Anda di halaman 1dari 96

SKRIPSI

KEDISIPLINAN KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN


BONTOALA KOTA MAKASSAR

Oleh:

NUR AZIZAH NOVITASARI IBRAHIM

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11088 16

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
SKRIPSI

KEDISIPLINAN KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN


BONTOALA KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan diusulkan oleh:

NUR AZIZAH NOVITASARI IBRAHIM

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 11088 16

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN HASIL

ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM

HALAMAN PENERIMAAN TIM

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Nur Azizah Novitasari Ibrahim

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11088 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil

dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 27 Agustus 2020

Yang Menyatakan,

Nur Azizah Novitasari Ibrahim

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk mampu

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Kedisiplinan Kerja Pegawai di

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar”. Berbagai kendala yang dihadapi

dalam penyelesaian tugas akhir ini dapat menjadi proses pembelajaran dan

pengalaman bagi penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-

banyaknya kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan secara moril dan

material, serta kepada Bapak Abdul Kadir Adys, S.H., M.M selaku pembimbing

1 sekaligus Penasehat Akademik dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si selaku

pembimbing 2 atas waktu luangnya yang telah diberikan disela-sela kesibukannya

untuk memberikan bimbingan dan pengantaran mulai dari perumusan judul,

penyusunan proposal, hingga terselesaikannya skripsi ini. Rasa terima kasih juga

diberikan kepada pihak-pihak yang turut membantu dan memberi pengaruh positif

kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orang tua tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan

dan kasih sayang kepada penulis sehingga mampu ke tahap penyelesaian

skripsi ini dan mencapai gelar sarjana.

v
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar atas segala bimbingan yang telah diberikan

selama ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku perkuliahan.

5. Bapak Camat Bontoala Kota Makassar Syamsul Bahri, S.IP beserta staf

kecamatan yang telah membantu dan memberikan izin penelitian kepada

penulis.

6. Kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

teman-teman mahasiswa seperjuangan khususnya kelas ADN C yang tidak

sempat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima

kasih semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan dan pahala

kepada kalian semua.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi

setiap manusia mampu melakukan gerak penyempurna. Oleh karena itu dengan

kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

referensi hidup di masa depan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap skripsi

ini memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada semua pihak. Semoga Allah

SWT memberikan pahala yang berlimpah atas segala kebaikan kepada kita semua.

Aamiin.

Makassar, 27 Agustus 2020

Nur Azizah Novitasari Ibrahim

vii
ABSTRAK

Nur Azizah Novitasari Ibrahim, Abdul Kadir Adys dan Adnan Ma’ruf.
Kedisiplinan Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar.
Kedisiplinan kerja harus dibentuk untuk dapat memaksimalkan kinerja
seorang aparatur dalam sebuah instansi. Untuk mencapai kinerja yang baik
diperlukan disiplin kerja yang merupakan salah satu faktor pendukung kinerja
sumberdaya berkualitas. Tingkat kedisiplinan kerja mampu mempengaruhi
kualitas kinerja sehingga penting untuk mempertahankan disiplin kerja agar
tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai dengan maksimal
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedisiplinan pegawai dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan pegawai di Kantor Kecamatan
Bontoala Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif desktiptif
dengan memperoleh data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
langsung di lapangan.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan kerja di Kantor
Kecamatan Bontoala Kota Makassar belum terlaksana dengan baik dilihat dari
indikator kedisiplinan kerja yang meliputi: (1) Ketepatan waktu pegawai di
Kantor Kecamatan Bontoala belum cukup baik dan harus ditingkatkan lagi (2)
Penggunaan alat-alat kantor oleh pegawai sudah cukup baik dan telah digunakan
sesuai dengan fungsinya guna mendukung pelayanan yang optimal (3) Tanggung
jawab pegawai terhadap pekerjaan yang diberikan sudah cukup baik sesuai
dengan prosedur yang berlaku (4) Ketaatan terhadap aturan kantor belum
maksimal dilihat dari masih ada beberapa pegawai yang sering melanggar
terutama aturan jam kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja di
Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar meliputi sikap dan kesadaran,
keteladanan pimpinan, pengawasan dan sanksi.
Kata kunci: Disiplin kerja, Pegawai

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang. ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 7
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 9


A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 9
B. Teori dan Konsep Disiplin Kerja ................................................................... 11
C. Kerangka Pikir ............................................................................................... 22
D. Fokus Penelitian ............................................................................................. 23
E. Deskripsi Fokus Penelitian............................................................................. 24

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 25


A. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 25
B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................... 25
C. Sumber Data ................................................................................................... 26
D. Informan Penelitian ........................................................................................ 26
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 27
F. Teknik Keabsahan Data ................................................................................. 28
G. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 28

ix
x

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 30
B. Kedisiplinan Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala ........................ 42
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kerja Pegawai Di Kantor
Kecamatan Bontoala ...................................................................................... 64

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 72


A. Kesimpulan .................................................................................................... 72
B. Saran .............................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian.................................................................. 27


Tabel 4.2 Luas Kelurahan, Jumlah RT/RW, KK dan Penduduk ........................ 32
Tabel 4.3 Rekapitulasi Absen Januari-Juni Tahun 2020..................................... 47
Tabel 4.4 Sanksi Tidak Masuk Kerja Tanpa Keterangan ................................... 69

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Bontoala Kota Makassar ...................................... 30


Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Bontoala ........................... 41
Gambar 4.3 Jadwal Absensi Pegawai dan Alat Face Scan ................................. 46
Gambar 4.4 Tata Tertib Pelayanan Kantor Kecamatan Bontoala ....................... 61

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Instansi pemerintah merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari orang-

orang yang dipilih secara khusus untuk menjalankan tugas negara sebagai

bentuk pelayanan kepada masyarakat. Dalam sebuah instansi pemerintahan

dibutuhkan aparatur pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan

nasional. Birokrasi digunakan pemerintah untuk melaksanakan kegiatan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh seorang aparatur sebagai abdi

masyarakat dan abdi negara yang harus mampu mengutamakan kepentingan

negara dan masyarakat diatas kepentingan pribadinya.

Aparatur pemerintah adalah bagian penting dari pengelolaan pemerintah

negara yang bertujuan dan bertanggungjawab atas pembangunan dan

penyelenggaraan negara serta senantiasa mengabdi kepada kepentingan dan

cita-cita perjuangan bangsa dan negara berlandaskan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Kinerja aparatur sangat mempengaruhi proses pencapaian kerja organisasi.

Dalam sebuah organisasi, pegawai merupakan sumber daya penggerak dan

komponen paling penting dalam menghidupkan dan mewujudkan tujuan-

tujuan organisasi. Kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan

kerja, motivasi, dan disiplin kerja.

1
2

Kedisiplinan kerja harus dibentuk untuk dapat memaksimalkan kinerja

seorang aparatur dalam sebuah instansi. Untuk mencapai kinerja yang baik

diperlukan disiplin kerja yang merupakan salah satu faktor pendukung kinerja

sumberdaya berkualitas. Tingkat kedisiplinan kerja mampu mempengaruhi

kualitas kinerja sehingga penting untuk mempertahankan disiplin kerja agar

tujuan dan sasaran perusahaan dapat tercapai dengan maksimal. Tanpa disiplin

kerja, proses kerja organisasi tidak akan terlaksana sesuai dengan apa yang

diharapkan serta membawa dampak negatif sehingga akan berpengaruh

terhadap hasil kerja yang diberikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil menjelaskan Displin Kerja Pegawai Negeri Sipil adalah

kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menghindari larangan dan menaati

kewajiban yang telah ditentukan dalam Peraturan Perundang-Undangan atau

Peraturan Kedinasan yang apabila dilanggar dan tidak ditaati akan dijatuhi

hukuman disiplin. PP No. 53 Tahun 2010 berisi tentang larangan yang tidak

boleh dilanggar dan kewajiban yang harus ditaati, serta sanksi apabila

kewajiban-kewajibanya dilanggar dan tidak ditaati oleh Pegawai Negeri Sipil

yang merupakan pedoman agar terciptanya disiplin kerja yang baik.

Peraturan diperlukan sebagai pedoman dan memberikan arahan bagi

pegawai dalam menciptakan lingkungan kerja yang tertib. Dengan terciptanya

lingkungan kerja yang baik maka semangat kerja dan efektivitas kerja pegawai

akan meningkat, serta proses pencapaian sasaran dan tujuan organisasi juga

akan lebih mudah diwujudkan.


3

Disiplin kerja digunakan untuk mengatur tindakan-tindakan pegawai

dalam bekerja. Pegawai harus secara sadar tunduk dan taat pada peraturan-

peraturan yang telah ditetapkan perusahaan demi kebaikan bersama dan

tercapainya tujuan instansi.

Penetapan peraturan oleh pihak instansi dalam pelaksanaan disiplin kerja

juga hendaknya harus adil bagi pegawai. Harus ada komunikasi yang baik

antara pimpinan dan pegawai terkait peraturan perusahaan sehingga para

pegawai dapat mengetahui hal-hal yang menjadi larangan dan yang tidak

sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dan pelanggaran oleh pegawai.

Disiplin kerja tidak hanya untuk diterapkan oleh pegawai tingkat rendah

saja, tetapi disiplin kerja juga harus diterapkan oleh pimpinan instansi dan

semua pihak-pihak yang terlibat dalam proses kerja sehingga disiplin kerja

bisa menjadi budaya dalam suatu instansi. Penegakkan disiplin kerja dan

terbentuknya budaya kerja yang disiplin akan mampu menjadikan pegawai

lebih taat aturan dan meningkatnya kualitas dan hasil kerja yang diberikan.

Pegawai merupakan unsur yang penting sebagai penyelenggara ataupun

pelaku berlangsungnya proses-proses yang dilakukan dalam mencapai tujuan

instansi. Pegawai dalam mencapai tujuan perlu mengembangkan kemampuan

kerja, keterampilan dan pengetahuannya mengingat betapa pentingnya peran

pegawai dalam organisasi. Sehingga perlu bagi pimpinan untuk

memperhatikan dan mengarahkan pegawainya untuk menjaga kedisiplinan

kerja. Agar pegawai bisa memberikan keuntungan besar bagi perusahaan,


4

pimpinan juga harus bersikap konsisten, adil, terbuka dan memperhatikan

kebutuhan para bawahannya.

Pegawai secara umum mengharapkan kebutuhan dan keinginannya baik

dari segi gaji dan fasilitas pendukung lainnya dapat dipenuhi oleh pimpinan.

Sedangkan pihak perusahaan mengharapkan agar pegawai melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya dengan baik sehingga memberikan keuntungan yang

maksimal bagi perusahaan. Harus ada penyesuaian antara peraturan kerja dan

harapan pegawai. Dalam penerapan disiplin kerja, pimpinan harus

berpedoman pada norma-norma kemanusiaan dan mengetahui hal-hal apa saja

yang menjadi faktor pendukung dan penghambat penerapan disiplin kerja.

Ketaatan pegawai terhadap aturan sangat mempengaruhi tingkat disiplin

kerja karena apabila pegawai bekerja tanpa mengikuti aturan dan norma

perusahaan yang berlaku maka tidak akan tercapai sasaran dan tujuan

perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan dan sikap tegas dari

pimpinan agar kedisiplinan kerja selalu terjaga dan pegawai akan merasa

selalu diperhatikan. Harus ada sanksi untuk menjadi motivasi dan dorongan

bagi pegawai agar selalu taat dan patuh pada aturan yang berlaku sekaligus

mendidik para pegawai untuk disiplin dalam bekerja.

Kurangnya kesadaran tenaga kerja akan pentingnya menerapkan disiplin

kerja merupakan suatu masalah yang dapat menurunkan produktivitas

perusahaan atau instansi. Agar perusahaan dapat mencapai tujuannya pegawai

tidak hanya dituntut untuk handal dalam bekerja tetapi juga dituntut untuk
5

disiplin dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Disiplin kerja seorang pegawai

dapat dilihat dari seberapa besar tanggung jawabnya dalam melaksanakan

tugasnya dan besarnya semangat kerja yang dimiliki untuk bisa meningkatkan

produktivitas instansi.

