas yang di lakukan dalam

pengumpulan berkas/data-data yang di anggap perlu hal tersebut dapat

dilakukan agar dapat diperoleh gambaran umum mengenai Peran Pemerintah

45
dalam Penataan dan Penertiban Tempat Hiburan Malam, sehingga koordinasi

pemerintah dalam pengimplentasian kebijakan dapat terealisasi sesuai dengan

sasaran dan pencapaian visi dan misi Dinas Pariwisata sebagai pengontrol

kebijakan berdasarkan Peraturan Daerah No.05 tahun 2011 tentang Tanda

Daftar Usaha Pariwisata.

Tabel 4.2 Rekap Usaha Tempat Hiburan Malam Yang Terdafrtar Di Kota

Makassar
TAHUN
No Jenis Usaha
2012 2013 2015 2017 2019
1 Hotel 120 175 200 221 244
2 Bar 5 9 10 6 6
3 Bilyard 15 11 8 8 8
4 Pijat 47 60 75 85 86
5 Diskotik 1 1 1 1 8
6 Karaoke 60 69 83 92 92
Jumlah 201 325 377 413 425

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar, 2019

Berdasarkan tabel rekap di atas apat di lihat jumlah Tempat hiburan malam

yang ada kota makassar dari beberapa tahun terakhir mencapai 425 dari 6 jenis

usaha yang ada. Dari 6 jenis Usaha Hiburan yang tentunya dapat kita ketahui

berdasarkan jumlah di setiap jeni usaha yang ada di kota makakassar, sehingga

kita dapat mengidentifikasi data hiburan berdasarkan jenisnya seperti pada usaha

hotel yang sampai hari ini sudah mencapai jumlah 244 hotel di kota makassar

begitupun usaha lainnya.

46
Tabel 4.3 Data THM Yang Berdiri Sendiri Maupun Di Bawah Naungan Hotel.

Jenis Usaha Jumlah


No Kecamatan
Hotel Club Malam
1 Tamalate 4 2 6
2 Ujung Pandang 4 1 5
Total 11
sumber: Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Makassar, 2019

Berdasarkan tabel di atas kita dapat mengetahui THM yang berdiri sendiri

serta yang berada di bawah naungan Usaha Hotel atau dapat di katakan THM

yang menjadi fasilitas Hotel. Di dua kecamatan yang ada di kota makassar

tentunya memberikan perbandingan angka yang tidak begitu signifikan, namun

dapat kita lihat dari perbedaan antara THM yang berdiri sendiri dan yang menjadi

fasilitas Hotel.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag perencanaan dan

pelaporan di Dinas Pariwisata Kota Makassar yang berhasil di himpun oleh

penulis seperti yang tampak di bawah ini:

“Dalam tahap penataan tempat hiburan malam pada kota Makassar


penggambaranya dapat dilihat pada Era modernisasi 4.0 yang dijadikan
sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan
dampak pada berbagai aspek kehidupan dan kemanusiaan yang luar
biasa. Berbicara tentang THM kami dari pihak Dinas Pariwisata sendiri
hanya mengacu pada Perda No.05 tahun 2011 tentang Tanda Daftar
Usaha Pariwisata, jadi kalau mau bahas aturan khusus Tempat Hiburan
malam di Makassar itu belum ada yang mengatur mengenai lokalisasi
untuk di himpun dalam satu tempat, di semua kecamatan bisa berdiri
THM asalkan memenuhi syarat dan tidak melanggar aturan yang ada di
Makassar” (hasil wawancara dengan HT, 19 Desember 2019).
Lebih lanjut di tambahkan hasil wawancara dengan sekeretaris Dinas

Berdasarkan hasil wawan cara di atas maka penulis dapat mengetahui tahap

penataan tempat hiburan malam berdasarkan era modernisasi 4.0 yakni revolusi

industri yang nota benenya dimana era 4.0 memberikan dampak perubahan yang

47
sangat pesat termasuk dalm aspek kehidupan, sedikit mengenal era revolusi industri

yakni mengintregasikan antara tenologi cyber dan teknologiotomatis, melihat dari

konteks penertiban dan penataan THM mengacu kepada Perda no.5 tahun 2011,

sehingga THM di makassaar itu tumbuh seperti jamur karena tidak ada aturan yang

melokalisasi THM sampai hari ini di kota makassar, jadi setiap THM dapat tumbuh

dan berkembang di hampir semua wilayah yang ada di kota makassar, sehingga

penulis dapat mengetahui bahwa pemerintah belum melahirkan aturan khusus

terkait lokalisasi THM karena masih mengacu pada perda no.5 tahun 2011.

Lain hal yang di sampaikan oleh dinas PTSP Kota Makassar yang berhasil

di himpun oleh penulis seperti yang tampak di bawah ini:

“Sudah menjadi hal mutlak bagi kami selaku Dinas PTSP untuk
menangani pengurusan izin usaha seperti Tempat Hiburan Malam
berdasarkan surat rekomendasi yang di berikan kepada kami dari pihak
Dinas Pariwisata kota Makassar untuk kami tindak lanjuti, baik itu surat
rekomendasi pembuatan izin usaha ataupun pencabutan izin susaha
Tempat Hiburan Malam. Jadi tugas kami di PTSP dalam penertiban dan
penataan THM di Makassar itu hanya di bidang administrasi tergantung
Dinas Pariwisata kota apakah ingin mengeluarkan rekomendasi
pembuatan ataupun pencabutan” (hasil wawancara dengan AP, 20
Desember 2019).

Sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, dapat

di ketahui bahwa tahap koordinasi Pemerintah dalam pengimplentasian

kebijakan penertiban dan penataan THM di kota Makassar itu sendiri tidak

terlepas dari aturan yang sudah ada yang di jadikan acuan Dinas terkait untuk

menjalankan tugasnya secara institusional baik dalam bentuk tugas secara

khusus maupun secara tim, untuk mencapai tujuan yang ingin di capai di

kota Makassar terkhusus di bidang penertiban dan penataan THM di kota

Makassar.

48
Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar tidak seperti di Ibukota DKI

Jakarta, kota Surabaya dan kota-kota besar Lainnya. Di makassar hanya

memiliki beberapa THM yang memiliki Izin Usaha. Tetapi yang paling sering

ditemui adalah tempat hiburan-hiburan malam yang sebenarnya hanya orang

- orang tertentu saja yang bisa merasakan, tempat hiburan yang di maksudkan

adalah tempat-tempat hiburan yang hanya dioperasikan di malam hari. Tempat

hiburan malam identik dengan hal-hal yang negatif misalnya adanya peredaran

narkoba, seks bebas dan lain-lain. Hal itu di buktikan dengan adanya razia

salah satu tempat hiburan malam di Kota Makassar, seperti THM PUBLIQ

yang ada di jalan arif rate, yang nota benenya hanya memiliki izin usaha

café & resto dan tidak memiliki izin Usaha Hiburan Malam serta tidak

memiliki izin prnjualan MINOL, serta pengunjung yang datang bebrapa di

antaranya di bawah dan tidak memiliki KTP, Maka dari itu kebutuhan

masyarakat akan hiburan itu masih tidak terfasilitasi dengan baik. Berdasarkan

konsep di atas dapat di uraikan bahwa inti dari regulasi dan deregulasi proses

penertiban dan pentaan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar di tentukan

oleh beberapa indikator dalam perosedur operasional dan komunikasi dalam

mengoptimalkan kebutuhan kawasan pariwisata sebagai penyelenggara kegiatan

Hiburan dan rekreasi.

