Anda di halaman 1dari 82

PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

(APBD) TAHUN 2019 DI INSPEKTORAT KABUPATEN BARRU


(Studi Kasus Proyek Jalan di Kabupaten Barru)

Oleh :

GUSTI MAULANA ARIF

Nomor Induk Mahasiswa : 1056 111187 17

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(APBD) TAHUN 2019 DI INSPEKTORAT KABUPATEN BARRU
(Studi Kasus Proyek Jalan di Kabupaten Barru)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Ilmu Administrasi Publik

Disusun dan Diusulkan Oleh :

GUSTI MAULANA ARIF

Nomor Induk Mahasiswa : 1056 111187 17

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah (APBD) Tahun 2019 di Inspektorat
Kabupaten Barru (Studi Kasus Proyek Jalan di
Kabupaten Barru).

Mahasiswa : Gusti Maulana Arif

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11187 17

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si Nurbiah Tahir, S.Sos.,M.AP

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Ilmu Administrasi Negara

Nurbiah Tahir, S.Sos.,M.AP

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Mahasiswa : Gusti Maulana Arif

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11187 17

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri dan

bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

dan apabila dikemudian hari pemyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 15 April 2022

Yang Menyatakan,

Gusti Maulana Arif

iii
ABSTRAK
Hamrana Abubakar. 2022. Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Tahun 2019 di Inspektorat Kabupaten Barru (Studi Kasus
Proyek Jalan di Kabupaten Barru). (dibimbing oleh Burhanuddin dan Nurbiah
Tahir).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengawasan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2019 di Inspektorat Kabupaten
Barru. . Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan tipe
deskriptif dan mengunakan sumber data primer dan sekunder dengan penentuan
informan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 5 (lima) orang
kemudian data dikumpulkan mengunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi setelah itu dianalisis dengan teknik redukasi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan serta keabsahan data mengunkan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengawasan preventif infrastruktur
jalan pada Inspektorat Kabupaten Barru sudah cukup maksimal, terutama dilihat
dari tanggapan informan mengenai penerbitan aturan pedoman pengawasan intern
serta dalam melakukan sosialisasi sudah mengupayakan kelancaran pelaksanaan
pembangunan jalan sesuai dengan ketentuan sumber daya yang telah ditetapkan.
Pengawasan represif preventif infrastruktur jalan pada Inspektorat Kabupaten
Barru belum maksimal karena pihak rekanan sering terlambat dalam membuat
laporan hasil pekerjaan di lapangan serta sering terjadi pekerjaan jalan tidak
sesuai dengan skejul yang telah ditetapkan.

Kata Kunci : Pengawasan, Preventif, Represif, Proyek Jalan

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh

makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi

kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.

Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Tahun 2019 di Inspektorat Kabupaten Barru (Studi Kasus Proyek Jalan di

Kabupaten Barru).”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Admnistrasi Publik pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu

Nurbiah Tahir, S.Sos.,M.AP selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda ………. dan Ibunda

…… yang sangat berjasa dalam membesarkan, merawat dan memberikan

pendidikan sampai jenjang saat ini, yang tidak pernah bosan untuk mendoakan,

v
menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril maupun materil

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa juga penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Muhammadiyah

Makassar

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos.,M.AP selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh

perkuliahan.

5. Pihak Inspektorat Kabupaten Barru yang telah banyak memberikan informasi

dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

6. Saudara(i)ku angkatan 2017 Ilmu Administrasi Negara selaku teman

seperjuangan dalam meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran,

motivasi dan selalu setia menemani saya dalam suka maupun duka, serta semua

pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

vi
Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu

persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan doanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini

sangatlah jauh dari kata sempurna. Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan

kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi

ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 15 April 2022

Penulis,

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH................................ iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................7
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penelitian Terdahulu..........................................................................................9
B. Konsep Pengawasan..........................................................................................11
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.......................................................22
D. Kerangka Pikir..................................................................................................33
E. Fokus Penelitian................................................................................................33
F. Deskripsi Fokus Penelitian................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................................35
B. Jenis dan Tipe Penelitian..................................................................................35
C. Sumber Data.....................................................................................................36
D. Informan Penelitian..........................................................................................36
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................37
F. Teknik Analisis Data........................................................................................38
G. Keabsahan Data................................................................................................39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian..............................................................................40
B. Hasil Penelitian.................................................................................................45
1. Pengawasan Preventif..................................................................................46
2. Pengawasan Represif...................................................................................56
C. Pembahasaan.....................................................................................................63
1. Pengawasan Preventif..................................................................................64
2. Pengawasan Represif...................................................................................66

viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................70
B. Penutup.............................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada

seorang pemimpin atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan

fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

Demikian halnya dalam organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan

tugas dan tanggung jawab seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup

pemerintah provinsi merupakan tugas dan tanggung jawab gubernur sedangkan

di pemerintah kabupaten dan kota merupakan tugas dan tanggung jawab bupati

dan walikota. Namun karena katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti

prinsip-prinsip organisasi, maka tugas dan tanggung jawab pimpinan tersebut

diserahkan kepada pembantunya yang mengikuti alur distribution of power

sebagaimana yang diajarkan dalam teori-teori organisasi modern.

Peran pengendalian dan pengawasan sangat penting untuk pencapaian

keberhasilan dan kemajuan organisasi sebagaimana yang termuat dalam pasal 1

ayat 1 Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara, menyatakan bahwa pemeriksaan

adalah proses identifikasi masalah dan evaluasi yang dilakukan secara

independent, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk

menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi

mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

1
2

Sejak penegakan hukum terhadap pelaku korupsi terutama dari dana yang

bersumber dari APBD maupun APBN semakin gencar, maka peranan

inspektorat semakin ditingkatkan. Inspektorat diharapkan tidakn menjadi

instansi yang selalu mencari kesalahan meskipun kesalahan tersebut sangat

kecil yang dapat menyebabkan instansi teknis menjadi tidak nyaman. Hasil

pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI), secara umum

menyatakan bahwa besarnya tingkat kebocoran penggunaan dana yang

bersumber dari APBD dan APBN diakibatkan oleh lemahnya pengendalian dan

pengawasan internal (Setiawan & Putro, 2013).

Pengawasan di lingkungan pemerintahan dilaksanakan oleh aparat

pengawasan ekstern pemerintah, yaitu BPK RI dan Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah (APIP) yang terdiri atas BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen,

Unit Pengawasan Kementerian/LPND serta Inspektorat Provinsi, Kabupaten

dan Kota. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lembaga pengawasan yang

banyak tersebut tidak diikuti dengan kinerja yang diharapkan. Pengawasan

tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, ditunjukkan dengan tetap

terjadinya penyimpangan yang berulang-ulang, dalam bentuk kerugian negara,

rendahnya keberhasilan dan efisiensi pelaksanaan kegiatan yang diawasi serta

terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan pengawasan. Hal ini berarti

bahwa peran dan fungsi pengawasan intern dan pengawasan ekstern belum

dapat mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik (good government)

(Ahmad, 2020).
3

Inspektorat Kabupaten Barru sebagai lembaga pengawas internal

Pemerintah Kabupaten Barru, yang kelembagaannya dibentuk dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 13 Tahun 2013 Perubahan atas

Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Barru. Inspektorat melakukan

tugas dan fungsinya sebagai instansi yang melakukan pengawasan keuangan

pada instansi milik pemerintah. Sebagai suatu lembaga pemerintahan yang

tugas utamanya membantu Bupati dalam bidang pengawasan dan pengendalian

keuangan dan pembangunan didaearah, diharapkan mampu melaksanakan

tugasnya dengan sebaik mungkin, sehingga proses pengelolaan keuangan dan

pelaksanaan pembangunan didaerah dapat berjalan dengan baik.

Sesuai dengan peraturan tersebut Inspektorat Kabupaten Barru

mempunyai tugas pokok sebagai pelaksana pemerintahan daerah di bidang

pembinaan dan pengawasan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut

inspektorat kabupaten mempunyai fungsi untuk merencanakan program

pengawasan, perumusan kebijakan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan

penilaian dalam tugas pengawasan serta malakukan pembinaan dan

pengendalian atas pengelolaan keuangan, perlengkapan, dan peralatan

Pemerintah Kabupaten Barru.

Peran Inspektorat Kabupaten Barru dalam melakukan pengendalian dan

pengawasan pengelolaan keuangan daerah sangat menentukan keberhasilan

pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat memacu perkembangan


4

pembangunan. Apabila pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat

Kabupaten Barru dapat berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dengan didukung sumber daya yang memadai, maka

sangat diharapkan akan terjadi pengelolaan keuangan yang akuntabel,

transparan dan jauh dari tindakan penyimpangan. Jika terjadi penyimpangan

dapat dilakukan deteksi serta dilakukan tindakan penyelesaiannya. Namun

kenyatannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai kewenangan

yang ada, Inspektorat Kabupaten Barru dihadapkan pada berbagai kendala

yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya,

sehingga hasil pengawasan belum memperoleh hasil yang optimal.

Sementara itu pelaksanaan pengawasan terhadap pembangunan

infrastruktur jalan bisa dikatakan sukses atau gagalnya suatu kegiatan

tergantung pada mutu pelaksanaan administrasi pemerintahan kabupaten dan

seberapa besar kebijakan tersebut dapat diformulasikan berdasarkan sumber-

sumber yang tersedia, serta meningkatkan kualitas pengawasan administrasi

pemerintah kabupaten dapat ditingkatkan dengan dampak terhadap responsif

tuntutan masyarakat.

Dinas Pekerjaan Umum (PU), dalam hal ini bidang bina marga

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan kegiatan pemantauan dan

pengawasan di lapangan di sejumlah lokasi kegiatan pembangunan ruas jalan,

maupun perbaikan jalan yang proses fase pemeliharaan, yang tersebar di

beberapa kecamatan Se-kabupaten Barru, seperti ruas jalan Lakonrae Tompo,

Palanro–lanrae, ruas jalan Cilellang- Cengkenge. dari pengawasan ini nantinya,


5

jika ada yang ditemui kerusakan maupun kekurangan, tentunya harus

diperbaiki sebab masih proses fase pemeliharaan kegiatan tersebut.

Hasil pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan aparat Inspektorat

Kabupaten Barru pada periode satu tahun anggaran dalam bentuk Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP). Namun kualitas laporan tersebut masih kurang dapat

dipercaya. Hal ini disebabkan masih banyaknya temuan hasil pemeriksaan

yang tidak terdeteksi oleh aparat Inspektorat, akan tetapi ditemukan oleh aparat

pengawas eksternal menemukan banyaknya kelemahan terutama dalam Sistem

Pengendalian Intern atas pelaporan keuangan dan ketidakpatuhan serta

kecurangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hasil audit inspektorat Kabupaten Barru menemukan adanaya kerugian Negara

senilai Rp. 900 juta dari proyek jalan yang diduga merupaka pengerjaan dari

salah seorang rakanan besar yang selama ini mengerjakan proyek bernilai

milyaran rupiah di berbagai wilayah di Kabuapten Barru, sebelumnya pihak

LSM LIRA Barru melalui Koordinator LIRA Kabupaten Barru melaporkan

temuannya ke Dinas Pekerjaan Umum, tentang adanya pembangunan proyek

jalan di jalur Doi-doi – Gattareng dan poros Buludua Ampiri – Lappalona yang

diduga menggunakan pasir bercampur tanah dan pengerjaan jalan ini tidak

menggunakan bachink plank (Ronalyw, 2018).

Hal diatas menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk diteliti bahwa

Pemerintah Kabupaten Barru yang sedang menggalakkan perwujudan

pemerintahan yang baik dan bersih dengan salah satunya mengoptimalkan

pengawasan sebagai pilar dasar dalam mengontrol pemerintahan namun


6

kenyataannya justru masih ada ditemukan penyelewengan pemerintahan oleh

lembaga di luar pengawas internal di daerah, berarti asumsinya pengawasan

yang dilakukan tidak berjalan oleh Inspektorat Daerah. Hal ini menimbulkan

pertanyaan bagaimana kinerja Inspektorat Kabupaten Barru melalui fungsi

pengawasan yang dimilikinya selama ini dalam mengawasi internal

pemerintahan sendiri, adakah pengawasan yang dilakukan itu dijalankan.

Penyelenggaraan pengawasan merupakan wujud kebijakan di bidang

pengawasan. Pelaksanaan kebijakan merupakan faktor yang paling penting

bagi keberhasilan sebuah kebijakan, tanpa dilaksanakan kebijakan publik

hanya akan menjadi dokumentasi belaka. Disamping itu, hal lain yang penting

juga dalam pelaksanaan kebijakan adalah tidak semua kebijakan yang telah

diambil dan disahkan oleh pemerintah dengan sendirinya akan dapat

dilaksanakan sesuai dengan tujuan kebijakan itu (Sumarsono, 2005).