Berdasarkan hasil observasi awal, aparatur pemerintah memiliki citra yang

kurang baik dimata masyarakat seperti kualitas pelayanan yang lamban dan

berbelit-belit. Masyarakat menginginkan pelayanan administrasi yang cepat,

membutuhkan pelayanan yang transparan, serta ingin mendapatkan pelayanan

yang adil dan merata tanpa diskriminatif. Meskipun sudah ada peraturan

perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang hak dan kewajiban

aparatur serta standar pelayanan yang berlaku, tetapi masih banyaknya

keluhan dari masyarakat menunjukkan masih ada berbagai keterbatasan

aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan.

Keluhan-keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan

aparatur pemerintah disebabkan oleh rendahnya kedisiplinana yang diterapkan

sehingga menjadi alasan terhambatnya pelaksanaan pelayanan prima. Oleh

karena itu, dengan adanya disiplin kerja diharapkan mampu mengubah citra

pegawai yang buruk di mata masyarakat dan meningkatkan produktivitas

kinerja pegawai.

Kecamatan Bontoala merupakan bagian dari kota Makassar yang memiliki

potensi-potensi yang bisa dikembangkan dalam mendukung Kota Makassar

sebagai Pusat Pengembangan dan Pelayanan di Provinsi Sulawesi Selatan.


6

Perangkat pemerintah kecamatan sebagai salah satu aparatur pemerintah yang

berhubungan langsung dengan masyarakat dituntut untuk memiliki tingkat

kedisiplinan yang tinggi dan senantiasa meningkatkan kinerjanya.

Penting bagi Camat selaku kepala instansi untuk membina dan

memberikan motivasi kepada bawahannya dalam meningkatkan disiplin kerja

guna mendukung terciptanya pelayanan optimal. Camat merupakan pimpinan

penyelenggara pemerintahan tingkat Kecamatan yang menerima wewenang

dari Bupat/Walikota yang bersangkutan. Pembinaan yang dilakukan tersebut

untuk menumbuhkan kesadaran agar pegawai taat dan patuh pada peraturan-

peraturan instansi.

Salah satu upaya yang dilakukan Kantor Kecamatan Bontoala dalam

mengawasi dan meningkatkan disiplin kerja pegawainya terutama dari segi

disiplin waktu dalam bekerja yaitu dengan menerapkan penggunaan sistem

absensi face scan, yaitu sistem absensi dengan menggunakan karakteristik

wajah seseorang untuk mengidentifikasi. Penggunaan sistem ini diharapkan

bisa meningkatkan efisiensi, mengurangi masalah kecurangan, dan masalah-

masalah yang timbul oleh penggunaan absen manual, serta mewujudkan

disiplin kerja yang baik.

Tingkat kedisiplinan kerja pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar dapat dilihat dari ketepatan waktu datang dan pulang kantor sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan, menggunakan sarana prasarana kantor


7

dengan baik, memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas-tugas yang

diberikan, serta ketaatan terhadap aturan-aturan yang berlaku.

Dari uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Kedisiplinan Kerja Pegawai di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kedisiplinan kerja pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala

Kota Makassar?

2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja

pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka tujuan

dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kedisiplinan kerja pegawai di Kantor Kecamatan

Bontoala Kota Makassar?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

kerja pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar.


8

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

memperhatikan kedisiplinan kerja pegawai.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

dalam Ilmu Administrasi Negara untuk mengetahui tolok ukur

kedisiplinan kerja pegawai yang baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian yang terkait kedisiplinan

kerja yang telah dilakukan sebelumnya dan dijadikan bahan referensi oleh

penulis, antara lain sebagai berikut:

1. Oka Tama Bagus Prayoga (2018) dalam penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa disiplin

kerja di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kota Tanjungpinang bersifat korektif dan prefentif. Masih

terdapat pegawai yang tidak disiplin. Penerapan disiplin kerja yang

dilakukan telah mempertimbangkan kemampuan setiap pegawai,

dengan menempatkan pegawai sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Penerapan disiplin juga diterapkan dengan cara memberikan contoh

yang baik kepada para pegawai yang dilakukan oleh pimpinan instansi.

2. Ica Handani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Kedisiplinan Kerja Pegawai pada Kantor Camat Kuantan Tengah

Kabupaten Kuantan Singingi”. Hasil penelitiannya menunjukkan

berdasarkan indikator disiplin kerja dapat disimpulkan bahwa disiplin

kerja pegawai di Kantor Camat Kuantan telah berjalan dengan baik

akan tetapi masih ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar

9
10

kedisiplinan kerja berjalan dengan baik. Pegawai di Kantor Camat

Kuantan dalam melaksanakan tugasnya masih belum sesuai dengan

latar belakang pendidikannya.

3. Ramlah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Disiplin

Kerja Aparatur Sipil Negara pada Bagian Hukum dan Organisasi

Sekretariat Daerah Kabupaten Sigi”. Hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa disiplin kerja aparatur sipil negara pada Bagian

Hukum dan Organisasi masih belum berjalan dengan baik dillihat dari

segi aspek ketepatan waktu dan aspek ketaatan terhadap aturan kantor.

Sedangkan dua aspek lainnya sudah berjalan dengan baik, yaitu aspek

tanggung jawab yang tinngi dan aspek penggunaan alat-alat kantor.

4. Deti Suhesti dan Arief Firman Nurdin (2019) dalam penelitiannya

yang berjudul “Analisis Kedisiplinan Kerja Pegawai pada Dinas

Pendidikan Kebupaten Sukabumi”. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa disiplin kerja pegawai meliputi dimensi faktor kepribadian yang

terdiri dari (disiplin karena kepatuhan, disiplin karena identifikasi dan

disiplin karena interalisasi), sedangkan dimensi faktor lingkungan

terdiri dari (tujuan dan kemampuan, keteladanan pimpinan, keadilan,

pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan

kemanusiaan) dengan hasil yang positif. Dari hasil kuesioner, indicator

yang sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai yaitu dimensi

faktor kepribadian (disiplin karena kepatuhan dan disiplin karena

identifikasi) kendala yang menghambat disiplin kerja antara lain


11

kurangnya reaksi positif dari pimpinan, adanya tekanan dari pimpinan,

tidak adanya pimpinan di tempat kerja, kurangnya pengawasan dari

pimpinan dan adanya pimpinan yang menjadi pusat identifikasi. Upaya

yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam kedisiplinan kerja

pegawai yaitu memberikan sanksi terhadap pegawai yang melakukan

pelanggaran, pimpinan tegas dan bijak dalam mengambil keputusan,

serta menjalin hubungan baik pimpinan dengan bawahan ataupun

dengan sesame rekan kerja.

5. Andi Mustamin (2017) dalam penelitianya yang berjudul “Penegakan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Moncongloe Kabupaten Maros”. Hasil penelitiannya menujukkan

bahwa penegakan disiplin pegawai negeri sipil di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros telah berjalan

dengan baik karena kepala kantor urusan agama melakukan

pendekatan self imposed discipline, dan penerapan hukuman disiplin

pegawai berdasarkan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

B. Teori dan Konsep Disiplin Kerja

1. Pengertian Disiplin Kerja

Sedarmayanti (2013:381) menjelaskan bahwa Disiplin adalah suatu

kondisi untuk melakukan koreksi atau menghukum pegawai yang

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dan prosedur yang telah

ditetapkan organisasi.
12

Selanjutnya, menurut Keith David dalam Wulandari Silvana (2017:6),

mengemukakan bahwa disiplin kerja bisa diartikan sebagai pelaksanaan

manajemen untuk memperkuat pedoman-pedoman dalam organisasi.

Menurut Malayu Hasibuan (2012:193), menyatakan bahwa

kedisiplinan sebagai fungsi operatif manajemen sumber daya manusia

yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan maka

semakin tinggi prestasi kerja yang bisa dicapainya.

Menurut Rivai (2013:825) menjelaskan bahwa disiplin kerja adalah

sebuah alat yang digunakan oleh para manajer untuk berkomunikasi

dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah suatu perilaku dan

untuk meningkatkan kesadaran serta kesediaan seorang pegawai agar bisa

menaati semua peraturan dan norma sosial yang berlaku di suatu

perusahaan. Semakin baik disiplin kerja yang dilakukan oleh karyawan di

suatu perusahaan, maka semakin besar prestasi kerja yang akan dihasilkan.

Sebaliknya, tanpa disiplin yang baik sulit bagi perusahaan untuk bisa

mencapai hasil yang optimal.

Menurut Mangkunegara (2013) mengemukakan bahwa disiplin kerja

diartikan sebagai pelaksanaan menajemen untuk memperkuat pedoman-

pedoman dalam organisasi. Perilaku yang mengganggu para pekerja

sangat memperngaruhi turunnya kualitas kinerja yang diberikan dalam

suatu organisasi. Oleh karena itu, disiplin sangat diperlukan untuk

mengontrol tindakan-tindakan pekerja yang melanggar aturan.


13

Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa disiplin kerja adalah kepatuhan pegawai terhadap aturan dan norma

yang berlaku dalam sebuah instansi guna mendukung produktivitas

instansi itu sendiri untuk bisa mencapai tujuannya secara efektif dan

efisien.

2. Jenis-Jenis Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:129) mengemukakan tiga bentuk

disiplin kerja antara lain:

a. Disiplin Preventif yaitu upaya untuk mengarahkan pegawai agar

mengikuti aturan dan norma yang berlaku dalam perusahaan.

Tujuannya untuk menggerakkan pegawai dalam mendisiplinkan

diri sehingga memelihara dirinya terhadap aturan-aturan instansi.

b. Disiplin Korektif yaitu tindakan yang dilakukan setelah terjadinya

pelanggaran agar tidak ada lagi pelanggaran yang serupa.

c. Disiplin Progresif yaitu memberikan sanksi yang berat terhadap

pegawai yang telah melakukan kesalahan secara berulang-ulang.

Menurut Moekizat (2011) terdapat dua jenis disiplin kerja antara lain:

a. Self Imposed Discipline adalah disiplin yang timbul karena

adanya dorongan perasaan dan kehendak dalam diri seseorang

untuk menaati aturan yang berlaku

b. Command Discipline adalah disiplin yang timbul karena adanya

perintah dan takut akan konsekuensi hukuman yang akan

diberikan jika tidak menaati aturan.


14

3. Fungsi Disiplin Kerja

Tulus Tu’u dalam Indah Puji Hartatik (2014:186) mengemukakan

beberapa fungsi disiplin sebagai berikut:

a. Menata kehidupan bersama,

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama dalam suatu

kelompok tertentu dalam masyarakat agar hubungan antara

individu dapat terjalin dengan baik.

b. Membangun kepribadian

Disiplin sebagai sarana membangun kepribadian pegawai untuk

menunjukkan kinerja yang baik. Salah satu proses untuk

membentuk kepribadian agar memiliki disiplin kerja yang baik

yaitu melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak instansi,

antar pegawai dan seluruh personel yang adalah dalam instansi

tersebut.

c. Hukuman

Disiplin harus disertai dengan hukuman dan sanksi untuk

memberikan dorongan kepada karyawan agar senantiasa menaati

dan mematuhi aturan yang berlaku. Tanpa hukuman dan sanksi

maka akan sulit untuk membentuk disiplin kerja karena tidak ada

dorongan dan motivasi untuk mengikuti aturan sehingga rentan

bagi karyawan untuk melanggar.


15

d. Menciptakan linkungan kondusif

Disiplin bertujuan unutk membentuk sikap, perilaku dan tata

kehidupan disiplin di lingkungan kerja agar tercipta suasana tertib

dan patuh akan aturan.