49
B. Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota makassar

1. Stabilisator

Stabilisator, peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak berubah

menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman bagi

keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. Peran tersebut dapat

terwujud dengan menggunakan berbagai cara antara lain: kemampuan selektif

yang tinggi, proses sosialisasi yang elegan tetapi efektif melalui pendidikan,

pendekatan yang persuasive dan pendekatan yang bertahap tetapi

berkesinambungan. Kaitannya peran pemerintah dalam penertiban dan penataan

Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar ini dapat terwujud dengan

memperhatikan indikator sebagai Stabilisator.

Dengan Indikator di atas adapun beberapa pernyataan hasil wawancara yang di

lakukan oleh peneliti kepada 3 narasumber yakni, Kepala Seksi Retribusi

Pariwisata, Kepala Seksi Penetapan Retribusi Non Teknis, Kepala Seksi

Penegakan.

Berdasarkan indikator Stabilisator pada penertiban dan Penataan Tempat

Hiburan malam di kota makassar mengenai peran pemerintah, melalui wanwancara

bersama NZ yang merupakan Kepala Retribusi Pariwisata mengatakan bahwa :

“Membahas tentang penataan dan penertiban tempat hiburan malam di


kota Makassar itu sendiri kami dari pihak Dinas Pariwisata Khususnya
yang menangani THM, kami sendiri tidak memberatkan pihak pengusaha
yang ingin membuat Usaha Hiburan Malam asalkan mereka mematuhi
aturan dan memenuhi persyaratan untuk mendirikan Usaha THM. Kami
di Dinas Pariwisata sebagai pemerintah yang menangani pelayanan Usaha
Hiburan itu sebagai bidang yang netral, memberikan rekomendasi Usaha
THM berdasarkan aturan yang sudah ada” (hasil wawancara dengan NZ,
19 Desember 2019)

50
Berdasarkan pejelasan di atas maka dapat di ketahui bahwa dinas Pariwisata

adalah tempat untuk mengambil Rekomendasi mendirikan Usaha Tempat Hiburan

Malam, sebagai mana kita ketahui bahwa berdirinya suatu usaha tentunya melalui

proses yang tidak melanggar aturan termasuk mendirikan usaha THM, selain dari

pada itu menurut narasumber di atas Dinas Pariwisata tentunya akan bersikap nertal

yang dimna tidak melakukan tidakan di luar tugasnya sebagai fasilitator untuk

mengeluarkan rekomendasi mendirikan THM asalakan pelaku usaha memenuhi

syarat.

Lanjut hasil wawancara dengan RI yang merupakan Kepala Seksi

Penetapan Retribusi dan Non Retribusi di Dinas PTSP Kota Makassar

mengatakan bahwa :

“Kalau saya di bidangku hanya menangani khusus masalah administrasi


terkaid izin Usaha THM baik itu izin THMnya maupun izin penjualan
MINOL, berbicara sebagai Stabilisator kami yang di Dinas PTSP tidak
melampaui wewenang dari dinas Pariwisata, kami hanya sebagai
stakeholder yang menangani pengeluaran izin dan pencabutan izin
berdasarkan arahan dari Dinas Pariwisata tugas kami hanya berputar di
wilayah administrasi perizinan, sebagai Stabilisator kami tidak
berhubungan dengan pelaku Usaha di luar dari pada penanganan
administrasi perizinan, selebihnya itu di tangani sama Dinas Pariwisata”
(Hasil wawancara dengan RI 20 Desember 2019).

Berdasarkan wawancara di atas tugas dan peran bidang tersebut terkait THM

itu berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pariwisata, tentunya sangat erat kaitannya

dengan pengeluaran izin usaha. Kita ketahui bahwa suatu Usaha THM di kota

makassar tentunya berdiri berdasarakan izin yang di keluarkan oleh dinas PTSP

yang prosesnya tentunya melalu Dinas Pariwisata, karena dalam Tahap pengeluaran

Izin suatu Usaha Hiburan di kota makassar kuncinya ada pada Dinas Pariwisata

51
sebagai dinas yang menaungi langsung Usaha Hiburan. Begitup mengenai

pencabutan Suatu izin Usaha THM di keluarkan oleh dinas PTSP tatapi tentunya

berdasarkan rekomendasi langsung oleh Dinas Pariwisata Kota makassar. Jadi

dalam hal ini dinas PTSP memeliki tugas sebagai satuan Tugas yang mendukung

Dinas Pariwwisata dalam menangani malah izin Usaha THM di kota makassar.

Selanjutnya di tambahkan dari hasil wawancara dengan MU selaku Kepala

Seksi Penegakan di Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota

Makassar yang berhasil di himpun oleh penulis mengatakan bahwa :

“Kami dari pihak Polisi Pamong Praja kota kalau bahas THM itu
memiliki peran tersendiri khususnya di bidang pengamanan yang
berkoordinasi langsung sama Dinas Pariwisata, kalau di Tanya sebagai
Stabilisator, kami itu bisa di bilang stakeholder pendukung Karena
dalam pengambilan keputusan khususnya masalah penertiban THM, kami
bergerak berdasarkan laporan yang masuk dan rekomendasi dari Dinas
Pariwisata. Kami sendiri turun dan bersentuhan langsung dengan
beberapa THM jika memang perlu tindakan penertiban tetapi kami turun
dengan bergabung menjadi satgas khusus bersama beberapa Dinas terkait
termasuk Dinas Pariwisata yang mengeluarkan rekomendasi. (hasil
wawancara dengan MU, 21 Desember 2019).

Berdasarkan wawancara di atas tugas dan peran bidang ini terkait THM

memiliki peran Khusus Pengamanan sebagai stakeholder pendukung (sekunder)

yang tidak memiliki kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan,

program, tetapi memliki kepedulian sehingga memiliki hak berpendapat terkait

THM tentunya melakukan tugas sebagai tim pengamanan berdasarkan aturan serta

rekomendasi dari dinas Pariwisata sebagai Stakeholder Utama (Primer) sebagai

Dinas yang memiliki kepentingan langsung Terkait usaha THM. Satgas tentunya

kita ketahui bersama adaalah satuan Tugas atau sebuah unit yang sengaja di bentuk

52
untuk mengoptimalkan suatu tugas tertentu termasuk Satgas yang di bentuk untuk

turun langsung melakukan penertiban terhadap THM yang melanggar aturan.

Jadi Hasil wawancara keseluruhan diatas dengan beberapa informan di

atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tahap koordinasi antara

beberapa dinas di Pemerintahan sebagai Stabilisator dalam pengimplentasian

kebijakan penertiban dan penataan THM di kota Makassar itu sendiri tidak

terlepas dari mekanisme kerjasama antar instansi Pemerintahan. Benang merah

dari peranan beberapa SKPD sebagai Stabilisator itu sendiri dapat kita lihat

dari Satuan Tugas yang terbentuk dari Beberapa stakeholder SKPD memiliki

peran masing-masing dan tidak saling membebani akan tetapi saling

bekerjasama dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam yang ada

di kota Makassar sehingga dapat menyelesaikan suatu problem yang

menguntungkan masyarakat dan pihak yang terkait salah satunya di bidang

wisata Hiburan dan rekreasi.