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang terjadi selama

ini di Kantor Inspektorat Daerah Kabupaten Barru dalam rangka menjalankan

fungsi pengawasan terhadap APBD adalah sebagai berikut: Pertama

Independensi dari Inspektorat Daerah sebagai lembaga yang melakukan fungsi

pengawasan belum maksimal. Kedua fungsi pengawasan dari Inspektorat

Daerah dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Barru

belum kelihatan. Ketiga proses pengembangan dan peningkatan sumber daya

manusia baik secara kualitas maupun kuantitas aparat pengawas yang ada di

Inspektorat Daerah sebagai lembaga yang melakukan fungsi pengawasan perlu

diperhatikan. Karena sesuai dengan fakta bahwa jumlah aparat pengawas yang
7

melakukan fungsi pengawasan masih kurang dan minim tidak sebanding

dengan jumlah objek yang akan diawasi dilingkungan Pemerintahan Kabupaten

Barru. Kondisi ini tentunya menjadi kendala dan masalah yang harus dihadapi

oleh aparat pengawas yang ada di Inspektorat Daerah Kabupaten Barru.

Keempat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang belum memadai

dan tentunya permasalahan ini akan berdampak pada kinerja dari Inspektorat

Daerah dalam melakukan fungsi pengawasan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengawasan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Tahun 2019 di Inspektorat Kabupaten Barru

(Studi Kasus Proyek Jalan di Kabupaten Barru)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengawasan Preventif Inspektorat dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 kasus proyek jalan di Kabupaten Barru?

2. Bagaimana Pengawasan Represif Inspektorat dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 proyek jalan di Kabupaten Barru?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Pengawasan Preventif Inspektorat dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 proyek jalan di Kabupaten

Barru.

2. Untuk Mengetahui Pengawasan Represif Inspektorat dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 proyek jalan di Kabupaten

Barru.
8

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan sumbangsi pemikiran

ilmiah pengembangan ilmu pemerintahan khusunya pada Pengawasan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Inspektorat Kabupaten

Barru.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran

serta bahan masukan untuk pelaksanaan bagaimana Pengawasan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Inspektorat Kabupaten Barru.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa Penelitian terdahulu yang dIgunakan sebagai acuan atau

referensi dalam penelitian ini adalah sebagai pembeda dan pendukung serta

tambahan untuk menganalisa kajian perbedaan maupun persamaan dalam

penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Matei, Karamoy, & Lambey, 2017) dengan

judul “Optimalisasi Fungsi Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan

Daerah di Kabupaten Kepulauan Talaud”. Hasil penelitian ini menunjukkan

fungsi Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah di Kabupaten

Kepulauan Talaud belum optimal, sehingga dibutuhkan strategi untuk

mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan fungsi pengawasan yakni (1)

penambahan tenaga pengawas; (2) meningkatkan kompetensi APIP; (3)

meningkatkan alokasi anggaran pengawasan; (4) penambahan fasilitas

pengawasan; (5) mengoptimalkan peran APIP sebagai konsultan dan katalis;

(6) pemberian sanksi tegas bagi SKPD yang lalai atau kurang berkomitmen

terhadap pelaksanaan pengawasan; dan (7) adanya komitmen bersama

pemerintah daerah dalam bidang pengawasan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Rochmaniar & Musta’in, 2018) dengan

judul “Analisis Pengawasan Inspektorat Kabupaten Jombang Terhadap

Penggunaan Anggaran Keuangan Desa”. analisis menunjukkan bahwa

9
10

inspektorat telah melakukan pengawasan sesuai dengan Piagam Audit

Internal. Wilayah perencanaan dipantau melalui review RKA dan kejujuran

audit pengadaan barang dan jasa. Area implementasi diawasi oleh audit

reguler dan audit kinerja. Wilayah pelaporan dimonitor dengan review

laporan keuangan, evaluasi SAKIP dan review penyerapan anggaran.

Inspektorat Jombang telah menjalank an peran assurance dan konsultasi

dalam mengawasi proses penggunaan keuangan desa untuk anggaran

pembangunan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Ismed, Andri & Rusli, 2018) dengan judul

“Kinerja Auditor Inspektorat Dalam Fungsi Pengawasan Anggaran” hasil

penelitian menunkukkan bahwa pegawai auditor inspektorat di Kabupaten

Kampar Provinsi Riau dalam melaksanakan kinerjanya sudah terlaksana

sesuai dengan tugas dan fungsianya. Hal ini terlihat bahwa inspektur sudah

memberikan pengarahan terkait dalam pemeriksaan di setiap SKPD yang

telah ditetapkan meskioun pengarahan yang diberikan hanya sekedarnya

saja sehingga pegawai kurang memahami secara luas apa yang akan

dikerjakan dilapangan. Kebayakan pegawai auditor inspektorat dalam

penetapan jabatan tidak didasarkan kemampuan dan pendidikan yang sesuai

dengan tugas yang ditetapkan dikarenakan pegawai banyak perpindahan dari

dinas lainnya. Penetapan kinerja yang terlaksana berdasarkan ketetapan

tugas dan jabatanmasing-masing dan waktu ketetapan yang ditentukan,

sehingga dalam waktu pelaksanaan inerja pegawai auditor inspektorat di

Kabupaten Kampar belum terlaksana dengan baik.


11

B. Konsep Pengawasan

1. Pengertian, Proses Pengawasandan Tujuan Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang khusus

berupaya agar rencana yang sudah di tetapkan dapat tercapai sebagaimana

mestinya. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian pengawasan, antara

lain :

Menurut Hendry Fayol (Harahap & Yusuf, 2010) bahwa pengawasan

mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana

yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga

dipakai untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan agar dapat dihindari

kejadianya dikemudian hari.

Menurut (Adisasmita, 2011) bahwa setip usaha dan tindakn dalam

rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang

dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Menurut Sujamto (Harahap & Yusuf, 2010) seorang yang

berkecimpun dalam pengawasan keuangan negara, mendefinisikan

pengawasan sebagai segala usaha dan kegiatan untuk mengetahui dan

menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau

kegiatan apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. kemudian

menurut Sondang (Adisasmita, 2011) bahwa suatu proses pengamatan dari

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamain agar semua

pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
12

ditentukan sebelumnya.

Menurut (Adisasmita, 2011) bahwa salah satu fungsi manajemen

untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan dalam perencanaan.

Selanjutanya menurut Terry G.R. (Adisasmita, 2011) bahwa

pengawasan yaitu suatu usaha meneliti kegiatan yang telah serta akan

dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada objek yang dituju dan

merupakan alat untuk mrnyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran yang

ingin dicapai.

Sedangkan menurut Williams C. (Nurfaidah, 2018) bahwa

pengawasan (pengontrolan) merupakan proses umum dari standar baku

untuk mencapai tujuan organisasi. Membandingkan pelaksanaan aktual

dengan standard-standar tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan

apabila diperlukan.

Dengan pengawasan dapat diketahui sampai dimana penyimpangan,

penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan, penyelewengan, dan lain-lain

kendala masa dimasa yang akan datang. Jadi keseluruhan dari pengawasan

adalah kegiatan membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan

dengan apa yang dikerjakan sebelumnya, karena itu perlu kriteria, norma,

standar dan ukuran tentang hasil yang dicapai (Febriana, & Remaja, 2017).

Dari pengertian pengawasan diatas, tardapat hubungan yang erat

antara pengawasan dan perencanaan, karena pengawasan dianggap sebagai

aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan


13

dalam pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang

direncanakan. Dalam hubunga ini, Harold Koontz dan Cyriel P. Donel

berpendapat bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata

uang yang sama. Dengan demikian jelas bahwa tanpa rencana, maka

pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada pedoman

atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu. Rencana tanpa pengawasan

akan cenderung memberi peluang timbulnya penyimpangan-penyimpangan,

penyelewengan dan kebocoran tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena

itu diperlukan pengawasan (Delvi, 2010).

Dari beberapa pengertian pengawasanyang dikemukakan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dikemukakan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan segala

kegiatan dan tindakan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu kegiatan

tidak menyimpang dari rencana yang digariskan sebelunya untuk mencapai

tujuan.Artinya pengawasan dapat menjamin kesesuaian tindakan dengan

rencana kepada pencapaian tujuan organisasi.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat

penting, sehingga berbagai ahli manajemen dalam memberikan pendapatnya

tentang fungsi manajemen selalu menempatkan unsure pengawasan sebagai

fungsi yang penting. Kasus-kasus yang terjadi dalam banyak organisasi

adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu

dalam penyelesaian suatu anggaran yang berlebihan dan kegiatan-kegiatan

lain yang menyimpang dari rencana.Dengan begitu pentingnya pengawasan


14

dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja suatu organisasi

tersebut. Bahka dalam praktek manajemen modern pengawasan tidak dapat

lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya (Arifin, 2017).

b. Proses Pengawasan

Untuk melaksanakan pengawasan para peneliti dan praktisi telah

mencoba meluruskannya dalam bentuk prosedur atau proses kegiatan yang

dilalui dalam melaksanakan fungsi pengawasan.Berikut beberapa pendapat,

bantara lain :

Menurut Belkaoui (Harahap & Yusuf, 2010)), bahwa langka umum

yang diikuti dalam proses pengawasan, meliputi :

1) Penyusunan tujuan.

2) Penetapan standard.

3) Pengukuran hasil kerja.

4) Perbandingan fakta dengan standard.

5) Perbaikan tindakan koreksi.

Kemudian menurut (Williams, 2010) bahwa proses pengontrolan

terdiri dari :

1) Standard, merupakan dasar perbandingan untuk mengukur tingkat

pelaksanaan organisasi yang beraneka ragam adalah memuaskan atau

tidak memuaskan. Kriteria pertama untuk standar yang baik adalah

bahwa hal tersebut harus mampu mencapai tujuan.

2) Perbandingan standard, adalah membandingkan prestasi aktual dengan

standard-standar prestasi.
15

3) Tindakan perbaikan, adalah mengidentifikasikan penyimpangan prestasi,

menganalisisnya, kemudian mengembangan, dan melaksanakan program-

program untuk memperbaikinya.

4) Proses dinamis, bahwa pengontrolan merupakan proses yang dinamis dan

berkesinambungan. Hal itu dimulai dengan prestasi nyata dan mengukur

prestasi tersebut.

5) Pengontrolan umpan balik adalah mekanisme untuk mengumpulkan

informasi tentang ketidak sempurnaan prestasi setelah terjadi.

Pengawasan menurut Robbins and Coulter dalam (Satriadi, 2016)

terdiri dari empat indikator yaitu:

1) Menetapkan standar (Standards) yakni penetapan patokan (target) atau

hasil yang diinginkan, untuk dapat dilakukan sebagai perbandingan hasil

ketika berlangsungnya kegiatan organisasi.

2) Pengukuran (Measurement) yakni proses yang berulang-ulang dilakukan

dan terus menerus dan benar, baik intensitasnya dalam bentuk

pengukuran harian, mingguan, atau bulanan sehingga tampak yang

diukur antara mutu dan jumlah hasil.

3) Membandingkan (Compare) adalah membandingkan hasil yang dicapai

dengan target atau standar yang telah ditetapkan, mungkin kinerja lebih

tinggi atau lebih rendah atau sama dengan standar.

4) Melakukan tindakan (Action) adalah keputusan mengambil tindakan

koreksikoreksi atau perbaikan. Bilamana telah terjadi penyimpangan


16

(deviasi) antara standar dengan realisasi perlu melakukan tindakan

follow-up berupa mengoreksi penyimpangan yang terjadi.

c. Tujuan pengawasan

Tujuan pengawasan (Antika, 2016), sebagai berikut :

1) Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut,

kebijaksanaan dan perintah.

2) Melaksakan koordinasi kegiatan-kegiatan

3) Mencegah pemborosan dan penyelewengan

4) Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang

dihasilkan

5) Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi

atau pemerintah

2. Aspek-Aspek Dalam Pengawasan

a. aspek-aspek dalam pengawasan

Aspek-aspek penting dalam pengawasan APBD menurut

(Abdulhalim, 2009) adalah :

1) Aspek Legal, bahwa setiap transaksi yang dilakukan harus dapat dilacak

otoritas legalnya, sehingga jelas kemana meminta

pertanggungjawabannya.

2) Aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban (stewardship), bahwa

bagaimana APBD dapat melindungi dan meningkatkan asset fisik dan

non fisik daerah, bagaimana mencegah terjadinya pemborosan dan

terjadinya salah arus.


17

3) Aspek pengeluaran daerah, bahwa setiap pengeluaran harys berorientasi

pada Visi, Misi,Tujuan, Sasaran, hasil manfaat yang akan dicapai.

b. Pengertian Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan keuangan negara dan daerah merupakan bagian integral

dari pengelolaan keuangan negara dan daerah. Menurut Baswir .Manajemen

keuangan daerah dalam (Abdulhalim, 2009) bahwa berdasarkan

pengertiannya pengawasan keuangan negara dan daerah pada dasarnya

mencakup segala tindakan untuk menjamin agar pengelolaan keuangan

negara dan daerah berjalan sesuai dengan rencana, sesuai dengan ketentuan

dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan menurut obyeknya,

pengawasan APBN / APBD, pengawasan BUMN / BUMD, maupun

pengawasan barang-barang milik negara dan daerah lainnya.

Pengawasan bukan tahap tersendiri dari daur anggaran walaupun

pengawasan sebagian besarberkaitan dengan pengawasan anggaran, namun

pengawasan sesungguhnya merupakan bagian yang penting dari pengurusan

keuangan negara dan daerah secara keseluruhan. Oleh karena itu bila

dikaitkan dengan daur anggaran, maka pengawasan keuangan meliputi tahap

penyusunannya, tahap pelaksanaanya, maupun tahap pertanggung jawabnya,

dengan kata lain pengawasan anggaran sudah harus dimulai sejak tahap

penyusunanya dan baru berakhir pada tahap pertanggung jawaban.

c. Jenis Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan keuangan negara dan daerah menurut ruang lingkupnya

dibedakan menurut jenis menurut (Dessy, 2017) yaitu:


18

1) Pengawasan Preventif

Pengawasan bersifat preventif adalah pengawasan yang

menekankan pada pencegahan, jangan ada kesalahan dikemudian hari.

Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan

rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan

sumber-sumber lain.

2) Pengawasan Represif

Pengawasan yang bersifat refresif adalah memperbaiki kesalahan

yang telah terjadi sehingga dikemudian hari jangan sampai terulang lagi.

Dilakukan melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan

ditempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.

d. Tujuan dan norma pengawasan keuangan daerah

Tujuan dan norma pengawasan keuangan daerah menurut (Halim &

Hanafi, 2009) sebagai berikut :

1) Tujuan pengawasan keuangan daerah

Berkaitan dengan tujuan pengawasan keuangan daerah, maka

menurut (Halim & Hanafi, 2009) bahwa pada dasarnya tujuan

pengawasan adalah untuk mengamati apa yang sesungguhnya terjadi

serta membandingkan dengan yang seharunya terjadi. Bila ternyata

kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan, maka

penyimpangan atau hambatan itu diharapkan dapat pula segara dikenali,

sehingga selanjutnya dapat pula segera diambil tindakan koreksi ini,

maka pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan diharapkan masih dapat


19

mencapai tujuannya secara maksimal.

Merajuk pada pendapat yang dikemukakan, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan pengawasan keuangan daerah adalah untuk

memantau, mengukur, dan menilai agar memastikan kepatutan dan atau

penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan APBD yang dapat

disampaikan kepada kepala daerah (Bupati) dan pihak terkait lainnya

untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan lebih

lanjut.

2) Norma pengawasan keuangan daerah

Dalam melakukan pengawasan, aparat pengawas fungsional

pemerintah juga memiliki norma pelaksanaan. Arti norma pemeriksaan

adalah patokan, kaidah atau aturan yang ditetapkan oleh pihak

berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi

pemeriksaan dan mutu laporan pemeriksaan yang dikehendaki.

Norma pemeriksaan manajemen keuangan daerah dalam (Munir,

2010) bahwa norma pemeriksaan terdiri dari:

a) Norma umum pemeriksaan :

1) Ruang lingkup pemeriksaan lengkap terhadap objek yang diperiksa,

mencakup :

a. Pemeriksaan atas keuangan dan ketaatan pada peraturan

perundang-undangan.

b. Penilaian tentang dayaguna dan kehematan dalam menggunakan

sarana yang tersedia.


20

c. Penilaian hasilguna atau manfaat yang direncanakan dari suatu

program.

2) Pejabat yang berwenang menetapkan tugas pemeriksaan harus

mempertimbangkan kebutuhan pemakai hasil pemeriksaan dalam

menentukan ruang lingkup dari suatu pemeriksaan tertentu.

3) Dalam segala hal yang berhubungan dengan tugas pemeriksaan,

aparat individu maupun kolektif harus bertindak dengan penuh

integritas dan objektivitas.

4) Pemeriksaan atau para pemeriksa yang ditugaskan untuk

melaksanakan pemeriksaan, secara individu atau setidak- tidaknya

secara kolektif harus mempunyai keahlian / kemampuan teknis

yang diperlukan dalam bidang tugasnya.

5) Dalam melaksanakan pemeriksaan dan penyusunan laporan,

pemeriksa wajib menggunakan keahlian / kemampuan teknisnya

dengan cermat.

b) Norma pelaksana pemeriksaan :

1) Pekerjaan pemeriksaan harus direncanakan sebaik- baiknya.

2) Para pelaksana pemeriksaan harus diawasi dan dibimbing dengan

sebaik-baiknya,

3) Ketaatan pada peraturan perundang-undangan harus ditelah dan

dinilai secukupnya.

4) Sistem pengendalian manajemen (SPM) harus dipelejari dan dinilai

secukupnya untuk menentukan seberapa jauh sistem itu dapat


21

diandalkan kemampuanya untuk menjamin ketelitian informasi,

ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

untuk mendorong pelaksanaan kegiatan yang berdayaguna dan

berhasilguna.

5) Bukti yang cukup dan relevan harus diperoleh sebagai landasan

yang layak untuk menyusun pertimbangan, kesimpulan, pendapat

serta serta saran tindak periksa.

c) Norma pelaporan pemeriksaan :

1) Laporan pemeriksaanharus dibuat secara tertulis dan disampaikan

kepada pejabat yang memberi perintah serta kepada pejabat yang

berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Laporan pemeriksaan harus segera setelah selesai pekerjaan

pemeriksaan dan disampaikan kepada pejabat yang berkepentingan

tepat pada waktunya.

3) Tiap laporan pemeriksaan harus memuat ruang lingkup dan tujuan

pemeriksaan, disusun dengan baik, menyajikan informasi yang

layak, serta pernyataan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan

sesuai dengan norma pemeriksaan aparat pengawasan fungsional

pemerintah.

4) Setiap laporan pemeriksaan yang bertujuan menilai dayaguna dan

kehematan serta hasilguna program,harus :

a) Memuat temuan dari kesimpulan pemeriksaan secara objektif

serta saran tidak yang konstruktif.


22

b) Lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan dari

kritik.

c) Mengungkapkan hal-hal yang masih merupakan masalah yang

belum dapat diselesaikan sampai berakhirnya pameriksaan bila

ada.

d) Mengemukakan pengakuan atas suatu prestasi keberhasilan atau

suatu tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan.

e) Mengemukakan penjelasan pejabat objek yang diperiksa

mengenai hasil pemeriksaan.

f) Menyatakan informasih penting yang tidak dimuat dalam

laporan pemeriksaan karena dianggap rahasia atau harus

diperlukan secara khusus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

5) Setiap laporan pemeriksaan yang bertujuan menyatakan pendapat

terhadap kewajaran laporan keuangan harus memuat:

a) Sesuai peryataan pendapat akuntan atau kelayakan laporan

secara keseluruhan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi

yang lazim berlaku atau prinsip akuntansi lainya yang

diberlakukan secara khusus pada objek yang diperiksa, dan

dilaksanakan secara konsisten dengan periode sebelumnya. Bila

pemeriksaan tidak dapat menyatakan pendapatnya, alasanya

harus diungkapkan dalam laporan.


23

b) Mengungkapkan informasi yang masih dipandang perlu oleh

pemeriksa.

c) Uraian mengenai pelenggaran atas peraturan perundang-

undangan disertai pengaruhnya tethadap laporan keuangan objek

yang diperiksa.

Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik ada beberapa dimensi-

dimensi pengawasan yang perlu dipahami oleh pengawas. Handoko dalam

(Satriadi, 2016) mengatakan terdapat 5 dimensi pengawasan yaitu : 1.

Penetapan standar hasil yang diinginkan 2. Penentuan pengukuran

pelaksanaan kegiatan 3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan 4. Pembandingan

pelaksanaan standar dan analisa penyimpangan 5. Pengambilan tindakan

korektif bila diperlukan.

C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

1. Pengawas Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat kelembagaan

dan kebijakan pengganggaran yand meliputi pendapatan dan belanja daerah

(APBD) peraturan pemerintah republik Indonesia (PP.RI) nomor 58 tahun

2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, dalam ketentuan umumnya

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua

hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang dapat dinilai dengan uang termasuk termasuk didalamnya segala bentuk

kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.


24

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daearah yang dapat dinilai dengan uang yang

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah tersebut, dalam rangka Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) ( PP No. 105 2000). Dalam pasal 4 dan 5 dikatakan bahwa pengelolan

keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku, efisien, efaktif, transparan dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatuhan sehingga anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan

keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu.

Menurut (Mamesah, 2010) Keuangan Daerah adalah semua hak dan

kewajiban yang dapat dimulai dengan uang demikian pula segala sesuatu baik

berupa baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih

tinggi serta pihak-pihak lain lai sesuai ketentuan dan perundangan. Adapun

Menurut Moneyzar Usman (2010) mengemukakan bahwa Keuangan Daerah

merupakan salah satu faktor penting dalam mengukur secara nyata kemampuan

daerah dalam melaksanakan otonomi dan menyangkut upaya dalam

mendapatkan maupun membelanjakannya, sehingga masalah yang timbul

dalam keuangan daerah adalah bagaimana sumber pendapatan itu digali dan

didistribusikan.

Pendapatan Daerah sebagaimana yang dimaksud UU No. 33 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah sebagai berikut:


25

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah melalui

usaha penggalian sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh daerah. PAD

merupakan salah satu modal dasar pemerintah dalam mendapatkan dana

pembangunan dan memenuhi belanja daerah. PAD terdiri dari:

1. Pajak daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah,Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat didasarkan berdasarkan Undang-Undang yang

berlaku.

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan uang sebagai pembayaran pemakaian

atau kerena memperoleh pekerjaan, usaha atau milik pemerintah baik

yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh pemerintah

dan berdasarkan peraturan umum yang dibuat oleh pemerintah.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah

Hasil Perusahaan Milik Daerah adalah laba perusahaan daerah yang

diharapkan sebagai sumber pemasukan bagi daerah. Oleh sebab itu

pengelolaan perusahaan daerah haruslah bersifat profesional dan harus

tetap berpegang pada prinsip ekonomi sacara umum,yaitu efisiensi.

4. Lain-lain PAD yang sah

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah adalah penerimaan selain


26

pajak, retribusi, maupun perusahaan daerah, antara lain adalah hasil

penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.

b. Dana perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan

anggaran pendapatan belanja daerah yang dialokasikan kepada daerah untuk

membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

c. Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah

menerima dari pihak lain sejumla uang atau manfaat bernilai uang sehingga

daerah tersebut termasuk kredit jangka pendek.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah penerimaan yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Sumber pendapatan daerah

yang berasal dari dana perimbangan, terdiri dari:

1) Bagian daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bea perolehan atas

tanah dan bangunan dan penerimaan sumber daya alam.

2) Dana Alokasih Umum.

3) Dana Alokasih Khusus.

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

a) Hak untuk daerah untuk memungut pajak daerah dan restribusi daerah

serta melakukan pinjaman.

b) Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan

daerahdan membayar tagihan.


27

c) Penerimaan daerah.

d) Pengeluaran daerah.

e) Kekayaan daerah yang dikelolah sendiri atau oleh pihak lain yang

berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang

dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan daerah.

f) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam

rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan atau

kepentingan umum (PP No. 58 2005)

2. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

a. Pengertian Anggaran pendapatan Dan Belanja Daerah

Anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetuju oleh Belanja Daerah

(APBD) di tetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran APBD meliputi

masa satu tahun, mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Menurut UUD No. 32 tahun 2003 Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah adalah rencana keuangan pemerintah daerah untuk satu tahun yang

dibahas serta disetujui bersamaan dengan DPRD dan pemerintah daerah.