4. Indikator Disiplin Kerja

Menurut Soejono (2010:67) ada beberapa hal yang dapat dilihat dalam

menentukan kedisiplinan kerja pegawai diantaranya:

a. Ketepatan waktu

Para pegawai yang datang ke kantor berdasarkan aturan waktu

yang telah ditentukan, tertib dan teratur dapat dikatakan memiliki

disiplin kerja yang baik.

b. Menggunakan peralatan kantor dengan baik

Sikap hati-hati seorang pegawai dalam menggunakan peralatan

kantor serta menjaganya dari kerusakan menunjukkan bahwa

pegawai memiliki sikap disiplin kerja yang baik.

c. Tanggung jawab yang tinggi

Pegawai dengan disiplin kerja yang baik selalu melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan.

d. Ketaatan terhadap aturan kantor

Pegawai yang menaati aturan-aturan instansi seperti memakai

seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal/identitas,

datang tepat waktu, membuat izin jika tidak masuk kantor, dan
16

mengerjakan tugasnya dengan baik merupakan bentuk dari

cerminan disiplin yang tinggi.

Menurut Hasibuan (2012:194), ada beberapa indikator yang

mempengaruhi tingkat disiplin kerja, yaitu:

a. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan cukup

menantang bagi para karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan atau

pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki karyawan agar bisa disiplin dan

bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

b. Kepemimpinan

Kepemimpinan sangat mempengaruhi disiplin kerja karyawan

karna dijadikan sebagai panutan dan teladan. Seorang pemimpin

harus mampu mencontohkan perilaku disiplin yang baik bagi para

bawahannya.

c. Balas Jasa

Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan dan semangat kerja

karyawan. Jika karyawan semakin senang dengan pekerjaan dan

balas jasa yang diberikan maka akan meningkat pula kedisiplinan

kerjanya.
17

d. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terlaksananya disiplin kerja, karna

dengan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan

ingin diperlakukan sama dengan manusia lain serta tidak dibeda-

bedakan dalam hal apapun. Pihak perusahaan atau instansi harus

selalu menerapkan sikap adil bagi para karyawannya untuk

mendukung terciptanya kedisiplinan kerja.

e. Waskat (Pengawasan Lekat)

Waskat dapat mendorong penerapan kedisiplinan kerja dan moral

kerja. Karyawan akan selalu merasa diperhatikan, mendapatkan

bimbingan dan petunjuk, pengarahan serta pengawasan dari

atasanya.

f. Ketegasan

Pimpinan harus tegas dan berani dalam memberikan sanksi

terhadap karyawan yang indisipliner sesuai dengan norma dan

aturan instansi yang belaku untuk mewujudkan kedisiplinan kerja

yang baik.

g. Sanksi

Sanksi berperan penting dalam menjaga kedisplinan karena

dengan adanya sanksi yang diberikan maka karyawan akan

merasa takut untuk melakukan tindakan-tindakan yang

indisipliner.
18

5. Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja

Menurut Siswanto dalam Sinambela (2018:339) menjelaskan tujuan

utama pembinaan disiplin kerja antara lain sebagai berikut:

a. Agar tenaga kerja dapat menaati peraturan-peraturan dan

kebijakan ketenagakerjaan maupun kebijakan dan peraturan

perusahaan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis,

serta melaksanakan perintah-perintah manajemen

b. Dapat melakukan pekerjaan dengan baik serta mampu

memberikan pelayanan maksimal kepada pihak tertentu yang

diberikan kepadanya

c. Dapat memelihara dan menggunakan sarana dan prasarana,

barang serta jasa perusahaan dengan baika

d. Dapat bersikap dan berperilaku berdasarkan pada norma-norma

yang berlaku dalam perusahaan

e. Tenaga kerja bisa menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai

dengan sasaran dan harapan perusahaan, baik dalam jangka

pendek dan jangka Panjang.

Menurut Marwansyah (2014:413), menyatakan bahwa terdapat

beberapa tindakan disiplin yang harus memenuhi syarat antara lain:

a. Segera, tindakan disiplin harus segera dilakukan setelah

terjadinya pelanggaran
19

b. Dengan peringatan, pegawai harus mendapatkan peringatan yang

sesuai unuk mengetahui konsekuensi dari perilaku kerja yang

diharapkan.

c. Konsisten, agar menjadi sesuatu yang adil.

d. Tidak bersifat pribadi, atasan tidak boleh membeda-bedakan para

bawahannya.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2016:89) menjelaskan

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kerja sebagai berikut:

a. Besar kecilnya pemberian kompensasi.

Pegawai akan mematuhi semua aturan yang berlaku apabila

merasa mendapatkan jaminan balas jasa yang sesuai dengan jerih

payah yang telah dikontribusikan bagi perusahaan.

b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.

Keteladanan pimpinan sangat penting karena di dalam lingkungan

perusahaan semua pegawai akan selalu memperhatikan

bagaimana pimpinan bisa menegakkan disiplin dirinya dan

menggendalikan dirinya dari ucapan, perilaku, serta sikap yang

dapat merugikan aturan disiplin yang telah ditetapkan.

c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.

Pembinaan disiplin tidak dapat terlaksana dalam suatu perusahaan

apabila tidak ada aturan tertulis yang jelas untuk dapat dijadikan

pegangan bersama.
20

d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.

Dengan adanya tindakan terhadap pelanggaran disiplin sesuai

dengan sanksi yang ada, maka para karyawan akan merasa

terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal

serupa lagi.

e. Ada tidaknya pengawasan pemimpin. Setiap kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan harus ada pengawasan yang akan

mengarahkan karyawan untuk bisa melaksanakan pekerjaannya

dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

f. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.

Karyawan merupakan manusia yang memiliki perbedaan karakter

antara satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas

dengan penerimaan kompensasi yang tinggi dan pekerjaan yang

menantang saja, tetapi mereka juga masih membutuhkan

perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri.

g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang bisa mendorong tegaknya

disiplin kerja. Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:

1) Saling menghormati satu sama lain bila bertemu di

lingkungan pekerjaan.

2) Memberikan pujian sesuai dengan waktu dan tempatnya,

sehingga para pegawai akan merasa bangga dengan pujian

tersebut.
21

3) Selalu mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan-

pertemuan, apalagi pertemuan yang berkaitan dengan

pekerjaan dan nasib mereka.

4) Memberi tahu rekan kerja bila ingin meninggalkan tempat

kerja, dengan memberikan informasi terkait tujuan dan

urusan yang akan dilakukan walaupun kepada bawahan

sekalipun.

Menurut Nitisemito (2015) ada beberapa hal yang mendorong

keberhasilan disiplin kerja, antara lain:

a. Ancaman, terkadang memerlukan ancaman dalam rangka

menegakkan kedisiplinan.

b. Kesejahteraan, memerlukan kesejahteraan yang cukup bagi para

pegawai untuk menegakkan kedisplinan.

c. Ketegasan, agar jika terjadi pelanggaran dapat ditindak sesuai

dengan tingkat pelanggarannya.

d. Partisipasi, dibutuhkan partisipasi oleh pihak pimpinan maupun

pegawai agar kedisiplinan dapat diterapkan.

e. Tujuan dan kemampuan, kedisiplinan hendaknya dapat menunjang

tujuan perusaan serta sesuai dengan kemampuan pegawainya.

f. Keteladanan pimpinan, sikap pimpinan sangat mempengaruhi sikap

pegawai dalam bertindak.


22

Menurut Dolet Unaradjan (2003) faktor-faktor yang menjadi

penghambat disiplin kerja antara lain:

a. Masyarakat yang menekankan loyalitas dan ketaatan yang utuh

terhadap atasan atau pimpinan.

b. Masyarakat yang bersifat permisif.

c. Keadaan biologis atau fisik yang tidak sehat.

d. Keadaan mental atau psikis yang tidak sehat.

e. Sikap yang perfeksionis.

f. Perasaan rendah diri.

g. Perasaan takut dan khawatir.

h. Perasaan tidak mampu.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sebuah gambaran berupa konsep yang

didalamnya menjelaskan tentang masalah-masalah yang akan menjadi

pembahasan dalam penelitian.

Penelitian ini akan mendeskripsikan kedisiplinan kerja di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar menggunakan indikator-indikator

disiplin kerja yang dikemukakan oleh Soejono (2010:67) yaitu ketepatan

waktu, menggunakan peralatan kantor dengan baik, tanggung jawab yang

tinggi, dan ketaatan terhadap aturan kantor.


23

Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kedisiplinan Kerja Pegawai di


Kantor Kecamatan Bontoala Kota
Makassar

Indikator kedisiplinan kerja: Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kedisiplinan
1. Ketepatan waktu Kerja:
2. Menggunakan peralatan
kantor dengan baik 1. Sikap dan Kesadaran
3. Tanggung jawab yang tinggi 2. Keteladanan Pimpinan
4. Ketaatan terhadap aturan 3. Pengawasan
kantor 4. Sanksi

Disiplin Kerja
Pegawai

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berdasarkan kerangka pikir terkait dengan

penelitian kedisiplinan kerja pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala,

maka yang menjadi fokus penelitian adalah indikator-indikator

kedisiplinan kerja antara lain ketepatan waktu, menggunakan peralatan

kantor dengan baik, tanggung jawab yang tinggi, ketaatan terhadap aturan

kantor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja pagawai

di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar yang meliputi sikap dan

kesadaran, keteladanan pimpinan, pengawasan, dan sanksi.


24

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir diatas, berikut adalah deskripsi fokus

penelitian dengan acuan berdasarkan indikator-indakator disiplin kerja

menurut Soejono (2010:67) antara lain sebagai berikut:

1. Ketepatan waktu, yaitu sikap pegawai yang datang tepat waktu ke

kantor sesuai jam kerja yang telah ditetapkan di Kantor Kecamatan

Bontoala Kota Makassar.

2. Menggunakan peralatan kantor dengan baik, yaitu perilaku dan sikap

para pegawai dalam menggunakan dan menjaga fasilitas sarana dan

prasarana di Kantor Kecamatan Bontoala agar terhindar dari

kerusakan.

3. Tanggung jawab yang tinggi, yaitu rasa tanggung jawab dan sikap

hati-hati yang dimiliki pegawai Kantor Kecamatan Bontoala dalam

menjalankan tugas-tugas sesuai standar kerja.

4. Ketaatan terhadap aturan kantor yaitu ketaatan pada tugas pokok dan

fungsi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala yang sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai di

Kantor Kecamatan Bontoala yang meliputi faktor pendorong dan

faktor penghambat penerapan kedisiplinan kerja yang meliputi sikap

dan kesadaran, keteladanan pimpinan, pengawasan dan sanksi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dan lokasi

pengambilan data dilakukan di Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar. Alasan ingin melakukan penelitian di lokasi ini karena

menemukan data dan fakta dilapangan masih ada pegawai yang tidak

disiplin dalam melaksanakan tugasnya dan lokasi ini belum pernah

dijadikan tempat penelitian terdahulu terkait dengan kedisiplinan kerja

pegawai, serta ingin melihat penerapan disiplin kerja yang dilakukan di

Kantor Kecamatan Bontoala.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif karena ingin berusaha memecahkan masalah dengan

menggambarkan masalah-masalah yang terjadi dan mengkajinya secara

mendalam

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan peneliti adalah tipe penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang menghadirkan gambaran tentang situasi

atau fenomena sosial secara detail.

25
26

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif

karena ingin mengamati dan memahami masalah yang ada dalam

lingkungan Kantor Kecamatan Bontoala terkait dengan kedisiplinan kerja

dan disusun secara terperinci dalam sebuah penelitian ilmiah.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu antara lain:

1. Data Primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari lokasi

penelitian berupa hasil wawancara langsung kepada informan yang

dipilih serta orang atau instansi yang terbilang bisa menjadi informan

dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan

kedisiplinan kerja di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar.

2. Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari berbagai laporan,

buku-buku, serta informasi dokumen yang sifatnya tertulis. Laporan

atau dokumen yang dikumpulkan peneliti adalah data yang berasal dari

sumber buku, serta sumber lainnya yang mendukung proses penelitian.

D. Informan Penelitian

Penelitian ini membutuhkan informan dalam mengumpulkan data.

Informan harus terkait langsung dengan penelitian ini guna untuk

memudahkan dalam mengumpulkan informasi mengenai hal-hal terkait

kedisiplinan kerja di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar.