2. Innovator

Dalam memainkan peran selaku Innovator pemerintah sebagai keseluruhan

harus menjadi sumber dari hal-hal baru termasuk dalam hal penertiban dan

penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar dengan melakukan

prakondisi terhadap obyek agar terpenuhi serta efektif dalam memainkan

peranannya sebagai pemerintah, maka dari itu perlu memiliki tingkat

keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Tiga hal yang mutlak mendapatkan

perhatian serius adalah, penerapan inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi

53
terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem, prosedur

dan metode kerja.

Dengan Indikator di atas adapun beberapa pernyataan hasil wawancara yang di

lakukan oleh peneliti kepada 3 narasumber yakni, Kepala Seksi Retribusi

Pariwisata, Kepala Seksi Pengkajian dan Verivikasi Perizinan Non Teknis PTSP,

Kepala Seksi Penegakan.

Berdasarkan indikator Innovator pada penertiban dan Penataan Tempat

Hiburan malam di kota makassar mengenai peran pemerintah, melalui wanwancara

bersama NZ yang merupakan Kepala Retribusi Pariwisata mengatakan bahwa:

“kalau di Tanya tentang sebagai Innovator terkait penataan dan


penertiban tempat hiburan malam di kota Makassar, dari pihak Dinas
Pariwisata yang turun langsung menangani THM, kami sendiri selalu
punya inisiatif untuk mengawasi pihak pengusaha terkhusus Usaha
Hiburan Malam karena memang kami punya panduan dan acuan untuk
pengawasan dan berinisiatif turun mendata THM. Kami di Dinas
Pariwisata sebagai pemerintah yang menangani pelayanan Usaha Hiburan
itu sebagai bidang yang netral, karena kalau mau di bilang Tugas Kami
Sebagai Innovator tentu kami laksakan dengan selalu berfikir inovatif
agar tidak ada pihak yang di rugikan, termasuk masyarakat” (hasil
wawancara dengan NZ, 19 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat mengetahui bahwa segala

bentuk problem yang menyangkut THM yang ada di kota makassar itu ditangani

langsung oleh Dinas Pariwisata, konteksnya tentunya dapat kita ketahui karena

Dinas Pariwisata tentunya menjadi Dinas yang Netral dalam hal ini tidak

mengambil keuntungan tertentu dari pengurusan izin maupun pencabutan izin

usaha THM, dalam konteks netral tentunya tidak ada keberpihakan misalnya

pengambilan keputusan dalam mengeluarkan izin ataupun pencabutan izin usaha

THM Dinas Pariwisata yang menangani Usaha Pariwista Tentunya tidak memilih-

54
milih Usaha THM berdasarkan kedekatan emosional melaikan mengacu pada

aturan yang sudah ada, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik dalam bentuk

materi maupun non materi, maka dari itu sebagai Innovator yang baik Dinas

Pariwisata tentunya harus memberikan innovasi-innovasi yang nantinya menjadi

perubahan yang baik kepada seluruh pelaku Usaha yang sudah ada dan terdaftar.

Selanjutnya di tambahkan oleh HF selaku Kepala Seksi Pengkajian dan

Verivikasi Non Teknis di Dinas PTSP Kota Makassar yang berhasil di himpun

oleh penulis yakni :

“Menurut saya di bidang Pengkajian dan Verivikasi Non Teknis dalam


menangani masalah terkaid izin Usaha THM, berbicara sebagai Innovator
kami yang di bidang Pengkajian dan Verivikasi Non Teknis tentu harus
juga selalu berinisiatif untuk melakukan pengecekan terkait izin THM
yang mana yang hampir habis yang sudah habis masa berlaku izinnya
kami pasti berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata untuk
menginformasikan bahwa ada Usaha THM yang izinnya akan segera
habis. Karena saya menganggap bawaha berfikir sebagai innovator harus
menjadi orang yang inisiatif dalam menegakkan aturan yang berlaku”
(hasil wawancara dengan HF, 20 Desember 2019).

Sesuai dengan hasil wawancara di atas penulis dapat mengetahui bahwa

bidang Pengkajian dan Verivikasi Non Teknis kaitannya dengan indikator yang

ada terkait Usaha Tempat Hiburan Malam di kota makassar penulis dapat

mengidentifikasi Tujuan dan fungsi dari bidang ini dalam menangani masalah

THM. Tujuan di libatkannya bidang yang berada di luar dinas pariwisata tentunya

menjadi Stakeholder pendukung yang membantu mengverivikasi data Izin usaha

THM di Kota Makassar, terlepas tari tugas utamanya tentunya bidang ini juga harus

berinisiatif untuk selalu melakukan pengecekan izin berdasarkan koordinasi dengan

55
stakeholder Utama dalam hal ini Dinas Pariwisata agar progres tidak staknan dana

peraturan tentunya berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang sudah ada.

Adapun yang di tambahkan oleh MU selaku Kepala Seksi Penegakan di

Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar yang di himpun

oleh penulis yang ada di bawah ini terkait peranannya sebagai Innovator:

“Kalau bahas-bahas THM pihak SATPOL PP kota Makassar taunya


akan berinisiatif melakukan koordinasi dengan Dinas pariwisata Kota
kalau ada laporan yang masuk terkait THM yang melanggar karana kita
di Satpol PP punya SOP sendiri tapi tidak terlepas dengan rekomendasi
dari Dinas Pariwisata karena itu THM dibawa naungan Dinas Pariwisata,
kalo Satpol PP itu sendiri bertugas saat ada laporan warga otomatis
kami dari Satpol PP pasti bertindak apa lagi yang di rugikan
masyarakatkan ! di sinilah tugas kami sebagai pengamanan. Innovator
yang baik itu pasti tau aturan yang jelas Satpol PP kalau mau di ukur
dari indicator Innovator sangat bisa karena kami ini selalu berinisiatif
untuk menegakkan aturan yang ada sesuai SOP kami di Satpol PP (hasil
wawancara dengan MU, 21 Desember 2019).

Bedasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat mengetahui bahwa bidang

Penegakan di Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar

adalah bidang yang menjadi pendukung Dinas Pariwisata dalam berkerja

Khususnya dalam pengamanan Ussaha Tempat Hiburan Malam. Dalam konteks

Pengamanan adalah Proses dimana pelaksanaan pengamanan yang tentunya

menegakkan suatu aturan yang ada, dalam kontek THM tentunya satpol PP sebagai

Stakeholder pendukung tenya bisa dikatan sebagai innovator yang baik dapat kita

lihat dari kasus THM yang di laporkan tentunya Satpol melaksankan tugasnya

dangan baik dalam penegakan aturan terkait Usaha Tempat Hiburan Malam dengan

inisiatif dari Satpol PP yang mengkoordinasikan ke Unit Utama yang menangani

56
THM yakni dinas Pariwisata. Tugas Satpol pada Konteks Usaha Tempat Hiburan

Malam tentunya sangat penting karena sebagai penanggung jawab Ketertiban

Usaha THM.

Memahami pendapat beberapa informan di atas dapat di ketahui bahwa

perananan beberapa dinas di Pemerintahan sebagai Innovator dalam penertiban

dan penataan THM di kota Makassar itu sendiri tidak terlepas dari mekanisme

kerjasama antar instansi Pemerintahan selalu bepacu dengan panduan yang

sudah ada serta menjalankan fungsinya masing-masing sesuai SOP kerja di

masing-masing SKPD terkait khususnya yang menangani wisata Hiburan dan

rekreasi, dan berbicra mengenai SOP tentu itu dapat di benarkan dengan

melihat Peraturan Daerah No.05 tahun 2011 tentang tanda daftar usaha

pariwisata dapat kita lihat pada pasal 33 ayat (1) yang berbunyi pendirian

tempat usaha rumah bernyanyi keluarga, karaoke, klub malam, diskotik dan

panti pijat, di larang berada dalam radius 200 (dua ratus) meter dari tempat

ibadah dan sekolah. Ini sangat mendukung kinerja dari pihak tim satuan tugas

(SATGAS) dari beberapa SKPD yang bergabung untuk menangani persoalan

penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam yang ada di kota makassasar.