Menurut Alteng Syafruddin (Wulandari & Iryanie, 2018), APBD

adalah rencana kerja pemerintah daerah untuk satu tahun kerja tertentu

dimana didalamnya terdapat rencana pendapatan serta pengeluaran untuk

satu tahun tersebut. Menurut M. Suparmo, APBD adalah anggaran yang

terdapat daftar rinci jenis dan jumlah pengeluaran serta penerimaan daerah
28

dalam satu tahun.

3. Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut (Kasman,

2017) sebagai berikut :

a. Penyusunan Rancangan APBD

1) Rencana Kerja Pemerintahan daerah

2) Kebijakan Umum APBD

3) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

4) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

5) Penyiapan Raperda APBD

b. Penetapan APBD

1) Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang

APBD Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah

tentang APBD kepada DPRD disertaipenjelasan dan dokumen

pendukungnya pada minggu pertama bulan Oktober tahunsebelumnya

untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.

2) Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBDPengambilan

keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1 bulan

sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Evaluasi

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala

Daerahtentang Penjabaran RAPBD Rancangan peraturan daerah provinsi

tentang APBD yangtelah disetujui bersama DPRD dan rancangan


29

peraturan gubernur tentang penjabaranAPBD sebelum ditetapkan oleh

gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikankepada Menteri

Dalam Negeri untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh

MenteriDalam Negeri kepada gubernur selambat-lambatnya 15 (lima

belas) hari terhitung sejakditerimanya rancangan dimaksud.

c. Pelaksanaan APBD

1) Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah PPKDpaling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah APBD ditetapkan,

memberitahukan kepadasemua kepala SKPD agar menyusun dan

menyampaikan rancangan DPA-SKPD.

2) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan DaerahSemua penerimaan daerah

dilakukan melalui rekening kas umum daerah. Bendaharapenerimaan

wajib menyetor seluruh penerimannya ke rekening kas umum

daerahselambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja. Setiap penerimaan harus

didukung oleh buktiyang lengkap atas setoran dimaksud.

3) Pelaksanaan Anggaran Belanja DaerahSetiap pengeluaran harus

didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yangdiperoleh

oleh pihak yang menagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban

APBDtidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang

APBD ditetapkan danditempatkan dalam lembaran daerah.

4) Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah Pengelolaan anggaran

pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD. Semua penerimaan dan

pengeluaran pembiayaan daerah dilakukan melalui Rekening Kas Umum


30

Daerah.

5) Laporan Realisasi semester Pertama APBD dan perubahan APBD

Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester pertama APBD

dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya. Laporan disamppaikan kepada

DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan juli tahun anggaran yang

baersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah

daerah.

4. Tujuan Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

Tujuan APBD seperti yang tercantum pada peraturan daerah adalah

sebagai landasan atau pedoman pemerintah daerah untuk menentukan

penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah untuk pelaksanan aktivitas

pembangunan daerah agar menghindari terjadinya pemborosan, kesalahan dan

penyelewengan.

Beberapa tujuan penyusunan APBD (Wardhani, 2015) adalah sebagai

berikut:

1) Membantu pencapaian tujuan pemerintah daearh

2) Menciptakan keadilan dan efisiensi

3) Menentukan prioritas belanja daerah

4) Mewujudkan transparansi terhadap masyarakat.

5. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Kepala SKPD selaku pengguna menyelenggarakan akuntansi atas

transaksi keuangan, asset,utang dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggung

jawabnya. Penyelenggaraan akuntansimerupakan pencatatan/penatausahaan


31

atas transaksi keuangan lingkungan SKPD danmenyiapkan laporan keuangan

sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.

Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan

ataslaporan keuangan yang disampaikan kepada daerah melalui PPKD

selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir, Kepala

SKPD selaku pengguna anggaran/penggunabarang memberikan pernyataan

bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnyatelah

diselenggarakan berdasarkan system pengendalian intern yang memadai, sesuai

denganketentuan perundang-undanganan (Wardhani, 2015).

D. Kerangka Pikir

Inspektorat Kabupaten Barru adalah suatu badan yang merupakan bagian

dari lembaga pemerintahan Kabupaten Barru yang dibentuk untuk melakukan

pengawasan umum pembangunan Daerah Kabupaten Barru, termasuk

pengawasan bidang keuangan. Luasnya struktur pemerintahan daerah sangat

berpengaruh terhadap pengawasa keuangan.

Oleh karena itu sangat diharapkan Inspektorat Daerah dapat menjalankan

fungsinya sebaik mungkin sehingga proses pengawasan di daearah dapat

berjalan secara efektif dan efisien. Terkait dengan itu, maka pengawasan yang

dilakukan oleh Inspektorat di daerah dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan,

pelaporan dan tindak lanjut. Secara singkat kerangka fikir dalam penelitian ini

dapat di gambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.


32

Bagan Kerangka Pikir

Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


(APBD) Tahun 2020 di Inspektorat Kabupaten Barru
(Studi Kasus Proyek Jalan di Kabupaten Barru)

Pengawasaan

Pengawasan Preventif Pengawasan Represif

Pengawasan Proyek Jalan

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir

E. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Pengawasan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) di Inspektorat Kabupaten Barru, yang menjadi fokus

penelitian ini adalah bagaimana Pengawasan preventif dan Represif terhadap

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Inspektorat Kabupaten

Barru.
33

F. Deskripsi Fokus Penelitian

1) Pengawasan Preventif

Pengawasan bersifat preventif adalah pengawasan yang menekankan

pada pencegahan, jangan ada kesalahan dikemudian hari. Misalnya dengan

mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan rencana kerja,

rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.

a. Sosialisasi, adalah pengawasan inspektorat tentang pengelolan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam tender proyek

pembangunan jalan di Kabupaten Barru.

b. Rencana Kerja, yang dimaksud dalam penelitian ini ialah inspektorat

telah memiliki recana pemeriksaan tahunan disetiap wilayah yang

mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam

pembagunan proyek jalan di Kabuapten Barru.

c. Sumber Daya Manusia, yang dimaksud dalam penelitian ini ialah

mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang sangat Kompeten dan terlatih

serta bersih dalam pengawasan pembagunan proyek jalan di Kabuapten

Barru.

2) Pengawasan Represif

Pengawasan yang bersifat refresif adalah memperbaiki kesalahan yang

telah terjadi sehingga dikemudian hari jangan sampai terulang lagi.

Dilakukan melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan

ditempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.


34

a. Post audit, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu proses pengumpulan

dan mengevaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan

melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang didapat dengan

kriteria yang telah ditetapkan dalam pengawasan pembagunan proyek

jalan di Kabupaten Barru.

b. Inspeksi, yang dimaksud dalam penelitian adalah pemeriksaan yang

dilakukan secara seksama sesuai peraturan penegelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam pembangunan proyek

jalan di Kabupaten Barru.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini akan di laksanakan selama 2 (dua) bulan setelah

seminar proposal penelitian, sedangkan lokasi penelitian ini akan dilaksankan

di Inspektorat Kabupaten Barru. Adapun alasan peneliti memilih lokasi

tersebut karena dikeluarkannya Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Barru

Nomor 13 Tahun 2013 Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Barru

Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis

Daerah Kabupaten Barru.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Dimana penelitian ini menjelaskan mengenai suatu prosedur penelitian yang

menggunakan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis dari

orang-orang dan pelaku yang dapat diamati terkait Pengawasan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Inspektorat Kabupaten Barru.

2. Tipe penelitian

Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Fenomenologi. Tipe penelitian fenomenologi adalah tipe penelitian yang

mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia,

dimana penelitia mencoba untuk masuk ke dalam alam konseptual para

35
36

subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka paham tentang

bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar

peristiwa dalam kehidupan sehari-hari kemudian dideskripsikan dalam

bentuk tulisan.

C. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi dan

wawancara yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui tatap

muka langsung dan terbuka sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,

referensi-referensi, peraturan perundang-undangan, dokumen, observasi,

yang diperoleh dari lokasi penelitian.

D. Informan Penelitian

Metode pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, artinya teknik penentuan sumber data mempertimbangkan

terlebih dahulu, bukan diacak. Artinya menentukan informan sesuai dengan

kreteria terpilih yang relevan dengan fenomena penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti menetapkan informan yang betul-betul dapat memberikan informasi

sesuai dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.


37

Tabel 3.1. Informan


No. Nama Jabatan/Pekerjaan
ABDUL RAHIM, S.IP,
1. Inspektur Kabupaten Barru
M.Si
2. MARDIANAH Pengelola Data Temuan Irban Wil. II
Hj. A. MELANY Pengawas Pemerintahan Pertama pada
3.
PERTAMASARI, S.Sos Irban Wil. I
4. HASAN RESI Ketua LSM LIRA

5. MUHAMMAAD SALEH Masyarakat

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat

sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang

ilmiah. Adapun cara-cara tersebut dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui:

observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),

pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan,

untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu

melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik

terhadap pengukuran tersebut.


38

b. Wawancara

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara

langsung (tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal) kepada semua

informan yang ada. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik

wawancara terstruktur dengan menyiapkan bentuk-bentuk pertanyaan yang

sama antar informan satu dengan yang lainnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu pencatatan dokumen dan data yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data ini berfungsi sebagai bukti dari hasil wawancara

diatas. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan

dengan menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada.

Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan

dengan materi penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan penyusunan.

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan di interpretasikan, data yang diperoleh kemudian di analisis

secara bersamaan dengan proses yang cukup panjang. Data dari hasil

wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga

menjadi sebuah catatan lapangan. Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis

data dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan
39

selesainya penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang

digunakan diarahkan untuk menjawab rumusan masalah.

G. Pengabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan

teknik triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik seperti ini

juga menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama.

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode digunakan untuk data yang diperoleh dari satu

sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan

atau ketidak akuratannya dalam penelitian ini.

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data. Waktu

juga sering mempengaruhi kredibilitas data, data yang dikumpulkan dengan

teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid dalam

penelitian ini.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gamabaran Umum Kabupaten Barru

a. Letak Geografis

Kabupaten Barru adalah salah satu Kabupaten yang berada pada

pesisir barat Propinsi Sulawesi Selatan, terletak antara koordinat 40 o5’49”-

40o47’35” lintang selatan dan 119o35’00”-119o49’16” bujur timur dengan

luas wilayah 1.174.72 km2 berjarak lebih kurang 100 km sebelah utara Kota

Makassar dan 50 km sebelah selatan Kota Parepare dengan garis pantai

sepanjang 78 km.

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Barru


Kabupaten Barru berada pada jalur Trans Sulawesi dan merupakan

daerah lintas wisata antara Kota Makassar dengan Kabupaten Tana Toraja

sebagai tujuan wisata serta berada dalam Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu (KAPET) Parepare. Jumlah penduduknya berdasarkan hasil Sensus

40
41

Penduduk tahun 2009 sebesar 162.985 jiwa dengan kepadatan rata-rata

138,74 jiwa/km2. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Barru tahun

2009 sebesar Rp. 9.705.963.

Perjalanan dari Makassar ke Kabupaten Barru dapat ditempuh selama

1,5 jam dan dari Kota Parepare ke Kabupaten Barru selama 45 menit.

Kabupaten Barru berbatasan dengan kota Parepare dan Kabupaten Sidrap di

sebelah Utara, Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone di sebelah Timur,

Kabupaten Pangkep di sebelah Selatan dan Selat Makassar di sebelah Barat.

b. Visi dan Misi Kabupaten Barru

Visi :

“Kabupaten Barru yang Sejahtera, Mandiri, Berkeadilan dan

Bernafaskan Keagamaan”

Visi ini menjadi arah perjalanan pembangunan Kabupaten

Barru selama tahun 2020-2025 dengan penjelasan makna visi sebagai

berikut :

1) Mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang Pendidikan,

kesehatan dan pelayanan dasar lainnya.

2) Menciptakan lingkungan yang kondusif serta pengembangan dan

penguatan seni budaya lokal.

3) Meningkatkan Pemerataan Pembangunan infrastruktur untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumberdaya lokal.

4) Meningkatkan daya saing menuju kemandirian ekonomi daerah yang

berkualitas dan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.


42

5) Mewujudkan pemerataan pendapatan, pembangunan antar wilayah dan

penanggulangan kemiskinan.

6) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and

clean goverrnance) serta layanan publik yang akuntabel berbasis

teknologi dan informasi.

7) Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai agama.

2. Gambaran Umum Inspektorat Kabupaten Barru

Inspektorat Kabupaten Barru dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Inspektorat merupakan aparat pengawas intern pemerintah yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Berdasarkan Perda tersebut,

Inspektorat mempunyai tugas membantu Bupati membina dan mengawasi

pelaksaanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan

Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah.