27

Informan penelitian yang dimaksud antara lain:

Tabel 3.1: Daftar Informan Penelitian

No Nama Inisial Jabatan Jumlah

Kasubag Umum dan


1. Rosdiana, S.Sos RD 1
Kepegawaian

Syahiduddin Muchtar, Kasi Pemerintahan,


2. SM 1
S.STP Kinerja Lurah dan RT/RW

ST. Selvi Wildana Kasubag Perencanaan dan


3. SW 1
Sere, S.STP., M.AP Keuangan

4. Darmawati DM Masyarakat 1

5. Rahma RH Masyarakat 1

Total Informan 5

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti antara lain:

1. Observasi, yaitu kegiatan untuk mengumpulkan data terkait dengan

kedisiplinan kerja pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala melalui

pengamatan langsung di lokasi penelitian.

2. Wawancara, yaitu suatu cara atau metode untuk mengumpulkan data

dan informasi dengan cara tanya jawab sepihak bersama informan

yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian.

Jenis wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara terstruktur

dan tidak terstruktur. Dalam proses wawancara, informan ditanyakan


28

dengan pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya kemudian apabila

ada tanggapan yang kurang jelas maka akan digunakan pertanyaan tiak

terstruktur guna memperjelas informasi yang akan diterima

3. Dokumentasi, yaitu berupa gambar dan foto yang dijadikan sebagai

pendorong dalam mengumpulkan data selama penelitian di Kantor

Kecamatan Bontoala.

F. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

teknik triagulasi, karena menggunakan hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi untuk mendapatkan keabsahan data. Teknik pengumpulan

data triagulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang sudah ada. (Sugiyono, 2016).

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi,

wawancara, dan studi pustaka kemudian akan dianalisis secara kualitatif

untuk memahami masalah-masalah yang diteliti dengan menekankan

masalah pokok mengenai pelaksanaan kedisiplinan kerja di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar. Adapun tahapan dalam analisis data

yang dilakukan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu data yang diperoleh dari Kantor Kecamatan

Bontoala kemudian dicatat dan diteliti secara rinci melalui reduksi

data. Data dirangkum kemudian difokuskan pada hal-hal penting

sesuai dengan kebutuhan penelitian, selanjutnya data tersebut akan


29

memberikan gambaran yang lebih jelas untuk mempermudah

peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data, proses yang dilakukan setelah reduksi data yaitu

penyajian data. Penyajian data dilakukan untuk membatasi data

yang telah peroleh guna mempertajam pemahaman peneliti

terhadap informasi yang didapatkan yang kemudian disajikan

dalam bentuk uraaian penjelasan atau tabel.

3. Penarikan kesimpulan, tahap ketiga dalam analisis data yaitu

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Data yang telah melalui

proses reduksi dan penyajian data kemudian ditarik kesimpulan

tentang bagaimana kedisiplinan kerja yang diterapkan di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis dan Deskripsi Kecamatan Bontoala

Kecamatan Bontoala adalah salah satu dari 15 kecamatan yang

berada di Kota Makassar dengan pusat pemerintahannya berada di

Kelurahan Wajo Baru, Kecamatan Bontoala merupakan daerah bukan

pantai. Seperti penduduk Kota Makassar pada umumnya, penduduk

Kecamatan Bontoala memilikii latar belakang yang majemuk dilihat

dari segi agama serta latar belakang sosial budaya masyarakatnya. Di

Kecamatan Bontoala terdapat dua masjid terbesar yaitu Masjid

Almarkas Al-Islami dan Masjid Raya Makassar.

Gambar 4.1: Peta Kecamatan Bontoala Kota Makassar

Sumber : google.com

30
31

Kecamatan Bontoala memiliki luas wilayah sekitar 2,10 Km².

Registrasi penduduk Bulan Agustus tahun 2018 jumlah penduduk

Kecamatan Bontoala tercatat sebanyak 54.881 jiwa berdasarkan jenis

kelamin jumlah penduduk laki-laki terdiri atas 26.689 jiwa dan

penduduk perempuan terdiri atas 28.192 jiwa.

Batas wilayah Kecamatan Bontoala secara administratif adalah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah,

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Keca,atan Tallo,

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Makassar,

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang.

Kecamatan Bontoala terdiri atas 12 kelurahan. Adapun kelurahan

tersebut antara lain Gaddong, Wajo Baru, Tompo Balang, Malimongan

Baru, Timongan Lompoa, Baraya, Bontoala, Bontoala Parangm

Bontoala Tua, BungaEjaya, Layang, dan Parang Layang.


32

Tabel 4.2 : Luas Kelurahan, Jumlah RT/RW, KK dan Penduduk Se-

Kecamatan Bontoala

Luas Jumlah Penduduk


No. Kelurahan RT RW
(km2) KK
L P Jumlah
1 Gaddong 0.25 18 5 867 2.325 2.291 4.616
2 Wajo Baru 0.13 24 6 899 2.466 2.609 5.076
Tompo
3 0.11 13 4 644 1.340 1.500 2.840
Balang
Malimongan
4 0.15 20 4 726 2.794 1.786 3.580
Baru
Bontoala
5 0.12 24 5 881 2.049 2.135 4.184
Tua
Timongan
6 0.19 25 5 1.105 2.686 2.789 5.475
Lompoa
7 Baraya 0.21 22 6 1.185 2.529 2.715 5.244
8 Bontoala 0.13 16 4 397 1.004 1.050 2.054
Bontoala
9 0.23 16 4 1.000 1.840 2.382 4.222
Parang
Bunga
10 0.18 21 4 1.014 2.331 2.445 4.776
Ejaya
11 Layang 0.21 35 6 1.604 4.321 4.315 8.636
Parang
12 0.19 23 4 817 2.004 2.175 4.179
Layang
Jumlah 2.10 257 57 11.139 26.689 28.192 54.881
Sumber: Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar

2. Visi dan Misi Kantor Kecamatan Bontoala

Visi merupakan wujud atau bentuk masa depan yang diharapkan.

Rumusan Visi mencerminkan kebutuhan yang funda mental dan

sekaligus merefleksikan dinamika pembangunan dari berbagai aspek.


33

Visi Kecamatan Bontoala adalah: “Terwujudnya Pengelolaan

Pembangunan Kecamatan Bontoala yang Berbasis Masyarakat”

Visi tersebut di atas mengandung makna bahwa dalam pelaksanaan

pembangunan di Kecamatan Bontoala diharapkan partisipasi aktif dari

masyarakat mencapai tatanan kehidupan masyarakat yang berdaya.

Adapun Misi Kantor Kecamatan Bontoala yaitu untuk

merealisasikan visi yang telah ditetapkan dalam lima tahun ke depan

yang bertumpu pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta

ditunjang kebersamaan, tanggungjawab yang optimal dan

proporsional, maka misi Kecamatan Bontoala adalah:

a. Menyelenggarakan urusan Pemerintah, Pembangunan dan

Pembinaan Aparatur dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan memberikan pelayanan secara efisien dan

efektif.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan dalam rangka pembenahan wilayah menjadi aman,

indah dan nyaman.

c. Meningkatkan Kualitas aparatur pemerintah yang professional

dalam pelayanan publik dan mewujudkan kelompok masyarakat

yang peduli terhadap pengelolaan lingkungan.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah yang


34

mengamanahkan kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi

organisasi serta tata kerja Perangkat Daerah yang diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Walikota Nomor 113 Tahun 2016 maka kedudukan,

susunan organisasi, tugas dan fungsi organisasi serta tata kerja

Kecamatan Tipe A.

a. Camat

Kecamatan memiliki tugas membantu walikota dalam menjalankan

pemerintahan di wilayah kecamatan dalam rangka meningkatkan

koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik dan

pemberdayaan masyarakat kelurahan.

Kecamatan menyelenggarakan fungsi antara lain:

1) pelaksanaan Urusan Pemerintahan umum;

2) pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

3) pengkoordinasian upaya dalam pelaksanaan ketentraman dan

ketertiban umum;

4) pengkoordinasian penerapan dan penegakan Peratruan Daerah

dan Peraturan Walikota;

5) pengkoordinasian pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan

umum;

6) pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang

dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah tingkat

kecamatan;

7) pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan kegiatan di


35

kelurahan;

8) pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Daerah yang tidak dilaksanakan unit kerja pemerintahan Daerah

yang ada di kecamatan;

9) pelaksanakan fungsi lain yang diperintahkan oleh walikota

berdasarkan tugas dan fungsinya;

b. Sekretariat

Sekretariat memiliki tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan

tugas, pembinaan dan pelayanan administrasi kepada semua unit

organisasi Kecamatan.

Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

1) perencanaan operasional urusan pelaporan dan perencanaan,

keuangan, umum dan kepegawaian;

2) pelaksanaan urusan pelaporan dan perencanaan, keuangan,

umum dan kepegawaian;

3) pengoordinasian urusan pelaporan dan perencanaan, keuangan,

umum dan kepegawaian;

4) pengendalian, evaluasi dan pelaporan urusan pelaporan dan

perencanaan, keuangan, umum dan kepegawaian;

5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait

dengan tugas dan fungsinya.


36

c. Subbagian Perencanaan dan Keuangan

Subbagian Perencanaan dan Keuangan memiliki tugas menyiapkan

bahan koordinasi dan penyusunan rencana program kerja, evaluasi,

monitoring dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan serta

pelaksanaan administrasi dan akuntansi keuangan.

Subbagian Perencanaan dan Keuangan menyelenggarakan fungsi :

1) perencanaan kegiatan pada bidang perencanaan, evaluasi,

pelaporan dan keuangan;

2) pelaksanaan kegiatan pada bidang perencanaan, evaluasi,

pelaporan dan keuangan;

3) pembagian tugas dan mengontrol terlaksananya kegiatan di

bidang perencanaan, evaluasi, pelaporan dan keuangan;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait

dengan tugas dan fungsinya.

d. Subbagian Umum dan Kepegawaian

Subbagian Umum dan Kepegawaian memiliki tugas melaksanakan

urusan umum, penatausahaan surat menyurat, kehumasan, urusan

rumah tangga, dokumentasi dan inventarisasi barang serta administrasi

kepegawaian.

Subbagian Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

1) perencanaan kegiatan urusan umum, penatausahaan surat

menyurat, kehumasan, urusan rumah tangga, inventarisasi dan

dokumentasi barang serta administrasi kepegawaian;


37

2) pelaksanaan kegiatan urusan umum, penatausahaan surat

menyurat, kehumasan, urusan rumah tangga, inventarisasi dan

dokumentasi barang serta administrasi kepegawaian;

3) pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan urusan

umum, penatausahaan surat menyurat, kehumasan, urusan

rumah tangga, inventarisasi dan dokumentasi barang serta

administrasi kepegawaian;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas

dan fungsinya.

e. Seksi Pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW

Seksi Pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW memiliki tugas

menyiapkan bahan pengoordinasian penyelenggaraan pemerintahan

Kecamatan serta penilaian terhadap kinerja Lurah dan RT/RW.

Seksi Pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW menyelenggarakan

fungsi:

1) perencanaan kegiatan di bidang pemerintahan, kinerja lurah dan

RT/RW;

2) pelaksanaan kegiatan di bidang pemerintahan, kinerja lurah dan

RT/RW;

3) pembagian tugas dan mengontrol terlaksanany kegiatan di

bidang pemerintahan, kinerja lurah dan RT/RW;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


38

f. Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah

Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah

memiliki tugas menyiapkan bahan pengkoordinasian penyelenggaraan

pembinaan ketentraman, ketertiban dan penegakan pelaksanaan

Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota.

Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah

menyelenggarakan fungsi:

1) perencanaan kegiatan pelaksanaan di bidang ketertiban,

ketentraman dan penegakan Peraturan Daerah;

2) pelaksanaan kegiatan di bidang ketertiban, ketentraman dan

penegakan Peraturan Daerah;

3) pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan di

bidang ketertiban, ketentraman dan penegakan Peraturan

Daerah;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas

dan fungsinya.

g. Seksi Perekonomian, Pembangunan dan Pengembangan Sistem

Manajemen Informasi

Seksi Perekonomian, Pembangunan dan Pengembangan Sistem

Manajemen Informasi memiliki tugas melakukan pengkoordinasian dan

penyelenggaraan pengembangan perekonomian, pembangunan dan

pengembangan sistem manajemen informasi wilayah kecamatan dan

kelurahan.
39

Seksi Perekonomian, Pembangunan dan Pengembangan Sistem

Manajemen Informasi menyelenggarakan fungsi:

1) perencanaan kegiatan pelaksanaan di bidang perekonomian,

pengembangan dan pembangunan sistem manajemen informasi;

2) pelaksanaan kegiatan di bidang perekonomian, pengembangan

dan pembangunan sistem manajemen informasi;

3) pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan di

bidang perekonomian, pengembangan dan pembangunan sistem

manajemen informasi;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait

dengan tugas dan fungsinya.

h. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial

Seksi Pemberdayaan Masyarakat Dan Kesejahteraan Sosial memiliki

tugas melakukan pengkoordinasian dan penyelenggaraan pembinaan

pemberdayaan masyarakat Kecamatan dan penyelenggaraan pembinaan

kesejahteraan sosial.

Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan

Sosialmenyelenggarakan fungsi:

1) perencanaan kegiatan di bidang kesejahteraan sosial dan

pemberdayaan masyarakat;

2) pelaksanaan kegiatan di bidang kesejahteraan sosial dan

pemberdayaan masyarakat;
40

3) pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan di

bidang kesejahteraan sosial dan pemberdayaan masyarakat;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait

dengan tugas dan fungsinya.

i. Seksi Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan

Seksi Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan memiliki tugas

pengkoordinasian dan penyelenggaraan pengelolaan kebersihan,

sampahdan taman di wilayah Kecamatan.

Seksi Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan menyelenggarakan

fungsi:

1) perencanaan kegiatan di bidang pengelolaan pertamanan dan

kebersihan;

2) pelaksanaan kegiatan di bidang pengelolaan pertamanan dan

kebersihan;

3) pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan di

bidang pengelolaan pertamanan dan kebersihan;

4) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait

dengan tugas dan fungsinya.

4. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar

Aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus

menaati peraturan yang berlaku. Berlandaskan pada Peraturan Daerah

Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah yang kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan


41

Walikota Nomor 113 Tahun 2016, maka kedudukan, susunan organisasi,

tugas dan fungsi serta tata kerja Kecamatan Tipe A. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada struktur organisasi Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar sebagai berikut:

Gambar 4.2: Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Bontoala

Sumber: Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar 2020


42

B. Kedisiplinan Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar

Kedisiplinan kerja merupakan hal yang sangat mempengaruhi

kinerja pegawai. Semakin baik disiplin kerja yang dimiliki maka semakin

baik pula hasil kerja yang diberikan. Dan sebaliknya semakin buruk

disiplin kerja yang dimliki maka akan semakin buruk pula hasil kerja yang

diberikan. Kualitas kerja dapat menunjukkan seberapa disiplinnya pegawai

di suatu instansi dalam melaksanakan pekerjaannya.

Penerapan disiplin kerja di Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar dilakukan agar setiap pegawai bisa mematuhi peraturan-

peratiran yang berlaku sehingga mudah untuk mencapai hasil yang

maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kesadaran peagawai akan pentingnya disiplin kerja juga sangat

dibutuhkan guna memaksimalkan terwujudnya disiplin kerja yang baik.

Kedisiplinan kerja di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar dapat

dilihat berdasarkan indikator disiplin kerja yang dikemukakakan oleh

Soejono (2010:67) sebagai berikut:

1. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu merupakan salah satu hal yang dapat dilihat

untuk mengetahui tingkat disiplin kerja. Pegawai yang disiplin pasti

menyadari pentingnya manajemen waktu dalam melaksanakan

tugasnya untuk mencapai sasaran kerja.


43

Ketepatan waktu merupakan kesesuaian hal-hal yang dilakukan

pegawai dengan waktu yang telah ditentukan. Ketepatan waktu yang

maksud dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu datang ke kantor,

ketepatan waktu pulang dan ketepatan waktu pegawai dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya. Ketepatan waktu sangat

mempengaruhi proses pelayanan yang dilakukan di Kantor Kecamatan

Bontoala Kota Makassar. Berdasarkan wawancara dengan salah satu

masyarakat penerima layanan bahwa:

“Sejauh ini pelayanan yang saya dapatkan sudah cukup baik.


Pegawai disini ramah dalam memberikan pelayanan. Pegawai
selalu stand by di kantor dan memberikan respon yang baik”
(Hasil wawancara RH, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

ketepatan waktu pegawai dalam memberikan pelayanan sudah cukup

baik dilihat dari sikap ramah pegawai dalam memberikan pelayanan

dan pegawai selalu berada di tempat ketika dibutuhkan oleh

masyarakat yang ingin dilayani.

Wawancara kembali dilakukan bersama salah satu masyarakat

terkait ketepatan waktu pegawai dalam melakukan pelayanan bahwa:

“Ketepatan waktu yang dilakukan pegawai dalam melayani


kebutuhan administrasi sudah terlaksana dengan baik. Jika pun
ada keterlambatan yang terjadi dalam proses penyelesaian
pelayanan kemungkinan disebabkan oleh masyarakat itu sendiri
yang terkadang membawa berkas yang tidak lengkap sehingga
berkasnya tidak diproses. (Hasil wawancara DM, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

ketepatan waktu pegawai melaksanakan tugasnya dalam memberikan


44

pelayanan dapat menjadi terhambat karena kurangnya informasi yang

dimiliki masyarakat sehingga terkadang membawa berkas yang tidak

lengkap. Hal ini mengakibatkan pelayanan yang seharusnya dapat

terselesaikan dengan cepat menjadi terhambat karena masalah

kelengkapan berkas. Dalam hal ini menunjukkan ketepatan waktu

pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan pelayanan

cukup terlaksana dengan baik.

Salah satu wujud kedisiplinan kerja dalam hal ketepatan waktu

dapat dilihat dari tingkat kehadiran pegawai. Kehadiran menyangkut

bagaimana pegawai menaati aturan dengan datang ke kantor sesuai

dengan peraturan dan pulang sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Kehadiran sangat mempengaruhi pegawai dalam melaksanakan

tugasnya. Tingkat kehadiran yang kurang baik dapat menyebabkan

pelaksanaan tugas dan proses pelayanan yang seharusnya bisa

diselesaikan tepat waktu menjadi terhambat. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Kasubag Perencanaan dan Keuangan bahwa:

“Tingkat kehadiran pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala


sudah cukup baik. Jika ada pegawai yang tidak masuk kantor
tanpa keterangan paling lama hanya 2 hari. Apalagi sistem
absensi sudah menggunakan face scan jadi kehadiran pegawai
lebih terpantau. Penggunaan face scan sudah sekitar satu tahun
diterapkan.” (Hasil wawancara SW, 22 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

Kantor Kecamatan Bontoala telah menerapkan sistem absensi pegawai


45

menggunakan face scan, yaitu sistem absensi dengan menggunakan

wajah untuk mengidentifikasi. Penggunaan face scan diterapkan untuk

meningkatkan kualitas dan disiplin kerja pegawai di Kantor

Kecamatan Bontoala.

Selanjutnya hal ini dibenarkan oleh Kasi Pemerintahan, Kinerja

Lurah dan RT/RW dalam wawancara sebagai berikut:

“Untuk absen pegawai disini tidak menggunakan sidik jari atau


fingerprint tetapi telah menggunakan face scan. Ini merupakan
salah satu inovasi yang dilakukan agar kehadiran pegawai
menjadi lebih terpantau. Face scan sudah digunakan sejak awal
tahun 2019 sampai sekarang” (Hasil wawancara SM, 22 Juli
2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan alat face scan merupakan salah satu inovasi yang

dilakukan di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar agar

kehadiran pegawainya menjadi lebih terpatau. Penggunaan alat face

scan telah diterapkan sejak awal tahun 2019.

Hasil pengamatan peneliti membuktikan bahwa memang di

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar untuk sistem absensinya

sudah menggunakan alat face scan sebagai salah satu cara

mendisiplinkan pegawainya terutama dalam segi kehadiran. Face scan

digunakan untuk mengurangi kecurangan-kecurangan yang bisa

ditimbulkan dengan penggunaan sistem absen manual seperti titip

absen dan lain-lain. Namun alat face scan ini sempat mengalami

kerusakan dan tidak bisa digunakan sekitar pada bulan Juli dan
46

Agustus tetapi pada awal September alat face scan sudah bisa

digunakan kembali sebagaimana mestinya. Saat kondisi alat face scan

rusak, pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala menggunakan sistem

absensi manual untuk sementara waktu dan alat face scan saat ini

sudah difungsikan kembali.

Gambar 4.3 : Jadwal Absensi Pegawai Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar dan Alat Face Scan

Sumber : Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar 2020

Gambar diatas menunjukkan jadwal absensi pegawai di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar. Jam masuk kantor pada hari

Senin-Jumat dimulai pukul 06.30-07.30 WITA. Jam pulang kantor

pada hari Senin-Kamis mulai pukul 16.00-18.00 WITA dan pada hari

Jumat mulai pukul 16.30-18.00 WITA.

Gambar diatas juga menunjukkan alat face scan yang digunakan

pegawai Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar untuk

melakukan absen sesuai dengan jadwal absensi yang telah ditentukan.


47

Penggunaan alat face scan dimanfaatkan untuk mendapatkan data

kehadiran pegawai yang lebih akurat dan cepat, pegawai juga dalam

melakukan absen menjadi lebih mudah, cepat dan minim kendala.

Tabel 4.3 : Rekapitulasi Absen Januari - Juni 2020

No Bulan Alfa Izin Sakit Cuti Jumlah


1. Januari 1 2 2 1 6
2. Februari 12 - 3 10 25
3. Maret 4 1 4 7 16
4. April 1 - - - 1
5. Mei 1 - 1 - 2
6. Juni 1 - 1 - 2
Jumlah 20 3 11 18 52
Sumber: Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar 2020
Tabel diatas menunjukkan pegawai yang melakukan pelanggaran

disiplin dari segi kehadiran pada pada bulan Januari-Juni tahun 2020

paling banyak terdapat pada bulan Maret yaitu sebanyak 25 orang.

Sedangkan paling sedikit pegawai melakukan pelanggaran dari segi

kehadiran terdapat pada bulan April yaitu 1 orang. Dari berbagai

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi diantaranya ada yang Alfa tanpa

keterangan, izin, maupun sakit., serta ada beberapa yang cuti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan

Kepegawaian bahwa:

“Aturan jam kerja adalah aturan yang paling sering dilanggar.


Pegawai kadang datang terlambat dan pulang tidak sesuai dengan
jam pulang kantor. Penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran
tersebut disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya macet,
48

lokasi rumah jauh dari kantor, dan alasan-alasan yang bersifat


pribadi lainnya. (Hasil wawancara RD, 22 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

pelanggaran yang paling sering dilakukan pegawai di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar adalah pelanggaran terhadap jam

kerja, masih ada pegawai yang belum displin dengan datang terlambat

ke kantor dan pulang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan

dengan berbagai alasan yang tidak berhubungan dengan proses kerja.

Adapun penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut

diantaranya ada yang terjebak macet, terlambat bangun, serta ada yang

mengurus urusan rumah tangga terlebih dahulu sehingga

menyebabkan datang terlambat atau tidak masuk kantor.

Berdasarkan hasil uraian-uraian wawancara yang dilakukan,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa indikator ketepatan waktu

pegawai meliputi ketepatan waktu datang, ketepatan waktu pulang dan

ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas di Kantor Kecamatan

Bontoala Kota Makassar belum terlaksana dengan baik.