3. Moderenisator

Sebagai Modernisator peran pemerintah dalam penertiban dan penataan

Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar harus memperkuat penguasan ilmu

pengetahuan, kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan mengolah

kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi,

sistem pendidikan, yang handal yang menghasilkan sumber daya manusia

57
yang produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan

demokratis,termasuk dalam hal memperjelas aturan penertiban dan penataan

Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar agar sehingga dapat berorientasi

kepada kemajuan pariwisata yang ada di Kota Makassar, dalam dalam hal ini

tentu sangat mengacu pada aturan pemerintah terkait perizininan serta syrat

dan prosedural dalam mengoptimalkan aturan yang ada yang mengikat usaha

Tempat Hiburan Malam yang di atur oleg Peraturan Daerah No.05 Tahun

2011 Tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata.

1. Satuan Tugas

Satuan Tugas ini termasuk dari beberapa orang-orang yang di tunjuk dan

di tugaskan untuk ikut serta bergabung dalam satu tim yang terdiri dari

beberapa SKDP kota Makassar yakni Dinas Pariwisata, Dinas PTSP, Dinas

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kota Makassar untuk turun ke

lapangan melakukan pemantauan ataupun tindakan langsung untuk

menyelesaikan permasalahan khususnya Penertiban dan Penataan Tempat

Hiburan Malam di kota Makassar.

Di tuturkan oleh M.U pada saat wawancara terkait SATGAS ini, bahwa:

“Teruntuk Satuan Tugas ini biasanya terdiri dari 10 sampai 20 orang


yang bertugas, itupun sudah ada dari semua stakeholder serta sudah
memiliki tugas masing-masing pada saat tim ini Turun kelapangan
sengaja kita membagi ke bebrapa kecamatan agar kerjanya lebih cepat
apalagi kalau personil Satuan Tugas itu lebih dari biasnya. Sepertibisa
kami membagi menjadi 2 tim tim A dan tim B, jadi dalam 1 wilayah
yang di lakukan pelaksanaan tugas kadang berjumlah 5-10 orang dalam
1 tim. Itupun yang bertugas juga sudah semua unsur stakeholder SDPD
ada dalam satu tim. Ini tim sangat penting untuk penegakan peraturan

58
di lapangan Khususnya Tempat Hiburan Malam yang sering kita dapati
laporannya makanya dinas Pariwisata Kota itu bentuk tim yang
memeiliki wewenang dalam Menegakkan aturan termasuk peraturan
Daerah No.05 Tahun 2011 Tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata”
(hasil wawancara dengan MU, 21 Desember 2019).

Apa yang telah di jelaskan oleh informan memberikan gambaran bahwa

Satuan Tugas yang di bentuk oleh Dinas Pariwisata Kota dalam

pengimplementasian Peran Pemerintah terkait Penertiban dan Penataan Tempat

Hiburan Malam di Maksssar itutidak terlepas dari kebijakan Perda No.05

Tahun 2011, Bab V Hak dan Kewajiban, bagian ke dua pasal 10 yang

berbunyi Pemerintah kota dalam mengatur dan mengelola urusan

kepariwisataaan wajib menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan

usaha pariwisata, memelihara, mengembangkan peninggalan sejarah, seni, dan

budaya.

Pembentukan satuan Tugas ini membutuhkan sumberdaya yang

berkompeten dalam menganalisis hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang

seharusnya terjadi. Misalnya saja penertiban dan penataan THM di Makassar.

Yang seharusnya berdiri lebih dari jarak radius 200 (dua ratus) meter dari

tempat ibadah dan sekolah, tetapi di akali karena berada di radius kurang

dari 200 (dua ratus) meter dari ketetpan Perda. Hal ini di perkuat dengan

adanya temuan di lapangan seperti salah satu THM yakni PUBLIQ yang

berada di Jl. Arif rate Makassar bebrapa minggu silam, maka dari itu tim

yang sudah terbentuk di tugaskan langsung untuk menindaki sesuai dengan

tugasnya masing-masing.

59
Adapun yang di tambahkan oleh salah satu tokoh pemuda sedikit berbeda

dengan yang di sampaikan beberapa pendapat sebelumnya sesui dengan

wawancara yang di lakukan oleh penulis yang tampak di bawah ini terkait

peran sebagai Moderenisator seperti:

“Menurut saya sebagai pemuda makassar harusnya ikut serta


berpartisipasi untuk daerah tentunya sangat mendukung pihak pemerintah
yang mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan dan memperkuat
penguasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan kemahiran manajerial,
kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki
nilai tambah yang tinggi, sistem pendidikan, yang handal yang
menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, landasan kehidupan
politik yang kukuh dan demokratis,termasuk dalam hal memperjelas
aturan yang sudah ada terkait penertiban dan penataan THM yang ada
di kota Makassar, tetntunya kami sebagai pemuda mendukung semua
itu tapi banyak tong yang terjadi di mkassar sendiri itu tidak sesuai
dengan harapan masyarakat luas karena ada THM yang melanggar tapi
pihak pemerintah lambat dalam menangani permasalahannya tentunya
Dinas Pariwisata yang bertanggung jawab. Misalkan kayak THM yang
di Jl. Arif rate itu bermasalah sejak dari dulu izinnya Cuma resto dan
café, tapi melaksakan hal-hal yang diluar izinnya, masa beroprasi sampai
jam 04.00 subuh di dalmnya juga itu café kalau malam berubah jadi
tempat peredaran minuman beralkohol dan menjadi tempat clubbing.
Kami pemudah resah karna di depannya ada rumah ibadah ada juga
sekolah, jadi pmerintah seolah tutup mata padahal sudah lama sekali
beroprasi bahkan sampai berita thun 2016 itu bahwa mereka tdk punya
izin sudah sampai ke pihak dinas yang menangani, masa barupi 2019
baru di tutup. Tentunya kami pemuda Cuma menuntut pemerintah lebih
optimal dalam bekerja apalagi demi kepentingan orang banyak” (hasil
wawancara dengan A.A, 27 Desember 2019).

Berdasarkan pendapat informan yang ada di atas dapat di simpulkan bahwa

Sebagai Modernisator peran pemerintah dalam penertiban dan penataan

Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar jelas diperkuat dengan penguasaan

ilmu pengetahuan dan kemampuan mengolah Tempat Hiburan Malam di Kota

Makassar yang di atur oleh Peraturan Daerah No.05 Tahun 2011 Tentang

Tanda Daftar Usaha Pariwisata, akan tetapi masih ada beberapa pendapat

60
informan yang saling bertolak belakang dengan tujuan dari Tim yang di

bentuk oleh dinas pariwisata karena masih di temukan pelanggaran yang

harusnya segera di tanggapi tetapi pihak pemerintah lambat dalam penanganan

problematika yang ada di masyarakat termasuk warga yang tinggal di sekitar

Tempat Hiburan Malam yang memprotes lambatnya penanganan pemerintah

terkait keluhan masyarakat yang ada di sekitar THM.