Untuk memberikan arah bagi pelaksanaan tugas, fungsi dan peran yang

diamanahkan, Inspektorat Barru telah menetapkan visi, misi, rencana strategis,

tujuan, sasaran, program serta rencana kerja yang terukur dan selaras dengan

visi misi pemerintah daerah Kabupaten Barru serta dilaksanakan setiap tahun.

Selanjutnya, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden

RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi,

Inspektorat Barru menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja
43

yang dicapai tahun 2019 berdasarkan anggaran yang telah dialokasikan.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 Inspektorat Barru

merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang

dipercayakan kepada Inspektorat atas penggunaan anggaran selama tahun

2019. Tujuan pelaporan kinerja adalah memberikan informasi kinerja yang

terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai

sekaligus sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Inspektorat Barru

untuk meningkatkan kinerja.

a. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi

Tugas dan fungsi Inspektorat mengalami perubahan, terakhir diatur

dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah. Berdasarkan Perda tersebut, Inspektorat

mempunyai tugas membantu Bupati membina dan mengawasi pelaksaanaan

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan Tugas

Pembantuan oleh Perangkat Daerah. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Inspektorat menyelenggarakan fungsi :

1) perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi

pengawasan;

2) pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui

audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

3) pelaksanaan pengawasan intern untuk tujuan tertentu atas penugasan

bupati;

4) penyusunan laporan hasil pengawasan;


44

5) Pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten;

6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait tugas dan

fungsinya.

b. Aspek Strategis Organisasi

Sebagai APIP, Inspektorat melaksanakan tugas dan fungsinya di

bidang pengawasan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan

pemerintahan daerah sebagaimana telah diamanatkan dalam RPJMD 2016 –

2021. Arah kebijakan dan strategi pengawasan Inspektorat menjadi salah

satu pendukung terwujudnya sasaran pemerintah daerah, yaitu mewujudkan

tata pemerintahan yang baik.

Hakekat pengawasan intern adalah hasil pengawasannya berperan

penting dalam meningkatkan tata pemerintahan yang baik, memperbaiki

pengelolaan risiko dan menguatkan system pengendalian intern. Dengan

demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur tidak dapat

lepas dari pengawasan intern yang akan diperankan oleh Inspektorat dalam

lingkup pemerintah daerah.

c. Struktur Organisasi Inspektorat

Berdasarkan Peraturan Bupati Barru Nomor 45 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja

Inspektorat Kabupaten Barru. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya

Inspektorat, dipimpin oleh seorang Inspektur (Pejabat Struktural Eselon

IIb), Dalam menjalankan tugasnya, Inspektur dibantu oleh:

1) Sekretaris (eselon IIIa) yang membawahi :


45

2) Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan (eselon IVa)

3) Kepala Sub Bagian Umum, SDM dan Evaluasi Pelaporan (eselon IVa)

4) Inspektur Pembantu Wilayah I (eselon IIIa)

5) Inspektur Pembantu Wilayah II (eselon IIIa)

6) Inspektur Pembantu Wilayah III (eselon IIIa)

7) Kelompok Jabatan Fungsional (Auditor dan Pengawas Pemerintah)

8) Kelompok Jabatan Fungsional Umum

Gambar 4.2 Struktur Inspektorat Kab. Barru

B. Hasil Penelitian

Pada subbab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang hal

yang berkaitan dengan Pengawasan Inspektorat dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 dalam kasus proyek jalan di

Kabupaten Barru. Pengawasan berkaitan dengan proses dalam penetapan

ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian

hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya,
46

sehingga pengawasan yang diberikan dalam pembangunan infrastruktur harus

maksimal agar pembangunan infrastruktur jalan sesuai dengan rencana

pelaksanaan sebelumnya dan sesuai dengan keinginan masyarakat.

Untuk melihat tingkat Pengawasan Inspektorat dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2019 dalam pembangunan

Infrastruktur Jalan di Kabupaten Barru agar mencapai sasaran yang diinginkan,

maka terlebih dahulu dilakukan proses pengawasan yang meliputi sebagai

berikut:

1. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan- penyimpangan dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Pengawasan

preventif ini dilakukan untuk menjaga suatu kewenangan antara pemerintah

dan daerah-daerah yang tidak berbenturan. Pemerintah menentukan beberapa

cara atau suatu bentuk pengawasan preventif terhadap suatu penyelenggaraan

kewenangan daerah dalam mengatur urusan pemerintah tertentu, agar dapat

terjadi suatu ketertiban dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintah

antara pemerintah serta daerah-daerah otonom. Serta lebih menimalisasi agar

didalam pelaksanaan suatu pembangunan infrastruktur jalan agar tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan. Adapun unsur-unsur yang menjadi sasaran

pokok didalam pengawasan preventif meliputi:

a. Sosialisasi

Proses sosialisasi didalam pelaksanaan suatu pekerjaan adalah

merupakan unsur yang menjadi awal utama pelaksanaan suatu kegiatan


47

dimana para pejabat pelaksana kegiatan seperti halnya pejabat struktural,

pejabat pembuat komitmen, maupun para rekanan sebagai unsur pelaksana

kegiatan harus terlebih dahulu memahami segala ketentuan-ketentuan yang

menjadi acuan atau aturan didalam pelaksanaan suatu kegiatan seperti

halnya sosialisasi yang dilaksanakan pada inspektorat tentang pengelolan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu dilakukan rapat

terhadap semua unsur yang terlibat didalam pelaksana suatu kegiatan

melalui proses soisalisasi secara formal seperti halnya yang disampaikan

oleh Inspektur Kabupaten Barru, sebagai berikut:

“Didalam proses pngawasan pekerjaan infrastruktur jalan, agar tepat


sasaran maka terlebih dahulu dilakukan sosialisasi terhadap aturan-
aturan yang dilaksanakan kepada semua unsur yang terlibat melaui
sosialisasi secara formal, dimana Dinas PUPR mengundang semua
stakeholder yang ada untuk mengikuti sosialisasi dengan melibatkan
tenaga ahli yang dapat memberikan penjelasan kepada semua peserta”.
(Hasil wawancara dengan AR pada tanggal 19 Februari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dimaksudkan agar semua

unsur yang terlibat dapat memahami segala ketentuan- ketentuan yang harus

dilaksanakan. Ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan dapat sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan serta juga yang dimaksudkan agar dapat

lebih awal mengurangi segala pelanggaran-pelanggaran yang berakibat

terhadap tidak bermanfaatnya suatu bangunan.

Selain hal tersebut juga didalam pengawasan preventif maka terlebih

dahulu dilakukan peninjauan lapangan terhadap dimana lokasi setiap

pekerjaan pembangunan jalan, seperti yang dikemukakan oleh Pengawas

Pemerintahan Inspektorat Kabupaten Barru sebagai berikut:


48

“Sebelum pengawasan pekerjaan jalan itu dilaksanakan maka terlebih


dahulu dilakukan peninjauan lapangan dimana lokasi suatu proyek
dilaksanakan yaitu berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan
masyarakat ini dimaksudkan agar sebelum PKK mengeluarkan surat
perintah kerja dan diketahui kondisi lapangan sehingga pada saat
berjalannya suatu kegiatan tidak terjadi penyimpangan”. (Hasil
wawancara dengan MP pada tanggal 5 Februari 2022)

Berdasarkan hasil pertanyaan tersebut di atas ini memberi indikasi

terhadap rendahnya resiko yang dapat timbul pada saat pelaksanaan

pekerjaan, karena dimana dengan melibatkannya pemerintah daerah

setempat serta masyarakat memberi dampak positif dimana pemerintah

setempat dan masyarakat yang terlibat didalam pengawasan pelaksanaan

pekerjaan. Selain hal tersebut juga masyarakat dapat memahami tujuan dari

pembangunan suatu jalan bahwa mereka dapat merasa memiliki dan pada

akhirnya juga dapat terlibat didalam pemeliharaan hasil pekerjaan.

Didalam pelaksanaan sosialisasi, dimana yang melibatkan semua

unsur terkait untuk memahami segala ketentuan-ketentuan yang

dilaksanakan didalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan infrastruktur

jalan. Seperti yang disampaikan oleh Pengelola Data Inspektorat Kabupaten

Barru bahwa:

“Sebelum kami melaksanakan suatu pekerjaan kami terlebih dahulu


mengikuti sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang dimana didalam sosialisasi tersebut kami
diberikan materi mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan
dengan baik agar hasil yang dicapai dapat terlebih dahulu bermutu”.
(Hasil wawancara dengan MA pada tanggal 19 Februari 2022)

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas diperoleh bahwa jenis

Pekerjaan umum dan Penataan Ruang didalam melaksanakan suatu kegiatan

pembangunan yang telah melaksanakan pengawasan lebih awal yang mana


49

dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi segala pelanggaran didalam

pelaksanaan pekerjaan jalan.

b. Rencana Kerja

Perencanaan kinerja Inspektorat Kabupaten Barru dimulai dengan

penetapan Renstra Inspektorat 2016-2021. Dalam renstra Inspektorat

menetapkan 2 (dua) tujuan yaitu :

1) Meningkatkan efektifitas pengawasan dan pembinaan terhadap

penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

2) Memenuhi dukungan operasional pelaksanaan tugas dan fungsi serta

pelaporan kinerja dan keuangan pada Inspektorat Daerah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan 3 (tiga) sasaran

strategis yang merupakan kondisi yang ingin dicapai oleh Inspektorat

Kabupaten Barru dalam lima tahun rencana strategisnya, yaitu :

a) Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan OPD

dan Auditii Lainnya

b) Terwujudnya sumber daya dan manajemen organisasi yang profesional

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Daerah

c) Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan keuangan pada Inspektorat

Daerah.

Dalam rangka mewujudkan manajemen pengawasan yang efektif,

transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, wajib bagi prangkat

daerah menetapkan perencanaan kinerja tahunan berupa Perjanjian Kinerja.

Penetapan Perjanjian Kinerja Inspektorat Tahun 2019 merupakan bentuk


50

perjanjian dari Inspektur Kabupaten Barru kepada Bupati Barru terkait

kinerja yang ditetapkan sebagai target selama tahun 2019. Penetapan

Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun

2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Pengaturan yaitu keputusan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh

pihak yang melakukan penyelenggara pembangunan infrastruktur jalan.

Pengawasan pembangunan jalan merupakan salah satu tugas kementrian

negara sesuai dengan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Republik Indonesia Nomor 25/ PRT/M/2017 Pasal (4) ayat (2) dan

(3) tentang pedoman umum pengawasan intern di Kementrian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat, disebutkan bahwa: (2) Inspektorat Jenderal

menyusun kebijakan pengawasan intern berdasarkan rencana strategis

Inspektorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai arahan

umum bagi penyelenggaraan pengawasan intern secara menyeluruh

terhadap setiap unit organisasi dan/ atau satuan kerja di kementrian, (2)

kebijakan pengawasan intern sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan

setiap tahun dengan maksud untuk memberikan arah, fokus, dan pilihan

prioritas dari pimpinan atas program dan kegiatam yang akan diawasi dan

mengacu pada rencana strategis Inspektorat Jenderal.


51

Selain bentuk sosialisasi dalam bentuk preventif, maka juga yang

menjadi perhatian khusus adalah mengenai penerbitan aturan pedoman

pengawasan intern. Ini dimaksudkan agar didalam pekerjaan suatu

infrastruktur jalan tidak berdampak terhadap suatu kerusakan suatu

lingkungan seperti halnya tidak merusak kawasan hutan, tidak

mempengaruhi terhadap berkurangnya sumber mata air serta tidak memberi

dampak negatif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada.

Selain itu juga bagaimana memberikan dampak positif terhadap

pemanfaatan ruang seperti yang dikemukakan oleh inspektur Kabupaten

Barru sebagai berikut:

“Dimana sebelum pelaksanaan pekerjaan suatu kegiatan maka terlebih


dahulu akan menjadi pedoman untuk pelaksanaan pengawasan dimana
yang menjadi pedoman pelaksanaan pengawasan yang menjadi acuan
baik aparat maupun rekanan serta juga menjadi acuan pihak
pengawasan baik pengawasan fungsional seperti yang dilakukan oleh
inspektorat maupun pengawas yang dilakukan Badan Pengawasan
Keuangan (BPK).” (Hasil wawancara dengan AR pada tanggal 19
Februari 2022).