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan ketepatan waktu dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan sudah terlaksana dengan

baik dilihat dari sikap ramah yang diberikan dan pegawai selalu

berada ditempat ketika dibutuhkan oleh masyarakat penerima layanan,

hanya saja terkadang proses pelayanan menjadi terhambat disebabkan

karena kurangnya informasi dan pemahaman yang dimiliki


49

masyarakat serta masalah kelengkapan berkas. Ketepatan waktu

datang dan pulang kantor pegawai belum cukup baik dilihat dari

masih ada pegawai yang datang terlambat dan pulang tidak sesuai

aturan jam kerja dengan berbagai alasan yang tidak berhubungan

dengan pekerjaan. Adanya penerapan sistem absensi face scan

diharapkan mampu meningkatkan disiplin waktu pegawai di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar.

Menurut peneliti, rendahnya penerapan disiplin kerja yang

menyebabkan terjadinya pelanggaran jam kerja. Hal-hal tersebut yang

bisa menjadi penghambat terciptanya disiplin kerja yang baik. Apalagi

alasan-alasan yang diberikan pegawai masih tergolong alasan

sederhana tetapi jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan bagi pegawai

sehingga dapat mempengaruhi hasil kerja yang diberikan. Oleh karena

itu disiplin kerja terhadap jam kerja di Kantor Kecamatan Bontoala

perlu lebih ditingkatkan lagi.

2. Menggunakan Peralatan Kantor dengan Baik

Menggunakan peralatan kantor dengan baik yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan sarana dan prasarana kantor

yang telah disediakan sesuai dengan fungsinya dan perilaku pegawai

dalam menggunakan dan menjaga sarana dan prasarana kantor yang

mendukung proses kerja dan proses pelayanan.

Sarana dan prasarana kantor sangat berpengaruh dan menunjang

proses kerja pegawai. Ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana


50

sangat membantu aparatur pemerintah dalam melakukan pekerjaannya

dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Begitupun

sebaliknya, fasilitas sarana dan prasarana yang kurang lengkap dapat

mempengaruhi dan melemahkan semangat kerja aparatur sehingga

hasil kerja yang diperoleh pun tidak maksimal dan menimbulkan sikap

sering mengeluh serta tidak inovatif dan produktif dalam bekerja

karena sarana dan prasarana yang tidak mendukung.

Penyalahgunaan sarana dan prasarana kantor dapat menunjukkan

pegawai memiliki disiplin kerja yang kurang baik karena pegawai

yang disiplin pasti mengetahui pentingnya pemanfaatan sarana dan

prasarana guna menunjang proses dan pencapaian kerja sehingga akan

lebih berhati-hati dalam menggunakan sarana dan prasarana kantor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan

Kepegawaian bahwa:

“Penggunaan sarana prasarana kantor telah digunakan sesuai


dengan fungsinya. Fasilitas-fasilitas yang disediakan sangat
membantu para pegawai dalam melakukan pekerjaannya dan
memudahkan proses pelayanan kepada masyarakat. (Hasil
wawancara RD, 22 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar telah menyediakan sarana

dan prasarana yang terbaik untuk menunjang proses kerja pegawainya

sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada

masyarakat.
51

Menjaga dan menggunakan sarana dan prasarana kantor dengan

baik sesuai dengan kepentingan kerja dan agar terhindar dari

kerusakan merupakan salah satu tindakan disiplin. Seperti yang

dikemukakan oleh Kasubag Perencanaan dan Keuangan dalam

wawancara sebagai berikut:

“Pegawai selalu berhati-hati dalam menggunakan sarana dan


prasarana yang tersedia. Karena mereka sangat menyadari
pentingnya penggunaan sarana dan prasarana dalam mendukung
proses pelaksanaan tugasnya.” (Hasil wawancara SW, 22 Juli
2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar sangat

menyadari pentingnya sarana prasarana dalam mendukung proses

pelaksanaan tugas-tugasnya sehingga sangat berhati-hati dalam

menggunakan peralatan kantor.

Kemudian wawancara terkait penggunaan sarana dan prasarana

dilakukan bersama salah satu masyarakat penerima layanan sebagai

berikut:

“Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang tersedia menjadikan


pelayanan yang diberikan di Kantor Kecamatan Bontoala kepada
masyarakat menjadi lebih cepat dan mudah.” (Hasil wawancara
DM, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia di Kantor Kecamatan

Bontoala membuat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

menjadi lebih cepat dan mudah. Penggunaan peralatan kantor dengan


52

baik dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan administrasi

masyarakat.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh salah satu masyarakat

bahwa:

“Pelayanan administrasi di Kantor Kecamatan sekarang memang


lebih mudah. Pegawai menggunakan fasilitas kantor sesuai
dengan fungsinya dalam memberikan pelayanan. Suasana di
kantor juga menjadi lebih nyaman karena fasilitas yang lengkap.”
(Hasil wawancara RH, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap dapat memberikan

kemudahan pegawai dalam memberikan pelayanan di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar.

Sarana dan prasarana yang lengkap dapat menumbuhkan

semangat kerja pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggunya

jawabnya. Seperti yang dikemukakan oleh Kasi Pemerintahan, Kinerja

Lurah dan RT/RW dalam wawancara sebagai berikut:

“Ada banyak fasilitas disediakan guna mendukung kelancaran


pegawai dalam melaksanakan tugasnya, seperti perlengkapan alat
tulis kantor, fasilitas telepon dan internet, ruang kerja yang bersih
dan banyak lagi sehingga semangat kerja pegawai juga semakin
tinggi karena lengkapnya sarana dan prasarana yang disediakan.
Dengan adanya fasilitas tersebut maka tugas pegawai harus
menggunakan dan menjaga dengan baik agar terhindar dari
kerusakan.” (Hasil wawancara SM, 22 Juli 2020).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sarana dan

prasarana yang lengkap dapat menjadi pendorong tumbuhnya

semangat kerja pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Adapun


53

fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan meliputi perlengkapan

alat tulis kantor, makanan dan minuman harian pegawai, makanan dan

minuman rapat, kondisi kantor yang bersih yang meliputi ruangan

kerja, kamar mandi, saluran air, taman, ruang rapat dan tempat ibadah,

fasilitas listrik, serta fasilitas telepon dan internet.

Berdasarkan uraian-uraian wawancara diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa indikator penggunaan peralatan kantor dengan

baik di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar sudah terlaksana

dengan baik dan sesuai dengan fungsinya.

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa ketersediaan

fasilitas sarana dan prasarana di Kantor Kecamatan Bontoala sangat

mendukung pegawai dalam melaksanakan tugasnya, penggunaan alat-

alat kantor di Kantor Kecamatan Bontoala sudah digunakan sesuai

dengan fungsinya dapat dilihat dari lancarnya proses pelayanan yang

terjadi karena sarana dan prasarana yang mendukung sehingga

pelayanan yang diberikan juga menjadi efektif. Fasilitas yang

disediakan kantor juga sudah tergolong lengkap dan menunjang proses

kerja sehingga memudahkan pegawai dalam melaksanakan tugasnya

dan memberikan pelayanan efektif yang sesuai dengan standar

pelayanan.
54

3. Tanggung Jawab Yang Tinggi

Tanggung jawab yang tinggi adalah sikap tanggung jawab yang

dilakukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan yang

telah diamanahkan. Memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam

melaksanakan tugas merupakan salah satu bentuk sikap disiplin yang

dimiliki oleh pegawai.

Pegawai yang memiliki sikap disiplin yang baik pasti selalu

bertanggung jawab dan mengerjakan tugas-tugasnya sesuai dengan

aturan dan prosedur yang berlaku. Disiplin kerja yang baik dapat

mencerminkan besarnya rasa tanggung pegawai terhadap tugas yang

diamanahkan kepadanya. Berdasarkan wawancara dengan Kasi

Pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW bahwa:

“Penempatan pegawai dilakukan sesuai dengan kemampuan dan


latar belakang pendidikannya. Hal ini juga yang menjadi
pendorong pegawai mampu melaksanakan dan bertanggung
jawab atas tugas-tugas yang diberikan.” (Hasil wawancara SM, 22
Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

penempatan pegawai berdasarkan kemampuan dan latar belakang

pendidikan sangat mempengaruhi rasa tanggung jawab pegawai dalam

melaksanakan tugasnya. Jika pegawai tidak ditempatkan sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki maka rasa tanggung jawab akan

tugas tersebut akan menurun dan menyebabkan tidak maksimalnya

kinerja pegawai sehingga mempengaruhi hasil kerja yang diberikan

kepada instansi.
55

Selanjutnya wawancara dilakukan bersama dengan Kasubag

Umum dan Kepegawaian bahwa:

“Untuk mendukung timbulnya rasa tanggung jawab yang tinggi


juga didukung oleh pembagian tugas yang adil karna jika
tugasnya tidak dibagi secara adil maka menimbulkan
penumpukan tugas dan pegawai akan merasa malas karena tugas
yang terlalu banyak dan tidak sesuai. Hal itu akan menjadikan
rasa tanggung jawab yang dimiliki pegawai terhadap
pekerjaannya menjadi menurun dan akan berpengaruh terhadap
kualitas kerja” (Hasil wawancara RD, 22 Juli 2020).
Wawancara diatas menunjukkan bahwa timbulnya tanggung

jawab yang tinggi juga didukung oleh adanya pembagian tugas yang

adil kepada pegawai guna menghidari terjadinya penumpukan tugas

yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa malas dan turunnya

semangat kerja pegawai.

Pengawai dengan tanggung jawab yang tinggi akan mampu

memberikan pelayanan yang efektif. Seperti yang dikemukakan oleh

salah satu masyarakat penerima layanan bahwa:

“Tanggung jawab pegawai dalam memberikan pelayanan sudah


baik. Ketika mengurus berkas di Kantor Kecamatan selalu
direspon dengan cepat oleh pegawainya. Semua proses pelayanan
diusahakan dapat terselesaikan dengan baik dan cepat” (Hasil
wawancara DM, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

tanggung jawab yang tinggi pegawai di Kantor Kecamatan dalam

memberikan pelayanan sudah cukup baik. Pegawai selalu berusaha

memberikan respon yang cepat terhadap kebutuhan masyarakat. Ini


56

merupakan salah satu bentuk tanggung jawab yang dimiliki pegawai

sebagai aparatur kecamatan.

Wawancara kembali dilakukan bersama salah satu masyarakat

terkait tanggung jawab pegawai dalam memberikan pelayanan sebagai

berikut:

“Pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala sudah melakukan


tanggung jawabnya dengan cukup baik. Sebagai pelayan publik
memang harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat
daripada kepentingan pribadi serta memberikan arahan kepada
masyarakat yang terkadang masih kurang mengerti dengan alur
pelayanan” (Hasil wawancara RH, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

seorang pelayan publik memang harus lebih mengutamakan

kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi. Salah satu

bentuk tanggung jawab seorang pelayan publik yaitu dengan

memberikan arahan kepada masyarakat yang masih kurang mengerti

terhadap standar pelayanan yang berlaku.

Visi dan misi tidak akan bisa tercapai jika tidak diimbangi dengan

kemampuan pegawai dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap

tugas-tugasnya dengan baik. Kualitas kerja pegawai sangat

mempengaruhi hasil kerjanya sehingga pegawai harus ditempatkan

sesuai dengan tupoksinya agar hasil kerjanya juga optimal.


57

Berdasarkan wawancara dengan Kasubag Perencanan dan

Keuangan bahwa:

“Sebagai aparat kecamatan pasti dituntut untuk bertanggung


jawab atas pelaksanaan tupoksi yang telah diamanahkan.
Tanggung jawab terhadap tugas dengan memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat. Kita bertanggung jawab untuk
menjadikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat yang
membutuhkan pelayanan” (Hasil wawancara SW, 22 Juli 2020).
Hasil wawancara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar dituntut untuk

bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan berdasarkan

tupoksinya. Tanggung jawab terhadap tupoksi yang telah

diamanahkan diberikan dalam bentuk pelayanan yang terbaik karena

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar selalu berusaha

memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat.

Berdasarkan uraian-uraian wawancara yang dilakukan, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa indikator tanggung jawab yang tinggi

pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar sudah

terlaksana dengan baik dilihat dari cepatnya respon yang diberikan

terhadap kebutuhan administrasi masyarakat.

Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa bentuk tanggung

jawab pegawai terhadap pekerjaannya dapat dilihat responsivitas

pegawai terhadap kebutuhan masyarakat penerima layanan. Semua

tugas-tugas yang diberikan dikerjakan dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan prosedur yang berlaku. Dalam memberikan pelayanan


58

pegawai selalu berusaha memberikan pelayanan yang efektif dan

efisien, hanya saja terkadang ada masyarakat yang tidak mengerti alur

pelayanan di Kantor Kecamatan Bontoala atau membawa berkas yang

tidak lengkap sehingga proses pelayanan yang seharusnya bisa

diselesaikan dengan cepat menjadi terhambat. Disinilah bentuk

tanggung jawab pegawai agar memberikan arahan atas permasalahan

tersebut agar tidak menjadi kendala dan proses pelayanan dapat

berjalan sesuai dengan standar pelayanan.

4. Ketaatan Terhadap Aturan Kantor

Penegakan kedisiplinan harus dilakukan secara terus menerus

agar pegawai dapat terbiasa dengan sikap disiplin. Taat terhadap

peraturan-peraturan kantor merupakan salah satu ciri pegawai

memiliki disiplin kerja yang baik. Pegawai di Kantor Kecamatan

Bontoala Kota Makassar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

selalu berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku.

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar memiliki beberapa

kode etik pegawai diantaranya:

a) Berpakaian rapi

b) Pelayanan sesuai dengan standar pelayanan

c) Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas, professional, tegas,

dan handal

d) Memiliki integritas tinggi dan tidak menyalahgunkan jabatan

dan wewenang
59

e) Saling menghormati, mampu bekerja sama, menciptakan

suasana yang harmonis antara sesama pegawai maupun

masyarakat

f) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil

serta tidak diskriminatif

Berdasarkan wawancara dengan Kasi Pemerintahan, Kinerja

Lurah dan RT/RW bahwa:

“Jika dipersenkan, disiplin kerja pegawai sudah mencapai 80


persen disiplin. Pegawai selalu berusaha bekerja maksimal sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku. Jika pun ada yang melanggar
paling hanya pelanggaran-pelanggaran kecil saja yang masih bisa
ditoleransi.” (Hasil wawancara SM, 22 Juli 2020).
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

yang dimiliki pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar

sudah mencapai 80 persen disiplin. Pegawai Kantor Kecamatan

Bontoala selalu berusaha bekerja sesuai dengan aturan kantor yang

berlaku. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pegawai masih

dalam kategori tingkat rendah yang masih bisa ditoleransi dan tidak

membutuhkan tindak lanjut yang lebih tegas.

Selanjutnya wawancara dilakukan bersama Kasubag Perencanaan

dan Keuangan terkait ketaatan terhadap aturan kantor bahwa:

“Aturan yang berlaku kadang tidak kaku, secara umum kita masih
menggunakan sistem persuasif dan kekeluargaan. Tetapi jika
memang pelanggaran aturan yang dilakukan sudah tergolong
berat maka akan ditindak lanjuti” (Hasil wawancara SW, 22 Juli
2020).
60

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

penegakkan aturan di Kantor Kecamatan Bontoala secara umum

masih mengunakan sistem kekeluargaan. Penindakan hanya akan

dilakukan jika pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran

yang berat.

Kemudian wawancara dilakukan bersama dengan Kasubag

Umum dan Kepegawaian bahwa:

“Meskipun ketaatan terhadap aturan kantor belum sepenuhnya


terwujud, tetapi pegawai yang taat aturan lebih mendominasi
daripada pegawai indisipliner” (Hasil wawancara RD, 22 Juli
2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa di

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar pegawai yang disiplin

dan taat aturan lebih mendominasi daripada pegawai yang melakukan

pelanggaran terhadap aturan-aturan kantor.

Tata tertib dan aturan dalam melakukan pelayanan dibentuk untuk

mendukung berjalannya proses kerja yang optimal. Aturan-aturan

dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memberikan pelayanan yang

lebih baik. Jika tidak ada aturan yang dapat dijadikan pedoman maka

proses kerja tidak akan terarah dan akan menghambat proses

pencapaian tujuan.
61

Gambar 4.4 : Tata Tertib Pelayanan Kecamatan Bontoala

Sumber: Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar 2020

Gambar diatas menunjukkan bahwa Kantor Kecamatan Bontoala

Kota Makassar tidak hanya menerapkan disiplin kepada pegawainya

saja, tetapi masyarakat yang ingin dilayani juga harus mematuhi

peraturan yang berlaku guna memberikan kenyamanan dalam proses

pelayanan baik kepada pegawai maupun masyarakat yang ingin

dilayani. Untuk masyarakat dianjurkan berpakaian rapi dan sopan,

tidak merokok dalam ruangan, antri dan tertib. Dan untuk pegawai

dianjurkan datang tepat waktu, tidak merokok dalam ruangan,

berpakaian rapi, melayani dengan sopan dan ramah, dan menjaga

kebersihan.
62

Pegawai maupun masyarakat yang ingin dilayani berperan

penting dalam terwujudnya proses pelayanan yang tertib sesuai

dengan tata tertib pelayanan. Seperti yang dikemukakan oleh salah

satu masyarakat penerima layanan dalam sebuah wawancara bahwa:

“Sebagai masyarakat yang dilayani juga harus mendukung agar


terciptanya proses pelayanan yang tertib. Seperti antri dan tidak
merokok dalam ruangan merupakan salah satu bentuk tindakan
yang mendukung terciptanya proses pelayanan yang tertib dan
nyaman, baik bagi pegawai maupun bagi masyarakat” (Hasil
wawancara DM, 27 Juli 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

diperlukan juga peran masyarakat untuk menciptakan proses

pelayanan yang tertib sesuai dengan tata tertib pelayanan yang

berlaku. Antri dan tidak merokok dalam ruangan merupakan bentuk

tindakan untuk mendukung terwujudnya pelayanan yang tertib dan

disiplin.

Jika pegawai maupun masyarakat telah mematuhi tata tertib

pelayanan yang berlaku maka akan tercipta proses pelayanan yang

kondusif. Kemudian wawancara terkait tata tertib pelayanan juga

dilakukan bersama salah satu masyarakat penerima layanan lainnya

bahwa:

“Pelayanan berjalan dengan baik sesuai dengan tata tertib


pelayanan yang berlaku. Masyarakat dilayani sesuai dengan
antrian, pegawai menggunakan seragam yang rapi dan
memberikan pelayanan dengan ramah” (Hasil wawancara RH, 27
Juli 2020).
63

Hasil wawancara diatas menunjukkan pegawai di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar telah memberikan pelayanan

yang baik kepada masyarakat sesuai dengan tata tertib pelayanan yang

berlaku dan masyarakat juga sudah mematuhi tata tertib pelayanan

sehingga tercipta pelayanan yang kondusif.

Berdasarkan uraian-uraian wawancara yang dilakukan, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa indikator ketaatan terhadap aturan kantor

di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar belum terlaksana

dengan maksimal dan perlu ditingkatkan lagi, tetapi untuk tata tertib

pelayanan baik pegawai maupun masyarakat telah mematuhi dan

menjalankan proses pelayanan yang tertib.

Hasil pengamatan peneliti di Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar menunjukkan penerapan tata tertib pelayanan sudah cukup

terlaksana dengan baik terlihat dari tidak ada pegawai ataupun

masyarakat yang merokok didalam ruangan, pegawai mengenakan

seragam kantor yang telah ditentukan, masyarakat yang datang

mengenakan pakaian yang sopan dan rapi, serta pegawai melayani

dengan ramah dan sesuai dengan antrian sehingga proses pelayanan

berjalan dengan baik. Ini membuktikan pegawai dan masyarakat

penerima layanan sudah mematuhi tata tertib pelayanan yang berlaku

di Kantor Kecamatan Bontoala sehingga menciptakan proses

pelayanan yang kondusif. Akan tetapi ketaatan pegawai dalam hal

disiplin waktu terkait jam kerja perlu lebih diperhatikan dan


64

ditingkatkan agar aturan-aturan yang berlaku dapat dilaksanakan dan

terpenuhi dengan maksimal. Meskipun pelanggaran yang dilakukan

masih tergolong pelanggaran yang ringan tetapi hal itu tidak bisa

dibiarkan terus menerus karena akan menimbulkan sikap pegawai

yang terbiasa melanggar aturan.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kerja Pegawai Di

Kantor Kecamatan Bontoala

Rendahnya tingkat disiplin kerja yang dimiliki pegawai dapat

menyebabkan pelayanan yang kurang berkualitas dan rendahnya

produktivitas kerja yang dihasilkan. Sehingga disiplin kerja harus selalu

ditingkatkan agar menjadi kebiasaan bagi pegawai untuk disiplin dalam

bekerja serta tercapainya sasaran-sasaran kerja yang ingin dicapai.

Faktor utama untuk mencapai hasil kerja yang maksimal diperlukan

kesadaran pegawai dalam menaati peraturan-peraturan yang diwujudkan

dalam sikap disiplin kerja yang tinggi sehingga meningkatkan

produktivitas kerja yang menjadi faktor penentu kemajuan dan

keberhasilan kerja dalam mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, ada beberapa faktor yang

mampu mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai di Kantor Kecamatan

Bontoala Kota Makassar diantaranya:

1. Sikap dan Kesadaran

Sikap dan kesadaran yang dimaksud adalah sikap dan kesadaran

akan pentingnya disiplin kerja yang baik dalam mencapai tujuan dan
65

sasaran organisasi. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tidak akan

berjalan dengan baik jika tidak ditaati oleh pegawai sehingga untuk

mengurangi adanya terjadi pelanggaran maka diperlukan juga

pegawasan terhadap aturan tersebut. Disiplin bukan sikap yang sekedar

menaati dan mengikuti aturan yang berlaku saja tetapi ketulusan yang

terbentuk dari dorongan dan kesadaran dari dalam diri pegawai

Tingginya sikap dan kesadaran pegawai terhadap disiplin kerja

mengakibatkan penerapan disiplin kerja dapat terlaksana dengan baik

dan hasil kerja akan optimal. Sebaliknya, rendahnya sikap dan

kesadaran pegawai terhadap disiplin kerja mengakibatkan penerapan

disiplin kerja tidak akan terlaksana dengan baik dan hasil kerja juga

akan tidak optimal.

Sikap dan kesadaran pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala

terhadap kedisiplinan kerja belum sepenuhnya menerapkan sikap

disiplin. Meskipun pegawai sudah berusaha bersikap disiplin dengan

menaati aturan yang berlaku tetapi masih ada beberapa pegawai yang

memiliki kesadaran yang rendah terhadap kedisiplinan dengan

melakukan pelanggaran-pelanggaran disiplin kerja. Penerapan disiplin

kerja dalam meningkatkan kualitas kerja dipengaruhi oleh kesadaran

pegawai itu sendiri.

2. Keteladanan Pimpinan

Keteladanan pimpinan merupakan sikap pimpinan dalam

memberikan contoh dan teladan kepada bawahannya. Peran teladan


66

pimpinan sangat menentukan kedisiplinan pegawai. Keteladanan

pimpinan menjadi pendukung tercapainya proses kerja yang baik

apabila pimpinan sanggup mengubah perilaku pegawainya untuk

memiliki rasa kepedulian dan disiplin kerja yang tinggi.

Seorang pimpinan harus memberikan contoh yang baik, jujur,

bersikap adil, dan memiliki disiplin kerja yang baik agar bisa menjadi

panutan bagi bawahannya. Jika pimpinan mampu menjadi teladan

dengan menerapkan disiplin kerja yang baik maka bawahannya pun

pasti akan ikut disiplin. Sebaliknya jika pimpinan tidak mampu menjadi

teladan dan menerapkan disiplin kerja yang buruk maka bawahannya

juga akan menjadi tidak disiplin. Pimpinan harus selalu memperhatikan

bawahannya baik dalam proses kerja maupun proses pelayanan kepada

masyarakat.