Adapun Pendapat dari RA selaku Staf Bidang HRD THM Publiq yang

diwawancarai sedikit menguatkan yang di sampaikan beberapa pendapat

sebelumnya sesui dengan wawancara yang di lakukan oleh penulis yang

tampak di bawah ini terkait peran pemerintah sebagai Moderenisator seperti:

“Menurut saya sebagai salah satu orang yang bergelut di dunia THM
tentunya berbicara penataan dan penertiban di kembalikan lagi ke
pemerintah tapi kami di THM itu cuman menjalankan SOP suatu usaha
tetapi tentunya kami bersinergi dengan pemerintah, namun terkdang dari
pihak pemerintah terlalu banyak neko-neko persoalan keberadaan kami
di kota makassar. Soal usaha kami di tutup tentunya kami sudah
berkoordinasi dengan pihak dinas di kota makassar tetapi sampai hari
ini masih dalam proses. Berbicara kami sebagai pelaku yang
mengoprasikan THM tentunya kami tidak terlepas dari pihak dinas
terkait tetapi dalam pengoprasian kami tentunya menjalankan sesuai
dengan SOP kami yang tentunya tidak terlepas dari aturan yang sudah
ada. Cuman kami sebagai THM yang berdiri sendiri kesulitan karena
banyak dinas yang harus kami temani berkoordinasi. Berbicara kinerja
pemerintah tentunya kami sudah anggap baik namun masih perlu di
tingkatkan pada mode pelayanan terkait usaha-usaha yang bergerak di
bidang yang seperti kami ini. Kalau berbicara seperti yang ada pada
indikator adek tentunya saya jawab beberpa saja karna kami selaku
THM itu cuman betul-betul menjalankan Usaha yang sebagai mana
berusaha mengikuti semua aturan yang di buat Oleh pemerintah
setempat, kalau pun kami memiliki pelanggaran kami tentunya pasti di
tindak langsung oleh Satuan Tugas dari dinas yang menanungi Usaha
kami.” (hasil wawancara dengan RA, 23 februari 2020 ).

61
Berdasarkan hasil wanwancara dari RA selaku Staf Bidang HRD THM

Publiq dapat kita ketehui bahwa Usaha Tempat Hiburan Malam di makssar dari

berbagai jenis tentunya memiliki tingkat pemasalah yang berbeda-beda meskipun

usaha Tempat Hiburan Malam jenis Club malam banyak kita jumpai di Kota

Makassar, seperti pada hasil wanwancara di atas bahwa masih ada THM yang

Izinnya di cabut karena berbagai persoalan. Menurut apa yang bisa kita lihat bahwa

peran pemerintah dalam hal penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di

Kota Makassar berdasarkan pendapat dari RA itu sudah berjalan dengan baik dan

benar namun perlu di tingkatkan dalam hal pelayan, berbicaraa pelayanan tentunya

kita berbicara layanan baik dalam bentuk barang maupun jasa yang pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab dari pihak yang berikan pelayanan. Dalam Konteks THM

tentunya pelayanan Publik menjadi tolak ukur kepuasan sebuah layanan dalam

uapaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Alasan narasumber mengkritik

pelayanan yang perlu ditingkatkan karena THM di Makassar yang memiliki jenis

yang sama itu banyak dan perlu tingkat pelayanan yang maksilal, namun

keterbatasan suatu dinas dapat di lihat dari hasil kinerjanya, untuk dinas pariwisata

sendiri sampai hari ini menurut narasumber sudah menjalankan tugasnya dengan

baik begitupun Stkae Holder yang berkaitan dengan penertibandan Penataan Usaha

Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar.

Lebih lanjut di tambahkan oleh ZK supervisor Retro club yang ada

Clorion Hotel & Convertion di Jl. A. P. Petarani sedikit berbeda dengan

yang di sampaikan pendapat sebelumnya sesui yang tampak di bawah ini :

62
“Menurut saya sebagai salah satu orang yang bergelut di dunia THM
tentunya berbicara penataan dan penertiban tentunya tidak terlepas dari
aturan yang sudah ada tetapi kalau bahas Tempat Hiburan Malam kami
sendiri dari pihak Retro club mengatakan kami memang salah satu
Tempat Hiburan yang sering di kunjungi. Namun kami berbeda dengan
Usaha THM yang berdiri sendiri seperti THM Publiq, mengapa karena
kami adalah fasilitas Hotel. Tetapi tidak menutup kemungkinan kami
tetap bersinergi dangan aturan pemerintah terkait THM, pada dasarnya
izin usaha kami itu mengikut pada izin berdinya Hotel ini, tetapi kami
juga tetap mengurus izin Minol (Minuman Beralkohol), berbicara
penertiban tentunya kami sendiri tertib terhadap aturan yang sudah ada
kami juga tetap menjaga koordinasi dengan pemerintah melalui bidang
HRD yang ada di Club kami, jadi begitu dek. Kalau soal penataan
kami tentunya menempatkan diri sesuai dengan kapasitas kami, tetapi
berbicara relokasi THM tentunya bertentangan dengan izin usaha hotel
yang sudah di keluarkan sejak berdirinya hotel ini, tentunya sesuai SOP
Hotel club ini kami usahakan tidak melanggar peraturan, untuk menilai
pemerintah mengenai THM saya mungkin bilang ada hal yang kurang
pada pemerintah terkait pengelolaan dan pengawasan terhadap THM,
saya tidak menafikkan kalau banyak THM yang di bawah Standar
Operasional yang sewajibnya, tetapi orng butuh makan, harusnya
makassar buat aturan yang benar-benar tidak saling merugikan, karena
di sisi lain ada THM yang di keluarkan Izinnya tapi belakangan
bermasalah kan ada pihak yang di rugikan..” (hasil wawancara dengan
ZK, 25 februari 2020).
Berdasarakan hasil di atas kita dapat melihat perbedaan atara Usaha Tempat

Hiburan Malam yang berdiri sendiri dangan yang berada pada fasilitas Usaha Yang

lain. Inlah yang menjadi kelemahan Perda no.5 tahun 2011 karena tidak adanya

turan yang betul-betul mengikat terkait lokalisasi Tempat Hiburan Malam karena

masih ada THM yang izin berdirinya berdasarkan Izin dari usaha Induk seperti

Hotel yang memiliki fasilitas THM, meskipun demikian pemerintah tidak menutup

mata karenya masih memperketat izin Minol (Minuman Beralkohol) sehingga

semua THM dapat di kontrol berdasarkan kriteria masing-massing baik yang berdiri

sendiri maupun yang berdiri di bawah naungan Usaha yang lain. Sikap yang di

ambil pemerintah tentunya dapat kita lihat dari hasil wawan cara di atas, tentunya

63
memberikan kontrol dan dampak yang positif sehingga THM yang sulit di jangkau

dapat di kontrol dengan baik berdasarkan aturanyang di keluarkan. Mengapa

banyak THM yang diditup karena tidak memenuhi Standar Operasional Prosedur

dalam hal pelaksanaan Usaha Tempat Hiburan Malam.