Berdasarkan Pernyataan tersebut di atas dimaksudkan ada setiap

pembangunan jalan yang ada dapat menjadikan dampak positif terhadap

masyarakat keseluruhan dengan meningkatnya tingkat perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat serta lingkungan yang ada disekitarnya dapat

lestari dan memberikan kelangsungan hidup semua ekossitem yang tidak

terganngu seperti halnya ruang hijau serta keindahan penataan ruang yang

ada.

Selanjutnya mengenai penerbitan aturan pedoman pengawasan intern

dalam pekerjaan infrastruktur jalan diperlukan regulasi agar pembangunan


52

dapat berhasil guna dan beradaya guna dimana dalam regulasi penerbitan

aturan pedoman pengawasan intern sangat dibutuhkan agar setiap

pembangunan infrastruktur jalan mempunyai koneksitas antar wilayah

seperti halnya yang dijelaskan oleh Pengawas Pemerintahan Inspektorat

Kabupaten Barru yakni:

“Untuk lebih efektifnya suatu pengawasan sebagai pedoman dalam


pelaksanaan pekerjaan baik oleh aparat pengelola pelaksana maupun
oleh rakanan sebagai pihak ketiga didalam pelaksanaan pekerjaan
serta juga lebih lanjut menjadi acuan bagi aparat pengawasan untuk
melakukan audit terhadap pekerjaan jalan yang dilaksanakan seperti
halnya yang dilaksanakan oleh aparat pengawasan fungsional yaitu
Inspektorat Kabupaten dan juga menjadi acuan pemeriksaan oleh
Badan Pengawasan Keuangan (BPK) tiap tahunnya terhadap hasil
pekerjaan.” (Hasil wawancara dengan MP pada tanggal 5 Februari
2022).

Berdasarkan penyataan tersebut di atas dimaksudkan agar

dibuatkannya penerbitan aturan pedoman pengawasan intern adalah untuk

mempermudah didalam mengawasi setiap pekerjaan sebab dimana dengan

adanya pedoman aturan pengawasan maka telah jelas item-item yang harus

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan seperti halnya

rencana analisa biaya yang menjadi ketentuan yang harus dilaksanakan,

sehingga dengan adanya aturan pengawasan maka setiap stakeholder yang

terlibat harus benar- benar berpedoman yang telah ditetapkan.

Selain hal tersebut dengan dikeluarkannya beberapa pedoman aturan

mengenai pembangunan infrastruktur jalan dimaksudkan agar didalam

pelaksanaannya dapat berjalan sesuai ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan, dimana yang menjadi pedoman bagi setiap pelaksana baik untuk
53

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai institusi penanggung

jawab pelaksana proyek maupun konsultan pengawasan serta para rekanan.

c. Sumber Daya Manusia

Peranan Sumber Daya Manusia yang dibangun atau dikembangkan

melalui proses pembangunan dari SDM itu dapat dipertanyakan, apanya dari

SDM itu yang harus dibangun sehingga terwujud manusia seutuhnya atau

manusia yang berbobot atau yang berkualitas sesuai dengan hakikat dan

sasaran pengawasan proyek jalan yang ada di Kabupaten Barru dapat

berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Karena yang perlu

dibangun adalah daya yang berasal atau bersumber dari manusia itu ataukah

manusia yang menghasilkan daya itu yang harus dibangun atau

dikembangkan. Berikut adalah daftar pegawai Inspektorat Kabupaten Barru.

Tabel 4.1. Daftar nama pegawai Inspektorat Kabupaten Barru


No Nama Gol Jabatan
ABDUL RAHIM, S.IP,
1 IV/c Plt. Inspektur Kabupaten
M.Si
2 SUAIB, S.E IV/b Sekretaris
3 H. CAKRAWALA, S.T IV/b Irban Wil. I
4 Hj. SITTI MALWATI, S.E IV/b Auditor Ahli Madya pada Irban Wil. III
5 IRHAN, S.Sos IV/b Irban Wil. II
KARTINI ZAINI, S.E., Ak.,
6 III/d Irban Wil. III
M.Si., C.A
7 ABDUL HARIS TENG III/d Analis Tindak Lanjut LHP Irban Wil. II
8 ASNI, S.H III/d Kasubag. Umum dan SDM
9 HERMAN USMAN, S.T III/d Pengawas Pemerintahan Muda Irban Wil. III
10 HASRAWATI, S.T III/d Pengawas Pemerintahan Muda Wil. III
11 AZMIYAH, S.Sos III/d Pengawas Pemerintahan Muda Irban Wil. I
12 MUSFIRA, S.H III/d Pengawas Pemerintahan Muda Irban III
ANDI SUTRI MAOLA,
13 III/c Analis Tindak Lanjut LHP pada Irban Wil. III
S.STP
14 NURLIAH, S.Psi III/c Pengawas Pemerintahan Muda Irban Wil. I
15 IIS PRATIWI, S.E III/c Kasubag. Program dan Keuangan
16 NASRUL HALIM, S.E III/c Pengawas Pemerintahan Muda Irban Wil. II
RAHMAH MAGHFIRAH,
17 III/c Pengawas Pemerintahan Muda Irban Wil. II
S.Psi
18 MARDIANAH III/b Pengelola Data Temuan Irban Wil. II
54

19 RISWAN ARWIEN, S.E III/b Pengelola Data Temuan Irban Wil. I


Pengawas Pemerintahan Pertama pada Irban Wil.
20 Hj. HURAL AENI, S.Si III/b
I
21 KURNIA, S.Sos III/b Pengawas Pemerintahan Pertama Irban Wil. I
22 IDRIS, S.T III/b Auditor Pelaksana Lanjutan Irban Wil. II
Hj. A. MELANY Pengawas Pemerintahan Pertama pada Irban Wil.
23 III/b
PERTAMASARI, S.Sos I
24 SUPRIONO, S.T. III/b Analis Pengaduan Pemerintahan Irban Wil. II
25 LIRZAM ZALMAR, S.T III/a Pengawas Pemerintahan Pertama Irban Wil. III
MARWAN SYIHAB Pengelola Kepegawaian pada Sub. Bagian Umum
26 III/a
ILYAS, S.T. dan SDM
27 ZULFACHMY, S.STP III/a Analis Bidang Pengawasan pada Irban Wil. II
Pengelola Monev pada Sub. Bagian Program dan
28 IRFAN AS’AD, S.STP III/a
Keuangan
29 MASDANA, A.Md.Pi. III/a Bendahara Pengeluaran
30 SUARDI, S.T. III/a Analis Tindak Lanjut LHP  pada Irban Wil. I
MUHAMMAD MUFTI Pengelola Program Kegiatan Sub. Bagian
31 III/a
ABYAN, S.STP Program dan Keuangan
32 MUHAMMAD RIJAL, S.T III/a Pranata Barang dan Jasa
Pengelola Laporan Keuangan pada Sub. Bagian
33 BURHAN, S.E III/a
Program dan Keuangan
34 PRATIWI, S.M III/a Pengelola Gaji
SURYA JAYA H.M., Teknisi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana pada
35 III/a
A.Md. Sub. Bagian umum dan SDM
Pengadministrasian Umum pada Sub. Bagian
36 AGUS RIANTO II/d
Umum dan SDM
Sumber : Data Pegawai Inspektorat Barru 2022.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah pegawai

Inspektorat Kabupaten Barru berjumlah 36 orang dengan latar belakang

pendidikan dan golongan yang berbeda-beda. Menurut Hasibuan (2003)

Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya

fisik yang dimikiki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan

dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan

untuk memenuhi kepuasannya. Sumber Daya Manusia atau man power di

singkat SDM merupakan yang dimiliki setiap manusia. SDM terdiri dari

daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap

manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. SDM atau manusia
55

menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Sebagaimana

yang dikatakan oleh Inspektur Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa :

“Untuk sumber daya manusia yang ada di Inspektorat khususnya


dalam hal pengawas memiliki tingkat pendidikan yang sangat
memadai dalam persoalan pengawasan” (Hasil wawancara dengan AR
pada tanggal 19 Februari 2022).

Senada yang dikatakan oleh Ketua LSM LIRA yang mengatakan

bahwa :

“Sumber daya manusia yang ada di Inspektorat telah sesuai tugas dan
tanggungjawabnya sehingga mereka lebih paham dengan apa-apa
yang ada dilakukan dalam melakukan pengawasan terutama
pengawasan proyek jalan karena adanya tenaga ahli yang ada dengan
status pendidikan sarjana teknik sipil profesi struktur bangunan”
(Hasil wawancara dengan HR pada tanggal 19 Februari 2022).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat SDM

yang ada di Inspektorat Kabupaten Barru tidak terlepas perhatian

pemerintah terhadap kualitas aparatur untuk melaksanakan tugasnya dalam

pengawasan proyek jalan di Kabupaten Barru sudah maksimal, melihat

tingkat sumber daya manusia yang ada di Inspektorat Barru ketersediaan

sudah cukup dengan latar belakang pendidikan yang memadai sesuai dengan

keahliannya khususnya dalam pengawasan proyek jalan. Karena pada

dasarnya tingkat keberhasilan pengawasan jalan yang ada di Kabupaten

Barru tergantung pada kualitas SDM aparatur yang menangani pengawasan

jalan tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu Pengawas

Pemerintahan Inspektorat Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa :

“Untuk masalah sumber daya manusia dalam lingkup Inspektorat


tidak diragukan lagi karena disiplin ilmu yang mereka miliki telah
sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan
sehingga tidak ada hal-hal yang bisa keluar dari koridor atau sistem
56

yang telah ditetapkan oleh Inspektorat” (Hasil wawancara dengan MP


pada tanggal 5 Februari 2022).

Penjelasan diatas sangat jelas bahwa inspektorat kabupaten Barru

sangat memperhatikan keikutsertaan sumber daya manusia dalam proses

pengawasan proyek jalan dengan ilmu yang di milikinya sebagai aparatur

pemerintah Inspektorat Kabupaten Jeneponto, karena dengan berperannya

SDM dalam pengawasan proyek jalan, maka pengawasan proyek jalan yang

dilakukan akan lebih muda. Karena SDM sedikit banyaknya mengetahui

bagaimana pengawasan proyek jalan. SDM memiliki peran yang sangat

penting dalam usaha pengawasan proyek jalan, khususnya proyek jalan

yang ada di Kabupten Barru.

2. Pengawasan Represif

Pengawasan yang bersifat represif adalah memperbaiki kesalahan yang

telah terjadi sehingga dikemudian hari jangan sampai terulang lagi. Dilakukan

melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat

(inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya. Adapun unsur-unsur

yang menjadi sasaran pokok didalam pengawasan represif meliputi:

a. Post audit

Dalam penelitian ini yaitu proses pengumpulan dan mengevaluasi

bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat

kesesuaian antara informasi yang didapat dengan kriteria yang telah

ditetapkan dalam pengawasan pembagunan proyek jalan di Kabupaten

Barru. Laporan pelaksanaan proyek jalan merupakan pengumpulan dan


57

memproses data di lapangan mengenai mekanisme suatu proyek jalanan

yang merupakan tugas dari pengawas lapangan dan konsultan pengawas.

Dalam setiap laporan-laporan pengawasan, tercantum pelaksanaan

proyek jalan sampai penyelesaiannya apakah sesuai rencana dan waktu

penyelesaian maka dari itu proses pengawasan sangat penting dilakukan.

Hal ini berkaitan dengan sesuai tidaknya sebuah laporan-laporan dengan

aturan-aturan yang telah ditentukan termasuk di dalamnya spesifikasi

teknik. Oleh karena itu, proses dalam pembuatan laporan-laporan

pengawasan mutlak dilaksanakan untuk menghindari terjadinya

penyimpanganpenyimpangan terhadap aturan yang ada. Dalam membuat

laporan-laporan pengawasan proyek jalan inspektorat yang melakukan

proses pengawasan diharuskan selalu melakukan koordinasi dengan pihak-

pihak terkait sehubungan dengan proses pelaksanaan dilapangan. Berikut

adalah data tender proyek jalan tahun 2019 di Inspektorat Kabupaten Barru.