Peran seorang pimpinan dalam menegakkan kedisiplinan kerja

harus menunjukkan sikap peduli terhadap pekerjaan dan bawahannya,

serta harus memberikan perhatian berupa masukan-masukan yang

positif kepada para pegawainya mengenai cara bekerja dengan baik

sehingga kebutuhan administrasi masyarakat dapat terpenuhi dan proses

pelayanan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Camat selaku pimpinan di Kantor Kecamatan Bontoala Kota

Makassar mempunyai pengaruh yang besar dalam memberikan contoh

yang baik terhadap pegawainya. Pegawai sebagai pelaksana program


67

kerja sangat mengharapkan bimbingan dari pimpinannya sebagai

panutan dalam bekerja.

Besarnya rasa tanggung jawab pimpinan juga tercermin dari sikap

tegas yang dilakukan. Hal ini juga yang mendorong semangat kerja

pegawai dalam melakukan pekerjaannya dalam mencapai tujuan

instansi. Tegas yang dimaksud disini adalah tegas dalam menegakkan

aturan-aturan yang berlaku.

3. Pengawasan

Pengawasan yaitu tindakan seorang pemimpin dalam melakukan

pengawasan langsung kepada para pegawainya untuk mencegah dan

mengetahui kesalahan yang dilakukan serta untuk memelihara

kedisiplinan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja sehingga

memberikan hasil kerja yang optimal. Untuk itu perlu bagi pimpinan

untuk mengawasi langsung proses kerja pegawainya.

Pengawasan dilakukan pihak pimpinan tidak hanya untuk

mengawasi proses kerja dan kedisiplinan pegawai saja, tetapi juga

berusaha mencari sistem kerja yang efektif untuk digunakan dalam

rangka mewujudkan sasaran kerja, dengan menerapkan sistem kerja

yang baik maka akan tercipta kedisiplinan dan suasana kerja yang baik

sehingga menjadikan proses kerja berjalan efektif sesuai dengan yang

diharapkan.

Jika tidak ada pengawasan yang dilakukan, pegawai akan

cenderung bersikap santai dan menunda-nunda pekerjaannya sehingga


68

pekerjaan yang seharusnya bisa terselesaikan dengan cepat menjadi

terlambat dan proses pelayanan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu

pengawasan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi

penerapan disiplin kerja di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar.

4. Sanksi

Kurangnya pegawasan yang dilakukan terhadap pegawai akan

menjadikan sikap acuh tak acuh dan tidak patuh terhadap peraturan

yang berlaku sehingga diperlukan sanksi dan hukuman bagi pegawai

yang bersikap indisipliner.

Sanksi hukuman sangat berperan dalam memelihara kedisiplinan

kerja pegawai. Berat dan ringannya sanksi yang diberikan kepada

pegawai yang melanggar dapat mempengaruhi baik dan buruknya

tingkat kedisiplinan pegawai. Sanksi yang berat akan menjadikan

pegawai takut melanggar aturan.

Berikut rincian sanksi yang diberikan apabila tidak masuk kerja

tanpa alasan yang jelas sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 53

Tahun 2010 sebagai berikut:


69

Tabel 4.4: Sanksi Tidak Masuk Kerja Tanpa Keterangan

Kategori Lama tidak masuk


No Sanksi
Hukuman kantor
5 hari Teguran lisan
Hukuman 6-10 hari Teguran tertulis
1.
Disiplin Ringan Pernyataan tidak puas
11-15 hari
secara tertulis
16-20 hari Penundaan kenaikan gaji
Hukuman
2. Penundaan kenaikan
Disiplin Sedang 21-25 hari
pangkat
Penurunan pangkat
31-35 hari
paling lama 3 tahun
Pemindahan (mutasi)
dalam rangka penurunan
Hukuman 36-40 hari
3. jabatan (eselon)
Disiplin Berat
setingkat lebih rendah
41-45 hari Pembebasan dari jabatan
Pemberhentian dengan
>46 hari
hormat atau tidak hormat
Sumber: PP No. 53 Tahun 2010

Catatan:

a. Perhitungan hari kerja selama hitungan masa tidak masuk kerja yaitu

secara kumulatif dan berkelanjutan (Januari – Desember dalam 1

tahun) dengan perhitungan dikonversi 1 hari kerja = 7,5 jam

b. Pegawai mempunyai hak untuk tidak masuk kantor paling lama 4 hari

dalam setahun
70

c. Yang dimaksud masuk kerja tanpa keterangan yang jelas adalah

alasan ketidakhadirannya tidak dapat diterima oleh akal sehat.

Penindakan terhadap pegawai indisipliner dilakukan secara

bertahap. Pertama diberikan teguran secara lisan, teguran dilakukan

sebanyak tiga kali apabila teguran tersebut belum diindahkan maka

yang kedua akan diberikan teguran secara tertulis. Kemudian yang

terakhir akan diberikan penindakan sesuai dengan tingkat pelanggaran

yang dilakukan berdasarkan aturan yang berlaku seperti, penundaan

kenaikan gaji atau pangkat, mutasi hingga pemberhentian secara tidak

hormat.

Hukuman disiplin yang diberikan tentunya tidak lain untuk

memperbaiki dan mendidik pegawai itu sendiri agar menjadi kebiasaan

untuk selalu bersikap disiplin dalam bekerja. Namun di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar dalam mendidik pegawainya untuk

bersikap disiplin seringkali masih memberikan toleransi terhadap

pegawai yang melanggar dengan alasan kekeluargaan dan karena

pelanggaran yang dilakukan masih tergolong tingkat rendah.

Disiplin kerja tidak hanya semata-mata patuh terhadap aturan yang

sudah ditetapkan seperti menggunakan seragam kantor, datang sesuai

jam kerja, atau pulang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tetapi

disiplin kerja melibatkan komitmen pada diri sendiri maupun instansi.

Jika penerapan disiplin kerja hanya berupa kepatuhan terhadap aturan


71

dan jam kerja berarti penerapan disiplin kerja masih berada ditaraf

kepatuhan saja yang merupakan sikap terhadap disiplin yang paling

rendah. Menaati segala peraturan yang berlaku berdasarkan kesadaran

diri sendiri mengingat disiplin kerja merupakan alat yang mampu

mengantarkan tercapainya tujuan organisasi merupakan bentuk

kedisiplinan yang sesungguhnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara bersama

informan di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar mengenai

kedisiplinan kerja maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kedisiplinan kerja belum sepenuhnya terlaksana dengan baik di Kantor

Kecamatan Bontoala Kota Makassar dilihat dari 4 indikator disiplin

kerja yang meliputi ketepatan waktu, menggunakan peralatan kantor

dengan baik, tanggung jawab yang tinggi dan ketaatan terhadap aturan

kantor. Dari keempat indikator tersebut, ketepatan waktu dan ketaatan

terhadap aturan kantor belum berjalan dengan baik karena masih ada

pegawai yang sering melakukan pelanggaran terutama dalam hal

disiplin waktu. Tetapi indikator penggunaan peralatan kantor dan

tanggung jawab tinggi yang dimiliki pegawai Kantor Kecamatan

Bontoala sudah terlaksana dengan baik.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai di

Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar meliputi sikap dan

kesadaran pegawai akan pentingnya menerapkan disiplin kerja yang

baik guna memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat,

keteladanan pimpinan yang dapat memberikan contoh dan teladan

kepada para pegawai tentang disiplin kerja, pegawasan yang dilakukan

oleh pihak pimpinan guna mengawasi pekerjaan para pegawai di Kantor

72
73

Kecamatan Bontoala agar terlaksana sesuai dengan prosedur dan aturan

yang berlaku, dan sanksi hukuman yang diberikan kepada pegawai

yang melanggar guna mengurangi tingkat pelanggaran dan sekaligus

memberikan pelajaran kepada pegawai agar tidak melakukan

pelanggaran lagi.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian langsung di Kantor Kecamatan Bontoala

terkait kedisiplinan kerja maka penulis memberikan saran antara lain:

1. Agar terlaksananya proses pelayanan yang optimal Kantor Kecamatan

Bontoala harus lebih meningkatkan lagi kedisiplinan kerja pegawainya

terutama dalam hal dispilin waktu.

2. Kantor Kecamatan Bontoala lebih meningkatkan pembinaan dan

pengawasan terkait disiplin kerja agar pegawai merasa selalu

diperhatikan dan lebih meningkatkan kinerjanya serta menjalankan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kewenangannya.

3. Pemerintah Kecamatan Bontoala perlu memberikan motivasi yang

lebih kepada para pegawainya yang mengacu mereka untuk lebih

termotivasi dalam melaksanakan tupoksinya seperti memberikan

reward atau penghargaan kepada pegawai yang melaksanakan

pekerjaannya dengan baik dan menerapkan disiplin kerja yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Handani, I. (2018). Analisis Kedisiplinan Kerja Pegawai Negeri Sipil pada


Kantor Camat Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Hartatik, I. P. (2014). Mengembangkan SDM. Yogyakarta: Laksana.

Hasibuan, M. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangkunegara, A. P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Cetakan Keenam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marwansyah. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Alfabeta.

Mustamin, A., Adys, A. K., & Ma’ruf, A. (2017). Penegakan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Urusan Agama Kecamatan Moncongloe Kabupaten
Maros. Kolaborasi: Jurnal Administrasi Publik, 3(2), 146-160.

Moekizat. (2011). Sistem Informasi Manajemen dan Defenisi Data. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nitisemito, A. S. (2015). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah.

Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri


Sipil.

Prayoga, O. T. B. (2018). Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil pada


Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjung
Pinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang.

Ramlah. (2018). Analisis Disiplin Kerja Aparatur Sipil Negara pada Bagian
Hukum dan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sigi. Katalogis, 6(6),
103-114.

Rivai, V. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari


Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sedarmayanti. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Revika


Aditama.

74
Silvana, W. (2017) Penerapan Disiplin Kerja dalam Meningkatkan Kinerja
Pegawai pada Kantor Camat Baruga Kota Kendari. Universitas Halo Oleo,
Kendari.

Sinambela, L. P. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Soejono. (2010). Sistem dan Prosedur Kerja. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta Bandung.

Suhesti, D., & Nurdin, M. A. F. (2019). Analisis Kedisiplinan Kerja Pegawai Pada
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi. ECONEUR (Journal of Economics
and Entrepreneurship), 2(1), 16-20.

Sutrisno, E. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Unaradjan, D. (2003). Manajemen Disiplin. Jakarta: Grasindo.


L

N
DOKUMENTASI

Wawancara bersama Kasubag Umum dan Kepegawaian (Ibu Rosdiana, S.Sos, 22


Juli 2020)

Wawancara bersama Kasi Pemerintahan, Kinerja Lurah dan RT/RW (Bapak


Syahiduddin Muchtar, S.STP, 22 Juli 2020).
Wawancara bersama salah satu masyarakat penerima layanan (Ibu Darmawati, 27
Juli 2020).

Proses pelayanan di Kantor Camat Bontoala Kota Makassar


Suasana ruang kerja Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Kantor Kecamatan
Bontoala Kota Makassar
Alur Pelayanan Administrasi Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar

Kode Etik Pegawai Kecamatan Bontoala


RIWAYAT HIDUP

NUR AZIZAH NOVITASARI IBRAHIM. Lahir di

Ujung Pandang pada tanggal 26 November 1997.

Anak kedua dari Ayahanda Ibrahim Abubakar S.E dan

Ibunda Djawalia Lago. Mulai mendapatkan

Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Layang 1

Makassar tamat pada tahun 2009. Kemudian ditahun

yang sama melanjutkan Sekolah Menengah Pertama

di SMP Negeri 05 Makassar tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan lagi

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 04 Makassar tamat pada tahun 2015.

Setelah tamat kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Angkatan 2016 pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata 1 (S1).

Berkat Rahmat Illahi Rabbi dan doa yang tak terhingga, penulis dapat

menyelesaikan studi dengan karya tulis ilmiah yang berjudul “Kedisiplinan Kerja

Pegawai di Kantor Kecamatan Bontoala Kota Makassar”.

Anda mungkin juga menyukai