Berdasarkan informasi dari informan-informan di atas tetunya

memberikan penguatan pada informasi sebelumnya yang di berikan oleh

pemerintah karena melihat informasi tersebut tidak terlepas dari apa yang di

sampaikan pihak pemerintah terkait, meskipun terdapat beberapa hal yang

tentunya menjadi penilaian tersendiri bagi pihak pengelola THM tersebut,

pada dasarnya mereka mengoprasikan Tempat hiburan malam sesuai dengan

aturan dan izin mereka namun belakangan menjadi persoalan karena penguatan

izin yang mereka miliki ysng di keluarkan oleh pihak pemerintah itu sendiri

belakngan bertolak belakang dengan aturan yang ada di pereaturan Daerah

Kota Makassar No.5 Tahun 2011, dimana ada pelanggaran yakni jarang dari

beberapa tempat seperti sekolah dan rumah ibadah serta Rumah sakit, tentunya

ada pihak yang di rugikan yang notabenenya memberikan masukan pada

pemerintah Kota Makassar menjadi masalah karena faktor aturan yang saling

bertbrakan dengan aturan yang mengikat para pengusaha THM tentunya

memberikan efek yang besar baik untuk pengelola THM maupun pemerintah

itu sendiri.

4. Pelopor

Selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh

masyarakat maupun stakeholder. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti

64
kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam

menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian terhadap

lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi

kepentingan Negara termasuk dalam hal penertiban dan penataan Tempat

Hiburan Malam di Kota Makassar, pemerintah harus menjadi pelopor dalam

meningkatkan kedisplinan usaha wisata khususnya Tempat Hiburan Malam

agar menjalankan usaha sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan

pemerintah Kota Makassar.

Dengan Melihat hasil wawancara dari NZ selaku Kepala Seksi Retribusi

Pariwisata di Dinas Pariwisata Kota Makassar yang berhasil di kumpulkan

oleh penulis terkait peranannya sebagi Pelopor:

“Bicara tentang Pelopor terkait penataan dan penertiban tempat hiburan


malam di kota Makassar, kami sendiri salah satu pelopor yang
mendirikan Satuan Tugas untuk melakukan pengawasan terhadap
Penertiban dan penataan THM sekalipun banyak dinas di dalamnya,
tapikan flashback ke belakang kami yang di dinas pariwisata yang
menjadi pelopor berdirinya satuan tugas itu tentu sangat memiliki peran
penting karena kamilah yang mengelurkan SK untuk satgas itu untuk
turun langsung ke lapangan melakukan tugasnya berdasarkan pembagian
tugas masing-masing” (hasil wawancara dengan NZ, 19 Desember 2019).

Berdasarkan pejelasan di atas maka dapat di ketahui bahwa Dinas Pariwisata

dalam konteks Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di kota makassar

adalah Stakeholeder Utama yang menjadi pelopor bedirinya satuan tugas atau biasa

di sebut Satgas dalam menangani masalah masalah yang terkait dengan Usaha

Tempat Hiburan Malam tentunya teidak terlepas dari peran dari beberapa SKPD

sebagai Stakeholder Pendukung. Di lihat dari konteks siapa yang menjadi pelopor

dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar dinas

65
pariwisata adalah inisiator karena Dinas Pariwisata adalah Dinas yang menaungi

langsung Usaha Tempat Hiburan Malam yang ada di kota makassar Berdasarkan

Perda No.05 tahun 2011, Dinas pariwisata adalah tempat untuk mendaftarkan jenis

Usaha Tempat Hiburan Malam sehingga semua Tempat Hiburan Malam di Kota

makassar di kordinir oleh Dinas Pariwisata dan di bantu oleh beberapa SKPD.

Adapun yang di tambahkan oleh MU selaku Kepala Seksi Penegakan di

Dinas Satuan Polisi Pamong Praja yang mempertegas peran Dinas Pariwisata

dan kebudayaan Kota Makassar sesui dengan hasil wawancara yang di lakukan

oleh penulis yang tampak di bawah ini terkait peran sebagai Pelopor seperti:

“Kalau berbicara sebagai Pelopor dalam hal penertiban dan penataan


Tempat Hiburan Malam di Makassar tentu tidak terlepas dari Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota, karena di sana tempatnya keluar
rekomendasi dalam hal apapun yang terkait THM, kita itu Satpol PP
sebagai stakeholder pendukungji karena kami turun lapangan karena
adanya rekom dari sana, begitupun dinas PTSP sebagai pelaksana
administrasi izin, jadi intinya pelopor utamanya adalah Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Makassar karena dia yang naungi langsung itu
THM” (hasil wawancara dengan MU, 21 Desember 2019).

Sesuai dengan wawancara informan di atas, maka dapat di ketahui bahwa

sehubungan dengan peranan pemerintah terkait Tempat Hiburan Malam, maka

Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Makassar menjadi pelopor serta dinas

yang paling penting dalam melaksakan pengawasan dalam segala hal yang

berhubungan dengan THM itu sendiri Karena segela sesuatu hal yang

berhubungan denga THM maka tentu saja kita akan berkoordinasi dengan

Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Makassar termasuk dalam hal sebagai

Pelopor dalam menindaki THM yang melanggar yang di mana Dinas

Pariwisata dan kebudayaan Kota Makassar adalah stakeholder terpenting dari

66
bebrapa dinas terkait yang berhubungan dengan penertiban dan penataan THM

di Makassar sendiri, maka dari itu untuk mengetahui banyak hal tentang

THM maka harus berhubungan dengan Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota

Makassar, karena dari sanalah keluar segala bentuk rekomendasi tentang THM.

5. Pelaksana Sendiri

Meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan

merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah

semata, karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal

terbatas, kemampuan yang belum memadai, maka dari itu peran pemerintah

dalam hal penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar

memberikan tanggung jawab kepada pengelola agar menjalankan aturan sendiri

dengan merujuk dari aturan pemerintah Kota Makassar dalam hal ini

pemerintah bisa saja melaksankan keputusan sebagai pelaksana sendiri untuk

menentukan kebaikan terhadap Tempat Hiburan Malam terkhusus di wilayah

penertiban dan penataannya.

Sesuai dengan penjelasan dari AK sebagai Kepala Bidang Peng. Destinasi

& Industri Pariwisata di Dinas Pariwisata Kota Makassar yang di kumpulkan

oleh penulis, dimana menbahas tentang Tempat Hiburan Malam serta kaitannya

sebagai Pelaksana Sendiri:

“Kami di Dinas itu memang betul melakukan tugas negara termasuk


sebagai Pelaksana Sendiri dalam penataan dan penertiban tempat hiburan
malam di kota Makassar, kami sendiri adalah dinas yang tentu saja
sangat punya peranan penting dalam menjaga stabilitas pembangunan
baik SDM maupun SDA, termasuk penrekonomian daerah, kalau tapi
tentu saja dengan memperhatikan semua unsur unsur termasuk aturan
yang sudah di tetapkan begitupun tentang Usaha Tempat Hiburan Malam
yang ada di kota Makassar. Dengan adanya beberapa THM maka tentu

67
saja menunjang pendapatan suatu daerah tapi kami di dinas selalu sigap
dalam pengawasan dan memberikan tanggung jawab kepada semua THM
yang ada agar mengikuti aturan yang memang sudah di tetapkan, jadi
mereka tidak serta merta mendirikan usaha harus melalui banyak
prosedur karena di takutkan bertolak belakang dengan peraturan.”(hasil
wawancara dengan AK, 19 Desember 2019).
Berdasarkan pejelasan di atas maka dapat di ketahui bahwa dinas Pariwisata

adalah adalah salah satu dinas yang sangat punya peranan penting dalam

menjaga stabilitas pembangunan baik SDM maupun SDA, termasuk

penrekonomian daerah, tentunya tidak terlepas dari peraturan. Berbicara mengenai

Tempat Hiburan Malam kaitannya dengan Pelaksana Sendiri seperti pada Dinas

Pariwisata tentunya sebagai pelaksana utama yang menjalankan segala bentuk

kepengurusan proses Berdirinya suatu Usaha Tempat Hiburan Malam begitupun

pencabutan Izin Usaha. Dengan adanya bebrapa Usaha tentu saja memberikan

Peningkatan Perekonomian terhadap Daerah khususnya di Kota Makassar jadi

dalam kontek pelaksana sendiri Dinas Pariwista sebagai pelaksana Utama tentu saja

tetap membutuhkan bantuan SkPD yang yang lain sebagai tim, jadi tidak benar-

benar melaksanakan secara tunggal namun melaksanakan sesuai indikator-

indikator yaang ada.