4.2. Data Tender Proyek Jalan Tahun 2019


Tanggal
No Proyek SKPD Penyedia Nilai Kontrak
Pengumuman
1 Peningkatan Jalan
Ruas Pacciro - DPUPR CV.NONMAR 18/11/2019 Rp.1.133.714.566,32
Waesai
2 Peningkatan Jalan PT.JENIFER
Ruas Lakonrae - DPUPR UTAMA 14/11/2019 Rp 3.042.200.000,00
Tompo MANDIRI
3 Peningkatan Jalan CV. MEGA JAYA
DPUPR 14/11/ 2019 Rp 2.265.300.000,00
Ruas Ralla - Bette PRATAMA
4 Peningkatan Jalan
PT.DIEGO PUTRA
Hotmix Kota DPUPR 14 /11/ 2019 Rp 3.662.500.000,00
KONSTRUKSI
Kecamatan Barru
5 Peningkatan Jalan
Ruas Tabba Batue ASWINDO
DPUPR 14 /11/ 2019 Rp 4.577.900.000,00
- Cempae (Jalan PUTRA MANDIRI
Pendidikan)
6 Peningkatan Jalan PT.VALANTEY
Ruas Palanro - DPUPR KONSTRUKSI 14 /11/ 2019 Rp 2.681.000.000,00
Lanrae INDONESIA
58

7 Peningkatan Jalan PT. KILAT


Ruas Cilellang - DPUPR KARYA 14 /11/ 2019 Rp 6.414.300.000,00
Cengkenge KONSTRUKSI
8 Peningkatan Jalan CV.MARAJA
DPUPR 14 /11/ 2019 Rp 381.566.000,00
Pucue KONSTRUKSI
9 Peningkatan Jalan
Ruas Mareto - PT RATU
DPUPR 14 /11/ 2019 Rp 2.770.295.000,00
Baramase/Salomo LINGGA JAYA
ni
10 Peningkatan Jalan
ASWINDO
Ruas Barantang - DPUPR 14 /11/ 2019 Rp 4.275.200.000,00
PUTRA MANDIRI
Pattanronge
11 Peningkatan Jalan PT. UTARI
Ruas Lawallu - DPUPR PRIMA 14 /11/ 2019 Rp 4.582.000.000,00
Tanrabalana SEJAHTERA
12 Peningkatan Jalan
PT RATU
Ruas Limpo - DPUPR 14 /11/2019 Rp 3.830.000.000,00
LINGGA JAYA
Lappadare/Tille
13 Peningkatan Jalan
(Pelebaran) Ruas CV.REZKY
DPUPR 30 /10/ 2019 Rp 1.653.000.000,00
Takkalasi - PRATAMA
Tompo
14 Peningkatan Jalan
Pasar Ajjakkang CV. MUDA
DPUPR 25 /9/ 2019 Rp 1.321.500.000,00
Ruas Kiru-Kiru - BERKARYA 888
Ajjakkang
15 Peningkatan Jalan
CV.AMMANULL
Ruas Toe - DPUPR 25 /9/2019 Rp 2.431.410.000,00
AH AFLAH
Ceppaga
16 Peningkatan Jalan
(Pelebaran) Ruas DPUPR PT.DIEGO PUTRA 05 /9/2019 Rp.2.803.425.000,00
Lakonrae
17 Peningkatan Jalan
CV. MEGA JAYA
Ruas Soreang - DPUPR 25 /9/2019 Rp 2.408.999.000,00
PRATAMA
Aroppoe
18 Peningkatan Jalan
CV. LAJAE
Ruas Limpo - DPUPR 25 /9/2019 Rp 2.077.824.000,00
PUTRA
Lappadare
19 Peningkatan Jalan
Ruas Kota
CV. MEGA JAYA
Kecamatan DPUPR 03 /5/2019 Rp 1.859.417.000,00
PRATAMA
Barru / Lembae -
Coppo
20 Peningkatan Jalan PT.VALANTEY
Ruas Bulu Dua - DPUPR KONSTRUKSI 03 /5/2019 Rp.9.952.498.000,00
Ampiri INDONESIA
Sumber : LKIP Inspektorat Barru 2019.

Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi

karena dalam suatu organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan

merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya


59

hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi baik yang berupa

hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama karyawan yang

terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem delegation of

authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara effektif dan

efisien.

Kerja sama diantara atasan bawahan bisa dilakukan, dibina melalui

komunikasi baik komunikasi yang berbentuk lisan maupun tulisan (laporan).

Agar laporan tersebut bisa efektif mempunyai syarat-syarat yang perlu

dipenuhi demi terbentuknya laporan yang baik maka seseorang perlu

mengetahui secara baik bagaimana pembuatan format laporan yang

sempurna. Sehingga dengan laporan yang terformat bagus akan bisa

bermanfaat baik dalam komunikasi maupun dalam mencapai tujuan. Hal-hal

yang perlu dilaporkan oleh pihak pengawas adalah kemajuan pekerjaan, apa

saja kegiatan yang berlangsung, laporan harian tentang proyek jalan serta

kemajuan dari kegiatan proyek jalan. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Inspektut Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa:

“Laporan-laporan pengawasan yaitu serah terima lapangan dari pihak


proyek kepihak rekanan, pemeriksaan kondisi awal lapangan apakah
sesuai dengan perencanaan atau tidak, jika sesuai pekerjaan
dilanjutkan, jika tidak sesuai maka dibuatkan berita acara perubahan
dan sop drawing” (Hasil wawancara dengan AR pada tanggal 19
Februari 2022).

Senada dengan yang dikatakan oleh Pengawas Pemerintahan

Inspektorat Kabupatenn yang mengatakan bahwa :

“Pelaksanaan pekerjaan diawasi oleh pengawas lapangan dan


konsultan pengawas dimana setiap bulan dilaporkan pekerjaannya,
saat pekerjaan selesai dilakukan serah terima dari pihak rekanan
60

kepihak proyek melalui tim serah terima (profisional hand over)”


(Hasil wawancara dengan MP pada tanggal 5 Februari 2022).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peran

pengawas lapangan dan konsultan pengawas dalam hal laporan-laporan

pengawasan dengan melakukan beberapa cara yaitu adanya serah terima

lapangan dari pihak proyek ke pihak rekanan serta pemeriksaan kondisi

awal yang ada dilapangan akan dibuatkan sebuah laporan pengawasan

proyek jalan yang dimana laporan-laporan yang dibuat diawasi oleh

pengawas lapangan dan konsultan setiap bulan dilaporkan pekerjaannya

melalui tim serah terima.

Selama proses laporan pengawasan berlangsung, pengawas harus

selalu mencatat semua kejadian yang berlangsung di lapangan pada lembar

Laporan Harian yang menjadi laporan pengawas yang akan diserahkan

kepada atasan. Setelah itu dilanjutkan dengan mengisi Laporan Mingguan.

Laporan harus selalu dibuat untuk mengetahui dengan pasti volume yang

telah dicapai, sehingga dapat dipantau perkembangan dari dari pekerjaan

tersebut. Apapun yang terjadi di lapangan yang berhubungan dengan

pekerjaan, wajib dikoordinasikan dengan anggota direksi yang lain termasuk

dengan ketua direksi dan Pejabat Pembuat Komitmen yang membidanginya.

Dalam hal ini pengawasan yang dilakukan oleh pihak kontraktor dilakukan

setiap hari dan dari pihak pemerintah dilakukan tiga kali dalam seminggu.

Sebagaimana hasil wawancara dengan masyarakat yang mengatakan bahwa:

“Dilakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan tersebut apakah sudah


memenuhi panjang, lebar tebal dan volume besaran perangkap
lainnya, hal itu dibuktikan dengan berita acara pekerjaan dan berita
61

acara kemajuan pekerjaan serta berita acara serah terima satu dalam
tengang waktu serah terima satu dan serah terima dua (final) ada
tanggung jawab rekanan untuk tetap memelihara pekerjaannya” (Hasil
wawancara dengan MS pada tanggal 20 Februari 2022).

Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peran

inspektorat dalam membuat laporan-laporan pengawasan sudah tersusun

secara sistematis sesuai dengan laporan-laporan yang ada dilapangan

mengenai proyek jalan yang ada di Kabupaten Barru yang disesuaikan

dengan apa yang ada dikontrak atau rencana anggaran belanja sesuai dengan

proses kerja yang terjadi dilapangan. Dimana laporan adalah suatu bentuk

penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun

pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan

kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung

jawab (responsibility) yang ada antara mereka.

b. Inspeksi

Pada dasarnya pemantauan rutin proyek jalan adalah proses

pengawasan proyek jalan agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan

rencana. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang bisa melakukan

pemantauan rutin, dalam hal ini sistem tersebut sudah ada, tinggal

bagaimanakah memantau proyek jalan tersebut agar bisa berjalan sesuai

dengan rencana. Proses ini melibatkan pengawas lapangan dan konsultan

pengawas yang saling bekerja sama.

Dalam pemantauan rutin jalan di Kabupaten Barru yang terdiri dari

project, material yang digunakan dan aktifitas pekerjaan proyek jalan.

Penganalisaan data dilakukan sesara kualitatif dimana yang dianalisa adalah


62

data kemajuan dengan jadwal perencanaan. Hasil dari penelitian ini

diharapkan bisa mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki

dan menjaga kinerja yang sudah baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh

inspektur Kabupaten Barrru yang mengatakan bahwa :

“Dalam melakukan pemantauan proyek jalan ini harus sesuai apa yang
diharapkan tetapi sebagian lagi belum bisa terakomodir dengan baik
namun kami sebagai pengawas pemerintah terutama keuangan daerah
harus benar-benar bersih dalam pengelolaanya dalam pembangunan
jalan di kabupaten Barru” (Hasil wawancara dengan AR pada tanggal
19 Februari 2022).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peran

inspektorat dalam melaksanakan perannya dalam hal obyek pengawasan di

Kabupaten Barru sudah berjalan dengan baik dlam mengawasi APBD.

Pelaksanaan pekerjaan obyek pengawasan proyek jalan dilakukan

sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi

langsung konsultan pengawas dari Pekerjaan Umum serta Inspektorat.

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan

spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen

kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau

petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan

sesuai dengan keinginan pemilik proyek. Sebagaimana yang dikatakan oleh

masyarakat yang mengatakan bahwa :

“Dari pengamatan saya, pemerintah dalam hal ini Inspektorat belum


maksimal dalam melakukan pemantauan rutin proyek jalan di
Kabupaten Barru karena saya liat dari pihak kontraktor tidak rutin
memantau yang semestinya tiap hari melakukan pengecekan tentang
kemajuan pekerjaan, jalan yang sudah diperbaikipun sudah mengalami
kerusakan akibat cara pekerjaannya yang tidak maksimal sehingga
63

jalan cepat berlubang” (Hasil wawancara dengan MS pada tanggal 20


Februari 2022).

Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peran

Inspektorat dalam melaksanakan pemantauan rutin proyek jalan tidak

optimal yang seharusnya dari pihak kontraktor melakukan pemantauan

setiap hari dan dari pihak pekerjaan umum tiga kali dalam seminggu, hal

tersebut diakibatkan karena alat-alat yang digunakan biasa mengalami

kerusakan dan faktor cuaca yang tidak menentu sehingga sebagian besar

masih ada jalan yang belum mengalami pengerjaan, sehingga masyarakat

yang menggunakan jalan tersebut mengalami kesulitan karena harus

melewati jalan yang rusak akibat belum terpantaunya dengan baik proyek

jalan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sujamto (2001) Pengawasan adalah

segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang

sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan

yang semestinya atau tidak. Pemantauan adalah kegiatan mengumpulkan

informasi secara rutin, sistematis sesuai dengan rencana.

C. Pembahasan

Pengawasan ini pada dasarnya menekankan langka-langkah pembenahan

atau koreksi yang objektif jika terjadi perbedaan atau penyimpangan antara

pelaksanaan dengan perencanaannya. Dalam makna ini pengawasan juga

berarti mengarahkan atau mengoordinasikan suatu kegiatan agar pemborosan

sumber daya dapat di hindari.

Pengawasan jalan di Kabupaten Barru adalah suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan dan pengembangan


64

jalan. Di dalam melakukan pengawasan jalan di Kabupaten Bone inspektorat

khususnya dalam pelaksanaan pembangunan jalan untuk menjaga kualitas

pekerjaan jalan agar bermutu dan dapat dimanfaatkan sesuai perencanaan yang

ingin dicapai. Sesuai hasil penelitian yang telah dipaparkan maka untuk

menjaga kualitas jalan yang ada di Kabupaten Barru, maka ada 2 jenis

pengawasan yang dilakukan yaitu:

1. Pengawasan Preventif

Berdasarkan teori pengawasan sebagaimana yang dipaparkan oleh

beberapa para ahli maka pada dasarnya pengawasan itu adalah sebagai suatu

proses penentuan apa yang menjadi hal standar yang harus dicapai yang

mana dimulai dari proses pelaksanaan penilaian pekerjaan dan bahkan pada

perbaikan-perbaikan terhadap penyimpangan yang tidak sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan. Dari arti perencanaan tersebut maka

diketahui ada jenis-jenis pengawasan yang harus dilaksanakan seperti

halnya pengawasan preventif yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum

pekerjaan itu dimulai yang mana dimaksudkan untuk menjaga agar tidak

terjadi penyimpangan pada saat pelaksanaannya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui

bahwa dalam proses pelaksanaan pengawasan preventif terhadap pekerjaan

pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Barru yang dilaksanakan

oleh Inspektorat sebagai institusi pengawas telah dilakukan berbagai upaya

yang mana meliputi melakukan kegiatan sosialisasi terhadap seluruh

ketentuan-ketentuan yang menjadi petunjuk teknis didalam pelaksanaan


65

kegiatan pembangunan jalan seperti halnya melakukan rapat terhadap semua

stakeholder tentang apa yang harus dilaksanakan sesuai perencanaan yang

dibuat oleh konsultan perencana serta memberikan pemahaman awal betapa

pentingnya tujuan dari pada pembangunan jalan itu sendiri sehingga pada

nantinya dapat meminimalisasi pelanggaran yang terajdi.