Adapun hasil wawancara dengan HT selaku Kasubag perencanaan dan

pelaporan di Dinas Pariwisata Kota Makassar yang tampak di bawah ini:

“Dalam hal pembangunan SDA maupun SDM tentu kami di dinas


mendukung semua yang menjadi tanggung jawab Negara termasuk dalam
penataan dan penertiban tempat hiburan malam pada kota Makassar
dapat dilihat pada Era moderenisasi 4.0 yang dijadikan sebagai tonggak
awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak pada
berbagai aspek kehidupan dan kemanusiaan yang luar biasa. Bisa kita
lihat dengan adanya THM di Makassar tentu sangat menunjang
Perkonomian masyarat kota dan mengurangi jumlah pengangguran
sekalipun tidak sebanding dengan pertumbuhan kota dan jumlah

68
pengangguran yang ada di Makassar paling tidak dapat membantu
perekonomian masyarakat dan menambah pemasukan Daerah, yah tentu
da barengi dengan pengawasan dari kami sebagai dinas yang menaungi
Usaha THM. Sebagai pelaksana sendiri kami tak jarang melakukan
pengecekan secara rutin kepada THM yang ada di kota Makassar agar
selalu memperhatikan aturan dan tentunya Pemilik THM kami selalu
menekankan ikut aturan Sekalipu mereka sebagai Pelaksana Usaha
sendiri tentu tidak terlepas dari tanggung jawab” (hasil wawancara
dengan HT, 19 Desember 2019).

Berdasarkan pejelasan di atas tidak jauh berbeda dengan pendapat

sebelumnya akan tetapi ada beberapa hal yang tentunya menjadi penekanan dalam

konteks pelaksana sendiri terkait Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam

seperti peningkatan perkonomian karena adanya THM yang berkembang pesat di

Kota Makassar di sisi lain mengurangi dampak pengangguran akibat berdirinya

lapangan kerja dalam bentuk Usaha Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar dari

sini juga tentunya memberikan dmpak yang positif. Tidak terlepas dari aturan yang

ada pemerintah dalam hal penertiban dan penataan tempat Hiburan Malam di Kota

Makassar tentunya sangat menekankan para pelaku Usaha Tempat Hiburan Malam

dalam menjalan usanya tidak melanggar dan membantu pemerintah dalam

mngsukseskan aturan yang ada sehingga tidak ada pihak yang di rugikan, seperti

menekankan kepada pemilik atau pengelola Tempat Hiburan Malam uantuk

menjadi Pelaksa Sendiri dalam menjalakan Usaha sesuai Standar Operasional

Prosedur Usaha Tempat Hiburan Malam.

Adapun yang di tambahkan oleh Ap selaku sekeretaris Dinas PTSP Kota

Makassar yang tampak di bawah ini:

“Seperti yang sudah katakana bahwa ini menjadi hal mutlak bagi kami
selaku Dinas PTSP kota Makassar untuk menangani pengurusan izin
usaha seperti Tempat Hiburan Malam berdasarkan surat rekomendasi

69
yang di berikan kepada kami dari pihak Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan kota Makassar untuk kami tindak lanjuti, kalau di bilang
bagaimana tanggapan kami dalam hal pelaksana sendiri, tentu kami
bilang kami bekerja sesuai dengan spesifikasi kami yakni mengeluarakn
dan mencabut Izin, jadi dalam hal penertiban dan penataan tempat
hiburan malam di kota Makassar kami juga punya peran sebagai
pelaksana sendiri mungkin bisa di bilang kami sebagai bidang
administrasinya” (hasil wawancara dengan AP, 20 Desember 2019).

Berdasarkan pejelasan di atas penulis melihat bahwa dinas PTSP kota makassar

dalam hal penertiban dan penataan tempat hiburan malam juga memenuhi indikator

sebagai pelaksana sendiri dalam konteks sebagai administrator terkait perizinan

suatu Usaha Tempat Hiburan Malam, karena Dinas PTSP adalah Stakeholder

Pendukung yang melaksanakan pencabutan dan pengeluaran izin berdasarkan

rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, namun dalam pengerjaan

tentunya tidak melibatkan dinas lain sehingga dapat di katakan memenuhi indikator

yang ada.

Sesuai dengan penjelasan beberapa informan di atas, dapat di ketahui

bahwa point penting dari Pelaksana Sendiri memang sangat punya peranan

masing-masing sesuai dengan Dinasnya karena berbicara mengenai penertiban

dan penataan Temppat Hiburan Malam di Kota Makassar, tentu tidak terlepas

dari peraturan daerah, sebagai pelaksana sendiri beberapa dinas terkait tersebut

memliki tanggung jawab masing-masing dalam membantu tugas Negara

termasuk dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber

Daya Alam (SDA).

Sesuai dengan tujauan penulis kita dapat melihat bahwa di Kota Makassar

Usaha Tempat Hiburan Malam memiliki banyak peminat dangan itu kita dapat

menarik kesimpulan bahwa perekonomian daerah tentunya akan bertambah,

70
serta mengurangi jumlah pengangguran karena memberdayakan masyarakat

Kota Menjadi tenaga kerja di usaha tersebut, tetapi tentu saja dengan di

lakukan pengawasan yang rutin agar tidak melanggar norma-norma dan Perda

itu sendiri. THM pada dasarnya tentusaja sangat menunjang Kemajuan Suatu

Kota tetapi pelu di lakukan pengawasan oleh pihak pemerintah secara objektif

dan rutin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan yang merugikan

banyk pihak apalagi merugikan masyarakat, maka dengan adanya pengawasan

dari pemrintah kota tentu pertumbuhan THM di kota Makassar dapat di saring

dengan baik karena melalui banyak prosedur, sebagai Usaha yang biasanya

melekat pada usaha-usaha besar seperti bidang perhotelan disinilah peranan

pemerintah uantuk selalu menjadi pengawas yang baik agar tidak terjadi

eksploitasi SDA maupun SDM yang dapat merugikan masyarakat Kota

Makassar dan pemerintah Kota.

71
BAB V

PENUTUP

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan mengenai Peran Pemerintah dalam Penertiban dan Penataan

Tempat Hiburan di Kota Makassar. Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan

hasil penelitian sebagai berikut:

1. Peran Pemerintah sebagai Stabilisator dalam menangani penertiban dan

Penataan, ada dua Sub indikator yaitu Pembentukan Satuan Tugas dalam

menangani penertiban THM untuk menciptakan suasana yang lebih baik.

Dan dalam program penataan sementara ini pemerintah belum memiliki

aturan yang mengikat mengenai lokalisasi untuk usaha THM namun

membatasi THM dengan aturan yang saling berbrakan.

2. Peran pemerintah sebagai Innovator dalam hal penertiban dan Penataan.

Pada indikator ini tentunya terdiri dari beberapa metode seperti (1)

melakukan penyadaran (2) pengkapasitasan (3) serta pendayaan. Dari

metode yang di jalan pemerintah Kota Makassar dalam meningkatkan

kualitas Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan malam agar program

pemerintah berjalan dengan baik.

3. Peran pemerintah sebagai Modernisator dalam hal penertiban dan Penataan

serta pendampingan usaha-usaha Wisata yang ada di Kota Makassar

tentunya pemerintah berperan penting dalam hal ini dalam melakukan

pendampingan kepada pemilik usah Tempat Hiburan Malam termasuk dalam

72
meakukan pendampingan jika suatu THM membutuhkan solusi untuk

menyelesaikan suatu masalah yang ada Usaha THM itu sendiri. Termasuk

dalam mendampingi masyarakat menjadi pengguna atau konsumen THM

yang bijak agar antara Pemerintah, pihak pemilik usaha THM, dan

masyarakat tidak ada yang saling salah paham.

4. Peran Pemerintah sebagai Pelopor dalam hal penertiban dan Penataan,

terdiri dari kegiatan pemerintah memberikan solusi dan innovasi yang tidak

melanggar aturan, tentunya masyarakat sebagai konsumen THM dan owner

sebagai pemilik membutuhkan inovasi dan solusi dalam meningkatkan

efektifitas dan efisiensi program yang berkenaan langsung dengan Tempat

Hiburan Malam, singgah nantinya masyarakat dan Owner suatu THM saling

memberikan feedback yang lebih baik kedepannya dan tidak ada yang di

rugikan.

5. Peran Pemerintah dalam hal penertiban dan Penataan yakni sebagai

Pelaksana Sendiri dalam hal ini tentunya dalam meningkatkan program

kepariwisataan yang ada di Kota Makassar, pemerintah sebagai pelaksana

sendiri tentunya memilik peran khusus demi mengsukseskan suatu Program

termasuk dalam konteks wisata malam dalam hal ini pemerintah menjadi

akses untuk melihat THM mana saja yang tentunya memiliki standar

operasional yang sesuai dengan aturan, sosialisasi langsung kepada

masyarakat adalah cara yg efektif di lakukan pemerintah khususnya di

dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar dalam meningkatkan

kualitas suatu Program yang di jalankan.

73
F. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan mengenai Peran Pemerintah dalam Penertiban dan Penataan

Tempat Hiburan di Kota Makassar. Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan

hasil penelitian sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Kebijakan Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di

Kota Makassar semestinya harus di tingkatkan lagi khusunya implementasi

Perda No.5 Tahun 2011 Tentang tanda daftar usaha pariwisata, agar jauh

lebih baik lagi.

2. Dinas Pariwisata & Kebudayaan sebagai Pemerintah yang menangani

langsung Usaha Tempat Hiburan Malam tentunya harus bekerjasama

instansi yang lain serta Kelompok Usaha atau sasaran untuk merealisasikan

Perda Tentang tanda daftar usaha pariwisata. Maka dari itu Dinas Pariwisata

& Kebudayaan Kota Makassar lebih maksimal lagi dalam merealisasikan

Perda No.5 Tahun 2011 Tentang tanda daftar usaha pariwisata Kota

Makassar.

3. Selain Dinas Pariwisata & kebudayan tentu untuk instansi yang lain Seperti

Dinas PTSP kota Makassar, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

harus melibatkan diri dalam menentukan kawasan-kawasan yang tidak

melanggar aturan seperti kawasan yang memang layak dan tidak melanggar

aturan derdirinnya Tempat Hiburan Malam. Alangkah lebih baiknya lagi

jika melibatkan masyarakat untuk meningkatkan pengawasan termasuk

mengawasi Usaha THM.

74
DAFTAR PUSTAKA

Badudu, Zein, 1995. Penataan ini membutuhkan suatu proses yang panjang dimana
dalam proses penataan ini perlu ada perencanaan dan pelaksanaan yang
lebih teratur demi pencapaian tujuan.

Lalu Sumayang 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Salemba:


Jakarta.

Poerwodarminta 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT. Balai Pustaka: Jakarta.

R.S. Darmajati 2005. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Pradnya Paramita: Jakarta.

Soekanto 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta.

Sujarto dalam bukunya Pengantar Planologi

Siagian 1992. Organisasi Kepemimpinan & Perilaku Administrasi. Rineka Cipta:


Jakarta.

Siagian 2000. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan Strateginya.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.

Wheaton, 1974 dan Porteus, 1977)

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Ketentuan Umum Pasal 1 tentang


Pengertian hiburan.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.91/HK.501/MKP/2010


Tentang tata cara pendaftaran usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan
dan rekreasi.

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 tahun 2011 tentang Tanda Daftar Usaha
dan Pariwisata.

UU No 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007

UU N0. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang

75
Sumber Internet

2016 Defenisi peran dan pengelompokan peran menurut para ahli.


(https://www.materibelajar.id) di Akses 27 Juni 2019.

2017 PERWALI-NO.59 Tahun 2016 (https://jdih.makassar.go.id) di Akses 27 Juni


2019.

2016 pengaruh aktivitas tempat hiburan malam (https://media.neliti.com) di Akses


28 Juni 2019

2019 Dinas Ptsp Kota semarang (http://dpmptsp.izin.semarangkota.go.id) di akses


28 juni 2019

76
LAMPIRAN-LAMPIRAN

77
Wawancara dengan bapak A. Nazaruddin zainal, S.Sos,. M.M selaku kasi
retribusi Dinas Pariwisata kota makassar selaku bidang yang menangani Tempat
Hiburan Malam.

Kantor Dinas Pariwisata Kota Makassar.

78
\

Kalander Program Event di Dinas Pariwiata Kota Makassar.

79
Ruangan Penetapan Retribusi Non teknis dinas PTSP kota makassar.

Wwawancara dengan pegai serta Kepala Seksi Penegakan di Dinas Satpol


PP Kota makassar .

80
Wawan cara dengan Bapak Rahmatullah selaku staf HRD THM PUBLIQ DINE
AND WINE.

Lokasi THM PUBLIQ di JL.Arif Rate Kota makassar.

81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Aras Putra Bula’. P, di sapa

dengan acho’. Lahir pada tanggal 27 November

199 di bontang kalimatan selatan. Anak dari

tiga bersaudara yang merupakan anak dari

pasangan (almarhum) Aris Bula’.P dengan

Nurbaedah Pasoloran menempuh pendidikan

pertama di SDN 315 rantemenduruk di

Kabupaten. Toraja Utara dan selesai pada tahun

2006. Pada tahun yang sama penulis melajutkan pendidikan tingkat menengah

pertama di SMPN 2 RANTEPAO kemudian pidah dan melanjutkan sekolah di

SMPN 2 BALOCCI dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan tingkat Menengah atas di SMK NEG.1 BALOCCI dengan

mengambil jurusan Administrasi Perkantoran kemudian selesai pada tahun 2012.

Setahun setelah lulus baru kemudian penulis melanjutkan ke jenjang perguruan

tinggi, di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar) pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi Ilmu Administrasi

Negara. Penulis sangat bersyukur, karena telah diberikan kesempatan untuk

menimba ilmu pengetahuan yang nantinya dapat diamalkan dan memberi manfaat.

82

Anda mungkin juga menyukai