Walaupun demikian telah dilaksanakan berbagai upaya didalam

pengawasan masih terjadi pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan

hasil perencanaan yang telah ditetapkan. Selain sosialisasi sebagai bentuk

pengawasan preventif juga dilakukan terhadap bagaimana rencana kerja

pengaturan perizinan yang menjadi kewajiban setiap rekanan untuk dipenhi

sebelum melakukan pekerjaan. Adapun bentuk-bentuk aturan pedoman

pengawasan yang menjadi kewajiban dan harus dipenuhi sebelum

melaksanakan suatu pekerjaan adalah izin mendirikan bangunan ini

dimaksudkan agar seluruh pembangunan jalan yang dilaksanakan dapat

bersesuaikan dengan penataan ruang yang ada di Kabupaten Barru.

Selanjutnya dalam penerbitan pedoman aturan pengawasan agar

pembangunan jalan dilaksanakan tidak memberikan dampak negatif

terhadap lingkungan, maka rekanan diwajibkan mengurus izin analisis

dampak lingkungan bagi pembangunan jalan yang berskala besar,

sedangkan pembangunan jalan yang berskala kecil hanya diwajibkan

mengurus SPPL.
66

2. Pengawasan Represif

Pengawasan represif merupakan pengawasan yang dilakukan ketika

alur aktivitas sudah selesai atau dengan kata lain pengawasan yang

dilakukan pasca setelah kebijakan itu ditetapkan. Secara teknis dilakukan

mengenai kinerja audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan

pekerjaan. Dalam kinerja auditor sebagai pelaksana pengawasan represif

diketahui adanya ketidakberesan dalam pelaksanaan aktivitas. Pengawasan

represif menurut Bohari (1992) dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan

dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang

direncanakan. Pengawasan ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah

kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan ini telah mengikuti kebijakan

dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Adapun teknik pengawasan represif menurut Sitomorang (1994)

adalah teknik pengawasan yang dilakukan melalui pos-audit dengan

pemeriksaan atas pelaksanaan di tempat (inspeksi), meminta laporan

pelaksanaan atau sebagainya. Pengawasan yang dilakukan dengan cara

pengujian dan penelitian terhadap surat- surat pertanggungan jawab disertai

bukti-buktinya mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Laporan pelaksanaan proyek jalan merupakan pengumpulan dan

memproses data dilapangan melalui mekanisme suatu proyek jalanan yang

merupakan tugas dari pengawas lapangan dan konsultan pengawasan.

Dalam setiap laporan-laporan pengawasan, tercantum pelaksanaan proyek

jalan sampai penyelesaiannya sudah sesuai dengan rencana dan waktu


67

penyelesaian pekerjaan jalan yang telah direncakan sebelumnya. Oleh

karena itu, proses dalam pembuatan laporan-laporan pengawas mutlak

dilaksanakan untuk mengihindari penyimpangan-penyimpangan terhadap

aturan yang ada. Dalam membuat laporan-laporan pengawasan proyek jalan

Inspektorat yang melakukan proses pengawasan diharuskan selalu

melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait hubungan dengan proses

pelaksanaan dilapangan.

Berdasarkan teori pengawasan tersebut diatas, maka pada dasarnya

pengawasan represif ini dapat dilakukan pada saat pekerjaan dimulai sampai

selesai sebagaimana yang dilaksanakan oleh Inspektorat di Kabupaten

Barru. Dalam proses pengawasan represif langkah-langkah yang dilakukan

sebagaimana yang telah dipaparkan pada pembahasan hasil penelitian, yaitu

setiap saat melakukan monitoring baik oleh aparat inspektorat maupun

konsultan pengawas yang telah ditunjuk dengan memberikan teguran secara

lisan, apabila ada rekanan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan

petunjuk pelaksanaan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui

bahwa Inspektorat untuk menjamin kelancaran suatu pembangunan jalan

maka langkah selanjutnya yang diambil adalah teguran tertulis kepada pihak

rekanan yang tidak mengindahkan teguran secara lisan, ini di maksudkan

sebagai salah satu syarat dan prosedur didalam bentuk pengawasan atas

suatu pekerjaan.
68

Dalam suatu proses pengawasan represif juga dapat dilakukan atas

temuan- temuan terhadap hasil pekerjaan baik melalui laporan oleh para

rekanan maupun laporan konsultan pengawas yang mana menjadi dasar

pelaksanaan audit terhadap hasil pekerjaan yang ada. Dari laporan dan hasil

audit yang diterima sebagaimana yang dilakukan oleh Inspektorat

Kabupaten Barru, maka bila terjadi adanya pekerjaan dari suatu rekanan

yang tidak sesuai dengan perencanaan maka dilakukan pemberian sanksi.

Adapun sanksi-sanksi yang diberikan adalah berupa perbaikan

kembali yang tidak sesuai dengan RAB (Rencana Analisa Biaya) kemudian

penambahan volume atas kekurangan pekerjaan serta pemberian denda

terhadap rekanan yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan

jadwal kontrak yang telah ditentukan. Sedangkan proses akhir dari

pengawasan represif adalah pengambilan tindakan terhadap rekanan yang

tidak mematuhi segala ketentuan didalam pelaksanaan pembangunan jalan.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang, dimana memberikan tindakan berupa blacklist terhadap perusahaan

sehigga tidak lagi dapat mengikuti proses pelelangan pekerjaan selanjutnya.

Didalam proses pelaksanaan pengawasan terhadap pembangunan

infrastruktur jalan di Kabupaten Barru baik mulai dari perencanaan

penganggaran pelaksanaan maupun audit terhadap hasil akhir pelaksanaan

suatu kegiatan pembangunan jalan maka ada beberapa hal yang menjadi

faktor-faktor penghambat sehingga didalam proses pengawasan sering

terjadi keterlambatan didalam pembuatan laporan. Adapun faktor-faktor


69

tersebut meliputi; sering terjadinya keterlambatan rekanan membuat laporan

hasil pekerjaan, sering terjadi rekanan melaksanakan pekerjaan tidak sesuai

dengan skejul, serta terbatasnya peralatan yang dimiliki oleh rekanan.

Faktor-faktor tersebut diatas adalah merupakan kendala yang dihadapi

dalam melaksanakan pegawasan terhadap pekerjaan pembangunan jalan di

Kabupaten Barru.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada pembahasan terdahulu

maka ada beberapa hal yang menjadi suatu kesimpulan antara lain:

1. Pengawasan preventif infrastruktur jalan pada Inspektorat Kabupaten Barru

sudah cukup maksimal, terutama dilihat dari tanggapan informan mengenai

penerbitan aturan pedoman pengawasan intern serta dalam melakukan

sosialisasi sudah mengupayakan kelancaran pelaksanaan pembangunan jalan

sesuai dengan ketentuan sumber daya yang telah ditetapkan.

2. Pengawasan represif preventif infrastruktur jalan pada Inspektorat

Kabupaten Barru belum maksimal karena pihak rekanan sering terlambat

dalam membuat laporan hasil pekerjaan di lapangan serta sering terjadi

pekerjaan jalan tidak sesuai dengan skejul yang telah ditetapkan.

B. Saran

1. Untuk itu diharapkan kepada pihak Inspektorat Kabupaten Barru untuk

meningkatkan koordinasi dan bimbingan terhadap setiap rekanan agar dapat

membuat laporan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

2. Diharapkan agar dalam pembuatan skejul benar-benar diperhitungkan

jadwal hari yang memungkinkan untuk dicapai serta pihak inspektorat

memberikan peringatan yang keras bagi rekanan yang tidak bekerja sesuai

dengan skejul yang tidak ditentukan.

70
DAFTAR PUSTAKA

Abdulhalim, I. (2009). Polarization independent birefringent Fabry–Perot etalon


having polarization conversion mirrors. Optics communications, 282(15),
3052–3054.
Adisasmita, R. (2011). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.
Yogyakarta: Graha Ilmu Aksara.
Antika, E. D. (2016). Peran pengawasan pemimpin dalam meningkatkan
kedisiplinan kerja karyawan Administrasi Keuangan Dan Umum (AKU) PT.
Perkebunan Nusantara XI Unit Usaha PG. Semboro Jember. (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Arifin, N. (2017). Manajemen Sumberdaya Manusia: Teori Dan Kasus. Unisnu
Press.
Delvi, S. Y. (2010). Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan
dan Pengawasan pada PT. Perkebunan Nusantara V Bukit Selasih-Riau.
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Dessy, N. N. (2017). Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Daerah
Terhadap Penggunaan Dana Desa di Kabupaten Pesawaran. Universitas
Lampung
Febriana, K. D., & Remaja, I. N. G. (2017). Peranan dan Pengaruh Inspektorat
Kabupaten Buleleng dalam Pemeriksaan Terhadap Temuan Yang Tidak
Ditindaklanjuti Pada Pemerintah Kabupaten Buleleng. Kertha Widya, 5(2).
Halim, A., & Hanafi, M. M. (2009). Analisis Laporan Keuangan.
Harahap, S. S., & Yusuf, M. (2010). Akuntansi perbankan syariah. LPFE Usakti.
Ismed, I., Andri, S., & Rusli, Z. (2018). Kinerja Auditor Inspektorat Dalam
Fungsi Pengawasan Anggaran. JIANA (Jurnal Ilmu Administrasi Negara),
14(4), 489-493.
Kasman, F. M. (2017). Pelaksanaan dan Pertanggung Jawaban APBD terhadap
Pengelolaan Keuangan Daerah. Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu
Hukum, 6(2).
Mamesah, E. (2010). Penggunaan Hak Ingkar Notaris Menurut Undang-Undang
Jabatan Notaris (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Matei, A. M., Karamoy, H., & Lambey, L. (2017). Optimalisasi Fungsi
Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah di Kabupaten Kepulauan
Talaud. JURNAL RISET AKUNTANSI DAN AUDITING" GOODWILL, 8(1).
Munir, M. A. (2010). Analisis biaya-volume-laba pada koperasi wanita serba
usaha Setia Budi Wanita Malang 1990-2004. Analisis biaya-volume-laba

71
72

pada koperasi wanita serba usaha Setia Budi Wanita Malang


1990-2004/Muhammat Abdul Munir.
Nurfaidah, N. (2018). Efektivitas Pengawasan Keuangan Daerah Pada Pemerintah
Kota Makassar. Jurnal BISNIS & KEWIRAUSAHAAN, 7(4).
Nasution, D. A. D., Ramadhan, P. R., & Barus, M. D. B. (2019). Audit Sektor
Publik: Mahir dalam Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Uwais Inspirasi Indonesia.
Rochmaniar, I., & Musta’in, M. M. (2018). Analisis Pengawasan Inspektorat
Kabupaten Jombang Terhadap Penggunaan Anggaran Keuangan Desa.
Journal of Public Power, 2(1), 24-31.
Ronalyw, (22 Desember 2018). Inspektorat: Ada temuan Rp 900 Juta. Berita Kota
Makassar. Diperoleh dari http://www.beritakotamakassar.com
Satriadi, D. (2016). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru. Jurnal Benefita, 1(3), 123-133.
Setiawan, H., & Putro, T. S. (2013). Optimalisasi fungsi inspektorat dalam
pengawasan keuangan daerah. Jurnal Kebijakan Publik, 4(2), 129-134.
Sumarsono, S. (2005). Manajemen Keuangan Pemerintah. Jakarta: Graha Ilmu.
Wardhani, S. C. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Williams, C. P. (2010). Explorations in quantum computing. Springer Science &
Business Media.
Wulandari, P. A., & Iryanie, E. (2018). Pajak daerah dalam pendapatan asli
daerah. Deepublish.
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Barru Nomor 13 Tahun 2013 Perubahan
atas Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Barru
Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara
Undang-Undang Dasar No. 32 tahun 2003 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai